Anda di halaman 1dari 11

VIABILITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER PASCA PENDINGINAN

DAN PEMBEKUAN MENGGUNAKAN PENGENCER DASAR TRIS DENGAN


LEVEL TREHALOSA YANG BERBEDA
Nurul Isnaini
Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang

ABSTRAK
Penyimpanan semen bisa dilakukan dengan pendinginan atau pembekuan.
Setelah pendinginan atau pembekuan viabilitas spermatozoa akan menurun. Untuk
dapat mempertahankan viabilitas spermatozoa selama pendinginan atau pembekuan
diperlukan krioprotektan dengan level tepat. Trehalosa merupakan krioprotektan
ekstraseluler yang mampu menstabilkan membrane dan sebagai anti oksidan bagi
spermatozoa selama pendinginan dan pembekuan sehingga diharapkan dapat
mempertahankan viabilitas spermatozoa. Masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah peranan trehalosa pada level yang berbeda dalam pengencer dasar tris
mampu menekan penurunan viabilitas spermatozoa kambing Boer selama pendinginan
dan pembekuan? Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh berbagai level
trehalosa dalam pengencer dasar tris terhadap viabilitas spermatozoa kambing Boer
setelah pendinginan dan pembekuan. Metode penelitian yang digunakan adalah
eksperimental laboratorium. Penelitian terdiri atas 2 tahap. Tahap I. Pengaruh level
trehalosa dalam pengencer tris terhadap viabilitas spermatozoa kambing Boer setelah
pendinginan. Tahap 2. Pengaruh level trehalosa dalam pengencer tris terhadap
viabilitas spermatozoa kambing Boer setelah pembekuan. Level trehalosa yang
dicobakan pada masing-masing tahap adalah: 1,5%; 2,5% dan 3,5%, dan ulangan: 10
kali. Variabel yang diamati adalah viabilitas spermatozoa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa level trehalosa berpengaruh terhadap viabilitas spermatozoa, baik
setelah pendinginan maupun pembekuan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa dalam pendinginan dan pembekuan semen kambing Boer, masing-masing
penambahan level 1,5% dan 2,5% dalam pengencer dasar tris menghasilkan viabilitas
spermatozoa yang optimal. Dari hasil penelitian disarankan bahwa dalam pendinginan
dan pembekuan semen kambing Boer sebaiknya ditambahkan trehalosa masing-masing
1,5% dan 2,5% dalam pengencer dasar tris agar mendapatkan viabilitas spermatozoa
yang optimal.

Kata kunci: viabilitas spermatozoa, trehalosa, pendinginan, pembekuan, kambing Boer

VIABILITY OF BOER GOAT SPERMATOZOA AFTER COOLING AND


FREEZING USING TRIS-BASED-SOLUTION SUPPLEMENTED WITH
DIFFERENT LEVEL OF TREHALOSE

ABSTRACT
Semen storage could be conducted in cold or frozen condition. However,
during this storage the viability of spermatozoa decreases continuesly. For maintaining

J. Ternak Tropika Vol. 12, No.1: 27-37, 2011 27


viability of spermatozoa during this period, the use of optimal cryoprotectants is
sometimes efficient. Trehalose is one of extracellular cryoprotectants that shows
capability for stabiling of spermatozoa membrane during cooling and freezing process,
and it was expected to be a protectant agent from spermatozoa damage. The problems
in this study were: How does the role of trehalose at different level in tris-based-
solution minimize the decrease of spermatozoa viability during cooling and freezing?
The objectives in this study were to study the role of different levels of trehalose in
tris-based medium on the viability of spermatozoa in Boer goat semen after cooling
and freezing. This study was designed as an experimental laboratory study. The
research consisted 2 steps. While the Step 1, studied the effect of trehalose level in tris-
based medium on the viability Boer goat spermatozoa after cooling. Step 2, studied the
effect of trehalose level in tris-based medium on the viability Boer goat spermatozoa
after freezing. As the levels of trehalose of 1.5%; 2.5% and 3.5% were applied in this
research. The results of Step 1 and 2, showed that the level of trehalose statistically
affected the spermatozoa viability. It was concluded, that the trehalose levels for
resulting optimal spermatozoa viability after cooling and freezing were 1.5% and
2.5%, respectively. In suggestion, for the bettet results in the cooling and freezing of
Boer goat spermatozoa, trehalose should be supplemented of 1.5% and 2.5%,
respectively, in tris-based medium.
Key words: spermatozoa viability, trehalose, cooling, freezing, Boer goat
semen cair dingin (hasil pendinginan)
PENDAHULUAN memiliki daya tahan yang relatif
Dalam menunjang program IB pendek. Di sisi lain, penyimpanan
perlu persediaan semen yang cukup semen dalam kondisi beku
secara kualitas dan kuantitas, baik memungkinkan penggunaan semen
dalam bentuk semen cair maupun dalam jangka waktu yang lama, tetapi
semen beku. Viabilitas spermatozoa pembekuan dapat mengakibatkan stress
merupakan salah satu factor yang pada sel yang sering menghasilkan
penting dalam kualitas semen. kerusakan membran serta penurunan
Viabilitas spermatozoa dalam semen motilitas dan viabilitas sperma (Barrios,
cair cepat menurun pada proses Perez-Pe, Gallego, Tato, Osada,
penyimpanan baik dengan adanya Muino-Blanco dan Cebrian-Perez,
bahan pengencer maupun tanpa bahan 2000; Giraud, Motta, Boucher dan
pengencer. Namun demikian, Grizard, 2000).
penurunan viabilitas spermatozoa Untuk dapat mempertahan
selama penyimpanan dapat dihambat viabilitas spermatozoa agar tetap baik
dengan pengenceran semen selama pendinginan maupun
menggunakan pengencer yang pembekuan maka diperlukan bahan-
mengandung komposisi yang tepat bahan krioprotektan yang sesuai.
serta teknik penyimpanan yang sesuai. Secara umum krioprotektan terbagi
Penyimpanan semen dalam bentuk cair menjadi 2 golongan, yaitu: 1)
dingin memberikan alternatif aplikasi Penetrating cryoprotectants,
IB secara sederhana dan murah, namun merupakan krioprotektan yang bisa

28 Viabilitas spermatozoa kambing Boer ……..…………………..……….. Nurul Isnaeni


melalui membran sel, yang beraksi Storey, 1998). Derajat proteksinya
pada intraseluler dan ekstraseluler dan dipengaruhi oleh konsentrasinya di
memiliki berat molekul rendah. dalam pengencer (McGonagle dkk,
Termasuk dalam kelompok ini adalah 2002; Storey dkk., 1998; Gil dkk.,
Gliserol, Dimethilsulfoxide (DMSO), 2003).
Ethilene Glicol , dll. Kelompok Peneliti lain melaporkan bahwa
krioprotektan kedua yaitu Non- penambahan 6% gliserol dan 7,5%
penetrating cryoprotectans, merupakan trehalose menghasilkan integritas
krioprotektan yang tidak bisa membran spermatozoa mencit lebih
menembus atau melalui membran sel, tinggi dibandingkan dengan
yang beraksi pada ekstraseluler, penggunaan raffinosa (Storey dkk.,
memiliki berat molekul tinggi. Yang 1998). Dengan melakukan pencucian
termasuk dalam golongan krioprotektan pada spermatozoa kambing, telah
ini adalah susu, kuning telur, fruktosa, dilaporkan bahwa pengencer trehalosa
laktosa, raffinosa dan trehalosa 100% mampu menghasilkan motilitas
(Supriatna, 1993). Karakteristik dan spermatozoa, integritas akrosom dan
konsentrasi krioprotektan sangat fluiditas membran spermatozoa lebih
berpengaruh terhadap kualitas tinggi dibandingkan dengan
spermatozoa setelah pendinginan dan menggunakan pengencer tris-citric-
pembekuan (Gilmore, Mc Gann, Liu, acid-glucose (Aboagla dan Terada,
Gau, Peter, Kleinhans dan Crister, 2003).
1995). Trehalosa melindungi membran
Trehalosa adalah disakarida non spermatozoa selama pendinginan dan
reduksi yang tersusun atas 2 molekul pembekuan dengan cara membentuk
glukosa. Secara alami gula ini bisa ikatan hidrogen pada sisi O2 dan O3
didapatkan dari berbagai organisme, atau O3 dan O4 dari glukosa penyusun
misalnya bakteri, ragi, fungi, serangga, trehalosa dengan kelompok fosfat dan
invertebrata dan pada tanaman tingkat karbonil dari lipid bilayer, serta
tinggi dalam jumlah yang lebih kecil. membentuk ikatan hidrogen dengan
Trehalosa dapat melindungi protein dan asam amino penyusun protein membran
membran sel dari denaturasi yang spermatozoa. Dengan terbentuknya
disebabkan oleh berbagai kondisi stres, ikatan ini maka stabilitas membran
misalnya kondisi kering, dehidrasi, spermatozoa bisa dipertahankan (Sum,
panas, dingin dan oksidasi. Di pasaran Faller dan de Pablo, 2003). Selain itu
trehalosa didapatkan dari sintesa secara trehalosa juga berperan sebagai anti
kimiawi (Elbein, Pan, Pastuszak dan oksidan yang membersihkan radikal
Carrol, 2003). bebas (Banaroudj, Lee dan Goldberg,
Trehalosa juga dikenal sebagai “ 2001), sehingga stres oksidatif yang
an external membrane stabilizer ‘ yang bisa menurunkan kualitas spermatozoa
mampu menstabilkan secara maksimal akan ditekan. Permasalahan yang
terhadap struktur lipid bilayer membran muncul adalah Bagaimanakah peranan
spermatozoa selama proses trehalosa pada level yang berbeda
pendinginan dan pembekuan (Storey, dalam pengencer dasar tris mampu
Noiles dan Thompson 1998; menekan penurunan viabilitas
Thompson, Richa, Liebbaber dan spermatozoa kambing Boer selama

J. Ternak Tropika Vol. 12, No.1: 27-37, 2011 29


pendinginan dan pembekuan?. sitrat 0,9 g, Laktosa 1,4 g, Trehalosa
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan Sesuai perlakuan (1,5%; 2,5% dan
mengkaji pengaruh berbagai level 3,5%), aquades 80 ml, kuning telur 20
trehalosa dalam pengencer dasar tris ml, penisilin 0,1 g, streptomisin 0,1 g,
terhadap viabilitas spermatozoa gliserol 7 ml (khusus untuk
kambing Boer setelah pendinginan dan pembekuan).
pembekuan. Pengenceran semen dilakukan sampai
mencapai minimal 75 juta/dosis
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian 1. Uji Kualitas semen
Lokasi Penelitian setelah pendinginan
Penelitian dilakukan di Laboratorium Pendinginan terhadap semua sampel
Lapang Sumber Sekar milik Fakultas penelitian yang dicobakan dilakukan
Peternakan, dan laboratorium Biologi setelah semen diencerkan. Evaluasi
FMIPA Unibraw Malang. kualitas semen dilakukan pada jam ke
0, 24, dan 48 setelah pendinginan.
Materi Penelitian Variabel yang diamati adalah viabilitas
- Pejantan kambing Boer spermatozoa.
Sebagai penghasil semen,
digunakan 6 ekor pejantan kambing Penelitian 2. Uji Kualitas semen
Boer umur 2,0 – 2,5 tahun dengan setelah pembekuan
bobot badan ± 100 kg yang tersedia di Pembekuan semen memer-
Laboratorium Lapang Sumber Sekar lukan 2 macam pengencer, yaitu
Fakultas Peternakan Universitas pengencer A (A-I dan A-II) dan B.
Brawijaya. Pengencer A-I dan A-II ini merupakan
stok pengencer tanpa gliserol.
- Semen Pengencer B merupakan stok
Semen yang digunakan pengencer yang ditambah 14% gliserol.
ditampung dari pejantan kambing Boer. Level gliserol yang ditambahkan adalah
Hanya semen yang memiliki motilitas 14% dalam pengencer B atau 7 % dari
individu  70% dengan motilitas massa total pengencer.
 2+ yang akan digunakan sebagai Pengencer A I sebanyak 0,1 ml
sampel penelitian. Frekuensi diletakkan dalam tabung reaksi dan
penampungan dua kali per minggu dikondisikan pada water bath suhu
untuk setiap individu. 37C, pengencer B sebanyak 0,5 ml
diletakkan dalam tabung reaksi dan
Metode Penelitian disiapkan pada refrigerator suhu 3-5C.
Metode penelitian yang digunakan Tahap berikutnya adalah sebanyak 0,1
adalah percobaan laboratorium. ml semen dimasukkan ke dalam
Tahapan pelaksanaan penelitian: tabung reaksi dan ditambahkan
1. Penampungan semen dengan pengencer A-I 0,1 ml, juga
vagina buatan khusus untuk kambing dipersiapkan kebutuhan pengencer A-II
2. Pengenceran Semen 0,3 ml pada tabung reaksi yang lain
Komposisi pengencer semen dalam 100 berikut thermometernya. Kesemuanya
ml: Tris amino methane1,6 g, asam

30 Viabilitas spermatozoa kambing Boer ……..…………………..……….. Nurul Isnaeni


diletakkan ke dalam beaker glass 100 Evaluasi kualitas semen setelah
ml yang telah diisi air dengan suhu pembekuan dilakukan terhadap
37C dan diletakkan dalam viabilitas spermatozoa.
refrigerator bersuhu 5C. Pengencer A-
II dimasukkan ke dalam tabung reaksi Analisis Data
yang telah berisi semen dengan Data yang diperoleh dianalisis ragam
pengencer A-I, apabila air dalam dengan bantuan Microsof SPSS Versi
beaker glass turun menjadi 12C 10.0 (Microsof ® 2003) dan dilanjutkan
(biasanya membutuhkan waktu 60 uji BNT apabila hasilnya berbeda nyata
menit setelah dimasukkan dalam atau sangat nyata. Rancangan yang
refrigerator). digunakan adalah Rancangan acak
Pengencer B yang sudah dicampur Lengkap (RAL).
gliserol sebanyak 0,5 ml ditambahkan
secara perlahan dan penambahan HASIL PENELITIAN
dilakukan bila suhu air dalam beaker Karakteristik Semen Segar Kambing
glass turun menjadi 3-5C . Proses Boer
pengenceran selesai bila total volume Sebagai materi penelitian untuk
telah terpenuhi. uji pendinginan dan pembekuan, semen
Pengisian straw secara manual ditampung dari 6 ekor pejantan
dilakukan setelah penambahan gliserol kambing Boer.
(gliserolisasi) selesai. Pengisian straw Data hasil evaluasi semen segar dari 10
dilakukan di dalam refrigerator. Straw kali penampungan ditampilkan pada
diletakan di beaker glass dan disimpan Tabel 1.
kembali dalam refrigerator bersuhu 3- Hasil uji homogenitas sampel
5C, setelah pengisian seluruh straw dengan menggunakan program SPSS
selesai. yang telah dilakukan, kisaran data yang
 Ekuilibrasi (selama 2 jam) digunakan tergolong homogen, karena
dari semua variabel yang bersifat
 Evaluasi Kualitas Semen
kuantitatif yang diamati pada semen
sebelum pembekuan
segar dengan 10 kali penampungan
Evaluasi kualitas semen sebelum
tidak menunjukkan adanya perbedaan
pembekuan dilakukan terhadap
yang nyata (P>0,05). Oleh karena itu
viabilitas spermatozoa.
apabila terjadi perbedaan nilai pada
 Pre-freezing (suhu -140°C selama
parameter yang diamati, maka hal itu
10 menit).
diharapkan semata-mata disebabkan
 Freezing (suhu -196°C) oleh perlakuan yang dicobakan.
 Thawing (dalam air suhu 37oC
selama 30 detik)
 Evaluasi Kualitas Semen
setelah pembekuan

J. Ternak Tropika Vol. 12, No.1: 27-37, 2011 31


Tabel 1. Karakteristik semen segar kambing Boer (n = 10)

Parameter Rata-rata  SD
Warna Putih Keruh
Konsistensi Agak Kental
PH 7,00  0,0
Volume (ml) 0,81  0,33
Konsentrasi 3387  230,32
(juta)
Motilitas Massa 2+ - 3+
Motilitas 74,50  3,69
Individu
(%)
Viabilitas (%) 88,03  3,07
Abnormal (%) 6,87  1,98
Integritas 72,67  3,66
Membran (%)

Viabilitas spermatozoa setelah pewarna di sekelilingnya (membran


pendinginan telah rusak sehingga permeabilitas
Untuk mengetahui viabilitas meningkat).
spermatozoa dilakukan dengan Viabilitas spermatozoa kambing
pengamatan terhadap preparat semen Boer setelah pendinginan pada level
yang terlebih dahulu dilakukan trehalosa yang berbeda ditampilkan
pewarnaan dengan menggunakan eosin pada Tabel 2.
negrosin. Pengamatan dilakukan Pada Tabel 2. dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop bahwa baik pada pengamatan jam ke 0,
cahaya perbesaran 400X. Persentase ke 24 maupun ke 48 setelah
viabilitas spermatozoa dihitung dari pendinginan level trehalosa
membagi antara jumlah spermatozoa berpengaruh sangat nyata (P<0,01)
hidup dengan total spermatozoa yang terhadap viabilitas spermatozoa. Level
diamati (hidup dan mati) dikalikan trehalosa 1,5% menghasilkan viabilitas
100%. Spermatozoa hidup ditandai spermatozoa tertinggi, diikuti dengan
dengan kondisi kepala spermatozoa level 2,5% dan 3,5 %. Hasil uji BNT
yang transparan, sedangkan menunjukkan bahwa viabilitas
spermatozoa mati ditandai dengan spermatozoa pada level trehalosa 1,5%
kepala spermatozoa yang berwarna dan 2,5 % tidak menunjukkan
merah muda karena telah menyerap perbedaan, sedangkan viabilitas

32 Viabilitas spermatozoa kambing Boer ……..…………………..……….. Nurul Isnaeni


spermatozoa pada level trehalosa 3,5% level trehalosa 1,5% dan 2,5%.
adalah berbeda sangat nyata dengan

Tabel 2. Viabilitas Spermatozoa (%) Kambing Boer Setelah Pendinginan pada Level
Trehalosa yang Berbeda

Pengamatan Jam ke: Level Trehalosa (%) Rata-rata  SD


0 1,5 77,56  5,12 b
2,5 76,72  5,33 b
3,5 69,15  4,99 a
24 1,5 68,60  5,03 b
2,5 65,41  5,43 b
3,5 57,82  7,51 a
48 1,5 60,93  6,51 b
2,5 59,43  7,91 b
3,5 50,96  7,47 a
Notasi a,b,c, pada kolom yang sama berbeda sangat nyata (P<0,01)

Viabilitas spermatozoa kambing menunjukkan adanya perbedaan,


sebelum dan setelah pembekuan pada sedangkan setelah pembekuan level
level trehalosa yang berbeda 1,5% tidak berbeda dengan level 2,5%
ditampilkan pada Tabel 3. dan level 3,5%, sedangkan level 3,5%
Tabel 3. menunjukkan bahwa berbeda dengan level 2,5%.
level trehalosa berbeda sangat nyata Level trehalosa berpengaruh
(P<0,01) terhadap viabilitas terhadap viabilitas spermatozoa setelah
spermatozoa sebelum pembekuan dan pendinginan maupun pembekuan.
berbeda nyata pada pengamatan setelah Level trehalosa 1,5% adalah level
pembekuan (P<0.05). Pada pengamatan optimal untuk pendinginan, sedangkan
sebelum pembekuan, level trehalosa level 2,5% adalah level optimal untuk
2,5% menghasilkan viabilitas pembekuan (Tabel 2. dan 3.). Level
spermatozoa tertinggi, diikuti dengan trehalosa yang optimal diperlukan
level 1,5% dan terakhir 3,5%, untuk mendukung stabilisasi membran
sedangkan setelah pembekuan level sel dan keseimbangan osmolaritas yang
trehalosa 2,5% menghasilkan viabilitas sesuai antara intra dan ekstraseluler.
spermatozoa tertinggi setelah
pembekuan dan level trehalosa 3,5%
menghasilkan viabilitas spermatozoa
terrendah. Hasil uji BNT sebelum
pembekuan menunjukkan bahwa
masing-masing level trehalose

J. Ternak Tropika Vol. 12, No.1: 27-37, 2011 33


Tabel 3. Viabilitas Spermatozoa (%) Kambing Boer Sebelum dan Setelah
Pembekuan pada Level Trehalosa yang Berbeda

Level Trehalosa Sebelum Pembekuan Setelah Pembekuan


(%) Rata-rata  SD (%) Rata-rata  SD(%)
b
1,5 69,47  3,37 49,88  7,92 pq
2,5 74,88  5,20 c 52,22  10,83 q
3,5 64,11  7,80 a 41,93  9,10 p
Notasi a,b,c pada kolom yang sama berbeda sangat nyata (P<0,01)
Notasi p,q pada kolom yang sama berbeda nyata (P<0,05)

Level optimum trehalosa untuk a. endonuclease, yang akan


pembekuan lebih tinggi dari menghancurkan DNA dalam inti
pendinginan (2,5% vs 1,5%), karena spermatozoa
proses pembekuan menyebabkan b. transglutaminase, yang berikatan
tingkat perubahan polaritas yang lebih secara kovalen dengan protein
besar jika dibandingkan dengan membran melalui pembentukan
pendinginan. Kondisi ini akan ikatan isopeptida yang
memberikan peluang yang lebih besar mematikan sel.
terhadap trehalosa untuk berikatan 2. Adanya perubahan susunan
dengan gugus karbonil lipid membran, membran
sehingga level trehalosa yang Membran spermatoza tersusun atas
dibutuhkan lebih banyak. lipid (fosfolipid), kolesterol dan
Destabilisasi membran yang protein. Perubahan susunan fosfolipid
terjadi akibat tidak optimalnya level penyususn membran (karena terjadinya
krioprotektan akan berakibat translokasi fosfatidil serin dari
meningkatkan jumlah kematian sel. lembaran dalam membran menuju ke
Menurut Fuller dan Shields (1998); lembaran luar membran, hal ini terjadi
Anzar, He, Buhr dan Kroetsch (2002) karena cekaman dingin atau beku, juga
ada beberapa hal yang menyebabklan akan menyebabkan kematian sel
kematian sel sehubungan dengan spermatozoa (Fuller and Shields,
destabilisasi membran, diantaranya 1998). Namun di sisi lain, selama
adalah: pendinginan terjadi interaksi daerah
1. Aksi dari Ca2+ hidrofobik sehingga sebagian besar
Ion kalsium memiliki peran penting partikel membran dari lembaran luar
dalam mengawali kematian sel. menempel pada lembaran dalam,
Meningkatnya konsentrasi kalsium sehingga pada lembaran luar hanya
bebas dalam sel akan menyebabkan sedikit partikel yang tersisa. Hal ini
kematian sel, karena keberadaan akan menyebabkan destabilisasi
kalsium bebas ini akan mengaktifkan membran yang akan mengakibatkan
enzim-enzim penyebab kematian sel, penurunan fungsi fisiologi membran
enzim-enzim tersebut diantaranya (Fuller dan Shields, 1998). Trehalosa
adalah: terutama berperan dalam

34 Viabilitas spermatozoa kambing Boer ……..…………………..……….. Nurul Isnaeni


mempertahankan stabilitas struktur Mitochondrial Transition Pore juga
membran spermatozoa. Trehalose akan berperanan pada pelepasan ion kalcium
menstabilkan membran dengan jalan (Benardi and Petrolini, 1996).
membentuk ikatan hidrogen pada sisi Terbukanya MTP oleh berbagai
O2 dan O3 atau pada O3 dan O4 pada sebab akan menyebabkan
glukosa penyusun trehalosa dengan dikeluarkannya isi matrik mitokondria,
kelompok fosfat atau karbonil pada seperti: ion kalsium, substrat metabolik
membran bilayer. Disamping itu juga yang penting, dan anti oksidan serta
membentuk jembatan yang ATP. Kehilangan anti oksidan (GSH)
menghubungkan antara fosfolipid satu ini menyebabkan mitokondria tidak
dengan yang lain. Terhadap protein viable oleh akrena GSH sangat
membran, trehalosa menstabilkan dibutuhkan untuk reduksi H2O2 dan
membran dengan cara membentuk Reaksi Oksigen Spesies (ROS) yang
ikatan hidrogen antar asam amino lain.
penyusun protein. Interaksi yang Pengencer semen yang tidak
terbentuk ini akan mencegah denaturasi mengandung antioksidan akan
dan agregasi protein yang menurunkan menyebabkan peningkatan stres
fungsi protein. Apabila terjadi oksidatif dalam sel dan tingginya ion
akumulasi denaturasi protein membran kalsium dalam matriks mitokondria
maka akan menyebabkan kematian yang dapat menyebabkan terbukanya
spermatozoa. Hal ini karena protein MTP, yang akan menyebabkan
membran yang seharusnya memiliki keluarnya berbagai komponen
fungsi fisiologis sel (misalnya sebagai membran potensial mitokondria.
ensim, komunikasi sel, kanal Selanjutnya akan dikeluarkan faktor
membran) akan mengalami kehilangan apoptosis, seperti cytochrom C (Cyt C)
fungsi, sehingga fisiologi sel tidak bisa dan AIF. Faktor proapoptosis ini akan
berjalan sebagaimana mestinya (Chen, mengaktivasi cascade caspase, yang
Bekar, Xu, Fan dan Hadad, 2003). bersama dengan hilangnya ensim yang
Sedangkan menurut Widodo (2003) memperbaiki kerusakan DNA dan
proses kematian sel bisa diawali di aktivasi endonuklease akan
mitokondria dengan diaktifkannya menyebabkan fragmentasi (hancurnya)
suatu mega kanal (suatu perubahan DNA dan kematian sel.
konformational) yang terjadi pada Trehalosa dalam hal ini
bagian dalam dan luar sehingga matrik bertindak sebagai antioksidan dalam
mitokondria berhubungan langsung proses pendinginan dan pembekuan
dengan sitoplasma melalui spermatozoa. Penambahan trehalosa ke
Mitochondrial Transition Pore (MTP). dalam medium akan meningkatkan
Mitochondrial Transition Pore resistensi sel terhadap radikal bebas
adalah poros yang tidak selektif dengan (H2O2) yang merupakan hasil samping
konduktan yang tinggi. Pada poros itu dari metokondria dalam memproduksi
sendiri didapatkan berbagai enzim ATP. Radikal bebas dalam konsentrasi
seluler yang penting, seperti: tinggi akan menyebabkan stres
hexokinase, creatine kinase dan oksidatif sel yang diindikasikan dengan
molekul transporter, seperti: adenine rusaknya ikatan kovalen antar asam
nucleotide translocator (Benardi, 1996). amino penyusun protein membran.

J. Ternak Tropika Vol. 12, No.1: 27-37, 2011 35


Kerusakan ikatan kovalen ini akan the Goat Sperm Membrane and Its
berakibat pada agregasi Protection During Freezing. J.
(penggumpalan) dan denaturasi Biol. Reprod.
(perubahan sifat) protein atau Anzar, M., He, L., M.M. Buhr, T.G.
kemunduran fungsi protein. Pada lipid Kroetsch and K.P. Pauls. 2002.
membran cekaman dingin atau beku Sperm Apoptosis in Fresh and
akan memicu terjadinya oksidasi pada Cryopreserved Bull Semen
ikatan rangkap asam lemak tak jenuh Detected by Flow Cytometry and
yang akan berakibat terhadap Its Relationship with Fertility., J.
peroksidasi lipid membran. Apabila hal Biol. Reprod. 66, 354-360.
ini terjadi maka struktur lipid membran Banaroudj, N., D.H. Lee and A.L.
akan berubah dan fungsi lipid membran Goldberg. 2001. Trehalose
akan mengalami perubahan pula. accumulation during cellular stress
Keberadaan treahlosa di dalam protects cells and cellular proteins
pengencer akan mengeliminir from damage by oxygen radicals.
terjadinya ikatan radikal bebas terhadap J. Biol. Chem. 276: 24261-24267.
asam amino penyusun protein atau lipid Barrios, B, R. Perez-Pe, M. Gallego, A.
membran (karena radikal bebas akan Tato, J. Osada, T. Muino-Blanco,
diikat oleh trehalosa), sehingga A. Cebrian-Perez. 2000. Seminal
kerusakan protein atau lipid membran plasma protein revert the cold-
dapat dicegah (Banaroudj dkk. 2001; shock damage on ram sperm
Chen,dkk. 2003). membrane. Bio Reprod 63, 1531-
1537.
KESIMPULAN DAN SARAN Benardi, P. 1996. Permeability
Kesimpulan transsition pore. Control point of a
Dari hasil penelitian dapat Ca sensitive mitochondrial chnanel
disimpulkan bahwa dalam pendinginan involved in cell death. Biochem.
dan pembekuan semen kambing Boer, Biomembr. 28: 131 –138.
masing-masing penambahan level Chent, Q., K.L. Behar, T. Xu, C. Fan
trehalosa 1,5% dan 2,5% dalam and G.G. Haddad. 2003.
pengencer dasar tris menghasilkan Expression of Drosophila
semen dengan viabilitas optimal. Trehalose-Phosphate Synnthase in
HEK-293 Cells Increases Hypoxia
Saran Tolerance. J. Biol. Chemistry.
Dalam pendinginan dan 49113-49118.
pembekuan semen kambing Boer Elbein, A.D., Y.T. Pan, I. Pastuszak
sebaiknya ditambahkan trehalosa and D. Caroll. 2003. New Insights
masing-masing 1,5% dan 2,5% dalam on Trehalosse: a multifunctional
pengencer dasar tris agar molecule. Glycobiology. 13 (4):
mendapatkan viabilitas spermatozoa 17R-27R.
yang optimal Fuller, G. M. dan D. Shields. 1998.
Molecular Basis of Medical Cell
DAFTAR PUSTAKA Biology. Prentice Hall
Aboagla, E.M.E. and T. Terada. 2003. International, Inc. USA.
Trehalose-Enhanced Fluidity of

36 Viabilitas spermatozoa kambing Boer ……..…………………..……….. Nurul Isnaeni


Gil, J, N. Lundeheim, L. Soederquist Thompson, K. A., J. Richa, S. A.
and H. Rodriguez-Martinez. 2003. Liebhaber and B. T. Storey. 1998.
Influence of extender, temperature, Dialysis Addition of
and addition of glycerol on post- Trehalose/Glycerol Cryoprotectant
thaw sperm parameters in ram Allows Recovery of
semen. Theriogenology, 59(5-6), Cryopreserved Mouse
1241-1255. Spermatozoa With Satisfactory
Gilmore, J. A., J. Du, J. Tao, A.T. Fertilizing Ability as Assessed by
Peter, and J.K. Critser., 1996. Yield of Live Young. J. Androl. 22
Osmotic Properties of Boar (2) : 339-344.
Spermatozoa and Their Relevance Widodo, M. A. 2003. Calsium dan
to Cryopreservation. J. reprod. Generasi Spesies Oksigen Reaktif
Fertil. 996 (107): 87-95. Pada Fungsi Mitokondria. Buku
Giraud, M.N., C. Motta, D. Boucher, Kumpulan Makalah. Basic
G. Grizard. 2000. Membrane Molecular Biology Course on
fluidity predicts the outcome of Mitochondrial Medicine. Fakultas
cryopreservartion of human Kedokteran Unibraw. Malang.
spermatozoa. Hum Repr. 5(10) :
2160 – 2164.
McGonagle, L.S, M. Goldstein, J.
Feldschuh, R.H. Foote. 2002. The
influence of cryoprotectrive and
processing procedures on motility
and migration of frozen-thawed
human sperm. Asian J Androl 4:
137-141.
Storey, B. T., E. E. Noiles and K. A.
Thompson. 1998. Comparison of
Glycerol, Other Polyols,
Trehalose, and Raffinose to
Provide a Defined Cryoprotectant
Medium for Mouse Sperm
Cryopreservation. J. Cryobiology
37: 46-58.
Sum, A.K., R. Faller and J.J. de Pablo.
2003. Molecular Simulation Study
of Phospholipid Bilayers and
Insights of The Interactions with
Disaccharides. J. Biophiys. 85:
2830-2844.
Supriatna, I. 1993. Metode-metode
Dasar Pembekuan Embrio
Mammalia. Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian
Bogor.Bogor.

J. Ternak Tropika Vol. 12, No.1: 27-37, 2011 37

Anda mungkin juga menyukai