Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA CVA (Cerebro Vascular Accident)


DI RUANG WIJAYA KUSUMA E

Disusun oleh :

Hanif Nanda Nafi’an

19613265

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2021

Mahasiswa

Hanif Nanda Nafi’an

19613265

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

( ) ( )
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Gangguan peredaran darah ke otak yang menyebabkan defisit neurologis mendadak

sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak (Sholihah, 2017)

Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler karena kematian jaringan otak.

Kerusakan jaringan otak menyebabkan defisit neurologis sehingga mengalami

kehilangan tonus otot dan gangguan mobilitas fisik sehingga pasien harus imobilisasi

dan tirah baring (DI, 2019)

Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak.

(Corwin, 2002).

B. Etiologi

Penyebab utamanya dari stroke diurutkan dari yang paling penting adalah

arterosklerosis (trombosis) embolisme, hipertensi yang menimbulkan pendarahan

srebral dan ruptur aneurisme sekular. Stroke biasanya disertai satu atau beberapa

penyakit lain seperti hipertensi, penyakit jantung, peningkatan lemak di dalam darah,

DM atau penyakit vasculer perifer . Selain itu, ada beberapa faktor resiko lain yang

dapat menjadi penyebab dari cva/stroke, antara lain :

 Trombosis : Bekuan darah dalam pembuluh darah otak atau leher: Arteriosklerosis

serebral.

 Embolisme serebral : Bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari

bagian tubuh yang lain: endokarditis, penyakit jantung reumatik, infeksi polmonal.

 Iskemia : Penurunan aliran darah ke area otak: Kontriksi ateroma pada arteri.
 Hemoragi Serebral: Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan kedalam

jaringan otak atau ruang sekitar otak

C. Faktor Resiko

1. Faktor yang tidak dapat diubah (Non ireversible)

a. Jenis kelamin : pria lebih sering ditemukan menderita stroke dibanding wanita.

b. Usia : makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke.

c. Keturunan : adanya riwayat keluarga yang terkena stroke.

2. Faktor yang dapat dirubah (Reversible)

a. Hipertensi

b. Penyakit jantung

c. Koleterol tinggi

d. Obesitas

e. Diabetes melitus

f. Stress emosional

3. Kebiasaan hidup

a. Merokok

b. Peminum alkohol

c. Obat-obatan terlarang

d. Aktivitas yang tidak sehat : kurang olahraga, makanan berkolesterol

D. Klasifikasi

1. Penyakit Stroke dibagi 2 jenis yaitu:

 Stroke Iskemik
Terjadi akibat terjadi penyumbatan di sel-sel syaraf otak.Hampir

kebanyakan pasien Stroke sebanyak 83% adalah pengidap stroke iskemik. Stroke

Iskemik dibagi menjadi 3 jenis:

o Stroke Trombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat

penggumpalan.

o Stroke Embolik: Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.

o Hipoperfusion Sistemik: Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh

karena adanya gangguan denyut jantung.

 Stroke Hemorragik

Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah sehingga menghambat aliran

darah yang normal.akibatnya darah merembes ke suatu daerah otak dan

merusaknya. Stroke Hemorragik dibagi 2 jenis:

o Hemoragik Intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak.

o Hemoragik Subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid

(ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).

E. Manifestasi Klinis

1. Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separo badan.

2. Tiba-tiba hilang rasa peka

3. Bicara cedel atau pelo

4. Gangguan bicara dan bahasa

5. Gangguan penglihatan

6. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai

7. Gangguan daya ingat

8. Nyeri kepala hebat


9. Vertigo

10. Kesadaran menurun

11. Proses kencing terganggu

12. Gangguan fungsi otak

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Angiografi cerebral membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti

perdarahan atau obstruksi arteri adanya titik oklusi atau ruptur.

2. CT Scan : memperlihatkan adanya oedem

3. MRI : mewujudkan daerah yang mengalami infark

4. Penilaian kekuatan otot

5. EEG : mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak

G. Penatalaksanaan

Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai

berikut:

1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:

a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang

sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.

b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha

memperbaiki hipotensi dan hipertensi.

2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.

3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.


4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin

pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.

Pengobatan Konservatif

1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi

maknanya :pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.

2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.

3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi

pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.

Pengobatan Pembedahan

Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral:

1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka

arteri karotis di leher.

2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling

dirasakan oleh pasien TIA.

3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut

4. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.

H. Komplikasi

 Depresi

Inilah dampak yang paling menyulitkan penderitaan dan orang-orang yang

berada di sekitarnya.oleh karena itu terbatasnya akibat lumpuh sulit berkomunikasi

dan sebagianya,penderita stroke sering mengalami depresi.

 Darah beku
Darah beku mudah berbentuk pada jaringan yang lumpuh terutama pada

kaki sehingga menyebabkan pembengkakan yang menggangu,selain itu

pembekuaan darah juga dapat terjadi pada arteri yang mengalirkan darah ke paru-

paru(embelio paru-paru)sehingga penderita sulit bernafas dan dalam beberapa

kasus mengalami kematian.

 Otot mengerut dan sendi kaku

Kurang gerak dapatr menyebabkan sendi menjadi kaku dan nyeri.misalnya

jika otot-otot betis mengerut kaki terasa sakit ketika harus berdiri dengan rumit

menyentuh lantai.hal ini biasanya di tangani fisioterapi.

I. Pemeriksaan Fisik

 Keadaan umum

o Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran

o Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak

bisa bicara

o Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi

 Pemeriksaan integumen

o Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan

cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda

dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke hemoragik

harus bed rest 2-3 minggu

o Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis

o Rambut : umumnya tidak ada kelainan


 Pemeriksaan kepala dan leher

o Kepala : bentuk normocephalik

o Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi

o Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)

 Pemeriksaan dada

Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing

ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks

batuk dan menelan.

 Pemeriksaan abdomen

Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan

kadang terdapat kembung.

 Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus

Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine

 Pemeriksaan ekstremitas

Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

 Pemeriksaan neurologi

Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.

J. Diagnosa yang muncul

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan infark jaringan


otak.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan, penurunan fungsi nerfus hipoglosus
dan vagus.
3. Hambatan mobilitas tempat di tidur berhubungan dengan neuromuskuler.
4. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan
kelemahan neuromuskuler.
5. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan fungsi
6. Gangguan menelan berhubungan dengan gangguan saraf cranial.
7. Kurangnya pengetahuan

No SDKI SLKI SIKI


.

1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan O:


perfusi jaringan pengkajian selama 1x24 - identifikasi
serebral berhubungan jam di dapatkan kriteria peningkantan tekanan
dengan infark jaringan hasil : intracranial.
otak. - monitor peningkatan
- tingkat kesadaran TD.
meningkat. - monitor penurunan
- gelisah menurun. frekuensi jantung
- monitor ireguleritas
- tekanan darah irama nafas
membaik - monitor penurunan
tingkat kesadaran.
- monitor perlambatan
atau ketidak simetrisan
respon pupil.
- monitor kadar CO2
dan pertahankan dalam
rentang yang
diindikasikan
- monitor tekanan
perfusi serebral
- monitor jumlah
kecepatan,dan
karakteristik,drainase
cairan serebrospinal
-monitor efek stimulus

T:
- ambil sampel drainase
cairan serebrospinal.
- kalibrasi transduser.
- pertahankan sterilitas
system pemantauan .
- pertahankan posisi
kepala dan leher netral.
- dokumentasikan hasil
pemantauan,jika perlu.
- atur interval
pemantauan sesuai
kondisi pasien.
- dokumentasi hasil
pemantauan.
E:
-jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan

2. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan O:


fisik berhubungan pengkajian selama 1x24
dengan neuromukuler jam didapatkan hasil: - Identifikasi adanya
nyeri atau keluhan fisik
-pergerakan esktremitas lainnya - Identifikasi
meningkat toleransi fisik
melakukan pergerakan
-kekuatan otot
meningkat -nyeri - Monitor frekuensi
menurun jantung dan tekanan
darah sebelum memulai
-kecemasan menurun mobilisasi

- Monitor kondisi
umum selama
melakukan mobilisasi

T:

- Fasilitasi aktivitas
mobilitas dengan alat
bantu

- Fasilitasi melakukan
pergerakan

- Libatkan kelurga
untuk membantu pasien
dalam meningkatkan
pergerakan

E:

- Jelaskan tujuan dan


prosedur mobilisasi

- Anjurkan melakukan
mobilisasi dini

- Anjurkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. duduk
ditempat tidur).

K:

Konsultasi kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Sholihah, A. (2017). Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada
Pasien Pasca Stroke Iskemik Di Rsud Dr. Harjono Ponorogo. Journal Kesehatan.
DI, L. (2019). Posisi Tidur Miring 30Derajat Terhadap Terjadinya. Jurnal Keperawatan
Terapan (e-Journal), 05(02).

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnosis:

Definitions & Clasification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell

PPNI, T. P. S. D. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator


Diagnostik Edisi 1. In Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. In Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. In DPP
PPNI.

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.: Balai

Penerbit FKUI

Tambayong, Jan, dr. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai