Anda di halaman 1dari 103

TUGAS AKHIR - TM 145502

PERENCANAAN ULANG BELT CONVEYOR UNTUK


MESIN PENGHANCUR BATU DENGAN KAPASITAS
30 TON/JAM

ANISA WAHYU UMMAMI


NRP. 10211500000050

Dosen Pembimbing :
Ir. Syamsul Hadi, MT

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN INDUSTRI


Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2018
TUGAS AKHIR - TM 145502

PERENCANAAN ULANG BELT CONVEYOR


UNTUK MESIN PENGHANCUR BATU DENGAN
KAPASITAS 30 TON/JAM

ANISA WAHYU UMMAMI


NRP. 10211500000050

Dosen Pembimbing :
Ir. Syamsul Hadi, MT

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN INDUSTRI


Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2018

i
FINAL PROJECT - TM 145502

REDESIGN BELT CONVEYOR FOR THE


STONE CRUSHER MACHINE WITH CAPACITY
3O TONS/HOUR

ANISA WAHYU UMMAMI


NRP. 10211500000050

Advisor
Ir. Syamsul Hadi, MT.

DEPARTMENT OF MECHANICAL INDUSTRY ENGINEERING


Faculty of Vocational
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2018

i
PERENCANAAN ULANG BELT CONVEYOR UNTUK
MESIN PENGHANCUR BATU DENGAN KAPASITAS
30 TON/JAM

Nama Mahasiswa : Anisa Wahyu Ummami


NRP : 10211500000050
Departemen : Teknik Mesin Industri
Fakultas Vokasi - ITS
Dosen Pembimbing : Ir. Syamsul Hadi, MT.

Abstrak
Belt conveyor di sebuah industri penghasil pasir di Blitar,
digunakan untuk memindahkan batuan yang ditampung di dalam
hopper menuju mesin penghancur batu. Adanya alat tersebut
sangat berguna untuk meringankan pekerjaan dan
mempersingkat waktu pekerjaan. Namun, kapasitas yang dapat
diangkut belt conveyor tersebut kurang maksimal dikarenakan
sudut inklinasi yang terlalu besar. Oleh karena itu, pada buku ini
membahas tentang perhitungan kapasitas belt conveyor dengan
menyesuaikan sudut inklinasi.
Pada perencanannya, diawali dengan studi literatur dan
observasi lapangan. Setelah itu, dilakukan pengambilan data dan
perencanaan. Perencanaan meliputi perencanaan kapasitas belt
conveyor, kecepatan conveyor, perencanaan rantai dan sproket,
perencanaan poros dan bantalan.
Conveyor ini memiliki panjang 6 meter dan memiliki sudut
inklinasi 18o dengan kecepatan 0,13 m/s dan kapasitas maksimum
sebesar 30,273 ton/jam. Dari hasil perhitungan didapatkan berat
sabuk 4,29 kg/m, daya motor yang diperlukan 6 hp, rantai yang
digunakan No 60 dengan diameter sproket kecil 68 mm dan
sproket besar 213 mm.

Kata kunci: Belt conveyor, bearing, poros, chain and sprocket.

iv
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

v
REDESIGN BELT CONVEYOR FOR THE STONE
CRUSHER MACHINE WITH CAPACITY 30 TONS/HOUR

Name : Anisa Wahyu Ummami


ID Number : 10211500000050
Department : Industrial Mechanical Engineering
Vocational Faculty-ITS
Advisor : Ir. Syamsul Hadi, MT.

Abstract
Belt conveyor in a industry that produce sand at Blitar, is
used for moving stones at hopper to stone crusher machine. The
existence of belt conveyor is very useful to make work more easier
and shortened working time. But, the capacity that can loaded is
not maximal because of the inclination angle. So, this book will
talking about the calculation of belt conveyor's capacity with
inclination angle.
This redesigning is started with study of literature and
field observation. After that, we get data from observation and
redesigning. This redesigning consist of capcity of belt conveyor,
velocity of cnveyor, chain and sprocket, shaft and bearing.
This conveyor has a length 6 meters and the inclination
angle is 18o with speed 0,13 m/s and the maximum capacity is
30,273 tons/hour. From the calculation were resulted the weight
of belt 4,29 kg/m, the power of motor needed is 6 hp, using chain
number 60 with diameter of small sproket is 68 mm and large
sprocket 213 mm

Keywords: Belt conveyor, bearing, shaft, chain and


sprocket.

vi
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat


dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh
pengerjaan tugas akhir dengan judul : “PERENCANAAN
ULANG BELT CONVEYOR UNTUK MESIN
PENGHANCUR BATU DENGAN KAPASITAS 30
TON/JAM”
Penyelesaian tugas akhir ini merupakan syarat akademis
yang harus ditempuh di Departemen Teknik Mesin Industri
Fakultas Vokasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Banyak dorongan dan bantuan yang penulis dapatkan
selama Penyusunan Tugas Akhir ini sehingga terselesaikannya
dengan beberapa kekurangan dan kelebihannya. Pada kesempatan
kali ini perkenankanlah penyusun menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Bapak Ir. Syamsul Hadi, MT. selaku Dosen
pembimbing yang telah dengan sabar dan telaten
memberi bimbingan serta ilmu-ilmu yang bermanfaat
sehingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.
2. Bapak Dr. Ir. Heru Mirmanto, MT. Selaku Kepala
Departemen Teknik Mesin Industri Fakultas Vokasi-
ITS yang telah banyak memberikan bantuan dalam
proses pengajuan ijin dan sebagainya sampai
terselesaikannya Tugas Akhir ini.
3. Bapak Ir. Suhariyanto, M.T Selaku koordinator Tugas
Akhir Program Studi Departemen Teknik Mesin
Industri FV-ITS.
4. Bapak-Ibu Dosen penguji yang telah memberikan kritik
dan saran dalam penyempurnaan dan pengembangan
Tugas Akhir ini. Serta seluruh Dosen dan staff pengajar
Departemen Teknik Mesin Industri Fakultas Vokasi-
ITS, yang telah memberikan ilmunya dan membantu
semua selama duduk dibangku kuliah.

viii
5. Kedua Orangtua dan keluarga penulis yang telah
memberi dukungan moril dan materiil serta do’a yang
tak pernah putus selama ini.
6. Bapak Purnomo selaku pembimbing dan penuntun
selama observasi di Penataran, Blitar.
7. Mutiara Prameswari selaku partner dalam
menyelesaikan buku TA ini.
8. Sahabat tercinta Ulif, Dini, Wiwid, Haura, Alda, dan
Tata yang senantiasa menemani dalam penyelesaian
buku ini.
9. Teman-teman Departemen Teknik Mesin Industri 2015
yang senantiasa saling mendukung selama penyusunan
buku tugas akhir.
10. Serta semua pihak yang belum tertulis dan yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu yang telah berperan
dalam pengerjaan buku ini.

Semoga segala keikhlasan dan beribu kebaikan yang


telah diberikan mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah
SWT.
Saya sebagai makhluk Allah SWT, manusia biasa, saya
menyadari bahwasannya penulisan ini masih terdapat beberapa
kesalahan, keterbatasan serta kekurangan. Oleh karena itu ,
saya mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan untuk
penulis dan kesempurnaan Tugas Akhir ini. Semoga dengan
penulisan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Surabaya, Juli 2018

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN ....................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................ iv
ABSTRACT .............................................................................. vi
KATA PENGANTAR............................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ................................................................ xiv
DAFTAR TABEL. .................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................ 1


1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 1
1.3 Tujuan Penelitian................................................................. 2
1.4 Batasan Masalah .................................................................. 2
1.5 Manfaat Penelitian............................................................... 2
1.6 Sistematika Penulisan .......................................................... 2

BAB II DASAR TEORI .......................................................... 5


2.1 Pengertian Belt Conveyor ................................................... 5
2.1.1 Komponen utama belt conveyor ................................. 7
2.1.2 Perencanaan belt conveyor .......................................... 17
2.2 Rantai dan Sproket .............................................................. 23
2.2.1 Transmisi dan daya rantai ......................................... 24
2.2.2 Pemilihan rantai ........................................................ 26
2.2.3 Diameter dan jumlah gigi sproket............................. 27
2.2.4 Kecepatan, panjang dan gaya rantai ......................... 28
2.3Poros ..................................................................................... 29
2.3.1 Momen torsi.............................................................. 29
2.3.2 Beban radial dan aksial dan momen terbesar............ 30
2.3.3 Bahan poros .............................................................. 30
2.3.4 Diameter poros ......................................................... 31
2.4 Roll Bearing ........................................................................ 31
2.4.1 Beban ekivalen ......................................................... 32

x
2.4.2 Prediksi umur bearing ............................................... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................. 35


3.1 Flowchart Penelitian .......................................................... 35
3.2 Studi Literatur ..................................................................... 36
3.3 Observasi ............................................................................. 36
3.4 Perumusan Masalah............................................................. 36
3.5 Pengambilan Data................................................................ 36
3.6 Analisa dan Perhitungan ...................................................... 36
3.7 Penyusunan Laporan ........................................................... 36
3.8 Flowchart Perhitungan ........................................................ 37
3.8.1. Perencanaan belt conveyor .............................................. 40
3.8.2 Perencanaan roller idler ................................................... 40
3.8.3 Perencanaan rantai dan sproket ........................................ 40
3.8.4 Perencanaan poros ............................................................ 41
3.8.5 Perencanaan bearing ......................................................... 41
3.9 Tempat dan Waktu .............................................................. 41
3.10 Komponen Mesin .............................................................. 41
3.11 Cara Kerja Mesin............................................................... 46

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ........................... 49


4.1 Data Hasil Observasi ........................................................... 49
4.2 Perencanaan Belt Conveyor ................................................ 49
4.2.1 Luas penampang muatan ............................................. 50
4.2.2 Kapasitas dan berat komponen conveyor .................... 50
4.2.3 Perencanaan roller idler .............................................. 51
4.2.4 Tahanan pada belt........................................................ 52
4.2.5 Tegangan pada belt...................................................... 52
4.2.6 Daya motor penggerak ................................................ 54
4.3 Perencanaan Rantai dan Sproket ........................................ 55
4.3.1 Daya desain ................................................................ 56
4.3.2 Diameter sproket ........................................................ 56
4.3.3 Kecepatan rantai .......................................................... 57
4.3.4 Panjang rantai ............................................................. 57
4.4 Perencanaan Poros .............................................................. 58

xi
4.4.1 Gaya yang bekerja pada poros .................................... 58
4.4.2 Bidang horisontal ........................................................ 61
4.4.3 Bidang vertikal ........................................................... 67
4.4.4 Momen dan gaya terbesar ........................................... 73
4.4.5 Torsi ............................................................................ 73
4.4.6 Diameter dan bahan poros ........................................... 73
4.5 Perencanaan Bearing .......................................................... 74
4.5.1 Beban radial bantalan .................................................. 74
4.5.2 Beban ekuivalen .......................................................... 75
4.5.3 Prediksi umur bearing ................................................. 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................. 77


5.1 Kesimpulan.......................................................................... 77
5.2 Saran .................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 79


LAMPIRAN
BIODATA PENULIS

xii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penampang Sabuk ................................................ 10


Gambar 2.2 Idler ...................................................................... 12
Gambar 2.3 Penggerak Belt Conveyor ..................................... 14
Gambar 2.4 Penyenter Sabuk ................................................... 15
Gambar 2.5 Transmis Roda Gigi Konveyor ............................. 16
Gambar 2.6 Muatan curah dan satuan ...................................... 17
Gambar 2.7 Rantai roll ............................................................. 24
Gambar 2.8 Diagram pemilihan rantai roll............................... 27
Gambar 3.1 Rubber belt ........................................................... 41
Gambar 3.2 Motor penggerak .................................................. 42
Gambar 3.3 Rantai dansproket .................................................. 43
Gambar 3.4 Hopper ................................................................... 44
Gambar 3.5 Pemecah batu ......................................................... 44
Gambar 3.6 Flat roller idler ...................................................... 45
Gambar 3.7 Troughed roller idler ............................................. 45
Gambar 3.8 Batuan keluar dari hopper ..................................... 46
Gambar 3.9 Batuan menuju head .............................................. 47
Gambar 4.1 Troughed idler ........................................................ 50
Gambar 4.2 Tarikan/tegangan pada belt ................................... 53
Gambar 4.3 Diagram benda bebas ............................................ 58
Gambar 4.4 Gaya karena tarikan belt conveyor ........................ 59
Gambar 4.5 Gaya pada rantai .................................................... 60
Gambar 4.6 Reaksi tumpuan arah horisontal ............................ 61
Gambar 4.7 Potongan pada arah horisontal .............................. 62
Gambar 4.8 Potongan I bagian kiri ........................................... 62
Gambar 4.9 Potongan II bagian kiri .......................................... 63
Gambar 4.10 Potongan III bagian kiri....................................... 64
Gambar 4.11Potongan IV bagian kiri ....................................... 65
Gambar 4.12 Diagram gaya arah horisontal.............................. 66

xiv
Gambar 4.13 Diagram momen arah horisontal ......................... 66
Gambar 4.14 Reaksi tumpuan arah vertikal .............................. 67
Gambar 4.15 Potongan pada arah vertikal ................................ 68
Gambar 4.16 Potongan I bagian kiri ......................................... 68
Gambar 4.17 Potongan II bagian kiri ........................................ 69
Gambar 4.18 Potongan III bagian kiri....................................... 70
Gambar 4.19Potongan IV bagian kiri ....................................... 71
Gambar 4.20 Diagram gaya arah horisontal.............................. 72
Gambar 4.21 Diagram momen arah horisontal ......................... 72

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Lapisan Sabuk Tekstil Muatan ................................. 8


Tabel 2.2 Rekomendasi Lapisan Belt ....................................... 10
Tabel 2.3 Faktor keselamatan ................................................... 11
Tabel 2.4 Jarak idler maksimum .............................................. 13
Tabel 2.5 Berat curah, sudut balik, faktor gesek ...................... 18
Tabel 2.6 Rekomendasi sudut inklinasi belt ............................. 20
Tabel 2.7 Koefisien tahanan belt terhadap bantalan roll .......... 20
Tabel 2.8 Kecepatan belt yang disarankan ............................... 21
Tabel 2.9 Faktor koreksi untuk rantai ...................................... 24
Tabel 2.10 Konstanta kondisi beban .......................................... 33

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses pengangkutan material memainkan peranan yang
sangat penting di dalam dunia industri. Suatu industri, dimana
kita membutuhkan alat untuk memudahkan memindahkan barang
dari tempat satu ke tempat lainya tanpa menggunakan banyak
tenaga dan hal itu tidaklah mungkin dilakukan manusia.
Contohnya dalam pemindahan batuan kali yang akan dihancurkan
menjadi kerikil dan pasir.dimana tempat penampungan batuan
dan mesin penghancurnya memiliki jarak yang cukup jauh untuk
dilakukan pemindahan secara manual.
Karena kepentingan-kepentingan itulah, maka dibutuhkan
suatu alat pemindah barang yang dapat memudahkan proses
produksi. Salah satu alat yang banyak dikenal di dunia industri
adalah belt conveyor.
Belt conveyor mampu memindahkan suatu barang atau
beban satuan maupun beban dalam jumlah banyak seperti pasir,
batu bara, kerikil dan lain sebagainya. Dapat memindahkan beban
sepanjang lintasan horisontal ataupun dengan inklinasi tertentu
tergantung beban yang dimuat.
Oleh karenanya, penulis mencoba untuk merencanakan belt
conveyor pada mesin pemecah batu agar dapat meringankan
proses produksi dalam suatu industri kecil. Perancangan
dilakukan dengan perhitungan secara cermat pada konstruksi
komponen-koponen utama dari belt conveyor, komponen-
komponen pembantu dan motor penggerak.

1.2 Rumusan Masalah


Dari penilitian tersebut ada beberapa rumusan masalah
yang muncul sebagai pertanyaan pedoman agar sesuai dengan apa
yang penulis inginkan, diantara rumusan masalah tersebut adalah:
1. Berapa daya motor yang diperlukan dalam perencanaan
belt conveyor pada mesi penghancur batu.

1
2. Bagaimana perhitungan elemen mesin pada komponen
rantai, sproket, poros dan bearing.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penulisan ini adalah :
1. Mengetahui daya motor yang diperlukan dalam
perencanaan belt conveyor pada mesin penghancur
batu.
2. Mengetahui perhitungan elemen mesin pada komponen
rantai, sproket, poros dan bearing.
1.4 Batasan Masalah
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai
masalah yang dikaji dalam penulisan ini, maka perlu kiranya
diberikan batasan masalah sebagai berikut:
1. Pembahasan ada pada perhitungan perencanan
komponen belt conveyor.
2. Komponen mesin yang dibahas pada mesin ini yaitu
belt, rantai dan sproket, poros, dan bearing.
3. Tidak membahas rangka penopang belt conveyor.
4. Tidak membahas perhitungan tentang perencanaan
hopper dan crusher.
1.5 Manfaat Penelitian
Dapat menerapkan pengetahuan dan teori yang selama ini
didapatkan dari pembelajaran di bangku kuliah untuk
diaplikasikan pada permasalahan yang ada, dan juga dapat
mengetahui bagaimana perencanaan belt conveyor yang sesuai
dengan teori yang ada pada literatur dan mempertimbangkan
kondisi di lapangan.

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan disusun untuk memberikan
gambaran penjelasan mengenai isi dari setiap bab-bab,
diantaranya :

2
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan secara singkat tinjauan secara umum
mengenai latar belakang, rumusan permasalahan, batasan
masalah, tujuan, sistematika penulisan dan manfaat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan beberapa teori penunjang yang
digunakan untuk menyelesaikan penelitian ini.
BAB III METODOLOGI
Bab ini menjelaskan metodologi penelitian, diagram
langkah penelitian, prinsip kerja belt conveyor.
BAB IV HASIL DAN ANALISA
Membahas tentang hasil perhitungan perencanaan belt
conveyor pada hopper dan crusher.
BAB V PENUTUP
Membahas tentang kesimpulan dari hasil analisis dan
saran-saran penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi tentang referensi – referensi yang terkait dengan
materi pembahasan, berupa buku, jurnal terdahulu, maupun
website yang dijadikan acuan.
LAMPIRAN
Berisi tentang data-data tambahan yang menunjang tugas
akhir.

3
Halaman ini sengaja dikosongkan.

4
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Pengertian Belt Conveyor


Belt conveyor adalah mesin pemindah bahan menggunakan
sabuk karet (belt) yang tidak berujung, terdiri dari beberapa
lapisan yang diperkeras dengan serat baja (fiber steel) dan atau
kawat baja untuk mnghasilkan kekuatan pada belt. Belt conveyor
dapat digunakan untuk memindahkan muatan satuan (unit load)
maupun muatan curah (bulk load) sepanjang garis lurus
(horisontal) atau sudut inklinasi terbatas.
Belt Conveyor atau konveyor sabuk adalah media
pengangkutan yang digunakan untuk memindahkan muatan
dalam bentuk satuan atau tumpahan, dengan arah horizontal atau
membentuk sudut inklinasi dari suatu sistem operasi yang satu ke
sistem operasi yang lain dalam suatu jalur proses produksi, yang
menggunakan sabuk (Belt) sebagai penghantar muatannya.
Kelebihan dari transportasi dengan Belt Conveyor antara
lain bekerja secara otomatis, mudah dalam memulai operasi dan
terus beroperasi secara terus menerus. Belt Conveyor hampir
tidak memiliki waktu jeda atau istirahat ketika beroperasi, tidak
terganggu oleh cuaca buruk, yang sering mengganggu truk
pengangkutan. Belt Conveyor juga membutuhkan tenaga kerja
yang jauh lebih sedikit dibandingkan alat transportasi
konvensiona seperti truk.
Berdasarkan perencanaan, belt conveyor dapat dibedakan
menjadi stationary conveyor dan portable (mobile) conveyor.
Berdasarkan lintasan gerak, belt conveyor diklasifikasikan
sebagai (1) horisontal, (2) inklinasi, dan (3) kombinasi horisontal-
inklinasi. Belt bisa terbuat dari textile, strip baja, dan atau kawat
baja (woven-mesh steel wire). Berdasarkan sistem pulli penggerak
dan metode pengencang, belt conveyor dibedakan menjadi 4
macam, yaitu: (1) pengencang atas, (2) pengencang samping, (3)
pengencang bawah, dan (4) penggerak tandem.

5
Jenis bahan belt strip baja sesuai untuk memindahkan
electronic circuit board, bahan yang panas, dan sesuai untuk
memindahkan bahan yang bermuatan listrik. Jenis belt tekstil
terdiri dari: cotton (woven atau sewed), duck cotton, camel hair,
dan rubberized textile belt. Belt conveyor jenis belt tekstil harus
memenuhi persyaratan: tidak menyerap air (low hygroscopicity),
kekuatan tinggi, ringan, pertambahan panajng spesifik rendah
(low specific elongation), fleksibilitas tinggi, lapisan tidak mudah
lepas (high resistivity to ply separation), dan tahan lama (long
service life).
Konveyor sabuk (belt conveyor) memiliki komponen
utama berupa sabuk yang berada diatas roller-roller penumpu.
Sabuk digerakkan oleh motor penggerak melalui suatu pulley,
sabuk bergerak secara translasi dengan melintas datar atau miring
tergantung kepada kebutuhan dan perencanaan. Material
diletakkan diatas sabuk dan bersama sabuk bergerak kesatu arah.
Pada pengoperasiannya konveyor sabuk menggunakan tenaga
penggerak berupa motor listrik dengan perantara roda gigi yang
dikopel langsung ke puli penggerak. Sabuk yang berada diatas
roller-roller akan bergerak melintasi roller-roller dengan
kecepatan sesuai putaran dan puli penggerak.
Ada beberapa pertimbangan yang mendasari dalam
penelitian pesawat pengangkut :
1. Karakteristik pemakaian, hal ini menyangkut jenis dan
ukuran material, sifat material, serta kondisi medan
atau ruang kerja alat.
2. Proses produksi, mengngkut kapasitas perjam dari unit,
kontinuitas pemindahan, metode penumpukan material
dan lamanya alat beroperasi.
3. Prinsip-prinsip ekonomi, meliputi ongkos pembuatan,
pemeliharaan, pemasangan, biaya operasi dan juga
biaya penyusutan dari harga awal alat tersebut.
Berdasarkan pertimbangan diatas maka dipilihnya
konveyor sabuk sebagai pesawat pengangkut yang paling sesuai

6
untuk mengangkut pasir kedalam proses mixer dalam pembuatan
tiang beton.

2.1.1. Komponen Utama Belt Conveyor


Komponen dari belt conveyor adalah:
a. Belt
Sabuk merupakan elemen terpenting pada
sistem konveyor sabuk. Secara umum sabuk terdiri
dari tiga bagian utama yaitu, lapisan atas (top
cover), kakas (carcass) dan lapisan bawah (bottom
cover). Lapisan sabuk berfungsi untuk melindungi
kakas dari keausan dan kerusakan selama operasi.
Kakas berfungsi untuk meneruskan tegangan pada
sabuk saat start dan selama memindahkan muatan.
Selain itu, kakas juga dapat menyerap gaya impact
beban akibat kecepatan sabuk sehingga tetap stabil.
Sabuk yang baik harus memiliki kekuatan yang
tinggi, ringan, higroskopis yang tinggi, fleksibel
serta tahan lama. Ditinjau dari persyaratan ini,
maka sabuk yang terdiri dari beberapa lapisan
katun dan karet merupakan jenis yang baik.
Belt conveyor jenis belt tekstil harus
memenuhi persyaratan:
- tidak menyerap air (low hygroscopicity),
- kekuatan tinggi, ringan,
- pertambahan panajng spesifik rendah (low
specific elongation),
- fleksibilitas tinggi,
- lapisan tidak mudah lepas (high resistivity
to ply separation), dan
- tahan lama (long service life).
Sabuk yang digunakan pada konveyor sabuk
terdiri dari beberapa tipe seperti bulu unta, katun
dan beberapa jenis sabuk tekstil berlapis karet.
Sabuk harus memenuhi persyaratan, yaitu

7
kemampuan menyerap air rendah, kekuatan tinggi,
ringan, lentur, regangan kecil, ketahanan
pemisahan lapisan yang tinggi dan umur pakai
panjang. Untuk persyaratan tersebut, sabuk berlapis
karet adalah yang terbaik. Karena beberapa jenis
material yang dibawa mempunyai sifat abrasif.

Tabel 2.1 Lapisan Sabuk Tekstil Muatan Curah


dan Satuan
Cover thickness, mm
Load
Material Loaded Return
Characteristics
side side
A. Bulk Loads
Granular and
Grain, coal
powdered, non 1,5 1
dust
abrasive
Fine-grained and
small-lumped, Sand, foundry
abrasive medium sand, cement,
1,5-3,0 1
and heavy weight crushed-stone,
(a’<60 mm; 𝛾< 2 coke
ton/m3)
Medium-lumped,
slightly abrasive,
Coal, peat
medium and heavy 3 1
briquetes
weight (a’<60 mm;
𝛾< 2 ton/m3)
Gravel,
Ditto, abrasive clinker, stone, 4,5 1,5
ore, rock salt
Large-lumped,
Manganese
abrasive, heavy
ore, brown 6 1,5
weight (a’?60 mm;
iron ore
𝛾>2 ton/m3)
B. Unit Loads

8
Light loads in Parcels,
paper and cloth packages, 1 1
packing books
Load in soft Bags, bales,
1,5-3 1
containers packs
Loads in hard
containers
1,5-3 1
weighing up to 15 Boxes, barrels,
kg baskets
Ditto weighing
1,5-4,5 1-1,5
over 15 kg
Machine parts,
ceramics
Untared loads articles, 1,5-6 1-1,5
building
cements

Jenis sabuk yang umum digunakan adalah


textile sabuk. Berat tiap meter rubberized textile
sabuk (qb), dengan lebar sabuk (B) meter, jumlah
lapisan (i) lapis (plies) dengan tebal ( ) mm, tebal
cover atas dan bawah adalah mm dan mm
ditentukan dari rumus:
𝑞𝑏 ≈ 1.1 𝐵 (𝛿𝐼 + 𝛿1 + 𝛿2 ) 𝑘𝑔⁄𝑚
Tebal satu lapis tidak termasuk rubber skim
coat adalah 1,25 mm untuk ordinary cotton sabuk;
1,9 mm untuk high strength sabuk; 2,0 mm untuk
cotton duck fabric; dan 0,9 sampai 1,4 mm untuk
synthetic fabric.

9
Gambar 2.1 Penampang sabuk (Zainuri, Muhib.2010)

Keterangan:
a. Ordinary cotton belt
b. High strength belt
c. Cotton duck
d. Synthetic fabric
1. lapisan tekstil
2. Tutup atas
3. Tutup bawah
4. Lapisan asbestos
5. Lapisan breaker

Tabel 2.2 Rekomendasi lapisan belt


Lebar Belt (B) Jumlah lapisan (i)
300 3-4
400 3-5
500 3-6
650 3-7
800 4-8
1000 5-10
1200 6-12
1400 7-12
1600 8-12

10
1800 8-12
2000 9-14

Jumlah lapisan sabuk (i) yang diperlukan


ditentukan dari rumus:
𝑘 𝑆𝑚𝑎𝑥
𝑖≥
𝐵 𝐾𝑡
Keterangan:
S max : tegangan teoritis belt maksimum, kg
Kt : tegangan tarik ultimate per cm lebar
lapisan, kg/m
- Nary cotton belt = 55 kg/cm
- High strength belt = 115 kg/cm
- Cotton duck = 119 kg/cm
- Synthetic fabric = 300 kg/cm
k : faktor keselamatan (tabel 2.2)
B : lebar belt, cm

Tabel 2.3 Faktor keselamatan, k danjumlah lapisan belt, i


Jumlah lapisan
2 – 4 4 – 5 6 – 8 9 – 11 12 – 14
belt (plies), i
Faktor
9 9.5 10 10.5 11
keamanan, k

b. Idler
Idler berfungsi untuk menyangga belt bersama
dengan sheet steel runway atau kombinasi dengan
solid wood, terutama untuk memindahkan muatan
curah. Berdasarkan lokasi, idler dibedakan atas
upper idler (untuk mencegah belt slip/ sobek karena
membelok di pulli) dan lower idler (untuk
menyangga belt/ muatan). Upper idler bisa jadi
terdiri dari three roller, single roller.
Conveyor yang dirancang untuk membawa
muatan curah (bulk load) umumnya menggunakan

11
troughed idler dengan sisi roller diset pada sudut 20
hingga 35. Conveyor dengan flat idler terutama
digunakan untuk memindahkan muatan satuan (unit
load). Flat idler hanya digunakan jika belt conveyor
dilengkapi dengan saluran buang (discharge
plough) dengan kapasitas pemindahan bahan kecil
(hingga 25 m3/jam)
Idlers terdiri dari:
1. Brackets
2. Shell
3. Shaft
4. Bearing
5. Seals
6. supporting base
Jarak idler pada zone pembebanan (loading zone)
belt; pada operasi balik (return run).

Gambar 2.2 Idler

12
Tabel 2.4 Jarak idler maksimum
Jarak terhadap Berat curah muatan, ton/m3
lebar belt, mm γ<1 γ = 1 to 2 γ>1
400 1500 1400 1300
500 1500 1400 1300
650 1400 1300 1200
800 1400 1300 1200
1000 1300 1200 1100
1200 1300 1200 1100
1400 1200 1100 1000
1600 to 2000 1100 1000 1000

c. Unit penggerak
Pada belt conveyor, daya motor
ditransmisikan ke sabuk dengan friksi sabuk yang
melalui pulli penggerak (driving pulley) yang
digerakkan oleh motor listrik. Penggerak terdiri
dari : pulli (kadang adaa dua), motor, roda gigi
transmisi, dan kadang alat pengerem (braking
device) untuk mencegah slip.
Gambar kontak (wraps) sabuk dan pulli
penggerak ditunjukkan pada gambar 2.3 (a) dan
(b) menunjukkan pulli tunggal dengan sudut
kontak 1800 dan 2100 sampai 2300. Gambar 2.6 (c)
dan (d) menunjukkan dua pulli penggerak dengan
sudut kontak 3500 sampai 4800. Gambar 2.6 (e) dan
(f) adalah penggerak khusus dengan snub pulley
dan pressure sabuks yang digunakan untuk
konveyor panjang dan beban berat.
Dari teori penggerak gesek (Hukum Euler)
bahwa sabuk tidak akan slip jika:
𝑆𝑡 ≤ 𝑆𝑠𝑙 𝑒 𝜇𝛼
St : tegangan sisi pengencang (tight
tension)
S sl : tegangan sisi pembalik (slack tension)

13
𝛼 : sudut kontak belt dan pulli (dalam radian)
e : bilangan logaritma dasar
𝜇 : faktor gesek antar pulli penggerak dan belt

Gambar 2.3 Penggerak belt conveyor

d. Penyenter belt
Beberapa alasan, seperti eksentrisitas beban,
adanya kotoran (misal tanah), bahan yang mudah
lengket (sticky material) pada pulli dan roller, dan
lain-lain, yang mungkin mengakibatkan sabuk
berjalan tidak sesuai dengan jalur yang ditentukan.
Untuk mencegah hal ini diperlukan peralatan
penyenter sabuk (gambar 2.4) yang terdiri dari:
1. troughed three-roller-idler
2. frame
3. vertical pivot
4. rumah bantalan
5. balok kanal C

14
6. lever
7. poros
8. vertical roller yang berfungsi untuk
mencegah sabuk melompat keluar jalur

Gambar 2.4 Penyenter Sabuk

e. Roda gigi transmisi


Perancangan penggerak system konveyor
sabuk modern dilengkapi dengan sistem roda gigi
transmisi berikut reducer. Desain yang kompak
sangat disukai karena operasional yang hampir
tanpa gangguan. Contoh sistem transmisi
ditunjukkan pada gambar 2.5. Poros motor listrik di
kopel dengan poros reducer melalui flexible
coupling, reducer dan poros pulli – clutch
coupling.

15
a. dengan roda gigi lurus
b. dengan roda gigi cacing
c. Reducer dan transmisi rantai
d. Drum motor

Gambar 2.5 Transmisi roda gigi konveyor sabuk

f. Pengisian dan pengeluaran (loading and


discharge)
Perancangan corong pengisian (feed hopper)
dan penuntun luncur (guide chute) sangat
tergantung pada karakteristik bahan yang hendak
dipindahkan. Corong pengisi untuk muatan satuan
dengan ukuran bongkah kecil dan ditunjukkan pada
gambar 2.6a, sedangkan untuk muatan satuan
bongkah besar dan berat ditunjukkan pada gambar
2.6b.

16
2.1.2. Perencanaan Belt Conveyor
Untuk menentukan dimensi sabuk dan kebutuhan
daya motor, data awal yang diperlukan adalah: karakteristik
muatan yang dipindahkan, kapasitas puncak per jam
(ton/jam atau m3/jam), geometri konveyor, dan kondisi
operasi (kering atau berdebu, outdoors atau indoors,
metode pengisian dan pengeluaran).

Gambar 2.6 Muatan Curah dan Satuan

a. Lebar belt
Untuk belt yang disangga flat idler (gambar
2.5a), segitiga dasar b = 0,18 B, dan sudut segitiga
𝜑1 ≈ 0,35𝜑, dimana B adalah lebar belt dan 𝜑
adalah sudut balik statik muatan (static angle of the
load repose)
Luas potongan melintang muatan curah pada
flat belt (gambar 2.5a) adalah:

17
𝑏ℎ 0,8 𝐵 0,4 𝐵 𝐶1 tan 𝜑
A1 = 𝐶1 =
2 2
= 0,16 B2 C 1 tan (0,35 𝜑)
Kapasitas konveyor yang disangga flat idler (Q f ):
Q f = 3600 F 1 v 𝛾
= 576 B f 2 C 1 v 𝛾 tan (0,35𝜑) ton/jam
Maka lebar belt yang disangga flat idler (B f )
adalah:
𝑄𝑓
Bf =�
576 𝐶1 𝛾 𝑣 tan(0,35𝜑)
Belt yang disangga through idler (Gambar
2.5b), luas potongan melintang muatan (A)
𝐴 = 𝐴1 + 𝐴2 = 0,16 𝐵2 𝐶1 tan 𝜑 + 0,0435 𝐵2

Kapasitas konveyor yang disangga troughed idler


(Q tr ) ton/jam:
Q tr = 3600 𝐴 𝑣 𝛾
= 𝐵𝑡𝑟 2 𝑣 𝛾[576 𝐶1 tan(0,35 𝜑) + 160]
= 160 𝐵𝑡𝑟 2 𝑣 𝛾[3,6 𝐶1 tan(0,35 𝜑) + 1]

Maka lebar belt yang disangga troughed idler (B tr ):


𝑄𝑡𝑟
B tr =�
160 𝛾 𝑣(3,6 𝐶1 tan(0,35𝜑)+1)

Faktor koreksi C 1 adalah pada kemiringan


konveyor 𝛽= 0 sampai 10o, C 1 =1; 𝛽= 10 o sampai
15 o, C 1 = 0,95; 𝛽= 15 o sampai 20 o, C 1 = 0,90; 𝛽 ≥
20 o, C 1 = 0,85.
Tabel 2.5 Berat Curah, sudut balik, faktor gesek bahan curah
Angle of Static friction
Bulk
repose factor, f o
Material weight
𝛾, ton/m 𝜑 On On On
3 dy
𝜑 steel wood rubber
R

n
Antrachite, 0,8-0,95 27 45 0,84 0,84 -

18
fine, dry
Gypsum,
1,2-1,4 - 40 0,78 - 0,82
small-lumped
Clay, dry,
1,0-1,5 40 50 0,75 - -
small-lumped
Gravel 1,5-1,9 30 45 1 - -
Ground, dry 1,2 30 45 1 - -
Foundry, sand,
1,25-1,30 30 45 0,71 - 0,61
shake-out
Ash, dry 0,4-0,6 40 50 0,84 1 -
Limestone,
1,2-1,5 30 - 0,56 0,7 -
small-lumped
Coke 0,36-0,53 35 50 1 1 -
Wheat flour 0,45-0,66 49 55 0,65 - 0,85
Oat 0,40-0,50 28 35 0,58 0,78 0,5
Sawdust 0,16-0,32 - 39 0,8 - 0,65
Sand, dry 1,40-1,65 30 45 0,8 - 0,56
Wheat 0,65-0,83 25 35 0,58 0,58 0,5
Iron ore 2,1-2,4 30 50 1,2 - -
Peat, dry,
0,33-0,41 40 45 0,75 0,8 -
lumped
Coal, run of
0,65-0,78 35 50 1 1 0,7
mine
Cement, dry 1-1,3 35 50 0,65 - 0,64
Slag,
0,60-0,90 35 45 1 - 0,66
anthracite
Crushed stone,
1,8 35 45 0,65 - 0,6
dry

Jika 𝜑 = 45o, diperoleh:


1 𝑄𝑓 𝑄𝑓
Bf = � =� m
27 𝛾 𝑣 𝐶 160 𝛾 𝑣 𝐶
1 1
dan

19
1 𝑡𝑟 𝑄 𝑡𝑟 𝑄
B tr = � =�
18 𝛾 𝑣 𝐶 324 𝛾 𝑣 𝐶
1 1

Tabel 2.6 Rekomendasi Sudut Inklinasi Belt


Bahan 𝜷 Bahan 𝜷
Briket batubara 12 Bubuk batu kapur 23
Kerikil, dicuci dan
12 Tanah pasir, kering 18
ukuran butiran sama
Bahan cetak pasir
24 Tanah lempung 27
keluar dari peleburan
Bahan peleburan Bijih besi bongkah
26 18
logam siap diolah besar
Hancuran batu,
18 Leburan bijih besi 25
ukuran tidak sama
Kokas, ukuran sama 17 Batubara anthracite 17
Kokas, ukuran tidak Batubara dari
18 18
sama pertambangan
Serbuk gergaji (baru) 27 Semen 20
Terak, batubara
22
hancuran

Tabel 2.7 Koefisien Tahanan Belt terhadap Bantalan Roll

Karakteristik Kondisi Faktor w’ untuk idler


Operasional Flat idler Trough idler
Operasional di tempat yang
bersih, kering, tidak ada debu 0,018 0,020
bersifat abrasif
Operasional di tempat panas,
terdapat sejumlah debu yang
0,022 0,025
bersifat abrasif, kelembaban
udara normal
Operasional di luar ruangan, 0,035 0,040

20
banyak debu abrasive,
kelembaban udara tinggi atau
sebab lain yang mempengaruhi
unjuk kerja bantalan

Tabel 2.8 Kecepatan Belt yang disarankan


Lebar belt, mm
Karakteristik 500- 800- 1200-
Bahan 400
650 1000 1600
muatan curah
Kecepatan belt v, m/s
Bahan non Batubara,
abrasive, muatan dari
1,0- 1,25- 2,0- 2,0-
bahan pecahan pertambangan, 1,6 2,0 4,0 4,0
garam, pasir,
gambut
Abrasif, Kerikil, bijih
bongkah kecil besi, slag, batu
1,0- 1,0- 1,6- 2,0-
hingga hancur 1,25 1,6 2,0 3,0
menengah
(a<160 mm)
Abrasif, Batu karang,
1,0- 1,0- 1,6-
bongkah besar bijih besi, batu -
1,6 1,6 2,0
(a’>160 mm) kali
Bahan mudah Kokas,
rapuh (fragile), batubara
penurunan lighnit, arang 1,0- 1,0- 1,25- 1,6-
ukuran karena kayu 1,25 1,6 1,6 2,0
dihancurkan
dengan alat
Bahan serbuk Tepung,
(pulverished semen, apatit 0,8-1,0
load), berdebu
Butiran, grain Beras, gandum
2,0-4,0
hitam, gandum

21
b. Tahanan Gerak Belt (W)
Jika belt bergerak pada lintasan lurus
(rectilinear section) terhadap idler maka akan
menyebabkan losses karena gesekan belt dengan
idler, gesekan di dalam bearing (roller atau ball
bearing), dan bending pada roller.
Gaya tahanan pada bagian yang dibebanoi
muatan:
W 3-4 =�𝑞 + 𝑞𝑏 + 𝑞 ′ 𝑝 � 𝐿 𝜔′ cos 𝛽 (𝑞 + 𝑞𝑏 )𝐿 sin 𝛽
= �𝑞 + 𝑞𝑏 + 𝑞 ′ 𝑝 � 𝐿ℎ𝑜𝑟 𝜔′ + (𝑞 + 𝑞𝑏 )𝐻
Gaya tahanan pada bagian yang tidak dibebani
muatan (gerak balik):
W 1-2 = �𝑞𝑏 + 𝑞”𝑝 �𝐿 𝜔′ cos 𝛽 − 𝑞𝑏 𝐿 sin 𝛽
= �𝑞𝑏 + 𝑞”𝑝 �𝐿ℎ𝑜𝑟 𝜔′ − 𝑞𝑏 𝐻
Dengan, q : berat beban, kg
q b : berat belt, kg
q’ p :beban bagian yang berputar, kg/m
q’’ p : beban bagian idler strands, kg/m
𝛽 : sudut inklinasi konveyor terhadap
bidang horisontal
L : panjang bagian lurus (rectilinear
section), m
L hor : panjang proyeksi mendatar
bagian garis lurus, m
H : beda elevasi bagian awal dan
akhir
w’ : koefisien tahanan belt terhadap
roller bearing
Berat idler rotating parts tergantung desain,
ukuran, dan merupakan fungsi lebar belt B.
Umumnya, untuk lebar belt B meter, secara kasar
berat idler rotating parts:
Untuk troughed idler:
G’ p = 10 B + 7 kg

22
Untuk flat idler:
G”p = 10 B + 3 kg
Sehingga berat idler rotating parts per meter
adalah:
𝐺′
q’ p = 𝑝 kg/m
𝑙 1
𝐺′′𝑝
q’’ p = kg/m
𝑙2

2.2. Rantai dan Sproket


Rantai atau chain merupakan salah satu elemen mesin yang
berfungsi untuk mentransmisikan daya (power transmision).
Penggunaan rantai mempunyai keuntungan, kerugian dan dasar
pemikiran sebagai berikut:
Rantai sebagai transmisi mempunyai keuntungan-
keuntungan seperti : mampu meneruskan daya besar karena
kekuatanya yang besar, tidak memerlukan tegangan awal,
keausan kecil pada bantalan, dan mudah memasangnya. Adapun
kerugiannya seperti: timbul suara dan getaran (karena tumbukan
antara rantai dan dasar kaki gigi sproket), adanya perpanjangan,
tidak baik untuk kecepatan tinggi, adanya variasi kecepatan
karena lintasan busur pada sproket yang mengait mata rantai.
Karena kekurangan-kekurangan ini maka rantai tidak dipakai
untuk kecepatan tinggi, kecepatannya hanya sampai 600 m/min
untuk rantai rol, sedangkan untuk kecepatan yang lebih tinggi
dipakai silent chain.
Dasar pemikiran menggunakan rantai adalah sebagai
berikut:
1. Perbandingan putaran tetap
2. Tidak terjadi slip
3. Dapat digunakan untuk beban yang tinggi (F rantai =
43000 kg)
4. Jarak kedua poros dapat lebih jauh
5. Dapat mencapai umur yang panjang
6. Mampu menggerakkan beberapa mekanisme dengan
satu penggerak

23
7. Efisiensi cukup tinggi (98%)

2.2.1. Transmisi dan daya rantai


Pada transmisi ini biasanya dipergunakan untuk jarak
poros lebih besar dari pada transmisi roda gigi tetapi lebih
pendek dari pada transmisi sabuk, keuntungannya rantai
mengait pada gigi sprocket dan meneruskan daya tanpa
selip, sehingga menjamin perbandingan putaran yang tetap,
dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut:

Gambar 2.7 Rantai roll


Sedangkan untuk mendapatkan besarnya daya desain
(P d ) dapat dihitung dengan persamaan:
𝑃𝑑 = 𝐹𝑐 . 𝑃
Dimana, Pd : daya perencanaan
Fc : faktor perencanaan
P : daya yang ditransmisikan (N), kW

Tabel 2.9 Faktor koreksi untuk rantai


Motor Motor torak
listrik
Tumbukan Pemakaian atau Tanpa
Transmisi
turbin transmisi
hidrolik
hidrolik

24
Tumbukan Konveyor 1,0 1,0 1,2
halus sabuk dan
rantai dengan
variasi beban
kecil, pompa
sentrifugal dan
blower, mesin
tekstil umum,
mesin industri
umum dengan
variasi beban
kecil
Tumbukan Kompresor 1,3 1,2 1,4
sedang sentrifugal,
propeler,
konveyor
dengan sedikit
variasi beban,
tanur otomatis,
pengering,
penghancur,
mesin perkakas
umum, alas-
alas besar
umum, mesin
kertas umum
Tumbukan Pres, 1,5 1,4 1,7
berat penghancur,
mesin
pertambangan,
bor minyak
bumi,
pencampur
karet, rol,
mesin

25
penggetar,
mesin-mesin
umum dengan
putaran dapat
dibalik atau
beban
tumbukan

2.2.2. Pemilihan rantai


Rantai mempunyai nomor yang disebut nomor
rantai, masing-masing nomor rantai mempunyai ukuran
umum seperti: jarak bagi (p), diameter rol (R), lebar roll
(W), dan sebagainya, dan ukuran kusus seperti: panjang
pena, batas kekuatan tarik, dan sebagainya yang dapat
dilihat pada lampiran.
Untuk memilih besarnya rantai yang sesuai dengan
daya dan putarannya, maka dapat menggunakan gambar di
bawah ini. Sebagai contoh putaran pule kecil 500 rpm, Pd =
3 kW dan menggunakan satu buah rantai yang cocok untuk
kasus tersebut adalah rantai nomor 50.

26
Gambar 2.8 Diagram pemilihan rantai rol

2.2.3. Diameter dan jumlah gigi sproket


Besarnaya diameter dan jumlah gigi sproket sangat
ditentukan oleh perubahan putaran yang diinginka,
sehingga sebelum menggunakan rumus-rumus rantai,
menggunakan dulu rumus umum perbandingan kecepatan.
𝑛2 𝜔2 𝐷1 𝑁𝑡1
𝑖= = = =
𝑛1 𝜔1 𝐷2 𝑁𝑡2
Bila, p = pitch, inch
𝛾 = sudut pitch

27
D = diameter sproket, inch
Nt = jumlah gigi
Maka berdasarkan segitiga antara sproket dan rantainya
dapat dinyatakan:
𝛾 0,5 𝑝 𝑝
sin = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐷 = 𝛾
2 0,5 𝐷 sin 2
𝛾 = sudut sambungan (sudut sendi) (angle of
articulation)
𝑝 360
𝐷= karena 𝛾 =
180 𝑁𝑡
sin � 𝑁𝑡 �

2.2.4. Kecepatan, panjang dan gaya rantai


Kecepatan rantai biasanya diartikan sebagai jumlah
panjang (meter) yang masuk ke dalam sproket tiap satuan
waktu (detik), sehingga dapat dinyatakan.
𝜋 𝐷 𝑛 𝑁𝑡 𝑝 𝑛
𝑉= =
60 60
Dimana, D : diameter sproket, m
n : putaran, rpm
p : pitch, m

Untuk mendapatkan jarak sumbu poros (C) yang


ideal antara 30 sampai dengan 50 kali pitch (C = (30
sampai 50)p , untuk beban yang berfluktuasi jarak tersebut
harus dikurangi sampai menjadi 20p. Panjang rantai yang
diperlukan dapat dihitung berdasarkan jumlah pitch (𝐿�𝑝),
secara pendekatan dapat dicari dengan persamaan:
𝐿 2𝐶 (𝑁𝑡1 + 𝑁𝑡2 ) �𝑁𝑡1 − 𝑁𝑡2 �
= + +
𝑝 𝑝 2 𝐶
4𝜋 2 𝑝

28
2𝐶 (𝑁𝑡1 + 𝑁𝑡2 ) �𝑁𝑡1 − 𝑁𝑡2 �
𝐿 = 𝑝� + + �
𝑝 2 𝐶
4𝜋 2 𝑝

Pada rantai tidak ada gaya F1 dan F2 seperti halnya


pada belt, yang ada hanya F yaitu gaya pada sisi yang
kencang, sedang pada sisi yang kencdor dianggap sama
dengan nol karena nilainya berbeda jauh dengan sisi yang
kencang.
102 𝑃𝑑
𝐹=
𝑣

2.3. Poros
Poros merupakan salah satu elemen mesin yang sangat
penting, karena hampir setiap mesin mempunyai poros. Pada
sebuah mesin poros berfungsi untuk mentransmisikan daya yang
disertai dengan putaran, disamping itu juga berfungsi untuk
menahan beban.

2.3.1. Momen torsi


N
Mt = 63000 × n
Dimana: Mt : momen torsi (lbf.in)
N : daya (kW)
n : putaran per menit (rpm)
Rumus momen torsi selain dinyatakan oleh
persamaan di atas dapat juga dinyatakan dalam bentuk
lain. Karena menggunakan satuan yang berbeda, maka
bilangan konversi satuan akan berubah.
N
Mt = 71620 × n
Dimana: Mt : momen torsi (kgf.cm)
N : daya (HP)
N
Mt = 97,4 × 105 n

29
Dimana: Mt : momen torsi (kgf.mm)
N : daya (kW)

2.3.2. Beban radial, beban aksial dan Momen terbesar


Beban radial dan beban aksial merupakan beban
yang terjadi pada poros. Beban radial merupakan beban
dalam yang bekerja sejajar dengan penampang potong atau
tegaklurus terhadap sumbu batang. Beban aksial yakni gaya
dalam yang bekerja tegak lurus terhadap penampang
potong atau sejajar dengan sumbu batang.
Langkah awal untuk menghitung momen terbesar di
bidang horisontal dan vertikal pada poros dapat
menggunakan rumus di bawah ini, yang sebelumnya harus
membuat diagram momen
MB = (M BH )2 + (M BV )2
Dimana :
M BH : momen yang terjadi pada bidang horisontal
(kgf.mm)
M BV : momen yang terjadi pada bidang vertikal
(kgf.mm)

2.3.3. Bahan poros


Poros bisa dibuat dari bahan: baja karbon atau baja
paduan. Contoh bahan paduan untuk poros ASME 1347,
3140, 4340. Bahan paduan tersebut biasa disebut bahan
komersial. Bila diperlukan pengerasan permukaan, maka
perlu dipakai baja yang dikarburising, misalnyaASME
1020, 1117, 2315atau G4102, G4103, G4104 dan
sebagainya. Untuk poros yang bentuknya sulit seperti poros
engkol, maka sebaiknya memakai besi cor.
Bahan poros dikatakan mumpuni jika memenuhi
persamaan dibawah ini:
Poros pejal:

30
16 MB 2 16 Mt 2 σyps
�� � + � � ≤
π ds 3 π ds 3 2
Poros berlubang:
16 𝜎
4
�𝑀𝐵 2 + 𝑀𝑡 2 ≤ 𝑦𝑝𝑠
𝑑 𝑠𝑓
𝜋 𝑑𝑜 3 �1 − � 𝑖 � �
𝑑𝑜
Dimana, ds : diameter poros, mm
di : diameter dalam poros berlubang, mm
do : diameter luar poros berlubang, mm
M B : momen bending yang diterima poros,
kgf.mm
M t : momen torsi yang diterima poros,
kgf.mm

2.3.4. Diameter poros


162 𝑀𝐵 2 +162 𝑀𝑡 2
ds ≥ 6� 𝑘𝑠 𝑆𝑦𝑝 2
𝜋2 � �
𝑠𝑓
Dimana, ds : diameter poros, mm
ks : koefisien (0,5)
S yp : tegangan luluh
sf : safety factor (2)

2.4. Roll Bearing


Bearing atau bantalan adalah elemen mesin yang berfungsi
untuk menumpu poros, supaya putaran atau gerakan poros dapat
berlangsung dengan baik dan aman, juga untuk menahan gaya
yang terjadi pada poros. Jika bearing tidak berfungsi dengan baik
maka kerja seluruh sistem akan menurun atau mesin tidak dapat
bekerja sebagaimana mestinya.
Bearing dengan rol ini mempunyai kegunaan yang sama
seperti bearing dengan bola, tetapi bearing ini dapat menerima
beban radial yang lebih besar (dalam ukuran yang sama). Hal ini

31
dimungkinan karena kontak antara rol dengan ring lebih besar
yaitu berupa garis, tidak berupa titik seperti ball bearing.

2.4.1. Beban ekivalen


Beban ekivalen adalah beban radial yang konstan
yang bekerja pada bearing dengan ring dalam yang
berputar atau ring dalam yang berputar, yang akan
memberikan umur yang sama, seperti bila bearing bekerja
denan kondisi nyata untuk beban dan putaran yang sama.
Dalam kenyataannya bearing biasanya menerima
beban kombinasi antara beban radial dan beban aksial, serta
pada suatu kondisi ring dalam yang tetap sedangkan ring
luarnya berputar. Sehingga persamaan beban ekivalen (P)
setelah adanya koreksi tersebut, menjadi:
P = ( X ⋅V ⋅ Fr ) + (Y ⋅ Fa )
dimana : P = Beban Equivalen, lbf
Fr = Beban Radial , lbf
Fa = Beban Aksial , lbf
X = Konstanta Radial
Y = Konstanta Aksial
V = Faktor Putaran (konstan)
= 1 untuk ring dalam yang berputar
= 1,2 untuk ring luar yang berputar

Cara memilih harga X dan Y dapat dilakukan dengan


langkah-langkah sebagai berikut :
1. Cari terlebih dahulu harga : i.Fa/Co
i = jumlah deret bearing
2. Kemudian dari harga ini, ditarik garis ke kanan
sampai pada kolom e, sehingga didapat harga e.
3. Cari harga: Fa/(V.Fr), dan bandingkan dengan
harga e, akan diperoleh kemungkinan: Fa/(V.Fr)
< e atau Fa/(V.Fr) = e atau Fa/(V.Fr) > e.
4. Dari perbandingan harga tersebut, maka akan
didapatkan harga X dan Y dari kolom:

32
Fa/(V.Fr) ≤ e atau Fa/(V.Fr) > e. Khusus untuk
deret satu (single row bearing), bila harga
Fa/(V.Fr) ≤ e, maka X = 1 dan Y = 0.
5. Dapat dibantu dengan Interpolasi atau
Extrapolasi.
Hasil perhitungan beban equivalen diatas tidak
memperhitungkan adanya beban kejut dan impact, maka
agar lebih aman dan mampu menghindari kerusakan
bantalan lebih awal, beban equivalen harus dikalikan
dengan konstanta kondisi beban (F s ). Maka persamaan
untuk mencari beban equivalen menjadi :
P = Fs {( X ⋅V ⋅ Fr ) + (Y ⋅ Fa )}

Tabel 2.10 Konstanta kondisi beban


Multiply calculated load
by following factors
No. Type of service
Ball Bearing Roller
Bearing
1 Uniform and steady load 1,0 1,0
2 Light shock load 1,5 1,0
3 Moderate shock load 2,0 1,3
4 Heavy shock load 2,5 1,7
5 Extreme and indefinite
3,0 2,0
shock load

2.4.2. Prediksi umur bearing


Dengan asumsi putaran konstan, maka prediksi umur
bearing (dinyatakan dalam jam) dapat ditulis dengan
persamaan:
b
 C  10
6
L 10 =  
 P  60.n
Dimana :
L 10 = umur bantalan ( jam kerja )

33
C = diperoleh dari tabel bantalan sesuai dengan
diameter dalam bantalan yang diketahui (lb)
P = beban equivalent (lb)
b = 3, untuk bantalan dengan bola
= 3,33 bila bantalan adalah Bantalan Rol
N p = putaran poros ( rpm )

34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Flowchart Penelitian


Pengerjaan dalam pembuatan tugas akhir ini sesuai dengan
flowchart, bisa dilihat pada gambar 3.1 atau diagram dibawah ini.

35
3.2. Studi Literatur
Pada studi literatur meliputi kegiatan mencari dan
mempelajari bahan pustaka yang berkaitan dengan belt conveyor
dan komponennya. Studi literatur ini diperoleh dari berbagai
sumber antara lain buku / text book, diktat yang mengacu pada
referensi, publikasi-publikasi ilmiah, tugas akhir dan penelitian
yang berkaitan dan media internet.
3.3. Observasi
Observasi atau pengamatan lapangan dilakukan di sebuah
industri kecil di Kecamatan Penataran Kabupaten Blitar Jawa
Timur untuk mengamati belt conveyor yang menghubungkan
hopper batuan menuju crusher. Batuan tersebut dihancurkan
menjadi ukuran yang lebih kecil sehingga menjadi kerikil dan
pasir.
3.4. Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan secara langsung di lapangan
dengan bantuan pekerja. Alat bantu yang digunakan dalam
pengambilan data antara lain jangka sorong, meter ukur, dan
sebagainya.
3.5. Perencanaan
Pada tahapan ini, perencanaan dilakukan untuk menentukan
komponen apa saja yang perlu direncanakan. Dilakukan pula
perencanaan disain yang diinginkan disesuaikan dengan data yang
telah didapatkan.
3.6. Perhitungan dan Analisa
Pada tahap ini dilakukan perhitungan untuk perencanaan
belt conveyor, rantai dan sproket serta bearing yang dapat
digunakan.
3.7. Penyusunan Laporan
Tahap ini merupakan ujung dari perencanaan belt conveyor
yaitu dengan melakukan perhitungan serta analisa yang kemudian
dapat ditarik kesimpulan yang didapat dari hasil peneliatan
sebelumnya yang telah dilakukan.

36
3.8. Flowchart Perhitungan

37
38
39
3.8.1. Perencanaan belt conveyor
Meliputi perhitungan luas penampang, kapasitas,
berat muatan per meter dan berat belt per meter. Sehingga
didapatkan spesifikasi belt conveyor yang sesuai dengan
yang diinginkan.
3.8.2. Perencanaan roller idler
Perhitungan meliputi diameter dalam dengan
ditentukan terlebih dahulu diameter luar dari roller idler.
Yang kemudian didapatkan berat roll per meter. Hasil-hasil
tersebut digunakan untuk perhitungan daya motor
penggerak.
3.8.3. Perencanaan rantai dan sproket
Perencanaan rantai dan sproket meliputi perhitungan
daya desain, torsi, diameter sproket dan kecepatan rantai.
Kemudia dari perhitungan tersebut didapatkan panjang

40
rantai dan kecepatan rantai. Lalu dapat ditentukan jenis dan
tipe rantai yang akan digunakan.
3.8.4. Perencanaan poros
Dilakukan perhitungan momen torsi, beban radial
dan tangensial, reaksi tumpuan dan momen terbesar yang
kemudian menentukan bahan poros dan didapatkan
diameter poros yang akan digunakan.
3.8.5. Perencanaan bearing
Setelah didapatkan diameter poros makan dapat
ditentukan diameter bearing dan mendapatkan data dari
tabel untuk dilakukan perhitungan beban ekuivalen pada
bearing. Setelah itu dapat diprediksi umur bearing.
3.9. Tempat dan Waktu
Observasi dilakukan pada Februari-Juni 2018 di sebuah
industri kecil di Kecamatan Penataran, Kabupaten Blitar, Jawa
Timur.
3.10. Komponen Mesin
1. Rubber belt

Gambar 3.1 Rubber belt

41
Belt yang digunakan adala sersan rubber belt, belt ini
memiliki cleat umumnya digunakan untuk
mengangkut bahan – bahan pada permukaan yang miring.
Cleat akan memberikan perlawanan yang lebih tinggi dan
gesekan untuk mencegah beban jatuh ke arah gravitasi.
Cleat diterapkan pada conveyor dengan jarak apapun dan
dalam berbagai ketinggian dan potongan.
2. Motor penggerak
Motor penggerak menggunakan motor gearbox. Motor
memiliki putaran per menit sebesar 1440 rpm yang
dihubungkan dengan gearbox yang berfungsi untuk
meningkatkan torsi dan mengurangi kecepatan atau putaran
per menit (rpm) dari motor. Rasio kecepatan motor tersebut
1:32 sehingga kecepatan atau putaran per menit (rpm)
motor tersebut menjadi 40 rpm.

Gambar 3.2 Motor penggerak

42
3. Rantai dan sproket

Gambar 3.3 Rantai dan sproket


Menggunakan rantai dan sproket yang berfungsi untuk
mentransmisikan daya dari motor penggerak sehingga
dapat menggerakan drive atau head pulley.
4. Hopper
Sebuah wadah besar yang berbentuk seperti corong
dengan ujung bawah yang mengerucut ini memiliki
kapasitas untuk menampung batuan sebelum akhirnya
dihancurkan menjadi ukuran yang lebih kecil. Bentuk yang
mengerucut dibagian bawahnya bertujuan agar dapat
memudahkan proses pengeluaran batuan.

43
Gambar 3.4 Hopper
5. Crusher
Merupakan mesin penghancur batuan yang mulanya
berukuran besar menjadi ukuran yang lebih kecil. Setelah
batuan dihancurkan dapat menjadi pasir ataupun kerikil
yang ukurannya lebih kecil dibanding batuan.

Gambar 3.5 Pemecah batu

44
6. Roller idler
Berfungsi untuk menyangga belt atas upper idler
(untuk mencegah belt slip/ sobek karena membelok di
pulli) dan lower idler (untuk menyangga belt/ muatan).
Pada upper idler menggunakan V trough roller idler dan
pada lower idler menggunakan flat roller idler.

Gambar 3.6 Flat roller idler

Gambar 3.7 Troughed roller idler


7. Roller bearing

45
Berfungsi untuk menumpu poros, supaya putaran atau
gerakan poros dapat berlangsung dengan baik dan aman,
juga untuk menahan gaya yang terjadi pada poros. Roller
bearing ini dapat menerima beban radial yang lebih besar
(dalam ukuran yang sama) dibanding ball bearing.

3.11. Cara Kerja Mesin


1. Motor penggerak akan menggerakkan drive atau head
pulley.
2. Head pulley yang telah berputar akan menarik belt,
sehingga belt berjalan naik.
3. Setelah belt berjalan, Batuan yang ada di dalam hopper
akan didorong menuju tail belt conveyor.

Gambar 3.8 Batuan keluar dari hopper

4. Lalu batuan akan dibawa menuju head belt conveyor.

46
Gambar 3.9 Batuan menuju head

5. Setelah di head belt conveyor, batuan akan


ditumpahkan. Penumpahan muatan tersebut karena belt
berbalik arah dan batuan tidak dapat mengikuti arahbelt
sehingga batuan akan ditumpahkan ke crusher
6. Di dalam crusher, batuan akan dihancurkan menjadi
ukuran yang lebih kecil.

47
Halaman ini sengaja dikosongkan.

48
BAB IV
PERHITUNGAN DAN ANALISA

4.1. Data Hasil Observasi


Setelah dilakukan observasi lapangan, didapatkan beberapa
data yang dapat mendukung perhitungan belt conveyor. Adapun
data-data tersebut sebagai berikut:
- Kapasitas belt conveyor = 17 ton/jam
- Daya motor penggerak = 7 hp
- Lebar sabuk = 500 mm = 0,5 m
- Ketebalan sabuk = 6 mm
- Jarak roller atas (l 1 ) = 0,5 m
- Jarak roller bawah (l 2 ) =1m
- Panjang sabuk (L) =6m
- Sudut kemiringan (β) = 25o
- Kecepatan belt = 0,13 m/s
- Diameter roller kecil = 2,5 inch = 63,5 mm
- Gigi sproket kecil (Nt 1 ) = 11
- Gigi sproket besar (Nt 2 ) = 35
- Kapasitas mesin penghancur = 15-20 ton/jam

4.2. Perencanaan Belt Conveyor


Data awal yang diperlukan untuk perencanaan belt
conveyor:
- Lebar sabuk (B) = 650 mm = 0,65 m
- Sudut repose (φ) = 45o (Tabel 2.5)
- Kapasitas (Q) = 7 ton/20 menit
- Massa jenis (γ) = 1,8 ton/m3 (Tabel 2.5)
- Ketebalan sabuk (δ) = 6 mm
- Jarak roller atas (l 1 ) = 0,5 m
- Jarak roller bawah (l 2 ) =1m
- Panjang sabuk (L) =6m
- Faktor resistan idler (ω’) = 0,04 (Tabel 2.6)
- Sudut kemiringan (β) = 18o (Tabel 2.6)
- Diameter luar roller (D) = 2,5 inch = 63,5 mm

49
- Kecepatan belt (v) = 0,13 m/s
- Faktor koreksi (C 1 ) = 0,90 (Halaman 17)

4.2.1. Luas penampang muatan

Gambar 4.1 Troughed idler


Luas penampang muatan terdiri dari 2 luasan, yaitu
A 1 yang merupakan luasan berbentuk segitiga dan A 2 yang
merupakan luasan berbentuk trapesium.
A = A1 + A2 = 0,16 B2 C1 tan φ + 0,0435 B 2
= 0,16 . 0,652 . 0,9 . tan 45° +
0,0435 . 0,652
= 0,036 + 0,011
= 0,079 m2

4.2.2. Kapasitas dan berat komponen conveyor


Adapun kapasitas yang dapat di dalam satuan
ton/jam adalah sebagai berikut:
Q = 160 𝐵𝑡𝑟 2 𝑣 𝛾[3,6 𝐶1 tan(0,35 𝜑) + 1]
= 160 0,652 . 0,13 . 1,8 [3,6 . 0,90 . tan(0,35 . 45) + 1]
= 30,273 ton/jam
Berat muatan per meter alat pengangkut:
q = 1000 A γ = 1000 . 0,079 m2 . 1,8 ton� 3
m
kg�
= 142,2 m

50
Berat sabuk per meter:
qb = 1,1 B (δi + δ1 + δ2 )
= 1,1 . 0,65 . 6
kg
= 4,29 �m

4.2.3. Perencanaan roller idler


Dalam perencanaan ini bentuk material adalah
material curah atau tumpahan (bulk material). Agar proses
berjalan lancar, digunakan roller idler yang sesuai dengan
muatannya yaitu through roller idler pada bagian atas
(carrier roller) dan flat roller idler pada bagian bawah
(return roller).
Berdasarkan diameter luar roller idler maka diameter
luar roller idler dapat ditentukan sebagai berikut:
t = 0,02D+10
= 0,02 . 63,5+10
= 11,27
d = D – (2t)
= 63,5 – (2 . 11,27)
= 40,96 mm

Berat roller idler tergantung desain, ukuran, dan


merupakan fungsi lebar belt. Untuk berat roller sebagai
berikut:
G′ p = 10 B + 7kg = 10 . 0,65 + 7kg
= 13,5 kg
Berat roller per meter:

G′ p 13,5 kg
qp= =
l1 0,5 m
kg�
= 27 m

Dan untuk roller bagian bawah sebagai berikut:


G′ p = 10 B + 3kg = 10 . 0,65 + 3kg
= 9,5 kg

51
Berat roller per meter:
G′′ p 9,5 kg
q′′ p = =
l2 1m
kg�
= 9,5 m

4.2.4. Tahanan pada belt


Untuk belt yang dijalankan diatas idler, rugi-rugi
tahanan (losses) disebabkan oleh beberapa faktor seperti
adanya gesekan pada bantalan idler, belt slip diatas roller
dan tekukan dari idler. Rugi-rugi ini selanjutnya
berpengaruh terhadap gaya tahanan belt.
Gaya tahanan pada bagian yang dibebani muatan:
W 3-4 = �q + qb + q′ p � Lhor ω′ + (q + qb )H
= �q + qb + q′ p � L ω′ cos β + (q + qb )L sin β
= (142,2 + 4,29 + 27) 6 . 0,04 cos 18° +
(142,2 + 4,29)6 sin 18°
= 311,207 kg

Gaya tahanan pada bagian tanpa muatan (gerak balik):


W 1-2 = �qb + q"p �Lhor ω′ − qb H
= �qb + q"p �L ω′ cos β − qb L sin β
= (4,29 + 9,5)6 . 0,04 cos 18° − 4,29 . 6 sin 18°
= 3,148 − 7,954
= −4,806
4.2.5. Tegangan pada belt
Untuk perhitungan tegangan belt dilakukan pada
empat titik. Dimana titik pertama dilambangkan dengan S 1
terletak di bawah head pulley. Untuk titik kedua
dilambangkan S 2 terletak di bawah tail pulley. Untuk titik
ketiga dilambangkan dengan S 3 terletak diatas tail pulley.
Untuk titik keempat dilambangkan dengan S 4 terletak di
atas head pulley.

52
Gambar 4.2 Tarikan/tegangan pada belt
Tegangan S 1 dimana belt meninggalkan head pulley
= S 1 . Tegangan S 2 dapat detentukan sebagai berikut:
S 2 = S1 + W1−2
= S1 + (−4,806)
= S1 − 4,806

Tegangan S3, tahanan gesek pada pulley berkisar 5-


7% sehingga dapat ditentukan sebagai berikut:
S 3 = 1,07 S2
= 1,07 (S1 − 4,806)
= 1,07 S1 − 5,143

Tegangan S 4 , dihitung untuk material langsung


dijatuhkan pada ujung head pulley sehingga dapat
ditentukan sebagai berikut:
S 4 = S3 + W3−4
= 1,07 S1 − 5,143 + 311,207
= 1,07 S1 + 306,065 ...(i)

Dari hukum euler, belt tidak slip pada pulley jika


memenuhi persamaan sebagai berikut:
St ≤ Ssl eµα
dimana:
S t : gaya tarik pada sisi belt yang kencang (S 4 )

53
S sl : gaya tarik pada pada sisi belt pembalik (S 1 )
M : koefisien gesek antara belt dan pulli
A : sudut kontak pada belt (dalam radian
E : bilangan logaritma dasar

St = S4 ≤ Ssl eµα
S 4 ≤ Ssl eµα
S4 ≤ S1 . 1,87 ...(ii)

Dari persamaan (i) dan (ii) didapatkan:


S4 = 1,07 S1 + 306,065
S 1 . 1,87 ≥ 1,07 S1 + 306,065
0,80 S 1 ≥ 306,065
S1 ≥ 382,581 kg
S1 = 383...(iii)

Selanjutnya didapatkan persamaan (iii) untuk


menghitung S 2 , S 3 dan S 4 .
S 2 = S1 − 4,806
S 2 = 383 − 4,806
= 378,194

S 3 = 1,07 S1 − 5,143
= 1,07 (383) − 5,143
= 404,667

S 4 = 1,07 S1 + 306,065
= 1,07 (383) + 306,065
= 715,875

4.2.6. Daya motor penggerak


Untuk menentukan daya motor penggerak dapat
ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
Wo .V
N=
102 ηg

54
dimana:
N : daya motor penggerak
ηg : efesiensi motor penggerak (80%)
W o : tegangan efektif pulli
(Wo = S 4 – S 1 + Wdr)

Dengan nilai konstanta Wdr sebagai berikut:


W dr = 0,03 (S4 + S1 )
= 0,03 (715,875 + 383)
= 32,966

Sehingga diperoleh:
W o = S4 − S1 + Wdr
= 715,875 − 383 + 32,966
= 365,841
Dengan memasukan nilai Wo maka didapatkan
daya sebagai berikut:
Wo .V
N =
102 ηg
365,841 .1
=
102 . 0,8
= 4,483 kW
= 6,012 hp

4.3. Perencanaan Rantai dan Sproket


Ketika mentransmisikan daya antara poros-poros yang
berputar, rantai berhubungan terpadu dengan roda bergigi yang
disebut sproket. Pada conveyor ini, diperlukan transmisi atau
tanpa slip sehingga dipilih rantai rol. Rantai mengait sproket dan
meneruskan daya tanpa slip sehingga putaran yang diteruskan
tetap.
Adapun kelebihan penggunaan rantai rol adalah
pemasangannya yang mudah dan harganya yang relatif murah.
Rantai rol juga memiliki variasi ukuran yang banyak sehingga
dapat dipakai untuk daya besar maupun kecil. Namun juga

55
memiliki kekurangan yaitu menimbulkan suara dan getaran
karena tumbukan antara rantai dan dasar kaki gigi sproket.
Data awal yang diperlukan untuk perencanaan chain dan
sproket:
- Faktor koreksi rantai (f c ) = 1,3 (Tabel 2.9)
- Daya (P atau N) = 0,583 kW
- Jumlah gigi sproket kecil (Nt 1 ) = 11
- Jumlah gigi sproket besar (Nt 2 ) = 35
- Pitch (p) = 19,05 mm
- Putaran (n) = 40 rpm
- Jarak sumbu poros (C) = 750 mm

4.3.1. Daya desain


Besarnya daya desain dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
Pd = fc P
= 1,3 . 0,583 kw
= 0,758 kw

4.3.2. Diameter sproket


Dipilih rantai No 60 dengan pitch 19,05 mm. Untuk
mengetahui diameter sproket berdasarkan pitch dan jumlah
gigi, dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut:
Diameter sproket kecil:
p
D1 = 180
sin� �
Nt1
19,05
= 180
sin� 11 �
= 67,617 mm

Diameter sproket besar:


p
D2 = 180
sin� �
Nt2

56
19,05
= 180
sin� 35 �
= 212,518 mm

4.3.3. Kecepatan rantai


Kecepatan rantai biasanya diartikan sebagai jumlah
panjang (meter) yang masuk ke dalam sproket tiap satuan
waktu (detik), sehingga dapat dinyatakan.
Kecepatan rantai pada sproket kecil:
π D1 n
V1 =
60
π .0,068 .40
=
60
= 0,142 m⁄s
Kecepatan rantai pada sproket kecil:
π D2 n
V2 =
60
π .0,213 .40
=
60
= 0,446 m⁄s

4.3.4. Panjang rantai


Jarak sumbu poros (C) sama dengan 750 mm.
Panjang rantai yang diperlukan dapat dihitung berdasarkan
jumlah pitch (L�p), secara pendekatan dapat dicari dengan
persamaan:
2C (Nt1 +Nt2 ) �Nt1 −Nt2 �
L = p� + + C �
p 2 4π2
p

2 .750 (11+35) (35−11)


= 19,05 � + + 750 �
19,05 2 4π2
19,05
= 19,05(78,74 + 23 + 0,015)
= 1938,441 mm
=2m

57
4.4. Perencanaan poros
Data awal yang diperlukan untuk perencanaan belt
conveyor:
- Daya motor (P) = 7 hp
- Putaran (n) = 40 rpm
- Diameter sproket = 68 mm
- Sudut inklinasi belt = 18o
- Sudut rantai = 35o
- Tarikan pada head pulley titik 2 (S 4 ) = 715,875 kgf
- Panjang roll = 650 mm
- Beban roll = 53,62 N

4.4.1. Gaya yang bekerja pada poros

Gambar 4.3 Diagram benda bebas

Beban roll
F ROLL =
Panjang
53,62 𝑁
=
650 𝑚𝑚
= 0,082 N/mm
= 0,008 kgf/mm

58
Gaya pada roll karena tarikan belt conveyor:

Gambar 4.4 Gaya karena tarikan belt conveyor

Tarikan belt
F BELT =
Panjang
715,875
=
650 𝑚𝑚
= 1,1 kgf/mm
F bH = F b cos ∅
= 1,1 cos 18o
= 1,05 kgf/mm
F bH = F b sin ∅
= 1,1 sin 18o
= 0,34 kgf/mm

59
Gambar 4.5 Gaya pada rantai
Torsi pada rantai:
P
T = 9,74 × 105
n
5 7
= 9,74 × 10 40
= 170450 kgf.mm
T
F rantai kencang (F R1 )=
rsproket
170450 kgf.mm
=
34 mm
= 5013,2 kgf
1
F rantai kendor (F R2 ) = F R1
3
1
= 5013,2 kgf
3
= 1671 kgf
Horisontal
F R1 = F R1 cos ∅
= 5013,2 cos 35o
= 4106,6 kgf
F R2 = F R2 cos ∅
= 1671 cos 35o
= 1368,8 kgf

60
Vertikal
F R1 = F R1 sin ∅
= 5013,2 sin 35o
= 2875,5 kgf
F R2 = F R2 cos ∅
= 1671 sin 35o
= 958,4 kgf

4.4.2. Bidang Horisontal


Reaksi tumpuan arah horisontal:

Gambar 4.6 Reaksi tumpuan arah horisontal

+∑ 𝐹𝑦 =0
A H + N + B H + F R1 – F R2 = 0
A H + B H = F R2 – N - F R1
= 1368,8 – 682,5 – 4106,6
= -3420,3

+∑ 𝑀𝐵 = 0
A H 850 + N 425 + (F R2 – F R1 ) 50 = 0
A H 850 + 682,5 . 425 + (1368,8 – 4106,6) 50 = 0
850 A H = -153172,5
AH = -180,2 kgf
A H + B H = -3420,3

61
B H = -3420,3 – A H
= -3420,3 – 180,2
= -3240,1 kgf

Potongan:

Gambar 4.7 Potongan pada arah horisontal

- Potongan I (kiri)

Gambar 4.8 Potongan I bagian kiri

+ ∑ 𝐹𝑦 =0
- AH – V1 =0
V1 = -A H
V1 = -180,2 kgf

+ ∑ 𝑀𝑝𝑜𝑡1 = 0
-A H . x 1 –M 1 = 0

62
M 1 = -A H . x 1
= -180,2 . x 1

0≤x 1 ≤100
x 1 = 0, M1 = 0
x 1 = 50, M 1 = -9010 kgf.mm
x 1 = 100, M 1 = -18020 kgf.mm

- Potongan II (kiri)

Gambar 4.9 Potongan II bagian kiri

+ ∑ 𝐹𝑦 =0
-A H + N – V 2 = 0
V 2 = -A H + N
= -180,2 + 1,05 x 2

0≤x 2 ≤650
x 2 = 0, V2 = -180,2 kgf
x 2 = 150, V2 = -22,7 kgf
x 2 = 300, V2 = 134,8 kgf
x 2 = 450, V2 = 292,3 kgf
x 2 = 600, V2 = 449,8 kgf
x 2 = 650, V2 = 502,3 kgf

63
+ ∑ 𝑀𝑝𝑜𝑡2 = 0
x2
-A H (100 + x 2 ) + N – M2 = 0
2
x2
M 2 = -A H (100 + x 2 ) + N
2
x2
= -A H 100 - A H x 2 + N
2
x2
= -180,2 . 100 – 180,2 x 2 + 1,05 x 2
2
= 0,525 x 2 2 – 180,2 x 2 – 18020

0≤x 2 ≤650
x 2 = 0, M2 = -18020 kgf.mm
x 2 = 150, M2 = -33237,5 kgf.mm
x 2 = 300, M2 = -24830 kgf.mm
x 2 = 450, M2 = 7202,5 kgf.mm
x 2 = 600, M2 = 62860 kgf.mm
x 2 = 650, M2 = 86662,5 kgf.mm

- Potongan III (kiri)

Gambar 4.10 Potongan III bagian kiri

+ ∑ 𝐹𝑦 =0
-A H +N –V 3 = 0
V3 = -A H + N
= -180,2 + 682,5
= 502,3 kgf

64
+ ∑ 𝑀𝑝𝑜𝑡3 = 0
-A H (750+ x 3 ) + N (325+ x 3 ) - M 3 = 0
M 3 = -A H (750+ x 3 ) + N (325+ x 3 )
= -180,2 (750+ x 3 ) + 682,5 (325+ x 3 )

0≤x 3 ≤100
x 3 = 0, M 3 = 86662,5 kgf.mm
x 3 = 50, M 3 = 111777,5 kgf.mm
x 3 = 100, M 3 = 136892,5 kgf.mm

- Potongan IV (kiri)

Gambar 4.11 Potongan IV bagian kiri


+ ∑ 𝐹𝑦 =0
-A H +N + B H –V 4 = 0
V4 = -A H + N - B H
= -180,2 + 682,5 – 3240,1
= -2737,8 kgf

+ ∑ 𝑀𝑝𝑜𝑡4 = 0
-A H (850+ x 4 ) + N (425+ x 4 ) – B H . x 4 - M 4 = 0
M 4 = -A H (850+ x 4 ) + N (425+ x 4 ) – B H . x 4
= -180,2 (850+ x 4 ) + 682,5 (425+ x 4 ) –3240,1 .
x4

65
0≤x 4 ≤50
x 4 = 0, M 4 = 136892,5 kgf.mm
x 4 = 50, M 4 = 2,5 kgf.mm

1000

500

0 X (mm)
100 250 300 400 550 700 750 900
-500
V (kgf)

-1000 V

-1500

-2000

-2500

-3000

Gambar 4.12 Diagram gaya arah horisontal


160000
140000
120000
100000
M (kgf.mm)

80000
60000
M
40000
20000
0 X (mm)
-20000 50 100 250 400 550 700 750 800 850 900
-40000
-60000
Gambar 4.13 Diagram momen arah horisontal

66
4.4.3. Bidang Vertikal

Gambar 4.14 Reaksi tumpuan arah vertikal

+∑ 𝐹𝑦 =0
A V + N – W + B V + F R1 – F R2 = 0
A V + B V = W – N – F R1 + F R2
= 5,2 – 221 – 2875,5 + 958,4
= -2132,9 kgf

+∑ 𝑀𝐵 = 0
A v 850 – (N - W) 425 + (F R2 - F R1 ) 50 = 0
A v 850 – (221 – 5,2) 425 + (958,4 – 2875,5) 50 = 0
850 B V = 4140
AV = 4,87 kgf

A V + B V = -2132,9
B V = -2132,9 - A V
= -2132 – 4,87
= -2137,77

67
Potongan:

Gambar 4.15 Potongan pada arah vertikal

- Potongan I (kiri)

Gambar 4.16 Potongan I bagian kiri

+ ∑ 𝐹𝑦 =0
AV – V1 = 0
V1 = AV
V 1 = 4,87 kgf

+ ∑ 𝑀𝑝𝑜𝑡1 = 0
AV . x1 – M1 = 0
M1 = AV . x1
= 4,87. x 1

68
0≤x 1 ≤100
x 1 = 0, M1 = 0
x 1 = 50, M 1 = 243,5
x 1 = 100, M 1 = 487

- Potongan II (kiri)

Gambar 4.17 Potongan II bagian kiri

+ ∑ 𝐹𝑦 =0
AV + N – W – V2 = 0
V2 = AV + N – W
V 2 = 4,87 + 0,34 x 2 – 0,008 x 2
= 4,87 + 0,332 x 2

0≤x 2 ≤650
x 2 = 0, V2 = 4,87 kgf
x 2 = 150, V2 = 54,67 kgf
x 2 = 300, V2 = 104,47 kgf
x 2 = 450, V2 = 154,27 kgf
x 2 = 600, V2 = 204,07 kgf
x 2 = 650, V2 = 220,67 kgf

+ ∑ 𝑀𝑝𝑜𝑡2 = 0
x2
A V (100 + x 2 ) + (N-W) – M2 = 0
2

69
x2
M 2 = A V (100 + x 2 ) + (N-W)
2
x2
= 4,87 (100 + x 2 ) + (0,34 x 2 – 0,008 x 2 )
2
= 0,166 x 2 2 + 4,87 x 2 + 487

0≤x 2 ≤650
x 2 = 0, M2 = 487 kgf.mm
x 2 = 150, M2 = 4952,5 kgf.mm
x 2 = 300, M2 = 16888 kgf.mm
x 2 = 450, M2 = 36293,5 kgf.mm
x 2 = 600, M2 = 63169 kgf.mm
x 2 = 650, M2 = 73787,5 kgf.mm

- Potongan III (kiri)

Gambar 4.18 Potongan III bagian kiri

+ ∑ 𝐹𝑦 =0
AV + N – W – V3 = 0
V3 = AV + N – W
= 4,87 + 221 – 5,2
= 220,67 kgf

+ ∑ 𝑀𝑝𝑜𝑡3 = 0
A V (750+ x 3 ) + (N- W) (325+x 3 ) – M 3 = 0

70
M 3 = A V (750+ x 3 ) + (N - W) (325+x 3 )
= 4,87 (750+ x 3 ) + (221 – 5,2) (325+x 3 )
= 4,87 (750+ x 3 ) + 215,8 (325+x 3 )

0≤x 3 ≤100
x 3 = 0, M 3 = 73787,5 kgf.mm
x 3 = 50, M 3 = 84821 kgf.mm
x 3 = 100, M 3 = 95854,5 kgf.mm

- Potongan IV (kiri)

Gambar 4.19 Potongan IV

+ ∑ 𝐹𝑦 =0
A V +N – W – B V –V 4 = 0
V4 = AV + N – W – BV
= 4,87 + 221 – 5,2 – 2137,77
= -1917,1

+ ∑ 𝑀𝑝𝑜𝑡4 = 0
A V (850+ x 4 ) + (N – W) (425+ x 4 ) – B V . x 4 - M 4 =
0
M 4 = A V (850+ x 4 ) + (N – W) (425+ x 4 ) – B V . x 4
= 4,87(850+ x 4 )+(221–5,2)(425+ x 4 ) –2137,77.
x4
= 4,87(850+ x 4 )+ 215,8 (425+ x 4 ) –2137,77. x 4

71
0≤x 4 ≤50
x 4 = 0, M 4 = 95854,5 kgf.mm
x 4 = 50, M 4 = -0,5 kgf.mm

500

0 X (mm)
100 250 400 550 700 750 900
-500

-1000 V
V (kgf)

-1500

-2000

-2500

Gambar 4.20 Diagram gaya arah vertikal


120000

100000

80000
M (kgf.mm)

60000
M
40000

20000

0 X (mm)
50 100 250 400 550 700 750 800 850 900
-20000

72
Gambar 4.21 Diagram momen arah vertikal
4.4.4. Momen dan gaya terbesar
V = �(𝑉𝐻 )2 + (𝑉𝑉 )2
= �(2737,8)2 + (1917,1)2
= 3342,278 kgf

MB = �(𝑀𝐻 )2 + (𝑀𝑉 )2
= �136892,52 + 95854,52
= 167115,654 kgf.mm

4.4.5. Torsi
P =Tx𝜔
𝑃
T =
𝜔
𝑃
= 2𝜋𝑛
60 𝑥 1000
5,2 𝑘𝑊
= 2 𝜋 40 𝑟𝑝𝑚
60 𝑥 1000
= 1241,409 N.m
= 126588,5 kgf.mm

4.4.6. Diameter dan bahan poros


Untuk bahan poros dipilih Baja nikel khrom
molibden AISI 4340 dengan σyps = 470 Mpa (Lampiran 1).
162 𝑀𝐵 2 +162 𝑀𝑡 2
ds ≥ 6� 𝑘𝑠 𝑆𝑦𝑝 2
𝜋2 � �
𝑠𝑓

6 162 .136892,5 2+162 .126588,5 2


ds ≥ � 0,5 . 47,927 2
𝜋2 � �
2

73
ds ≥ 42 mm
ds = 45 mm

4.5. Perencanaan Bearing


Data awal yang diperlukan untuk perencanaan belt
conveyor:
- Diameter bearing = 45 mm
- Konstanta kondisi beban (Fs) = 1,0 (Tabel 2.11)
- Faktor putaran (ring luar) = 1,2
- Putaran (n) = 40 rpm

Bearing yang digunakan adalah cylindrical roller bearing


dengan diameter 45 mm, SKF NU2309EC. Sehingga didpatkan
nilai C = 136000 N kgf dan Co = 153000 N (Lampiran 4). Karena
beban aksial (Fa) = 0, maka X=1 dan Y=0.

4.5.1. Beban radial bantalan


Bantalan A
F A = �(𝐹𝐴𝐻 )2 + (𝐹𝐴𝑉 )2
= �(180,2)2 + (4,87)2
= 180,266 kgf
= 1767,806 N
Bantalan B
F B = �(𝐹𝐵𝐻 )2 + (𝐹𝐵𝑉 )2
= �(3240,1)2 + (2137,77)2
= 3881,792 kgf
= 38067,376 N

4.5.2. Beban ekivalen


Bearing dapat menerima beban kombinasi antara
beban radial dan beban aksial, serta ring luar yang berputar
sehingga didapatkan faktor putaran konstan (V) senilai 1,2.
Bantalan B
P A = F s (V . X . F R + Y . F a )

74
= 1,0 (1,2 . 1 . 1767,806 + 0)
= 2121,367 N

Bantalan D
P D = F s (V . X . F R + Y . F a )
= 1,0 (1,2 . 1 . 38067,376 + 0)
= 45680,851 N

4.5.3. Prediksi umur bearing


Dengan asumsi putaran konstan dan beban ekivalen
adalah kombinasi antara beban radial dan beban aksial,
maka prediksi umur bearing didapatkan sebagai berikut:

Bantalan A
C b 106
L 10h =� � ×
P 60 n
136000 3,33 106
= � � × 60 40
2121,367
= 433 x 106 jam-kerja

Bantalan B
C b 106
L 10h =� � ×
P 60 n
136000 3,33 106
= � � × 60 40
45680,851
= 15760 jam-kerja

75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan perencanaan belt
conveyor, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Belt conveyor membutuhkan daya sebesar 6 hp,
sehingga digunakan motor penggerak dengan daya
sebesar 7 hp yang menggerakkan drive atau head pulli.
Head pulli yang berputar akan menarik belt, sehingga
belt akan mulai bergerak.
2. Adapun spesifikasi rancangan sebagai berikut:
a. Lokasi : outdoor
b. Material yang diangkut:
- Nama material : Crushed stone
- Bulk density : 1,8 ton/m3
- Kondisi material : kering
c. Spesifikasi konveyor:
- Kecepatan belt : 0,13 m/s
- Kapasitas maksimum : 30,273 ton/jam
- Panjang lintasan : 6000 mm
- Sudut inklinasi : 18o
- Tipe belt : Rubber belt sersan
- Lebar belt : 650 mm
d. Roller idler (Carry)
- Jenis
Carry : V-troughed roller idler
Return : Flat roller idler
- Diameter luar : 63,5 mm
- Diameter luar : 40,96 mm
- Jarak roller (carry) : 500 mm
- Jarak roller (return) : 1000 mm
e. Rantai dan sproket
- Diameter sproket kecil : 67,617 mm

77
- Diameter sproket besar : 212,518 mm
- Kecepatan sproket kecil : 0,142 m/s
- Kecepatan sproket besar : 0,446 m/s
- Panjang rantai : 2000 mm
f. Poros dan bearing
- Bahan poros : AISI 4340
- Diameter poros : 45 mm
- Tipe bearing : SKF NU2309EC
- Diameter bearing : 45 mm
5.2. Saran
Beberapa saran yang dapat dilakukan untuk penelitian lebih
lanjut:
1. Disarankan memakai metode perhitungan yang berbeda
agar dapat dibandingkan, sehingga dapat disimpulkan
dengan baik.
2. Faktor perawatan dapat dipertimbangkan agar
mendapatkan hasil lebih maksimal.
3. Dibutuhkan studi dan analisa lebih lanjut dalam skala
industri besar.

78
DAFTAR PUSTAKA

[1]
Chrise, Arief Yanuar, dan Syafri. 2017. “Perancangan Bark Belt
Conveyor 27B Kapasitas 244 ton/jam.” Jom FTEKNIK
Volume 4 No. 2 Oktober 2017.
[2]
Lingaiah, K. 1969. Machine Design Data Handbook. New
York: McGraw Hill, Inc.
[3]
Mott, Robert L. 2004. Machine Elements in Mechanical Design
(Fourth Edition). New Jersey: Pearson Prentice Hall.
[4]
Spivakovsky, A., dan V. Dyachkov. 1969. Conveyors and
Related Equipments. Moscow: Peace Publisher.
[5]
Sularso, dan Kiyokatsu Suga. 2004. Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
[6]
Zainuri, ST., Muhib. 2006. Mesin Pemindah Barang.
Yogyakarta: Penerbit Andi.

61
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
BIODATA PENULIS

Penulis bernama Anisa


Wahyu Ummami adalah anak
tunggal. Lahir di Kabupaten
Jepara pada tanggal 27 April
1997. Pendidikan formal yang
pernah ditempuh yaitu TK
Muslimat 07, SD Negeri
Pongangan 1 Gresik, SMPS
Muhammadiyah 12 Gresik,
SMA Negeri 1 Gresik. Dan
pada tahun 2015 menempuh
pendidikan di D3 Teknik Mesin
Industri Fakultas Vokasi – Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS) mengambil bidang studi Manufaktur.
Selama menempuh kuliah di D3 Teknik Mesin
Industri penulis aktif mengikuti kegiatan dan organisasi di
kampus. Pengalaman Organisasi yang penulis ikuti antara
lain adalah menjadi BPH Himpunan Mahasiswa D3 Mesin
(HMDM) 2016/2017.
Penulis juga mengikuti beberapa pelatihan yang di
adakan baik di jurusan maupun di lingkup ITS yaitu
Pelatihan Karya Tulis Ilmiah (PKTI) HMDM tahun 2015.
Pelatihan LKMM Pra - TD FTI- ITS tahun 2015, Pelatihan
Motor Bakar HMDM tahun 2016, Pelatihan LKMM TD
HMDM tahun 2016. Selain itu penulis pernah melakukan
kerja praktik di PT. CNC Controller Indonesia – Bekasi.
Bagi pembaca yang ingin lebih mengenal penulis dan ingin
berdiskusi lebih luas lagi dapat menghubungi E-mail:
anisawahyu@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai