Di Susun Oleh:
Nama : Sarpika Yena Amalia
NIM : 2018.C.10a.0985
NIM : 2018.C.10a.0985
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN………………………………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………….. 6
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 6
1.2 Rumuan Masalah..................................................................................... 9
1.3 Tujuan...................................................................................................... 9
1.4 Manfaat.................................................................................................... 10
BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………………….. 11
2.1 Konsep Penyakit……………………………………………………….. 11
2.1.1 Definisi................................................................................................ 11
2.1.2 Anatomi fisiologi................................................................................. 11
2.1.3 Etiologi................................................................................................ 13
2.1.4 Klasifikasi............................................................................................ 14
2.1.5 Patofisiologi........................................................................................ 16
2.1.6 Manifestasi klinis (tanda dan gejala)................................................... 19
2.1.7 Komplikasi.......................................................................................... 19
2.1.8 Pemeriksaan penunjang....................................................................... 20
2.1.9 Penatalaksanaan medis........................................................................ 20
2.2 Manajemen asuhan keperawatan……………………………………. 20
2.2.1 Pengkajian keperawatan...................................................................... 28
2.2.2 Diagnosa keperawatan......................................................................... 30
2.2.3 Intervensi keperawatan........................................................................ 30
2.2.4 Implementasi keperawatan.................................................................. 32
2.2.5 Evaluasi keperawatan.......................................................................... 32
BAB 3 Asuhan keperawatan………………………………………………. 33
3.1 Pengkajian................................................................................................ 33
3.2 Diagnosa.................................................................................................. 45
3.3 Intervensi................................................................................................. 46
3.4 Implementasi............................................................................................ 51
3.5 Evaluasi.................................................................................................... 51
BAB 4 PENUTUP………………………………………………………….. 54
4.1 Kesimpulan................................................................................................. 54
4.2 Saran ....................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada masyarakat.
Diare juga merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di berbagai negara
(Widoyono, 2011). Diare dapat menyerang semua kelompok usia terutama pada anak. Anak
lebih rentan mengalami diare, karena sistem pertahanan tubuh anak belum sempurna
(Soedjas, 2011).
Hasil Riskesdas (2013), menyatakan bahwa insiden diare pada anak di Indonesia adalah
6,7 persen. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%),
DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%). Karakteristik diare balita
tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (7,6%), laki-laki (5,5%), perempuan
(4,9%). Angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit diare di Indonesia masih tinggi.
Proporsi terbesar penderita diare pada balita adalah kelompok umur 6 – 11 bulan yaitu
sebesar 21,65% lalu kelompok umur 12-17 bulan sebesar 14,43%, kelompok umur 24-29
bulan sebesar 12,37%, sedangkan proporsi terkecil pada kelompok umur 54 – 59 bulan yaitu
2,06% (Kemenkes, 2011).
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi resiko meningkatnya episode diare, diantaranya
dengan pemberian ASI. Pemberian ASI pada bayi atau anak yang mengalami diare akan
memiliki manfaat antara lain untuk mengganti cairan yang hilang (rehidrasi). ASI
mengandung zatzat gizi yang berguna untuk memenuhi kecukupan zat gizi selama diare yang
diperlukan untuk penyembuhan dan pertumbuhan (Puput, 2011). Hasil penelitian Tamimi,
dkk (2016), menyatakan bahwa 92.1% bayi yang mendapat ASI eksklusif tidak mengalami
diare dan 29,5% bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif berpeluang untuk terjadinya
diare. Selain dari tindakan keperawatan, orang tua dan keluarga juga ikut memberikan
perawatan seperti memberikan perhatian, semangat dan mendampingi anak selama dirawat
dirumah sakit (Nursalam, 2008). Selain dari perawatan anak di rumah sakit, pengetahuan
orang tua tentang terjadinya diare sangatlah penting. Hal ini disebabkan karena sebagian ibu
belum mengetahui tentang perilaku sehat untuk menjaga kesehatan keluarga seperti selalu
menjaga kebersihan diri dan makanan, menjaga kebersihan lingkungan rumah, memeriksakan
kondisi kesehatan ketika terdapat gejala suatu penyakit ke puskesmas, menjaga pola istirahat
serta menyempatkan untuk berekreasi guna menghilangkan stres yang dapat memicu suatu
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti melakukan studi kasus dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada Pasien Anak dengan Diare di Ruang
Diare adalah suatu kondisi buang air besar yang tidak normal dimana buang air besar
>3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang encer/cair dapat disertai atau tanpa
disertai dengan darah atau lender yang merupakan akibat dari terjadinya proses implamasi
pada lambung atau usus (Wijayaningsih, 2014).
Diare adalah sebuah penyakit dimana penderita mengalami rangsangan buang air
besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air berlebihan.
Di dunia diare adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh
lebih dari 1,5 juta orang pertahun. Diare kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus
tetapi juga seringkali akibat dari racun bakteria. Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan
makanan mencukupi dan air tersedia, pasien yang sehat biasanya sembuh dari infeksi virus
umum dalam beberapa hari dan paling lama satu minggu. Namun untuk individu yang sakit
atau kurang gizi, diare dapat menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat mengancam-jiwa
bila tanpa perawatan (Wijayaningsih, 2015).
Dari beberapa definisi di atas maka penulis menyimpulkan definisi diare adalah
adalah suatu keadaan buang air besar (BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan
frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare
persisten terjadi selama ≥ 14 hari.
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui
kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus.
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi,
esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian superior (sebagian besar adalah otot
rangka), bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior
(terutama terdiri dari otot halus).
4. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga bagian yaitu kardia,
fundus dan antrium.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan
3 zat penting :
a) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada
terbentuknya tukak lambung.
b) Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin
guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai
penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
c) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
5. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan
lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan
makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar,
lapisan otot memanjang dan lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus
dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
a) Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua
belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale
dan berakhir di ligamentum treitz. Usus dua belas jari merupakan organ
retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus
dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Lambung
melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan
bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter
pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
b) Usus Kosong (Jejenum)
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua
belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang
seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus
kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus
(vili), yang memperluas permukaan dari usus.
C. Usus Penyerapan (Illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 24 m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7
dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garamgaram
empedu.
Gambar Kolon
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari
kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri), kolon
sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus
besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini
penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya
terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan
terjadilah diare.
7. Usus Buntu (Sekum)
Usus buntu atau sekum adalah suatu kantung yang terhubung pada usus
penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi
pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang
parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam
rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa,
umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm.
Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda -
bisa di retrocaecal atau di pinggang
(pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
(misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalu asam), gangguan psikis
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri atau flata usus dan jamur
terutama canalida.
a. Faktor infeksi
1. Infeksi enternal
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus
(enteovirus, poliomyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dan
lain-lain, dan infeksi parasite: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides), protozoa
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah dua tahun.
b. Faktor malabsorbsi
(intoleransi glukkosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada anak serta bayi yang paling
2) Protein.
3) Lemak.
d. Faktor psikologis
2.1.4 Klasifikasi
Pedoman dari Laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak, Uniersitas Airlangga dalam
Nursalam (2008), diare dapat dikelompokkan menjadi:
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-5 hari.
b. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.
c. Diare kornik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik bukan suatu kesatuan
penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab dan patogenesisnya multikompleks.
Mengingat banyaknya kemungkinan penyakit yang dapat mengakibatkan diare kronik
dan banyaknya pemeriksaan yang harus dikerjakan maka dibuat tinjauan pustaka ini
untuk dapat melakukan pemeriksaan lebih terarah.
Sedangkan menurut Wong (2008), diare dapat diklasifikasikan, sebagai berikut:
a. Diare akut
Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare akut didefenisikan sebagai
peningkatan atau perubahan frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agens
infeksius dalam traktus Gastroenteritis Infeksiosa (GI). Keadaan ini dapat menyertai
infeksi saluran napas atau (ISPA) atau infeksi saluran kemih (ISK). Diare akut biasanya
sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi yang
spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
b. Diare kronis
Didefenisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan kandungan air
dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14 hari. Kerap kali diare kronis
terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom malabsorpsi, penyakit inflamasi usus,
defisiensi kekebalan, alergi makanan, intoleransi latosa atau diare nonspesifik yang
kronis, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut yang tidak memadai.
c. Diare intraktabel
Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan sindrom pada bayi dalam usia minggu
pertama dan lebih lama dari 2 minggu tanpa ditemukannya mikroorganisme patogen
sebagai penyebabnya dan bersifat resisten atau membandel terhadap terapi. Penyebabnya
yang paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani secara memadai.
d. Diare kronis nonspesifik
Diare ini juga dikenal dengan istilah kolon iritabel pada anak atau diare todler,
merupakan penyebab diare kronis yang sering dijumpai pada anak-anak yang berusia 6
hingga 54 minggu. Feses pada anak lembek dan sering disertai dengan partikel makanan
yang tidak tercerna, dan lamanya diare lebih dari 2 minggu. Anakanak yang menderita
diare kronis nonspesifik ini akan tumbuh secara normal dan tidak terdapat gejala
malnutrisi, tidak ada darah dalam fesesnya serta tidak tampak infeksi enterik.
2.1.5 Patofisiologi
Hidayat (2008), mengatakan proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai
kemungkinan faktor diantaranya :
a. Faktor infeksi
1. Virus
Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan infeksi rotavirus. Setelah terpapar
dengan agen tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh bersama dengan makanan dan
minuman yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian melekat pada sel-sel
mukosa usus, akibatnya sel mukosa usus menjadi rusak yang dapat menurunkan daerah
permukaan usus. Sel-sel mukosa yang rusak akan digantikan oleh sel enterosit baru yang
berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih
belum bagus. Hal ini menyebabkan vili-vili usus halus mengalami atrofi dan tidak dapat
menyerap cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya, terjadi perubahan kapasitas usus
yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit.
Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri atau virus akan menyebabkan sistem transpor aktif
dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan
elektrolit akan meningkat.
2. Bakteri
Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke dalam mukosa, terjadi
perbanyakan diri sambil membentuk toksin. Enterotoksin ini dapat diresorpsi ke dalam darah
dan menimbulkan gejala hebat seperti demam tinggi, nyeri kepala, dan kejang-kejang. Selain
itu, mukosa usus yang telah dirusak mengakibatkan mencret berdarah berlendir. Penyebab
utama pembentukan enterotoksin ialah bakteri Shigella sp, E.coli. diare ini bersifat self-
limiting dalam waktu kurang lebih lima hari tanpa pengobatan, setelah sel-sel yang rusak
diganti dengan sel-sel mukosa yang baru (Wijoyo, 2013).
b. Faktor malabsorpsi,
1. Gangguan osmotik
Cairan dan makanan yang tidak dapat diserap akan terkumpul di usus halus dan akan
meningkatkan tekanan osmotik usus Akibatnya akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meningkat. Gangguan osmotik meningkat menyebabkan terjadinya
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Hal ini menyebabkan banyak cairan
ditarik ke dalam lumen usus dan akan menyebabkan terjadinya hiperperistaltik usus.
Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan didorong keluar melalui anus dan
terjadilah diare (Nursalam, 2008).
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena
terdapat peningkatan isi rongga usus (Nursalam, 2008).
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bisa peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula. Akibat dari
diare yaitu kehilangan air dan elektrolit yang dapat menyebabkan cairan ekstraseluler
secara tiba-tiba cepat hilang, terjadi ketidakseimbangan elektrolit yang mengakibatkan
syok hipovolemik dan berakhir pada kematian jika tidak segera diobati (Nursalam, 2008).
4. Faktor makanan, ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan
baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan
kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare (Hidayat,
2008). Diare akut berulang dapat menjurus ke malnutrisi energi protein, yang
mengakibatkan usus halus mengalami perubahan yang disebabkan oleh PEM tersebut
menjurus ke defisiensi enzim yang menyebabkan absorpsi yang tidak adekuat dan
terjadilah diare berulang yang kronik. Anak dengan PEM terjadi perubahan respons imun,
menyebabkan reaksi hipersensitivitas kulit terlambat, berkurangnya jumlah limfosit dan
jumlah sel T yang beredar.
Setelah mengalami gastroenteritis yang berat anak mengalami malabsorpsi. Malabsorpsi
juga terdapat pada anak yang mengalami malnutrisi, keadaan malnutrisi menyebabkan
atrofi mukosa usus, faktor infeksi silang usus yang berulang menyebabkan malabsorpsi,
enteropati dengan kehilangan protein. Enteropati ini menyebabkan hilangnya albumin dan
imunogobulin yang mengakibatkan kwashiorkor dan infeksi jalan nafas yang berat
(Suharyono, 2008).
5. Faktor psikologis, faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus
yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan
diare. Proses penyerapan terganggu (Hidayat, 2008).
WOC DIARE
DIARE
B1 B2 B3 B4 B5 B6
frekuensi BAB frekuensi BAB reaksi inflamasi dehidrasi frekuensi BAB distensi abdomen lecet dan iritasi
meningkat meningkat meningkat kulit pada anus dan
sekitarnya
merangsang serotonin, Laju mual muntah
hilang cairan dan hilang cairan dan prostaglandin,
metabolisme hilang cairan dan
elektrolit bradikinin, di sekitar
elektrolit elektrolit gatal dan
area radang
berlebihan berlebihan berlebihan nafsu makan kemerahan
suhu tubuh dan menurun
keluhan nyeri/tidak demam meningkat
gangguan keseimbangan gangguan keseimbangan
asidosis metabolik nyaman diperut Risiko
cairan dan elektrolit cairan dan elektrolit
Defisit Nutrisi Gangguan
Hipertermia
Integritas kulit
sesak dehidrasi Nyeri Akut dehidrasi dan Jaringan
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita diare dan lebih sering
terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita kekurangan kalori protein (KKP),
karena :
a. Penyimpanan persediaan glycogen dalam hati terganggu.
b. Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun jarang terjadi.
Gejala hypoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40% pada
bayi dan 50% pada anak-anak. Hal tersebut dapat berupa lemas, apatis, peka rangsang,
tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.
3. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi sehingga terjadi penurunan
berat badan. Hal ini disebabkan karena:
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntahnya akan
bertambah hebat, sehingga orang tua hanya sering memberikan air teh saja.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dalam waktu yang
terlalu lama.
c. Makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik karena
adanya hiperperistaltik.
4. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, maka dapat terjadi gangguan
sirkulasi darah berupa renjatan atau syok hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang
dan terjadinya hipoksia, asidosis bertambah berat sehingga dapat mengakibatkan
perdarahan di dalam otak, kesadaran menurun, dan bila tidak segera ditolong maka
penderita dapat meninggal.
5. Hiponatermia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya mengandung
sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na< 130 mol/L). Hiponatremi sering terjadi
pada anak dengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan oedema. Oralit
aman dan efektif untuk terapi dari hampir semua anaka dengan hiponatremi. Bila tidak
berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu: memakai
Ringer Laktat atau Normal Saline (Juffrie, 2013).
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
2.1.8.1 Pemeriksaan Fisik
(2) Paru-paru
(a) Inspeksi
Diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan normal, diare dehidrasi
ringan pernapasan normal hingga melemah, diare dengan dehidrasi
berat pernapasannya dalam.
h) Abdomen
(1) Inspeksi
Anak akan mengalami distensi abdomen, dan kram.
(2) Palpasi
Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada pasien diare
dehidrasi ringan kembali < 2 detik, pada pasien dehidrasi berat
kembali > 2 detik.
(3) Auskultasi
Biasanya anak yang mengalami diare bising ususnya meningkat
i) Ektremitas
Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT) normal, akral
teraba hangat. Anak dengan diare dehidrasi ringan CRT kembali < 2 detik,
akral dingin. Pada anak dehidrasi berat CRT kembali > 2 detik, akral teraba
dingin, sianosis.
j) Genitalia
Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di lakukan
pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada anus.
2.2.3.1 Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan laboratrium
(a) Pemeriksaan AGD, elektrolit, kalium, kadar natrium serum
Biasanya penderita diare natrium plasma > 150 mmol/L, kalium > 5
mEq/L
(b) Pemeriksaan urin
Diperiksa berat jenis dan albuminurin. Eletrolit urin yang diperiksa adalah
Na+ K+ dan Cl. Asetonuri menunjukkan adanya ketosis (Suharyono, 2008).
(c) Pemeriksaan tinja
Biasanya tinja pasien diare ini mengandung sejumlah ion natrium, klorida,
dan bikarbonat.
(d) Pemeriksaan pH, leukosit, glukosa
Biasanya pada pemeriksaan ini terjadi peningkatan kadar protein leukosit
dalam feses atau darah makroskopik (Longo, 2013). pH menurun
disebabkan akumulasi asama atau kehilangan basa (Suharyono, 2008).
(e) Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dandicurigai infeksi
sistemik ( Betz, 2009).
2) Pemeriksaan Penunjang
(a) Endoskopi
(1) Endoskopi gastrointestinal bagian atas dan biopsi D2, jika dicurigai
mengalami penyakit seliak atau Giardia. Dilakukan jika pasien
mengalami mual dan muntah.
(2) Sigmoidoskopi lentur, jika diare berhubungan dengan perdarahan segar
melalui rektum.
(3) Kolonoskopi dan ileoskopi dengan biopsi, untuk semua pasien jika
pada pemeriksaan feses dan darah hasilnya normal, yang bertujuan
untuk menyingkirkan kanker.
(b) Radiologi
(1) CT kolonografi, jika pasien tidak bisa atau tidak cocok menjalani
kolonoskopi
(2) Ultrasonografi abdomen atau CT scan, jika di curigai mengalami
penyakit bilier atau prankeas
(c) Pemeriksaan lanjutan
(1) Osmolalitas dan volume feses setelah 48 jam berpuasa akan
mengidentifikasi penyebab sekretorik dan osmotik dari diare.
(2) Pemeriksaan laksatif pada pasien-pasien yang dicurigai membutuhkan
sampel feses dan serologi (Emmanuel, 2014).
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan diare adalah sebagai
berikut:
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Sarpika Yena Amalia
NIM : 2018. C.10a.0985
Ruang Praktek : Ruang Keperawatan Anak
Tanggal Praktek : 03-11 juni 2021
Tanggal & Jam Pengkajian : 03 juni 2021, pukul 09.00 WIB
3.1 Pengkajian
I. Anamnesa
Pengkajian Tanggal 03-06-2021 Pukul 09:00
1. Identitas pasien
Nama Klien : An. Y
TTL : Palangkaraya , 13-09-2017 (18 Bulan )
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Dayak
Pendidikan :-
Alamat : Jln . Raden Saleh III
Diagnosa medis : Diare
2. Identitas penanggung jawab
Nama Klien : Ny. M
TTL : Banjarmasin 23-05-1982
Jenis kelamin : Perempuam
Agama : Islam
Suku : Dayak
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jln . Raden Saleh III
Hubungan keluarga : Ibu
3. Keluhan utama
Ibu pasien mengatakan anaknya Buang Air Besar ± 6 kali sehari dengan konsistensi
feses encer bewarna kuning
4. Riwayat kesehatan :
Ibu pasien mengatakan anaknya BAB ± 6 kali sehari dengan konsistensi feses encer
bewarna kuning, BAK ± 2 kali sehari warna kuning pekat yang di alami sejak 1
hari yang lalu, diselingi muntah-muntah 2 kali sejak 1 hari yang lalu, nafsu makan
klien menurun. Kemudian pasien langsung dibawa keluarga ke Puskesmas Menteng
dan langsung diberikan penanganan.
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien dibawa ke puskesmas
Riwayat kesehatan lalu
1) Riwayat prenatal : selalu rutin mengecek kehamilan
2) Riwayat natal : Tempat melahirkan di RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya
Lama dan jenis persalinan Ibu mengatakan persalinannya lama. Sehingga
dilakukan dengan cara operasi caesar
3) Riwayat postnatal : bayi lahir secara normal dengan BB ; 2800 g
TB: 45cm , Lahir spontan dan diberikan asi.
4) Penyakit sebelumnya : Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang
berat dan hanya pernah mengalami panas / demam.
5) Imunisasi
Jenis BCG DPT Polio campak Hepatitis TT
C C
KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Garis Keturunan
= Tinggal serumah
= Klien ( An. Y)
II. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum :
Pasien tampak terbaring lemah di tempat tidur,tampak cerewet dan rewel, kesadaran
compos mentis, dan S: 38,6 ºC.
2. Tanda vital
Suhu : 38,6 ˚C
Respirasi : 18 x/mnt
Keluhan lainnya :
Masalah keperawatan : Hipertemia
3. Kepala dan wajah
a. Ubun-ubun
Menutup ( ) Ya ( ) Tidak
Keadaan ( ) cembung ( ) cekung ( ) lain,lain…
Kelainan ( - ) Hidrocefalus ( - ) Microcephalus
Lain-lain tidak ada
b. Rambut
Warna : Hitam
Keadaan : Rontok ( ) Ya ( ) Tidak
Mudah dicabut ( ) Ya ( ) Tidak
Kusam ( ) Ya ( ) Tidak
Lain-lain tidak ada
c. Kepala
Keadaan kulit kepala : Bersih tidak ada lesi
Peradangan/benjolan : ( - ) Ada, sebutkan…………………
( - ) Tidak………………………….
Lain-lain : tidak ada
d. Mata
Bentuk : ( ) simetris ( ) tidak
Conjungtiva : Merah muda
Skelera : Putih
Reflek pupil : Isokor
Oedem Palpebra : ( ) Ya ( ) tidak
Ketajaman penglihatan : baik
Lain-lain : tidak ada
e. Telinga
Bentuk : ( ) Simetris( ) tidak
Serumen/secret : ( ) Ada ( ) tidak
Peradangan : ( ) Ada ( ) tidak
Ketajaman pendengaran : baik
Lain-lain : tidak ada
f. Hidung
Bentuk : ( ) Simetris ( ) tidak
Serumen/secret : ( ) Ada () tidak
Pasase udara :() ( ) tidak
Fungsi penciuman : …………………………
Lain-lain :
g. Mulut
Bibir : intak ( ) ya ( ) tidak
Stanosis ( ) ya ( ) tidak
Keadaan ( ) kering ( ) lembab
Palatum : ( ) keras ( ) lunak
h. Gigi
Carries : (-) ya, sebutkan…............ () tidak
Jumlah gigi : 13. 3 atas 10 bawah
Lain-lain : tidak ada.
4. Leher dan tengorokan
Bentuk : simetris
Reflek menelan : baik, tidak ada masalah saat menelan
Pembesaran tonsil : tidak ada pembesaran
Pembesaran vena jugularis: tidak ada pembesaran
Benjolan : tidak ada benjolan
Peradangan : tidak ada peradangan
Lain-lain : tidak ada
5. Dada
Bentuk : ( ) simetris ( ) tidak
Retraksi dada : ( ) ada ( ) tidak
Bunyi nafas : vesikuler
Tipe pernafasan : dada dan perut
Bunyi jantung : normal (lup-dup) s1-s2
Iktus cordis : tidak ada iktus cordis
Bunyi tambahan : tidak ada
Nyeri dada : tidak ada nyeri
Keadaan payudara : simetris
Lain-lain : tidak ada
6. Punggung
Bentuk : ( ) simetris ( ) tidak
Peradangan : ( - ) ada, sebutkan………….
Benjolan : ( - ) ada, sebutkan…………
Lain-lain : ……………………………
7. Abdomen
Bentuk : ( ) simetris ( ) tidak
Bising usus : 30x menit (meningkat)
Asites : ( ) ada ( ) tidak
Massa : (- ) ada, sebutkan……..
Hepatomegali : ( ) ada ( ) tidak
Spenomegali : ( ) ada ( ) tidak
Nyeri : ( ) ada, sebutkan………………….
Lain-lain : …………………………………….
8. Ektremitas
Pergerakan/ tonus otot :
Oedem : ( ) ada, sebutkan………… ( ) tidak
Sianosis : ( ) ada, sebutkan………… ( ) tidak
Clubbing finger : ( ) ada ( ) tidak
Keadaan kulit/turgor :
Lain-lain :
Keluhan lainnya :
9. Genetalia
a. Laki-laki
Kebersihan :…………………
Keadaan testis : ( ) lengkap ( ) tidak
Hipospadia : ( ) ada ( ) tidak
Epispadia : ( ) ada ( ) tidak
Lain-lain : tidak ada
b. Perempuan
Kebersihan : Bersih
Keadaan labia : ( ) lengkap ( ) tidak
Peradangan/ benjolan: …………………………
Menorhage :Usia………………….
Siklus………………..
Lain-lain : ………………………….
III. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
1. Gizi : 2n+8 = (2x 1,6)+8= 11,2 kg (Kemandirian
dalam bergaul : baik dapat bergaul dengan temannya
2. Motorik halus : Ambil manik-manik ditunjukkan
3. Motorik kasar : kemampuan Berlari
4. Kognitif dan bahasa : 2 Kata
5. Psikososial : malu dan ragu – ragu
IV. Pola Aktifitas sehari-hari
No Pola kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit
1 Nutrisi
a. Frekuensi 3 x sehari 2 x sehari
b. Nafsu 1 porsi habis 1 porsi tidak habis
makan/selera
c. Jenis makanan Nasi. Lauk pauk Bubur , lauk pauk
2 Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 3 x sehari 6x sehari
Konsistensi lunak
Encer
b. BAK
Frekuensi 3 x sehari menggunakan
± 2 x sehari
Konsistensi Popok
menggunakan
Popok
3 Istirahat/tidur
a. Siang/ jam 1-3 jam 1 jam
b. Malam/ jam 8 jam 6 jam
4 Personal hygiene
a. Mandi 3 x sehari Dilap dengan tissue
b. Oral hygiene basah 1 x sehari
Keluhan lainnya : tidak ada keluhan lainya
Masalah keperawatan : Resiko defisit nutrisi dan Diare
V. Data penunjang
Parameter Result unit Ref range
Wbc 8.55 x 10/Ul 4-00-12.00
Rbc 4.50 x 10.6/Ul 3-50 – 5.20
Hgbl 11.4 g/dl 12.0-16.0
Plt l 236x10.3 ul 150-400
PaO2 70 mmHg 75-100
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
DS : Virus, Parasit, Bakteri, Diare
Ibu pasien mengatakan
Mikroorganisme
anaknya BAB ± 6 kali
sehari dengan
konsistensi feses encer Infeksi pada sel
bewarna kuning sejak 1
hari yang lalu . Berkembang diusus
DO :
- Tampak pasien Hipersekresi air dan elektrolit
lemah
- Tampak nafsu
makan pasien Isi rongga usus berlebihan
menurun
- peristaltik 30
x/menit Diare
- Saat di
auskultasi bising
usus hiperaktif
- Membran
mukosa
kering
Diare
- Suhu : 38,6˚C
Frekuensi BAB meningkat
DS :
Ibu pasien mengatakan
anaknya sering Hilang cairan dan elektrolit
mengeluh haus berlebihan
DO :
- Tampak pasien
lemah Gangguan kesimbangan cairan Hipovolemia
- Tampak dan elektrolit
mata
pasien Dehidrasi
merah
dan Hipovolemia
cekung
- Membran
mukosa
kering
- Tampak
pasien
pucat,
- turgor
kulit
menurun
- akral
teraba
dingin
- Suhu : 38,6 ˚C
DS :
Ibu pasien mengatakan distensi abdomen
anaknya muntah-
muntah sebanyak 3 kali. Risiko Defisit Nutrisi
DO : mual muntah
- Tampak mata
pasien cekung
dan merah
- Membran nafsu makan menurun
mukosa pucat
- Penurunan berat
badan
BB sebelum Defisit nutrisi
sakit 11, 2kg
BB sesudah
sakit 11 kg
- Nadi teraba
lemah
- Makanan
Bubur saring
TTV
- Suhu : 38,6 ˚C
DS : Dehidrasi
Ibu pasien mengatakan
anaknya mengalami Hipertermia
demam Laju metabolisme
DO :
- Tampak pasien
lemah Suhu tubuh dan demam
- Tampak kulit meningkat
pasien merah
- Saat di sentuh
kulit pasien
terasa hangat Hipertermia
TTV
- Suhu : 38,6 ˚C
PRIORITAS MASALAH
2. Hipovolemia berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. 1. Untuk mengetahui tanda dan gejala
dengan kehilangan cairan keperawatan selama 1x7 jam frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, hipovolemia
aktif ditandai dengan diharapkan kesimbangan tekanan darah menurun, tekanan nadi 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pasien
cairan di dalam tubuh pasien menyempit, turgor kulit menurun, membrane untuk mengatur kesimbangan cairan
pasien sering mengeluh
haus, pasien lemah, mata terpenuhi mukosa kering) 3. Untuk mengetahui cairan yang diperlukan
pasien merah dan cekung Kriteria Hasil: 2. Memonitor intake dan ouput cairan tubuh
membran mukosa kering, 1. kekuatan nadi meningkat. 3. Hitung kebutuhan cairan 4. Agar tidak mengalami dehidrasi
(5) 4. anjurkan memperbanyak asupan cairan oral 5. Terapi cairan untuk memenuhi kesimbangan
pasien pucat, turgor kulit
5. Kolaborasi pemberian cairan. cairan yang diperlukan.
menurun, CRT kembali < 2. Turgor kulit meningkat.
2 detik, akral dingin, TTV (5)
Tekanan darah = 110/70 3. ouput urine meningkat.
mmhg, Nadi = 88 x/mnt, (5)
Suhu = 38,9 ˚, Respirasi : 4. berat badan meningkat.
18 x/mnt (1)
5. Perasaan lemah menurun.
(5)
6. keluhan haus menurun.
(5)
7. Frekuensi nadi membaik
(5)
8. Tekanan darah membaik
(5)
9. Tekanan nadi membaik
(5)
10.Membran mukosa
membaik (5)
Kamis, 03/06/2021 1. Memeriksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. S : Ibu pasien mengatakan anaknya keluhan merasa haus
12.00 WIB frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan mulai menurun
Diagnose 2 darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit O :
menurun, membrane mukosa kering, volume urin
- kekuatan nadi cukup meningkat . (4)
menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
- Turgor kulit cukup meningkat . (4)
2. Memonitor intake dan ouput cairan
- ouput urine meningkat. (5)
3. Mengitung kebutuhan cairan
- berat badan meningkat. (1)
4. Menganjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- Perasaan lemah menurun. (5)
seperti oralit atau larutan garam
- keluhan haus menurun. (5)
5. Berkolaborasi pemberian cairan oralit
- Frekuensi nadi membaik (5) Sarpika Yena
- Tekanan darah membaik (5) Amalia
- Tekanan nadi membaik (5)
- Membran mukosa sedang (3)
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Intervensi dilanjutkan 2,3,4,5
2. Memonitor intake dan ouput cairan
3. Mengitung kebutuhan cairan
4. Menganjurkan memperbanyak asupan cairan oral
seperti oralit atau larutan garam
1. Mengidentifikasi status nutrisi 5. Berkolaborasi pemberian cairan oralit
Kamis, 03/06/2021 2. Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
12.00 WIB 3. Memonitor berat badan S : Ibu pasien mengatakan muntah yang dialami anaknya
Diagnose 3 4. Memfasilitasi menentukan pedoman diet (mis.piramida
anaknya mulai berkurang.
makanan Bubur Saring
5. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan O :
jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan
- Porsi makanan yang dihabiskan Cukup meningkat.
(4)
- Perasaan cepat kenyang cukup menurun. (5)
- Nyeri abdomen menurun. (5)
- Berat badan indeks Massa Tubuh (IMT) membaik. Sarpika Yena
(5) Amalia
- Frekuensi makan membaik. (5)
- Nafsu makan membaik. (5)
- Bissing usus membaik. (5)
- Membran mukosa membaik. (5)
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi dihentikan
Dalam perencanaan keperawatan pada laporan asuhan keperawatan pada pasien dengan
dilakukan.diare Mengidentifikasi penyebab diare (mis. inflamasi gastrointestinal, iritasi
gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, proses infeksi, malabsorpsi, ansietas, stres, efek obat-
obatan, pemberian botol susu, Memonitor warna, volume, frekuensi, dan
Implementasi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah keperawatan
yang muncul pada kasus ini. Fasilitas yang berada di ruangan mendukung penulis dalam
melakukan tindakan-tindakan kepada pasien. Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir
dari proses keperawatan
4.2 Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan baik terhadap
penderita Diare . Oleh karena itu, perawat juga harus mampu berperan sebagai pendidik
dalam hal ini melakukan penyuluhan ataupun memberikan edukasi kepada pasien maupun
keluarga pasien terutama mengenai tanda-tanda, penanganan dan pencegahannya.
Daftar Pustaka
Ackley, B. J., Ladwig, G.B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing Diagnosis Handbook, An
Evidence-Based Guide to Planning Care. 11th Ed. St. Louis : Elsevier
Berman, A., Snyder, S., & Frandsen, G. (2015). Kozier & Erb’s Fundamentals Of Nursing :
Concept, Process, and Practice. 10th Ed. USA : Pearson Education Inc
Berman, A., Snyder, S., & Frandsen, G. (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals Of Nursing :
Concept, Process, and Practice. 10th Ed. USA : Pearson Education.
Bostick, J. E., Riggs, C.J., & Rantz, M. J. (2003). Quality Measurement in Nursing : An
Update of Where We are Now. J Nurs Care Qual. 18(2): 94-104
Delaune & Ladner (2011). Fundamental of nursing, standard and practices (4 th ed.). USA :
Delmar, Cengage Learning.
Potter & Perry. (2013). Fundamentals Of Nursing. 8th Ed. St. Louis, Missouri : Mosby
Elsevier
Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.Jakarta:
SalembaMedika.
Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan:Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional.Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.
Perry, P. &. (2009). Fundamental Keperawatan. Edisi7.Jakarta: Salemba Medika.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DIARE
DI SUSUN OLEH:
Sarpika Yena Amalia
2018.C.10a.0985
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
1. Topik
Pendidikan kesehatan tentang Diare pada An. Y dan Keluarga dengan diagnosa Diare
2. Sasaran
An. Y dan keluarga di Ruang Anak Di Puskesmas Menteng Palangka raya
3. Tujuan
Tujuan umum
adapun tujuan umum dari pendidikan kesehatan tentang Diare adalah :
setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan keluarga pasien An. Y di Ruang
Anak Puskesmas Menteng Palangka Raya. Dapat mengetahui tentang apa itu Diare
untuk mengurangi rasa cemas keluarga.
Tujuan khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 25 menit diharapkan keluarga pasien
An. Y di Ruang Anak Puskesmas Menteng Palangka Raya Dapat mengetahui dan
menerapkan :
1) Untuk mengetahui apa itu penyakit Diare
2) Untuk Mengetahui bagaimana penanganan Diare
4. Materi
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 25 menit diharapkan keluarga dan
pasien An. Y di Ruang Anak Puskesmas Menteng Palangka Raya dapat mengetahui
tentang :
1). Penyakit Diare
2). Penanganan Diare
5. Metode
Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan pendidikan kesehatan tentang Diare
1. Ceramah
Ceramah adalah pesan yang bertujuan memberikan nasehat dan petunjuk-petunjuk
sementara ada audiens yang bertindak sebagai pendengar
2. Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan lalu memberikan jawaban ataupun sebaliknya.
6. Media
Adapun media yang digunakan dalam kegiatan pendidikan kesehatan tentang
meliputi:
1). Leaflet
Leaflet merupakan bentuk publikasi singkat dalam bentuk selembaran yang berisi
informasi mengenai suatu hal atau peristiwa.
7. Waktu Pelaksanaan
1) Hari/tanggal : 11 Juni 2021
2) Pukul : 09.00 S/d selesai
3) Alokasi waktu : 25 menit
8. Tugas pengorganisasian
1) Moderator : Sarpika Yena Amalia
Moderator adalah orang yang bertindak sebagai penengah atau pemimpin sidang (rapat,
diskusi) yang menjadi pengarah pada acara pembicaraan atau pendiskusian masalah.
Tugas :
1. Membuka acara penyuluhan
2. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalannya diskusi
2) Penyaji : Sarpika Yena Amalia
Penyaji adalah menyajikan materi diskusi kepada peserta dan memberitahukan kepada
moderator agar moderator dapat memberi arahan selanjutnya kepada peserta-peserta
diskusinya.
Tugas :
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Mengucapkan salam penutup
3) Fasilitator : Sarpika Yena Amalia
Simulator adalah sebagai simulasi atau objek fisik benda nyata yang didemonstrasikan.
Tugas :
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir
3. Membuat dan megedarkan absen peserta penyuluhan
4. Membagikan konsumsi
4) Dokumentator : Sarpika Yena Amalia
Dokumentator adalah orang yang mendokumentasikan suatu kegiatan yang berkaitan
dengan foto, pengumpulan data, dan menyimpan kumpulan dokumen pada saat kegiatan
berlangsung agar dapat disimpan sebagai arsip.
Tugas :
1. Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan pendidikan kesehatan.
5) Notulen : Sarpika Yena Amalia
Notulen adalah sebutan tentang perjalanan suatu kegiatan penyuluhan, seminar,
diskusi, yang dimulai dari awal sampai akhir acara.Ditulis oleh seorang Notulis yang
mencatat seperti mencatat hal-hal penting, dan mencatat segala pertanyaan dari peserta
kegiatan.
Tugas :
1. Mencatat poin-poin penting pada saat penyuluhan berlangsung.
2. Mencatat pertanyaan-pertanyaan dari audience dalam kegiatan penyuluhan.
6) Simulator : Sarpika Yena Amalia
Simulator adalah sebagai simulasi atau objek fisik benda nyata yang didemonstrasikan.
Tugas :
1. Menyajikan cerita pendek
Denah Pelaksanaan
Setting Tempat:
Keterangan:
: Fasilitator
: Peserta
: Notulen
Materi Penyuluhan
1.1 Pengertian
Diare adalah suatu kondisi buang air besar yang tidak normal dimana buang air besar
>3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang encer/cair dapat disertai atau tanpa
disertai dengan darah atau lender yang merupakan akibat dari terjadinya proses implamasi
pada lambung atau usus (Wijayaningsih, 2014).
Diare adalah sebuah penyakit dimana penderita mengalami rangsangan buang air
besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air berlebihan.
Di dunia diare adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh
lebih dari 1,5 juta orang pertahun. Diare kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus
tetapi juga seringkali akibat dari racun bakteria. Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan
makanan mencukupi dan air tersedia, pasien yang sehat biasanya sembuh dari infeksi virus
umum dalam beberapa hari dan paling lama satu minggu. Namun untuk individu yang sakit
atau kurang gizi, diare dapat menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat mengancam-jiwa
bila tanpa perawatan (Wijayaningsih, 2015).
Dari beberapa definisi di atas maka penulis menyimpulkan definisi diare adalah
adalah suatu keadaan buang air besar (BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan
frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare
persisten terjadi selama ≥ 14 hari.
1.2 Etiologi
Menurut Haroen N. S, Suraatmaja dan P. O Asnil dalam Wijayaningsih (2013)
ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu
sebagai berikut:
a . Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
(misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalu asam), gangguan psikis
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri atau flata usus dan jamur
terutama canalida.
a. Faktor infeksi
2. Infeksi enternal
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus
(enteovirus, poliomyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dan
lain-lain, dan infeksi parasite: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides), protozoa
Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti Otitis Media Akut
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah dua tahun.
b. Faktor malabsorbsi
(intoleransi glukkosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada anak serta bayi yang paling
5) Protein.
6) Lemak.
f. Faktor psikologis
Ngastiyah (2014), mengatakan anak yang mengalami diare mula-mula akan cengeng,
gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang. BAB cair, mungkin disertai lendir
dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu.
Anus dan daerah sekitarnya akan lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin
asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak
diabsorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena
lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Jika
anak telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, serta mengalami gangguan asam basa
dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia, hipovolemia. Gejala dari
dehidrasi yang tampak yaitu berat badan turun, turgor kulit kembali sangat lambat, mata dan
ubun-ubun besar menjadi cekung, mukosa bibir kering.