Anda di halaman 1dari 128

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL DOKTER

TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RSU


ROYAL PRIMA MEDAN

TESIS

Oleh

BRIAN SEPNATIUS PASARIBU


NIM. 157032134

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

Universitas Sumatera Utara


THE INFLUENCE OF DOCTORS’ INTERPERSONAL
COMMUNICATION ON PATIENT SATISFACTION
AT THE ROYAL PRIMA HOSPITAL

THESIS

By

BRIAN SEPNATIUS PASARIBU


157032134

MASTER IN PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM


FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA
2020

Universitas Sumatera Utara


PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL DOKTER
TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RSU
ROYAL PRIMA MEDAN

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Peminatan Administrasi Rumah Sakit
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

BRIAN SEPNATIUS PASARIBU


NIM. 157032134

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

Universitas Sumatera Utara


Judul Tesis : Pengaruh Komunikasi Interpersonal Dokter
terhadap Kepuasan Pasien di RSU Royal Prima
Medan
Nama Mahasiswa : Brian Sepnatius Pasaribu
Nomor Induk Mahasiswa : 157032134
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Peninatan : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui
Komisi Pembimbing :

Ketua Anggota

(Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D.) (Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M.)
NIP. 197512282005011002 NIP. 196712191993031003

Ketua Program Studi S2 Dekan

(Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D.) (Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si.)
NIP. 196509011991032003 NIP. 196803201993082001

Tanggal Lulus : 12 September 2019

i
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji dan dipertahankan

Pada Tanggal : 12 September 2019

TIM PENGUJI TESIS

Ketua : Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D.


Anggota : 1. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M.
2. Dr. Juanita, S.E., M.Kes.
3. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M.

ii
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan Keaslian Tesis

Saya menyatakan dengan ini bahwa tesis saya berjudul “Pengaruh

Komunikasi Interpersonal Dokter terhadap Kepuasan Pasien di RSU Royal

Prima Medan” beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan

tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas

pernyataan ini, saya siap menanggung risiko dan sanksi yang dijatuhkan kepada

saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan

dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2019

Brian Sepnatius Pasaribu

iii
Universitas Sumatera Utara
Abstrak

Tingginya harapan masyarakat akan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang


bermutu menuntut agar tenaga medis memberikan pelayanan yang berkualitas
tinggi. Peran dokter sebagai penyedia layanan kesehatan dapat meningkatkan
kepuasan pasien secara langsung di rumah sakit. Komunikasi efektif yang terjadi
antara dokter dan pasien adalah komunikasi yang terciptanya rasa nyaman pasien
dengan terapi medis yang diberikan dokter, faktor perilaku dokter terhadap pasien,
kemampuan dokter untuk mendapatkan dan menghormati perhatian pasien,
tersedianya informasi yang tepat dan timbulnya empati serta membangun
kepercayaan pasien ternyata merupakan kunci yang menentukan dalam
kenyamanan yang baik dengan terapi medis pada pasien dalam pelayanan
kesehatan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
pengaruh komunikasi interpersonal dokter terhadap kepuasan pasien di Rumah
Sakit Umum Royal Prima Medan. Jenis penelitin ini adalah penelitian kuantitaif
dengan desain penelitian menggunakan studi deskriptif. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan
pada bulan Januari sampai April 2019. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien
rawat inap yang ada di empat ruang rawat inap sebanyak 80 pasien. Data di
analisis menggunakan metode chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari lima prinsip komunikasi interpersonal ditemukan bahwa tidak ada yang
mempengaruhi kepuasan pasien. Disarankan kepada pihak Rumah Sakit Umum
Royal Prima Medan untuk meningkatkan mutu layanan kesehatan terutama dalam
hal komunikasi dokter terhadap pasien di ruang rawat inap dan memperhatikan
komunikasi dokter yang bertugas di rumah sakit dalam melakukan tugasnya.

Kata kunci: Kepuasan, komunikasi interpersonal, dokter

iv
Universitas Sumatera Utara
Abstract

People’s high expectation for qualified health care in a hospital has caused
medical personnel to do their best. Doctors’ good health care can increase
patient satisfaction. Effective communication between doctors and patients will
create comfort in patients, doctors’ behavior toward patients, and the availability
of accurate information, and patients’ empathy and trust. These factors are the
key which determines patients’ comfort in receiving medical care. The objective of
the research was to identify the influence of doctors’ interpersonal
communication on patient satisfaction at the Royal Prima Hospital, Medan. The
research used descriptive quantitative method. The population was all inpatients
in the hospital from January to April, 2019, and 80 of them treated in four
inpatient wards were used as the samples. The data were analyzed by using chi
square test. The result of the research showed that of the five interpersonal
communication principles, none of them influenced patient satisfaction. It is
recommended that the hospital management increase health care quality,
especially in doctors’ communication with patients in the inpatient wards and pay
attention to doctors’ communication while they are on duty at the hospital.

Keywords: Satisfaction, interpersonal communication, doctor

v
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar

Segala puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan kemampuan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis

dengan judul "Pengaruh Komunikasi Interpersonal Dokter terhadap

Kepuasan Pasien di RSU Royal Prima Medan". Dalam menyusun tesis ini,

penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk

itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D. selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

4. Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D. selaku Sekretaris Program

Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, sekaligus Dosen Pembimbing I yang

memberikan nasehat, masukan dan motivasi kepada penulis selama

menjalani pendidikan sehari-hari, serta memberi bimbingan dan koreksi

untuk penyempunaan tesis ini.

5. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M. selaku Dosen Pembimbing II yang

memberi nasehat, masukan dan motivasi kepada selama menjalani

pendidikan sehari-hari, serta memberi bimbingan dan koreksi untuk

vi
Universitas Sumatera Utara
penyempurnaan tesis ini.

6. Dr. Juanita, S.E., M.Kes. selaku dosen penguji I yang juga turut

memberikan nasehat, masukan dan motivasi kepada saya serta memberikan

koreksi untuk penyempurnaan tesis ini.

7. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M. selaku dosen penguji II yang juga turut

memberikan nasehat, masukan dan motivasi kepada saya serta memberikan

koreksian untuk penyempurnaan tesis ini.

8. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan

tesis ini.

9. Direktur Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan, dukungan moril serta

bantuan lainnya selama penulis dalam proses penelitian.

10. Ayahanda dan Ibunda penulis yang tersayang Ir. Ramlan Pasaribu dan

Saulina Silalahi S.Pd yang selalu memberikan cinta kasih, keikhlasan,

kesabaran, doa, motivasi, dan pengorbanan yang luar biasa tak terhingga

untuk mengasuh, mendidik, dan membesarkan serta menjadi inspirasi dan

panutan dari kecil hingga kini.

11. Istri penulis yang tersayang dr. Yunike Tambunan yang selalu memberikan

motivasi dan dukungan dan doa yang luar biasa dalam menjalani proses

pendidikan ini.

12. Saudara kandung penulis Meilisa Kartika Dewi Pasaribu dan Yulius

Pasaribu yang selalu memberikan motivasi dan dukungan dan doa yang luar

biasa dalam menjalani proses pendidikan ini.

vii
Universitas Sumatera Utara
13. Seluruh keluarga yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

banyak memberikan bantuan dan dukungan, baik moril maupun materil.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak memiliki

kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan penelitian ini. Kiranya tesis ini dapat

memberikan manfaat bagi kita semua.

Akhir kata, dengan penuh kerendahan hati, perkenankanlah penulis untuk

menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas segala kesalahan,

kekhilafan, dan kekurangan yang telah penulis lakukan selama proses penelitian

dan selama menjalani masa pendidikan ini. Semoga segala bantuan, dorongan dan

petunjuk yang telah diberikan kepada penulis selama menjalani pendidikan,

kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Esa.

Medan, Juli 2019

Brian Sepnatius Pasaribu

viii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Tesis iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xiii
Daftar Gambar xv
Daftar Lampiran xvi
Riwayat Hidup xvii

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 9
Tujuan Penelitian 9
Tujuan umum 9
Tujuan khusus 9
Manfaat Penelitian 10

Tinjauan Pustaka 11
Rumah Sakit 11
Definisi rumah sakit 11
Fungsi dan tugas rumah sakit 12
Klasifikasi rumah sakit 12
Komunikasi 17
Definisi komunikasi 17
Teori komunikasi interpersonal 18
Komponen komunikasi 18
Bentuk komunikasi 19
Komunikasi interpersonal 20
Prinsip komunikasi interpersonal 23
Dokter 29
Definisi dokter 29
Karakteristik dokter 29
Kompetensi dokter 30
Kepuasan Pasien 31
Definisi kepuasan pasien 31
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien 32
Aspek-aspek penilaian kepuasan pasien 36
Indikator kepuasan 38

ix
Universitas Sumatera Utara
Landasan Teori 38
Kerangka Konsep 40
Hipotesis Penelitian 40

Metode Penelitian 41
Jenis Penelitian 41
Lokasi dan Waktu Penelitian 41
Lokasi penelitian 41
Waktu penelitian 42
Populasi dan Sampel Penelitian 42
Populasi penelitian 42
Sampel penelitian 42
Variabel dan Definisi Operasional 44
Variabel penelitian 44
Definisi operasional 44
Metode Pengumpulan Data 44
Data primer 45
Data sekunder 45
Uji validitas dan reliabilitas 45
Metode Pengukuran 46
Metode Analisa Data 47

Hasil Penelitian 49
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 49
Visi dan Misi 50
Visi 50
Misi 50
Pelayanan Rumah Sakit 51
Sumber Daya Manusia (SDM) 52
Jumlah Tempat Tidur 53
Deskripsi Karakteristik Responden 53
Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel
Prinsip Keterbukaan 54
Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel
Prinsip Empati 54
Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel
Prinsip Sikap Mendukung 55
Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel
Prinsip Sikap Positif 55
Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel
Prinsip Kesetaraan 56
Distribusi Karakteristik Jawaban Responden Berdasarkan
Prinsip Keterbukaan 56
Distribusi Karakteristik Jawaban Responden Berdasarkan
Prinsip Empati 57

x
Universitas Sumatera Utara
Distribusi Karakteristik Jawaban Responden Berdasarkan
Prinsip Sikap Mendukung 59
Distribusi Karakteristik Jawaban Responden Berdasarkan
Prinsip Sikap Positif 60
Distribusi Karakteristik Jawaban Responden Berdasarkan
Prinsip Kesetaraaan 62
Deskripsi Karakteristik Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSU
Royal Prima Medan pada Tahun 2019 63
Distribusi Karakteristik Jawaban Responden Berdasarkan
Komunikasi Kepuasan Pasien 63
Hubungan Prinsip Keterbukaan, Empati, Sikap Mendukung,
Sikap Positif dan Kesetaraan dengan Kepuasan Pasien 64
Hubungan Keterbukaan dengan Kepuasan Pasien 65
Hubungan Empati dengan Kepuasan Pasien 66
Hubungan Sikap Mendukung dengan Kepuasan Pasien 66
Hubungan Sikap Positif dengan Kepuasan Pasien 67
Hubungan Kesetaraan dengan Kepuasan Pasien 68
Pengaruh Prinsip Keterbukaan, Empati, Sikap Mendukung,
Sikap Positif dan Kesetaraan dengan Kepuasan Pasien 68
Model Regresi Logistik terhadap Kepuasan Pasien 69

Pembahasan 71
Komunikasi Interpersonal Dokter Berdasarkan Persepsi
Pasien Rawat Inap di RSU Royal Prima Medan Tahun 2019 71
Komunikasi Interpersonal Dokter Berdasarkan Prinsip
Keterbukaan Rawat Inap di RSU Royal Prima Medan Tahun
2019 73
Komunikasi Interpersonal Dokter Berdasarkan Prinsip
Empati Rawat Inap di RSU Royal Prima Medan Tahun 2019 75
Komunikasi Interpersonal Dokter Berdasarkan Prinsip Sikap
Mendukung Rawat Inap di RSU Royal Prima Medan Tahun
2019 76
Komunikasi Interpersonal Dokter Berdasarkan Prinsip Sikap
Positif Rawat Inap di RSU Royal Prima Medan Tahun 2019 78
Komunikasi Interpersonal Dokter Berdasarkan Prinsip
Kesetaraan Rawat Inap di RSU Royal Prima Medan Tahun
2019 79
Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Komunikasi
Interpersonal Dokter di RSU Royal Prima Medan Tahun
2019 81
Pengaruh Komunikasi Interpersonal Dokter Terhadap
Kepuasan Pasien di RSU Royal Prima Medan 83
Implikasi Penelitian 83
Keterbatasan Penelitian 84

Kesimpulan dan Saran 85

xi
Universitas Sumatera Utara
Kesimpulan 85
Saran 85

Daftar Pustaka 86
Lampiran 89

xii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Tabel

No Judul Halaman

1. Metode Pengukuran Variabel Komunikasi Interpersonal


Dokter dan Kepuasan Pasien RSU Royal Prima Medan 46

2. Distribusi Tenaga Dokter Spesialis di RSU Royal Prima


Medan Tahun 2018 52

3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden 54

4. Distribusi Kategori Berdasarkan Prinsip Keterbukaan 54

5. Distribusi Kategori Berdasarkan Prinsip Empati 55

6. Distribusi Kategori Berdasarkan Prinsip Sikap Mendukung 55

7. Distribusi Kategori Berdasarkan Prinsip Sikap Positif 55

8. Distribusi Kategori Berdasarkan Prinsip Kesetaraan 56

9. Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Prinsip


Keterbukaan 56

10. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan


Prinsip Empati 57

11. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan


Komunikasi Interpersonal Dokter Prinsip Sikap Mendukung 59

12. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan


Komunikasi Interpersonal Dokter Prinsip Sikap Positif 60

13. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan


Komunikasi Interpersonal Dokter Prinsip Kesetaraan 61

14. Deskripsi Frekuensi Kepuasan Pasien Rawat Inap di Rumah


Sakit Royal Prima Medan Pada Tahun 2019 63

15. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Variabel


Kepuasan Pasien 63

16. Tabulasi Silang Antara Variabel Keterbukaan dengan


Kepuasan Pasien 65

xiii
Universitas Sumatera Utara
17. Tabulasi Silang Antara Variabel Empati dengan Kepuasan
Pasien 66

18. Tabulasi Silang Antara Variabel Sikap Mendukung dengan


Kepuasan Pasien 67

19. Tabulasi Silang Antara Variabel Sikap Positif dengan


Kepuasan Pasien 67

20. Tabulasi Silang Antara Variabel Kesetaraan dengan


Kepuasan Pasien 68

21. Hasil Seleksi Variabel yang Dapat Masuk dalam Model


Regresi Logistik Ganda 69

22. Model Regresi Logistik Tahap Pertama terhadap Kepuasan


Pasien 69

23. Model Regresi Logistik Tahap Kedua terhadap Kepuasan


Pasien 70

24. Model Regresi Logistik Tahap Ketiga terhadap Kepuasan


Pasien 70

xiv
Universitas Sumatera Utara
Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka konsep penelitian 40

xv
Universitas Sumatera Utara
Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Penjelasan tentang Penelitian 90

2 Lembar Persetujuan Responden 91

3 Kuesioner Penelitian 92

4 Perhitungan Data 95

xvi
Universitas Sumatera Utara
Daftar Riwayat Hidup

Brian Sepnatius Pasaribu dilahirkan di Kota Jakarta Provinsi DKI Jakarta

pada tanggal 07 September 1990. Anak ke 3 dari 3 bersaudara dari pasangan Ir.

Ramlan Pasaribu dan Saulina Silalahi S.Pd.

Pendidikan formal penulis dimulai pendidikan SD Fellycia Tangerang

Tahun 1997-2003, Sekolah Lanjutan SLTP BK-3 Tangerang Tahun 2003-2006,

SMA Negeri 4 Tangerang Tahun 2006-2009 dan Pendidikan Lanjutan Program

Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia Tahun 2009-2016.

Tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan S2 Magister Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juli 2019

Brian Sepnatius Pasaribu

xvii
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan

Latar Belakang

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

340/MENKES/PER/III/2010 menjelaskan bahwa rumah sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat

darurat”. Saat ini rumah sakit berada dalam suasana global yang sangat kompetitif

sehingga menuntut mutu pelayanan rumah sakit yang tinggi dengan dasar konsep

manajemen yang jelas dan terarah, tanpa konsep manajemen yang jelas,

perkembangan rumah sakit akan berjalan lambat.

Rumah sakit merupakan bagian yang sangat penting dari suatu sistem

layanan kesehatan serta selalu mengedepankan pelayanan prima sebagai elemen

utamanya. Hal tersebut merupakan akuntabilitas suatu lembaga rumah sakit agar

mampu bersaing (konpetitif) dengan rumah sakit lainnya. Rumah sakit dalam

konsep memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat hendaknya bersifat

layanan perorangan secara paripurna, upaya promosi kesehatan (promotif),

pencegahan (preventif) dengan tidak mengabaikan upaya kuratif-rehabilitatif,

serta menyediakan unit pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

Semua orang yang menderita suatu penyakit pasti menginginkan sehat sehingga

rumah sakit akan memiliki peranan yang sangat besar untuk meningkatkan status

kesehatan pasien di rumah sakit (Muninjaya, 2011).

Rumah sakit dalam prosesnya harus memberikan pelayanan kesehatan

yang bermutu kepada masyarakat. Terpenuhinya kebutuhan masyarakat atau

1
Universitas Sumatera Utara
2

perorangan terhadap layanan asuhan kesehatan tersebut haruslah sesuai dengan

prinsip atau standar profesi kesehatan yang ada. Prinsip layanan kesehatan ini

dilaksanakan dengan memamfaatkan sumber daya secara menyeluruh, efesien dan

efektif yang disesuaikan dengan keterbatasan kemampuan pemerintah dan

masyarakat, serta diselenggarakan secara aman dan dapat memuaskan pelanggan

sesuai dengan norma dan etika yang berlaku. Batasan layanan ini dapat

disimpulkan bahwa mutu pelayanan kesehatan merupakan sebuah kesesuaian

pelayanan kesehatan dengan standar profesi dengan memanfaatkan sumber daya

dengan baik sehingga semua kebutuhan pasien terpenuhi dan tujuan untuk

mencapai derajat kesehatan yang optimal dapat tercapai (Bustami, 2011).

Salah satu strategi pelayanan rumah sakit saat ini yaitu dengan melakukan

pendekatan mutu layanan kesehatan yang berorientasi pada kepuasan pasien.

Strategi penilaian kepuasan pasien dapat ditentukan oleh kualitas pelayan

kesehatan yang dirasakan oleh pasien selama dirumah sakit. Kepuasan pasien

tersebut dapat dinilai mulai dari penerimaan pasien saat pertama kali datang

sampai pasien pulang dari rumah sakit. Terpenuhinya kebutuhan pasien tersebut

akan berdampak kepada kepuasan pasien akan layanan kesehatan rumah sakit,

namun tenaga kesehatan sering tidak menyadari bahwa kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan merupakan dimensi penilaian terhadap mutu pelayanan

rumah sakit.

Menurut Muninjaya (2011) menyatakan bahwa kepuasan pasien

merupakan sebuah tanggapan pengguna jasa pelayanan kesehatan terhadap

kesesuaian antara tingkat kepentingan atau harapan (ekspektasi) sebelum pasien

mendapatkan jasa pelayanan kesehatan dan setelah mendapatkan jasa pelayanan

Universitas Sumatera Utara


3

kesehatan. Untuk menciptakan kepuasan pasien rumah sakit harus menciptakan

dan mengelola suatu sistem yang mengatur tentang bagaimana memperoleh pasien

lebih banyak dengan tetap mempertahankan kualitas mutu layanannya.

Pelayanan kesehatan dinilai dapat memuaskan pengguna atau pasien bila

pelayanan kesehatan tersebut dapat memenuhi kebutuhan pasien secara

menyeluruh. Jika pasien merasa kebutuhannya tidak dipenuhi maka akan timbul

rasa tidak puas sehingga pasien akan meninggalkan pelayanan kesehatan tersebut

dan beralih ke pelayanan lain. Menurut Nursalam (2012) kepuasan adalah perasan

senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara

persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-

harapannya

Salah satu faktor yang membuat pasien merasa tidak puas terhadap

pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit adalah disebabkan oleh

buruknya komunikasi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Hasil penelitian

Amirah (2013) menunjukkan bahwa ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan

rumah sakit disebabkan komunikasi yang dilakukan tenaga kesehatan tidak baik

khususnya komunikasi yang terjadi antara dokter dan perawat.

Hasil penelitian Syafitri (2014) menunjukkan bahwa rendahnya kepuasan

pasien di rumah sakit disebabkan karena komunikasi tenaga kesehatan yang

kurang baik. Komunikasi yang kurang baik antara sesama tenaga kesehatan

tersebut dapat dilihat dari banyaknya pasien yang datang kerumah sakit merasa

kurang dihargai dan diperhatikan saat diperiksa oleh dokter. Penelitian tersebut

menjadi masukan bagi rumah sakit dalam hal memperbaiki mutu layanan

kesehatan dirumah sakit.

Universitas Sumatera Utara


4

Peran pasien saat ini telah berubah dari pasif menjadi asertif terutama

dalam hal upaya untuk memperoleh informasi medis dan pembuatan keputusan

medis. Kondisi seperti ini membutuhkan penguasaan komunikasi bagi seorang

komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan kepada komunikannya. Ada

beberapa bentuk komunikasi yang perlu diketahui oleh seorang komunikator agar

dia mampu memilih bentuk komunikasi yang tepat ketika berkomunikasi. Secara

garis besar bentuk komunikasi dibagi 4 yaitu komunikasi personal (komunikasi

intra personal dan komunikasi interpersonal), komunikasi kelompok, komunikasi

massa, dan komunikasi media. (Liliweri, 2010).

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antar

komunikator dengan komunikan yang terjadi secara langsung dengan cara

berhadapan muka atau tidak berhadapan muka. Komunikasi interpersonal ini

dianggap lebih efektif dari bentuk komunikasi lainnya karena kedua belah pihak

dapat saling bertukar informasi dalam proses komunikasinya serta adanya

feedback langsung dari keduanya menurut fungsi masing-masing (Cangara, 2011).

Agar proses komunikasi tentang kesehatan efektif dan terarah maka dapat

dilakukan melalui bentuk komunikasi interpersonal yang merupakan salah satu

bentuk komunikasi yang paling efektif, karena antara komunikan dan

komunikator dapat langsung tatap muka, sehingga timbul stimulus yakni pesan

atau informasi yang disampaikan oleh komunikan, langsung dapat direspon atau

ditanggapi pada saat itu juga (Adhani, 2014).

Komunikasi efektif antara tenaga kesehatan adalah komunikasi yang

terjadi antara dokter dengan perawat dengan tujuan terciptanya rasa nyaman

pasien terhadap terapi medis yang diberikan dokter, faktor perilaku dokter

Universitas Sumatera Utara


5

terhadap pasien, kemampuan dokter untuk mendapatkan dan menghormati

perhatian pasien, tersedianya informasi yang tepat dan timbulnya empati serta

membangun kepercayaan pasien ternyata merupakan kunci yang menentukan

dalam kenyamanan yang baik dengan terapi medis pada pasien dalam pelayanan

kesehatan.

Menurut Devito dalam Adhani (2014) menyatakan efektivitas komunikasi

interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang yang dipertimbangkan

yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung

(supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).

Komunikasi interpersonal dokter akan menjadi tolak ukur kepuasan pasien

dirumah sakit karena dokter memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai

kepuasan pasien. Apabila pasien merasa puas terhadap pelayanan kesehatan maka

akan dapat meningkatkan kualitas rumah saki, sehingga akan meningkatkan

jumlah kunjungan pasien kerumah sakit.

Dokter merupakan tenaga medis yang memiliki peran sangat penting

dalam menjaga mutu layanan kesehatan dirumah sakit. Peran dokter sebagai

penyedia layanan kesehatan juga dapat meningkatkan kepuasan pasien secara

langsung saat pasien berada dirumah sakit. Hubungan antara dokter dan pasien

yang dulunya menganut pola paternalistik berubah menjadi hubungan yang

bersifat kontraktual. Kondisi dan situasi saat ini telah menempatkan dokter dalam

peran sebagai pelaku ekonomi, yakni sebagai penyedia layanan jasa. Apabila jasa

yang diberikan tidak memuaskan pasien, maka pasien pun berhak untuk

menyampaikan keluhan terhadap jasa layanan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


6

Rumah Sakit Royal Prima Medan merupakan salah satu rumah sakit

swasta terbesar dan akan menjadi pusat rujukan bagi masyarakat khususnya Kota

Medan dan masyarakat Sumatera Utara pada umumnya. Rumah Sakit Umum

Royal Prima Medan berkembang dengan cepat, hal ini terlihat dengan dibukanya

gedung baru dengan kapsitas tempat tidur sebanyak 600 tempat tidur. Rumah

Sakit Umum Royal Prima Medan diresmikan menjadi rumah sakit pendidikan

pada tanggal 24 Juni 2016 dan menjadi rumah sakit untuk segala tipe rujukan

maupun Asuransi Kesehatan Mandiri dan pasien umum. Rumah Sakit Umum

Royal Prima Medan memiliki sumber daya manusia (SDM) yang terdiri dari

perawat pelaksana sebanyak 224 perawat, tenaga dokter umum dan spesialis

sebanyak 110 orang, tenaga para medis sebanyak 75 orang dan tenaga non

paramedis sebanyak 210 orang.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap 20

orang pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan pada bulan

Januari tahun 2018 menunjukkan bahwa dari 20 pasien ditemukan 17 pasien

menyatakan tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan dokter. Bentuk

ketidakpuasan pasien tersebut berisi tentang masih kurangnya keterbukaan dokter

(openness) dalam menjelaskan penyakit yang dialami pasien serta ketersediaan

waktu dokter yang sangat sedikit dalam memberikan layanan kesehatan. Pasien

juga menjelaskan bahwa kurangnya empati (empathy) dokter terhadap

permasalahan yang dialami pasien, kurangnya sikap mendukung (supportiveness)

dan berpikir positif (positiveness) dari dokter terhadap kesembuhan pasien serta

pasien tidak merasa diterima oleh dokter sehingga pasien merasa tidak ada

kesetaraan antara dokter dengan pasien (equality).

Universitas Sumatera Utara


7

Peneliti juga melakukan pengecekan data terhadap Rumah Sakit Royal

Prima Medan. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari PMKP (Peningkatan

Mutu dan Keselamatan Pasien) pada bulan Januari dan Februari 2019 ditemukan

data bahwa lebih dari 70 persen angket yang masuk ke Tim PMKP rumah sakit

berisi tentang keluhahan pasien terhadap pelayanan rumah sakit. Keluhan pasien

tersebut diperoleh berdasarkan angket yang diisi oleh pasien ketika pasien akan

pulang dari rumah sakit. Keluhan pasien dalam bentuk angket tersebut mengalami

peningkatan dari tahun 2017 ke tahun 2018. Pada tahun 2017 dari 9.877 angket

yang terkumpul ada sebanyak 30 persen angket berisi tentang keluhan pasien

terhadap pelayanan dokter. Pada tahun 2018 angket berisi keluhan pasien

meningkat lebih dari 7.980 angket yang masuk terdapat 50 persen berisi tentang

keluhan pasien terhadap pelayanan dokter.

Banyaknya angket yang masuk ke PMKP rumah sakit berisi tentang surat

keluhan pasien terhadap dokter menjadi masalah yang besar bagi Rumah Sakit

Royal Prima Medan. Angket tersebut diterima dan diproses oleh pihak manejemen

rumah sakit dan ditindaklanjuti oleh pihak direktorat bidang layanan medis

Rumah Sakit Royal Prima Medan. Pada bulan Februari tahun 2019 terdapat 120

angket berisikan tentang ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan doketr selama

melakukan pemeriksaaan. Banyaknya surat keluhan pasien yang ditujukan kepada

dokter menunjukkan bahwa dokter belum memberikan pelayanan yang optimal

kepada pasien, waktu pemeriksaan terkesan seperti terburu-buru, menjawab

pertanyaan pasien tidak jelas dan tidak ada kontak mata.

Hasil rekapitulasi isian angket pasien yang dikelola oleh Tim Kendali

Mutu Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan menunjukkan indikasi bahwa

Universitas Sumatera Utara


8

pelayanan yang diberikan dokter masih kurang baik, terutama berkaitan dengan

keterbukaan (openness) dokter dengan pasien, empati (empathy) dokter dengan

pasien, sikap mendukung (supportiveness) dokter dengan pasien, sikap positif

(positiveness) dokter dengan pasien, dan kesetaraan (equality) dokter dengan

pasien. Hasil ini akan diproses dan ditindaklanjuti oleh pihak menejemen rumah

sakit demi perbaikan mutu layanan dirumah sakit.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Siregar (2016) menunjukkan bahwa

komunikasi interpersonal yang dilakukan dokter dan perawat (adanya

keterbukaan, rasa empaty, sifat medukung, sifat positif dan kesetaraan)

berdampak kepada kepuasan pasien dalam melakukan pengobatan. Hasil

penelitian yang tidak jauh berbeda diungkapkan Caresya (2016) menunjukkan

bahwa komunikasi interpersonal yang diberikan dokter gigi berupa sikap simpati,

mendengarkan keluhan, keramahan, sikap positif, perhatian membuat anak

menjadi puas terhadap pelayanan yang diberikan.

Dokter sebagai sumber daya manusia memiliki peran penting dalam

menjalankan operasional rumah sakit serta memiliki kontribusi yang sangat

menentukan kualitas pelayanan di rumah sakit, untuk itulah dokter dituntut

memiliki kemampuan intelektual, interpersonal, kemampuan teknis, kemampuan

berkomunikasi dan memiliki nilai moral yang tinggi. Oleh karena itu pelayanan

kesehatan yang diberikan dokter merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan dirumah sakit. Fenomena tentang rendahnya kepuasan pasien

berdasarkan surat keluhan pasien mengenai pelayanan kesehatan yang diberikan

oleh dokter khususnya mengenai komunikasi yang dilakukan oleh dokter terhadap

pasien maka peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang “pengaruh

Universitas Sumatera Utara


9

komunikasi interpersonal dokter terhadap kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum

Royal Prima Medan”.

Perumusan Masalah

Berdasarkan fenomena tentang rendahnya kepuasan pasien berdasarkan

surat keluhan pasien mengenai pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter

khususnya mengenai komunikasi yang dilakukan oleh dokter maka peneliti

berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang “pengaruh komunikasi

interpersonal dokter terhadap kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum Royal

Prima Medan”.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komunikasi

interpersonal dokter terhadap kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum Royal

Prima Medan.

Tujuan khusus. Penelitian ini memiliki beberapa tujuan khusus

diantaranya :

1. Untuk mengetahui gambaran komunikasi interpersonal dokter

berdasarkan prinsip keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap

positif dan kesetaraan di Rumah sakit Umum Royal Prima Medan.

2. Untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien rawat inap di Rumah

sakit Umum Royal Prima Medan.

3. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi interpersonal dokter

berdasarkan prinsip keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap

positif dan kesetaraan terhadap kepuasan pasien rawat inap di Rumah

sakit Umum Royal Prima Medan.

Universitas Sumatera Utara


10

Manfaat Penelitian

Bagi keilmuan. Sebagai bahan acuan referensi untuk semua bidang

kesehatan dan dapat meningkatkan pengetahuan bagi mahasiswa terkait dengan

judul penelitian.

Bagi peneliti selanjutnya. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk

memberikan masukan bagi penelitian selanjutnya dan dapat digunakan sebagai

data dasar penelitian selanjutnya.

Bagi rumah sakit. Sebagai bahan masukan bagi manajemen Rumah Sakit

Royal Umum Prima Medan pengambilan kebijakan tentang komunikasi

interpersonal dokter dan kepuasan pasien.

Universitas Sumatera Utara


Tinjauan Pustaka

Rumah Sakit

Definisi rumah sakit. Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata dengan mengutamakan

upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan secara

serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit

dalam suatu tatanan rujukan, serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga

dan penelitian.Rumah sakit juga merupakan institusi yang dapat memberi

keteladanan dalam budaya hidup bersih dan sehat serta kebersihan lingkungan

(Depkes, 2009).

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 340/MENKES/

PER/III/2010 Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat”.Sedangkan

pengertian rumah sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah

Sakit, dinyatakan bahwa : “Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan,

tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat

penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan

gangguan kesehatan”.

Berdasarkan pengertian tersebut maka rumah sakit melakukan beberapa

jenis pelayanan diantaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik,

pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan

11
Universitas Sumatera Utara
12

kesehatan, sebagai tempat pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik,

sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang

kesehatan serta untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan sebagaimana

yang dimaksud, sehingga perlu adanya penyelenggaan kesehatan lingkungan

rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan.

Fungsi dan tugas rumah sakit. Menurut Undang-Undang No 44 tahun

2009 fungsi rumah sakit adalah sebagai berikut :

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan melalui pelayanan kesehatan

yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi sumber daya manusia

dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan

kesehatan.

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan

teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan kemampuan

pemberian pelayanan kesehatan.

Klasifikasi rumah sakit. Permenkes RI No 56 tahun 2014 tentang

klasifikasi rumah sakit dibedakan berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan.

Rumah sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus :

Rumah Sakit Umum Kelas A. Pelayanan yang diberikan oleh Rumah

Sakit Umum Kelas A paling sedikit meliputi: pelayanan medik, pelayanan

kefarmasian, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik,

pelayanan penunjang non klinik, pelayanan rawat inap. Pelayanan medik paling

Universitas Sumatera Utara


13

sedikit terdiri dari: pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar,

pelayanan medik spesialis penunjang, pelayanan medik spesialis lain, pelayanan

medik subspesialis, pelayanan medik spesialis gigi dan mulut. Pelayanan gawat

darurat harus diselenggarakan 24 (dua puluh empat) jam sehari secara terus

menerus. Pelayanan medik spesialis dasar meliputi pelayanan penyakit dalam,

kesehatan anak, bedah, dan obstetri dan ginekologi. Pelayanan medik spesialis

penunjang meliputi pelayanan anestesiologi, radiologi, patologi klinik, patologi

anatomi, dan rehabilitasi medik.

Sumber daya manusia Rumah Sakit Umum kelas A terdiri atas: tenaga

medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan lain, tenaga

nonkesehatan. Tenaga medis paling sedikit terdiri atas: 18 (delapan belas) dokter

umum untuk pelayanan medik dasar, 4 (empat) dokter gigi umum untuk

pelayanan medik gigi mulut, 6 (enam) dokter spesialis untuk setiap jenis

pelayanan medik spesialis dasar, 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis

pelayanan medik spesialis penunjang, 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis

pelayanan medik spesialis lain, 2 (dua) dokter subspesialis untuk setiap jenis

pelayanan medik subspesialis, 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis

pelayanan medik spesialis gigi mulut. Tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri

atas: 1 (satu) apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit, 5 (lima)

apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling sedikit 10

(sepuluh) tenaga teknis kefarmasian, 5 (lima) apoteker di rawat inap yang dibantu

oleh paling sedikit 10 (sepuluh) tenaga teknis kefarmasian, 1 (satu) apoteker di

instalasi gawat darurat yang dibantu oleh minimal 2 (dua) tenaga teknis

kefarmasian, 1 (satu) apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2

Universitas Sumatera Utara


14

(dua) tenaga teknis kefarmasian, 1 (satu) apoteker sebagai koordinator penerimaan

dan distribusi yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat

inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya

disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit, 1 (satu)

apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat merangkap melakukan

pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga

teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan

kefarmasian Rumah Sakit.

Rumah Sakit Umum Kelas B. Pelayanan yang diberikan oleh Rumah

Sakit Umum kelas B paling sedikit meliputi: pelayanan medik, pelayanan

kefarmasian, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik;

pelayanan penunjang nonklinik dan pelayanan rawat inap. Pelayanan medik

paling sedikit terdiri dari: pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis

dasar, pelayanan medik spesialis penunjang, pelayanan medik spesialis lain,

pelayanan medik subspesialis, pelayanan medik spesialis gigi dan mulut.

Pelayanan gawat darurat, harus diselenggarakan 24 (dua puluh empat) jam sehari

secara terus menerus.

Rumah Sakit Umum Kelas C. Pelayanan yang diberikan oleh Rumah

Sakit Umum kelas C paling sedikit meliputi: pelayanan medis, pelayanan

kefarmasian, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik,

pelayanan penunjang nonklinik dan pelayanan rawat inap.Pelayanan medik paling

sedikit terdiri dari: pelayanan gawat darurat, pelayanan medik umum, pelayanan

medik spesialis dasar, pelayanan medik spesialis penunjang, pelayanan medik

spesialis lain, pelayanan medik subspesialis dan pelayanan medik spesialis gigi

Universitas Sumatera Utara


15

dan mulut. Pelayanan gawat darurat harus diselenggarakan 24 (dua puluh empat)

jam sehari secara terus menerus. Pelayanan medik umum meliputi pelayanan

medik dasar, medik gigi mulut, kesehatan ibu dan anak, dan keluarga berencana.

Rumah Sakit Umum Kelas D. Pelayanan yang diberikan oleh Rumah

Sakit Umum Kelas D paling sedikit meliputi: pelayanan medik, pelayanan

kefarmasian, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik,

pelayanan penunjang nonklinik; dan pelayanan rawat inap. Pelayanan Medik

paling sedikit terdiri dari: pelayanan gawat darurat, pelayanan medik umum,

pelayanan medik spesialis dasar dan pelayanan medik spesialis penunjang.

Pelayanan gawat darurat harus diselenggarakan 24 (dua puluh empat) jam sehari

secara terus menerus. Pelayanan medik umum meliputi pelayanan medik dasar,

medik gigi mulut, kesehatan ibu dan anak, dan keluarga berencana. Pelayanan

medik spesialis paling sedikit 2 (dua) dari 4 (empat) pelayanan medik spesialis

dasar yang meliputi pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan/atau

obstetri dan ginekologi. Pelayanan medik spesialis penunjang meliputi

pelayanan radiologi dan laboratorium.

Sumber daya manusia rumah sakit umum kelas D terdiri atas: tenaga

medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan lain, tenaga

nonkesehatan.Tenaga medis paling sedikit terdiri atas: a. 4 (empat) dokter umum

untuk pelayanan medik dasar, 1 (satu) dokter gigi umum untuk pelayanan medik

gigi mulut, (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis

dasar. Tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri atas: 1 (satu) orang apoteker

sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit, 1 (satu) apoteker yang bertugas di

rawat inap dan rawat jalan yang dibantu oleh paling sedikit 2 (dua) orang tenaga

Universitas Sumatera Utara


16

teknis kefarmasian, 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan,

distribusi dan produksi yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi

klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian

yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian Rumah

Sakit.

Rumah Sakit Umum Kelas D Pratama. Rumah Sakit Umum kelas D

pratama didirikan dan diselenggarakan untuk menjamin ketersediaan dan

meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan tingkat

kedua. Rumah Sakit Umum kelas D pratama hanya dapat didirikan dan

diselenggarakan di daerah tertinggal, perbatasan, atau kepulauan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain pada daerah Rumah Sakit

Umum kelas D pratama dapat juga didirikan di kabupaten/kota, apabila memenuhi

kriteria sebagai berikut: belum tersedia Rumah Sakit di kabupaten/kota yang

bersangkutan, Rumah Sakit yang telah beroperasi di kabupaten/kota yang

bersangkutan kapasitasnya belum mencukupi, lokasi Rumah Sakit yang telah

beroperasi sulit dijangkau secara geografis oleh sebagian penduduk di

kabupaten/kota yang bersangkutan.

Rumah Sakit Khusus. Rumah Sakit Khusus meliputi rumah sakit khusus:

ibu dan anak, mata, otak, gigi dan mulut, kanker, jantung dan pembuluh darah,

jiwa, infeksi, paru, telinga-hidung-tenggorokan, bedah, ketergantungan obat dan

ginjal. Rumah Sakit Khusus lainnya berupa penggabungan jenis kekhususan atau

jenis kekhususan baru. Penetapan jenis Rumah Sakit Khusus baru dilakukan

berdasarkan hasil kajian dan mendapatkan rekomendasi asosiasi perumahsakitan

serta organisasi profesi terkait. Rumah Sakit Khusus hanya dapat

Universitas Sumatera Utara


17

menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai bidang kekhususannya dan bidang

lain yang menunjang kekhususan tersebut. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan

di luar bidang kekhususannya hanya dapat dilakukan pada pelayanan gawat

darurat.

Komunikasi

Definisi komunikasi. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan

dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna dari komunikator kepada

komunikan dengan suatu tujuan tertentu. Tujuan yang diharapkan dari proses

komunikasi yaitu perubahan berupa penambahan pengetahuan, merubah pendapat,

memperkuat pendapat serta merubah sikap dan perilaku komunikan atau dikenal

dalam tiga tingkatan perubahan atau efek dari suatu proses komunikasi yaitu :

perubahan pada pikiran (kognitif) perubahan pada perasaan (afektif) dan

perubahan pada perilaku (behavioral) ( Siregar, 2016).

Menurut Winnet dalam Liliweri (2010), komunikasi adalah segala

aktivitas interaksi manusia yang bersifat human relationships disertai dengan

peralihan sejumlah fakta-fakta. Secara sederhana dapat dikatakan komunikasi

adalah interaksi atau transaksi antara dua orang (Liliweri, 2010).

Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh

kehidupannya sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi,

maupun masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia berinteraksi,

membangun relasi dan transaksi sosial dengan orang lain. Itulah sebabnya

manusia tidak dapat menghindari komunikasi antar personal, komunikasi dalam

kelompok, komunikasi dalam organisasi dan publik, dan komunikasi massa

(Liliweri, 2010).

Universitas Sumatera Utara


18

Teori komunikasi interpersonal. Teori komunikasi interpersonal secara

umum (Uchjana, 2010) dapat dilihat dari dua pengertian sebagai :

1. Pengertian komunikasi secara etimologis. Komunikasi berasal dari

bahasa latin communication, dan bersumber juga dari kata communis

yang artinya sama, dalam arti kata sama makna. Jadi komunikasi

berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat

kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.

2. Pengertian komunikasi secara terminologis. Komunikasi yang berarti

penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.

Komponen komunikasi. Terjadinya komunikasi yang efektif antara pihak

satu dengan pihak lainnya, antara kelompok satu dengan yang lain, atau seseorang

dengan orang lain memerlukan keterlibatan beberapa komponen komunikasi,

yaitu komunikator, komunikan, pesan, media, dan efek (Notoatmodjo, 2012).

Menurut Nasir (2011), komponen komunikasi dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Komunikator adalah orang yang memprakarsai adanya komunikasi.

Prakarsa timbul karena jabatan, tugas, wewenang dan tanggung jawab

ataupun adanya suatu keinginan atau perasaan yang ingin disampaikan.

Komunikator juga disebut sebagai sumber berita.

2. Komunikan adalah orang yang menjadi objek komunikasi, pihak yang

menerima berita atau pesan dari komunikator. Komunikasi yang juga

disebut sebagai sasaran atau penerima pesan adalah orang yang

menerima pesan, artinya kepada siapa pesan tersebut ditujukan.

3. Pesan adalah segala sesuatu yang akan disampaikan dapat berupa ide,

pendapat, pikiran, dan saran. Pesan merupakan rangsangan yang

Universitas Sumatera Utara


19

disampaikan oleh sumber kepada sasaran. Pesan tersebut pada dasarnya

adalah hasil pemikiran atau pendapat sumber yang ingin disampaikan

kepada orang lain. Penyampaian pesan banyak macamnya, dapat dalam

bentuk verbal ataupun non verbal seperti gerakan tubuh, gerakan

tangan, ekspresi wajah, dan gambar.

4. Media adalah segala sarana yang digunakan oleh komunikator untuk

menyampaikan pesan kepada pihak lain. Dengan demikian saluran

komunikasi dapat berupa panca indera manusia maupun alat buatan

manusia. Media disebut juga alat pengirim pesan atau saluran pesan

merupakan alat atau saluran yang dipilih oleh sumber untuk

menyampaikan pesan kepada sasaran.

5. Efek atau akibat (dampak) adalah hasil dari komunikasi. Hasilnya

adalah terjadi perubahan pada diri sasaran.

Komunikasi pada hakikatnya adalah suatu proses sosial. Sebagai proses

sosial, dalam komunikasi selain terjadi hubungan antar manusia juga terjadi

interaksi saling memengaruhi. Dengan kata lain komunikasi adalah inti dari semua

hubungan sosial. Apabila dua orang atau lebih telah mengadakan hubungan sosial,

maka sistem komunikasi yang mereka lakukan akan menentukan apakah sistem

tersebut dapat mempererat atau merenggangkan hubungan, menurunkan atau

menambah ketegangan serta menambah kepercayaan atau menguranginya (Nasir,

2011).

Bentuk komunikasi. Ada beberapa bentuk komunikasi yang perlu

diketahui oleh seorang komunikator agar dia mampu memilih bentuk komunikasi

yang tepat ketika berkomunikasi. Secara garis besar bentuk komunikasi dibagi 4

Universitas Sumatera Utara


20

(empat) yaitu komunikasi personal (komunikasi intra personal dan komunikasi

interpersonal), komunikasi kelompok, komunikasi massa, dan komunikasi media.

(Nasir, 2011).

Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang dilakukan pada diri

sendiri, yang terdiri dari sensasi, persepsi, memori dan berpikir. Komunikasi ini

biasanya dilakukan oleh seseorang ketika merenung tentang dirinya atau pada saat

melakukan evaluasi diri. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang

dilakukan kepada orang lain atau komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau

lebih. Komunikasi Kelompok terdiri dari dua bentuk yaitu komunikasi kelompok

kecil dan komunikasi kelompok besar (Nasir, 2011).

Agar proses komunikasi tentang kesehatan efektif dan terarah dapat

dilakukan melalui bentuk komunikasi interpersonal yang merupakan salah satu

bentuk komunikasi yang paling efektif, karena antara komunikan dan

komunikator dapat langsung tatap muka, sehingga timbul stimulus yakni pesan

atau informasi yang disampaikan oleh komunikan, langsung dapat direspon atau

ditanggapi pada saat itu juga. Komunikasi terapeutik adalah bentuk dari

komunikasi interpersonal yang dilakukan dalam bidang kesehatan (Notoatmodjo,

2012). Pada pembahasan berikutnya akan dijelaskan lebih lanjut mengenai

komunikasi interpersonal.

Komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi

antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya

menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau non verbal.

Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dilakukan oleh dua

orang, seperti suami isteri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru dengan murid,

Universitas Sumatera Utara


21

dan sebagainya (Mulyana, 2005).

Kegiatan komunikasi interpersonal merupakan kegiatan sehari-hari yang

paling banyak dilakukan oleh manusia sebagai mahluk sosial. Komunikasi

interpersonal (interpersonal communication) merupakan komunikasi yang

berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih. Menurut

Effendi, hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar

komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif

dalam mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang

dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator

mengetahui tanggapan komunikan saat itu juga (Adhani, 2014).

Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses yang sangat unik.

Artinya, kegiatan yang terjadi dalam komunikasi interpersonal tidak seperti

kegiatan lainnya, seperti misalnya menyelesaikan tugas pekerjaan rumah,

mengikuti perlombaan cerdas cermat, menulis artikel. Komunikasi interpersonal

melibatkan paling sedikit dua orang yang mempunyai sifat, nilai-nilai, pendapat,

sikap, pikiran dan perilaku yang khas dan berbeda-beda. Selain itu, komunikasi

interpersonal juga menuntut adanya tindakan saling memberi dan menerima

diantara pelaku yang terlibat dalam komunikasi. Dengan kata lain para pelaku

komunikasi saling bertukar informasi, pikiran, gagasan, dan sebagainya (Nasir,

2010).

Komunikasi interpersonal ini terus menerus terjadi selama proses

kehidupan manusia. Komunikasi interpersonal dapat diibaratkan sebagai urat nadi

kehidupan manusia. Tidak dapat dibayangkan bagaimana bentuk dan corak

kehidupan manusia di dunia ini seandainya tidak ada komunikasi interpersonal

Universitas Sumatera Utara


22

antara satu orang atau sekelompok orang.

Komunikasi Interpersonal memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Pihak-pihak yang melakukan komunikasi berada dalam jarak yang dekat.

Pihak yang dapat dikatakan melakukan komunikasi interpersonal harus

tidak berada dalam jarak jauh melainkan saling berdekatan/ face to face.

Apabila salah satu lawan bicara menggunakan media dalam penyampaian

pesan karena perbedaan jarak, itu tidak dapat dikatakan sebagai komunikasi

interpersonal.

2. Pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara

spontan baik secara verbal maupun non verbal. Di dalam komunikasi

interpersonal timbal balik yang diberikan oleh komunikan biasanya secara

spontan begitu juga dengan tanggapan dari komunikator. Dengan respon

yang diberikan secara spontan dapat mengurangi kebohongan salah satu

lawan bicara dengan cara melihat gerak-gerik ketika sedang berkomunikasi.

3. Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab para perserta

komunikasi. Saling mengerti akan diperoleh dalam komunikasi

interpersonal ini, apabila diantara kedua belah pihak dapat menjalankan dan

menerapkan komunikasi ini dengan melihat syarat-syarat yang berlaku

seperti, mengetahui waktu, tempat dan lawan bicara.

4. Kedekatan hubungan pihak-pihak komunikasi akan tercermin pada jenis-

jenis pesan atau respon nonverbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata

yang ekspresif, dan jarak fisik yang dekat. Kita dapat membedakan seberapa

dekat hubungan seseorang dengan lawan bicaranya, hal ini dapat dilihat dari

respon yang diberikan. Misalnya kedekatan dalam berkomunikasi antara

Universitas Sumatera Utara


23

sepasang kekasih dengan sepasang persahabatan, melalui respon nonverbal

kita dapat melihat mereka sepasang kekasih atau hanya teman biasa.

Prinsip komunikasi interpersonal. Menurut Devito dalam Adhani (2014)

bahwa untuk mendukung terwujudnya komunikasi interpersonal yang baik dan

harmonis, kelangsungan komunikasi harus memenuhi prinsip-prinsip komunikasi

antarmanusia atau komunikasi interpersonal yaitu :

Keterbukaan (openness). Keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga

aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang

efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah

berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.

Memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi.

Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi

yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut. Aspek

keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi

secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan

tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan.

Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan, dan kita

berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak

acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita

memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang

lain. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran. Terbuka

dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda

lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya.

Universitas Sumatera Utara


24

Hasil penelitian Hutagaol (2014) menunjukkan bahwa terbukaan tenaga

kesehatan dalam berkomunikasi terhadap kepuasan keluarga pasien rawat jalan di

Puskesmas Pandan Tengah. Hasil penelitian Siregar (2016) menunjukkan bahwa

kurangnya keterbukaan dokter dalam berkomunikasi dengan pasien membuat

pasien merasakan tidak puas terhadap pelayanan kesehtaan yang diberikan, pasien

merasakan dokter tidak terbuka dalam menjelaskan penyakit yang diderita pasien

maka akan membuat keluarga pasien kecewa dengan pelayanan yang diberikan

dokter.

Hasil penelitian Rosi (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara keterbukaan tenaga kesehatan dalam berkomunikasi terhadap

kepuasan keluarga pasien rawat inap di RSUD ZA Banda Aceh. Adanya

keterbukaan dari petugas PKMRS dapat menimbulkan saling pengertian,

penghayatan mengenai kebijakan yang diambil, sehingga akan terciptanya

kesadaran dan kesediaan melebur keinginan individu demi terpadunya

kepentingan bersama dengan tujuan menghasilkan integrasi yang cukup kokoh,

mendorong kerjasama yang produktif dan kreatif untuk mencapai sasaran atau

tujuan dalam penyuluhan.

Empati (empathy). Bersimpati adalah merasakan bagi orang lain atau

merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti

orang yang mengalaminya, berada di situasi yang sama dan merasakan perasaan

yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami

motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan

dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan

empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat

Universitas Sumatera Utara


25

mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan keterlibatan aktif dengan

orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai, konsentrasi terpusat

meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik

serta sentuhan atau belaian yang sepantasnya.

Hasil penelitian Nur (2010) memperlihatkan bahwa komunikasi dalam

bentuk emphaty yang baik akan membuat pasien merasakan sangat puas terhadap

pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan di RS Haji Medan. Hasil penelitian

Hutagaol (2014) menyebutkan bahwa empati dalam berkomunikasi yang

dilakukan tenaga kesehatan akan membantu dalam mempercepat hubungan antara

keluarga pasien dengan tenaga kesehatan sehingga menjadikan pasien merasa

diperhatikan dan pada akhirnya akan meningkatkan kepuasaan pasien terhadap

pelayanan tenaga kesehatan.

Hasil penelitian Rosi (2012) menunjukkan bahwa ada hubungan yang

bermakna dimensi empati dalam komunikasi interpersonal terhadap kepuasan

keluarga pasien rawat inap di RSUD ZA pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil

penelitian Siregar (2016) menunjukkan bahwa dokter tidak menunjukan berempati

dengan keadaan pasien yang sedang sakit, kalau dokter menunjukan bahwa dokter

berempati dengan keadaan pasien, dokter menunjukan rasa kepeduliannya,rasa

perhatiannya dan kesabaran dalam menangani pasien dan mendengarkan keluhan

pasien. Informan peneliti tidak merasakan itu sama sekali sehingga informan

merasakan tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan dokter.

3. Sikap Mendukung (Supportiveness)

Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam

suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan

Universitas Sumatera Utara


26

bersikap deskriptif, spontan, dan proporsional. Suasana yang deskriptif akan

menimbulkan sikap suportif dibandingkan dengan evaluatif. Artinya, orang yang

memiliki sifat ini lebih banyak meminta informasi atau deskripsi tentang suatu

hal. Dalam suasana seperti ini, biasanya orang tidak merasa dihina atau ditantang,

tetapi merasa dihargai. Orang yang spontan dalam komunikasi adalah orang

terbuka dan terus terang tentang apa yang dipikirkannya. Biasanya orang seperti

itu akan ditanggapi dengan cara yang sama, terbuka dan terus terang. Provisional

adalah memiliki sikap berpikir, terbuka, ada kemauan untuk mendengar

pandangan yang berbeda dan bersedia menerima pendapat orang lain, bila

memang pendapatnya keliru.

Hasil penelitian Siregar (2016) menunjukkan bahwa ketika tenaga

kesehatan memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap deskriptif, spontan,

professional maka akan membuat pasien menjadi senang dan puas terhadap

pelayanan yang diberikan. Hasil penelitian Rosi (2012) menunjukkan bahwa sikap

mendukung yang diberikan tenaga kesehatan akan cenderung memberikan

kepuasan kepada pasien terhadap pelayanan yang diberikan. Hasil penelitian

Hutagaol (2014) menyebutkan bahwa sikap mendukung petugas memberikan

pengaruh terhadap kepuasaan pasien dimana pasien mendapatkan dukungan

motivasi dari tenaga kesehatan untuk selalu tepat waktu dan selalu mendpatkan

perkembangan kesehatan pasien, sehingga pasien merasa diperhatikan oleh tenaga

kesehatan dan merasa puas.

Sikap Positif (positiveness). Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam

komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara menyatakan sikap positif

dan secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap

Universitas Sumatera Utara


27

positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal.

Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif

terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi

pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih

menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati

interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana

interaksi.

Hasil penelitian Siregar (2016) menunjukkan bahwa keluarga pasien tidak

merasakan sikap positif yang ditunjukkan oleh dokter. Dokter kurang menanggapi

segala keluhan yang ditanyakan pasien melalui keluarga pasien. Dokter selalu

bersifat pasif dalam berkomunikasi dengan keluarga pasien sehingga membuat

keluarga pasien menjadi tidak puas. Hasil penelitian Rosi (2012) menunjukkan

bahwa sikap positif yang diberikan tenaga kesehatan akan cenderung memberikan

kepuasan kepada pasien terhadap pelayanan yang diberikan sedangkan jika tenaga

kesehatan tidak memberikan sikap positif akan membuat pasien merasakan tidak

puas terhadap pelayanan yang diberikan. Hasil penelitian Hutagaol (2014)

memperlihatkan bahwa tenaga kesehatan yang berkomunikasi dengan sikap postif

kepada keluarga pasien dan menjalin komunikasi cenderung membuat pasien

merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan.

Kesetaraan (equality). Dalam setiap situasi, barangkali terjadi

ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan

atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang

benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi

interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada

Universitas Sumatera Utara


28

pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan

berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting

untuk disumbangkan.

Hasil penelitian Rosi (2012) menunjukkan bahwa kesetaraan yang

diberikan tenaga kesehatan akan cenderung memberikan kepuasan kepada pasien

terhadap pelayanan yang diberikan sedangkan jika tenaga kesehatan tidak

menunjukkan kesetaraan akan membuat pasien merasakan tidak puas terhadap

pelayanan yang diberikan. Hasil penelitian Hutagaol (2014) menunjukkan bahwa

masih adanya tidak setaranya komunikasi yang diberikan tenaga kesehatan kepada

pasien membuat pasien merasakan ketidakpuasaan terhadap pelayanan kesehatan

yang diberikan tenaga kesehatan.

Hasil wawancara penelitian yang dilakukan Siregar (2016) menemukan

bahwa adanya perbedaan pelayanan medis antara pasien pengguna BPJS dan

pasien umum yang dilakukan oleh para dokter. Seharusnya tidak ada perbedaan

pelayanan medis yang dilakukan oleh dokter sehingga pasien merasa tidak puas

terhadap pelayanan yang diberikan. Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif

bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan dari kedua pihak bahwa

sama-sama bernilai dan berharga.

Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan ketidak

sependapatan dan konflik lebih dilihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan

yang pasti ada dari pada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain,

kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua

perilaku pihak lain

Universitas Sumatera Utara


29

Dokter

Definisi dokter. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) yang

menyatakan dokter merupakan seorang yang memiliki lulusan pendidikan

kedokteran yang ahli dalam memberikan pengobatan. Damayanti dan Muhriyah

dalam Siregar (2016) juga menyatakan bahwa dokter adalah tenaga professional

bidang kesehatan yang merupakan sarjana lulusan pendidikan dari fakultas

kedokteran yang ahli dalam hal penyakit dan upaya pengobatannya. Menurut

Undang-Undang RI menyebutkan dokter adalah seseorang yang telah lulus

pendidikan kedokteran yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Seorang dokter akan melakukan praktik kedokteran, dimana praktik

kedokteran didefenisikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter

dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan .

Penyelenggaraan praktik kedokteran merupakan inti dari berbagai kegiatan dalam

penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh dokter dan dokter gigi

yang memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian dan kewenangan yang secara

terus-menerus harus ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan pelatihan

berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, lisensi, serta pembinaan, pengawasan, dan

pemantauan agar penyelenggaraan praktik kedokteran sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Undang-Undang RI No 29 tahun

2004).

Karakteristik dokter. Dalam menjalankan praktik kedokteran maka akan

terdapat tantangan profesi kedokteran, dimana profesi kedokteran masih

memerlukan penguatan dalam aspek perilaku profesional, mawas diri, dan

Universitas Sumatera Utara


30

pengembangan diri serta komunikasi efektif sebagai dasar dari rumah bangun

kompetensi dokter Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan hasil pertemuan Konsil

Kedokteran se-ASEAN yang memformulasikan bahwa karakteristik dokter yang

ideal, yaitu :

1. Profesionalitas yang Luhur

2. Mawas diri dan pengembangan diri

3. Komunikasi efektif

4. Pengelolaan informasi

5. Landasan ilmiah ilmu kedokteran

6. Keterampilan klinis

7. Pengelolaan masalah kesehatan

Kompetensi dokter. Seorang dokter diharapkan memiliki kompetensi

komunikasi efektif, dokter diharapkan dapat menggali dan bertukar informasi

secara verbal dan nonverbal dengan pasien pada semua usia, anggota keluarga,

masyarakat, kolega, dan profesi lain. Seorang dokter harus mampu berkomunikasi

dengan pasien dan keluarganya dengan membangun hubungan melalui

komunikasi verbal dan nonverbal. Membangun hubungan melalui komunikasi

verbal dan nonverbal, berempati secara verbal dan nonverbal, mendengarkan

dengan aktif untuk menggali permasalahan kesehatan secara holistik dan

komprehensif, menyampaikan informasi yang terkait kesehatan (termasuk berita

buruk, informed consent) dan melakukan konseling dengan cara yang santun, baik

dan benar, menunjukkan kepekaan terhadap aspek biopsikososiokultural dan

spiritual pasien dan keluarga (KKI, 2012).

Universitas Sumatera Utara


31

Kepuasan Pasien

Definisi kepuasan pasien. Siregar (2016) mendefenisikan kepuasan

sebagai perasaan senang, perasaan lega, gembira dan sebagainya karena sudah

terpenuhi hasrat hatinya. Kepuasan pelanggan (pasien) tergantung pada anggapan

kinerja produk (layanan) dalam menyerahkan nilai relative terhadap harapan

pembeli (pengguna jasa layanan). Bila kinerja atau prestasi layanan kesehatan

sesuai atau bahkan melebihi harapan maka pembelinya (pengguna jasa layanan)

akan merasa puas. Perusahaan (industri) yang cerdik mempunyai tujuan membuat

gembira (merasa puas) pelanggan (pasien), bukan hanya dengan menjanjikan

terhadap apa yang mereka telah berikan akan tetapi memberikan hal yang lebih

banyak dari yang telah dijanjikan (Shinta, 2011).

Pasien adalah orang sakit yang dirawat dokter dan tenaga kesehatan

lainnya dirumah sakit. Kepuasan adalah perasaan senang seseorang yang berasal

dari perbandingan antara kesenangan terhadap aktivitas dan suatu produk dengan

harapannya (Nursalam, 2012). Kepuasan pelanggan (pasien) merupakan fungsi

dari pandangan terhadap kinerja produk dan harapan pembeli. Untuk mencapai

kepuasan pasien, rumah sakit harus menciptakan dan mengelola suatu sistem atau

cara untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan memiliki kemampuan untuk

mempertahankan pasiennya. Banyak perusahaan yang bertujuan total customer

satisfaction (TCS), berdasarkan tujuan tersebut membuat para manajer pemasaran

mempunyai tanggung jawab yang terpusat pada kualitas, yaitu mereka harus

berpartisipasi dalam merumuskan strategi dan kebijakan yang dirancang untuk

membantu perusahaan agar unggul dalam persaingan melalui keistimewaan

kualitas total (Shinta, 2011).

Universitas Sumatera Utara


32

Menurut Sebayang (2004) kepuasan pasien merupakan nilai subyektif

terhadap kualitas pelayanan yang diberikan secara subyektif dan obyektif.

Kepuasan pasien tidak hanya dilandasi oleh pengalaman masa lalu dan situasi

phsikis pasien saat itu akan tetapi didasari oleh kebenaran dan kenyataan obyektif

yang ada. Pohan (2007) menyebutkan bahwa kepuasan pasien adalah tingkat

perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang

diperolehnya, setelah pasien membandingkan dengan apa yang diharapkannya

Berdasarkan uraian dari beberapa ahli diatas maka dapat disimpulkan

bahwa kepuasan pasien adalah hasil penilaian dalam bentuk respon emosional

(perasaan senang dan puas) pada pasien karena terpenuhinya harapan atau

keinginan dalam menggunakan dan menerima pelayanan perawat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien. Faktor-faktor

yang mempengaruhi kepuasan pasien menurut Siregar (2016) yaitu:

1. Kualitas produk atau jasa. Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi

mereka menunjukkan bahwa produk atau jasa yang digunakan

berkualitas. Persepsi pasien terhadap kualitas produk atau jasa

dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan kualitas produk atau jasa dan

komunikasi perusahaan, dalam hal ini rumah sakit dalam mengiklankan

tempatnya.

2. Kualitas pelayanan. Pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh

pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.

3. Faktor emosional, pasien merasa bangga, puas dan kagum terhadap

rumah sakit yang dipandang “rumah sakit mahal”.

4. Harga. Semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai

Universitas Sumatera Utara


33

harapan yang lebih besar. Sedangkan rumah sakit yang berkualitas sama

tetapi berharga murah, memberi nilai yang lebih tinggi pada pasien.

5. Biaya. Pasien yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak

perlu membuang waktu untuk mendapatkan jasa pelayanan, maka

pasien cenderung puas terhadap jasa pelayanan tersebut.

Menurut Moison, Walter dan White (dalam Nooria; 2008) menyebutkan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien adalah sebagai

berikut :

a. Karakteristik produk. Karakteristik produk rumah sakit meliputi

penampilan bangunan rumah sakit, kebersihan dan tipe kelas kamar

yang disediakan beserta kelengkapannya.

b. Harga. Semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai

harapan yang lebih besar.

c. Pelayanan. Pelayanan ini meliputi pelayanan keramahan petugas rumah

sakit, kecepatan dalam pelayanan. Rumah sakit dianggap baik apabila

dalam memberikan pelayanan lebih memperhatikan kebutuhan pasien

maupun orang lain yang berkunjung di rumah sakit.

d. Lokasi. Lokasi meliputi letak rumah sakit, letak kamar dan

lingkungannya. Merupakan salah satu aspek yang menentukan

pertimbangan dalam memilih rumah sakit. Umumnya semakin dekat

rumah sakit dengan pusat perkotaan atau yang mudah dijangkau,

mudahnya transportasi dan lingkungan yang baik akan semakin menjadi

pilihan bagi pasien yang membutuhkan rumah sakit tersebut.

e. Fasilitas. Kelengkapan fasilitas rumah sakit turut menentukan penilaian

Universitas Sumatera Utara


34

kepuasan pasien, misalnya fasilitas kesehatan baik sarana dan

prasarana, tempat parkir, ruang tunggu yang nyaman dan ruang kamar

rawat inap.

f. Image. Image meliputi citra, reputasi dan kepedulian perawat terhadap

lingkungan.

g. Desain visual. Desain visual meliputi tata ruang dan dekorasi rumah

sakit ikut menentukan kenyamanan suatu rumah sakit, oleh karena itu

desain dan visual harus diikutsertakan dalam penyusunan strategi

terhadap kepuasan pasien atau konsumen.

h. Suasana. Suasana meliputi suasana rumah sakit yang tenang, nyaman,

sejuk dan indah akan sangat mempengaruhi kepuasan pasien dalam

proses penyembuhannya. Selain itu tidak hanya bagi pasien saja yang

menikmati itu akan tetapi orang lain yang berkunjung ke rumah sakit

akan sangat senang dan memberikan pendapat yang positif sehingga

akan terkesan bagi pengunjung rumah sakit tersebut.

i. Komunikasi. Komunikasi berupa bagaimana keluhan-keluhan dari

pasien dengan cepat diterima oleh perawat.

Menurut Yazid (dalam Nursalam; 2011) faktor yang mempengaruhi

kepuasan pasien yaitu:

a. Kesesuaian antara harapan dan kenyataan.

b. Layanan selama proses menikmati jasa.

c. Perilaku personel.

d. Suasana dan kondisi fisik lingkungan

e. Cost atau biaya.

Universitas Sumatera Utara


35

f. Promosi atau iklan yang sesuai dengan kenyataan.

Menurut Philip Kolter, 1988 dalam Supranto, 2006 menyebutkan bahwa

ada lima faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pasien terhadap pelayanan

tenaga kesehatan (Dokter):

1. Kehandalan (reliability). Kehandalan adalah kemampuan petugas

kesehatan (dokter) dalam memberikan layanan kesehatan kepada

pasien. Kehandalan ini dapat berupa ketepatan waktu yang diberikan,

pelayanan yang dilakukan secara profesional serta pelayanan yang

mudah dimengerti oleh pasien.

2. Ketanggapan (responsivenes). Ketanggapan adalah kemampuan petugas

layanan kesehatan dalam memberikan pelayanan secara cepat,

mengatasi dan mengambil keputusan yang tepat dan tetap dalam konsep

etika, sikap ramah dan kesopanan yang dimiliki oleh petugas kesehatan

(dokter).

3. Bukti langsung (tanggibles). Bukti langsung adalah ketersediaan sarana

dan fasilitas yang dapat dirasakan langsung oleh pasien, bukti itu dapat

berupa perasaan aman dan nyaman yang dirasakan pasien ketika

memamfaatkan jasa layanan medis.

4. Jaminan (assurance). Jaminan akan pengetahuan dan kesopanan yang

dimiliki oleh tenaga kesehatan akan menimbulkan keyakinan bagi

pasien dalam memilih layananan kesehatan serta memberikan rasa

aman bagi pasien saat akan menjalani pengobatan.

5. Empati (emphaty). Empati adalah suatu bentuk perhatian yang

diberikan oleh tenaga kesehatan kepada pasien serta bertanggungjawab

Universitas Sumatera Utara


36

terhadap keamanan dan kenyamanan pasien.

Berdasarkan uraian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan

pasien dapat disimpulkan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan

pasien adalah kualitas pelayanan, biaya perawatan, lokasi, fasilitas, image, desain

visual, suasana dan komunikasi.

Aspek-aspek penilaian kepuasan pasien. Penilaian pasien akan

pelayanan perawat bersumber dari pengalaman pasien tersebut. Aspek

pengalaman pasien dapat diartikan sebagai suatu perlakuan atau tindakan dari

perawat yang sedang atau pernah dijalani, dirasakan dan ditanggung oleh

seseorang yang menggunakan jasa pelayanan perawat di rumah sakit.

Menurut Zeitham dan Berry (dalam Tjiptono, 2002) aspek-aspek kepuasan

pasien meliputi:

a. Keistimewaan. Keistimewaan yaitu dimana pasien merasa diperlakukan

secara istimewa oleh dokter terhadap pasien selama proses pelayanan di

rumah sakit.

b. Kesesuaian. Kesusuaian adalah sejauhmana pelayanan yang diberikan

dokter sesuai dengan keinginan pasien, selain itu ada ketepatan waktu

dan harga.

c. Estetika. Estetika dalam pelayanan berhubungan dengan kesesuaian tata

letak barang maupun keindahan ruangan.

Menurut Krowinski (dalam Suryawati; 2004), terdapat dua aspek kepuasan

pasien yaitu :

a. Kepuasan yang mengacu hanya pada penerapan standar dan kode etik

pofesi. Meliputi: hubungan petugas layanan dengan pasien,

Universitas Sumatera Utara


37

kenyamanan pelayanan, kebebasan menentukan pilihan, pengetahuan

dan kompetensi teknis, efektivitas pelayanan dan keamanan tindakan.

b. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan

kesehatan. Meliputi: ketersediaan, kewajaran, kesinambungan,

penerimaan, keterjangkauan, efisiensi, dan mutu pelayanan kesehatan.

Menurut Hinshaw dan Atwood (dalam Hajinezhad; 2007), aspek kepuasan

pasien yaitu :

a. Teknik pelayanan professional.

b. Kepercayaan.

c. Pendidikan pasien.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek yang

digunakan untuk mengukur kepuasan pasien adalah keistimewaan, kesesuaian,

keajegan, dan estetika.

Indikator kepuasan. Metode yang digunakan untuk pengukuran

kepuasan antara lain (Shinta, 2011) :

1. Sistem keluhan dan saran; contoh: menyediakan kotak saran dan

keluhan, kartu komentar, customer hot lines.

2. Survei kepuasan pelanggan; contoh: dengan questioner baik dikirim

lewat pos ataupun diberikan pada saat pelanggan berbelanja;

pembicaraan secara pribadi lewat telepon ataupun wawancara langsung.

3. Lost Customer Analysis; perusahaan menghubungi para pelanggan yang

telah berhenti membeli dari perusahaan atau mereka yang telah beralih

ke pesaing.

4.Ghost Shopping: perusahaan menggunakan Ghost Shopper untuk

Universitas Sumatera Utara


38

mengamati kekuatan dan kelemahan produk serta pelayanan perusahaan

dan pesaing.

5. Sales related methode: kepuasan pelanggan diukur dengan criteria

pertumbuhan penjualan, pangsa pasar dan rasio pembelian ulang .

6.Customer panels: perusahaan membentuk panel pelanggan yang

nantinya dijadikan sample secara berkala untuk mengetahui apa yang

mereka rasakan dari perusahaan dan semua pelayanan perusahaan.

Landasan Teori

Menurut Adhani (2014) bahwa hubungan dokter dan pasien disadari

merupakan bagian penting dalam mutu pelayanan kesehatan dengan semakin

pentingnya suara pasien sebagai pelanggan pelayanan kesehatan. Komunikasi

dokter dan pasien tersebut merupakan komunikasi dua arah. Dengan komunikasi

yang efektif inilah, dokter dapat meningkatkan kepuasan pasien dan

meningkatkan kesehatan pasien. Komunikasi dokter dan pasien telah terbukti

berpengaruh pada kepatuhan pengobatan, meningkatkan kepuasan pasien dan

akhirnya akan membawa manfaat bagi hasil pengobatan.

Sikap empati dokter dan komunikasi interpersonal dokter kepada pasien

menumbuhkan rasa kepercayaan pasien kepada dokter yang kemudian

menimbulkan kepuasan dan kepatuhan pasien pada pengobatan. Komunikasi

dokter-pasien yang efektif ditandai adanya proses interaktif antara dokter dan

pasien, terjadi penyampaian informasi timbal balik antara dokter dan pasien secara

verbal maupun non verbal. Komunikasi yang kolaboratif, proaktif dan menghargai

pendapat pasien dalam pengambilan keputusan medis ternyata membawa efek

bagi kepuasan pasien dan berdampak kepada outcome pengobatan.

Universitas Sumatera Utara


39

Seorang dokter diharapkan memiliki kompetensi komunikasi efektif,

dokter diharapkan dapat menggali dan bertukar informasi secara verbal dan

nonverbal dengan pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega,

dan profesi lain. Seorang dokter harus mampu berkomunikasi dengan pasien dan

keluarganya dengan membangun hubungan melalui komunikasi verbal dan

nonverbal.

Membangun hubungan melalui komunikasi verbal dan nonverbal,

berempati secara verbal dan non verbal, mendengarkan dengan aktif untuk

menggali permasalahan kesehatan secara holistik dan komprehensif,

menyampaikan informasi yang terkait kesehatan (termasuk berita buruk, informed

consent) dan melakukan konseling dengan cara yang santun, baik dan benar,

menunjukkan kepekaan terhadap aspek biopsikososiokultural dan spiritual pasien

dan keluarga (KKI, 2012). Menurut Devito dalam Adhani (2014) bahwa untuk

mendukung terwujudnya komunikasi interpersonal yang baik dan harmonis,

kelangsungan komunikasi harus memenuhi prinsip-prinsip komunikasi

antarmanusia atau komunikasi interpersonal yaitu keterbukaan (opennes), empati

(empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan

kesetaraan (equality).

Universitas Sumatera Utara


40

Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen


Komunikasi Interpersonal :
1. Keterbukaan (Openess)
2. Empati (Empathy)
3. Sikap mendukung Kepuasan Pasien
(Supportiveness)
4. Sikap positif (Positiveness)
5. Kesetaraan (Equality)

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian

Kerangka konsep menggambarkan bahwasanya variabel independen yaitu

komunikasi interpersonal yang diasumsikan dapat memengaruhi kepuasan pasien

di rumah sakit merupakan variabel dependen.

Hipotesis Penelitian

Adapun yang menjadi hipotesa dalam penelitian ini adalah :

1. Ada pengaruh komunikasi interpersonal dokter terhadap kepuasan pasien di

Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan.

2. Ada pengaruh antara prinsip keterbukaan terhadap kepuasan pasien di

Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan.

3. Ada pengaruh antara prinsip empati terhadap kepuasan pasien di Rumah

Sakit Umum Royal Prima Medan.

4. Ada pengaruh antara prinsip sikap mendukung terhadap kepuasan pasien di

Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan.

5. Ada pengaruh antara prinsip sikap positif terhadap kepuasan pasien di

Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan.

6. Ada pengaruh antara prinsip kesetaraan terhadap kepuasan pasien di Rumah

Sakit Umum Royal Prima Medan.

Universitas Sumatera Utara


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan dengan pendekatan kuantitatif yang

bertujuan akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari subjek

yang akan diteliti dan kegiatan yang dapat diamati berdasarkan rumusan masalah

yang bersifat deskriptif. Pendekatan ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa

penelitian ini memerlukan data yang bersifat kuantitatif sehingga dapat

memahami lebih mendalam tentang pengaruh komunikasi interpersonal dokter

terhadap kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum

Royal Prima Medan. Penelitian ini dilakukan hanya di empat ruangan rawat inap

yaitu ruangan rawat inap Bedah, Penyakit Dalam, Obgyn dan ruang rawat inap

anak di kelas satu (1). Adapun alasan peneliti dalam memilihan lokasi penelitian

ini adalah :

1. Terjadi peningkatan keluhan pasien terhadap pelayanan yang diberikan

tenaga kesehatan terutama dokter, hal ini dapat dilihat dari semakin

meningkatkan surat keluhan dari 30 surat keluhan pada tahun 2017

menjadi 45 surat keluhan pada tahun 2018.

2. Hasil survei pendahuluan dengan wawancara yang dilakukan peneliti

tentang kepuasan pelayanan yang dirasakan pasien selama pasien

3. dirawat di rumah sakit masih rendah karena komunikasi interpesonal

dokter yang diberikan belum sesuai dengan harapan pasien.

41
Universitas Sumatera Utara
42

4. Peran dokter sebagai tenaga kesehatan belum optimal dalam melakukan

komunikasi interpersonal kepada pasien rawat inap terutama diruang

bedah, penyakit dalam, obgin dan anak di Rumah Sakit Umum Royal

Prima Medan

Waktu penelitian. Penelitian direncanakan pada bulan Juni 2019.

Penelitian dilakukan selama dua minggu dengan harapan sampel yang dibutuhkan

dalam penelitian terpenuhi.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien

rawat inap di Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan. Besar populasi tidak

dapat diketahui dengan pasti karena dalam hal ini setiap pasien yang diravvat

inap adalah termasuk ke dalam populasi penelitian. Perkiraan jumlah populasi

dalam penelitian ini diambil berdasarkan data dari rekam medis pada tahun 2018

yang diketahui bahwa jumlah pasien yang datang berobat ke Rumah Sakit Umum

Royal Prima Medan sebanyak 73.980 pasien.

Sampel penelitian. Besarnya populasi dalam penelitian ini tidak diketahui

dengan pasti maka rumus pengamblian besar sampel yang akan diteliti diambil

menggunakan rumus Lemesshow dengan nilai n (populasi) tidak diketahui. Dalam

penelitian besar sampel dihitung dengan rumus Lameshow dalam Sastoadmoro

(2014), yaitu:
2
 Z Po (1  Po )  Z (1  ) pa (1  Pa ) 
(1 )
n  2 
( Pa  Po ) 2

n : Besar sampel minimal

Universitas Sumatera Utara


43

α : Taraf kemaknaan 5%

Z1-α/2 : Deviat baku alpha untuk α = 5% sebesar 1,960

Z1-β : Deviat baku betha untuk β = 10% sebesar 1,28

Po : Proporsi kepuasan pasien dari penelitian terdahulu sebesar 0,33

(Gumilar, 2012)

Pa : Perkiraan kepuasan pasien jika tidak diketahui (0,5)

Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus di atas diketahui

jumlah sampel minimal dari 71 responden maka peneliti mengambil jumlah

responden penelitian menjadi 80 pasien yang tersebar di empat ruang rawat inap.

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan konsekutif yaitu . Peneliti

membuat kriteria inklusi dan eklusi dalam penelitian ini. Kriteria inklusi

penelitian yaitu :

1. Pasien yang berusia diantara 12 – 60 tahun

2. Pasien dapat berkomunikasi dengan lancar

3. Pasien rawat inap minimal ≥ 3 hari

4. Bersedia menjadi responden penelitian

5. Pasien BPJS yang dirawat di ruang kelas 1 rawat inap Bedah, Anak,

Obgyn dan penyakit dalam.

Kriteria eksklusi penelitian ini yaitu:

1. Pasien yang tidak dirawat inap di ruang bedah, penyakit dalam obgyn

dan ruang anak.

2. Pasien yang lama rawat inap kurang dari 3 hari.

3. Pasien diluar dari BPJS

Universitas Sumatera Utara


44

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel penelitian. Variabel independen/bebas dalam penelitian ini

adalah komunikasi interpersonal dokter sedangkan variabel dependen/terikatnya

adalah kepuasan pasien rawat inap Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan.

Definisi operasional. Adapun defenisi operasional dari penelitian ini

adalah :

1. Keterbukaan (Oppenness) adalah kemampuan membuka diri dokter

Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan dalam hal mengungukapkan

informasi jelas mengenai kesehatan, memberikan reaksi spontan

terhadap tanggapan pasien/klien, dan penyampaian informasi yang

bertanggung jawab.

2. Empati (Empathy) adalah kemampuan dokter Rumah Sakit Umum

Royal Prima Medan dalam memahami pasien/klien, perasaan dan sikap

mereka, serta harapan dan keinginan mereka terhadap kesehatan.

3. Sikap mendukung (Supportiviness) adalah sikap yang ditunjukan

petugas kesehatan dalam mendukung pasien/klien mengatasi masalah

kesehatan sant menyampaikan pesan

4. Sikap positif (Positiveness) adalah perlakuan positif yang ditunjukan

dokter Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan dalam menyampaikan

pesan tentang kesehatan

5. Kesetaraan (Equality) adalah kemampuan dokter Rumah Sakit Umum

Royal Prima Medan untuk membuat suasana, dimana pasien/klien

seolah merasa setara dengan petugas kesehatan sehingga pesan yang

disampaikan mengenai kesehatan dapat disampaikan.

Universitas Sumatera Utara


45

6. Kepuasaan adalah respon pasien sebagai evaluasi terhadap komunikasi

interpersonal dokter Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan yang

dirasakan sebagai terpenuhinya harapannya.

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara

terstrurktur menggunakan kuesioner tentang komunikasi interpersonal dokter dan

kepuasan pasien rawat inap dan juga menggunakan pedoman wawancara untuk

melakukan wawancara mendalam.

Data Primer adalah keseluruhan data yang diperoleh dari pengamatan,

observasi dan wawancara langsung menggunakan pedoman wawancara dan

wawancara dengan kuesioner dengan pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum

Royal Prima Medan tentang kepuasan pelayanan yang telah disusun berupa

instrumen elemen penilaian dan hal lain berkaitan dengan penilaian terhadap

komunikasi interpersonal dokter di Rumah Sakit Royal Umum Prima Medan.

Data sekunder. Data Sekunder dalam penelitian ini yaitu keseluruhan

data yang diperoleh dari catatan dokumen, laporan, buku catatan, arsip, gambar,

dokumentasi pribadi dan resmi yang berkaitan dengan kepuasan pasien dan

komunikasi interpersonal dokter Rumah Sakit Royal Umum Prima Medan.

Uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas bertujuan untuk mengetahui

sejauhmana suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau

kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item

dengan skor total variabel pada analisis reliability dengan nilai corrected item-

total correlation sebagai rhitung, dikatakan valid apabila nilai rhitung > rtabel dan

Universitas Sumatera Utara


46

sebaliknya. Nilai rtabel dalam penelitian ini menggunakan taraf signifikan 95%,

maka untuk sampel 20 orang yang di uji nilai rtabel nya adalah sebesar 0,576.

Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat

pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan

menggunakan metode Cronbach’ Alpha yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur

dari satu kali pengukuran dengan ketentuan jika rhitung > rtabel maka dinyatakan

reliabel (Sugiyono,2012). Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada 30 orang

pasien rawat inap Rumah Sakit Bunda Thamrin Medan.

Metode Pengukuran

Metode pengukuran dengan mengukur variabel independen yaitu

komunikasi interpersonal dokter (keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap

positif, dan kesetaraan) dan variabel dependen yaitu kepuasan pasien rawat inap

Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan.

Tabel 1

Metode Pengukuran Variabel Komunikasi Interpersonal Dokter dan Kepuasan


Pasien Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan

Skala Hasil
Variabel Indikator Alat Ukur
Ukur Ukur
Independen
Komunikasi 1. Keterbukaan Kuesioner sebanyak Nominal 1. Tidak
Interpersonal 2. Empati 25 baik
3. Sikap Menggunakan skala (≤50%)
Mendukung guttman 2. Baik
4. Sikap Positif Jawaban: (>50%)
5. Kesetaraan Ya=1 Tidak=0
Dependen
Kepuasan Kuesioner sebanyak 5 Nominal 1. Tidak
Menggunakan skala baik
guttman (≤50%)
Jawaban: 2. Baik
Ya=1 (>50%)
Tidak=0

Universitas Sumatera Utara


47

Metode Analisis Data

Analisis data kuantitatif dalam penelitian ini mencakup :

1. Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan secara tunggal variabel-

variabel penelitian baik variabel bebas maupun veriabel terikat dalam

bentuk distribusi frekuansi dan hitung persentasenya.

2. Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan

komunikasi interpersonal (keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap

positif dan kesetaraan) dengan kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit

Umum Royal Prima Medan dengan menggunakan uji Chi Square. Jika nilai

p<0,05 maka diasumsikan ada hubungan antara komunikasi interpersonal

dokter dengan kepuasan pasien rawat inap Rumah Sakit Umum Royal Prima

Medan.

Hasil uji Chi Square dapat dilihat pada kotak “Chi Square Test”. Aturan

yang berlaku pada Chi Square adalah sebagai berikut :

a. Bila pada 2 x 2 dijumpai nilai Expected (harapan) kurang dari 5, maka

yang digunakan adalah Fisher’s Exact Test

b. Bila tabel 2 x 2, dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai

sebaiknya Continuity Correction (a)

c. Bila tabelnya lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3 dsb, maka digunakan

uji Pearson Chi Square

3. Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui variabel independen mana

yang paling mempengaruhi variabel dependen. Pada analisis multivariat ini

uji yang digunakan adalah uji Regresi Logistik Ganda dengan metode Enter,

dapat digunakan untuk menganalisa set data dengan lebih dari satu variabel

Universitas Sumatera Utara


48

bebas/independen berskala nominal/ordinal terhadap satu variabel

terikat/dependen berskala nominal dikotom.

Universitas Sumatera Utara


Hasil Penelitian

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Royal Prima Medan didirikan dengan sebuah keinginan dan

tekat yang bulat oleh seorang founder Rumah Sakit Royal Prima Medan yaitu

bapak Dr. dr. I Nyoman E. L., M., M.Kes., AIFM. Berdirinya Rumah Sakit Royal

Prima Medan tidak terlepas dari orang yang terlibat membantu yaitu oleh direktur

utama PT. Royal Prima Medan Dr. Tommy Leonard, SH, M.Kn., Penasehat

Rumah Sakit Royal Prima Medan DR. R. E. Nainggolan, Pengurus Rumah Sakit

Royal Prima Medan Prof. DR. dr. Syarial Anas dan Direktur Rumah Sakit Royal

Prima Medan dr. Ali Nafiah, M.KT.

Sebuah momen yang sangat membanggakan bagi Rumah Sakit Royal

Prima Medan yaitu pada tanggal 17 Mei 2011, Wakil Menteri Pendidikan

Nasional RI Bapak Prof. Dr. Fasli Jalal, Ph.D melakukan peletakan batu pertama

pada pembangunan Rumah Sakit Royal Prima. Pada tanggal 14 Februari 2013

Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara telah mengeluarkan surat Izin

Operasional sementara kepada Rumah Sakit Royal Prima Medan No. 440.

442/1641/II/TAHUN 2014. Pada tanggal 16 Februari 2014 Rumah Sakit Royal

Prima Medan diresmikan oleh Wakil Gubernur Propinsi Sumatera Utara Ir. H.

Tengku Erry Nuradi, M.Si dengan Izin Operasional Tetap dari Dinas Kesehatan

Provinsi Sumatera Utara yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan

Provinsi Sumatera Utara, dr. Siti Hatati Surjantini, M.Kes.

Rumah Sakit Royal Prima Medan merupakan salah satu rumah sakit

swasta terbesar dan akan menjadi pusat rujukan bagi masyarakat khususnya Kota

71
Universitas Sumatera Utara
50

Medan dan masyarakat Sumatera Utara pada umumnya. Rumah Sakit Royal

Prima berkembang dengan cepat, hal ini terlihat dengan dibukanya gedung baru

dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 400 tempat tidur. Rumah Sakit Royal

Prima Medan diresmikan menjadi rumah sakit pendidikan pada tanggal 24 Juni

2016 dan menjadi rumah sakit untuk segala tipe rujukan baik oleh BPJS maupun

Asuransi Kesehatan.

Visi dan Misi

Visi. Menjadi Rumah Sakit Unggulan di bidang pelayanan kesehatan,

pendidikan serta penelitian dan pengembangan kesehatan dengan mengutamakan

kepentingan kesehatan masyarakat

Misi.

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna yang bermutu dan

profesional berdasarkan bukti dan riset ilmu pengetahuan.

2. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia secara terus menerus

sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

kedokteran, kedokteran gigi dan kesehatan lain.

3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana/prasarana pelayanan

kesehatan, pendidikan serta penelitian sesuai dengan perkembangan

teknologi dan kebutuhan masyarakat.

4. Melaksanakan fungsi pendidikan yang berbasis bukti dan penelitian di

bidang kesehatan yang komprehensif dan terintegrasi.

5. Menciptakan lingkungan kerja yang saling bersinergi dan menjunjung

tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan religius serta meningkatkan

kesejahteraan pihak-pihak terkait.

Universitas Sumatera Utara


51

6. Menjalin kemitraan dengan berbagai pihak dalam upaya memperkuat

peran rumah sakit dalam pelayanan dan pendidikan kesehatan.

7. Melaksanakan pengabdian kepada kepentingan kesehatan masyarakat.

Pelayanan Rumah Sakit

Pelayaanan kesehatan yang tersedia di Rumah Sakit Royal Prima Medan

meliputi:

1. Instalasi Gawat Darurat.

2. Instalasi Rawat Jalan.

3. Instalasi Rawat Inap.

4. Instalasi Perawatan Intensif (ICU/NICU/PICU).

5. Perawatan Spesialis :

a. Jantung dan pembulu darah

b. Ginjal dan saluran kemih

c. Penyakit dalam

d. Anak

e. Kebidanan dan kandungan

f. Tulang

g. THT

h. Mata

i. Kulit dan Kelamin

j. Penyakit kejiwaan

k. Bedah : bedah Umum, Thorax, Tulang, Digestif, Gigi dan Mulut, Anak

dan Onkologi

6. Instalasi farmasi Rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara


52

7. Instalasi Laboratorium.

8. Instalasi Hemodialisa.

9. Instalasi K3 dan Sanitasi.

10. Instalasi Bedah

11. Instalasi Sterilisasi Pusat (CSSD).

12. Instalasi Laboratorium Klinik dan Patologi Anatomi.

13. Instalasi Rehabilitasi Medik.

14. Instalasi Laundry.

15. Medical Check-Up (MCU)

16. Unit Kemoterapi.

17. Pelayanan Urologi : ESWL, URS, TUR-P, TUR-B dan Green Light Laser.

Sumber Daya Manusia (SDM)

Rumah Sakit Royal Prima Medan memiliki sumber daya manusia (SDM)

yang terdiri dari perawat pelaksana sebanyak 224 perawat, tenaga dokter umum

dan spesialis sebanyak 310 orang, tenaga medis sebanyak 152 orang, paramedik

perawat sebanyak 106 orang, paramedik non perawat sebanyak 102 orang, non

medik sebanyak 200 orang dan tenaga gizi sebanyak 123 orang.

Tabel 2

Distribusi Tenaga Dokter Spesialis di Rumah Sakit Royal Prima Medan Tahun
2018

Jenis Spesialis Jumlah Tenaga Spesialis


Spesialis Orthopedi 4
Spesialis Mata 8
Spesialis Syaraf 6
Spesialis Penyakit Dalam 12
Spesialis Kebidanan dan Kandungan 6
(bersambung)

Universitas Sumatera Utara


53

Tabel 2

Distribusi Tenaga Dokter Spesialis di Rumah Sakit Royal Prima Medan Tahun
2018

Jenis Spesialis Jumlah Tenaga Spesialis


Spesialis Jantung 8
Spesialis Bedah Syaraf 2
Spesialis THT-Kl 8
Spesialis Urologi 7
Spesialis Bedah Umum 12
Spesialis Plastik 4
Spesialis Onkologi 4
Spesialis Gigi dan Mulut 12
Spesialis Kejiwaan 6
Spesialis Bedah Thorax Kardiovaskular 4
Spesialis Kulit dan Kelamin 13
Spesialis Onkologi 10
Spesialis Endokrin Metabolisme Diabetik 5
Spesialis Anak 8
Spesialis Digestif 6
Spesialis Paru 12

Jumlah Tempat Tidur

Jumlah tempat di Rumah Sakit Royal Prima Medan sebanyak 625 tempat

tidur yang terdiri dari 225 tempat tidur digedung A dan 400 tempat tidur di

gedung B, LOS (Leng of Stay) 5 hari, TOI (Turn Over Internal) 3 hari dan BOR

(Bed Occupancy Ratio) 67 persen.

Deskripsi Karakteristik Responden

Tabel 3 dibawah menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada

pada rentang umur 1-17 tahun sebanyak 21 orang (26%), rentang umur 26-40

tahun sebanyak 11 orang (14%) dan responden dengan rentang umur 26-40 tahun

sebanyak 7 orang (9%). Berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden

berjenis kelamin perempuan sebanyak 55 orang (68,7%) dan berjenis kelamin

laki-laki sebanyak 25 orang (31,3%).

Universitas Sumatera Utara


54

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Karakteristik n %
Umur
1-17 tahun 21 25
18-25 tahun 7 9
26-40 Tahun 11 14
> 40 tahun 41 52
Jumlah 80 100
Jenis Kelamin
Laki-Laki 25 31,3
Perempuan 55 68,7
Jumlah 80 100

Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Prinsip


Keterbukaan
Hasil analisis pada variabel prinsip keterbukaan menunjukkan bahwa,

mayoritas responden menjawab tidak baik yaitu ada sebanyak 51 orang (63,8 %),

secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4

Distribusi Kategori Berdasarkan Prinsip Keterbukaan

Komunikasi Interpersonal
n %
Prinsip Keterbukaan
Tidak Baik 51 63,8
Baik 29 36,2
Total 80 100

Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Prinsip Empati

Hasil analisis pada variabel prinsip empati menunjukkan bahwa, mayoritas

responden menjawab tidak baik yaitu ada sebanyak 55 orang (68,8%), secara rinci

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara


55

Tabel 5

Distribusi Kategori Berdasarkan Prinsip Empati

Komunikasi Interpersonal
n %
Prinsip Empati
Tidak Baik 55 68,8
Baik 25 31,2
Total 80 100

Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Prinsip Sikap


Mendukung
Hasil analisis pada variabel prinsip sikap mendukung menunjukkan

bahwa, mayoritas responden menjawab tidak baik yaitu ada sebanyak 44 orang

(55,0%), secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6

Distribusi Kategori Berdasarkan Prinsip Sikap Mendukung

Komunikasi Interpersonal
n %
Prinsip Sikap Mendukung
Tidak Baik 44 55,0
Baik 36 45,0
Total 80 100

Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Prinsip Sikap


Positif
Hasil analisis pada variabel prinsip sikap positif menunjukkan bahwa,

mayoritas responden menjawab tidak baik yaitu ada sebanyak 48 orang (60,0%),

secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 7

Distribusi Kategori Berdasarkan Prinsip Sikap Positif

Komunikasi Interpersonal
n %
Prinsip Sikap Positif
Tidak Baik 48 60,0
Baik 32 40,0
Total 80 100

Universitas Sumatera Utara


56

Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Prinsip


Kesetaraan
Hasil analisis pada variabel prinsip kesetaraan menunjukkan bahwa,

mayoritas responden menjawab tidak baik yaitu ada sebanyak 50 orang (62,5 %),

secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 8

Distribusi Kategori Berdasarkan Prinsip Kesetaraan

Komunikasi Interpersonal
n %
Prinsip Kesetaraan
Tidak Baik 50 62,5
Baik 30 37,5
Total 80 100

Distribusi Karakteristik Jawaban Responden Berdasarkan Prinsip


Keterbukaan
Analisis ini dilakukan untuk melihat data jawaban responden berdasarkan

variabel prinsip keterbukaan di Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan.

Tabel 9

Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Prinsip Keterbukaan

Jawaban
Pertanyaan
Ya Tidak
n % n %
Apakah dokter memperkenalkan identitas dirinya 28 35,0 52 65,0
kepada anda ketika melakukan kunjungan
keruangan anda
Apakah komunikasi yang dilakukan dokter terasa 38 47,5 42 52,5
jelas dan mudah dimengerti
Apakah Bapak/Ibu mengetahui pesan yang 38 47,5 42 52,5
disampaikan dokter tentang keluhan kesehatan
Bapak/Ibu
Apakah Bapak/Ibu tahu isi dari pesan yang 38 47,5 42 52,5
disampaikan dokter tentang keluhan kesehatan
Bapak/Ibu
Apakah dokter memberikan solusi yang tepat dan 33 41,3 47 58,8
jelas terhadap masalah yang anda rasakan.

Universitas Sumatera Utara


57

Hasil analisis keseluruhan di atas diperoleh dari 5 pertanyaan terkait

variabel komunikasi interpersonal dokter prinsip keterbukaan antara lain,

pertanyaan mengenai dokter memperkenalkan identitas dirinya ketika melakukan

kunjungan keruangan, mayoritas responden menjawab “tidak” yakni ada sebanyak

52 responden (65,0%), pertanyaan mengenai komunikasi yang dilakukan dokter

terasa jelas dan mudah dimengerti, mayoritas responden menjawab “tidak” yakni

ada sebanyak 42 responden (52,5%), pertanyaan mengenai mengetahui pesan

yang disampaikan dokter tentang keluhan kesehatan, mayoritas responden

menjawab “tidak” yakni ada sebanyak 42 responden (52,5%), pertanyaan

mengenai mengerti dengan isi dari pesan yang disampaikan dokter tentang

keluhan kesehatan, mayoritas responden menjawab “tidak” yakni ada sebanyak 42

responden (52,5%), dan pertanyaan terakhir mengenai dokter memberikan solusi

yang tepat dan jelas terhadap masalah yang dirasakan, mayoritas responden

menjawab “tidak” yakni ada sebanyak 47 responden (58,8%).

Distribusi Karakteristik Jawaban Responden Berdasarkan Prinsip Empati

Analisis ini dilakukan untuk melihat data jawaban responden berdasarkan

variabel prinsip empati di Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan.

Tabel 10

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Prinsip Empati

Jawaban
Pertanyaan Ya Tidak
n % n %
Apakah dokter memandang Bapak/Ibu ketika 38 47,5 42 52,5
sedang berbicara
Apakah dokter mendengarkan Bapak/Ibu ketika 38 47,5 42 52,5
Bapak/Ibu sedang berbicara
(bersambung)

Universitas Sumatera Utara


58

Tabel 10

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Prinsip Empati

Jawaban
Pertanyaan Ya Tidak
n % n %
Apakah dokter menanggapi Bapak/Ibu setiap 38 47,5 42 52,5
Bapak/Ibu mengajukan pertanyaan
Apakah dokter menanyakan tentang kondisi 38 47,5 42 52,5
Bapak/Ibu terkait dengan pelaksanaan keluhan
kesehatan Bapak/Ibu
Apakah dokter menunjukan sikap memahami 36 45,0 44 55,0
perasaan terhadap permasalah yang sedang anda
alami selama anda dirawat dirumah sakit.

Hasil analisis keseluruhan di atas diperoleh dari 5 pertanyaan terkait

variabel komunikasi interpersonal dokter prinsip empati antara lain, pertanyaan

mengenai dokter memandang ketika sedang berbicara, mayoritas responden

menjawab “tidak” yaitu ada sebanyak 42 orang (52,5%), pertanyaan mengenai

dokter mendengarkan ketika sedang berbicara, mayoritas responden menjawab

“tidak” yaitu ada sebanyak 42 orang (52,5%), pertanyaan mengenai dokter

menanggapi setiap mengajukan pertanyaan, mayoritas responden menjawab

“tidak” yaitu ada sebanyak 42 orang (52,5%), pertanyaan mengenai dokter

menanyakan tentang kondisi terkait dengan pelaksanaan keluhan kesehatan,

mayoritas responden menjawab “tidak” yaitu ada sebanyak 42 orang (52, %), dan

pertanyaan terakhri mengenai dokter menunjukan sikap memahami perasaan

terhadap permasalah yang sedang di alami selama dirawat dirumah sakit,

mayoritas responden menjawab “tidak” yaitu ada sebanyak 44 orang (55,0%).

Universitas Sumatera Utara


59

Distribusi Karakteristik Jawaban Responden Berdasarkan Prinsip Sikap


Mendukung
Analisis ini dilakukan untuk melihat data jawaban responden berdasarkan

variabel prinsip sikap mendukung di Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan.

Tabel 11

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Komunikasi


Interpersonal Dokter Prinsip Sikap Mendukung

Jawaban
Pertanyaan Ya Tidak
n % n %
Apakah dokter menghargai setiap Bapak/Ibu 36 45,5 44 55,0
berbicara
Apakah dokter memperlakukan Bapak/Ibu 35 43,8 45 56,2
dengan hormat ketika berkomunikasi
Apakah dokter mendukung Bapak/Ibu ketika 41 51,2 39 48,8
Bapak/Ibu mengeluarkan pendapat ingin
mengobati penyakit yang bapak/ibu derita
Apakah dokter menunjukkan sikap yang 30 37,5 50 62,5
antausias terhadap pembicaraan yang
dilakukan
Apakah dokter memberikan penguatan dan 36 45,0 44 55,0
motivasi yang membangkitkan semangat anda
untuk sembuh

Hasil analisis keseluruhan di atas diperoleh dari 5 pertanyaan terkait

variabel komunikasi interpersonal dokter prinsip sikap mendukung antara lain,

pertanyaan mengenai dokter menghargai setiap berbicara, mayoritas responden

menjawab “tidak” yakni ada sebanyak 44 responden (55,0%), pertanyaan

mengenai dokter memperlakukan dengan hormat ketika berkomunikasi, mayoritas

responden menjawab “tidak” yakni ada sebanyak 45 responden (56,2%),

pertanyaan mengenai dokter mendukung ketika mengeluarkan pendapat ingin

mengobati penyakit yang diderita, responden menjawab “tidak” yakni ada

sebanyak 39 responden (48,8%), pertanyaan mengenai dokter menunjukkan sikap

Universitas Sumatera Utara


60

yang antusias terhadap pembicaraan yang dilakukan, mayoritas responden

menjawab “tidak” yakni ada sebanyak 50 responden (62,5%), dan pertanyaan

mengenai dokter memberikan penguatan dan motivasi yang membangkitkan

semangat untuk sembuh, mayoritas responden menjawab “tidak” yakni ada

sebanyak 44 responden (55,0%).

Distribusi Karakteristik Jawaban Responden Berdasarkan Prinsip Sikap


Positif
Analisis ini dilakukan untuk melihat data jawaban responden berdasarkan

variabel prinsip sikap positif di Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan.

Tabel 12

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Komunikasi


Interpersonal Dokter Prinsip Sikap Positif

Jawaban
Pertanyaan Ya Tidak
n % n %
Apakah dengan komunikasi yang dilakukan dokter 30 37,5 50 62,5
dapat menambah kepercayaan Bapak/ Ibu
tentang pengobatan
Apakah dokter menyampaikan contoh-contoh 30 37,5 50 62,5
tindakan yang boleh dan yang tidak boleh
Bapak/ Ibu lakukan terkait dengan keluhan
kesehatan Bapak/Ibu
Apakah dokter menyampaikan dampak yang akan 38 47,5 42 52,5
terjadi jika Bapak/Ibu melakukan tindakan
yang dilarang terkait dengan keluhan kesehatan
Bapak/Ibu
Apakah Bapak/Ibu bersama dengan dokter 37 46,2 43 53,8
membahas tentang kesepakatan yang harus
dilakukan untuk mengurangi kesakitan akibat
Apakah dokter selalu mendengarkan keluhan anda 36 45,0 44 55,0
dan mencari solusi yang positif terhadap
penyakit anda

Hasil analisis keseluruhan di atas diperoleh dari 5 pertanyaan terkait

variabel komunikasi interpersonal dokter prinsip sikap positif antara lain,

Universitas Sumatera Utara


61

pertanyaan mengenai komunikasi yang dilakukan dokter dapat menambah

kepercayaan tentang pengobatan, mayoritas responden menjawab “tidak” yaitu

ada sebanyak 50 orang (62,5%), pertanyaan mengenai dokter menyampaikan

contoh-contoh tindakan yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan terkait dengan

keluhan kesehatan, mayoritas responden menjawab “tidak” yaitu ada sebanyak 50

orang (62,5%), pertanyaan mengenai dokter menyampaikan dampak yang akan

terjadi jika melakukan tindakan yang dilarang terkait dengan keluhan kesehatan,

mayoritas responden menjawab “tidak” yaitu ada sebanyak 42 orang (52,5%),

pertanyaan mengenai dokter membahas tentang kesepakatan yang harus dilakukan

untuk mengurangi kesakitan akibat keluhan kesehatan, mayoritas responden

menjawab “tidak” yaitu ada sebanyak 43 orang (53,8%), dan pertanyaan terakhir

mengenai dokter selalu mendengarkan keluhan dan mencari solusi yang positif

terhadap penyakit, mayoritas responden menjawab “tidak” yaitu ada sebanyak 44

orang (55,0%).

Distribusi Karakteristik Jawaban Responden Berdasarkan Prinsip


Kesetaraaan
Analisis ini dilakukan untuk melihat data jawaban responden berdasarkan

variabel prinsip kesetaraan di Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan.

Tabel 13

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Komunikas


Interpersonal Dokter Prinsip Kesetaraan

Jawaban
Pertanyaan Ya Tidak
n % n %
Apakah pada saat berkomunikasi dokter 40 50,0 40 50,0
menyampaikan pesan tentang keluhan
(bersambung)

Universitas Sumatera Utara


62

Tabel 13

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Komunikas


Interpersonal Dokter Prinsip Kesetaraan

Jawaban
Pertanyaan Ya Tidak
n % n %
kesehatan Bapak/Ibu yang menunjukkan sikap
bahwa dia tidak lebih pandai daripada
Bapak/Ibu
Apakah gaya bicara dokter saat menyampaikan 45 56,2 35 43,8
pesan tentang keluhan kesehatan Bapak/Ibu
membuat Bapak/Ibu merasa nyaman
Apakah dokter selalu memeriksa anda dengan tidak 45 56,2 35 43,8
menutup mulut
Apakah dokter selalu bersalaman dengan anda 42 52,5 38 47,5
ketika berkunjung
Apakah dokter selalu bersalaman dengan anda 42 52,5 38 47,5
ketika berkunjung

Hasil analisis keseluruhan di atas diperoleh dari 5 pertanyaan terkait

variabel komunikasi interpersonal dokter prinsip kesetaraan antara lain,

pertanyaan mengenai saat berkomunikasi dokter menyampaikan pesan tentang

keluhan kesehatan yang menunjukkan sikap bahwa dokter tidak lebih pandai

daripada pasien, responden menjawab “tidak” yaitu ada sebanyak 40 orang (50,0

persen), pertanyaan mengenai gaya bicara dokter saat menyampaikan pesan

tentang keluhan kesehatan membuat pasien merasa nyaman, responden menjawab

“tidak” yaitu ada sebanyak 35 orang (43,8%), pertanyaan mengenai dokter selalu

memeriksa dengan tidak menutup mulut, responden menjawab “tidak” yaitu ada

sebanyak 35 orang (43,8%), pertanyaan mengenai dokter membahas tentang

berbagai hal yang perlu dilakukan untuk mengurangi kesakitan yang diakibatkan

dari keluhan kesehatan yang dirasakan, responden menjawab “tidak” yaitu ada

sebanyak 40 orang (50,0%), dan pertanyaan terakhir mengenai dokter selalu

Universitas Sumatera Utara


63

bersalaman dengan pasien ketika berkunjung, responden menjawab “tidak” yaitu

ada sebanyak 38 orang (47,5%).

Deskripsi Karakteristik Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSU Royal Prima


Medan pada Tahun 2019
Tabel 14 menjelaskan bahwa kepuasan pasien sebagian besar responden

berada pada kategori tidak puas sebanyak 44 orang (55,0%).

Tabel 14

Deskripsi Frekuensi Kepuasan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Royal Prima
Medan pada Tahun 2019

Kepuasan n %
Tidak Puas 49 61,2
Puas 31 38,8
Jumlah 80 100

Distribusi Karakteristik Jawaban Responden Berdasarkan Komunikasi


Kepuasan Pasien
Tabel 15 berikut menjelaskan tentang distribusi karakteristik kepuasan

pasien berdasarkan kuesioner kepuasan pasiendi Rumah Sakit Umum Royal

Prima Medan.

Tabel 15

Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Variabel Kepuasan Pasien

Jawaban
Pertanyaan Ya Tidak
n % n %
Apakah anda puas terhadap penjelasan dokter 36 45,0 44 55,0
tentang penyakit anda?
Apakah anda puas terhadap waktu berkunjung 40 50,0 40 50,0
dokter selama anda dirawat di rumah sakit ?
Apakah anda puas terhadap sikap yang dimiliki 34 42,5 46 57,5
dokter selama waktu berkunjung.
Apakah anda puas membri pertanyan terkait 33 41,2 47 58,8
penyakit yang sedang anda alami selama anda
dirawat dirumah sakit.
(bersambung)

Universitas Sumatera Utara


64

Tabel 15

Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Variabel Kepuasan Pasien

Jawaban
Pertanyaan Ya Tidak
n % n %
Apakah anda puas dengan jawaban yang diberikan 39 48,8 41 51,2
oleh dokter terkait penyakit yang anda alami?

Hasil analisis keseluruhan di atas diperoleh dari 5 pertanyaan terkait

variabel kepuasan pasien antara lain, pertanyaan mengenai pasien puas terhadap

penjelasan dokter tentang penyakit, mayoritas responden menjawab “tidak” yaitu

ada sebanyak 44 orang (55,0%), pertanyaan mengenai pasien puas terhadap waktu

berkunjung dokter selama dirawat di rumah sakit, responden menjawab “tidak”

yaitu ada sebanyak 40 orang (50,0%), pertanyaan mengenai pasien puas terhadap

sikap yang dimiliki dokter selama waktu berkunjung, mayoritas responden

menjawab “tidak” yaitu ada sebanyak 46 orang (57,5%), pertanyaan mengenai

pasien puas memberi pertanyan terkait penyakit yang sedang dialami selama

dirawat dirumah sakit, mayoritas responden menjawab “tidak” yaitu ada sebanyak

47 orang (58,8%), dan pertanyaan terakhir mengenai pasien puas dengan jawaban

yang diberikan oleh dokter terkait penyakit yang dialami, mayoritas responden

menjawab “tidak” yaitu ada sebanyak 41 orang (51,2%).

Hubungan Prinsip Keterbukaan, Empati, Sikap Mendukung, Sikap Positif


dan Kesetaraan dengan Kepuasan Pasien
Analiasa bivariat bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

antara komunikasi interpersonal dokter (keterbukaan, empati, sikap mendukung,

sikap positif dan kesetaraan) terhadap kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit

Umum Royal Prima Tahun 2019. Analisa bivariat dalam penelitian yaitu analisa

Universitas Sumatera Utara


65

data yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel komunikasi

interpersonal dokter (keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan

kesetaraan) terhadap kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Royal

Prima Tahun 2019 dengan menggunakan uji fisher exact. Analisa bivariat

disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

Hubungan Keterbukaan dengan Kepuasan Pasien

Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui distribusi frekuensi responden

menurut prinsip keterbukaan terhadap kepuasan pasien bahwa dari 80 responden

yang diamati, terdapat sebanyak 51 responden yang menggangap keterbukaan

tidak baik, mayoritas kepuasan pasien tidak puas yaitu ada sebanyak 40 responden

(78,4%), sedangkan yang puas hanya ada sebanyak 11 responden (26,6%).

Kemudian, dari 29 responden dengan keterbukaan baik, didapatkan 9 responden

(31,0%) kepuasan pasien tidak puas dan terdapat 20 responden (69,0%) yang

puas.

Tabel 16

Tabulasi Silang Antara Variabel Keterbukaan dengan Kepuasan Pasien

Kepuasan Pasien
Total
Keterbukaan Tidak Puas Puas Nilai p
n % n % n %
Tidak Baik 40 78,4 11 21,6 51 100
<0,001
Baik 9 31,0 20 69,0 29 100

Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa variabel keterbukaan

memiliki nilai p=<0,001 maka dapat disimpulkan bahwa variabel keterbukaan

berhubungan secara signifikan dengan kepuasan pasien.

Universitas Sumatera Utara


66

Hubungan Empati dengan Kepuasan Pasien

Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui distribusi frekuensi responden

menurut prinsip empati terhadap kepuasan pasien bahwa dari 80 responden yang

diamati, terdapat sebanyak 55 responden yang menggangap empati tidak baik,

mayoritas kepuasan pasien tidak puas yaitu ada sebanyak 41 responden (74,5%),

sedangkan yang puas hanya ada sebanyak 14 responden (25,5%). Kemudian, dari

25 responden dengan empati baik, didapatkan 8 responden (32,0%) kepuasan

pasien tidak puas dan terdapat 17 responden (68,0%) yang puas.

Tabel 17

Tabulasi Silang Antara Variabel Empati dengan Kepuasan Pasien

Kepuasan Pasien
Total Nilai
Empati Tidak Puas Puas
p
n % n % n %
Tidak Baik 41 74,5 14 25,5 55 100
0,001
Baik 8 32,0 17 68,0 25 100

Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa variabel empati

memiliki nilai p=0,001 maka dapat disimpulkan bahwa variabel empati

berhubungan secara signifikan dengan kepuasan pasien.

Hubungan Sikap Mendukung dengan Kepuasan Pasien

Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui distribusi frekuensi responden

menurut prinsip keterbukaan terhadap kepuasan pasien bahwa dari 80 responden

yang diamati, terdapat sebanyak 44 responden yang menggangap sikap

mendukung tidak baik, mayoritas kepuasan pasien tidak puas yaitu ada sebanyak

35 responden (79,5 %), sedangkan yang puas hanya ada sebanyak 9 responden

(20,5%). Kemudian, dari 36 responden dengan Sikap mendukung baik,

Universitas Sumatera Utara


67

didapatkan 14 responden (38,9%) kepuasan pasien tidak puas dan terdapat 22

responden (61,1%) yang puas.

Tabel 18

Tabulasi Silang Antara Variabel Sikap Mendukung dengan Kepuasan Pasien

Kepuasan Pasien
Total
Sikap Mendukung Tidak Puas Puas Nilai p
n % n % n %
Tidak Baik 35 79,5 9 20,5 44 100
<0,001
Baik 14 38,9 22 61,1 36 100

Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa variabel sikap

mendukung memiliki nilai p=<0,001 maka dapat disimpulkan bahwa variabel

sikap mendukung berhubungan secara signifikan dengan kepuasan pasien.

Hubungan Sikap Positif dengan Kepuasan Pasien

Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui distribusi frekuensi responden

menurut prinsip keterbukaan terhadap kepuasan pasien bahwa dari 80 responden

yang diamati, terdapat sebanyak 48 responden yang menggangap sikap positif

tidak baik, mayoritas kepuasan pasien tidak puas yaitu ada sebanyak 38 responden

(79,2%), sedangkan yang puas hanya ada sebanyak 10 responden (20,8%).

Kemudian, dari 32 responden dengan sikap positif baik, didapatkan 11 responden

(34,4%) kepuasan pasien tidak puas dan terdapat 21 responden (65,6%) yang

puas.

Tabel 19

Tabulasi Silang Antara Variabel Sikap Positif dengan Kepuasan Pasien

Kepuasan Pasien
Total
Sikap Positif Tidak Puas Puas Nilai p
n % n % n %
Tidak Baik 38 79,2 10 20,8 48 100
<0,001
Baik 11 34,4 21 65,6 32 100

Universitas Sumatera Utara


68

Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa variabel sikap positif

memiliki nilai p=<0,001 maka dapat disimpulkan bahwa variabel sikap positif

berhubungan secara signifikan dengan kepuasan pasien.

Hubungan Kesetaraan dengan Kepuasan Pasien

Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui distribusi frekuensi responden

menurut prinsip keterbukaan terhadap kepuasan pasien bahwa dari 80 responden

yang diamati, terdapat sebanyak 50 responden yang menggangap keterbukaan

tidak baik, mayoritas kepuasan pasien tidak puas yaitu ada sebanyak 36 responden

(79,2%), sedangkan yang puas hanya ada sebanyak 10 responden (20,8%).

Kemudian, dari 30 responden dengan keterbukaan baik, didapatkan 13 responden

(43,3%) kepuasan pasien tidak puas dan terdapat 17 responden (56,7%) yang

puas.

Tabel 20

Tabulasi Silang Antara Variabel Kesetaraan dengan Kepuasan Pasien

Kepuasa Pasien
Total Nilai
Kesetaraan Tidak Puas Puas
p
n % n % n %
Tidak Baik 36 72 14 28 50 100
0,011
Baik 13 43,3 17 56,7 30 100

Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa variabel kesetaraan

memiliki nilai p=0,011 maka dapat disimpulkan bahwa variabel kesetaraan

berhubungan secara signifikan dengan kepuasan pasien.

Pengaruh Prinsip Keterbukaan, Empati, Sikap Mendukung, Sikap Positif


dan Kesetaraan dengan Kepuasan Pasien

Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui variabel independen

mana yang paling mempengaruhi variabel dependen. Regresi Logistik dapat

Universitas Sumatera Utara


69

digunakan untuk menganalisa set data dengan lebih dari satu variabel bebas/

independen berskala nominal/ordinal terhadap satu variabel terikat/dependen

berskala nominal. Analisa multivariat dalam penelitian ini dengan menggunakan

analisa regresi logistik dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

Variabel yang dimasukan dalam uji regresi logistik adalah variabel yang

mempunyai nilai p<0,25 seperti pada tabel 21 berikut.

Tabel 21

Hasil Seleksi Variabel yang dapat Masuk dalam Model Regresi Logistik Ganda

Nilai
Variabel p value Pemodelan
Ketetapan
Keterbukaan <0,001 p<0,25 Masuk pemodelan
Empati <0,001 P<0,25 Masuk pemodelan
Sikap Mendukung <0,001 P<0,25 Masuk pemodelan
Sikap Positif <0,001 p<0,25 Masuk pemodelan
Kesetaraan 0,011 p<0,25 Masuk pemodelan

Tabel 21 menujukkan bahwa seluruh variabel memiliki nilai p<0,25

sehingga dapat masuk dalam model regresi logistik ganda.

Model Regresi Logistik terhadap Kepuasan Pasien

Tabel 22

Model Regresi Logistik Tahap Pertama terhadap Kepuasan Pasien

95% C.I
Variabel B Nilai p Exp(B)
Lower Upper
Keterbukaan 1.170 0.140 3.222 0.681 15.241
Empati 1.392 0.077 4.024 0.862 18.794
Sikap Mendukung 1.557 0.040 4.743 1.070 21.022
Sikap Positif 1.573 0.046 4.822 1.025 22.681
Kesetaraan 1.096 0.100 2.993 0.810 11.056
Constant -10.153 0.000 0.000

Tabel 22 menunjukkan bahwa variabel sikap mendukung dan sikap positif

memiliki nilai p<0,05 sedangkan variabel keterbukaan, empati dan kesetaraan

Universitas Sumatera Utara


70

memiliki nilai p>0,05 sehingga variabel tersebut dikeluarkan secara bertahap pada

model regresi logistik tahap dua berikut.

Tabel 23

Model Regresi Logistik Tahap Kedua terhadap Kepuasan Pasien

95% C.I
Variabel B Nilai p Exp(B)
Lower Upper
Empati 1.316 0.084 3.728 .837 16.610
Sikap mendukung 1.610 0.031 5.005 1.160 21.602
Sikap positif 2.248 0.001 9.473 2.618 34.278
Kesetaraan 1.286 0.049 3.619 1.008 12.992
Constant -9.747 0.000 0.000

Tabel 23 menunjukkan bahwa variabel sikap mendukung, sikap positif dan

kesetaraan memiliki nilai p<0,05 sedangkan variabel empati memiliki nilai p>0,05

sehingga variabel tersebut dikeluarkan secara bertahap pada model regresi logistik

tahap tiga berikut.

Tabel 24

Model Regresi Logistik Tahap Ketiga terhadap Kepuasan Pasien

95% C.I
Variabel B Nilai p Exp(B)
Lower Upper
Sikap Mendukung 2.288 0.000 9.859 2.730 35.603
Sikap Positif 2.105 0.001 8.206 2.440 27.598
Kesetaraan 1.572 0.014 4.815 1.384 16.760
Constant -9.155 0.000 0.000

Tabel 24 menunjukkan bahwa variabel sikap mendukung, sikap positif dan

kesetaraan memiliki nilai p<0,05, maka variabel yang dominan mempengaruhi

kepuasan pasien adalah variabel sikap mendukung (p= <0,001;Exp(B)= 9,85

95%CI 2-730-35,603) artinya bahwa komunikasi interpersonal prinsip sikap

mendukung yang tidak baik memiliki peluang sebesar 9.8 kali lebih besar pasien

tidak puas dibanding dengan sikap mendukung yang baik

Universitas Sumatera Utara


Pembahasan

Bab pembahasan ini peneliti membahas tentang: 1. Komunikasi

interpersonal dokter di Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan, 2. Kepuasan

pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Royal Prima dan, 3. Pengaruh antara

komunikasi interpersonal dokter terhadap kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum

Royal Prima.

Penelitian ini dilakukan di seluruh ruang rawat inap bedah, penyakit

dalam, ruang rawat inap anak dan ruang obgen di Rumah Sakit Umum Royal

Prima Medan. Peneliti memperoleh jumlah keseluruhan pasien rawat inap

sebanyak 80 orang.

Komunikasi Interpersonal Dokter Berdasarkan Persepsi Pasien Rawat Inap


di RSU Royal Prima Medan Tahun 2019

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum

Royal Prima Medan tahun 2019 tentang komunikasi interpersonal dokter

berdasarkan persepsi pasien rawat inap adalah mayoritas dokter memiliki

komunikasi interpersonal tidak baik sebanyak 58 orang dan minoritas dokter

memiliki komunikasi interpersonal dokter baik sebanyak 22 orang.

Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dengan menggunakan

lambang-lambang yang bermakna dari komunikator kepada komunikan dengan

suatu tujuan tertentu. Tujuan yang diharapkan dari proses komunikasi yaitu

perubahan berupa penambahan pengetahuan, merubah pendapat, memperkuat

pendapat serta merubah sikap dan perilaku komunikan atau dikenal dalam tiga

tingkatan perubahan atau efek dari suatu proses komunikasi yaitu : perubahan

pada pikiran (kognitif) perubahan pada perasaan (afektif) dan perubahan pada

71
Universitas Sumatera Utara
72

perilaku (behavioral) (Siregar, 2016).

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antar

komunikator dengan komunikan yang terjadi secara langsung dengan cara

berhadapan muka atau tidak berhadapan muka. Komunikasi interpersonal ini

dianggap lebih efektif dari bentuk komunikasi lainnya karena kedua belah pihak

dapat saling bertukar informasi dalam proses komunikasinya serta adanya

feedback langsung dari keduanya menurut fungsi masing-masing (Cangara, 2011).

Agar proses komunikasi tentang kesehatan efektif dan terarah maka dapat

dilakukan melalui bentuk komunikasi interpersonal yang merupakan salah satu

bentuk komunikasi yang paling efektif, karena antara komunikan dan

komunikator dapat langsung tatap muka, sehingga timbul stimulus yakni pesan

atau informasi yang disampaikan oleh komunikan, langsung dapat direspon atau

ditanggapi pada saat itu juga (Adhani, 2014).

Berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan kepada pasien rawat inap

menjelaskan bahwa komunikasi interpersonal dokter tidak baik, hal tersebut

terlihat pada item kuesioner yang menjelaskan tentang komunikasi interpersonal

dokter dari aspek keterbukaan dan empati berada pada nilai tertinggi yaitu

sebanyak 74 pasien rawat inap menyatakan tidak baik. Nilai terendah untuk

komunikasi interpersonal dokter dari aspek keterbukaan berada pada kategori baik

yaitu sebanyak 6 pasien.

Hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap pasien rawat inap

menjelaskan bahwa komunikasi interpersonal dokter yang dilakukan terhadap

pasien masih kurang baik, hal ini terlihat pada saat dokter melakukan kunjungan

dan pemeriksaan terhadap kesehatan pasien terkesan seperti ada jarak sehingga

Universitas Sumatera Utara


73

pasien tidak merasa nyaman untuk bertanya dan menyampaikan sesuatu kepada

dokter. Dokter juga terkesan seperti membatasi waktunya untuk berkunjung

sehingga seperti tidak ingin mendengarkan lebih lama tentang permasalahan yang

sedang dihadapi pasien. Hal tersebut juga sejalan dengan kuesioner yang

dibagikan terhadap pasien tentang kesetaraan dan keterbukaaan. Kebanyakan

pasien menjawab pada kategori tidak baik.

Hasil penelitian Syafitri (2013) menjelaskan tentang komunikasi antara

pasien dengan dokter dalam sebuah studi kasus menjelaskan bahwa latar belakang

sesorang melakukan komunikasi adalah dikarenakan setiap orang memiliki latar

belakang pendidikan dan pengalaman seseorang yang berbeda. Penelitian tersebut

juga membahas tentang faktor-faktor yang membuat komunikasi interpersonal

tidak efektif adalah faktor kesetaraan dan keterbukaan berada pada nilai tertinggi.

Menurut asumsi peneliti tentang komunikasi interpersonal dokter lebih

banyak pada kategori tidak baik dikarenakan oleh beban kerja dokter yang terlalu

banyak, rasa empati yang masih kurang serta waktu kunjungan yang sangat

sedikit. Hal tersebut sering terjadi pada saat dokter melakukan kunjungan atau

pemeriksaan terhadap pasien rawat inanp. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

Syafitri (2013).

Komunikasi Interpersonal Dokter Berdasarkan Prinsip Keterbukaan Rawat


Inap di RSU Royal Prima Medan Tahun 2019

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum

Royal Prima Medan tahun 2019 tentang komunikasi interpersonal berdasarkan

prinsip keterbukaan adalah mayoritas berada pada kategori tidak baik yaitu

sebanyak 51 pasien dan lebih sedikit pada kategori baik sebanyak 29 pasien.

Universitas Sumatera Utara


74

Keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi

interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka

kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Kedua mengacu kepada kesediaan

komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Ketiga

menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran. Terbuka dalam pengertian ini

adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah

memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya.

Hasil penelitian Hutagaol (2014) menunjukkan bahwa terbukaan tenaga

kesehatan dalam berkomunikasi terhadap kepuasan keluarga pasien rawat jalan di

Puskesmas Pandan Tengah. Hasil penelitian Siregar (2016) menunjukkan bahwa

kurangnya keterbukaan dokter dalam berkomunikasi dengan pasien membuat

pasien merasakan tidak puas terhadap pelayanan kesehtaan yang diberikan, pasien

merasakan dokter tidak terbuka dalam menjelaskan penyakit yang diderita pasien

maka akan membuat keluarga pasien kecewa dengan pelayanan yang diberikan

dokter.

Hasil penelitian Rosi (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara keterbukaan tenaga kesehatan dalam berkomunikasi terhadap

kepuasan keluarga pasien rawat inap di RSUD ZA Banda Aceh. Adanya

keterbukaan dari petugas PKMRS dapat menimbulkan saling pengertian,

penghayatan mengenai kebijakan yang diambil, sehingga akan terciptanya

kesadaran dan kesediaan melebur keinginan individu demi terpadunya

kepentingan bersama dengan tujuan menghasilkan integrasi yang cukup kokoh,

mendorong kerjasama yang produktif dan kreatif untuk mencapai sasaran atau

tujuan dalam penyuluhan.

Universitas Sumatera Utara


75

Menurut asumsi peneliti, sikap keterbukaan merupakan suatu sikap yang

sangat penting dilakukan oleh seorang dokter dalam melakukan komunikasi

interpersonal terhadap pasien. Dengan prinsip keterbukaan akan membuat pasien

merasa nyaman dengan dokter yang memeriksanya pada saat sakit dirumah sakit.

Komunikasi Interpersonal Dokter Berdasarkan Prinsip Empati Rawat Inap


di RSU Royal Prima Medan Tahun 2019

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum

Royal Prima Medan tahun 2019 tentang komunikasi interpersonal berdasarkan

prinsip empati adalah mayoritas berada pada kategori tidak baik yaitu sebanyak 55

pasien dan lebih sedikit berada pada kategori baik sebanyak 25 pasien.

Bersimpati adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih.

Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang

mengalaminya, berada di situasi yang sama dan merasakan perasaan yang sama

dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan

pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan

mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik

secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat

mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan keterlibatan aktif dengan

orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai, konsentrasi terpusat

meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik

serta sentuhan atau belaian yang sepantasnya.

Hasil penelitian Nur (2010) memperlihatkan bahwa komunikasi dalam

bentuk emphaty yang baik akan membuat pasien merasakan sangat puas terhadap

pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan di RS Haji Medan. Hasil penelitian

Universitas Sumatera Utara


76

Hutagaol (2014) menyebutkan bahwa empati dalam berkomunikasi yang

dilakukan tenaga kesehatan akan membantu dalam mempercepat hubungan antara

keluarga pasien dengan tenaga kesehatan sehingga menjadikan pasien merasa

diperhatikan dan pada akhirnya akan meningkatkan kepuasaan pasien terhadap

pelayanan tenaga kesehatan.

Hasil penelitian Rosi (2012) menunjukkan bahwa ada hubungan yang

bermakna dimensi empati dalam komunikasi interpersonal terhadap kepuasan

keluarga pasien rawat inap di RSUD ZA pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil

penelitian Siregar (2016) menunjukkan bahwa dokter tidak menunjukan berempati

dengan keadaan pasien yang sedang sakit, kalau dokter menunjukan bahwa dokter

berempati dengan keadaan pasien, dokter menunjukan rasa kepeduliannya,rasa

perhatiannya dan kesabaran dalam menangani pasien dan mendengarkan keluhan

pasien. Informan peneliti tidak merasakan itu sama sekali sehingga informan

merasakan tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan dokter.

Menurut asumsi peneliti sikap empati sangat diperlukan diterapkan dalam

melakukan komunikasi interpersonal dengan pasien, karena sikap empati akan

membuat pasien merasa lebih nyaman dalam mengutarakan peermasalahan yang

sedang dihadapinya. Dengan menerapkan sikap empati akan meningkatkan

kepuasan pasien terhadap pelayanan komunikasi interpersonal dokter di rumah

sakit.

Komunikasi Interpersonal Dokter Berdasarkan Prinsip Sikap Mendukung


Rawat Inap di RSU Royal Prima Medan Tahun 2019

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum

Royal Prima Medan tahun 2019 tentang pembagian jasa pelayanan medis

Universitas Sumatera Utara


77

berdasarkan prinsip sikap mendukung adalah mayoritas berada pada kategori tidak

baik yaitu sebanyak 44 pasien dan lebih sedikit berada pada kategori baik

sebanyak 36 pasien.

Sikap mendukung adalah dengan bersikap deskriptif, spontan, dan

proporsional. Suasana yang deskriptif akan menimbulkan sikap suportif

dibandingkan dengan evaluatif. Provisional adalah memiliki sikap berpikir,

terbuka, ada kemauan untuk mendengar pandangan yang berbeda dan bersedia

menerima pendapat orang lain, bila memang pendapatnya keliru.

Hasil penelitian Siregar (2016) menunjukkan bahwa ketika tenaga

kesehatan memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap deskriptif, spontan,

professional maka akan membuat pasien menjadi senang dan puas terhadap

pelayanan yang diberikan. Hasil penelitian Rosi (2012) menunjukkan bahwa sikap

mendukung yang diberikan tenaga kesehatan akan cenderung memberikan

kepuasan kepada pasien terhadap pelayanan yang diberikan. Hasil penelitian

Hutagaol (2014) menyebutkan bahwa sikap mendukung petugas memberikan

pengaruh terhadap kepuasaan pasien dimana pasien mendapatkan dukungan

motivasi dari tenaga kesehatan untuk selalu tepat waktu dan selalu mendpatkan

perkembangan kesehatan pasien, sehingga pasien merasa diperhatikan oleh tenaga

kesehatan dan merasa puas.

Menurut asumsi peneliti adalah suatu sikap mendukung yang dilakukan

dokter selama menerapkan komunikasi interpersonal akan menambah semangat

pasien untuk sembuh dari permasalahan yang sedang dihadapinya. Sikap

mendukung yang dimiliki oleh dokter akan membuat pasien merasa diperhatikan

selama menjalani proses pengobatannya.

Universitas Sumatera Utara


78

Komunikasi Interpersonal Dokter Berdasarkan Prinsip Sikap Positif Rawat


Inap di RSU Royal Prima Medan Tahun 2019

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum

Royal Prima Medan tahun 2019 tentang komunikasi interpersonal berdasarkan

prinsip sikap positif adalah mayoritas berada pada kategori tidak baik yaitu

sebayak 48 pasien dan lebih sedikit berada pada kategori baik sebanyak 32 pasien.

Sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara

menyatakan sikap positif dan secara positif mendorong orang yang menjadi teman

kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari

komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika

seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan

positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi

yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan

orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan

terhadap situasi atau suasana interaksi.

Hasil penelitian Siregar (2016) menunjukkan bahwa keluarga pasien tidak

merasakan sikap positif yang ditunjukkan oleh dokter. Dokter kurang menanggapi

segala keluhan yang ditanyakan pasien melalui keluarga pasien. Dokter selalu

bersifat pasif dalam berkomunikasi dengan keluarga pasien sehingga membuat

keluarga pasien menjadi tidak puas. Hasil penelitian Rosi (2012) menunjukkan

bahwa sikap positif yang diberikan tenaga kesehatan akan cenderung memberikan

kepuasan kepada pasien terhadap pelayanan yang diberikan sedangkan jika tenaga

kesehatan tidak memberikan sikap positif akan membuat pasien merasakan tidak

puas terhadap pelayanan yang diberikan. Hasil penelitian Hutagaol (2014)

Universitas Sumatera Utara


79

memperlihatkan bahwa tenaga kesehatan yang berkomunikasi dengan sikap postif

kepada keluarga pasien dan menjalin komunikasi cenderung membuat pasien

merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan

Menurut asumsi peneliti sikap positif sangat penting dalam menerapkan

komunikasi interpersonal, karena sikap positif dapat berdampak terhadap pola

pikir pasien terhadap penyakitnya. Sikap positif yang diterapkan dokter akan

berdampak pada kenyakinan pasien untuk sembuh dari penyakitnya.

Komunikasi Interpersonal Dokter Berdasarkan Prinsip Kesetaraan Rawat


Inap di RSU Royal Prima Medan Tahun 2019

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum

Royal Prima Medan tahun 2019 tentang komunikasi interpersonal berdasarkan

prinsip kesetaraan adalah mayoritas berada pada kategori tidak baik yaitu

sebanyak 50 pasien dan lebih sedikit berada pada kategori baik sebanyak 30

pasien.

Kesetaraan adalah suatu sikap menganggap setara antara sesama individu

dalam setiap situasi. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih

tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua

orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini,

komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus

ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan

berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting

untuk disumbangkan.

Hasil penelitian Rosi (2012) menunjukkan bahwa kesetaraan yang

diberikan tenaga kesehatan akan cenderung memberikan kepuasan kepada pasien

Universitas Sumatera Utara


80

terhadap pelayanan yang diberikan sedangkan jika tenaga kesehatan tidak

menunjukkan kesetaraan akan membuat pasien merasakan tidak puas terhadap

pelayanan yang diberikan. Hasil penelitian Hutagaol (2014) menunjukkan bahwa

masih adanya tidak setaranya komunikasi yang diberikan tenaga kesehatan kepada

pasien membuat pasien merasakan ketidakpuasaan terhadap pelayanan kesehatan

yang diberikan tenaga kesehatan.

Hasil wawancara penelitian yang dilakukan Siregar (2016) menemukan

bahwa adanya perbedaan pelayanan medis antara pasien pengguna BPJS dan

pasien umum yang dilakukan oleh para dokter. Seharusnya tidak ada perbedaan

pelayanan medis yang dilakukan oleh dokter sehingga pasien merasa tidak puas

terhadap pelayanan yang diberikan. Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif

bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan dari kedua pihak bahwa

sama-sama bernilai dan berharga. Dalam suatu hubungan interpersonal yang

ditandai oleh kesetaraan ketidak sependapatan dan konflik lebih dilihat sebagai

upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada dari pada sebagai kesempatan

untuk menjatuhkan pihak lain, kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan

menyetujui begitu saja semua perilaku pihak lain Menurut asumsi peneliti tentang

pembagian jasa layana medis berdasarkan prinsip keadilan adalah dalam

pembagian jasa layanan medis perawat harus adil diantara sesama perawat agar

tidak ada kesenjangan yang akan berdampak kepada kinerja perawat. Prinsp

keadilan tersebut juga perlu disosialisasikan kepada perawat untuk menghindari

prasangka buruk perawat terhadap pihan rumah sakit.

Menurut asumsi peneliti adalah sikap kesetaraan adalah suatu yang

menganggap pasien setara adalah suatu sikap yang akan berdampak pada

Universitas Sumatera Utara


81

kenyamanan pasien terhadap dokter yang akan memeriksanya. Sikap kesetaraan

akan berdampak terhadap pasien dalam menentukan terapi apa yang akan

dijalankannya tampa merasa ada perbedaan antara pasien yang satu dengan pasien

yang lainnya.

Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Komunikasi Interpersonal Dokter di


RSU Royal Prima Medan Tahun 2019

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan pasien rawat inap Rumah

Sakit Umum Royal Prima Medan pada tahun 2019 lebih banyak pada kategori

tidak puas sebanyak 49 orang dan lebih sedikit berada pada kategori puas

sebanyak 31 orang.

Siregar (2016) mendefenisikan kepuasan sebagai perasaan senang,

perasaan lega, gembira dan sebagainya karena sudah terpenuhi hasrat hatinya.

Kepuasan pelanggan (pasien) tergantung pada anggapan kinerja produk (layanan)

dalam menyerahkan nilai relative terhadap harapan pembeli (pengguna jasa

layanan).

Salah satu faktor yang membuat pasien merasa tidak puas terhadap

pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit adalah disebabkan oleh

buruknya komunikasi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Hasil penelitian

Amirah (2013) menunjukkan bahwa ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan

rumah sakit disebabkan komunikasi yang dilakukan tenaga kesehatan tidak baik

khususnya komunikasi yang terjadi antara dokter dan perawat.

Berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan kepada pasien rawat inap

menjelaskan bahwa lebih banyak pasien menyatakan tidak puas terhadap

komunikasi interpersonal dokter ketika melakukan kunjungan atau pemeriksaan

Universitas Sumatera Utara


82

terhadap pasien, hal tersebut terlihat pada item kuesioner yang menjelaskan bahwa

hampir seluruh jawaban pada kuesioner kepuasan berada pada jawaban tidak

sebanyak 52 orang. Nilai terendah untuk kepuasaan pasien berada pada kategori

puas sebanyak 28 orang.

Hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap pasien rawat inap

menjelaskan bahwa pasien merasa masih kurang puas terhadap komunikasi

interpersonal dokter, hal ini terlihat pada saat dokter melakukan kunjungan dan

pemeriksaan terhadap kesehatan pasien terkesan seperti membatasi dirinya untuk

memeriksa pasien. Pasien merasa dokter seperti tidak ingin menyentuh pasien.

Kebanyakan dokter yang datang memeriksa pasien tidak pernah bersalamam

dengan pasien atau memeriksa tubuh pasien secara keseluruhan. Pasien

mengatakan dokter yang memeriksa mereka hanya datang saja dan tidak

memberikan kejelasan tentang penyakitnya sehingga pasien merasa kurang puas

terhadap kunjungan dokter tersebut.

Hasil penelitian Syafitri (2014) menunjukkan bahwa rendahnya kepuasan

pasien di rumah sakit disebabkan karena komunikasi tenaga kesehatan yang

kurang baik. Komunikasi yang kurang baik antara sesama tenaga kesehatan

tersebut dapat dilihat dari banyaknya pasien yang datang kerumah sakit merasa

kurang dihargai dan diperhatikan saat diperiksa oleh dokter. Penelitian tersebut

menjadi masukan bagi rumah sakit dalam hal memperbaiki mutu layanan

kesehatan dirumah sakit

Menurut asumsi peneliti tentang kepuasan pasien adalah kepuasan akan

tercapai apabila tujuan tercapai. Sebagian besar pasien merasa puas terhadap

komunikasi dokter pada kunjungan apabila tujuan pasien dapat tercapai yaitu

Universitas Sumatera Utara


83

untuk mendapatkan hasil pemeriksaan dan penjelasan tentang apa yang sedang

dialami pasien terhadap kondisi yang dihadapinya, namun pada kenyataannya

pasien tidak menerima hal tersebut sehingga ketika dokter datang untuk

melakukan kunjungan kebanyakan pasien seperti tidak terlalu memperdulikan

kedatangan dokter di ruangan.

Pengaruh Komunikasi Interpersonal Dokter Terhadap Kepuasan Pasien di


RSU Royal Prima Medan

Hasil analisa menjelaskan bahwa ada pengaruh antara komunikasi

interpersonal dokter berdasarkan prinsip sikap mendukung terhadap kepuasan

pasien di Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan dengan p= <0,001 artinya

bahwa ada pengaruh yang sangat signifikan antara komunikasi interpersonal

dokter berdasarkan prinsip sikap mendukung dengan kepuasan pasien.

Menurut asumsi peneliti komunikasi interpersonal dokter merupakan nilai

yang harus dijaga karena komunikasi interpersonal merupakan suatu alat yang

dapat mempengaruhi kualitas layanan kesehatan, apabila layanan ksehatan

meningkat berpengaruh terhadap kepuasan pasien rawat inap. Ketika kepuasan

pasien tercapai maka akan meningkatkan jumlah pasien yang datang berobat ke

Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan.

Implikasi Penelitian

Implikasi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi interpersonal dokter masih kurang baik pada saat penelitian

dilakukan, hal ini berdampak bagi pengguna kesehatan. Diharapkan dengan

kepada dokter yang melakukan kunjungan terhadap pasien untuk lebih

menjaga lagi terhadap komunikasi yang dilakukan karena akan berdampak

Universitas Sumatera Utara


84

terhadap mutu layanan kesehatan Rumah Sakit Umum Royal Prima.

2. Kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Royal Prima berada

pada kategori tidak puas pada saat penelitian dilakukan. Hal ini berdampak

pada jumlah kunjungan pasien yang datang berobat ke Rumah Sakit Umum

Royal Prima Medan. Diharapkan dengan meningkatnya kepuasan pasien

tercapai akan menambah pemasukan rumah sakit jumlah kunjungan yang

akan berdampak terhadap pendapatan dan akreditasi rumah sakit.

Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini hanya dilakukan di empat ruangan rawat inap saja

dengan harapan keempat ruangan tersebut sudah mewakili ruangan yang lain.

Peneliti membatasi ruang penelitian dikarenakan waktu dan kemampuan peneliti

dalam melakukan penelitian kesetiap ruang rawat inap.

Universitas Sumatera Utara


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 80 orang di Rumah

Sakit Umum Royal Prima Medan dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Ada hubungan yang signifikan antara komunikasi interpersonal dokter

berdasarkan prinsip keterbukaan, empati, sikap posititf, sikap mendukung dan

kesetaraan terhadap kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum Royal Prima

Medan.

2. Ada pengaruh yang signifikan antara komunikasi interpersonal dokter

berdasarkan prinsip sikap mendukung terhadap kepuasan pasien di Rumah

Sakit Umum Royal Prima Medan.

Saran

1. Kepada Rumah Sakit Royal Prima Medan untuk meningkatkan mutu layanan

kesehatan terutama dalam hal komunikasi dokter terhadap pasien di ruang

rawat inap.

2. Kepada dokter agar lebih meningkatkan kualitas komunikasi pada saat

melakukan kungjungan terhadap pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum

Royal Prima Medan.

3. Kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian tentang faktor-faktor

apa saja yang mempengaruhi dokter dalam menerapkan komunikasi

interpersonal yang lebih efektif.

85
Universitas Sumatera Utara
Daftar Pustaka

Adhani, R. (2014). Etika dan komunikasi dokter-pasien-mahasiswa. Banjarmasin:


PT. Grafika Wangi.

Amirah. (2013). Hubungan komunikasi dokter-pasien dengan kepercayaan,


kepuasan dan loyalitas pasien instalasi rawat jalan Rumah Sakit di
Makassar (Tesis, Universitas Hasanuddin). Diakses dari http://pasca.
unhas.ac.id/jurnal/files/

Azwar, A. (2010). Pengantar administrasi kesehatan (Edisi ke-3). Jakarta:


Binarupa Aksara.

Bustami. (2011). Penjaminan mutu pelayanan kesehatan dan akseptabilitas.


Jakarta: Erlangga.

Cangara, H. (2011). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Caresya, G. D. (2016). Pengaruh komunikasi interpersonal dokter gigi-pasien


terhadap tingkat kepuasan di Poli Gigi Puskesmas Jember. e-Jurnal
Pustaka Kesehatan, 3(3), 13-16. Diakses dari https://jurnal.unej.ac.id/
index.php/JPK/article/view/4036

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Pedoman Pelaksanaan


Program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB). Diakses dari http://
www.Depkes.go.id/

Devitto, J. (2014). Komunikasi antar manusia (Edisi Ke-5). Jakarta: Profesional


Book.

Effendy, O. (2002). Ilmu komunikasi teori dan praktik. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Gumilar, A. (2012). Hubungan penerapan komunikasi interpersonal dokter


dengan kepuasan pasien. Jakarta: Universitas Esa Unggul.

Hutagaol, D. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan komunikasi


interpersonal tenaga kesehatan terhadap kepuasaan pasien rawat jalan di
Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah pada Tahun 2014
(Skripsi, Universitas Sumatera Utara). Diakses dari http://repository.usu.
ac.id/handle/123456789/51011

Konsil Kedokteran Indonesia. (2012). Standar Kompetensi Dokter Indonesia.


Diakses dari http://www.kki.go.id/assets/data/arsip/SKDI

86
Universitas Sumatera Utara
87

Laksono, T. (2013). Aspek strategis manajemen rumah sakit. Yogyakarta:


Universitas Gajah Mada.

Liliweri, A. (2010). Komunikasi kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Lupiyoadi, R. (2001). Manajemen pemasaran jasa. Jakarta: PT Salemba Empat.

Mulyana, D. (2005). Ilmu komunikasi: Suatu pengantar. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Mundakir, C. (2006). Komunikasi keperawatan aplikasi dalam pelayanan.


Surabaya: Graha Ilmu.

Muninjaya, A. (2011). Manajemen mutu pelayanan kesehatan (Edisi ke-2),


Jakarta: EGC.

Nasir, A. (2010). Komunikasi dalam keperawatan teori dan aplikasi. Jakarta:


Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2009). Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.

Nur, S. (2010). Pengaruh komunikasi terapeutik perawat terhadap kepuasan


pasien di Rumah Sakit Haji Medan (Skripsi, Universitas Sumatera Utara).
Diakses dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/24558/

Nursalam. (2012). Manajemen keperawata (Edisi ke-3). Jakarta: Erlangga.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 155 Tahun 2010 tentang
Penggunaan Kartu Menuju Sehat Bagi Balita.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang


Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.

Shinta, A. (2011). Manajemen pemasaran. Malang: UB Press.

Siregar, D. (2016). Komunikasi interpersonal paramedis dengan keluarga pasien


pengguna BPJS: Studi kualitatif kepuasan di Rumah Sakit Umum Bina
Kasih Medan (Skripsi, Universitas Sumatera Utara). Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/56269/

Siregar, N. (2016). Komunikasi terapeutik dokter dan paramedis terhadap


kepuasan pasien dalam pelayanan kesehatan pada Rumah Sakit
Bernuansa Islami di Kota Medan (Disertasi, Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara). Diakses dari http://repository.uinsu.ac.id/1176/1/

Universitas Sumatera Utara


88

Supranto. (2006). Pengukuran tingkat kepuasan pelanggan, untuk menaikkan


pangsa pasar (Edisi ke-2). Jakarta: Rineka Cipta.

Syafitri, A. (2014). Komunikasi antarpribadi pasien dan dokter: Studi kasus


komunikasi antarpribadi pasien dan dokter di Poli Orthopaedi RSUP H.
Adam Malik Medan (Skripsi, Universitas Sumatera Utara). Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/39918

Tjiptono. (2006). Strategi pemasaran (Edisi ke-11).Yogyakarta: Andi Offset.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2014 tentang Tarif atas


Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen
Agama.

Wulandari, F. (2016). Hubungan antara komunikasi dokter-pasien dengan


kepuasan pasien rawat inap di RSUD Sukoharjo (Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta). Diakses dari http://eprints.ums.ac.id/44447/

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Penjelasan Tentang Penelitian

INFORMED CONCENT
PENJELASAN TENTANG PENELITIAN
Judul Penelitian :
“PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL DOKTER TERHADAP
KEPUASAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM ROYAL PRIMA
MEDAN”

Peneliti : Brian Sepnatius Pasaribu


NIM : 157032134

Peneliti merupakan Mahasiswa Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, bermaksud mengadakan penelitian untuk mengetahui

“Pengaruh Komunikasi Interpersonal Dokter Terhadap Kepuasan Pasien di

Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan”.

Hasil penelitian ini akan direkomendasikan sebagai masukan untuk dapat

diidentifikasi menganalisis pengaruh komunikasi interpersonal dokter terhadap

kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan, sehingga

diharapkan adanya perubahan kearah yang lebih baik. Peneliti menjamin bahwa

penelitian ini tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi siapapun. Peneliti

berjanji akan menjunjung tinggi hak-hak responden dengan cara : 1) Menjaga

kerahasiaan data yang diperoleh, baik dalam proses pengumpulan data,

pengolahan data, maupun penyajian hasil penelitian nantinya. 2) Menghargai

keinginan responden untuk tidak berpartisipasi dalam penelitian ini. Melalui

penjelasan singkat ini, peneliti mengharapkan respon saudara. Terimakasih atas

kesediaan dan partisipasinya.

89
Universitas Sumatera Utara
90

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden

LEMBAR PERSETUJUAN

Setelah membaca penjelasan penelitian ini dan mendapatkan jawaban atas

pertanyaan yang saya ajukan, maka saya mengetahui manfaat dan tujuan

penelitian ini, saya mengerti bahwa peneliti menghargai dan menjunjung tinggi

hak-hak saya sebagai responden.

Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negatif bagi

saya. Saya mengerti bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini sangat besar

manfaatnya bagi peningkatan pengetahuan saya sebagai perawat dalam

memberikan pengaruh positif bagi perubahan kinerja perawat di rumah sakit

Persetujuan yang saya tanda tangani menyatakan bahwa saya bersedia

berpartisipasi dalam penelitian ini.

Medan, ........... Mei 2019

Partisipan,

Tanda tangan

Universitas Sumatera Utara


91

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

KUESIONER
PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL DOKTER TERHADAP
KEPUASAN PASIEN DI RUMAH SAKIT ROYAL PRIMA MEDAN

1. IDENTITAS RESPONDEN
No. Responden :
Nama Responden :
Alamat :
Usia : Tahun
Frekuensi Konsultasi : kali /hari
Nama Ruangan : 1. Ruang Bedah 2. Ruang Anak
3. Ruang Penyakit Dalam 4.RuangObgyn

2. Komunikasi Interpersonal Dokter


PETUNJUK : Isilah dengan tanda checklist (√) kuesioner di bawah ini sesuai
dengan apa yang anda rasakan. Sesuai dengan keterangan di
bawah ini.

No Keterbukaan Ya Tidak
1 Apakah dokter memperkenalkan identitas dirinya kepada
anda ketika melakukan kunjungan keruangan anda
2 Apakah komunikasi yang dilakukan dokter terasa jelas
dan mudah dimengerti
3 Apakah Bapak/Ibu mengetahui pesan yang disampaikan
dokter tentang keluhan kesehatan Bapak/Ibu
4 Apakah Bapak/Ibu tahu isis dari pesan yang disampaikan
dokter tentang keluhan kesehatan Bapak/Ibu
5 Apakah dokter memberikan solusi yang tepat dan jelas
terhadap masalah yang anda rasakan.
No Perhatian ( Empathy) Ya Tidak
1 Apakah dokter memandang Bapak/Ibu ketika sedang
berbicara
2 Apakah dokter mendengarkan Bapak/Ibu ketika
Bapak/Ibu sedang berbicara
3 Apakah dokter menanggapi Bapak/Ibu setiap Bapak/Ibu
mengajukan pertanyaan
4 Apakah dokter menanyakan tentang kondisi Bapak/Ibu
terkait dengan pelaksanaan keluhan kesehatan Bapak/Ibu
5 Apakah dokter menunjukan sikap memahami perasaan
terhadap permasalah yang sedang anda alami selama
anda dirawat dirumah sakit.

Universitas Sumatera Utara


92

No Sikap Mendukung Ya Tidak


1 Apakah dokter menghargai setiap Bapak/Ibu berbicara
2 Apakah dokter memperlakukan Bapak/Ibu dengan
hormat ketika berkomunikasi
3 Apakah dokter mendukung Bapak/Ibu ketika Bapak/Ibu
mengeluarkan pendapat ingin mengobati penyakit yang
bapak/ibu derita
4 Apakah dokter menunjukkan sikap yang antausias
terhadap pembicaraan yang dilakukan
5 Apakah dokter memberikan penguatan dan motivasi
yang membangkitkan semangat anda untuk sembuh
No Sikap Positif Ya Tidak
1 Apakah dengan komunikasi yang dilakukan dokter dapat
menambah kepercayaan Bapak/ Ibu tentang pengobatan
2 Apakah dokter menyampaikan contoh-contoh tindakan
yang boleh dan yang tidak boleh Bapak/ Ibu lakukan
terkait dengan keluhan kesehatan Bapak/Ibu
3 Apakah dokter menyampaikan dampak yang akan terjadi
jika Bapak/Ibu melakukan tindakan yang dilarang terkait
dengan keluhan kesehatan Bapak/Ibu
4 Apakah Bapak/Ibu bersama dengan dokter membahas
tentang kesepakatan yang harus dilakukan untuk
mengurangi kesakitan akibat keluhan kesehatan
Bapak/Ibu
5 Apakah dokter selalu mendengarkan keluhan anda dan
mencari solusi yang positif terhadap penyakit anda
No Kesetaraan Ya Tidak
1 Apakah pada saat berkomunikasi dokter menyampaikan
pesan tentang keluhan kesehatan Bapak/Ibu yang
menunjukkan sikap bahwa dia tidak lebih pandai
daripada Bapak/Ibu
2 Apakah gaya bicara dokter saat menyampaikan pesan
tentang keluhan kesehatan Bapak/Ibu membuat
Bapak/Ibu merasa nyaman
3 Apakah dokter selalu memeriksa anda dengan tidak
menutup mulut
4 Apakah Bapak/Ibu bersama dengan dokter membahas
tentang berbagai hal yang perlu dilakukan untuk
mengurangi kesakitan yang diakibatkan dari keluhan
kesehatan Bapak/Ibu rasakan
5 Apakah dokter selalu bersalaman dengan anda ketika
berkunjung

Universitas Sumatera Utara


93

3. Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan


PETUNJUK : Jawablah pertanyaan dibawah ini yang menyangkut kepuasan
Bapak/Ibu terhadap kualitas pelayanan medis (dokter spesialis)
dengan memberi tanda cek (√) di kolom yang sesuai.

No Kepuasan Pelayanan Dokter Ya Tidak


1 Apakah anda puas terhadap penjelasan dokter tentang
penyakit anda?
2 Apakah anda puas terhadap waktu berkunjung dokter
selama anda dirawat di rumah sakit?
3 Apakah anda puas terhadap sikap yang dimiliki dokter
selama waktu berkunjung.
4 Apakah anda puas membri pertanyan terkait penyakit yang
sedang anda alami selama anda dirawat dirumah sakit.
Alasan:
5 Apakah anda puas dengan jawaban yang diberikan oleh
dokter terkait penyakit yang anda alami?

Universitas Sumatera Utara


94

Lampiran 4. Penghitungan Data

Frequency Table
P1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 52 65.0 65.0 65.0
Ya 28 35.0 35.0 100.0
Total 80 100.0 100.0

P2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 42 52.5 52.5 52.5
Ya 38 47.5 47.5 100.0
Total 80 100.0 100.0

P3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 42 52.5 52.5 52.5
Ya 38 47.5 47.5 100.0
Total 80 100.0 100.0

P4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 42 52.5 52.5 52.5
Ya 38 47.5 47.5 100.0
Total 80 100.0 100.0

P5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 47 58.8 58.8 58.8
Ya 33 41.3 41.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

P6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 42 52.5 52.5 52.5
Ya 38 47.5 47.5 100.0
Total 80 100.0 100.0

P7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 42 52.5 52.5 52.5
Ya 38 47.5 47.5 100.0
Total 80 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


95

P8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 42 52.5 52.5 52.5
Ya 38 47.5 47.5 100.0
Total 80 100.0 100.0

P9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 42 52.5 52.5 52.5
Ya 38 47.5 47.5 100.0
Total 80 100.0 100.0

P10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 44 55.0 55.0 55.0
Ya 36 45.0 45.0 100.0
Total 80 100.0 100.0

P11
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 44 55.0 55.0 55.0
Ya 36 45.0 45.0 100.0
Total 80 100.0 100.0

P12
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 45 56.3 56.3 56.3
Ya 35 43.8 43.8 100.0
Total 80 100.0 100.0

P13
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 39 48.8 48.8 48.8
Ya 41 51.3 51.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

P14
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 50 62.5 62.5 62.5
Ya 30 37.5 37.5 100.0
Total 80 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


96

P15
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 44 55.0 55.0 55.0
Ya 36 45.0 45.0 100.0
Total 80 100.0 100.0

P16
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 50 62.5 62.5 62.5
Ya 30 37.5 37.5 100.0
Total 80 100.0 100.0

P17
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 50 62.5 62.5 62.5
Ya 30 37.5 37.5 100.0
Total 80 100.0 100.0

P18
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 42 52.5 52.5 52.5
Ya 38 47.5 47.5 100.0
Total 80 100.0 100.0

P19
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 43 53.8 53.8 53.8
Ya 37 46.3 46.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

P20
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 44 55.0 55.0 55.0
Ya 36 45.0 45.0 100.0
Total 80 100.0 100.0

P21
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 40 50.0 50.0 50.0
Ya 40 50.0 50.0 100.0
Total 80 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


97

P22
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 35 43.8 43.8 43.8
Ya 45 56.3 56.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

P23
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 35 43.8 43.8 43.8
Ya 45 56.3 56.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

P24
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 40 50.0 50.0 50.0
Ya 40 50.0 50.0 100.0
Total 80 100.0 100.0

P25
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 38 47.5 47.5 47.5
Ya 42 52.5 52.5 100.0
Total 80 100.0 100.0

P26
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 44 55.0 55.0 55.0
Ya 36 45.0 45.0 100.0
Total 80 100.0 100.0

P27
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 40 50.0 50.0 50.0
Ya 40 50.0 50.0 100.0
Total 80 100.0 100.0

P28
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 46 57.5 57.5 57.5
Ya 34 42.5 42.5 100.0
Total 80 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


98

P29
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 47 58.8 58.8 58.8
Ya 33 41.3 41.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

P30
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 41 51.3 51.3 51.3
Ya 39 48.8 48.8 100.0
Total 80 100.0 100.0

Frequency Table

umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1-17 tahun 20 25.0 25.0 25.0
18-25 tahun 6 7.5 7.5 32.5
26-40 tahun 16 20.0 20.0 52.5
>40 tahun 38 47.5 47.5 100.0
Total 80 100.0 100.0

jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid laki-laki 25 31.3 31.3 31.3
perempuan 55 68.8 68.8 100.0
Total 80 100.0 100.0

keterbukaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak baik 51 63.8 63.8 63.8
baik 29 36.3 36.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

empati
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak baik 55 68.8 68.8 68.8
baik 25 31.3 31.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

sikap mendukung
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak baik 44 55.0 55.0 55.0
baik 36 45.0 45.0 100.0
Total 80 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


99

sikap positif
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak baik 48 60.0 60.0 60.0
baik 32 40.0 40.0 100.0
Total 80 100.0 100.0

kesetaraan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak baik 50 62.5 62.5 62.5
baik 30 37.5 37.5 100.0
Total 80 100.0 100.0

komunikasi interpresonal
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak baik 50 62.5 62.5 62.5
baik 30 37.5 37.5 100.0
Total 80 100.0 100.0

kepuasan pasien
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak puas 49 61.3 61.3 61.3
puas 31 38.8 38.8 100.0
Total 80 100.0 100.0

Crosstabs

keterbukaan * kepuasan pasien


Crosstab
kepuasan pasien
tidak puas puas Total
keterbukaan tidak baik Count 40 11 51
% within keterbukaan 78.4% 21.6% 100.0%
% of Total 50.0% 13.8% 63.8%
baik Count 9 20 29
% within keterbukaan 31.0% 69.0% 100.0%
% of Total 11.3% 25.0% 36.3%
Total Count 49 31 80
% within keterbukaan 61.3% 38.8% 100.0%
% of Total 61.3% 38.8% 100.0%

Universitas Sumatera Utara


100

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 17.498 1 .000
b
Continuity Correction 15.558 1 .000
Likelihood Ratio 17.713 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear 17.280 1 .000
Association
N of Valid Cases 80
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,24.
b. Computed only for a 2x2 table

empati * kepuasan pasien


Crosstab
kepuasan pasien
tidak puas puas Total
empati tidak baik Count 41 14 55
% within empati 74.5% 25.5% 100.0%
% of Total 51.3% 17.5% 68.8%
baik Count 8 17 25
% within empati 32.0% 68.0% 100.0%
% of Total 10.0% 21.3% 31.3%
Total Count 49 31 80
% within empati 61.3% 38.8% 100.0%
% of Total 61.3% 38.8% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 13.108 1 .000
b
Continuity Correction 11.377 1 .001
Likelihood Ratio 13.075 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear 12.944 1 .000
Association
N of Valid Cases 80
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,69.
b. Computed only for a 2x2 table

Universitas Sumatera Utara


101

sikap mendukung * kepuasan pasien

Crosstab
kepuasan pasien
tidak puas puas Total
sikap mendukung tidak baik Count 35 9 44
% within sikap mendukung 79.5% 20.5% 100.0%
% of Total 43.8% 11.3% 55.0%
baik Count 14 22 36
% within sikap mendukung 38.9% 61.1% 100.0%
% of Total 17.5% 27.5% 45.0%
Total Count 49 31 80
% within sikap mendukung 61.3% 38.8% 100.0%
% of Total 61.3% 38.8% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 13.790 1 .000
b
Continuity Correction 12.130 1 .000
Likelihood Ratio 14.120 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear 13.617 1 .000
Association
N of Valid Cases 80
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,95.
b. Computed only for a 2x2 table

sikap positif * kepuasan pasien

Crosstab
kepuasan pasien
tidak puas puas Total
sikap positif tidak baik Count 38 10 48
% within sikap positif 79.2% 20.8% 100.0%
% of Total 47.5% 12.5% 60.0%
baik Count 11 21 32
% within sikap positif 34.4% 65.6% 100.0%
% of Total 13.8% 26.3% 40.0%
Total Count 49 31 80
% within sikap positif 61.3% 38.8% 100.0%
% of Total 61.3% 38.8% 100.0%

Universitas Sumatera Utara


102

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 16.230 1 .000
b
Continuity Correction 14.398 1 .000
Likelihood Ratio 16.508 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear 16.027 1 .000
Association
N of Valid Cases 80
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,40.
b. Computed only for a 2x2 table

kesetaraan * kepuasan pasien


Crosstab
kepuasan pasien
tidak puas puas Total
kesetaraan tidak baik Count 36 14 50
% within kesetaraan 72.0% 28.0% 100.0%
% of Total 45.0% 17.5% 62.5%
baik Count 13 17 30
% within kesetaraan 43.3% 56.7% 100.0%
% of Total 16.3% 21.3% 37.5%
Total Count 49 31 80
% within kesetaraan 61.3% 38.8% 100.0%
% of Total 61.3% 38.8% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 6.492 1 .011
b
Continuity Correction 5.340 1 .021
Likelihood Ratio 6.469 1 .011
Fisher's Exact Test .017 .011
Linear-by-Linear 6.411 1 .011
Association
N of Valid Cases 80
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,63.
b. Computed only for a 2x2 table

Universitas Sumatera Utara


103

Uji Seleksi Variabel Masuk Ke Pemodelan Regresi Logistik

Keterbukaan
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 17.713 1 .000
Block 17.713 1 .000
Model 17.713 1 .000

Empati
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 13.075 1 .000
Block 13.075 1 .000
Model 13.075 1 .000

Sikap Mendukung
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 14.120 1 .000
Block 14.120 1 .000
Model 14.120 1 .000

Sikap positif
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 16.508 1 .000
Block 16.508 1 .000
Model 16.508 1 .000

Kesetaraan
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 6.469 1 .011
Block 6.469 1 .011
Model 6.469 1 .011

Logistic Regression

Case Processing Summary


a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Analysis 80 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 80 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 80 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Universitas Sumatera Utara


104

Dependent Variable Encoding


Original Value Internal Value
tidak puas 0
puas 1

Block 0: Beginning Block


a,b
Classification Table
Predicted
kepuasan pasien Percentage
Observed tidak puas puas Correct
Step 0 kepuasan pasien tidak puas 49 0 100.0
puas 31 0 .0
Overall Percentage 61.3
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.458 .229 3.980 1 .046 .633

Variables not in the Equation


Score df Sig.
Step 0 Variables keterbukaan 17.498 1 .000
empati 13.108 1 .000
sikapmendukung 13.790 1 .000
sikappositif 16.230 1 .000
kesetaraan 6.492 1 .011
Overall Statistics 35.211 5 .000

Block 1: Method = Enter


Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 41.639 5 .000
Block 41.639 5 .000
Model 41.639 5 .000

Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
a
1 65.180 .406 .551
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter
estimates changed by less than .001.
a
Classification Table
Predicted
kepuasan pasien Percentage
Observed tidak puas puas Correct
Step 1 kepuasan pasien tidak puas 42 7 85.7
puas 9 22 71.0
Overall Percentage 80.0
a. The cut value is .500

Universitas Sumatera Utara


105

Variables in the Equation


95% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step keterbukaan 1.170 .793 2.178 1 .140 3.222 .681 15.241
a
1 empati 1.392 .786 3.135 1 .077 4.024 .862 18.794
sikapmenduk
1.557 .760 4.199 1 .040 4.743 1.070 21.022
ung
sikappositif 1.573 .790 3.966 1 .046 4.822 1.025 22.681
kesetaraan 1.096 .667 2.703 1 .100 2.993 .810 11.056
Constant -10.153 2.148 22.330 1 .000 .000
a. Variable(s) entered on step 1: keterbukaan, empati, sikapmendukung, sikappositif,
kesetaraan.
Logistic Regression

Case Processing Summary


a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Analysis 80 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 80 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 80 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding


Original Value Internal Value
tidak puas 0
puas 1

Block 0: Beginning Block


a,b
Classification Table
Predicted
kepuasan pasien Percentage
Observed tidak puas puas Correct
Step 0 kepuasan pasien tidak puas 49 0 100.0
puas 31 0 .0
Overall Percentage 61.3
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.458 .229 3.980 1 .046 .633

Variables not in the Equation


Score df Sig.
Step 0 Variables empati 13.108 1 .000
sikapmendukung 13.790 1 .000
sikappositif 16.230 1 .000
kesetaraan 6.492 1 .011
Overall Statistics 33.579 4 .000

Universitas Sumatera Utara


106

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step 1 Step 39.470 4 .000
Block 39.470 4 .000
Model 39.470 4 .000

Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
a
1 67.349 .389 .528
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter
estimates changed by less than .001.
a
Classification Table
Predicted
kepuasan pasien Percentage
Observed tidak puas puas Correct
Step 1 kepuasan pasien tidak puas 41 8 83.7
puas 8 23 74.2
Overall Percentage 80.0
a. The cut value is .500

Variables in the Equation


95% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step empati 1.316 .762 2.979 1 .084 3.728 .837 16.610
a
1 sikapmendukung 1.610 .746 4.660 1 .031 5.005 1.160 21.602
sikappositif 2.248 .656 11.741 1 .001 9.473 2.618 34.278
kesetaraan 1.286 .652 3.890 1 .049 3.619 1.008 12.992
Constant -9.747 2.068 22.220 1 .000 .000
a. Variable(s) entered on step 1: empati, sikapmendukung, sikappositif, kesetaraan.

Logistic Regression

Case Processing Summary


a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Analysis 80 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 80 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 80 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding


Original Value Internal Value
tidak puas 0
puas 1

Universitas Sumatera Utara


107

Block 0: Beginning Block


a,b
Classification Table
Predicted
kepuasan pasien Percentage
Observed tidak puas puas Correct
Step 0 kepuasan pasien tidak puas 49 0 100.0
puas 31 0 .0
Overall Percentage 61.3
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.458 .229 3.980 1 .046 .633

Variables not in the Equation


Score df Sig.
Step 0 Variables sikapmendukung 13.790 1 .000
sikappositif 16.230 1 .000
kesetaraan 6.492 1 .011
Overall Statistics 30.876 3 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step 1 Step 36.305 3 .000
Block 36.305 3 .000
Model 36.305 3 .000

Model Summary
Cox & Snell R
Step -2 Log likelihood Square Nagelkerke R Square
a
1 70.514 .365 .495
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than
.001.
a
Classification Table
Predicted
kepuasan pasien Percentage
Observed tidak puas puas Correct
Step 1 kepuasan pasien tidak puas 41 8 83.7
puas 8 23 74.2
Overall Percentage 80.0
a. The cut value is .500

Universitas Sumatera Utara


108

Variables in the Equation


95% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step sikapmendukung 2.288 .655 12.200 1 .000 9.859 2.730 35.603
a
1 sikappositif 2.105 .619 11.568 1 .001 8.206 2.440 27.598
kesetaraan 1.572 .636 6.101 1 .014 4.815 1.384 16.760
Constant -9.155 2.017 20.609 1 .000 .000
a. Variable(s) entered on step 1: sikapmendukung, sikappositif, kesetaraan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai