Anda di halaman 1dari 15

Jurnal S.

Pertanian 3 (1) : 347- 361(2013) ISSN : 2088-0111

Efektifitas Penambahan Vitamin C Dalam Pengencer Susu Skim Kuning Telur terhadap
Kualitas Spermatozoa Kambing Boer setelah Penyimpanan Dingin

Effectiveness of Adding Vitamin C in Skim Milk Egg Yolk Diluent for Quality Boer Goat
Spermatozoa after Cold Storage

T. M. Lubis1, Dasrul2, C. N. Thasmi2, dan T. Akbar3


1
Laboratorium Fisiologi Hewan FKH, Univeritas Syiah Kuala Banda Aceh
2
Laboratorium Reproduksi & Kebidanan, FKH,Univeritas Syiah Kuala Banda Aceh
3
Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, FKH, Univeritas Syiah Kuala Banda Aceh

ABSTRAK
Penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan vitamin C dalam
pengencer susu skim kuning telur terhadap kualitas spermatozoa kambing Boer setelah
pendinginan. Semen ditampung dari 2 ekor pejantan umur 1,5 – 2 tahun sehat, menggunakan
elektro ejakulator. Semen yang berkualitas baik dibagi dalam 4 kelompok perlakuan
penambahan vitamin C ; 0,00 gr/100ml (P0); 0,10 gr/100ml (P1); 0,20 gr/100ml (P2) dan 0,30
gr/100ml (P3), dalam pengencer susu skim kuning telur, dan disimpan dalam suhu 4 - 5 oC.
Pengamatan daya tahan hidup, motilitas dan membran plasma utuh (MPU) spermatozoa
dilakukan setiap hari sampai selama 5 hari. Data yang diperoleh dianalisa dengan analisys of
variance (ANOVA) pola satu arah yang dilanjutkan dengan uji berganda Duncant. Hasil
pengamatan daya tahan hidup spermatozoa setelah pendinginan pada perlakuan P0; P1; P2 dan P3
secara berturut-turut adalah 2,2 hr, 2,6 hr, 4,2 hr dan 3,4 hr. Rata-rata persentase motilitas setelah
pendinginan selama 4 hari (96 jam) adalah sebesar 14,00 ± 9,62 %; 22,00 ± 13,51 %; 40,20 ±
3,35 % dan 36,20 ± 6,30 %. Persentase MPU sebesar 36,60 ± 1,52 %, 40.80 ± 7,19 %, 50,00 ±
6,12 % dan 47,00 ± 7,87 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan vitamin C dalam
susu skim kuning telur berpengaruh secara nyata (P<0,05) terhadap daya tahan hidup, persentase
motilitas dan MPU spermatozoa. Penambahan vitamin C 0,2 gr/100 ml dalam pengencer susu
skim kuning telur menghasilkan daya tahan hidup, persentase motilitas dan MPU spermatozoa
kambing boer yang lebih baik setelah penyimpanan dingin.

Kata Kunci : vitamin C, susu skim, kuning telur, kualitas sperma, kambing boer

ABSTRACT
This study aims to determine the effect of vitamin C addition into skim milk-egg yolk
diluent on quality of Boer goat sperm after cooling. Semen was collected from 2 healthy males
aged 1.5-2.0 years, using electro ejakulator. Good quality semen was divided into 4 groups:
addition of vitamin C 0.00 gr/100 ml (P0), 0.10 gr/100 ml (P1), 0.20 gr/100 ml (P2) and 0.30
gr/100 ml (P3) into the skim milk- egg yolk diluent, and stored in a temperature of 4-5oC.
Observations of sperm viability, motility, and intact plasma membrane were done every day up
to day 5. The data obtained was analyzed with the one-way analysis of variance (ANOVA),
followed by multiple test Duncan. Results show sperm viability after cooling in the groups P0;
P1; P2 and P3 respectively was 2.2 days, 2.6 days, 4.2 days and 3.4 days. The average percentage
of sperm motility after cooling for 4 days (96 hours) is 14.00 ± 9.62%, 22.00 ± 13.51%, 40.20 ±
3.35% and 36.20 ± 6.30%. The percentage of intact plasma membrane is 36.60 ± 1.52%, 40.80 ±
7.19%, 50.00 ± 6.12% and 47.00 ± 7.87%. The results show that the addition of vitamin C in
skim milk-egg yolk diluent affects significantly (P<0.05) sperm viability, the percentage of
sperm motility and intact plasma membrane. The addition 0.2 gr/100 ml vitamin C into skim
milk-egg yolk diluent after cold storage results greater sperm viability, motility, and intact
plasma membrane.

Key words : vitamin C, skim milk, egg yolk, sperm quality, Boer goat

347
T. M. Lubis dkk. (2013) Efektifitas Penambahan Vitamin…
PENDAHULUAN menyebabkan terjadinya reaksi akrosom dini
sehingga spermatozoa lebih cepat rusak
Kambing merupakan salah satu jenis (Hafez, 2004).
ternak ruminansia yang berperan penting Susu skim merupakan medium
dalam penyediaan daging pada masyarakat isotonik yang mengandung beberapa
di Propinsi Aceh. Namun demikian populasi komponen yang menguntungkan untuk
dan mutu genetik ternak kambing cendrung memelihara kelangsungan hidup
menurun dari tahun ketahun. Berdasarkan spermatozoa seperti karbohidrat, lemak dan
laporan Dinas Kesehatan Hewan dan mineral serta beberapa substansi pelindung
Peternakan TK I Propinsi Aceh tahun 2007, lesitin untuk proses oksidasi metabolisme
populasi ternak kambing di Propinsi Aceh spermatozoa (Salisbury dan VanDemark,
tahun 2006 berjumlah 48.832 ekor, jumlah 1985). Penggunaan susu skim sebagai
ini jauh menurun dibandingkan daripada pengencer sering dikombinasikan dengan
tahun 2002 yaitu 68.646 ekor. Tingginya kuning telur. Werdhany (2003) menyatakan
tingkat penurunan populasi ternak kambing semen kambing yang diencerkan dengan
ini selain disebabkan oleh akibat tingginya susu skim kuning telur menghasilkan daya
tingkat pemotongan, juga disebabkan tahan hidup spermatozoa yang lebih baik
pengelolaan yang kurang baik yang dari air kelapa kuning telur. Namun
berakibat rendahnya tingkat produktivitas penggunaan pengencer susu skim kuning
ternak kambing lokal (Anonimus, 2007). telur pada spermatozoa kambing belum
Salah satu upaya perbaikan mutu memberikan hasil fertilitas yang baik.
genetik ternak kambing di propinsi Aceh Kondisi tersebut diduga berkaitan dengan
dilakukan melalui perkawinan silang antara ketidakmampuan pengencer sus skim
ternak kambing betina lokal dengan ternak kuning telur untuk mencegah kerusakan
kambing pejantan unggul. Namun membran spermatozoa yang disebabkan
perkawinan silang dengan pejantan unggul oleh peroksifdasi lipid. Disamping itu
ternyata masih menghadapi kendala karena tingginya rasio antara asam lemak jenuh dan
terbatasnya pejantan unggul dan mahalnya asam lemak tidak jenuh, komposisi
harga pejantan, sehingga sulit terjangkau fosfolipid membran serta rendahnya
oleh para peternak dipedesaan. Keterbatasan kolesterol membuat membran spermatozoa
ini dapat diatasi melalui pemanfaatan kambing mudah mengalami cekaman dingin
teknologi reproduksi inseminasi buatan (IB), dan menjadi lebih rentan terhadap kerusakan
yang mampu meningkatkan produktivitas akibat peroksidasi yang dapat merusak
dan mempercepat penyebaran populasi komponen struktural membran (White, 1993
ternak dengan mutu genetik yang lebih baik, dan Dasrul 2006). Upaya untuk
juga diharapkan akan dapat mengoptimalkan meminimalkan kerusakan membran
fungsi seekor pejantan. Penerapan teknologi spermatozoa akibat peroksidasi lipid selama
IB pada kambing dapat menggunakan semen proses pendinginan dapat dilakukan dengan
beku maupun semen cair yang diperbanyak penambahan antioksidan pada bahan
volumenya sehingga dapat dimanfaatkan pengencer (Alawiyah dan Hartono, 2006;
untuk melayani beberapa betina dalam Feradis, 2009).
kurun waktu yang lebih lama. Vitamin C (asam arcorbat) merupakan
Penggunaan semen cair untuk IB salah satu vitamin yang bersifat sebagai anti
pada ternak kambing masih menimbulkan oksidan yang larut dalam air. Vitamin C
banyak permasalahan, terutama menyangkut mampu menangkap radikal bebas dan
penggunaan jenis pengencer yang tepat mencegah terjadinya reaksi rantai, sehingga
sehingga mampu mempertahankan motilitas dapat menghindari kerusakan peroksidatif
dan daya tahan hidup spermatozoa selama yang berpengaruh terhadap viabilitas dan
pengenceran dan inseminasi pada betina. fertilitas spermatozoa. Selain itu asam
Keberadaan enzim fosfolipase A2 (sebagai ascobat juga dapat berperan sebagai salah
enzim yang menghidrolisis lesitin kuning satu zat pereduksi dalam sisten oksidan
telur) di dalam plasma semen kambing reduksi (Chinoy et al., 1991 dan Combs,

348
Jurnal S. Pertanian 3 (1) : 347- 361(2013) ISSN : 2088-0111

1992). Hasil penelitian Aurich et al. (1997) % larutan hypoosmotik 0,032 M (dibuat dari
menunjukan bahwa penambahan vitamin C 7,35gr Na Citrat 2H2O, 13,52gr fruktosa
sampai 2,5 mMolar pada pengencer semen yang dilarutkan dalam 1 liter aquades).
kuda dapat meningkatkan motilitas dan
mempertahankan integritas membran plasma Metode Penelitian
spermatozoa kuda yang disimpan pada suhu Penelitian ini merupakan penelitian
5 oC . Hal yang sama juga dilaporkan oleh eksperimental laboratorium menggunakan
Sumargono (1998) pada semen kerbau sejumlah sampel semen segar kambing
lumpur menunjukan kecendrungan peranakan Boer yang diencerkan dalam susu
peningkatan viabilitas spermatozoa dengan skim kuning telur dengan penambahan
meningkatnya dosis vitamin C dalam vitamin C (0,0 gr /100 Pengencer; 0,1 gr/100
pengencer susu skim. Sampai saat ini Pengencer; 0,2 gr/100 Pengencer; 0,3 gr/100
pengaruh penambahan vitamin C dalam Pengencer). Rancangan yang digunakan
pengencer susu skim terhadap kualitas adalah rancangan acak lengkap (RAL).
spermatozoa kambing peranakan Boer
masih sangat terbatas. Sehubungan dengan Prosedur Penelitian
itu telah dilakukan penelitian untuk a. Pembuatan Bahan Pengenceran
mengetahui pengaruh penambahan vitamin Semen
C dalam pengencer susu skim kuning telur Larutan pengencer yang digunakan
terhadap kualitas spermatozoa kambing adalah susu skim – kuning telur, yang terdiri
Boer. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dari susu skim; kuning telur; fruktosa;
memberikan informasi lebih lanjut tentang penicillin dan streptomisin. Susu skim
pengembangan pengenceran semen dengan sebelum digunakan terlebih dahulu
penambahan vitamin C sebagai bahan dilarutkan dengan aquades dengan
pelindung terhadap reaksi peroksidasi lipid perbandingan 1 : 9 dan dipanaskan hingga
yang dapat merusak membran sel, sehingga o
92 C selama 10 menit untuk
dapat mempertahankan kualitas semen menghilangkan biopotensi laktenin.
kambing peranakan Boer selama Selanjutnya susu skim tersebut didinginkan
pendinginan. dan ditambahkan fruktosa 3 g/100ml;
penicillin 1000 IU/ml, streptomisin 1000
MATERI DAN METODE ug/ml dan kuning telur 20 %. Semua bahan
pengencer yang dibuat volumenya 100 ml.
Tempat dan Waktu Penelitian
b. Penampungan Semen dan Evaluasi Semen
Penelitian akan dilakukan di exfarm
Sampel semen yang akan digunakan
Peternakan dan laboratorium Reproduksi
diambil dari Kambing Perananan Boer
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Jantan, sehat berumur 4 – 5 tahun dengan
Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh yang
cara penampungan menggunakan elektro
di rencanakan pada awal bulan 10 Juni - 25
ejakulator. Penampungan semen dilakukan
September 2009
pada pagi hari jam 8.00 – 9.00 WIB,
Alat dan Bahan Penelitian sebanyak 1 kali dalam seminggu.
Alat-alat yang digunakan adalah Segera setelah penampungan semen
kandang, elektro ejakulator, mikroskop dilakukan pemeriksaan kualitas secara
elektrik biokuler, centrifuge, pipet tetes, makroskopis (volume, warna, konsistensi,
gunting, termos es, backer glass, gelas bau, dan pH) dan mikroskopis (konsentrasi
objek, stopwach, labu erlenmeyer, tabung spermatozoa, persentase motilitas
reaksi, tabung centrifuge, tissue, spermatozoa, persentase spermatozoa hidup,
haemocytometer dan refreegerator. persentase membran plasma spermatozoa
Bahan yang di gunakan adalah utuh dan persentase tudung akrosom
semen segar kambing peranakan Boer, spermatozoa utuh). Semen yang mempunyai
pengencer susu skim, vitamin C, eosin- konsentrasi spermatozoa > 600 x 106/ml dan
nigrosin, aquadest, kuning telur, alkohol 70 motilitas progresif > 70 % , abnormalitas <
20 % digunakan sebagai sampel.
349
T. M. Lubis dkk. (2013) Efektifitas Penambahan Vitamin…
c. Pengenceran Semen kuning telur dengan penambahan vitamin C
Segera setelah dilakukan evaluasi kosentrasi 0,1 gr/100 ml Pengencer (P1);
terhadap kualitas semen segar, dibagi dalam pengencer Susu skim kuning telur dengan
4 kelompok perlakuan pengencer susu skim penambahan vitamin C 0,2 gr/100 ml
kuning telur yang telah ditambahkan vitamin Pengencer (P2); pengencer Susu skim
C berbagai dosis perlakuan. Semen yang kuning telur dengan penambahan vitamin C
diencerkan pada pengencer dasar susu skim kosentrasi 0,3 gr/100 ml Pengencer (P3).
kuning telur (SSKT) tanpa penambahan Komposisi masing pengencer tertera pada
vitamin C (Po); pengencer Susu skim Tabel.

Volume Komposisi Vitamin C


No Perlakuan
(ml) ( gr)
1 Po 100 0,0
2 P1 100 0,1
3 P2 100 0,2
4 P3 100 0,3

Jumlah bahan pengencer yang akan ditambahkan ke masing-masing semen dihitung dengan
rumus:
Volume semen (ml) x Konsentrasi Semen x Motilitas
Jumlah Pengencer =
Konsentrasi semen yang diinginkan
Volume masing-masing pengenceran Pemeriksaan motilitas
yang pertama kali ditambahkan pada semen spermatozoa dilakukan menurut standart
sesuai dengan volume semen yang baku BIB singosari (Zenichero dkk. 2002).
diperoleh. Selanjutnya ditambahkan sedikit Persentase spermatozoa yang motil
demi sedikit sampai volume yang diinginkan ditentukan dengan menghitung jumlah
terpenuhi. Konsentrasi semen yang persentase spermatozoa yang bergerak
diinginkan adalah 10 juta spermatozoa/ml. secara progresif (bergerak ke depan) pada
Jarak waktu antara penampungan semen lima lapang pandang mikroskop cahaya
sampai pengenceran tidak lebih dari 15 pembesaran 400 x (Rasul et al., 2001).
menit seperti yang dianjurkan oleh Balai Angka yang diberikan berkisar antara 0 dan
Inseminasi Buatan (BIB) 100% .
3. Pemeriksaan Integritas Membran Plasma
d. Pendinginan Semen Spermatozoa
Segera setelah semen di encerkan Pemeriksaan integritas membran
dengan masing-masing kelompok perlakuan, plasma spermatozoa dilakukan berdasarkan
lalu di masukkan dalam opendorf (1,5 ml) uji pembengkakan atau hypoosmotik
dan selanjutnya dilakukan pendinginan swelling test (HOS-Test) sebagaimana yang
dalam lemari pendingin. dikembangkan oleh Rasul et al., (2001).
1. Pemeriksaan Daya tahan hidup Sebanyak 0,1 ml suspensi sperma hasil
Spermatozoa pencucian ditambahkan ke dalam 0,9 ml
Pemeriksaan Daya tahan hidup larutan hypoosmotik 0,032 m (yang dibuat
Spermatozoa dilakukan setiap hari (setiap 24 dari 7,35gr Na Citrat 2H2O, 13,52 gr
jam) sampai motilitas spermatozoa menurun fruktosa yang dilarutkan dalam 1 liter
mencapai minimal 40 % spermatozoa aquadest) dan diinkubasikan selama 1 jam di
bergerak aktif menuju ke depan (progresif). dalam inkubator pada sushu 37o C,
Sedangkan persentase motilitas dibawah 40 selanjutnya dibuat preparat ulas tipis dengan
% tidak lagi dilakukan pengamatan. mencampurkan 1 tetes larutan di atas
dengan 1 tetes eosin nigrosin, diamati
2. Pemeriksaan Persentase Motilitas dengan mikroskop cahaya dengan
Spermatozoa pembesaran 400X. Spermatozoa dihitung

350
Jurnal S. Pertanian 3 (1) : 347- 361(2013) ISSN : 2088-0111

dengan cara berurutan atau zig zag sampai terdapat perbedaan, maka selanjutnya
10 lapang pandang atau jumlah spermatozoa dilakukan uji berganda Duncant (Steel dan
100 – 200. Spermatozoa yang memiliki Torrie, 1990).
integritas membran plasma yang utuh
ditandai dengan adanya pembengkakan HASIL DAN PEMBAHASAN
kepala yang diikuti dengan ekor berputar
dengan pancaran warna terang, sedangkan 1. Kualitas Semen Segar Kambing
spermatozoa yang membran plasmanya Peranakan Boer
sudah rusak ditandai dengan tidak ada Sebagai dasar untuk menentukan
pembengkakan kepala dan ekor yang lurus. kelayakan semen untuk diolah adalah hasil
evaluasi kualitas segar. Persyaratan yang
Analisis Data harus dipenuhi agar semen segar layak
Penelitian ini menggunakan diolah meliputi volume dan pH semen,
Rancangan Acak Lengkap pola searah gerakan massa, konsentrasi, motilitas
dengan 4 kelompok perlakuan dosis vitamin progresif, dan abnormalitas sperma serta
C (0,0 gr/100 ml Pengencer; 0,1 gr/100 ml sejumlah ukuran biokimia lainnya. Hasil
Pengencer; 0,2 gr/100 ml Pengencer; 0,3 pemeriksaan kualitas semen segar kambing
gr/100 ml Pengencer). Data persentase Peranakan Boer setelah koleksi dapat dilihat
kualitas spermatozoa yang diperoleh pada Tabel 2.
dianalisa dengan uji beda ANAVA, dan bila

Tabel 2. Kualitas semen segar kambing peranakan Boer setelah koleksi.


Parameter Hasil Pengamatan
Volume (ml) 1,05 ± 0,15
Warna Krem keputih-putihan
Konsistensi Kental
Gerak massa +++
pH 6,53 ± 0,15
Motilitas (%) 76,67 ± 5,77
Konsentrasi (109/ ml) 2.17 ± 0,08
Persentase spermatozoa hidup (%) 87,54 ± 2,18.
Abnormalitas (%) 6,38 ± 1,96
Integritas Membran (%) 83,67 ± 3,58

a. Volume semen semen segar dipengaruhi oleh umur, kualitas


Rata-rata volume kambing pakan, berat badan, kondisi dan bangsa
peranakan Boer dari 5 ejakulat yang ternak.
digunakan pada penelitian ini adalah 1,05 ± b. Warna, Konsistensi dan Konsentrasi
0,15 ml, dengan kisaran antara 0,9 – 1,2 ml. Rata-rata warna semen yang
Nilai ini lebih rendah dengan hasil yang diperoleh berwarna putih susu atau krem
dilaporkan Suyadi (2003) yakni 1,6 – 2,0 ml keputihan dan konsistensinya berkisar antara
dengan menggunakan elektroejakulator, sedang sampai kental (rata-rata agak kental).
tetapi relatif sama dengan hasil yang Hasil ini juga serupa dengan yang
dilaporkan Isnaini (2006) yaitu 0,81 ± 0,33 dilaporkan Suyadi (2001) bahwa warna
ml dengan menggunakan vagina buatan. semen segar kambing peranakan boer adalah
Adanya perbedaan nilai rata-rata volume krem keputihan atau putih susu dengan
semen tersebut sangat dipengaruhi oleh konsistensi rata-rata agak kental.
kondisi masing-masing individu (variasi
individu) seperti kualitas reproduksi, umur Rata-rata konsentrasi spermatozoa
dan kondisi ternak serta metode koleksi
yang di dapatkan dari 5 ejakulat kambing
yang digunakan. Sebagaimana dikemukakan peranakan Boer adalah sebesar 2.17 ± 0,08
oleh Toelihere (1985), kualitas dan kuantitas x109./ml. Hasil ini sesuai dengan dengan

351
T. M. Lubis dkk. (2013) Efektifitas Penambahan Vitamin…
kisaran konsentrasi spermatozoa untuk mempunyai kategori baik dan memenuhi
setiap ml semen yang dilaporkan Suyadi syarat untuk digunakan sebagai sampel
(2004) bahwa semen kambing peranakan semen untuk dibekukan. Hal ini sesuai
Boer yang dipelihara di Indonesia (Malang) dengan pernyataan Toelihere (1985) dan
memiliki konsentrasi rata-rata sebesar 2,67 Balai Inseminasi Buatan Dirjen Peternakan
x109./ml. Akan tetapi hasil penelitian ini bahwa terdapat beberapa persyaratan yang
lebih rendah dibandingkan dengan yang harus dipenuhi dalam proses pendinginan
dilaporkan oleh Gang Yi dkk. (2001) yaiu atau pembekuan semen kambing adalah
sebesar 5,560 ± 0,36 x 109 /ml pada kambing perkiraan motilitas minimal 70 %,
Boer yang dipelihara di China. Adanya konsentrasi lebih dari 2000 juta per milliliter
perbedaan ini diduga disebabkan oleh semen dan abnormalitas tidak kurang dari
variasi individu, umur dan pola 20 %, persentase hidup spermatozoa
pemeliharaan. minimal 75 %, abnormalitas tidak lebih dari
20 % dan semen memiliki gerakan massa
c. Derajat Keasaman (pH)
++/+++.
Rata-rata derajat keasaman semen
kambing peranakan Boer yang diperoleh
pada penelitian ini adalah 6,53 ± 0,15. Hasil Pengaruh Perlakuan Terhadap Daya
ini hampir sama dengan yang diperoleh Tahan Hidup Spermatozoa
Daya tahan hidup spermatozoa yang
Suyadi (2003) bahwa pH semen kambing
peranakan Boer di Indonesia rata-rata 6,2 dimaksud adalah kemampuan spermatozoa
untuk bertahan hidup selama penyimpanan
sampai 6,9.
yang diperlihatkan melalui sanggupnya
bergerak sampai tidak adanya pergerakan
d. Motilitas dan Spermatozoa Hidup
lagi. Namun daya tahan hidup spermatozoa
Persentase motilitas dan hidup
yang diamati dalam penelitian ini adalah
spermatozoa semen segar kambing
kemampuan spermatozoa untuk bertahan
peranakan Boer yang diperoleh adalah 76,67
hidup selama motilitas spermatozoanya
± 5,77 % dan 87,54 ± 2,18 %. Hasil ini
masih berada diatas motilitas spermatozoa
sesuai dengan yang dilaporkan Isnaini
layak IB, yakni minimal 40 %. Sedangkan
(2006) bahwa persentase motil dan hidup
persentase motilitas dibawah 40 % tidak lagi
spermatozoa kambing peranakan Boer di
dilakukan pengamatan. Rata-rata daya tahan
Indonesia adalah sebesar 74,50 ± 3,69 %
hidup spermatozoa semen cair kambing
dan 88,03 ± 3,07 %..
peranakan Boer yang diamati dari keempat
Berdasarkan hasil penilaian semen
perlakuan penambahan vitamin C dalam
segar pada tabel 1 diatas, dapat disimpulkan
pengencer susu skim kuning telur dapat
bahwa semen segar kambing peranakan
dilihat pada tabel 3.
Boer yang digunakan pada penelitian ini

Tabel 3. Rata-rata (± SD) daya tahan hidup spermatozoa kambing peranakan Boer setelah
pendinginan dalam susu skim kuning telur dengan penambahan vitamin C
Daya tahan hidup spermatozoa
Perlakuan Ulangan
(hari)
P0 5 2,2 ± 0,45 a
P1 5 2,6 ± 0,55 a
P2 5 4,2 ± 0,45 b
P3 5 3,4 ± 0,55 c
Ket : - Superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang
nyata (p>0,05).
Tabel 3 memperlihatkan bahwa pada lebih lama, yakni 4,2 hari kemudian diikuti
pengencer susu skim-kuning telur dengan oleh pengencer susu skim – kuning telur
penambahan vitamin C dosis 0,2 gr/100 ml dengan penambahan vitamin C dosis 0,3 gr/
(P2) menghasilkan daya tahan hidup 100 ml (P3), yakni selama 3,4 hari; lalu
spermatozoa kambing peranakan Boer yang bahan pengencer susu skim-kuning telur
352
Jurnal S. Pertanian 3 (1) : 347- 361(2013) ISSN : 2088-0111

dosis 0,1 g/100 ml (P1) dan kontrol (P0) (p<0,05) dibandingkan dengan P1 dan lebih
masing-masing secara berturut-turut sebesar tinggi secara sangat nyata (p<0,01)
2,6 dan 2,2 hari. Hasil daya tahan hidup dibandingkan dengan P0. Sedangkan
spermatozoa yang diperoleh pada penelitian perlakuan P1 lebih tinggi secara tidak nyata
ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil (p>0,05) dibandingkan dengan P0. Fakta ini
penelitian yang dilaporkan oleh beberapa membuktikan bahwa selama proses
peneliti terdahulu seperti Muhaji (2003) pendinginan sudah terjadi interaksi antara
yang mendapatkan bahwa spermatozoa komponen-komponen pengencer semen
dalam semen cair kambing PE dalam dengan spermatozoa. Selain itu komponen
pengencer susu kambing segar yang pengencer semen termasuk vitamin C sudah
disimpan pada suhu 4 C selama 6,30 ± 0,65 mempengaruhi metabolisme dan kondisi
hari. Sedangkan Suyadi dkk. (2003) yang fisiologis spermatozoa. Hal ini mungkin
mendapatkan daya tahan hidup spermatozoa disebabkan karena penambahan vitamin C
dalam semen cair kambing PE dalam dalam bahan pengencer susu skim kuning
pengencer susu skim kuning telur selama 7,4 telur 20 % sumber energi bagi proses
± 0,85 hari. Adanya perbedaan ini metabolisme dan motilitas spermatozoa.
kemungkinan disebabkan oleh perbedaan Sekalipun demikian apabila dilihat dari
spesies, umur hewan dan bahan pengencer tingkat kecenderungan penurunan daya
yang digunakan. hidup yang diperlihatkan melalui persentase
Hasil analisis statistik menggunakan motilitas hariannya dapat dijelaskan bahwa
analisis of variance (ANOVA) pola satu semen cair yang diencerkan dengan susu
arah yang dilanjutkan dengan uji berganda skim-kuning telur dengan penambahan
Duncant terhadap daya tahan hidup vitamin C dalam berbagai tingkat
spermatozoa menunjukkan bahwa penurunnya tidak terlalu drastis.
penambahan vitamin C (0,0 gr/100 ml ; 0,1
gr/100 ml; 0,2 gr/100 ml dan 0,3 gr/100 ml Pengaruh Perlakuan Terhadap
) memberikan pengaruh yang nyata Persentase Motilitas Spermatozoa
(p>0,05) terhadap daya tahan hidup Motilitas atau daya gerak progresif
spermatozoa kambing peranakan Boer. spermatozoa sesudah proses pendinginan
Fakta ini mengindikasikan bahwa selalu digunakan sebagai pegangan yang
penambahan vitamin C dalam pengencer termudah dalam penilaian semen untuk
susu skim dapat mempengaruhi daya tahan inseminasi buatan dengan semen cair. Daya
hidup spermatozoa kambing peranakan gerak progresif ini mempunyai peranan yang
Boer. Keadaan ini juga menunjukkan bahwa penting untuk keberhasilan fertilisasi.
penambahan vitamin C dalam pengencer Kecepatan gerakan spermatozoa untuk
susu skim dapat mempengaruhi masing-masing spesies berbeda dan
metabolisme dan fisiologis spermatozoa. bervariasi sesuai dengan kondisi medium
Hasil uji berganda Duncant dan suhu lingkungan (Toelihere, 1985;
menunjukan bahwa persentase motilitas Hafez, 2004). Rata-rata persentase motilitas
spermatozoa pada kelompok P2 lebih tinggi spermatozoa kambing peranakan Boer
secara nyata (p<0,05) dibandingkan dengan setelah pendinginan dalam empat kelompok
P3 dan lebih tinggi secara sangat nyata perlakuan pengencer dapat dilihat pada
(p<0,01) dibandingkan dengan P1 dan P0. Tabel 4.
Perlakuan P3 lebih tinggi secara nyata

353
T. M. Lubis dkk. (2013) Efektifitas Penambahan Vitamin…
Tabel 4. Rata-rata (± SD) persentase motilitas spermatozoa kambing peranakan Boer setelah
pendinginan dalam susu skim kuning telur dengan penambahan vitamin C (%)
Waktu Perlakuan
Pengamatan P0 P1 P2 P3
a a a
0 jam 76,80 ± 4,66 78,20 ± 2,05 78,40 ± 3,21 76,20 ± 4,15 a
24 jam 54,00 ± 4,18 a 57,80 ± 2,28 a 61,60 ± 3,21 b 60,80 ± 2.59 b
48 jam 49,00 ± 3,08 a 50,20 ± 3,96 a 57,20 ± 3,11 c 47,20 ± 4,97 c
72 jam 35,00 ± 6,12 a 41,00 ± 8,22 b 47,20 ± 4,97 c 41,80 ± 5,81 b
22,00 ± 13,51
96 jam 14,00 ± 9,62 a b 40,20 ± 3,35 c 36,20 ± 6,30 d
Ket : - Superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang
nyata (p>0,05).

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat Penurunan persentase motilitas


bahwa rata-rata persentase motilitas spermatozoa setelah pendinginan
spermatozoa kambing peranakan Boer disebabkan oleh semakin sedikitnya
selama proses pendinginan dalam berbagai spermatozoa yang memiliki cadangan energi
pengencer mengalami penurunan. yang cukup untuk digunakan bergerak,
Penurunan persentase motilitas spermatozoa karena spermatozoa yang telah mengalami
seiring dengan lama waktu pendinginan, cekaman dingin (suhu rendah) dapat
makin lama waktu pendinginan makin mengalami destabilisasi membran.
rendah persentase motilitas individu Destabilisasi membran akan meningkatkan
spermatozoa yang diperoleh. Hal ini diduga permeabilitas membran terhadap ion-ion,
disebabkan oleh semakin berkurangnya termasuk ion kalsium sehingga akan
ketersediaan energi dalam bahan pengencer, berakibat terhadap meningkatnya ion
semakin menuanya umur spermatozoa dan kalsium dalam sitosol yang diikuti dengan
meningkatnya tingkat keasamaan (pH) meningkatnya ion kalsium dalam
semen serta semakin bertambahnya jumlah mitokondria. Meningkatnya konsentrasi ion
spermatozoa yang rusak dan mati akibat kalsium dalam mitokondria ini akan
pendinginan. Rataan tingkat penurunan menurunkan sintesa ATP dalam mitokondria
persentase pergerakan progresif sehingga cadangan energi yang dapat
spermatozoa pada tiap perlakuan tidak sama, digunakan untuk motilitas spermatozoa akan
dan terlihat bahwa semen dalam bahan menurun (Simpson dan Russel, 1998).
pengencer Susu skim dengan penambahan Selain itu, penyimpanan dalam jangka
vitamin C 0,2 gr/100 ml pengencer (P2) waktu lama menyebabkan penurunan
masih memperlihatkan persentase motilitas spermatozoa akibat adanya asam
pergerakan progresif diatas motilitas layak laktat sisa metabolisme sel yang
IB (diatas 40 %) hingga jam ke 96 menyebabkan kondisi medium menjadi
penyimpanan. Sedangkan semen dalam semakin asam. Kondisi ini dapat bersifat
pengencer susu skim dengan penambahan racun bagi spermatozoa yang akhirnya
kuning telur 0,1 gr/100 ml pengencer (P1) menyebabkan kematian sperma (Sugiarti
dan 0,3 gr/100 ml pengencer (P3) bertahan dkk., 2004). Einarsson (1992) menyatakan
hingga sampai jam ke 72 setelah bahwa proses cooling, freezing dan thawing
pendinginan. Meskipun demikian dalam sangat mempengaruhi stabilitas dan fungsi-
pelaksanaan IB sebaiknya semen cair yang fungsi hidup sel membran. Penurunan
masih layak IB perlu dibatasi kualitas spermatozoa diatas terjadi karena
penggunaannya hanya pada semen yang adanya kerusakan struktur membran selama
lama penyimpanannya minus satu hari untuk pendinginan sehingga proses metabolisme
menghindari kemungkinan unsur subyektif spermatozoa terganggu (Susilawati, 2005).
yang digunakan dalam menentukan motilitas Hasil analisis of variance (ANOVA)
spermatozoa. pola satu arah yang dilanjutkan dengan uji
berganda Duncant terhadap persentase

354
Jurnal S. Pertanian 3 (1) : 347- 361(2013) ISSN : 2088-0111

motilitas spermatozoa menunjukkan bahwa (p<0,05) dibandingkan dengan P3 dan lebih


pada pengamatan jam ke 0 penambahan tinggi secara sangat nyata (p<0,01)
vitamin C (0,0 gr/100 ml pengencer; 0,1 dibandingkan dengan P1 dan P0. Sedangkan
gr/100 ml pengencer; 0,2 gr/100 ml persentase motilitas spermatozoa pada P3
pengencer dan 0,3 gr/100 ml pengencer) lebih tinggi secara tidak nyata (p>0,05)
tidak memberikan pengaruh yang nyata dibandingkan dengan P1 dan P0. Persentase
(p>0,05) terhadap persentase motilitas motilitas spermatozoa pada P1 lebih tinggi
spermatozoa kambing peranakan Boer. secara tidak nyata (p>0,05) dibandingkan
Fakta ini mengindikasikan bahwa dengan P0.
penambahan kuning telur dalam pengencer Pada pengamatan jam ke 72 setelah
susu skim belum mempengaruhi motilitas pendinginan, juga terlihat bahwa
spermatozoa kambing peranakan Boer. penambahan vitamin C dalam pengencer
Keadaan ini juga menunjukkan bahwa susu skim kuning telur berpengaruh secara
penambahan vitamin C dalam pengencer nyata (p<0,05) terhadap persentase
susu skim kuning telur belum motilitas spermatozoa kambing peranakan
mempengaruhi metabolisme dan fisiologis Boer. Persentase motilitas spermatozoa
spermatozoa. Kondisi ini sesuai dengan pada kelompok P2 lebih tinggi secara sangat
yang dilaporkan Suyadi dkk. (2003) bahwa nyata (p<0,01) dibandingkan dengan P3, P1
setelah pengenceran tidak ada perubahan dan P0. Persentase motilitas spermatozoa
yang nyata pada kualitas spermatozoa pada P3 lebih tinggi secara tidak nyata
kambing Boer. (p>0,05) dibandingkan dengan P1, namun
Setelah dilakukan pendinginan lebih tinggi secara sangat nyata (p<0,01)
selama 24 jam terlihat bahwa penambahan dibandingkan dengan P0. Persentase
vitamin C berpengaruh secara sangat nyata motilitas spermatozoa pada P1 lebih tinggi
(p<0,01) terhadap persentase motilitas secara sangat nyata (p<0,01) dibandingkan
individu spermatozoa kambing peranakan dengan P0.
Boer. Persentase motilitas spermatozoa pada Sedangkan pada pengamatan jam ke
kelompok P2 lebih tinggi secara tidak nyata 96 setelah pendinginan, juga terlihat bahwa
(p>0,05) dibandingkan dengan P3 dan P1, penambahan vitamin C dalam pengencer
akan tetapi lebih tinggi secara sangat nyata susu skim kuning telur berpengaruh secara
(p<0,01) dibandingkan dengan P0. nyata (p<0,05) terhadap persentase
Perlakuan P3 lebih tinggi secara tidak nyata motilitas spermatozoa kambing peranakan
(p>0,05) dibandingkan dengan P1, namun Boer. Persentase motilitas spermatozoa pada
lebih tinggi secara sangat nyata (p<0,01) kelompok P2 lebih tinggi secara tidak nyata
dibandingkan dengan P0. Sedangkan (p>0,05) dibandingkan dengan P3 dan lebih
perlakuan P1 lebih tinggi secara tidak nyata tinggi secara nyata (p<0,05) dibandingkan
(p>0,05) dibandingkan dengan P0. Fakta ini dengan P1, serta lebih tinggi secara sangat
membuktikan bahwa selama proses nyata (p<0,01) dibandingkan dengan P0.
pendinginan sudah terjadi interaksi antara Persentase motilitas spermatozoa pada P3
komponen-komponen pengencer semen lebih tinggi secara tidak nyata (p>0,05)
dengan spermatozoa. Selain itu komponen dibandingkan dengan P1 dan lebih tinggi
pengencer semen termasuk vitamin C sudah secara sangat nyata (p<0,01) dibandingkan
mempengaruhi metabolisme dan kondisi dengan P0. Persentase motilitas spermatozoa
fisiologis spermatozoa pada P1 lebih tinggi secara tidak nyata
Sedangkan pada pengamatan jam ke (p>0,05) dibandingkan dengan P0. Hasil
48 setelah pendinginan, dimana penambahan penelitian ini membuktikan bahwa
vitamin C dalam pengencer susu skim penambahan vitamin C dalam pengencer
kuning telur berpengaruh secara sangat susu skim kuning telur berpengaruh
nyata (p<0,01) terhadap persentase motilitas terhadap persentase motilitas spermatozoa
spermatozoa kambing peranakan Boer. kambing peranakan Boer. Persentase
Persentase motilitas spermatozoa pada motilitas spermatozoa tertinggi diperoleh
kelompok P2 lebih tinggi secara nyata pada penambahan 0,2 gr/100 ml pengencer,

355
T. M. Lubis dkk. (2013) Efektifitas Penambahan Vitamin…
sedangkan yang terrendah diperoleh pada Pengaruh Perlakuan Terhadap
penambahan 0,1 gr/100 ml pengencer. Hasil Persentase Membran Plasma Utuh
ini membuktikan bahwa penambahan (MPU) Spermatozoa
vitamin C dalam bahan pengencer dengan Integritas membran plasma harus
konsentrasi yang lebih tinggi justru tetap terjaga keutuhannya untuk
menurunkan motilitas spermatozoa setelah mempertahankan kelangsungan hidup
pendinginan. Fakta tersebut spermatozoa, motilitas dan kemampuan
mengindikasikan bahwa penambahan fertilisasi. Hal ini disebabkan karena
vitamin C ke dalam pengencer hanya dapat membran plasma berfungsi sebagai
dilakukan dengan konsentrasi tidak melebihi pembatas sel kontineus, yang melindungi
0,2 gr/100 ml pengencer. Keadaan tersebut organel-organel sel dari kerusakan mekanik
diduga karena dengan penambahan vitamin dan mengatur lalu lintas keluar masuknya
C sampai 0,2 gr/100 ml pengencer terjadi zat-zat makanan serta ion-ion yang
optimalisasi laju fruktolisis sehingga diperlukan dalam proses metabolisme.
kebutuhan energi untuk motilitas dan Kerusakan pada membran plasma
kelangsungan hidup dapat terpenuhi. Selain mengakibatkan terganggunya proses
itu, diduga vitamin C dapat mengikat metabolisme dan proses fisiologis,
oksigen radikal yang terdapat di dalam sel, sehingga menyebabkan kematian pada
sehingga dapat mencegah terbentuknya spermatozoa (Rasul dkk., 2001).
peroksidasi lipid yang dapat menghambat Hasil pengamatan membran plasma
glikolisis dan motilitas (Aurich dkk., 1997). utuh (MPU) spermatozoa dengan
menggunakan metode hypoosmotik swelling
test dan pewarnaan eosin negrosin yang
diamati dengan mikroskop cahaya dapat
dilihat pada Gambar 1.

a
b

Gambar 1. Integritas membran plasma spermatozoa kambing peranakan Boer kontrol yang
diamati dengan mikroskop cahaya pembesaran 400 X; a) spermatozoa dengan membran plasma
utuh b) spermatozoa dengan membran plasma rusak

Spermatozoa yang memiliki pembengkakan kepala dengan pancaran


integritas membran plasma utuh dan hidup warna merah ( b ).
ditandai dengan adanya pembengkakan Rata-rata persentase membran
kepala yang diikuti ekor berputar dengan plasma utuh (MPU) spermatozoa kambing
pancaran warna terang / putih ( a ). peranakan Boer yang diamati dengan
Sedangkan spermatozoa yang memiliki metode HOS-test pada pengencer susu skim
membran plasma rusak dan mati ditandai kuning telur dengan penambahan vitamin C
dengan ekor yang lurus dan tidak ada terlihat pada Tabel 5.

356
Jurnal S. Pertanian 3 (1) : 347- 361(2013) ISSN : 2088-0111

Tabel 5. Rata-rata (± SD) Persentase MPU spermatozoa kambing peranakan Boer setelah
pendinginan dalam susu skim kuning telur dengan penambahan vitamin C .
Waktu Perlakuan
Pengamatan P0 P1 P2 P3
84,20 ± 3.96
0 jam 83,00 ± 2,92 a 80,40 ± 2,07 a 82,20 ± 3.11 a a

76,40 ± 2,61
24 jam 71,60 ± 2,07 a 73,00 ± 3,46 a 78,20 ± 3,11 b b

63,80 ± 3,77
48 jam 57,20 ± 3,49 a 58,40 ± 3,21 b 64,00 ± 3,81 c c

61,20 ± 2,59
72 jam 47,00 ± 4,30 a 49,40 ± 6,23 a 60,20 ± 3,35 b b

43,60 ± 9,02
96 jam 36,60 ± 1,52 a 40,80 ± 7,19 b 45,40 ± 6,27 c c

Ket : - Superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang
nyata (p>0,05).
pengencer) dalam susu skim kuning telur
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa tidak memberikan pengaruh yang nyata
rata-rata MPU spermatozoa kambing (p>0,05) terhadap persentase MPU
peranakan Boer yang diencerkan dalam susu spermatozoa kambing peranakan Boer.
skim kuning telur dengan penambahan Fakta ini mengindikasikan bahwa vitamin C
vitamin C berbagai konsentrasi mengalami yang ditambahkan belum mempengaruhi
penurunan selama proses pendinginan. metabolisme dan fisiologis spermatozoa.
Penurunan persentase MPU seiring dengan Kondisi ini sesuai dengan yang dilaporkan
lama waktu pendinginan, makin lama waktu Sasongko (2004) dan Situmorang (1998)
pendinginan makin rendah persentase hidup bahwa setelah pengenceran tidak ada
spermatozoa yang diperoleh. perubahan yang nyata pada kualitas
Rendahnya angka persentase MPU spermatozoa.
spermatozoa setelah pendinginan dalam Hal yang sama juga terlihat setelah
berbagai bahan pengencer kemungkinan pendinginan selama 24 jam terlihat bahwa
disebabkan oleh terjadinya perubahan penambahan vitamin C tidak berpengaruh
polaritas pengencer. Kondisi ini akan secara nyata (p>0,05) terhadap persentase
mempengaruhi destabilitas membran MPU spermatozoa kambing peranakan
spermatozoa yang akan berakibat Boer. Fakta ini mengindikasikan bahwa
bertambahnya kematian sel. Selama proses vitamin C yang ditambahkan dalam
pendinginan terjadi depolarisasi atom-atom pengencer susu skim kuning telur setelah
atau molekul-molekul penyusun membran pendinginan selama 24 jam proses
yang mengakibatkan destabilisasi membran pendinginan belum terjadi interaksi antara
sehingga dapat menurunkan fungsi fisiologis komponen-komponen bahan pengencer
membran (Fuller dan Shields, 1998). semen dengan spermatozoa.
Selanjutnya Azhar dkk. (2002) menyatakan Pada pengamatan jam ke 48 setelah
bahwa ada beberapa hal yang menyebabkan pendinginan, dimana penambahan vitamin C
kematian sel spermatozoa sehubungan dalam pengencer susu skim kuning telur
dengan destabilisasi membran, diantaranya berpengaruh secara nyata (p<0,05) terhadap
adanya perubahan susunan membran persentase MPU spermatozoa kambing
terutama susunan fosfolipid penyusun peranakan Boer. Persentase MPU
membran akibat cekaman dingin. spermatozoa pada kelompok P2 lebih tinggi
Pada pengamatan jam ke 0, secara tidak nyata (p>0,05) dibandingkan
penambahan vitamin C (0,0 gr/100 ml dengan P3 dan P1, lebih tinggi secara sangat
pengencer, 0,1 gr/100 ml pengencer, 0,2 nyata (p<0,01) dibandingkan dengan P0.
gr/100 ml pengencer dan 0,3 gr/100 ml Persentase MPU spermatozoa pada P3 lebih

357
T. M. Lubis dkk. (2013) Efektifitas Penambahan Vitamin…
tinggi secara tidak nyata (p>0,05) dengan pola pemeliharaan yang
dibandingkan dengan P1 dan lebih tinggi dikandangkan secara induvidu. Pakan yang
secara nyata (p<0,05) dibandingkan dengan diberikan adalah campuran hijauan dengan
P0. Sedangkan perlakuan P1 lebih tinggi konsentrat yang dilengkapi dengan ICP 0,9
secara tidak nyata (p>0,05) dibandingkan %. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
dengan P0. dilaporkan Toelihere (1985) bahwa kualitas
Pada pengamatan jam ke 72 setelah spermatozoa dipengaruhi oleh spesies, jenis,
pendinginan, dimana penambahan vitamin C umur, pola pemeliharaan dan bahan
dalam pengencer susu skim kuning telur pengencer yang digunakan.
berpengaruh secara sangat nyata (p<0,01) Tingginya persentase MPU
terhadap persentase MPU spermatozoa spermatozoa pada kelompok perlakuan
kambing peranakan Boer. Persentase MPU menambahan vitamin C dalam pengencer
spermatozoa pada kelompok P3 lebih tinggi pada proses pendinginan berhubungan
secara tidak nyata (p>0,05) dibandingkan dengan kemampuan vitamin C dalam
dengan P2 dan lebih tinggi secara sangat menghambat terjadinya peroksidasi lipid
nyata (p<0,01) dibandingkan dengan P1 dan pada membran spermatozoa sebagai akibat
P0. Persentase MPU spermatozoa pada P2 meningkatnya senyawa oksigen reaktif
lebih tinggi secara sangat nyata (p<0,01) dalam pengencer selama pendinginan.
dibandingkan dengan P1 dan P0. Sedangkan Sebagaimana dilaporkan Widjaya (1995)
perlakuan P1 lebih tinggi secara tidak nyata bahwa vitamin C merupakan salah satu
(p>0,05) dibandingkan dengan P0. vitamin yang bersifat sebagai anti oksidan
Hal yang sama juga terlihat pada larut dalam air yang mampu menghambat
pengamatan jam ke 96 setelah pendinginan, aktivitas senyawa oksigen reaktif dan
dimana penambahan vitamin C dalam mencegah terjadinya reaksi berantai antara
pengencer susu skim kuning telur senyawa oksigen reaktif dengan asam
berpengaruh secara nyata (p<0,05) terhadap lemak tak jenuh majemuk yang terdapat
persentase MPU spermatozoa kambing pada membran plasma spermatozoa.
peranakan Boer. Persentase MPU Vitamin C juga mampu bekerja di dalam
spermatozoa pada kelompok P2 lebih tinggi dan di luar dinding sel sehingga dapat
secara tidak nyata (p>0,05) dibandingkan mengurangi atau mencegah peroksidasi
dengan P3 dan lebih tinggi secara sangat lipid secara lebih luas (Suryohudoyo, 2000;
nyata (p<0,01) dibandingkan dengan P1 dan Aitken dkk,. 2004). Sebagai antioksidan
P0. Persentase MPU spermatozoa pada P3 asam askorbat juga digolongkan sebagai
lebih tinggi secara sangat nyata (p<0,01) agen pereduksi karena memiliki potensial
dibandingkan dengan P1 dan P0. Sedangkan redoks yang rendah, akan tetapi juga efektif
perlakuan P1 lebih tinggi secara tidak nyata dalam menawan agen oksidasi. Pada sel
(p>0,05) dibandingkan dengan P0. spermatozoa asam ascorbat berperan dalam
Hasil penelitian ini sedikit berbeda degradasi ferritin sehingga mencegah
dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh perusakan membran sel yang disebabkan
Margono (2003) pada spermatozoa kerbau oleh ferrum (Hoffman dkk,. 1991). Dengan
lumpur yang diencerkan dengan susu skim demikian dapat dibuktikan bahwa
tambah vitamin C 0,40 g/100 ml setelah penambahan vitamin C di dalam pengencer
pendinginan, yang memperoleh persentase susu skim dapat mempertahankan dan
MPU spermatozoa sebesar 54,20 ± 3.95 % melindungi membran sel spermatozoa
setelah pencairan kembali. Adanya kambing peranakan Boer dari serangan
perbedaan persentase MPU spermatozoa senyawa oksigen reaktif.
yang ditemukan ini, kemungkinan
disebabkan oleh perbedaan jenis hewan,
umur, pola pemeliharaan dan dosis vitamin
C yang digunakan. Pada penelitian ini kami
menggunakan semen yang diperoleh dari
kambing peranakan Boer umur 2 – 3 tahun,

358
Jurnal S. Pertanian 3 (1) : 347- 361(2013) ISSN : 2088-0111

KESIMPULAN DAN SARAN Anhar, M., E.F., Graham, and N. Iqbal.


1997. Post-thaw plasma membrane
Kesimpulan integrity of bull spermatozoa
Berdasarkan hasil analisis penelitian separated with a sephadex ion –
dan pembahasan dapat ditarik beberapa exchange column, Theriogenology
kesimpulan sebagai berikut; 10 (4) : 261 – 265
1. Penambahan vitamin C dalam Anonimus, (2007). Laporan Tahunan Dinas
pengencer susu skim kuning telur dapat Peternakan Propinsi Dearah
mempertahankan daya tahan hidup, Istimewa Aceh..
persentase motilitas dan integritas Anonimous. 2003. Petunjuk Penampungan,
membran plasma spermatozoa kambing Produksi, Distribusi dan Evaluasi
peranakan Boer setelah penyimpanan Semen Beku. Balai insiminasi
dingin. buatan. Singosari. Malang.
2. Penambahan vitamin C sebanyak 0,2 Aurich, J. E., U. Schoneher. H. Hoppe And
gr/100 ml pengencer menghasilkan C. Aurich. 1997. Effect of
daya tahan hidup, persentase motilitas antioxsidands on motility and
dan interegritas membran plasma utuh membrane integrity of chilled-stored
spermatozoa kambing peranakan Boer stallition semen. Theriogenology.
yang terbaik setelah penyimpanan 48:185-192.
dingin. Benconi, M. T., C. R. Francia , N.G Mora
And M. A Affranchino. 1993. Effect
Saran of Natural Antioxsidants om frozen
1. Untuk meningkatkan kualitas semen bovine semen preservations.
kambing peranakan Boer yang disimpan Theriogenology.40:841-851.
dingin sebaiknya hanya menambahkan Chinoy,N. J., E Seqeurina and M. V.
vitamin C sampai tingkat konsentrasi Narayana. 1991. Effects of Vitamin
0,2 gr/100 ml pengencer. C and calciom on the reversibility of
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut fluoridde-indecute alterations in
mengenai efek penambahan vitamion C spermatozoa of the rabbits (abstr).
terhadap indikator kualitas spermatozoa Floride. 24:29-39.
lainnya seperti daya fertilitasnya dan Combs, F.G. 1992. The Vitamins :
tingkat kebuntingan setelah inseminasi. Fundamental Aspects in Nutrition
and Health. Academic Press Inc.,
DAFTAR PUSTAKA New York.
Curry, M.R and P.F. Watson, 1995. Sperm
Agarwal, A., R. A. Saleh and M.A. Bedaiwy
structure and function in Gametes the
2003. Role of reactive oxygen
Spermatozoon. Gambridge Reviews
species in the pathophysiology of
in Human Reproduction, Ed. J.G.
human reproduction. Fertility and
Grudzinskas & J.L. Yovich,
Sterility 79: 829 – 843
Cambridge University Press
Aitken R. J., E. Gordon, H. Diana, J.P.
Dasrul, 2005. Peran Senyawa Oksigen
Twigg, M. Philip, J. Zoe and D.S.
Reaktif Dalam Mekanisme
Irvine, 1998. Relative impact of
Kerusakan Integritas Membran
oxydative stress on the functional
Spermatozoa Kerbau Lumpur Hasil
competence and genomic integrity of
Sentrifugasi Gradient Densitas
human spermatozoa. Biology of
Percoll. Disertasi, Program Studi
Reproduction 59 : 1037 – 1046
Ilmu Kedokteran Pasca Sarjana
Alawiyah, D dan M. Hartono. 2006.
Universitas Airlangga, Surabaya
Pengaruh Penambahan Vitamin E
Darnell J., H. Lodish, and D. Baltimore,
dalam bahan pengencer sitrat kuning
1990. Moleculer Cell Biology. 2nd
telur terhadap kualitas semen beku
edition. Sci. Am. Books. Pp. 491 –
Kambing boer,
527
J.Indon.Trop.Anim.Agric. 31 [1]

359
T. M. Lubis dkk. (2013) Efektifitas Penambahan Vitamin…
Einarsson, S. 1992. Concluding remarks. Reproduction in Farm Animal, 8th
In:Influence of Thawing Method on ed. Lea & Febiger Philadelphia, USA
Motility, Plasma Membran Integrity pp 440 – 446
and Morphology of Frozen Stallion Hammerstedt, H.R., 1993. Maintenance of
Spermatozoa. Bor. K., B. bioenergetic balance in sperm and
Colenbrander, A. Fazelli, J. Palleliet prevention of lipid peroxidation : A
and L. Malmgren (Eds.) review of the effect on design of
Theriogenology VI. 48th. 1997. pp. storage preservation systems.
531 – 536. Reprod. Fertil. Dev. 5 : 675 – 690
Feradis, 2009. Peranan antioksidan dalam Hoffman, K. E., K. Yanelli and K. R
pembekuan semen, Jurnal Bridges. 1991. Ascorbic acid and
Peternakan Vol 6 No 2 September iron metabolism:alterations in
2009 (63 –70) ISSN 1829 - 8729 lysosomal fuctions. America J. Of
Fuller, G. M. And D. Shields, 1998. Clinic. Nut. 54.Suppl.6:1188-1192.
Molecular Basic of Medical Cell Isnaini, N. (2006). Peranan trehalosa dalam
Biology. Prentice Hall International. pendinginan dan pembekuan semen
Inc. USA kambing Boer. Disertasi Program
Fraga, C.G., P. A. Motchnik, A.J. Wyrobek Studi Ilmu-ilmu Pertanian
and M.K. Shigenaga, 1996. Smoking Universitas Brawijaya, Malang.
and low antioxydant levels increase Jones, R.T. Mann and R.J. Sherins, 1993.
oxidation demage to sperm DNA. Demage to ram spermatozoa by
Mutat. Res., 351, 199 - 203 peroxidation of endogenous
Gangyi, X., Z. Hongping, Z. Chanju, X. phospholipids, J. Reprod. Fertil. 50 :
Xinghi dan Z. Ming, Z. Yi and Z. Li. 261 – 268
2001. Reserch on Quality, Kelso, K.A. A. Redpath, R.C. Noble and
Preservation Dilutor, and Frozen B.K. Speake, 1997. Lipid and
Tecnology of Boer Goat Semen. antioxidant changes in spermatozoa
Conference on Boer Goat in China. and seminal plasma throughout the
Glascott, P. A., E. Gilfor, A. Serroni and J. reproductive period of bull. Journal
L. Ferber. 1996. Independent or Reproduction and Fertility. 109 :
Antioxidant action of vitamin E and 1–9
C in cultured rat hepatocytes Lu, C.D. 2001. Boer Goat Production:
intoxicated with allyl alcohol. Progress and Perspective. www. Iga
Biochem. Pharmacology. 52. 8: goatworld. Org/publication/boer.htm
1254-1262 Rizal, M., M. Surachman, Herdis dan A.S.
Goyal, R.L., R.K. Tuli, G.C. Georgie and D. Aku. 2006. Peranan plasma semen
Chand. 1996. Comparison of quality dalam mempertahankan kualitas
and freezability of water buffalo spermatozoa asal epididimis domba
semen after washing or sephandex yang disimpan pada suhu rendah (3–
filtration. Theriogenology, 46 : 679 – 5oC). JITV 11(4): 287-294.
686 Salisbury. G. W, Vandemark. N. L,.
Herrero M. B., E. de Lamirande and C. Djanuar. R. 1985. Fisiologi
Gagnon, 1999. Nitrit oxide regulates Reproduksi dan Inseminasi Buatan
human sperm capacitation and Pada Sapi, Gajah Mada Universitas
protein tyrosine. Bio of Reprod. 61 Press, Jogjakarta
hal; 575 - 58 Sasongko, H. 2004. Pengaruh Level Sukrosa
Hafez, E. S. E. (2000). Semen Evaluation. Dalam Penenceran Dasar Tris
In: Reproduction in Farm Animals. Terhadap Kualitas Semen Kambing
Hafez, E. S. E. (Ed.) 7th ed. Lea & PE Setelah Pendinginan. Laporan
Febiger, Philadelphia. penelitian. Fakultas Peternakan
Hafez, E.S.E. 2004. X- and Y-Chromosome- Universitas Brawijaya. Malang.
Bearing Spermatzoa dalam

360
Jurnal S. Pertanian 3 (1) : 347- 361(2013) ISSN : 2088-0111

Singh, P., D. Chand and G.C. Georgic. Suyadi, 2003. Pengenceran Semen Kambing
1992. Lipid peroxydation influence Dengan Beberapa Pengencer
on release of glutamate oxaloacetate Sederhana dan Aplikasinya Untuk
transaminase, free fatty acid and Insiminasi Buatan. Penerbit
fructolytic index of buffalo (Bubalus Simetrika22. Malang.
Bubalis) spermatozoa. Indian Vet. J. Suyadi, T. Susilawati dan N. Isnaini.2004.
69: 718 – 720 Uji Pembekuan Semen Kambing
Singh, D. M.K. Sharma and R.S. Panday. Boer. Laporan Penelitian. Kerjasama
1998. Changes in superoxyde Dotjen Pertenakan – Fakultas
dismutase activity and estradiol –17 Peternakan Universitas Brawijaya.
 content in folliceles of different Malang.
size from ruminants. Indian J. Exp Suryohudoyo, P. 2000. Ilmu Kedokteran
Biol. 36: 358 – 360 Molekuler. Cetakan Pertama,
Situmorang, B. and P. Sitepu. 1991. Jakarta; CV. Sagung Seto. Hal 31 –
Comparative Performance, Semen 47
Quality and Draught Capacity of Sudjarwo, 2001. Peran Mitokondria pada
Indonesia Swaap Bufallo and It’s fungsi Spermatozoa. Disertasi
Crosses. ACTAR Proceeding, 34 : Pascasarjana Unair Surabaya.
102. Toelihere, M.R. 1985. Inseminasi Buatan
Sorensen,A.M. 1979.Animal Reproduction pada Ternak. Angkasa. Bandung
McGraw-Hill Book Company, New Halaman 92 – 120
York. Toelihere, M.R. 1981. Biological aspects of
Solihati, N dan P. Kune. 2004. Pengaruh reproduction and insemination of
Jenis Pengencer Terhadap Motilitas swamp buffalo. ASPAC. FFTC.
dan Daya Tahan Hidup Spermatozoa Book Series. Taipei. 15 : 120 – 136
Semen Cair Sapi Simmental. Yonghong H. 2001. Utilization and
Laporan Penelitian Fakultas Development of Boer Goats.
Peternakan Universitas Padjajaran, Proceeding of the 2001. conference
Bandung. on Boer Goat in China. Conference
Steel, R.G.D and Torrie, 1990. Prinsip dan on Boer Goat in China.
prosedur satistika suatu pendekatan Zenichiro. K. Herlantien, Sarastina, 2002.
biometrik. Alih bahasa Bambang Intruksi Praktis Teknologi Prosessing
Sumantri, PT. Gramedia Pustaka Semen Beku Pada Sapi, Jica - BIB
Utama; Jakarta Singosari, Malang
Sugiarti, T., E. Triwulanningsih, P. Werdhany, W. I. 2003. Efektivitas
Situmorang, R.G. Sianturi dan D.A. Penambahan ά tocoferol di dalam
Kusumaningrum. 2004. Penggunaan pengencer Tris dan Susu Skim
katalase dalam produksi semen terhadap kualitas semen beku
dingin sapi. Pros. Seminar Nasional kambing peranakan etawah. Thesis
Teknologi Peternakan dan Veteriner. sekolah Pascasarjana IPB-Bogor.
Bogor, 4 – 5 Agustus 2004. Wijaya, A. 1996. Radikal bebas dan
Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. parameter statur antioksidan. Forum
215 – 220. Diagnostikum Prodia Diagnostics
Education Services. Pp. 1 – 12

361

Anda mungkin juga menyukai