Anda di halaman 1dari 5

Nama: Risma

Nim: C30118095
Kelas: Ak 3/C
Tugas: AUDIT

A. Pengertian Materialitas
            Materialitas mendasari penerapan standar auditing, terutama yang berkaitan dengan
penerapan standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan, serta tercermin dalam laporan
auditor bentuk baku. Materialitas dan risiko sangat fundamental bagi perencanaan audit dan
perancangan pendekatan audit. Risiko audit dan materialitas , bersama dengan hal-hal lain, perlu
dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit serta dalam
mengevaluasi hasil prosedur.
1. Konsep Materialitas
            Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal, baik secara individual atau
keseluruha, adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Sedangkan beberapa hal lainnya adalah tidak
penting. Auditor mengikuti lima langkah yang saling terkait erat dalam menerapkan materialitas.
Istilah kekeliruan berarti salah saji atau penghilangan yang tidak disengaja jumlah atau
pengungkapan dalam laporan keuangan. Kekeliruan mencakup:
a.       Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang menjadi sumber penyusunan
laporan keuangan.
b.      Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari kecerobohan atau salah tafsir
fakta.
c.      Kekeliruan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi,
cara penyajian, atau pengungkapan.
Dalam laporan audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan
(guarantee) bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan
auditan adalah akurat.
2. Pentingnya Konsep Materialitas Dalam Audit Atas Laporan Keuangan
            Dalam audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan bagi klien
atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan auditan adalah akurat
karena auditor yang bersangkutan tidak memeriksa setiap transaksi yang terjadi dalam tahun
yang diaudit dan tidak dapat menentukan apakah semua transaksi yang terjadi telah dicatat,
diringkas, digolongkan, dan dikompilasi secara semestinya ke dalam laporan keuangan. Oleh
karena itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan (assurance)
sebagai berikut:

1. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam


laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan
dikompilasi.
2. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit
kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan
keuangan auditan.
3. Auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk pendapat (atau memberikan
informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai
keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena
kekeliruan dan ketidakberesan.
            Dengan demikian ada dua konsep yang mendasari keyakinan yang diberikan oleh auditor
yaitu: konsep materialitas yang menunjukkan seberapa besar salah sajinya dan konsep risiko
audit yang menunjukkan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas
laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
3. Menetapkan Pertimbangan Awal Materialita
            Pertimbangan pendahuluan tentang materialitas adalah jumlah maksimum yang membuat
auditor yakin bahwa laporan keuangan akan salah saji tetapi tidak mempengaruhi keputusan para
pemakai yang bijaksana. Auditor menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas
untuk membantu merencanakan pengumpulan bukti yang tepat. Semakin rendah nilai uang
pertimbangan pendahuluan ini, semakin banyak bukti audit yang dibutuhkan. Selama
pelaksanaan audit, auditor sering kali mengubah pertimbangan pendahuluan tentang materialitas.
B. Pengertian Risiko Audit
            Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit. Menurut SA
Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit, risiko audit adalah risiko
yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana
mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti
auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia untuk
menanggungnya.

1. Risiko Audit Pada Tingkat Laporan Keuangan Dan Tingkat Saldo Akun
           Kenyataan bahwa auditor tidak dapat memberikan jaminan tentang ketepatan informasi
yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan mengharuskan auditor mempertimbangkan
baik materialitas maupun risiko audit, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya
sebagaimana mestinya, atau suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.
Risiko audit, seperti materialitas, dibagi menjadi dua bagian :
  a.    Risiko Audit Keseluruhan (Overall Audit Risk)
Pada tahap perencanaan auditnya, auditor pertama kali harus menentukan risiko audit
keseluruhan yang direncanakan, yang merupakan besarnya risiko yang dapat ditanggung oleh
auditor dalam menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar, padahal
kenyataannya, laporan keuangan tersebut berisi salah saji material.
  b.         Risiko Audit Individual
Karena audit mencakup pemeriksaan terhadap akun-akun secara individual, risiko audit
keseluruhan harus dialokasikan kepaada akun-akun yang berkaitan. Risiko audit individual perlu
ditentukan untuk setiap akun karena akun tertentu seringkali sangat penting karena besar
saldonya atau frekuensi transaksi perubahan.

2. Model Resiko Audit


a. Risiko penemuan yang direncanakan ( Planned Detection Risk )

Yaitu bahwa bahan bukti yang dikumpulkan dalam segmen gagal menemukan salah saji
yang melewati jumlah yang dapat ditoleransi, kalau salah saji semacam itu timbul.

b. Risiko Bawaan ( Inherent Risk )


Penetapan auditor akan kemungkinan adanya salah saji dalam segmen audit yang
melewati batas toleransi, sebelum memperhitungkan faktor efektifitas pengendalian intern.

c. Risiko pengendalian ( Control Risk )

Yaitu ukuran penetapan auditor akan kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji) dalam
segmen audit yang melewati batas toleransi, yang tak terdeteksi atau tercegah oleh SPI klien.

d. Risiko audit yang dapat diterima ( Acceptable Audit Risk )

Yaitu ukuran ketersediaan auditor untuk menerima bahwa L/K salah saji secara material
walaupun audit telah selesai dan pendapat WTP telah diberikan. Bersifat subyektif.

3. Hubungan Antara Materialitas, Risiko, Audit, Bukti Audit


            Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit, dan risiko audit
digambarkan sebagai berikut :

1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat meterialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti
audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh salah
satu dari tiga cara berikut ini :
a.  Menambah tingkat materialiras, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit yang
dikumpulkan.
b. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas tetap
dipertahankan.
c.  Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara
bersama-sama.

C. Strategi Audit Awal


Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam :

1. Pendekatan Terutama Substantif.


 Dalam strategi audit ini, auditor mengumpulkan semua atau hampir semua bukti audit
dengan menggunakan pengujian substantif dan auditor sedikit meletakkan kepercayaan atau
tidak mempercayai pengendalian intern. Pada dasarnya ada tiga alasan mengapa auditor
menggunakan pendekatan ini :
a.     Hanya terdapat sedikit ( jika ada ) kebijakan atau prosedur pengendalian intern yang relevan
dengan perikatan audit atas laporan keuangan.
b.     Kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang berkaitan dengan asersi untuk akun dan
golongan transaksi signifikan tidak efektif.
c.      Peletakkan kepercayaan besar terhadap pengujian substantive lebih efisien untuk asersi
tertentu.

2.     Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah. 


Dalam pendekatan ini, auditor meletakkan kepercayaan moderat atau pada tingkat
kepercayaan penuh terhadap pengendalian, dan sebagai akibatnya auditor hanya melaksanakan
sedikit pengujian substantif.

Anda mungkin juga menyukai