Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Kelistrikan merupakan sesuatu yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan biasanya
kita tidak terlalu banyak memikirkan hal tersebut. Pengamatan terhadap gaya tarik listrik dapat
ditelusuri sampai pada zaman Yunani kuno. Orang-orang yunani kuno telah mengamati bahwa
setelah batu amber digosok, batu tersebut akan menarik benda kecil seperti jerami atau bulu.
Sedangkan kata Listrik itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu electron. 

Kelistrikan memegang peranan penting dalam bidang kedokteran. Ada dua aspek dalam bidang
kedokteran yaitu listrik dan magnet yang timbul dalam tubuh manusia, serta penggunaan listrik
dan magnet pada permukaan tubuh manusia. Nah, listrik yang ada pada tubuh kita disebut
dengan Biolistrik atau sering diartikan sebagai listrik yang terdapat pada makhluk hidup, yang
mana berasal dari kata bio berarti makhluk hidup dan kata listrik.

Makalah ini membahas tentang sinyal listrik yang dihasilkan oleh tubuh. Listrik yang dihasilkan
di dalam tubuh berfungsi mengendalikan dan mengoperasikan saraf, otot, dan berbagai organ.
Pada dasarnya, semua fungsi dan aktivitas tubuh sedikit banyak melibatkan listrik. Gaya-gaya
yang ditimbulkan oleh otot disebabkan tarik-menarik antara muatan listrik yang berbeda. Kerja
Otot, otak dan jantung pada dasarnya bersifat elektrik (listrik). Sistem saraf berperan penting
pada hampir semua fungsi tubuh. Otak, yang pada dasarnya adalah suatu komputer sentral,
menerima sinyal eksternal dan internal dan (biasanya) menghasilkan respons yang sesuai.
Informasi disalurkan sebagai sinyal listrik di sepanjang saraf-saraf. Saat kita menjalankan
fungsi-fungsi khusus tubuh, banyak sinyal listrik yang dihasilkan. Sinyal-sinyal ini dihasilkan
dari proses elektrokimiawi tertentu.Oleh karena itu maka makalah ini akan membahas sebagian
dari sinyal-sinyal listrik dalam tubuh yaitu mengenai sistem saraf dan neuron, sinyal listrik dari
otot dan jantung serta potensial listrik saraf.

1
1.2    Rumusan Masalah

Adapun rumusan  masalah dalam  makalah ini diantaranya adalah sebagai berikut :

1.         Bagaimana awal mula ditemukan biolistrik serta pengertian biolistrik?

2.         Apa saja bagian-bagian dari sistem saraf beserta dengan fungsinya ?

3.         Sebutkan bagian-bagian dari neuron serta fungsinya ?

4.         Sebutkan macam-macam neuron ?

5.        Jelaskan mengenai sistem kerja potensial aksi saraf ?

6.        Jelaskan mengenai sistem kerja potensial istirahat saraf ?

7.        Bagaimana sinyal listrik dari otot (Elektromiogram)?

8.         Bagaimana sinyal  listrik dari jantung (Elektrokardiogram) ?

1.3   Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut:

1.      Dapat mengetahui asal mula dan pengertian dari biolistrik.

2.      Mengetahui apa saja bagian-bagian dari sistem saraf serta fungsinya.

3.      Dapat menyebutkan bagian-bagian neuron dan fungsinya

2
4.      Dapat menyebutkan macam-macam neuron

5.      Menjelaskan kerja potensial aksi saraf

6.      Dapat menjelaskan kerja potensial istirahat saraf

7.      Mengetahui bagaimana sinyal listrik dari otot dan sinyal listrik dari jantung.

1.4  Manfaat Penulisan

Dalam penulisan makalah, Dengan selesainya penulisan makalah ini serta pembahasan makalah
ini diharapkan mempunyai manfaat bagi pribadi maupun rekan-rekan mahasiswa

1. Menambah ilmu dan wawasan penulis khususnya, pembaca pada umumnya mengenai
kelistrikan dalam tubuh.

2. Sebagai penambah bahan acuan bagi kita sebagai calon guru Fisika dalam memberikan materi
pelajaran.

1.5    Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan materi pembahasan dengan mencari ke
media internet dan sumber dari buku. Kemudian dari berbagai sumber tersebut dirangkum
dengan memperhat ikan materi yang dibahas dalam makalah ini.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1    Kelistrikan di dalam tubuh (Biolistrik)

 Pengertian Biolistrik

Biolistrik adalah daya listrik hidup yang terdiri dari pancaran elektron-elektron yang keluar dari
setiap titik tubuh (titik energi) dan muncul akibat adanya rangsangan penginderaan. Pikiran kita
terdiri dari daya listrik hidup, semua daya ini berkumpul didalam pusat akal didalam otak dalam
bentuk potensi daya listrik. Dari pusat akal, daya ini kemudian diarahkan ke seluruh anggota

4
tubuh kita, yang kemudian bergerak oleh perangsangnya. Potensi daya listrik hidup ini, yang
tertimbun didalam pusat akal harus di tuntut oleh sesuatu supaya mengalir untuk mengadakan
gerakan tubuh kita atau bagian-bagian tubuh lainnya.

Biolistrik merupakan energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber dari ATP (Adenosine
Tri Posphate),  dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu energi yang bernama mitchondria
melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga merupakan fenomena sel. Sel-sel mampu
menghasilkan potensial listrik yang merupakan lapisan tipis muatan positif pada permukaan luar
dan lapisan tipis muatan negative pada permukaan dalam bidang batas/membran. Kemampuan
sel syaraf (neurons) menghantarkan isyarat biolistrik sangat penting.Transmisi sinyal biolistrik
(TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan Dendries yang berfungsi mentransmsikan isyarat
dari sensor ke neuron. Aktifitasi bolistrik pada suatu otot dapat menyebar ke seluruh tubuh
seperti gelombang pada permukaan air.

o Hukum dalam Biolistrik

Ada dua hukum dalam biolistrik, yaitu : Hukum Ohm dan Hukum Joule.

Hukum Ohm menyatakan bahwa :

“Perbedaan potensial antara ujung konduktor berbanding langsung dengan arus yang melewati,
dan berbanding terbalik dengan tahanan dari konduktor”.

Rumusnya yaitu : R ꞊ V/I

Dimana, R : hambatan (Ω), I : kuat arus (ampere), V : tegangan (Volt).

Hukum joule menyatakan bahwa :

“Arus listrik yang melewati konduktor dengan beda potensial (V), dalam waktu tertentu akan
menimbulkan panas”.

Rumusnya yaitu : Q =V I t

Dimana, Q : energi panas yang ditimbulkan (joule), V : tegangan (Volt), I : arus (A), t : waktu
lamanya arus mengalir (second).

5
2.2   Sistem saraf dan Neuron

 SISTEM SARAF

Sistem saraf merupakan salah satu bagian dari sistem koordinasi dan mengatur aktivitas tubuh
melalui rangsangan listrik. Komponen sistem saraf terdiri dari sel saraf (neuron), sistem saraf
pusat, dan sistem saraf tepi

6
Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup cepat tanggap terhadap perubahanyang terjadi di
lingkungan luar maupun di dalam. Dalam menanggapi rangsangan, terdapat tiga komponen yang
dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:

Adapun bagian-bagian dari sistem saraf di bagi menjadi dua bagian, yaitu sistem saraf pusat dan
sistem saraf otonom. Berikut penjelasannya:

o Sistem saraf pusat

Sistem saraf pusat ini terdiri dari otak, medulla spinalis dan saraf perifer. Saraf ferifer ini adalah
Serat saraf (neuron) yang menyalurkan informasi sensorik ke otak atau ke medulla spinalis di
sebut saraf afferent. Serat saraf yang menyalurkan atau menghantarkan informasi dari otak atau
medulla spinalis ke otot dan kelenjar yang di sebut saraf efferent. Beberapa yang ada di saraf
pusat :

1.Otak

Merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari segala kegiatan
manusia. Otak terletak di dalam rongga tengkorak, beratnya lebih kurang 1/50 dari berat badan.
Bagian utama otak adalah otak besar (Cerebrum), otak kecil (Cerebellum), dan batang otak. Otak
besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang disadari.

7
Otak kecil terletak di bagian belakang otak besar, tepatnya di bawah otak besar. Otak kecil
berfungsi sebagai pengatur keseimbangan tubuh dan mengkoordinasikan kerja otot ketika
seseorang akan melakukan kegiatan. Batang otak terletak di depan otak kecil, di bawah otak
besar, dan menjadi penghubung antara otak besar dan otak kecil, disebut dengan sumsum
lanjutan atau sumsum penghubung. Fungsi dari batang otak adalah mengatur refleks fisiologis,
seperti kecepatan napas, denyut jantung, suhu tubuh, tekanan, darah, dan kegiatan lain yang
tidak disadari.

2. Sumsum tulang belakang

Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai dari ruas-
ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang kedua. Di dalam sumsum tulang
belakang terdapat saraf sensorik, saraf motorik, dan saraf penghubung. Fungsinya adalah sebagai
penghantar impuls dari otak dan ke otak serta sebagai pusat pengatur gerak refleks.

3. Sistem saraf Otonom

Sistem saraf Otonom mengendalikan ataupun mengatur berbagai organ internal, misalnya
jantung, usus dan kelenjar. Namun, pengontrolan ini dilakukan secara tidak sadar.

Untuk menanggapi rangsangan, tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:

a) Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak
sebagai reseptor adalah organ indera.

b) Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas serabut
penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan
meluas. Sel saraf disebut neuron.

c) Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar
impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar.

8
2. NEURON

Struktur dasar dari sistem saraf disebut dengan Neuron atau sel saraf. Suatu sel saraf (neuron)
merupakan bagian terkecil dalam suatu skema saraf dan berfungsi untuk menerima,
menginterpretasi, dan menghantarkan pesan listrik atau aliran listrik. Sel saraf terdiri dari tubuh
serta serabut yang menyerupai ranting. Serabutnya juga terdiri dari 2 macam, yaitu dendrit dan
akson. Ada banyak jenis neuron, pada dasarnya neuron terdiri dari sel-sel tubuh yang menerima
aliran listrik dari neuron lain melalui kontak yang disebut sinapsis yang terletak di dendrit atau
pada tubuh sel.

9
Neuron bergabung membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan). Satu sel
saraf tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.

a. Badan sel

Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf yang berfungsi untuk
menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson.

b. Dendrit

Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit berfungsi untuk
menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.

c.  Akson (Neurit)

Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan perjuluran sitoplasma badan sel.
Di dalam neurit terdapat benang-benang halus yang disebut neurofibril.

Ada tiga macam sel saraf yang dikelompokkan berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu:

a)  Sel saraf sensorik, adalah sel saraf yang berfungsi menerima rangsangan dari reseptor yaitu
alat indera.

b)  Sel saraf motorik, adalah sel saraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan ke efektor yaitu
otot dan kelenjar. Rangsangan yang diantarkan berasal atau diterima dari otak dan sumsum
tulang belakang.

c)  Sel saraf penghubung, adalah sel saraf yang berfungsi menghubungkan sel saraf satu dengan
sel saraf lainnya. Sel saraf ini banyak ditemukan di otak dan sumsum tulanbelakang.

10
2.3  Potensial listrik saraf

1. Potensial aksi sel

Urutan tahap potensial aksi adalah sebagai berikut:

a. Tahap Istirahat (Resting Membrane Potential)

Tahap ini adalah tahap potensial membran istirahat, sebelum terjadinya potensial aksi.

b.   Tahap Depolarisasi

Membran tiba-tiba menjadi permeable terhadap ion NA sehingga banyak sekali ion NA
mengalir ke dalam akson. Keadaan polarisasi normal sebesar -90mV akan hilang dan
potensial meningkat dengan arah positif. Keadaan ini disebut depolarisasi.

c.   Tahap Repolarisasi

Tahap ini, dalam waktu yang sangat singkat sekali sesudah membran menjadi permeable
terhadap ion NA, saluran NA mulai tertutup dan saluran K terbuka lebih daripada
normal. Kemudian difusi ion K yang berlangsung cepat ke bagian luar akan membentuk
kembali potensial membran istirahat negatif yang normal. Peristiwa ini disebut
repolarisasi membran.

Aktivitas sel dari keadaan polarisasi menjadi depolarisasi dan kemudian kembali ke
polarisasi lagi disertai dengan terjadinya perubahan-perubahan pada potensial membran
sel. Perubahan tersebut adalah dari negatif di sisi dalam berubah menjadi positif dan
kemudian kembali lagi menjadi negatif. Perubahan ini menghasilkan suatu impuls
tegangan yang disebut potensial aksi (action potential). Potensial aksi dari suatu sel akan
dapat memicu aktivitas sel-sel lain yang ada di sekitarnya.

Perubahan-perubahan potensial membran mulai keadaan istirahat, depolarisasi,


repolarisasi, dan kembali istrahat diperlihatkan dalam Gambar 5. Perubahan potensial
tersebut berupa impuls yang disebut potensial aksi sel. Ada lima fase dalam potensial
aksi tersebut yaitu fase 4, 0, 1, 2, dan 3. Fase 4 adalah fase istirahat sel.

11
Fase 0 adalah fase pada saat kanal sodium terpicu-tegangan (kanal cepat) terbuka
sehingga ion-ion sodium dengan cepat masuk ke dalam sel. Fase 1 adalah fase pada saat
kanal potasium mulai membuka (dengan lambat). Fase 2 adalah kombinasi fase
menutupnya kanal sodium terpicu-tegangan, membukanya kanal kalsium-sodium terpicu-
tegangan (kanal lambat), dan membukanya kanal potasium terpicu-tegangan. Fase ini
disebut plateau. Fase 3 adalah fase kombinasi menutupnya kanal-kanal sodium dan
kalsium-sodium terpicu-tegangan serta membukanya kanal potasium terpicu-tegangan.
Selanjutnya sel kembali ke fase 4.

2. Potensial istirahat sel

Dalam keadaan istirahat, antara sisi dalam dan luar membran sel terdapat suatu beda
potensial yang disebut dengan potensial istirahat sel (cell resting potential). Potensial ini
berpolaritas negatif di sisi dalam dan positif di sisi luar membran sel. Dalam keadaan istirahat, di
sisi dalam dan luar membran sel sama-sama terdapat ion-ion potasium dan sodium, tetapi dengan
konsentrasi yang berbeda.

Difusi ion-ion potasium dan sodium menembus membran sel akan mempengaruhi
potensial di sisi dalam dan luar membran sel. Untuk melihat pengaruh kedua jenis ion tersebut
pada potensial membran sel, akan dilihat pengaruh masing-masing jenis ion tersebut secara
sendiri-sendiri terlebih dahulu, setelah itu baru diperhitungkan interaksi keduanya secara
bersamaan.  Untuk itu akan dilihat terlebih dahulu pengaruh difusi ion potasium.

12
2.4  Sinyal listrik dari otot (Elektromiogram)

Informasi diagnostik tentang otot dapat di peroleh dari aktivitas listriknya. Di bagian ini, kita
menelusuri transmisi potensial aksi dari akson ke otot, tempat potensial aksi tersebut
menimbulkan kontraksi otot. EMG dapat diperoleh dari otot atau unit motorik yang dirangsang
secara elektris.

Otot dimisalkan terdiri dari banyak unit motor. Sebuah unit motor terdiri dari sebuah neuron
bercabang tunggal dari batang otak atau kabel spinal dan 25-2000 serat otot (sel) yang terhubung
ke ujung pelat motor (Gambar 2.7). Potensial istirahat pada membran serat otot mirip dengan
potensial istirahat di serat saraf. Tindakan Otot dimulai oleh potensial aksi yang bergerak
sepanjang akson dan ditransmisikan melalui ujung pelat motorik ke serat otot, menyebabkan
serat otot saling kontraksi.

Gambar 2.7 Skema neuron dimulai dari spinal cord dan diakhiri beberapa sel Neuron dan sel otot
penghubung membuat sebuah unit motorik. (John R. Cameron, 1978: 190).

Hubungan antara dua buah saraf disebut sinapsis, berakhirnya saraf pada sel otot atau hubungan
saraf otot disebut Neuromyal Juction. Baik sinapsis maupun Neuromial Junction mempunyai
kemampuan meneruskan gelombang depolarisasi dengan cara lompat dari satu sel ke sel yang
berikutnya. Gelombang depolarisasi ini penting pada sel membran otot, karena pada waktu
terjadi depolarisasi, zat kimia yang terdapat pada otot akan trigger/ bergetar/ berdenyut
menyebabkan kontraksi otot dan setelah itu akan terjadi repolarisasi sel otot hal mana otot akan
mengalami relaksasi.

13
2.5  Sinyal listrik dari Jantung (Elektrokardiogram)

Jantung mempunyai aktifitas listrik meliputi: Sino Atrio Nodus, Atrio Ventrikuler Nodus,
Berkas His dan Serabut Purkinje, inilah point penting dalam pembacaan EKG. Listrik jantung
dihasilkan oleh adanya reaksi sel jantung dengan ion Na+. Sel membran otot jantung
(miokardium) berbeda dengan saraf dan otot bergaris. Saraf dan otot bergaris memerlukan
rangsangan supaya ion Na+ masuk ke dalam sel, proses masuknya ion Na+ ke dalam sel disebut
proses depolarisasi. Sedangkan depolarisasi pada sel otot jantung, ion Na+ mudah bocor (tidak
memerlukan rangsangan dari luar), setelah repolarisasi komplit, ion Na+ akan masuk lagi ke
dalam sel yang disebut depolarisasi spontan. Depolarisasi spontan ini menghasilkan gelombang
depolarisasi untuk seluruh otot miokardium. Depolarisasi sel membran otot jantung oleh
perambatan potensial aksi menghasilkan kontraksi otot sehingga terjadi denyut jantung.

Gerakan ritmis jantung dikendalikan oleh sebuah sinyal listrik yang diprakarsai oleh rangsangan
spontan dari sel-sel otot khusus yang terletak di atrium kanan. Sel-sel ini membentuk sinoatrial
(SA) node, atau alat pacu jantung alami (Gambar. 2.9). SA node berdetak secara berkala sekitar
72 kali per menit. Namun, laju detak dapat ditingkatkan atau dikurangi dengan saraf eksternal
untuk mengetahui respon jantung terhadap kebutuhan darah tubuh serta rangsangan lainnya.
Sinyal listrik dari SA node memulai depolarisasi saraf dan otot dari kedua atrium, menyebabkan
atrium berkontraksi dan memompa darah ke dalam ventrikel. Sehingga terjadilah repolarisasi
dari atrium tersebut. Sinyal listrik kemudian lolos ke atrioventrikular (AV) node, yang
mengawali depolarisasi ventrikel kanan dan kiri, menyebabkan mereka kontrak dan memaksa
darah masuk ke dalam paru dan sirkulasi umum. Saraf dan otot ventrikel kemudian mengalami
repolarisasi dan siklus dimulai lagi.

Secara skema dapat dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 2.9 Penjalaran Depolarisasi (John R. Cameron, 1978: 190).

Keterangan:

Ø  SA node memulai gelombang depolarisasi dari atrium kanan ke atrium kiri dalam 70 sekon
sehingga terjadi kontraksi atrium.

14
Ø  Gelombang depolarisasi berlanjut ke AV node hingga AV node mengalami depolarisasi.

Ø  Gelombang dari AV node melalui bundle of his (BH) dan diteruskan ke bundle branch (BB) –
> BB mengalami depolarisasi.

Ø  Diteruskan ke jaringan purkinye –> endokardium –> berakhir di epikardium –> terjadi
kontraksi otot jantung.

Ø  Setelah repolarisasi, miokardium mengalami relaksasi.

Hubungan antara pemompaan jantung dengan potensi listrik pada kulit dapat dipahami dengan
mempertimbangkan perambatan potensial aksi di dalam jantung.

Gambar 2.10. Skema potensial aksi turun pada dinding jantung. Beberapa arus ion, diindikasikan
oleh lingkaran, yang melalui torso diindikasikan sebagai resistor. Potensial aktif. (John R.
Cameron, 1978: 198).

Aliran arus yang dihasilkan tubuh memulai terjadinya penurunan potensi seperti yang
ditunjukkan skema pada resistor. Distribusi potensial untuk seluruh jantung ketika ventrikel
adalah satu-setengah kali depolarisasi yang ditunjukkan oleh garis ekuipotensial pada Gambar
2.11. Perhatikan bahwa potensi diukur pada permukaan tubuh bergantung pada lokasi elektroda.
Bentuk garis potensial ditunjukkan pada Gambar 2.11 hampir sama dengan yang diperoleh dari
sebuah dipol listrik.

Gambar 2.11. Distribusi potensial bagian dada pada saat ventrikel depolarisasi separuh.
Electrode yang diletakkan di titik A, B, dan C mengindikasikan potensial pada saat itu. (John R.
Cameron, 1978: 199).

Garis ekuipotensial pada waktu lain dalam siklus jantung juga bisa direpresentasikan oleh dipol
listrik, namun dipol untuk momentum yang berbeda dalam siklus akan berbeda ukuran dan
orientasi.

15
Pengukuran isyarat listrik tubuh secara selektif sangat berguna untuk memperoleh informasi
klinik tentang fungsi tubuh dan gangguan pada organ-organ tertentu. Alat yang digunakan untuk
mengukur isyarat listrik tubuh adalah:

1.      Electromiograf (EMG)

2.      Electroneurograf (ENG)

3.      Electroretionograf (ERG)

4.      Electrogastrograf (EGG)

5.      Electroensefalograf (EEG)

6.      Electrokardiograf (EKG)

BAB III

PENUTUP

3.1    Kesimpulan

Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Biolistrik adalah daya listrik hidup yang terdiri dari pancaran elektron-elektron yang keluar
dari setiap titik tubuh (titik energi) dan muncul akibat adanya rangsangan penginderaan.

2. Adapun hukum yang terdapat dari biolistrik adalah Hukum Ohm, rumusnya : R = V/I.
Sedangkan, Hukum Joule yaitu Q = V I t.

3. Bagian-bagian dari sistem saraf di bagi menjadi dua bagian, yaitu sistem saraf pusat yang
berfungsi sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari segala kegiatan manusia dan sistem
saraf otonom yang berfungsi mengendalikan ataupun mengatur berbagai organ internal,
misalnya jantung, usus dan kelenjar.

16
4. Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron bergabung membentuk
suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan).

5. Potensial listrik saraf ada 2, yaitu potensial aksi saraf yaitu Perubahan yang menghasilkan
suatu impuls tegangan yang disebut potensial aksi (action potential). dan potensial istirahat
saraf.  Dalam keadaan istirahat, antara sisi dalam dan luar membran sel terdapat suatu beda
potensial yang disebut dengan potensial istirahat sel (cell resting potential).

6. Transmisi potensial aksi dari akson ke otot, tempat potensial aksi tersebut menimbulkan
kontraksi otot. Elektromiogram (EMG) dapat diperoleh dari otot atau unit motorik yang
dirangsang secara elektris (listrik).

7. Listrik jantung dihasilkan oleh adanya reaksi sel jantung dengan ion Na+ yang ada di dalam
tubuh. Alat yang digunakan untuk mengukur isyarat listrik tubuh adalah Electrokardiograf
(EKG).

3.2    Saran

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah pada Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik, dan tentunya masih jauh dari harapan. Oleh karena itu, masih perlu
kritik dan saran yang membangun serta bimbingan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Cameron, John R, dkk. 1978. MEDICAL PHYSICS. Florida : Wisconsin Tallahasee

Ruslan, Ahmadi. 2010. TEORI DAN APLIKASI FISIKA KESEHATAN. Yogyakarta : Nuha
Medika

Purwanto. 2007. Ensiklopedi fisika. Bandung : PT Kiblat Buku Utama.

http://reikinaqs.wapsite.me/Biolistrik

http://www.news-medical.net/health/What-is-the-Nervous-System-%28Indonesian%29.asp

17
http://id.wikipedia.org/wiki/Elektrokardiogram

18

Anda mungkin juga menyukai