SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG 2021 SOP GAGAL GINJAL AKUT
No. Dokumen No. Revisi Halaman
STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh OPERASIONAL Ketua STIKES Karya Husada Semarang PROSEDUR
Dr. Ns. Fery Agusman MM,
M.Kep,Sp.Kom PENGERTIAN Penurunan fungsi ginjal yang mendadak, ditandai peningkatan kreatinin progresif 0,5 mg/dl per hari dan peningkatan ureum 10-20 mg/dl per hari. Pasien tampak lemah, pucat, edema, produksi urin dapat berkurang (oliguri <1ml/kg/jam), hematuria, hipertensi, sesak nafas. Komplikasi: edema paru, gagal jantung, ensefalopati hipertensi, perdarahan saluran cerna, gangguan kesadaran. Angka kematian tergantung penyakit primer yang mendasari. TUJUAN Mencapai tingkat kesembuhan maksimal dan mencegah komplikasi. KEBIJAKAN Dialisis ginjal pada gagal ginjal akut terutama dalam lingkup perawatan intensif, pasien dengan penyakit berat seperti sepsis, gagal jantung, dan usia lanjut. PETUGAS Perawat PERALATAN Alat tulis dan dokumentasi Pemeriksaan penunjang: Foto toraks, EKG, USG urologi PROSEDUR A. Tahap Orientasi PELAKSANAAN 1. Mengucapkan salam 2. Memperkenalkan diri/Menanyakan nama pasien 3. Kontrak waktu 4. Menjelaskan tujuan tindakan 5. Menjelaskan langkah dan prosedur 6. Menanyakan kesiapan pasien B. Tahap Kerja 1. Anamnesis: Lemah, anemis, edema, oliguri, hematuria, sesak nafas, kejang. Riwayat penyakit yang mendasari: GGA prarenal: hipovolemia, penurunan curha jantung, perubahan rasio resistensi vascular ginjal sistemik, hipoperfusi ginjal dengan gangguan autoregulasi ginjal GGA renal: obstruksi renovaskular, penyakit glomelurus atau mikrovaskular ginjal, nekrosis tubular akut, nefritis interstitialis, obstruksi dan deposisi intratubular GGA pascarenal: obstruksi ureter, obstruksi leher kandung kemih, obstruksi uretra 2. Pemeriksaan fisik: pernafasan Kussmaul, edema, hipertensi, dan tanda overload cairan seperti edema paru, gagal jantung, dan ensefalopati hipertensi, perdarahan saluran cerna. 3. Pemeriksaan laboratorium: darah perifer lengkap, kimiawi darah: ureum, kreatinin, albumin, protein total, urinalisis. 4. Pemeriksaan penunjang: Foto toraks, EKG, USG urologi. 5. Penatalaksanaan: a. Diet ginjal: cukup kalori, rendah garam dan protein. b. Terapi penyakit primer. c. Antibiotika bila ada infeksi (dosis disesuaikan fungsi ginjal) d. Koreksi gangguan cairan dan elektrolit e. Diuretik untuk memacu diuresis: furosemid 1-2 mg/kg/12 jam, dosis maksimal 10 mg/kg/kali f. Natrium bikarbonat 1-3 mEq/kg/hari bila ada asidosis metabolic g. Dapat dipertimbangkan dialisis peritoneal / hemodialysis Penanganan AKI Pra Renal: Komposisi cairan kemih dan gastrointestinal dapat sangat bervariasi namun biasanya hipotonik. Cairan hipotonik (misalnya saline 0,45%) biasanya direkomendasikan sebagai pengganti awal pada pasien dengan AKI prerenal akibat meningkatnya kehilangan cairan kemih atau gastrointestinal, walaupun salin isotonik mungkin lebih tepat dalam penanganan kasus yang berat. Terapi berikutnya harus didasarkan pada pengukuran volume dan kandungan ionik cairan yang diekskresikan. Kalium serum dan status asam-basa harus dimonitor dengan hati-hati. Penangan AKI Instrinsik Renal: Penanganan AKI intrinsik seperti glomerulonefritis akut atau vaskulitis dapat merespon pemberian glukokortikoid, alkylating agen, dan / plasmapheresis, tergantung kelainan patologi primer. Penanganan AKI Pasca Renal: Obstruksi ureter awalnya dapat ditangani dengan kateterisasi perkutan dari pelvis ginjal. Kelainan yang menghambat saluran kemih seringkali dapat diterapi perkutan (misalnya kalkulus, sloughed papilla) atau dilewati oleh penyisipan stent ureter (misalnya pada karsinoma). C. Tahap Terminasi 1. Melakukan evaluasi 2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 3. Dokumentasi tindakan 4. Berpamitan DOKUMEN TERKAIT Sudhana, I. W. (2016). Etiopatogenesis Diagnostik Dan Penanganan Pasien Acute Kidney Injury. Pkb Ilmu Penyakit Dalam Xxiv, 1-17.