Anda di halaman 1dari 6

BAB II

Jamaludidin al afghani dikenal sebagai seorang pembaharu islam di afganistan dari


abad 18. Beliau lahir tahun 1839 masehi di asadabad dan meninggal tahun 1897 di istanbul.
Selama hidupnya beliau pernah menajdi pembantu pangeran, penasehat dan juga perdana
mentri.

Sebagaimana para pembaharu islam, beliau melihat islam dizaman itu menghadapi kebekuan
dan melihat penjajahan barat atas islam harus dihentikan, maka butuh pembaharuan karena
islam menurut belia adalah agama yang seharusnya dapat diterapkan disemua jaman.

Dalam hal politik, beliau beranggapan bahwa sistem pemerintahan monarki harus digantikan
dengan sistem pemerintahan demokrasi, yaitu dengan menggantinya dengan republik.
Dimana kepemimpinan lewat perwakilan rakyat, penguasaha harus tunduk pada undang-
undang, kesetaraaan hak bagi laki-laki dan perempuan serta kebebasan berpendapat, yang
semuanya harus tetap berpegang pada al quran , as sunnah dan ijtma ulama.

Relevansinya antara aturan yang dibuat dari kondisi dilapangan sesuai dengan sudup pandang
keislamannya , dalam islam dalam membuat aturan atau hukum hendaklah seperti kendaran
yang berjalan dalam satu jalan raya/ jalur. Dimana jalur ini cukup luas dan memiliki batasan-
batasan jalan. Dimana turan dan hukum ini nanti akan berada dijalur ini, dapat sedikit kekiri,
sedikit kekanan atau ditengah, asalkan sesuai jalur maka bisa digunakan. Aturan dan hukum
hendaknya tidak dibuat seperti rel yang mana hanya da satu jalan saja dan harus lewat jalan
ini. Kerena bila mempelajari hukum dalam islam, tentu sangatlah luas, dengan berbagai dalil
dan pemahaman para ulama.

Nah ada 5 hal yang harus dijadikan pedoman, selama berpegang teguh pada 5 hal ini maka
insha allah tidak akan keluar jalur atau tersesat. 5 hal ini adalah :

1. Al quran

2. As sunnah (baik surah, sirah maupun sarirah)

3. Hukum khulafaur rasyidin ( 4 kalifah pertama islam)


4. Imam madzab ( syafi'i, hambali, maliki, hanafi )

5. kesepakatan/ijma ulama yang mutawatir/umum

dimisalkan suatu hukum tidak dijelaskan detail dalam Al quran, maka cari hadist yang
mendukung, bila tidak ada cari pendapat khulafaur rasyidin, bila tidak ada maka lihat
pendapat imam madzab, bila tidak ada maka lihat ijma ulama yang mutawatir. bila sudah
mengikuti car ini INSHA ALLAH aturan dan hukum yang ditetapkan akan relevan dizaman
atau dikondisi apapun ditetapkannya aturan tersebut.

kemudian dalam menentukan aturan tentu harus melihat kondisi lapangan terlebih dahulu,
agar aturan yang ditetapkan sesuai dan tepat sasaran. selain itu dalam penentuan aturan juga
harus ada keringanan/uzur. keringanan ini diberikan karena tidak semua orang memiliki
kemampuan yang sama dalam mengikuti aturan. dan keringanan ini tetap dalam jalur yang
sesuai syariah.

 Menurut Jamaluddin Al-Afghani,

Sistem pemerintahan yang sesuai dengan kondisi umat Muslim adalah pemerintahan
konstisusional atau republik dan konsep kewarganegaraan aktif. Bukannya tanpa sebab,
pemerintahan otoriter tidaklah jauh berbeda dengan tirani. Bentuk pemerintahan seperti ini
menafikan keaktifan warga negara selain juga rentan terhadap monopoli asing yang langsung
tertuju pada penguasa suatu negara. Hasilnya dapat dilihat, dengan mudahnya imperialisme
Barat menguasai serta mengintervensi bentuk pemerintahan absolut yang banyak digunakan
sebagai sistem pemerintahan di banyak negara Islam.

Gerakan politik yang dilakukan Jamaluddin Al-Afghani yaitu menyebarkan ide Pan-
Islamisme di dunia Islam. Untuk mencapai ide ini, pada tahun 1879 atas usaha Afghani,
terbentuklah Partai Nasional (Al-Hizb al-Wathani) di Mesir, tujuan partai tersebut antara lain
memperjuangkan pendidikan universal, menyelenggarakan kebebasan pers, pemasukkan
unsur-unsur Mesir ke dalam posisi bidang militer dan sebagainya. Gerakan ini pada tahun
1838M telah membangkitkan semangat umat Islam dalam menggalang persatuan dan
kesatuan dalam menentang penjajahan bangsa Barat.

Menurut Afghani, dalam ikatan itu eksistensi dan kemandirian masing-masing negara
anggota tetap diakui dan dihormati, sedangkan kedudukan para kepala negaranya, apa pun
gelarnya, tetap sama dan sederajat antara satu dengan yang lain, tanpa ada satu pun dari
mereka yang lebih ditinggikan. Afghani mendiagnose penyebab kemunduran di dunia Islam,
adalah tidak adanya keadilan dan syura (dewan) serta tidak setianya pemerintah pada
konstitusi dikarenakan pemerintahan yang sewenang-wenang (despotik), inilah alasan
mengapa pemikir di negara-negara Islam di timur tidak bisa mencerahkan masyarakat tentang
inti sari dan kebaikan dari Pemerintahan Republik. Pemerintahan Republik, merupakan
sumber dari kebahagiaan dan kebanggaan. Mereka yang diatur oleh pemerintahan Republik
sendirilah yang layak untuk disebut manusia karena suatu manusia yang sesungguhnya hanya
diatur oleh hukum yang didasari oleh keadilan dan mengatur gerakan, tindakan, transaksi dan
hubungan dengan orang yang lain yang dapat mengangkat masyarakat ke puncak
kebahagiaan. Bagi Afghani, pemerintah rakyat adalah “Pemerintahan yang Terbatas”,
pemerintahan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan karenanya
merupakan lawan dari pemerintahan absolut (Mursi, 2009: 35).

 IDE-IDE POLITIK JAMALUDDIN AL-AFGHANI

Munculnya suatu gagasan pemikiran yang dianggap baru dan orisinil dari seorang
pemikir, bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri tanpa ada keterkaitan dengan lingkungan di
mana obyek pemikiran itu ditujukan. Sehingga suatu ide pemikiran biasa muncul dari adanya
anomali dari suatu pemikiran, kemudian berusaha untuk memberikan suatu paradigma baru
dari pemikiran dan kondisi tersebut. Demikian halnya Jamaluddin Al-Afghani dalam melihat
kondisi riil masyarakat dan dunia Islam yang semula mencapai kejayaan, lalu kemudian
terjadi suatu stagnasi pemikiran, menyebabkan umat Islam berada dalam trauma kekalahan
demi kekalahan. Dunia Islam berada dalam himpitan dan kekuasaan para penjajah dari Barat,
yang sebelumnya amat jauh dari apa yang telah digapai oleh umat Islam, bahkan umat Islam
menjadi tumpuan dan harapan bagi dunia luar. Dalam kondisi yang demikian Jamaluddin Al-
Afghani berkesimpulan bahwa kemunduran Islam bukanlah karena ajaran Islam sebagaimana
yang banyak diduga dan dilontarkan oleh orang-orang yang tidak senang kepada Islam,
sehingga Islam dianggap tidak sesuai dengan perubahan zaman dan kondisi baru. Karena itu
untuk membangun pemerintahan yang bersih dan kuat, yang pertama kali dibangun adalah
masyarakatnya.
Jamaluddin menekankan revolusi yang didasarkan pada kekuatan rakyat, sehingga
tujuan-tujuan tersebut dapat tercapai. Dalam pandangannya yang revolusioner ini,
Jamaluddin selalu memprovokasi umat Islam di negara di mana ia berkunjung agar
menentang kesewenang-wenangan penguasa mereka. Rakyat harus merebut kebebasan dan
kemerdekaannya melalui revolusi, yang berarti melalui pemberontakan, kalau perlu dengan
pertumpahan darah. Menurut Jamaluddin, kalau ada sejumlah hal yang harus direbut tanpa
ditunggu sebagai hadiah, maka kebebasan dan kemerdekaan adalah dua hal diantaranya.17
Bahkan tidak jarang ia terlibat langsung dalam gerakan politik bawah tanah. Ketika berada di
Mesir, Ia juga menganjurkan pembentukan pemerintah rakyat melalui partisipasi rakyat
dalam pemerintahan konstitusional sejati. Ia menggemakan tentang keharusan pembentukan
dewan perwakilan rakyat yang disusun sesuai dengan keinginan rakyat. Anggotaanggotanya
harus berasal dari pilihan rakyat, bukan pilihan penguasa atau “pesanan” kekuatan asing.18
Dari pemikiran Jamaluddin ini, Harun menyimpulkan bahwa Jamaluddin menghendaki
bentuk pemerintahan republik yang di dalamnya terdapat kebebasan rakyat untuk
mengeluarkan pendapat dan kewajiban penguasa untuk tunduk pada konstitusi.

Reformasi atau pembaharuan dalam bidang politik yang hendak diperjuangkan oleh
salafiyah di negara-negara Islam adalah pelaksanaan ajaran Islam tentang musyawarah
melalui dewan-dewan konstitusi dan badan-badan perwakilan (rakyat), pembatasan terhadap
kekuasaan dan kewenangan pemerintah dengan konstitusi dan undang-undang, serta
pengerahan kekuatan dan potensi rakyat untuk mendukung reformasi politik dan sekaligus
untuk membebaskan dunia Islam dari penjajahan dominasi Barat (Mursi, 2009: 38).

Menurut Afghani, cara terbaik dan paling efektif untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut
adalah melalui revolusi yang didasarkan atas kekuatan rakyat, sehingga tujuan-tujuan
tersebut dapat tercapai. Dalam pandangannya yang revolusioner ini, Jamaluddin selalu
memprovokasi umat Islam di negara di mana ia berkunjung agar menentang kesewenang-
wenangan penguasa mereka. Rakyat harus merebut kebebasan dan kemerdekaannya melalui
revolusi, yang berarti melalui pemberontakan, kalau perlu dengan pertumpahan darah. kalau
perlu dengan pertumpahan darah. Ia mengatakan bahwa kalau memang ada sejumlah hal
yang harus direbut dan tidak ditunggu untuk diterima sebagai hadiah atau anugerah, maka
kebebasan dan kemerdekaan merupakan dua hal tersebut.
Ketika tinggal di Mesir, sejak awal Afghani menganjurkan pembentukan “Pemerintahan
Rakyat” melalui partisipasi rakyat Mesir dalam pemerintahan konstitusional yang sejati. Ia
banyak berbicara tentang keharusan pembentukan dewan perwakilan yang disusun sesuai
dengan apa yang diinginkan rakyat, dan anggota-anggotanya terdiri dari orang- orang yang
betul-betul dipilih oleh rakyat, sebab dia berkeyakinan bahwa suatu dewan perwakilan yang
dibentuk atas perintah raja atau kepala negara, atau atas anjuran penguasa asing, maka
lembaga tersebut akan lebih merupakan alat politik bagi yang membentuknya. Ketika
penguasa Mesir, Khedevi Taufiq bermaksud menarik kembali janjinya untuk membentuk
dewan perwakilan rakyat berdasarkan alasan bahwa rakyat masih bodoh dan buta politik,
Afghani menulis surat kepada Khedevi yang isinya menyatakan bahwa memang benar di
antara rakyat Mesir, seperti halnya rakyat dinegeri-negeri lain, banyak yang masih bodoh,
tetapi itu tidak berarti bahwa di antara mereka tidak terdapat orang-orang pandai dan berotak
(Rahman, 1984: 77).

Tujuan utama gerakan Afghani ialah menyatukan pendapat semua negara-negara Islam
dibawah satu kekhalifahan, untuk mendirikan sebuah imperium Islam yang kuat dan mampu
berhadapan dengan campur tangan bangsa Eropa. Ia ingin membangunkan kesadaran mereka
akan kejayaan Islam pada masa lampau yang menjadi kuat karena bersatu. Menyadarkan
bahwa kelemahan umat Islam sekarang ini adalah karena mereka berpecah-belah.

Kesimpulan :

Dari beberapa pembahasan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

 Jamaludin Al- Afghani, adalah salah seorang rokoh reformis Islam yang memiliki ide-
ide kreatif dalam mengembalikan semangat juang umat Islam, terutama dalam hal
menentang penjajahan negara Barat modern dan melenyapkan sikap taklid dikalangan
umat, dimana sikap ini telah membelenggu pola pikir rasional umat.
 Pembaharuan pemikiran Islam Jamaluddin Al-Afghani, dilatar belakangi oleh kondisi
riil masyarakat dan dunia Islam yang dilanda keterpurukan dan keterbelakangan baik
dari aspek kehidupan sosial masyarakat maupun dari aspek kehidupan keberagamaan,
yang berada pada masa-masa kejumudan.
 Jamaludin Al-Afghani lebih dikenal sebagai politikus muslim dari pada sebagai
tokohpembaharu negara. Kegiatan politiknya yang terbesar dilakukan di Mesir, yaitu
lebih kurang 8 tahun (1871-1876 M). Sehingga menjadikan ia sebagai bapak
Nasionalisme Mesir. Dalam perjalanan politiknya, ia selalu melandaskan diri pada
ayat-ayat al-Qur’an, sehingga membuat ia disegani oleh teman-temanya dan sekaligus
dibenci oleh musuh-musuh dan patner politiknya, seperti yang dialaminya pada setiap
negara yang didiaminya: Afganistan, India, Mesir, Persia, Turki, negara-negara Eropa
Modern.

 keterbelakangan baik dari aspek kehidupan sosial masyarakat maupun dari aspek
kehidupan keberagamaan, yang berada pada masa-masa kejumudan.

SUMBER JURNAL;

http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=445566&val=9389&title=PEMIKIRAN%20POLITIK%20JAMALUDDIN%20AL-
AFGHANI%20RESPON%20TERHADAP%20MASA%20MODERN%20DAN
%20KEJUMUDAN%20DUNIA%20ISLAM

http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate/article/download/1536/pdf

Anda mungkin juga menyukai