Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

“COMMUNITY-OWNED GOVERNMENT : EMPOWERING RATHER THAN


SERVING (PEMERINTAHAN SEBAGAI MILIK MASYARAKAT: PEMBERDAYAAN
LEBIH BAIK DARIPADA MELAYANI)”

OLEH KELOMPOK II

KETUA KELOMPOK :

DELVIANA BATI NULLE (42119010)

ANGGOTA KELOMPOK :

1. FRANSISKA SAFERIA KOTEN (42119006)


2. REINHARD UMBU CH. HAMBABANDJU (42119007)
3. NARCISIUS ARYANTO LALU (42119008)
4. FILEMANTUS TOBING (42119009)
5. MAURITS A PAULO JOGO (42119011)
6. ANDREAS OLA DONI (42119012)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

KUPANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehairat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugeraghkan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
Administrasi Pembangunan “Community-Owned Government : Empowering Rather
Than Serving (Pemerintahan Sebagai Milik Masyarakat: Pemberdayaan Lebih
Baik Daripada Melayani)”dengan baik. Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu syarat dalam penilaian mata kuliah Administrasi Pembangunan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini,maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
menyempurnakan makalah ini.

Kupang, Juni 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fungsi pemerintah adalah mengayomi warganegaranya melalui


pengaturan atau regulasi,pembangunan nasional disegala bidang, pembinaan
kemasyarakatan , menjaga ketertiban dan menegakkan negara kesatuan Republik
Indonesia dengan membangun pertahanan keamanan yang kokoh. Fungsi
pemerintahan tersebut akan dapat terselenggara apabila pemerintahan menjadi
pemerintahan yang good governance. Good governance adalah cara yang baik
mengelola urusan-urusan publik. Wordl Bank mendefinisikan governance
sebagai; “the way state power is used in managing economic and social resources
for development of society”

Suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan


bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dana investasi , dan pencegahan korupsi baik secara
politik maupun administrative, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan
legal and political frame work bagi tumbuhnya aktifitas usaha.

Peran pemerintah adalah memberdayakan masyarakat dalam


penyelenggaraan berbagai kebutuhan publik, sehingga tercipta rasa memiliki bagi
mereka sendiri, sedangkan pemerintah bukan lagi sebagai pelayan melainkan
hanya sekedar memberi petunjuk. Beberapa hal yang mencakup bidang
empowering adalah pergeseran berbagai hak kepemilikan produk pelayanan
publik dari tangan pemerintah kepada masyarakat umum dimana peran
pemerintah hanya sebagai pengarah saja, kemudian pendirian perumahan umum
yang lebih tertib, aman, bersih, harga terjangkau serta pendataan yang lebih
terorganisir. Selain itu berbagai hal yang dianggap penting dalam
penyelenggaraan pelayanan publik adalah memperbaiki peran profesional service
menjadi community service , sehingga pelayanan bukan ditujukan hanya untuk
klien saja tetapi untuk semua.

Pemerintah milik masyarakat, memberi wewenang pada masyarakat bukan


melayani, sehingga mereka mampu menjadi masyarakat yang dapat menolong
dirinya sendiri (community self help). Misalnya masalah keselamatan umum
adalah juga merupakan tanggung jawab masyarakat,bukan hanya tanggung jawab
kepolisian. Oleh karena itu pihak kepolisian tidak hany memperbanyak polisi
untuk menanggapi peristiwa kriminal, tetapi juga membantu warga utntuk
memecahkan masalah yang menyebabkan timbulnya tindak kriminil.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemerintah sebagai milik rakyat ?
2. Apa saja peran pemerintah dalam memberdayakan masyarakat ?
3. Apa prinsip yang berkaitan dengan Community-Owned Government :
Empowering Rather Than Serving (Pemerintahan sebagai milik masyarakat:
Pemberdayaan lebih baik daripada melayani) ?

C. Tujuan Yang Ingin dicapai


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pemerintah sebagai milik rakyat
2. Untuk mengetahui apa saja peran pemerintah dalam memberdayakan masyarakat
3. Untuk mengetahui Apa prinsip yang berkaitan dengan Community-Owned
Government : Empowering Rather Than Serving (Pemerintahan sebagai milik
masyarakat: Pemberdayaan lebih baik daripada melayani)
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Pemerintah Sebagai Milik Rakyat


Pemerintahan Milik Rakyat (Community Owned Government), artinya
adalah bahwa pemerintah secara normatif dimiliki oleh masyarakat, sehingga
pemerintah semestinya mendorong agar kontrol atas pelayanan dilepaskan dari
birokrasi dan diserahkan kepada masyarakat. Dengan memberikan wewenang
kepada masyarakat untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri, masyarakat
dapat membangkitkan komitmen mereka yang lebih kuat, perhatian lebih baik dan
lebih kreatif dalam memecahkan masalah. Prinsip ini juga merupakan upaya
untuk memberdayakan masyarakat agar mampu melakukan usaha swadaya
sehingga dapat mengurangi ketergantungan kepada pemerintah.Beberapa pokok
pikiran mengenai pemerintahan milik rakyat ini – dari penguraian Osborne dan
Gaebler dapat diringkaskan latar belakang sampai dengan implikasinya sebagai
berikut:
Pada tahun 1982, Lee Brown kepala kepolisian di Houston, ditimpa
persoalan rasisme dan kebrutalan. Brown, yang berkulit hitam, bermaksud
mengubah keadaan itu dengan cara penjagaan ketertiban lingkungan, yakni suatu
konsep bahwa polisi semestinya tidak hanya menanggapi peristiwa-peristiwa
kriminal, tetapi juga membantu warga memecahkan berbagai masalah yang
menyebabkan timbulnya kejahatan. Latimer senang mengutip ucapan Tom Dewar
dari University of Minnesota’s Humphrey Institute, mengingatkan mengenai
bahaya “ketergantungan pada klien (clienthood)” dengan mengatakan bahwa:

Klien adalah orang-orang yang tergantung pada dan dikendalikan oleh penolong
dan pemimpin mereka. Klien adalah orang yang memahami diri mereka sendiri
dari segi segala kekurangannya,. Klien adalah orang yang menunggu orang lain
berbuat atas nama mereka. Dilain pihak, warga negara adalah orang yang
memahami masalahnya sendiri dari sudut pandang mereka sendiri. Warga
negara mengerti hubungan mereka satu sama lain dan mereka percaya kepada
kemampuan mereka untuk berbuat. Klien yang baik menjadi warga negara yang
buruk. warga negara yang baik menjadi masyarakat yang kuat.

Clienthood adalah sebuah masalah yang muncul hanya saat perekonomian


industri sedang tumbuh. Sebelum tahun 1900, sekecil apapun kontrol terhadap
lingkungan, kesehatan, pemdidikan, dan sebagaimana terletak teruma pada
masyarakat setempat, karena begitu banyak produk dan jasa, baik pemerintah
maupun swasta, yang diproduksi atau dijual secara lokal. Hanya karena
munculnya sistem perekonomian industri dengan produksi massal, maka mulai
dipekerjakan tenaga profesional dan birokrat untuk melakukan apa yang telah
dilakukan oleh keluarga, lingkungan, gereja dan perkumpulan sukarela. Dengan
kata lain, proses pengalihan kepemilikan dari birokrasi ke masyarakat, mulai
berlangsung. Atau, telah terjadi pengalihan kekuasaan dari mereka yang
mempunyai pengetahuan profesional kepada orang-orang yang buta huruf dan
kelas bawah, kata Don Moore, yang organisasi pembelaannya, Design for
Change, mempelopori usaha reformasi. Selanjutnya Don Moore mengatakan
bahwa:

Mereka mengatakan kami tidak akan mendapatkan orang untuk menjalankan


dewan tersebut. Namun ternyata 17.000 orang hadir, dan kami mempunyai
tingkat kehadiran yang lebih tinggi ketimbang mereka dalam setiap pemilihan
dewan sekolah di daerah pinggiran kota. Kami melihat dewan-dewan tersebut
menjadi unit demokrasi baru dalam masyarakat. Kami berharap bahwa orang
yang mengabdi kepada dewan-dewan itu juga mau terlibat dalam persoalan-
persoalan lain, seperti perumahan, pembangunan ekonomi, dan pendidikan orang
dewasa. Semua ini merupakan persemaian nyata untuk mengembangkan
kepemimpinan.

Untuk memahami seberapa besar kemungkinan kekuatan hak kepemilikan


masyarakat, salah satu contoh dapat ditunjukkan misalnya transformasi dibidang
perumahan, yakni ketika para penyewa perumahan umum mengendalikan
lingkungan mereka sendiri. Perumahan umum mulanya adalah perumahan transisi
untuk orang-orang bekerja yang menemui masa-masa sulit selama Depresi.
Perumahan tersebut merupakan lingkungan yang murah, aman, dan stabil untuk
keluarga sambil mereka kembali bekerja.

Pemberian wewenang kepada masyarakat tidak hanya mengubah harapan


dan membangkitkan kepercayaan-biasanya memberikan solusi-solusi yang jauh
lebih baik terhadap setiap masalah mereka ketimbang terhadap layanan umum
biasa. Mc.Knight memberikan serangkaian pertentangan yang memperjelas antara
sistem penyampaian pelayanan profesional dan apa yang diesbutnya
“Perkumpulan komunitas”-keluarga, lingkungan tempat tinggal, gereja, organisasi
sukarela. Misalnya: komunitas memiliki komitmen yang lebih besar terhadap para
anggotanya ketimbang sistem penyampaian pelayanan klien, komunitas lebih
memahami masalahnya sendiri ketimbang tenaga profesional di bidang
pelayanan, kalangan profesional dan birokrasi memberikan pelayanan, sedangkan
masyarakat memecahkan masalah, komunitas lebih fleksibel dan kreatif
ketimbang birokrasi pelayanan yang besar, komunitas lebih murah ketimbang
para profesional di bidang pelayanan, komunitas menegakkan standar perilaku
lebih efektif ketimbang birokrasi atau profesional bidang pelayana, dan komunitas
memfokuskan pada kapasitas: sistem pelayanan memfokuskan pada kekurangan.

Intinya adalah bahwa rakyat mempunyai kepentingan pribadi dalam


jalannya sendiri, mereka mempunyai hak suara demokratis langsung dalam
manajemen, mereka didorong dan dilibatkan dalam penentuan kebijakan
mengenai hal-hal seperti struktur sewa dan kewajiban penghuni. dan mereka
memperoleh potongan finansial dalam hal keuntungan pajak pribadi dan imbalan
yang adil dari kerja pemeliharaan unit-unit mereka sendiri. Selanjutnya, jika
pengalihan kepemilikan tersebut telah berjalan, cagaimana strategi pemberian
wewenang kepada masyarakat ini? Dalam hal ini, mekanisme demokrasi
partisipatori perlu dilakukan, dalam pengertian bahwa masyarakat luas diberikan
peluang dan kesempatan sebanyak mungkin untuk ikut serta dalam urusan
pemerintahan. Hal ini didasari oleh fakta empiris bahwa sedikit orang Amerika
yang merasa bahwa mereka “memiliki” atau “mengontrol” pemerintah.
Menjelang tahun 1989, tiga dari empat warga amerika yang disurvai setuju bahwa
sebagian besar anggota kongres lebih peduli kepada kepentingan-kepentingan
khusus ketimbang pada kepentingan rakyat jelata.

B. Peran Pemerintah Dalam Memberdayakan Masyarakat

Salah satu prinsip reinventing goverment adalah pemerintahan milik


rakyat (community owned government) yaitu memberi wewenang ketimbang
melayani, dimana Program Pemberdayaan masyarakat adalah bentuk dari prinsip
tersebut. Adapun Program pemberdayaan masyarakat tersebut berupa program
peningkatan kesejahteraan keluarga melalui pemberdayaan masyarakat
pengembangan penghidupan berkelanjutan (PKKPM-P2B) yang diluncurkan oleh
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah tertinggal, dan Transmigrasi melalui
Direktoral Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan pada tahun 2015 yang
manfaatnya sampai tahun 2016 dan seterusnya, masih dapat dirasakan oleh
masyarakat. PKKPM-P2B bertujuan untuk mengurangi angka kemiskinan
pedesaan yang dapat mendorong peran aktif pemerintah daerah dan memperkuat
koordinasi lintas pemangku kepentingan yang terkait dalam kegiatan-kegaiatan
pengentasan kemiskinan (http://kemendesa.go.id).

Dalam riset Abu Samah (2009) menyatakan pemberdayaan dapat


dilakukan melalui partisipasi masyarakat, peningkatan pengetahuan, keterampilan
dan kompetensi baik secara Mikro maupun Makro. Pemberdayaan masyarakat
dengan memanfaatkan ICT (Information and Communications Technology) juga
direkomendasikan oleh T Senthilkumar and F. R. Sheriff (2012) dan Darius
(2012). Keterlibatan perempuan juga dalam pemberdayaan masyarakat sangat
perlu dalam mengurangi tingkat kemiskinan melalui pemberdayaan perempuan
dengan pengembangan jiwa kewirausahaan,ini merupakan hasil kajian dari Mrs.
Manashi Mazumdar (2015) dan Esther F. Fabiyi1 & Kemi E. (2015). Dalam riset
Nano Prawoto (2012), Tri Siswi Nugrahani, fajar Nursidik (2013) dan Isnan
Nurdiansyah (2014) menyatakan tentang perlunya pelatihan ketrampilan bagi
masyarakat (peningkatan SDM), dukungan dari pemerintah dan pihak terkait
lainnya juga perlu dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat.
Beberapa riset tersebut menyatakan bahwa dalam upaya untuk
mengentaskan kemiskinan terutama di daerah pedesaan, perlu adanya
pemberdayaan masyarakat melalui partisipasi masyarakat, pemanfaatan tehnologi
ICT (Information and Communications Technology), pengembangan pelatihan
ketrampilan tehnologi, perluasan jaringan bisnis prospektif, pengembangan
program perkembangan masyarakat berbasis kemandirian dan dukungan yang
kuat dari pemerintah. Salah satu program dalam mewujudkan reinventing
goverment (mewirausakan birokrasi) melalui implementasi prinsip community
owned government, yaitu program pemberdayaan masyarakat PKKPM-P2B
(peningkatan kesejahteraan keluarga melalui pemberdayaan masyarakat
pengembangan penghidupan berkelanjutan) yang bertujuan untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat pedesaan telah berhasil meminimalisir tingkat
kemiskinan.

Salah satu prinsip reinventing goverment adalah prinsip community


owned goverment (Pemerintahan Milik Rakyat) dimaksudkan untuk
memberdayakan atau memberi wewenang ketimbang melayani/empowering
rather than serving (Osborne and Gaebler, 1997). Dalam hal ini pemerintah
diharapkan mampu memberdayakan rakyatnya. Dengan kata lain, pemerintah juga
bisa memberikan wewenang kepada masyarakat guna menjamin terselenggaranya
pelayanan yang efisien dan efektif, serta produk pemerintah bisa mencoba
mengalihkan pemilikannya ke masyarakat. Akhirnya, pelayanan tersebut bergeser
ke pemberdayaan masyarakat dari suatu komunitas. Sehingga ada kemungkinan
besar kelak bisa mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah.
Lalu terciptalah masyarakat yang handal dengan kreasinya dan menjadi lebih
mandiri.

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya meningkatkan kemampuan dan


potensi yang dimiliki masyarakat, sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati
diri, harkat dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan
mengembangkan diri secara mandiri baik di bidang ekonomi, sosial, agama dan
budaya (Widjaja 2003:169). Kartasasmita (1995:95) mengemukakan bahwa
upaya memberdayakan rakyat harus dilakukan melalui tiga cara yakni:

 Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat


untuk berkembang, kondisi ini berdasarkan asumsi bahwa setiap individu
dan masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan
 Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat dengan
menerapkan langkah-langkah nyata, menampung berbagai masukan,
menyediakan prasarana dan sasaran yang baik fisik (irigasi, jalan, dan
listrik) maupun sosial (sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan) yang
dapat diakses oleh masyarakat lapisan paling bawah
 Memberdayakan masyarakat dalam arti melindungi dan membela
kepentingan masyarakat yang lemah, dalam proses pemberdayaan harus
dicegah jangan sampai yang lemah bertambah lemah atau mungkin
terpinggirkan dalam menghadapi yang kuat oleh karena itu, perlindungan
dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep
pemberdayaan masyarakat. Melindungi dan membela harus dilihat sebagai
upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang dan
eksploitasi atas yang lemah.
C. Prinsip Yang Berkaitan Dengan Community-Owned Government : Empowering
Rather Than Serving (Pemerintahan Sebagai Milik Masyarakat: Pemberdayaan
Lebih Baik Daripada Melayani)

Salah satu prinsip reinventing goverment adalah prinsip community


owned goverment (Pemerintahan Milik Rakyat) dimaksudkan untuk
memberdayakan atau memberi wewenang ketimbang melayani/empowering
rather than serving (Osborne and Gaebler, 1997).

Inti pemikiran dari materi yang dibahas adalah community owned


goverment (Pemerintahan Milik Rakyat) dimaksudkan untuk memberdayakan
atau memberi wewenang ketimbang melayani atau empowering rather than
serving. Sehingga pemikiran reinventing government yang berkaitan dengan 10
prinsip good governance dari materi community-owned government :
empowering rather than serving (pemerintahan sebagai milik masyarakat:
pemberdayaan lebih baik daripada melayani) adalah sebagai berikut:
 Prinsip Transparansi, dimana prinsip transparai merupakan
kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui
ketersediaan informasi dan kemudahan dalam memperoleh informasi
tersebut. Sehingga prinsip transparansi dengan community-owned
government memiliki keterkaitan yang artinya bahwa dalam prinsip
transparansi terjadi hubungan kepercayaan timbal balik antara
pemerintah dan masyarakat begitupun dengan community-owned
government dimana pemerintah memberikan wewenang kepada
masyarakat untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri, masyarakat
dapat membangkitkan komitmen mereka yang lebih kuat, perhatian
lebih baik dan lebih kreatif dalam memecahkan masalah. Dalam hal ini
sudah terjadi hubungan kepercayaan timbal balik antara pemerintah
dan masyarakat, karena disini sudah jelas bahwa pemerintah
memberikan wewenang kepada masyarakat yang artinya bahwa
pemerintah percaya bahwa masyarakat mampu menyelesaikan masalah
mereka sendiri, masyarakat dapat membangkitkan komitmen mereka
yang lebih kuat dan lainnya begitupun sebaliknya
 Prinsip Partisipasi, dimana Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
dengan adanya prinsip transparansi maka pemerintah bisa mendorong
partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini
membuat setiap warga masyarakat terdorong untuk menggunakan
haknya dalam menyampaikan pendapat yang selanjutnya akan
berpengaruh pada proses pengambilan keputusan, terutama keputusan
terkait kepentingan masyarakat umum, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Disini sudah jelas bahwa prinsip partisipasi memiliki
keterkaitan dengan community-owned government yang berarti
pemerintah milik rakyat dimana pemerintah memberikan wewenang
kepada rakyat sehingga rakyat atau masyarakat dalam
penyelenggaraan pemerintah terdorong untuk menggunakan hak
mereka dalam menyampaikan pendapat dan lainnya
 Prinsip Kesetaraan, dimana semua warga masyarakat memiliki
kedudukan yang sama di mata negara. Prinsip kesetaraan memiliki
keterkaitan dengan community-owned government, karena walaupun
pemerintah memberikan wewenang kepada masyarakat tetapi
masyarakat juga harus diperlakukan secara setara atau memiliki
kedudukan yang sama dimata negara sehingga setiap warga
mempunyai peluang dan kesempatan yang sama dalam memperbaiki
ataupun mempertahankan kesejahteraan mereka
 Prinsip Wawasan Ke Depan, dimana pemimpin dan seluruh
masyarakat harus memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan
mengenai tata kelola pemerintahan dan pembangunan sumber daya
manusia. Prinsip wawasan kedepan juga memiliki keterkaitan dengan
community-owned government. Walaupun pemerintah suda
memberikan wewenang kepada masyarakat bukan berarti masyarakat
malas tau akan hal kedepannya seperti apa sehingga dengan prinsip
wawasan ke depan, pembangunan daerah akan didasarkan pada visi
dan strategi yang jelas. Seluruh warga pun akan ikut serta dalam
proses pembangunan yang mampu membuat seluruh warga merasa
berperan dalam dalam perwujudan pembangunan daerahnya
 Prinsip Penegakan Hukum, dimana dengan prinsip ini akan didorong
perwujudan dari penegakan hukum yang adil bagi semua pihak tanpa
pengecualian. Hak asasi manusia akan dijunjung tinggi dan nilai-nilai
kehidupan bermasyarakat juga diperhatikan, sehinggga bisa dikatakan
bahwa prinsip ini berkaitan dengan community-owned government.
Hal ini terjadi karena setiap warga negara memiliki hak asasi manusia
walaupun pemerintah sudah atau telah memberikan wewenang kepada
masyarakatnya, bukan berarti masyarakat yang diberi wewenang
diperlakukan secara tidak adil sebab telah kita ketahui bersama bahwa
hak asasi manusia akan dijunjung tinggi dan nilai-nilai kehidupan
bermasyarakat juga diperhatikan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pemerintahan Milik Rakyat (Community Owned Government), artinya
adalah bahwa pemerintah secara normatif dimiliki oleh masyarakat, sehingga
pemerintah semestinya mendorong agar kontrol atas pelayanan dilepaskan
dari birokrasi dan diserahkan kepada masyarakat (pemerintah memberi
wewenang ketimbang melayani)
2. Peran pemerintah dalam memberdayakan masyarakat:
 Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat untuk berkembang, kondisi ini berdasarkan asumsi bahwa
setiap individu dan masyarakat memiliki potensi yang dapat
dikembangkan
 Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat dengan
menerapkan langkah-langkah nyata, menampung berbagai masukan,
menyediakan prasarana dan sasaran yang baik fisik (irigasi, jalan, dan
listrik) maupun sosial (sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan) yang
dapat diakses oleh masyarakat lapisan paling bawah
 Memberdayakan masyarakat dalam arti melindungi dan membela
kepentingan masyarakat yang lemah, dalam proses pemberdayaan
harus dicegah jangan sampai yang lemah bertambah lemah atau
mungkin terpinggirkan dalam menghadapi yang kuat oleh karena itu,
perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar
sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat.
3. Prinsip yang berkaitan dengan Community-Owned Government :
Empowering Rather Than Serving (Pemerintahan sebagai milik masyarakat:
Pemberdayaan lebih baik daripada melayani):
 Prinsip Transformasi
 Prinsip Partisipasi
 Prinsip Kesetaraan
 Prinsip Wawasan Ke depan
 Prinsip Penegakan Hukum
B. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan dalam makalah kali ini ialah diharapkan
agar semua anggota kelompok ikut aktif dalam pengerjaan makalah ini dan
memahami materi yang telah dibahas dalam materi kali ini
Daftar Pustaka

http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/assets/article/view/2909

http://triwidodowutomo.blogspot.com/2010/08/prinsip-reinventing-government-
2.html?m=1

https://www.kompasiana.com/amp/ganibazar/pemerintahan-yang-good-
governance_550053d0a333117c6f510a6d

Anda mungkin juga menyukai