Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL

A. Latar Belakang Masalah

Manajemen keuangan semakin penting digunakan seiring dengan

meningkatnya kemajuan perkembangan usaha di dalam maupun di luar negeri

yang mengakibatkan terjadinya persaingan usaha yang ketat. Dalam

persaingan yang ketat perusahaan dituntut untuk dapat mencapai tujuan yang

telah ditetapkan yaitu memperoleh laba atau keuntungan yang sebesar-

besarnya di samping tujuan-tujuan yang lain.

Ditinjau dari aspek finansialnya perusahaan dalam menjalankan kegiatan

usahanya tidak terlepas dari penggunaan modal atau aktiva untuk membayar

kegiatan usahanya dalam memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.

Dalam hubungannya dengan kegiatan usaha yang dijalankan, manajemen

perlu mengadakan analisa terhadap laporan finansialnya agar dapat diketahui

perkembangan finansial dari perusahaan yang bersangkutan. Hasil analisa

tersebut akan sangat bermanfaat bagi perbaikan penyusunan rencana

perusahaan yang dilakukan diwaktu yang akan datang.

Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk

membelanjakan operasinya sehari-hari, misalnya untuk memberi persekot

pembelian bahan mentah, membayar upah buruh, gaji pegawai dan lain

sebagainya, dimana dana atau uang yang telah dikeluarkan diharapkan akan

dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek

melalui hasil penjualan produksi (Bambang Riyanto, 1995: 57).


Modal kerja adalah investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, surat

berharga, piutang dan persediaan dikurangi kewajiban lancar yang digunakan

untuk membiayai aktiva lancar. Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau

berputar dalam perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode

perputaran modal kerja (working capital turnover period) dimulai dari saat

dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai

dimana kembali menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti semakin

cepat atau semakin tinggi tingkat perputarannya (turnover rate). Berapa lama

perputaran modal kerja adalah tergantung kepada berapa lama perputaran dari

masing-masing komponen modal kerja tersebut (Bambang Riyanto, 1995: 62).

Pemilihan sumber dana dalam suatu perusahaan salah satunya dengan

berdasarkan pertimbangan likuiditas. Penggunaaan pertimbangan ini

berdasarkan atas pemikiran bahwa penggunaan hutang akan menimbulkan

kewajiban finansial tersebut seharusnya bisa dipenuhi dengan hasil

penggunaan hutang, kalau tidak dikhawatirkan perusahaan akan mengalami

kesulitan keuangan dan tidak memenuhi kewajiban finansialnya tepat waktu,

hal ini berarti mengalami kesulitan likuiditas.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis

akan melakukan penelitian dengan judul : “PENGARUH PERIODE

PERPUTARAN KOMPONEN MODAL KERJA TERHADAP

LIKUIDITAS PERUSAHAAN PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR

TBK. TAHUN 1999 – 2004”.


B. Perumusan Masalah

Dengan demikian permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimanakah pengaruh periode perputaran komponen modal kerja secara

keseluruhan terhadap likuiditas PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR

TBK. selama tahun 1999 – 2004.

2. Bagaimanakah pengaruh periode perputaran komponen modal kerja secara

parsial terhadap likuiditas PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK.

selama tahun 1999 – 2004.

C. Batasan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan membatasi pada masalah :

1. Penelitian ini menggunakan laporan rugi laba dan neraca PT. INDOFOOD

SUKSES MAKMUR TBK. Selama tahun 1999-2004.

2. Komponen modal kerja dalam penelitian ini adalah kas, piutang dan

persediaan.

D. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan yang ada penulis mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh periode perputaran komponen

modal kerja secara keseluruhan terhadap likuiditas. PT.INDOFOOD

SUKSES MAKMUR TBK. selama tahun 1999 – 2004.


2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh periode perputaran komponen

modal kerja secara parsial terhadap likuiditas PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. selama tahun 1999 – 2004.

E Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi wahana pengetahuan dan

pengalaman dalam menerapkan teori yang penulis peroleh diperguruan

tinggi ke dalam praktek perusahaan yang sesungguhnya.

2. Bagi Perusahaan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan guna

penentuan perolehan sumber dana perusahaan.

3. Bagi Investor

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh

investor dalam melakukan investasi pada suatu perusahaan yang

berhubungan dengan likuiditas perusahaan.

F Landasan Teori

1) Pengertian Modal Dalam Perusahaan.

Masalah modal merupakan masalah yang sangat penting,

mengingat bahwa masalah modal mengandung berbagai aspek dengan

adanya perkembangan teknologi dan semakin jauhnya spesialisasi dalam

perusahaan maka faktor produksi modal mempunyai arti yang sangat


penting. Dalam arti yang luas modal bukan hanya dalam bentuk uang saja,

tetapi juga dalam bentuk barang, misalnya bangunan, barang dagang,

pabrik, dan mesin-mesin (Bambang Riyanto, 1995: 17-18).

Apabila kita melihat neraca suatu perusahaan, dari perusahaan

tersebut akan tampak dua gambaran modal menurut bentuknya sebelah

debit ialah apa yang disebut “modal aktif “, sedangkan dilain pihak

menurut sumber atau asalnya. Sebelah kredit ialah “modal pasif“.

Berdasarkan cara perputarannya modal aktif dapat dibedakan antara lain:

(Bambang Riyanto, 1995: 20).

1. Aktiva Lancar

Aktiva lancar ialah aktiva yang habis dalam satu kali putaran dalam

proses produksi, dan proses perputarannya adalah dalam jangka waktu

yang pendek (umumnya kurang dalam satu tahun) adapun elemen-

elemennya adalah kas, piutang, persediaan.

2. Aktiva Tetap

Aktiva tetap ialah aktiva yang tahan lama yang tidak atau yang secara

berangsur-angsur habis turut dalam produksi. Berdasarkan cara kerja

aktiva dalam perusahaan, modal aktif dapat dibedakan dalam dua

bagian :

a. Modal kerja (working capital)

b. Modal tetap (fixed capital).

Untuk menentukan apakah aktiva itu termasuk modal kerja atau

modal tetap dapat dilihat dari fungsi modal tersebut, misalnya bus bagi
perusahaan transportasi adalah termasuk modal tetapi bagi dealer bus

merupakan modal kerja. Jadi pada prisipnya yang dimaksud dengan modal

adalah yang bersedia yang digunakan untuk keperluan sehari-hari.

Apabila melihat pada asalnya modal pasif dapat dibedakan menjadi dua

bagian yaitu: (Bambang Riyanto, 1995 : 19-21).

1) Modal sendiri (modal badan usaha)

Modal sendiri adalah modal yang berasal dari modal sendiri (cadangan

laba) atau berasal dari peserta atau pemilik (modal saham, modal

peserta atau modal lain-lain).

2) Modal asing (modal kreditur)

Modal asing adalah modal yang berasal dari kreditur dan ini

merupakan hutang bagi perusahaan, misalnya dari bank, pemerintah,

dan dari pihak-pihak lain diluar perusahaan.

2) Pengertian Modal kerja

Manajemen modal kerja (working capital management) merupakan

manajemen dari elemen-elemen aktiva lancar dan elemen-elemen hutang

lancar. Tujuan manajemen modal kerja adalah mengelola aktiva lancar dan

hutang lancar sehingga diperoleh modal kerja neto yang layak dan

menjamin tingkat likuiditas perusahaan.

Untuk dapat menentukan elemen-elemen modal kerja, dikenal tiga

konsep modal kerja yaitu : (Martono dan Agus Harjito, 2002: 72–73).
1. Konsep kuantitatif

Modal kerja menurut konsep kuantitatif adalah jumlah keseluruhan

aktiva lancar yang disebut juga modal kerja bruto (gross working

capital). Umumnya elemen-elemen dari modal kerja kuantitatif

meliputi kas, surat-surat berharga (sekuritas), piutang, dan persediaan.

2. Konsep kualitatif

Modal kerja menurut kualitatif merupakan aktiva lancar di atas hutang

lancar yang disebut modal kerja neto (net tworking capital). Dalam

konsep ini modal kerja dihubungkan dengan besarnya hutang lancar

atau atau hutang yang harus segera dilunasi. Sebagian aktiva lancar

dipergunakan untuk melunasi hutang lancar seperti hutang dagang,

hutang wesel, hutang pajak, dan sebagian lagi benar-benar

dipergunakan untuk membelanjai kegiatan operasi perusahaan.

3. Konsep Fugsional

Konsep modal kerja fungsional adalah merupakan konsep mengenai

modal yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan saat ini

(current income). Konsep ini mendasarkan pada fungsi dana yang

digunakan untuk memperoleh pendapatan .setiap dana yang

dialokasikan pada berbagai aktiva dimaksudkan untuk memperoleh

pendapatan (income), baik pendapatan saat ini (current income)

maupun pendapatan masa yang akan datang (future income).

Menurut Bambang Riyanto, (1995: 58–59) dalam hubungan ini

dapatlah dikemukaan nama Wlford J Eitman – J.h. Holtz, yang


memberikan definisi modal kerja sebagai dana yang digunakan selama

periode accounting yang dimaksudkan untuk menghasilkan “current

income “(sebagai lawan dari future income) yang sesuai dengan maksud

utama didirikan perusahaan tersebut.

Dalam definisi tersebut maka dibedakan non working capital dan

working capital. Yang dimaksudkan dengan non working capital adalah

dana yang tidak menghasilkan current income tidak sesuai dengan tujuan

utama perusahaan tersebut, misalnya perusahaan yang bergerak dalam

bidang jasa (transportasi) yang menanamkan sebagian dananya dalam

bentuk bunga obligasi (coupon).

Yang termasuk working capital (modal kerja) ialah kas, piutang dan

persediaan. Untuk piutang sebagian merupakan working capital dan

sebagian lagi sebagai modal kerja pontesial. Pada piutang ini sebagian

merupakan biaya dan sebagian lagi adalah keuntungan.

3) Jenis – Jenis Modal Kerja

Mengenai modal kerja W. B .Taylor dalam Martono dan Agus

Harjito (2002: 75) mengolongkan modal kerja menjadi 2 jenis yaitu:

1. Modal kerja permanen (permanent working capital)

Modal kerja permanen (permanent working capital) yaitu modal

kerja yang harus tetap ada dalam perusahaan untuk menjalakan

kegiatan usaha. Modal kerja permanent dikelompokkan menjadi 2

yaitu:
a. Modal kerja primer (primary working capital)

Modal kerja primer (primary working capital) yaitu modal kerja

minimum yang harus ada untuk menjamin kontinuitas kegiatan

usaha.

b. Modal kerja normal (normal working capital)

Modal kerja normal (normal working capital) yaitu modal kerja

yang dibutuhkan untuk melakukan luas produksi yang normal.

2. Modal kerja variabel (variable working capital)

Modal kerja variabel (variable working capital) yaitu modal kerja

yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan.

Modal kerja variabel dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu:

a. Modal kerja musiman (seasonal working capital)

Modal kerja musiman (seasonal working capital), yaitu modal

kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi musim.

b. Modal kerja siklus (cyclical working capital)

Modal kerja siklus (cyclical working capital) yaitu modal kerja

yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi konjungtur.

c. Modal kerja darurat (Emergency working capital)

Modal kerja darurat (Emergency working capital) yaitu modal kerja

yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang

tidak diketahui sebelumnya.


4) Unsur – Unsur Modal Kerja

Pada umumnya unsur modal kerja adalah elemen-elemen yang

termasuk dalam kelompok aktiva lancar, dimana elemen-elemen yang

sangat mempengaruhi modal kerja adalah kas, piutang, persediaan

(Martono dan Agus Harjito, 2002: 116).

 Kas

Kas merupakan salah satu bagian dari aktifa yang memiliki sifat

paling lancar (paling likuid) dan paling mudah berpindah tangan dalam

suatu transaksi.

Kas ini merupakan aktiva yang tidak dapat menghasilkan

“laba”dalam arti tidak bisa untuk mendapatkan laba secara langsung

dalam operasi perusahaan.

Kas merupakan alat pertukaran yang diakui oleh masyarakat

umum. Oleh sebab itu perubahan kas adalah sebagai dasar untuk

landasan yang kuat untuk dijadikan sebagai alat pengukur terhadap

semua kegiatan ekonomi. Hampir semua transaksi yang terjadi pada

perusahaan akan bermula dan berakhir ke perubahan kas yaitu yang

tercermin penerimaan atau pengeluaran kas.

Kas juga merupakan suatu alat pertukaran dan juga digunakan

sebagai ukuran dalam akuntansi. Dalam neraca, kas merupakan aktiva

yang paling lancar, dalam arti sering berubah, hampir dalam setiap

transaksi dengan pihak luar selalu mempengaruhi kas (Zaki Baridwan,

1998: 85).
Menurut Bambang Riyanto (1995), kas adalah salah satu unsur

modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Makin besar

jumlah kas yang ada didalam perusahaan berarti makin tinggi tingkat

likuiditasnya. Artinya perusahaan mempunyai resiko yang lebih kecil

untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Akan tetapi ini

tidak berarti perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan

persediaan kas yang sangat besar, karena makin banyak uang yang

menganggur sehinga akan memperkecil profitabilitasnya.

Menurut Keynes dalam R. Agus Sartono (1994: 521) telah

mengidentifikasikan 3 motif untuk mempertahankan kas dalam arti luas

baik uang tunai maupun uang yang ada dibank yaitu:

a. Kebutuhan untuk interaksi, karena kas masuk dan kas keluar tidak

sama sehingga perlu adanya kas untuk melakukan transaksi usaha

seperti membayar upah tenaga kerja, pajak, deviden, pengadaan

persediaan dan lain sebagainya.

b. Kebutuhan berjaga-jaga, karena ketidakpastian aliran kas pada

masa mendatang dan kemampuan meminjam perusahaan untuk

menambah kebutuhan dana.

c. Kebutuhan untuk spekulasi, kebutuhan kas untuk memperoleh

keuntungan karena penambahan surat berharga.

 Piutang Dagang

Pengertian atas piutang dagang itu sendiri adalah merupakan

tagihan perusahaan kepada pelanggan atau pembeli atau pihak lain yang
membeli produk perusahaan. Piutang itu sendiri ada yang berbentuk

wesel. Wesel itu sendiri merupakan kesanggupan membayar dari

pembeli kepada penjual sejumlah uang tertentu dimasa mendatang

(Martono dan Agus Harjito,2002:95).

Sedangkan pada prisip akuntansi Indonesia memberikan batasan

antara piutang dagang dan piutang lain-lain yaitu:

“Menurut sumber terjadinya piutang digolongkan dalam dua kategori


yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha meliputi
piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa
dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang yang timbul
dari transaksi diluar kegiatan usaha tersebut digunakan piutang lain-
lain.” (Ikatan Akuntansi Indonesia, 1990: 30)

 Persediaan

Menurut Martono dan Agus Harjito (2002: 84) bahwa pada

perusahaan manufaktur terdapat jenis-jenis persediaan seperti

persediaan barang jadi, persediaan barang setengah jadi, dan

persediaan bahan baku atau bahan mentah. Dalam perusahaan

manufaktur terdapat jenis-jenis persediaan seperti:

a. Persediaan barang jadi (inventory of finished goods)

Persediaan barang jadi adalah persedian yang selesai dari proses

produksi sampai siap untuk dijual.

b. Persediaan barang setengah jadi (inventory of work in

proceses)

Persediaan barang setengah jadi adalah persediaan yang sudah

dimasukkan di dalam produksi tetapi belum selesai.


c. Persediaan bahan baku (inventory of row material)

Harta perusahaan yang akan digunakan secara langsung di dalam

proses produksi.

Inventory atau persediaan barang sebagai elemen utama modal

kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana

secara terus menerus mengalami perubahan. Penentuan besarnya

investasi atau alokasi modal dalam inventory mempunyai efek yang

langsung terhadap keuntungan perusahaan. Kesehatan dalam

penetapan besarnya investasi dalam inventory akan menekan

keuntungan perusahaan.

Sedang dalam Prinsip Akuntansi Indonesia dalam buku Ikatan

Akuntansi Indonesia (1990: 31) istilah persediaan digunakan untuk

menyatakan barang berujud yaitu sebagai berikut:

1) Tersedia untuk dijual barang dagang atau barang jadi.

2) Masih dalam proses produksi untuk diselesaikan kemudian dijual

(barang dalm proses).

3) Akan digunakan untuk produksi barang-barang yang akan dijual

(bahan baku dan bahan pembantu) dalam rangka kegiatan usaha

normal perusahaan.

Persediaan meliputi barang-barang yang tersebut di atas baik

yang ada dalam perusahaan, dalam perjalanan maupun yang dititipkan

pada pihak lain.


5) Pentingnya Modal Kerja

Modal kerja yang ada dalam perusahaan harus diatur dan dijaga

dengan baik tidak berlebihan maupun kekurangan, karena modal kerja

kekayaan atau aset perusahaan yang selalu berputar atau digunakan untuk

membiayai operasi perusahan.

Menurut Martono dan Agus Harjito (2002 : 74) ada beberapa

alasan yang mendasari pentingnya modal kerja:

1. Aktiva lancar dari perusahaan baik perusahaan manufaktur maupun

perusahaan jasa memiliki jumlah yang cukup.

2. Untuk perusahaan kecil, hutang jangka pendek merupakan sumber

utama bagi pendanaan eksternal.

3. Manajer keuangan dan anggotanya perlu memberikan porsi waktu yang

sesuai untuk pengelolaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan modal

kerja.

4. Keputusan modal berdampak langsung terhadap tingkat resiko, laba,

dan harga saham perusahaan.

5. Adanya hubungan langsung antara pertumbuhan penjualan dengan

kebutuhan dana untuk membelanjai aktiva lancar.

Menurut Jhon Supriyanto (1998: 22–23) pentingnya pengaturan

modal kerja, karena:

a. Modal kerja selalu dibutuhkan


Modal kerja ini akan terus berputar di dalam perusahaan atau toko.

Pengeluaran-pengeluaran yang digunakan untuk melakukan

pembelian, pembayaran upah karyawan dan lain sebagainya, akan

kembali lagi menjadi uang kas melalui penjualan.

b. Modal kerja secara umum dapat dipakai untuk mengukur apakah

perusahaan mampu membayar kewajiban-kewajibannya yang segera

harus dipenuhi. Dengan pengaturan modal kerja yang baik perusahaan

akan mampu memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut.

c. Pengaturan modal kerja dapat membantu pemimpin perusahaan untuk

menyusun rencana-rencana perusahaan untuk waktu-waktu yang akan

datang dengan baik.

6) Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

1. Sumber modal kerja

Perubahan unsur-unsur dari laporan neraca dan laporan rugi

laba yang merupakan sumber modal kerja menyebabkan modal kerja

perusahaan bertambah. Unsur-unsur tersebut meliputi: (Martono dan

Agus Harjito, 2002: 328–329).

a. Berkurangnya aktiva tetap

Berkurangnya aktiva tetap kemungkinan karena dijual atau karena

depresiasi. Penjualan aktiva tetap akan menambah uang kas,

sehingga akan menambah modal kerja. Depresiasi ini merupakan

aliran kas masuk yang akan menambah modal kerja perusahaan.


b. Bertambahnya hutang jangka panjang

Apabila perusahaan menjual obligasi, maka uang kas perusahaan

akan bertambah. Jika kas bertambah maka modal kerja akan

bertambah.

c. Bertambahnya modal sendiri

Perusahaan yang menjual sahamnya untuk menambah modalnya

sendiri akan mendapatkan uang kas sebagai sumber modal kerja.

d. Bertambahnya keuntungan dari operasi perusahaan

Keuntungan (laba) yang diperoleh dari kegiatan operasi perusahaan

merupakan sumber modal kerja karena keuntungan tersebut akan

menambah kas.

2. Penggunaan modal kerja

Penggunaan modal kerja menyebabkan modal kerja

perusahaan berkurang. Unsur-unsur tersebut meliputi: (Martono dan

Agus Harjito, 2002: 328–329).

a. Bertambahnya aktiva

Aktiva tetap yang bertambah dapat disebabkan karena adanya

pembelian, karena pembelian memerlukan uang kas.

b. Berkurangnya hutang jangka panjang

Apabila perusahaan membeli kembali obligasi yang telah jatuh

tempo atau melunasi hutang jangka panjangnya, maka uang kas


perusahaan akan berkurang. Berkurangnya hutang jangka panjang

dalam hal ini merupakan penggunaan modal kerja.

c. Berkurangnya modal sendiri

Seperti halnya obligasi, jika perusahaan membeli kembali saham

biasa atau saham preferen maka diperlukan sejumlah kas. Oleh

karena itu, saham yang berkurang berarti modal sendiri

perusahaan berkurang. Berkurangnya modal sendiri tersebut

memerlukan kas yang merupakan penggunaan modal kerja.

d. Adanya pembayaran dividen kas

Deviden yang dibayarkan kepada para pemegang saham dapat

berupa saham, properti maupun kas. Deviden yang dibayarkan

dalam bentuk kas akan mengurangi kas perusahaan. Oleh karena

itu deviden kas ini merupakan penggunaan modal kerja.

e. Adanya kerugian

Kerugian yang diderita perusahaan akibat dari biaya yang

dikeluarkan lebih besar dari pendapatan yang diterima. Kerugian

ini harus ditutup dengan kas oleh perusahaan. Oleh karena itu kas

yang digunakan untuk menutupi kerugian tersebut merupakan

penggunaan modal kerja.

7) Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Modal Kerja

Modal kerja yang cukup memang sangat penting bagi perusahaan,

tetapi berapa besar modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu
perusahaan bukankah hal yang mudah, karena modal kerja yang

dibutuhkan oleh suatu perusahaan atau dipengaruhi oleh beberapa faktor

sebagai berikut:

(S. Munawir, 1990: 117).

1. Sifat atau tipe perusahaan

Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif lebih rendah bila

dibandingkan kebutuhan industri. Untuk perusahaan jasa tidak

memerlukan investasi yang lebih besar dari kas, piutang maupun

persediaan, sedangkan perusahaan industri harus mengadakan

investasi yang cukup dalam aktiva lancar agar perusahaan tidak

mengalami kerugian di dalam operasinya sehari-hari.

2. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang

yang akan dijual serta harga persatuan dari barang tersebut

Semakin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau

untuk memperoleh barang tersebut semakin besar harga pokok

persatuan barang yang dijual, akan semakin besar pula kebutuhan

modal kerja.

3. Syarat pembelian bahan atau barang dagang

Apabila syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian

menguntungkan, maka semakin sedikit uang kas yang harus

diinvestasikan dalam persediaan barang dagang, bila pembayaran atas

bahan atau barang yang dibeli harus dilakukan dalam jangka pendek
maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan semakin

besar.

4. Syarat penjualan

Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para

pembeli, akan mengakibatkan semakin besar jumlah modal kerja yang

harus diinvestasikan dalam sektor piutang untuk memperkecil risiko

adanya piutang yang tidak dapat ditagih, sebaliknya perusahaan

memberikan potongan tunai kepada para pembeli sehingga pembeli

akan tertarik untuk segera membayar hutangnya dalam periode

diskonto tersebut.

5. Tingkat perputaran persediaan

Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan, akan mengakibatkan

jumlah modal kerja yang dibutuhkan semakin rendah, dapat

memperkecil risiko terhadap kerugian yang disebabkan karena

penurunan harga atau perubahan selera konsumen, dapat menghemat

ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan.

Sebenarnya ada banyak faktor yang mempengaruhi kebutuhan

modal kerja, tapi di antara penulis yang satu dengan yang lain seiring

berbeda. Adapun besar kecilnya kebutuhan modal kerja menurut Indriyo

Gito Sudarmo (1990; 29) disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya

adalah:

a. Volume penjualan
Merupakan faktor yang paling utama, karena perusahaan merupakan

modal kerja untuk menjalankan aktivitasnya yang mana puncak dari

aktivitas itu adalah aktivitas perusahaan.

b. Pengaruh musim

Musim akan mempengaruhi permintaan dari barang ataupun jasa.

Dengan adanya pengaruh musim terhadap permintaan ini, maka

penjualan akan berfuktuasi. Fluktuasi penjualan akan mengakibatkan

perbedaan-perbedaan jumlah kebutuhan modal kerja dan hal inilah

yang menimbulkan adanya modal kerja variabel.

c. Kemajuan teknologi

Perkembangan teknologi dapat mempengaruhi atau merubah proses

produksi menjadi lebih cepat dan efektif. Dengan demikian dapat

mengurangi jumlah kebutuhan modal kerja.

d. Beberapa kebijaksanaan dapat pula merubah besar modal kerja seperti

politik penjualan kredit, politik persediaan bahan baku dasar, atau beli

kas.

Menurut Bambang Riyanto (1995: 64) besar kecilnya modal kerja

terutama tergantung kepada dua faktor yaitu:

1) Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja.

2) Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya.

8) Perputaran Modal Kerja


Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam

perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha.

Periode perputaran modal kerja (working capital turnover period) dimulai

dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal

kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas.

Perputaran barang dagangan dapat digambarka sebagai berikut:

Penjualan dengan kredit: (Bambang Riyanto, 1995: 62–64).

Kas1 Barang Piutang Kas2

Pembelian Penjualan Penerimaan uang

Keterangan:

Periode perputaran modal kerja (K1 – K2) meliputi periode pembelian,

penjualan dan penerimaan pembayarannya, dimana penjualan dilakukan

dengan kredit.

Penjualan dengan tunai.

Kas1 Barang Kas2

Pembelian Penjualan atau penerimaan uang

Keterangan:

Dimana kas yang dikeluarkan untuk pembeli barang sampai kas yang

diterima dari hasil penjualan dilakukan dengan tunai.

9) Metode Perputaran Modal Kerja


Berdasarkan metode ini maka besarnya kebutuhan modal kerja

ditentukan oleh perputaran dari komponen-komponen (elemen-elemen)

modal kerja yaitu perputaran kas, perputaran piutang, perputaran

persediaan.

Menurut Martono dan Agus Harjito (2002: 80) tingkat Perputaran

dari tiap-tiap elemen modal kerja dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Tingkat Perputaran Kas

Kas merupakan unsur modal yang paling penting dan paling

tinggi tingkat likuiditasnya, tapi tidak berarti perusahaan harus

mempunyai jumlah kas yang besar karena akan mempengaruhi tingkat

perputaran kasnya. Tingkat perputaran kas dapat dihitung dengan

membandingkan penjualan dengan kas rata-rata.

Penjualan
Tingkat Perputaran Kas 
Rata  Rata Kas

Kas Awal  Kas Akhir


Kas Rata  Rata 
2

360
Periode Perputaran Kas 
Tingkat Perputaran Kas

Makin tinggi tingkat perputaran kasnya berarti makin

pendek periode perputarannya sehingga penggunaan kas menjadi lebih

efisien, sebaliknya apabili tingkat perputarannya rendah maka

penggunaan kas dalam perusahaan dinilai belun dikelola secara

efisien.
2. Tingkat Perputaran Piutang

Piutang merupakan aktiva perusahaan yang timbul akibat

adanya penjualan secara kredit, piutang juga merupakan unsur modal

kerja yang selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus.

Tingkat perputaran piutang dapat diketahui dengan cara

menbandingkan penjualan dengan rata-rata piutang.

penjualan
Tingkat Perputaran Piutang = rata  rata piu tan g

Kas Awal  Kas Akhir


Rata-Rata Piutang =
2

360
Periode Perputaran Piutang = Tngkat Perputaran Piu tan g

Makin tinggi tingkat perputaran piutang maka makin cepat periode

perputaran piutang yang berarti makin pendek waktu tingkatnya,

sehingga jumlah modal yang dibutuhkan dalam investasi piutang lebih

kecil, sedangkan apabila tingkat perputaran piutang rendah berarti

makin lama terikatnya modal kerja dalam piutang sehingga

memerlukan jumlah modal yang besar.

3. Tingkat Perputaran Persediaan

Tingkat perputaran persediaan perusahaan memberikan informasi

tentang tingkat percepatan rata-rata aliran masuknya barang dagang di

dalam perputaran operasi perusahaan.

penjualan
Tingkat Perputaran Persediaan =
rata  rata Persediaan
Persediaan Awal  Persediaan Akhir
Rata-Rata Persediaan = Tingkat Perputaran Persediaan

360
Periode Perputaran Persediaan = Tingkat Perputaran Persediaan

Tinggi rendahnya tingkat perputaran persediaan mempunyai efek yang

langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam

persediaan. Makin tinggi persediaannya, berarti makin cepat

perputarannya, sehingga untuk memenuhi volume penjualan dengan

naiknya persediaan dibutuhkan modal kerja yang lebih kecil.

10) Manfaat Modal Kerja

Tersedianya modal kerja yang segera dapat digunakan dalan

operasi perusahaan, tergantung pada tipe atau sifat aktiva lancar yang

dimiliki seperti kas, efek piutang dan persediaan, modal kerja harus cukup

jumlahnya. Yaitu modal kerja harus mampu membiayai pengeluaran-

pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang

dimiliki oleh perusahaan merupakan jumlah yang harus ada secara terus

menerus karena merupakan jembatan atau yang menghubungkan antara

saat pengeluaran dan penerimaan. Oleh karena itu, modal kerja yang ada

pada perusahaan harus dalam jumlah yang cukup (tidak terlalu besar atau

kecil) dimana jumlah modal kerja yang tersedia harus dapat membiayai

jalannya operasi perusahaan secara rutin. Dan juga harus dapat

memberikan kepercayaan kepada pihak luar terutama kreditur. Selain itu


dengan jumlah modal kerja yang cukup besar perusahaan dapat terhindar

dari kesulitan keuangan.

Dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi

perusahaan dan juga memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi

secara ekonomis atau efisien sehingga perusahaan mengalami kesulitan

keuangan, juga akan memberikan keuntungan antara lain :

1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya

nilai aktiva lancar.

2. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban

tepat pada waktunya.

3. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup

untuk melayani para konsumen.

4. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang

lebih menguntungkan kepada para langganannya

Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi lebih efisien

karena tidak ada kesilitan untuk memperoleh barang ataupun jasa yang

dibutuhkan (S.Munawir, 1990 : 116).

11) Pengaruh Komponen Modal Kerja Terhadap Likuiditas Perusahaan

Dalam perusahaan modal kerja diperlukan untuk membiayai

kegiatan operasional perusahaan. Oleh sebab itu, manajemen modal kerja

mempunyai peran penting terhadap keputusan investasi kepada aktiva

lancar dan utang lancar terutama bagaimana menggunakan dan mengetahui


pengaruhnya antara kedua komposisi tersebut. Ada dua pengertian modal

kerja, yang pertama gross working capital yaitu keseluruhan aktiva lancar,

sementara pengertian net working capital yaitu kelebihan aktiva lancar

diatas utang lancar.

Manajemen modal kerja yang efektif menjadi sangat penting untuk

pertumbuhan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Perusahaan

yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak dapat membayar

kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya akan menghadapi

likuiditas. Adapun untuk mengetahui tingkat likuiditas perusahaan

mengunakan analisis current ratio dengan rumus :

Aktiva Lancar
Current Asset =  100%
Hu tan g Lancar

Suatu perusahaan dikatakan likuid apabila current ratio minimum

yang dipertahankan adalah 2 : 1 atau 200% yang artinya setiap utang

lancar sebesar Rp1,00 harus dijamin dengan aktiva lancar Rp2,00 atau

dijamin dengan “net working capital” sebesar Rp1,00 dan sebaliknya,

suatu perusahaan dikatakan tidak likuid apabila current rationya dibawah

minimum (Bambang Riyanto, 1995: 25–27).

G Kajian Penelitian Terdahulu

Selain menggunakan teori-teori yang berhubungan dengan variabel

penelitian, penulis juga menggunakan hasil-hasil penelitian sebelumnya

sebagai acuan dalam penulisan ini. Hasil-hasil dalam penulisan tersebut

adalah:
1. Bambang Susilo tahun 2001 dengan judul “PENGARUH PERIODE

PERPUTARAN KOMPONEN MODAL KERJA TERHADAP

LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN KNALPOT INDOJAYA” hasil

dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

a. Periode perputaran komponen modal kerja mempunyai pengaruh yang

berarti secara keseluruhan terhadap likuiditas. Hal ini dapat

ditunjukkan dari uji F, dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%

atau  = 0,05 diperoleh F hitung sebesar 0,2295 dan F tabel 216.


Sehingga hipotesis yang menyatakan periode perputaran komponen

modal kerja (kas, piutang, persediaan) secara keseluruhan berpengaruh

nyata (signifikan) terhadap likuiditas Ho ditolak.

b. Periode perputaran komponen modal kerja secara parsial berpengaruh

nyata terhadap likuiditas. Hal ini dapat diuji dengan menggunakan uji

t, dengan menggunakan tingkat keyakinan 95% atau  = 0.05 dengan


derajat kebebasan (n - k) diperoleh t1 (periode perputaran kas) sebesar

13,2465, t2 (periode perputaran piutang) sebesar 15,5838, t 3 (periode

perputaran persediaan) sebesar -14,6496. Sedangkan t tabel sebesar

12,7060, maka t1, t2, t3 > t tabel. Sehingga berdasarkan kriteria yang

berlaku Ho ditolak dan Ha diterima, ini berarti hipotesis yang

menyatakan periode perputaran komponen modal kerja (kas, piutang,

persediaan) secara parsial berpengaruh nyata (signifikan) terhadap

likuiditas Ha diterima.
2. Mugirahayuningsih Nur Wigati tahun 2002 dengan judul “PENGARUH

PERIODE PERPUTARAN KOMPONEN MODAL KERJA TERHADAP

LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN ANEKA INDUSTRI YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA” hasil dari penelitian

tersebut bahwa Nilai statistik t hitung < t tabel yaitu 0,045 < 2,776, maka

Ho diterima dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada

pengaruh yang signifikan antara periode perputaran komponen modal

kerja (kas, piutang, persediaan) dengan likuiditas perusahaan.

H Hipotesis

1. Periode perputaran komponen modal kerja (kas, piutang, persediaan)

secara keseluruhan berpengaruh nyata terhadap likuiditas perusahaan.

2. Periode perputaran komponen modal kerja (piutang) secara parsial

berpengaruh terhadap likuiditas.

I Metode Penelitian

1. Populasi Dan Sample Penelitian

Populasi yaitu kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya

berupa orang, objek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk

mempelajari atau menjadi objek penelitian. Sedangkan sampel adalah

suatu himpunan bagian dari unit populasi (Muderajat Kuncoro, 2003: 103).

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan makanan yang

terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1999 – 2004. Sedangkan

metode pemilihan sampel ini adalah dengan menggunakan teknik


purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

atau kriteria tertentu. Adapun kriteria yang dipilih dalam penentuan

sampel adalah:

1. Perusahaan yang masih aktif di perdagangkan di Bursa Efek Jakarta di

tahun 1999 – 2004.

2. Perusahaan menpunyai data dan laporan keuangan yang lengkap

selama enam tahun berturut-turut yaitu tahun 1999 – 2004 yang

terdapat pada Indonesian (Capital Market Directory) ICMD 2000.

Sampel penelitian yang dipilih adalah PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. Sampel ini dipilih karena PT. INDOFOOD SUKSES

MAKMUR TBK. merupakan perusahaan industri makanan yang bidang

usahanya menghasilkan kebutuhan primer, meskipun harganya naik namun

masyarakat masih mau membelinya atau mengkonsumsinya.

2. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis Data

Menurut Mudrajat Kuncoro (2003) jenis data ada dua yaitu:

a. Data kualitatif (data umum)

Data kualitatif adalah data yang tidak dapat diukur dalam skala

numerik.

Data kualitatif berupa gambaran umum perusahaan yang telah go

public yang tercatat di Bursa Efek Jakarta yaitu PT. INDOFOOD

SUKSES MAKMUR TBK.


b. Data kuantitatif (data khusus)

Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam sekala numerik

(angka).

Data kuantitatif berupa:

1) Laporan keuangan neraca selama enam tahun terakhir yaitu dari

tahun 1999 sampai tahun 2004.

2) Laporan laba rugi selama enam tahun terakhir yaitu dari tahun

1999 sampai tahun 2004.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan

dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2003: 127).

Sumber data sekunder berupa laporan neraca dan laporan rugi laba

perusahaan PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK. Tahun 1999 –

2004 yang diambil dari pojok Bursa Efek Jakarta UII (Universitas Islam

Indonesia).

3. Teknik Pengumpulan Data

1. Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data yang diperlukan dengan mencatat

dokumen-dokumen yang relevan dari bursa efek Jakarta data

perusahaan terdapat pada (Indonesian Capital Market Directory)


ICMD yaitu berupa laporan keuangan yang terdiri dari neraca, dan

laporan rugi laba.

2. Studi Pustaka

Yaitu dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan

membaca buku-buku referensi serta skripsi terdahulu yang

mendukung dalam penelitian ini.

4. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel dependen (Y) likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan

untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi

atau kewajiban jangka pendek.

2. Variabel independent (X)

a. Tingkat perputaran kas (X1) adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur perputaran dari semua aset yang dimiliki perusahaan.

b. Tingkat perputaran piutang (X2) adalah rasio yang memberikan

wawasan tentang kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan

perusahaan dalam mengumpulkan piutang dagang.

c. Tingkat perputaran persediaan (X3) adalah perbandingan antara

jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata

persediaan yang dimiliki oleh perusahaan.


5. Teknik Analisis Data

1. Analisis Regresi Berganda

Digunakan untuk mengetahi pengaruh periode perputaran

komponen modal kerja terhadap likuiditas perusahaan dapat

dirumuskan sebagai berikut :

Y = a + b1X1+ b2X2 + b3X3

Keterangan :

Y = likuiditas.

a = konstanta.

b1, b2, b3 = koefisien regresi berganda.

X1 = Tingkat perputaran kas.

X2 = Tingkat perputaran piutang.

X3 = Tingkat perputaran persediaan

Dimana Y adalah likuiditas badan usaha sebagai variabel

dependen (tergantung), sedangkan X1, X2, X3 adalah periode

perputaran kas, piutang, persediaan sebagai varuabel bebas

(independent).

2. Uji hipotesis:

a. Untuk menguji pengaruh independent (X1, X2, X3) secara bersama

(secara keseluruhan) terhadap variabel dependen (Y) digunakan uji

F.

1) Derajat kebebasan (n-k), (k-1) dan tingkat keyakinan 95% atau

 = 0.05.
Ho: b1 = 0 tidak ada pengaruh yang signifikan antara masing-

masing periode perputaran komponen modal kerja

(X1, X2, X3) terhadap likuiditas perusahaan.

Ho ; b1  0 ada pengaruh yang signifikan antara masing-masing

periode perputaran komponen modal kerja (X1, X2,

X3) terhadap likuiditas perusahaan.

2) Kriteria test

Ho diterima apabila : F hitung < F tabel

Ho ditolak apabila : F hitung > F tabel

Jika Ho ditolak maka yang menyatakan periode perputaran

komponen modal kerja (kas, piutang, persediaan) secara

keseluruhan bepengaru nyata (signifikan) terhadap likuiditas

perusahaan diterima.

b. Untuk menguji pengaruh variabel independen (X1, X2, X3) secara

parsial (secara individual) terhadap variabel dependen (Y) digunakan

uji T.

1) Derajat kebebasan (n-k) dan tingkat keyakinan 95% atau  =


0.05;  0,025.
2

Ho : b1 = 0 tidak ada pengaruh yang signifikan antara masing-

masing periode perputaran komponen modal kerja

(X1, X2, X3) terhadap likuiditas perusahaan.


Ho ; b1  0 ada pengaruh yang signifikan antara masing-masing

periode perputaran komponen modal kerja (X1, X 2,

X3) terhadap likuiditas perusahaan.

2) Kriteria test

Ho diterima apabila: t hitung < t tabel, -t hitung < -t tabel

Ho ditolak apabila : t hitung > t tabel, -t hitung > -t tabel

Jika Ho ditolak maka yang menyatakan periode perputaran

komponen modal kerja (kas, piutang, persediaan) secara parsial

berpengaruh nyata (signifikan) terhadap likuiditas perusahaan

diterima (Suharyani dan Iman T.R, 2003: 60–65).

Anda mungkin juga menyukai