Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS MINIMALISASI DEFECT WASTE DENGAN VALUE STREAM

MAPPING
(Studi Kasus di PT.X, Supplier PT.Philips Indonesia SIER)

DEFECT WASTE MINIMIZATION ANALYSIS THROUGH VALUE STREAM


MAPPING
(Case Study in PT. X, supplier of PT. Philips Indonesia SIER)

Muhammad Fariz1), Mochamad Choiri2), Agustina Eunike3)


TeknikIndustriUniversitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail: fariz_connector@yahoo.com1),
psti.choiri@yahoo.com2),agustina.eunike@gmail.com3)

Abstrak

Penelitian ini berupaya untukmengeliminasi waste yang terjadi pada PT. X (supplier PT. Philips
Indonesia SIER). Berdasarkanhasil interview dengan pihak PT. Philips Indonesia SIER diperoleh fakta
bahwa selama ini PT. X masih mengalami masalah berupa keterlambatan pengiriman LIW ke PT. Philips
Indonesia SIER. Setelah dilakukan pembicaraan dengan salah satu pihak dari PT. X, diperoleh informasi
bahwa perusahaan ini belum memiliki gambaran aliran produksi, sehingga membuat perusahaan belum
mengetahui jenis-jenis kegiatan yang tergolong defects waste didalam kegiatan produksi PT. X. Olehkarena
itu, peneliti merasa perlu untuk menerapkan konsep lean manufacturing dengan metode value stream
mapping di PT. X agar waste yang ada di PT. X dapat segera diminimalisasi.Pada penelitian ini, dilakukan
pengambilan data primer, yang berupa data cycle time, waktu kegiatan non-produktif, dan stasiun produksi
di PT. X, serta data sekunder, yang meliputi data change over time, persentase defect, uptime dan jumlah
mesin. Selanjutnya data-data tersebut digambarkan dalam sebuah aliran produksi yang menggambarkan
kondisi area produksi perusahaan dengan menggunakan value stream mapping, yang disebut dengan current
state map, selanjutnya dilakukan analisa terhadap kegiatan yang bersifat value added dan non-value added,
untuk kemudian dilakukan proses minimalisasi defect waste dengan memberikan rekomendasi perbaikan
yang sesuai dengan masalah utama yang dimiliki perusahaan, dan pada penelitian ini adalah minimalisasi
lead time. Hasil dari penelitian ini adalah berupa penyusunan tindakan perbaikan dengan menggunakan
continous improvement tools jidoka dan kanban, sehinggadiharapkan defect produk pada stasiun welding
process perusahaan akan turun. Dengan kondisi penurunan defect, maka lead time yang diperlukan untuk
memproduksi 1.000.000 pieces LIW normal typeadalah5,852 hari (dalam kondisi tidak maintenance) dan
6,066 hari (dalam kondisi maintenance)Dengan kondisi tersebut, makaPT. X dapat memenuhi lead time yang
telah ditetapkan oleh PT. Philips Indonesia SIER (5,852 hari < 7 hari).

Kata Kunci: Lean Manufacturing, Value Stream Mapping, Waktu Value Added, Waktu Non-Value Added,
Continous Improvement Tools

1. Pendahuluan (SIER), Surabaya. Perusahaan ini bekerjasama


PT. Philips Indonesia SIER merupakan dengan PT. Philips Indonesia SIER sebagai
perusahaan yang bergerak dalam produksi supplier LIW.LIW merupakan produk kawat
lampu. Dalam produksinya, PT. Philips lampu yang digunakan PT. Philips Indonesia
Indonesia SIER mempercayakan beberapa part SIER untuk produk lampu yang mereka
untuk dikerjakan oleh perusahaan lain dan produksi.Untuk tetap mempertahankan
menjadikan perusahaan tersebut sebagai statusnya sebagai supplier untuk PT. Philips,
supplier mereka. Dalam mempertahankan PT. X harus terus mempertahankan performansi
kualitas, PT. Philips membutuhkan kontrol dan menunjukkan bahwa yang dihasilkan
terhadap produk yang diproduksi supplier memiliki kualitas produk yang lebih baik
mereka agar kualitas pelanggan dapat selalu daripada para kompetitor.Dalam status sebagai
terpenuhi.PT. X merupakan salah supplier,dari hasil wawancara dengan pihak PT.
satuperusahaan yang bergerak di bidang Philips Indonesia SIER diperoleh fakta bahwa
produksi lead in wire (LIW) yang berlokasi di selama ini PT. X masih mengalamimasalah
daerah Surabaya Industrial Estate Rungkut berupa keterlambatan pengiriman LIW ke PT.

302
Philips Indonesia SIER. Permintaan LIW yang proses produksi. Value stream mapping dapat
diinginkan PT. Philips Indonesia SIER adalah membantu untuk membedakan mana proses
1.000.000 buah/minggu dengan lead time 7 yang memberikan nilai tambah (value added)
hari. Namun, PT. X terkadangmengalami dan yang tidak memberi tambah (non value
keterlambatan dalam hal pengiriman menjadi 8 added) pada proses produksi. Dengan
hari sampai9 hari untuk mengirimkan seluruh diketahuinya jenis kegiatan yang bersifat non
produk yang diinginkan PT. Philips Indonesia value added dalam perusahaan, maka
SIER. Adapun data order barang untuk perusahaan dapat meminimalisasi jenis kegiatan
1.000.000 pieces LIW normal typepadabulan tersebut dalam perusahaan sehingga dapat
desember dapat dilihat pada Tabel 1. dibuat rekomendasi perbaikan dalam
perusahaan dengan kegiatan non value added
Tabel 1 Data Order Barang LIW Normal Type pada seminimal mungkin.
Bulan November-Desember
Week Total Ordered Received
2. Metode Penelitian
Demand
(pieces) Metode penelitian yang digunakan dalam
44 1.000.000 03/11/2013 11/11/2013 penelitian ini adalah value stream mapping,
45 1.000.000 10/11/2013 18/11/2013 yaitu berupa penggambaran peta aliran produksi
46 1.000.000 17/11/2013 26/11/2013 dalam sebuah perusahaan.Penelitian ini
47 1.000.000 24/11/2013 02/12/2013 bertujuan untuk mengidentifikasi kegiatan yang
48 1.000.000 01/12/2013 08/12/2013 bersifat value added dan defectwaste yang
49 1.000.000 08/12/2013 16/12/2013 bersifat non value added yang terjadi dalam
50 1.000.000 15/12/2013 23/12/2013 kegiatan produksi perusahaan, dan kemudian
51 1.000.000 22/12/2013 31/12/2013 membuat strategi untuk meminimalisasi waste
tersebut dan memberi rekomendasi berupa
Hal ini dapat berpengaruh pada proses kebijakan baru di perusahaan terkait usaha
produksi di PT. Philips Indonesia SIER, yakni minimalisasi waste tersebut.Penelitian ini
kekurangan bahan baku di saat proses produksi diawali dengan menentukan family product,
sedang berlangsung. Keterlambatan tersebut yang merupakan product yang dianggap dapat
secara umum disebabkan karena adanya waste mewakili produk lain dengan proses yang sama.
di proses produksi PT. X. Waste secara umum Selanjutnya dilakukan standarisasi waktu untuk
merupakan segala sesuatu yang tidak berguna, menemukan waktu paling baik yang dibutuhkan
tidak memberi nilai tambah, dan tidak memiliki bagi tiap operator untuk menyelesaikan tiap
manfaat.Sedangkan apabila dikaitkan dengan proses, lalu dilakukan pembuatan current state
produksi, waste merupakan hal-hal yang value stream mapping, yang menggambarkan
melibatkan penggunaan material atau sumber kondisi pemetaan aliran produksi saat ini.
daya lainnya yang tidak sesuai dengan Setelah itu, dari current state map yang telah
standar.Wastedapat digolongkan menjadi 8 dibuat, dapat terlihat jenis kegiatan yang
(Hill, 2012), yakni waste of over production, bersifat non valueadded, yang merupakan
excessive motion, transportation, excess wasteyang terjadi selama proses produksi,
processing, waiting, defective product, untuk kemudian dilakukan cara-cara dengan
inventory, dan under unused human metode continous improvement tools untuk
potential.Setelah dilakukan pembicaraan melakukan continous improvement agar waste
dengan salah satu pihak dari PT. X, diperoleh tersebut dapat diminimalisir. Selanjutnya dari
informasi bahwa perusahaan ini belum hasil identifikasi itu dibuat future state map
memiliki gambaran aliran produksi,sehingga yangmenggambarkan rekomendasiproses
membuat perusahaan belum mengetahui jenis- produksi dalam meminimalisasi waste yang
jenis kegiatan yang tergolong defect waste telah diidentifikasi tersebut.
didalam kegiatan produksi PT. X. Oleh
karena itu, peneliti merasa perlu melakukan 3. Value Stream Mapping
usaha-usaha untuk mengidentifikasi dan Tahap-tahap value stream mapping untuk
mengeliminasi defect waste agar perusahaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
dapat menghemat sumber daya yang dimiliki 1. Pembuatan Current State Map,untuk
sehingga tercapai efisiensi. Value stream memetakan kondisi di lantai pabrik saat
mapping adalah sebuah alat pemetaan untuk ini, sehingga dapat mengidentifikasi
melihat aliran proses dan aliran informasi dalam pemborosan apa saja yang terjadi.

303
2. Pembuatan Future State Map sebagai menunjukkan kondisi perusahaan setelah
usulan rancangan perbaikan dari Current dilakukan tindakan perbaikan.
State Map yang ada. 3.2 Hasil dan Pembahasan
3.1 Penetapan Tujuan 3.2.1 Penentuan Family Product
3.1.1 Identifikasi Masalah Dalam produksinya, PT. X hanya
Identifikasi masalah pada penelitian ini memproduksi 3 type lead in wire yang
adalah: dibedakan atas LIW normal type, small lamp,
1. Belum teridentifikasinya jenis-jenis dan NAFTA lamp. Adapun spesifikasi dari
defectwaste di dalam kegiatan untuk produk LIW dapat dilihat pada tabel 2.
produksi PT. X. Dalam hal ini, PT. Philips Indonesia SIER
2. Dibutuhkan adanya value stream Indonesia hanya mengorder LIW normal type
mapping yang menggambarkan aliran kepada PT. X sehingga LIW normal type yang
dijadikan family product untuk pembuatan
produksi dari saat ini di PT. X.
current state value stream mapping ini.
3. Dibutuhkan adanya konsep yang
bersifat continous improvement untuk Tabel 2 Spesifikasi Produk PT. X
meminimalisir waste yang bersifat Diameter (mm)
defect waste pada kegiatan produksi Nama LIW Outer Dumet Inner Lead
di PT. X. Lead
3.1.2 Batasan Normal LIW 14 10 27
Batasan pada penelitian ini adalah: Small Lamp 12 10 25
1. Penelitian dilakukan pada value stream di NAFTA Lamp 16 10 27
proses produksi.
2. Penelitian yang dilakukan hanya sampai 3.2.2 Penentuan Value Stream Manager
tahap rekomendasi terhadap tindakan Penentuan value stream manager ini
perbaikan dan tidak melakukan bertujuan sebagai pihak yang dapat
implementasi terhadap tindakan bekerjasama baik dalam brainstorming
perbaikan yang diberikan. penentuan continous improvement tools yang
3. Pembuatan value stream mapping hanya akan dipakai untuk meminimalisasi waste,
dilakukan pada produk yang dipesan oleh maupun sebagai pihak penentu dapat dijalankan
pihak PT. Philips Indonesia SIER. atau tidaknya rekomendasi dari hasil perbaikan
4. Tidak memperhitungkan faktor biaya value stream mapping di dalam perusahaan.
yang dikeluarkan. Dari hasil interview dengan pihak perusahaan,
5. Wasteyang diteliti hanya difokuskan pada pihak perusahaan memilih Bpk.Rofiul Iksan
waste yang berjenis defects. dari departemen supplier quality assurance
6. Perhitungan cycle time hanya dilakukan (SQA) sebagai value stream manager dalam
pada aliran material pada lantai produksi. penelitian kali ini.
3.1.3 Tujuan 3.2.3 Perhitungan Cycle Time
Tujuan pada penelitian ini adalah: Dalam area produksi PT. X, terdapat 4
1. Mengetahui dampak adanya waste secara stasiun proses pada area produksi, yaitu welding
umum terhadap kegiatan produksi PT. X. process, vibration test process, sorting 100%
process dan packaging process.Pada
2. Membuat gambaran mengenai current
pengamatan langsung di area produksi PT. X,
state map perusahaan, dan menganalisa
dilakukan pengukuran untuk memperoleh cycle
total waktu yang bersifat value added
time tiap stasiun proses. Proses produksi pada
time maupun non-value added time
PT. X sudah bersifat otomatissehingga
dalam kegiatan produksi perusahaan
perhitungan cycle time perusahaan ini tidak
yang ada saat ini.
memerlukan perhitungan lagi untuk
3. Menganalisa system continous
memperoleh waktu standar.Adapun data hasil
improvement tools sebagai tindakan
pengamatan tiap stasiun proses dapat dilihat
perbaikan yang paling tepat untuk
pada Tabel 3 sampai dengan Tabel 7 (Santoso,
mengeliminasi jenis waste sesuai kondisi
2013).
yang terjadi dalam area produksi PT. X
4. Melakukan analisa terhadap tindakan
perbaikan yang dipilih, dan kemudian
menggambarkan future state map, yang

304
Tabel 3 Hasil Pengamatan Stasiun Welding Process
Pengamatan Output Produksi :
(unit/jam)
1 7.200
= ̅
(2)
2 7.198
3 7.199
4 7.199
Dari persamaan diatas, selanjutnya dilakukan
perhitungan dengan hasil sebagai berikut:
5 7.200
6 7.197
:
7 7.198
8 7.200
= ̅
= =
9 7.200
10 7.200
Tabel 5 Hasil Pengamatan Stasiun Sorting 100%
Rata-rata: 7.199
Process
Pengamatan Output Produksi
Dari hasil pengamatan yang telah diambil, (unit/jam)
selanjutnya dilakukan perhitungan untuk 1 115.200
menghitung cycle time pada stasiun welding 2 115.200
process ( , yang dapat pada
3 115.200
Persamaan (1). 4 115.200
5 115.200
:
6 115.200
7 115.200
= ̅
(1) 8 115.200
9 115.200
Dari persamaan diatas, selanjutnya dilakukan 10 115.200
perhitungan dengan hasil sebagai berikut: Rata-rata: 115.200

= Dari hasil pengamatan yang telah diambil,


selanjutnya dilakukan perhitungan untuk
=
menghitung cycle time pada stasiun sorting
Tabel 4 Hasil Pengamatan Stasiun Vibration Test 100% process , yang dapat pada
Process Persamaan (3).
Pengamatan Output Produksi
(unit/jam)
:
1 8.638
2 8.637
3 8.637 = ̅
(3)
4 8.640
5 8.640 Dari persamaan diatas, selanjutnya dilakukan
6 8.638 perhitungan dengan hasil sebagai berikut:
7 8.640
8 8.640
= ̅
=
9 8.640
10 8.640 =
Rata-rata: 8.639

Dari hasil pengamatan yang telah diambil,


selanjutnya dilakukan perhitungan untuk
menghitung cycle time pada stasiun vibration
test process , yang dapat pada
Persamaan (2).

305
Tabel 6 Hasil Pengamatan Stasiun Packaging = =
Process ( –( ))
Pengamatan Output Produksi
(botol/jam) b. Non-Value Added Time
1 400 Pada stasiun welding process, dilakukan juga
2 400 perhitungan untuk menghitung non-value added
3 400 uptime, yang dapat dilihat pada Persamaan (6).
4 400 Non-value added uptime: (6)
5 400 =
6 400
7 400 Dari persamaan diatas, selanjutnya dilakukan
8 400 perhitungan dengan hasil sebagai berikut:
9 400
10 400
Non-value added uptime =
Rata-rata: 400
= =
Dari hasil pengamatan yang telah diambil,
selanjutnya dilakukan perhitungan untuk Selain itu, dilakukan juga perhitungan untuk
menghitung cycle time pada stasiun packaging menghitung defect time welding process, yang
process , yang dapat pada dapat dilihat pada Persamaan (7).
Defect Time Welding Process (7)
Persamaan (4).
( –(( ) ))

-
= ̅
* 1000 (4)
Dari persamaan diatas, selanjutnya dilakukan
perhitungan dengan hasil sebagai berikut:
Dari persamaan diatas, selanjutnya dilakukan
perhitungan dengan hasil sebagai berikut:
Defect Time Welding Process

= ̅
* 1000 ( –(( ) ))

=( = - = -
( –( ))
= 20,42 – 17,361 = 3,059 Jam
3.2.4 Perhitungan Value Added Time dan
Non-Value Added Time
Perhitungan terhadap value added time Dengan ini, selanjutnya dilakukan perhitungan
dan non-value added time tiap stasiun proses untuk menghitung non value added welding
adalah sebagai berikut: process yang dapat dilihat pada
1. Stasiun Welding Process Persamaan (8).
a. Value Added Time : (8)
Pada stasiun welding process, dilakukan = NVA uptime +Defect Time +changeover time
perhitungan untuk menghitung value added
time welding process , yang dapat Dari persamaan diatas, selanjutnya dilakukan
dilihat pada Persamaan (5) perhitungan dengan hasil sebagai berikut:
(5)
= = NVA uptime +Defect Time +changeover time
( –( ))
= 4,2 jam + 3,059 jam + 1 jam = 8,259 jam
Dari persamaan diatas, selanjutnya dilakukan
perhitungan dengan hasil sebagai berikut: 2. Stasiun Vibration Test Process
a. Value Added Time
Pada stasiun welding process, dilakukan
=
( –(( ) )) perhitungan untuk menghitung value added

306
time vibration test process , Dari persamaan diatas, selanjutnya dilakukan
yang dapat dilihat pada Persamaan (9). perhitungan dengan hasil sebagai berikut:
: (9) Non-value added uptime
=( *( / ))/3600) = (100% - uptime) * *
= (100% - 95%) * 7 * 6= 2,1 jam
Dari persamaan diatas, selanjutnya dilakukan
perhitungan dengan hasil sebagai berikut: 4. Stasiun Packaging Process
=( *( / a. Value Added Time
))/3600)= (0,417*(100.000/4)/3600) Pada stasiun welding process, dilakukan
= 2,896 jam perhitungan untuk menghitung value added
time packaging process , yang
b. Non-Value Added Time dapat dilihat pada Persamaan (13).
Pada stasiun vibration test process, dilakukan (13)
juga perhitungan untuk menghitung non-value = ((Demand/ )
added time, dengan hanya mempertimbangkan
* )/3600
faktor non-value added uptime, yang dapat
dilihat pada Persamaan (10).
Non-value added uptime: (10) Dari persamaan diatas, selanjutnya dilakukan
= (100% - uptime) * * perhitungan dengan hasil sebagai berikut:

Dari persamaan diatas, selanjutnya dilakukan = ((Demand/ )


perhitungan dengan hasil sebagai berikut: * )/3600
= ((1.000.000/2)/1000)*9)/60 = 1,25 jam
Non-value added uptime
= (100% - uptime) * *
b. Non-Value Added Time
= (100% - 95%) * 7 * 6
Pada stasiun packaging process, dilakukan juga
= 2,1 jam perhitungan untuk menghitung non-value added
time, dengan hanya mempertimbangkan faktor
3. Stasiun Sorting 100% Process non-value added uptime, yang dapat dilihat
a. Value Added Time pada Persamaan (14).
Pada stasiun welding process, dilakukan Non-value added uptime: (14)
perhitungan untuk menghitung value added = (100% - uptime) * *
time sorting 100% process ,
= (100% - 95%) * 7 * 6
yang dapat dilihat pada Persamaan (11).
= 2,1 jam
: (11)
= (( *(Total Dari persamaan diatas, selanjutnya dilakukan
Demand/ ))/3600) perhitungan dengan hasil sebagai berikut:
Non-value added uptime
Dari persamaan diatas, selanjutnya dilakukan = (100% - uptime) * *
perhitungan dengan hasil sebagai berikut: = (100% - 95%) * 7 * 6 = 2,1 jam

= (( *(Total Selanjutnya penggambaran current


Demand/ ))/3600) state mapping LIW normal type PT.Xdapat
=((0,031*(1.000.000/2))/3600) =4,306 jam dilihat pada Gambar 1.

b. Non-Value Added Time 3.3 Analisis


Pada stasiun sorting 100% process, dilakukan 3.3.1 Analisis Value Added Time
juga perhitungan untuk menghitung non-value Dari hasil pengamatan pada area produksi,
added time, dengan hanya mempertimbangkan ternyata PT. X memiliki total 2 mesin pada
faktor non-value added uptime, yang dapat stasiun welding process yang selama ini hanya
dilihat pada Persamaan (12). digunakan untuk keperluan changeover dari
Non-value added uptime: (12) produksi satu tipe untuk diubah ke tipe lainnya.
= (100% - uptime) * * Apabila 2 mesin tersebut difungsikan, diperoleh
kesimpulan bahwa proses produksi akan

307
memakan waktu lebih cepat 4,08 jam (total Tabel 7 Total NVA tiap Stasiun Proses
value added time = 24,791 jam).
Stasiun Non- Defect Change Total NVA
3.3.2 Analisis Non-Value Added Time value Time over (jam)
Total non value added time untuk tiap stasiun added (jam) time
proses dan untuk keseluruhan proses dapat uptime (jam)
Welding 4,2 3,059 1 8,259
dilihat pada Tabel 7. vibration 2,1 0 0 2,1
test
sorting 2,1 0 0 2,1
100%
packaging 2,1 0 0 2,1
TOTAL 14,559 jam

Raw Material Finish Good


PPIC
Supplier Warehouse Warehouse
From
India

LT = 6
weeks
1 Hari

5 Hari
Welding Vibration Test Sorting 100% Packing

2656,25 s 521.25 s 34.5 s


C/T=0,5 detik C/T=0,417 detik C/T=0,031 detik C/T=9 detik
C/O= 3600 s C/O= 0 s C/O= 0 s C/O= 0 s PT.Philips Indonesia
Defect= 15% Defect= 0,005% Defect= 0,001% Defect= 0%
Uptime= 90% Uptime= 95% Uptime= 95% Uptime= 95%
8 Mesin 4 Mesin 2 Mesin 2 Mesin

20,42 jam 2,896 jam 4,306 jam 1,25 jam VA = 28,872 Jam

3,059 4,2 1 2,1 2,1 NVA = 14,559 Jam


2,1
jam jam jam jam jam
jam

Gambar 1 Current State Value Stream Mapping Proses Produksi PT.X

1. Penentuan Akar Permasalahan itu.Dari hasil diskusi disimpulkan bahwa


Dari hasil diperoleh hasil bahwa continous improvement tools yang tepat untuk
wastedefects menjadi jenis waste yang masalah ini adalah dengan menggunakan
difokuskan untuk dilakukan eliminasi waktu konsep jidoka.Alasan penggunaan jidoka untuk
pemborosan. Pemborosan dalam bentuk defects menangani masalah ini adalah:
di stasiun welding process ini kemudian dicari a. Defects merupakan jenis waste yang
akar penyebabnya dengan menggunakan tools 5 difokuskan untuk diminimalisasi dalam
why. Adapun tabel penentuan akar pengerjaan produk LIW normal type PT. X.
permasalahan dengan menggunakan tools 5 why b. Jidoka merupakan konsep yang sangat
dapat dilihat pada tabel 8. efektif dalam mengeliminasi waste dalam
2. Penyusunan Tindakan Perbaikan bentuk defects (Monden,2000).
Dari hasil penentuan akar permasalahan c. Pengeliminasian waste dengan
terlihat bahwa faktor defect merupakan faktor menggunakan jidoka besifat continous
terbesar dalam permasalahan di stasiun welding improvement sehingga dapat mengatasi
process PT,.X. Selain itu, terlihat bahwa waste secara terus-menerus hingga
penyebab barang defect yang terjadi pada PT. mencapai kesempurnaan (Monden,2000).
X, disebabkan karena adanya kesalahan
diameter bahan baku yang disambung. Dalam area produksi PT. X, semua proses
Berdasarkan hasil tersebut selanjutnya, produksinya menggunakan mesin, sehingga
dilakukan diskusi dengan value stream dalam hal ini, hal yang harus dilakukan untuk
manager untuk menentukan continous mencegah mesin welding process untuk
improvement tools dengan kondisi seperti menghasilkan produk defect adalah:

308
a. melakukan inspeksi awal sebelum awal dengan menggunakan mesin sorting
melakukan proses pembuatan produk 100% menunjukkan bahwa tingkat defect
keseluruhan di stasiun welding process. produk >3%, sehingga tingkat akurasi
Proses sorting 100% di dalam area di dalam pembentukan diameter outer leadLIW
area produksi PT. X melakukan inspeksi normal typemenjadi semakin membaik, dan
terhadap lead in wire sebelum dilakukan membuat diameter antara ujung yang satu
proses packagingdengan menggunakan dengan ujung yang lain pada bagian outer
sensor untuk menyesuaikan diameter dari lead LIW normal type akan menjadi sama.
LIW normal type yang telah dibuat di Selain penggunaan jidoka untuk stasiun
stasiun welding process. Dengan ini, maka welding Process, hasil diskusi dengan value
pencegahan komponen cacat pada stasiun stream manager juga menyimpulkan bahwa
welding process dapat dilakukan dengan dibutuhkan adanya sebuah sistem dalam area
menggabungkan mesin sorting 100% di produksi yang difungsikan untuk seluruh
dalam stasiun welding process, dimana pada stasiun produksi dan berfungsi sebagai sistem
awalnya akan dilakukan proses welding pada kendali dalam mewujudkan sistem produksi
mesin welding dengan jumlah tertentu, dan dengan waktu pengerjaan yang efisien.
selanjunya langsung dilakukan proses Selanjutnya dari hasil diskusi dengan value
inspeksi dengan menggunakan mesin sorting stream manager diambil kesimpulan bahwa
100% dan tingkat toleransi defect sebesar metode kanban merupakan metode yang paling
3%. Nantinya, apabila dari hasil memenuhi untuk kondisi ini.Alasan pemilihan
pemeriksaan beberapa produk dari mesin kanban sebagai metode yang tepat adalah:
welding dengan mesin sorting 100% a. Kanban diterapkan secara sistematis di
diperoleh hasil bahwa produk dari mesin seluruh stasiun proses (Monden, 2000).
welding bersifat yang defectberjumlah b. Kanban bertujuan menciptakan just in time
dari seluruh produk yang dihasilkan, maka pada sebuah sistem produksi (Monden,
operator akan menghentikan proses produksi 2000).
pada saat itu untuk dilakukan perbaikan
pada mesin welding, sehingga Selanjutnya, dilakukan perancangan
menghindarkan mesin welding process kartu kanban yang terdiri atas kanban penarikan
untuk membuat produk LIW normal type dan kanban perintah produksi. Kartu kanban
lainnya yang bersifat defect yang terlalu penarikan dan kanban perintah produksi ini
besar untuk dilanjutkan ke stasiun dibuat dengan format yang sama agar dapat
berikutnya. digunakan di seluruh proses produksi
b. Penggantian tools pembentuk outer lead pembuatan LIW normal type. Adapun format
LIW normal type pada stasiunwelding kartu kanban penarikan dapat dilihat pada
process apabila hasil inspeksi tidak Gambar 2. Sedangkan format kartu kanban
memenuhi syarat.Dari hasil penentuan akar perintah produksi dapat dilihat pada Gambar 3.
permasalahan, ditemukan fakta bahwa faktor Selain itu, diperlukan sebuah langkah-
yang menyebabkan barang defect di stasiun langkah dalam pengimplementasian tindakan
welding process adalah disebabkan adanya perbaikan didalam perusahaan agar penyusunan
sambungan bahan baku di bagian tengah tindakan perbaikan yang telah disusun dapat
spool yang terdapat dibagian ujung dari berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
outer lead. Hal ini dapat disebabkan karena Perubahan ini melibatkan manajemen puncak
tools pembentuk outer leadLIW normal type dan semua karyawan dalam perusahaan untuk
pada mesin welding sudah lama tidak mencapai keunggulan kompetitif di pasar
diganti, sehingga membuat tingkat akurasi global. Dalam melakukan implementasi ada
pembentukan diameter outer lead LIW beberapa tindakan persiapan yang perlu
normal typemenjadi sangat rendah dan dilakukan, antara lain:
membuat diameter antara ujung yang satu  Pembentukan tim pengawas kebijakan
dengan ujung yang lain pada mesin welding future state map.
menjadi berbeda. Dari hasil analisa ini maka  Melakukan perbaikan perancangan dan
diperlukanpenggantian terhadap alat pengendalian produksi.
pembentuk outer lead LIW normal typepada  Perbaikan Prosedur Kerja.
mesin weldingyang nantinya akan dilakukan  Melakukan training secara berkala kepada
oleh operator apabila dari hasil inspeksi karyawan.

309
 Penetapan komitmen perusahaan. rekapitulasi non-value added time dapat dilihat
 Melakukan peninjauan kembali terhadap pada Tabel 10 dan 11.
kebijakan lean secara berkala Setelah dilakukan perhitungan lead
time setelah adanya tindakan perbaikan,
Selanjutnya dilakukan rekapitulasi selanjutnya dilakukan penggambaran future
mengenai perbandingan value added time dan state value stream mapping yang
non-value added time sebelum tindakan menggambarkan value stream mapping setelah
perbaikan dan setelah tindakan perbaikan. dilakukan perbaikan.Adapun future state value
Adapun hasil rekapitulasi value added time stream mapping dapat dilihat pada Gambar 4.
dapat dilihat pada Tabel 9, sedangkan hasil

Tabel 8 Penentuan Akar Permasalahan dengan Menggunakan Tools 5 Why


Permasalahan: Adanya Pemborosan dalam Bentuk Defective Productdi stasiun welding process

1. Why? Adanya produk yang mengalami cacat dalam bentuk unproper welding, bending, dan less quantity
2. Why? Bagian outer lead pada LIW normal type tidak sesuai dengan spesifikasi (out of spesification)
3. Why? kesalahan diameter bahan baku yang disambung
4. Why? diameter bahan baku outer lead di bagian tengah spool berbeda dengan yang diujung
5. Why? ada sambungan bahan baku di bagian tengah spool

Gambar 2 Format Kanban Penarikan

Gambar 3 Format Kanban Perintah Produksi

310
Tabel 9 Perbandingan TVA Sebelum dan Setelah Tindakan Perbaikan
Value Added Time Value Added Time
Sebelum Tindakan Perbaikan Setelah Tindakan Perbaikan
Stasiun Proses (jam) (jam)
Welding process 20,42 17,89
Vibration test process 2,896 2,896
Sorting 100% process 4,306 0
Packaging process 1,25 1,25

Tabel 10 TNVA Time Sebelum Tindakan Perbaikan


Sebelum Tindakan Perbaikan (jam)
Non-value added Changeover
Stasiun Proses uptime Defect Time time
Welding process 4,2 3,059 1
Vibration test process 2,1 0 0
Sorting 100% process 2,1 0 0
Packaging process 2,1 0 0

Tabel 11 TNVA Time Setelah Tindakan Perbaikan


Sebelum Tindakan Perbaikan (jam)
Non-value
added
Stasiun Proses uptime Defect Time Changeover time Inspeksi awal
Welding process 4,2 0,53 1 1,5
Vibration test process 2,1 0 0 0
Sorting 100% process 0 0 0 0
Packaging process 2,1 0 0 0

Raw Material Finish Good


PPIC
Supplier Warehouse Warehouse
From
India

LT = 6
weeks
1 Hari

5 Hari
Welding Vibration Test Packing

2656,25 s 521.25 s
C/T=0,5 detik C/T=0,417 detik C/T=9 detik
C/O=3600 s C/O= 0 s C/O= 0 s PT.Philips Indonesia
Defect= 15% Defect= 0,005% Defect= 0%
Uptime= 90% Uptime= 95% Uptime= 95%
10 mesin 4 Operator 2 Operator

1 1

17,36 jam 2,896 jam 1,25 jam VA = 21,506 Jam

NVA = 11,43 Jam


2,1
5,7 1 2,1
0,53 jam jam
jam jam jam

Gambar 4 Future State Value Stream Mapping PT. X

311
4 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah mengeliminasi jenis waste dengan kondisi
sebagai berikut: seperti ini adalah dengan menggunakan
1. Pemborosan yang terjadi didalam area jidoka. Selain itu, hasil juga
produksi PT. X secara garis besar menyimpulkan bahwa dibutuhkan juga
berdampak pada semakin lamanya adanya penerapan continous improvement
production lead time yang diperlukan oleh tools kanban di area produksi PT. X
PT. X dalam memproduksi 1.000.000 4. Dari hasil penyusunan tindakan perbaikan
pieces lead in wire (LIW) yang dengan menggunakan jidoka dan kanban,
menyebabkan seringnya keterlambatan maka diharapkan defect produk pada
pengiriman LIW tersebut ke PT. Philips stasiun welding process perusahaan akan
Indonesia SIER. turun. Dengan kondisi penurunan defect,
2. Hasil dari analisa value added time dan maka lead time yang diperlukan untuk
non-value added time pada current state memproduksi 1.000.000 pieces LIW
map yang telah dibuat pada area produksi normal type 5,852 hari (dalam kondisi
PT. X menunjukkan bahwa lead time yang tidak maintenance) dan 6,066 hari (dalam
diperlukan untuk memproduksi 1.000.000 kondisi maintenance) sehingga dengan
pieces LIW adalah selama 7,456 hari. kondisi ini pada area produksi LIWnormal
Dengan ini, lead time yang diperlukan type, membuat PT. X dapat memenuhi lead
untuk memproduksi 1.000.000 LIW time yang telah ditetapkan oleh PT. Philips
dengan kondisi yang ada saat ini, masih Indonesia SIER (5,852 hari < 7 hari).
belum memenuhi lead time yang
diinginkan oleh PT. Philips Indonesia Daftar Pustaka
SIER (7,456 hari > 7 hari) sehingga Hill V, Arthur (2012). The Encyclopedia of
memerlukan perbaikan didalam proses Operations Management. http:// longfiles.com
produksi dalam PT. X. /5yebw7tq8qjh/0132883708Operation_Manage.
3. Dari analisis diperoleh hasil bahwa defects pdf.html (diakses 24 mei 2014).
merupakan jenis waste yang difokuskan
untuk diminimalisir dalam stasiun Monden, Yasuhiro. (2000). Sistem Produksi
weldingdalam area produksi PT. X, yakni Toyota.Jakarta : PPM dengan Yayasan Toyota
sebesar 3,059 jam. Dengan kondisi ini, & Astra.
maka hasil brainstorming menyimpulkan Santoso, Djoko. (2013). Lean
bahwa penerapan continous improvement Overview.Sidoarjo: PT. Philips Indonesia
tools yang paling memenuhi untuk

312

Anda mungkin juga menyukai