PENDAHULUAN
1
pada pH 3 hingga 11, mempunyai resistensi yang baik terhadap serangan mikroba
serta memberikan kekuatan film yang baik bila mengering pada kulit
1.2 Tujuan
1. Mengetahui definisi sediaan gel.
2. Mengetahui jenis-jenis sediaan gel.
3. Mengetahui basis-basis dan bahan-bahan utama pembentuk sediaan gel
serta fungsinya masing-masing.
4. Mengetahui cara pembuatan sediaan gel.
2
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
3
BAB 2
ISI
2.1 Definisi Gel
Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari
zarah kecil senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik, masing-
masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan (Formularium Nasional,
1979).
Gel adalah sediaan dasar berupa lembekan sistem dispersi. Terdiri dari
partikel anorganik submikroskopis atau organik makromolekul yang
tersuspensi atau terbungkus dan terbacam dalam cairan, yang bercorak dari
transparan atau transluen hingga buram opak (Depkes RI, 1985).
Gel adalah sediaan setengah padat yang terdiri partikel anorganik kecil
atau molekul besar yang tersuspensi dalam cairan (Ansel, 1989).
Gel juga dapat dirumuskan sebagai sistem dispersi, yang minimal terdiri
dua fase, sebuah fase padat dan sebuah fase cair (liogel) atau sebuah fase padat
dan fase gas (serogel) (Voight, 1995).
Fase yang terdispersi dapat mengandung partikel padat (contoh: platelet
clay), makromolekul (contoh: gelatin), atau molekul surfaktan (contoh: sabun).
Gel bersifat transparan, lunak, lembut, mudah dioleskan, dan tidak
meninggalkan lapisan berminyak pada permukaan kulit.
4
yang terdispersi dengan cairan. Contohnya adalah gel aluminium
hidroksida, gel aluminium fosfat.
2. Gel sistem fase rangkap (dua fase)
Gel sistem fase rangkap yaitu massa gel yang terdiri dari gumpalan partikel
kecil yang terpisah, sering disebut sebagai magma atau susu. Gel jenis ini
terdiri dari kelompok-kelompok partikel kecil yang berbeda, dan disebut
juga sistem dua fase. Contohnya adalah bentonit magma, magma bismuth.
3. Xerogel
Gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut rendah diketahui sebagai
xerogel. Xerogel sering dihasilkan oleh evaporasi pelarut, sehingga sisa-sisa
kerangka gel yang tertinggal. Kondisi ini dapat dikembalikan pada keadaan
semula dengan penambahan agen yang menginhibisi, dan menembangkan
5
matriks gel. Contoh: gelatin kering, tragakan ribbons dan acacia tears, dan
sellulosa kering dan polystyrene.
6
Tabel 1. Jenis-jenis basis
Jenis Contoh Tipe Gel
Derivat Selulosa Metilselulosa Hidrogel
Karboksimetilselulosa Hidrogel
Karboksipropilselulosa Hidrogel
Na-Karboksipropilselolusa Hidrogel
Gom Alam Pektin Hidrogel
Carageenan Hidrogel
Gelatin Hidrogel
Tragacanth Hidrogel
Gom Xanthan Hidrogel
Basis Lemak Plastibase Organogel
Petrolatum Organogel
Lard Organogel
Cocoa Butter Organogel
Carbowax bases Organogel
Basis Lain Alginat Hydrogel
Bentonit Anorganik
Karbomer Hidrogel
Polietilen Organik
7
Gambar 2. Struktur kimia derivate selulosa
i. Metilselulosa
Metilselulosa yang sangat kental digunakan sebagai zat pengental dalam
sediaan topikal seperti krim dan gel. Stabil pada pH 3-11 dan temperatur kamar.
Pada pemanasan, viskositasnya berkurang.
8
Gambar 3. Struktur Kimia Metilselulosa
pH : 5,0- 8,0
Derajat substitusi : 1,64 – 1,92
Titik lebur : 190-200 C
Kelarutan : Asam asetat glacial, etanol-kloroform (1:1)
Inkompatibilitas : Aminacrine HCl, klorokresol, fenol, resorsinol,
metilparaben
ii. Hidroksietilselulosa
pH : 5,0- 8,0
Derajat substitusi : 1,64 – 1,92
Titik lebur : 190-200 C
Kelarutan : Larutan dalam air panas dan air dingin
Inkompatibilitas : kasein, gelatin, polyvinyl alcohol, starch.
iii. Hidroksipropilselulosa
9
Gambar 5. Struktur Kimia Hidrokspropil selulosa
pH : 5,0- 8,5
Titik lebur : 260–275 oC.
Kelarutan : Larutan dalam dingin (dibawah 38oC)
Inkompatibilitas : Garam-garam inorganik
10
Digunakan pada formulasi farmasetik oral dan topikal terutama untuk
viscosity-increasing agen. Pada aplikasinya, biasa digunakan konsentrasi tinggi
(4-6%) untuk produksi gel sebagai basis. Perbedaannya dengan metilselulosa
adalah Na-CMC dapat larut baik dengan air panas maupun air dingin. Larutan
dalam airnya stabil terhadap suhu berapapun serta dapat stabil dalam waktu lama
pada suhu 1000C tanpa mengalami koagulasi.
b. Gom Alam
i. Tragacanth
Tragacanth merupakan serbuk berwarna putih hingga putih kekuningan
dengan konsentrasi antara 2%-5%, dan digunakan sebagai basis gel yang stabil
pada pH 4-8. Tragakan termasuk bahan yang rentan terhadap kontaminasi
mikroba dan perubahan pH di luar rangenya. Formulasinya harus terdiri dari agen
pendispersi seperti alkohol, gliserol atau minyak mudah menguap untuk
mencegah gumpalan.
11
dan λ-karagenan (E. spinosum).Karagenan diperoleh melalui ekstraksi dari rumput
laut yang dilarutkan dalam air atau larutan basa kemudian diendapkan
menggunakan alkohol atau KCl. Alkohol yang digunakan terbatas
pada metanol, etanol, dan isopropanol. Karagenan dapat digunakan pada makanan
hingga konsentrasi 1500mg/kg.
12
karagenan yang paling stabil pada larutan asam serta membentuk gel yang
kuat pada larutan yang mengandung garam kalsium.
Kappa karagenan (κ-karagenan) merupakan jenis yang paling banya
terdapat di alam (menyusun 60% dari karagenan pada Chondrus
crispus dan mendominasi pada Euchema cottonii). Karagenan jenis
iniakan terputus pada larutan asam, namun setelah gel terbentuk, kargenan
ini akan resisten terhadap degradasi. Kappa karagenan membentuk gel
yang kuat pada larutan yang mengandung garam kalium.
Lambda karagenan (λ-karagenan) adalah jenis karagenan kedua terbanyak
di alam serta merupakan komponen utama pada Gigartina
acicularis dan Gigatina pistillata dan menyusun 40% dari karagenan
pada Chondrus crispus. Selain itu, lambda karagenan adalah yang kedua
paling stabil setelah iota karagenan pada larutan asam, namun pada larutan
garam, karagenan ini tidak larut.
iii. Pektin
Pektin memiliki pH 6.0–7.2 dan larut dalam air namun tidak larut dalam
pelarut organic. Penyusun utama biasanya polimer asam D-galakturonat, yang
13
terikat dengan α-1,4-glikosidik. Asam galakturonat memiliki gugus karboksil
yang dapat saling berikatan dengan ion ion Mg2+ atau Ca2+ sehingga berkas-
berkas polimer "berlekatan"satu sama lain. Ini menyebabkan rasa "lengket" pada
kulit. Tanpa kehadiran kedua ion ini, pektin larut dalam air. Garam-garam Mg-
atau Ca-pektin dapat membentuk gel, karena ikatan itu berstruktur amorf (tak
berbentuk pasti) yang dapat mengembang bila molekul air "terjerat" di antara
ruang-ruang. Penggunaan pektin yang paling umum adalah sebagai bahan
perekat/pengental (gelling agent) pada selai dan jelly. Pemanfaatannya sekarang
meluas sebagai bahan pengisi, komponen permen, serta sebagai stabilizer pada
produk makanan.
iv. Gelatin
Gelatin bersumber dari tulang hewan yang diproses dengan larutan kimia
hingga larutan tersebut mengental dan mengandung gelatin. Selain dari tulang
hewan, gelatin juga dapat diperoleh dari jaringan kolagen kulit atau ligamen
(jaringan ikat) hewan.
Gelatin memiliki nilai gizi yang tinggi terutama pada kandungan protein
khususnya asam amino dan rendahnya kadar lemak. Gelatin kering mengandung
kira-kira 84 – 86 % protein, 8 – 12 % air dan 2 – 4 % mineral. Dari 10 asam
amino essensial yang dibutuhkan tubuh, gelatin mengandung 9 asam amino
essensial, satu asam amino essensial yang hampir tidak terkandung dalam gelatin
yaitu triptofan.
14
v. Gom Xanthan
Gum Xanthan bisanya digunakan sebagai bahan tambahan yang aman
pada makanan dalam industri makanan misal produksi susu, kuah salad, minuman
buah-buahan, dan sebagai pengental. Pada tingkatan yang lebih tinggi gum
xanthan digunakan sebagai ”suspending agent” yang baik untuk menghilangkan
pulp dan bahan-bahan yang dapat membuat keruh dalam beberapa minuman. Gum
xanthan juga dipakai sebagai stabilizer untuk emulsi minyak flavor (flavour oil
emulsion) dalam beberapa minuman khusus.
c. Karbomer
15
Gambar 12. Struktur kimia asam akrilat penyusum karbomer
d. Alginat
Alginat adalah polimer linier organik polisakarida yang terdiri dari monomer α-L
asam guluronat (G) dan β-D asam manuronat (M) dengan rumus kimia atau dapat
berupa kombinasi dari kedua monomer tersebut (C 6H8O6)n dan BM 10,000 -
600,000. Alginat dapat diperoleh dari ganggang coklat yang berasal dari
genus Ascophyllum, Ecklonia, dan Durvillaea.
Struktur dasar dari monomer alginat adalah cincin tetrahydopyran dan
dapat membentuk 2 konfigurasi, yaitu C1 dan 1C seperti gambar di atas. β -D-
manuronat di alam terdapat dalam konfigurasi C1. Pada konfigurasi 1C α-D-
16
manuronat, interaksi -COOH pada C-5 dan -OH pada C-3 akan kaku, sedangkan
pada C1 gugus-gugus ini berada pada posisi ekuatorial sehingga lebih stabil.
Sebaliknya, untuk alasan yang sama, α -L-guluronat terdapat dalam konfigurasi
1C dibandingkan C1.
Polimer alginat dibentuk dari hubungan antara C-1 dan C-4
tiap monomer dan dihubungkan oleh ikatan eter oksigen. Polimer alginat terdiri
dari 3 jenis, yaitu polimer M (manuronat), polimer G (guluronat), dan polimer
MG. Polimer M dibentuk dari struktur ekuatorial gugus C-1 dan C-4 dan
membentuk polimer lurus, sedangkan polimer G dibentuk dari struktur
aksial. Perbedaan struktur polimer ini menyebabkan polimer G lebih banyak
digunakan untuk proses pembentukan gel alginat dengan penambahan ion Ca2+.
Ion tesebut akan menggantikan ion H+ pada gugus karboksilat dan membentuk
jembatan ion penghubung antara polimer G yang satu dengan yang lainnya.
Hubungan antar polimer G ini akan membentuk struktur egg-box.
Sifat koloid, membentuk gel, dan hidrofilik menyebabkan senyawa ini
banyak digunakan sebagai emulsifier, pengental, dan stabilizer dalam
industri. Sifat hidrofilik alginat dimanfaatkan untuk mengikat air dalam proses
pembekuan makanan. Pada makanan yang dibekukan, polimer ini
mempertahankan jaringan makanan. Selain itu, polimer ini dapat digunakan
sebagai emulsilemak dalam pembuatan saus dan mengenyalkan, menjaga tekstur,
serta menghasilkan rasa yang enak dalam pembuatan pudding. Alginat juga
dimanfaatkan dalam dunia kosmetik karena sifatnya yang dapat mengikat air dan
mudah menembus jaringan. Hal ini menyebabkan polimer ini terikat sempurna
pada jaringan kulit dan mempertahankan kelembaban (hidrofilik) dan elastisitas
kulit.
Selain aplikasi alginat dalam industri di atas, salah satu aplikasi alginat
yang dimanfaatkan dalam sering dimanfaatkan adalah teknik imobilisasi dengan
alginat dalam fermentasi gula olehyeast. Kelebihan teknik imobilisasi adalah
penggunaan kembali biokatalis, produktivitas yang tinggi, dan pengurangan
kontaminasi. Dari penelitian yang telah dilakukan, alginat merupakan matriks
imobilisasi yang paling baik karena efisien, mudah digunakan, dapat dimodifikasi,
dan tidak bersifat toksik.
17
Sedangkan, dalam percobaan, umumnya alginat digunakan sebagai suatu
media, di mana sel yeast dari ragi akan diimobilisasikan dalam butiran-butiran
alginat itu. Butiran-butiran tersebut akan ditempatkan dalam larutan gula
(sukrosa) untuk melihat proses fermentasi yeast sebagai salah satu
metabolismenya dengan menghasilkan CO2 yang mengakibatkan butiran-butiran
tersebut melambung ke atas untuk melepaskan gas. Ketika CO 2 telah dilepaskan,
butiran tersebut akan terjadtuh kembali ke dasar botol dan akan naik lagi ketika
proses fermentasi terjadi lagi.
e. Bentonit
Bentonit terbentuk dari abu vulkanik dengan rumus struktur
Al2O3.4SiO2.H2O. Sifat materialnya tidak menyerap air dan banyak digunakan
sebagai bahan kosmetik, adhesive, cat, keramik, dan semen.
Bentonit dapat dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan kandungan alu-
munium silikat hydrous, yaitu activated clay dan fuller's Earth. Activated clay
adalah lempung yang kurang memiliki daya pemucat, tetapi daya pemucatnya
dapat ditingkatkan melalui pengolahan tertentu. Sementara itu, fuller's earth
digunakan di dalam fulling atau pembersih bahan wool dari lemak.
18
Posisi pertukaran ion lebih banyak diduduki oleh ion-ion kalsium dan magnesium.
Dalam keadaan kering bersifat rapid slaking, berwarna abu-abu, biru, kuning,
merah dan coklat. Penggunaan bentonit dalam proses pemurnian minyak goreng
perlu aktivasi terlebih dahulu.
Endapan bentonit pada umumnya terdiri dari jenis kalsium (Ca-bentonit).
Na-bentonit dimanfaatkan sebagai bahan perekat, pengisi (filler), Lumpur bor,
sesuai sifatnya mampu membentuk suspensi kental setelah bercampur dengan air.
Sedangkan Ca-bentonit banyak dipakai sebagai bahan penyerap. Untuk lumpur
pemboran, bentonit bersaing dengan jenis lempung lain, yaitu atapulgit, sepiolit
dan lempung lain yang telah diaktifkan.
19
Tabel.2 Jenis PVA berdasarkan viskositanya.
20
Tabel 3. Spesifikasi PVA
g. PVP
h. Polietilen
21
Polietilena adalah termoplastik yang pada umumnya digunakan oleh
konsumen produk sebagai kantong plastic, namun juga digunakan dalam bidang
farmsetika untuk pembuatan sediaan gel. Berbagai bentuk dari polietilen dan
kopolimernya digunakan pada cairan gel yang hidrofobik. Produk yang dihasilkan
umumnya lembut, mudah menyebar yang membentuk lapisan tahan air pada
permukaan kulit. Untuk membentuk gel, polimer harus didispersikan pada minyak
di temperatur diatas 80oC dan pendinginan langsung untuk mengendapkan kristal
halus yang menyusun matriks.
1. Fase Air
22
Basis gel atau gelling agents adalah suatu polimer penyusun matriks
tiga dimensi yang akan mengikat air dan zat-zat pengisi gel yang lain di
dalamnya. Basis gel telah dijelaskan dengan terperinci sebelumnya.
Selain zat tersebut di atas, gel juga terdiri dari beberapa bahan tambahan,
antara lain:
1. Kosolven
2. pH adjusment
3. Enhancer
23
cosolvent yang menjadi media bagi molekul zat aktif untuk berpenetrasi ke
dalam stratum corneum (Swarbrick dan Boylan, 1995)
4. Antioksidan
24
disesuaikan dengan sifat dari pembawa gel, namun karena umumnya
pembawa gel adalah suatu senyawa hidrokoloid, maka antioksidan yang
digunakan adalah senyawa larut air seperti natrium metabisulfit dan natrium
formaldehid sulfoksilat.
5. Pengawet
6. pH balancer
25
aplikasinya, sebaiknya pH sediaan sama dengan pH tempat pemberian agar
aman dan tidak menimbulkan rasa sakit.
7. Chelating agent
Berikut contoh formulasi gel pada skala laboratorium yang diambil dari
jurnal ‘Formulasi Gel Topikal dari Ekstrak Nerii Folium dalam Sediaan Anti
Jerawat’ oleh Joshita Djajadisastra, Abdul Mun’im, dan Dessy NP. Dalam jurnal
tersebut diberikan metode pembuatan gel dengan tiga gelling agents yang berbeda
yaitu karbomer, Na CMC, dan Na alginat. Sebelum membahas satu persatu
26
metode pembuatannya, akan dijabarkan terlebih dulu formulasi ketiga sediaan
tersebut, yang hanya berbeda pada gelling agents dan metode pembuatannya.
C3H8O2 = 76.09.
3. Na Askorbat Antioksidan C6H7NaO6 = 198.1
4. Metil paraben Pengawet / C8H7NaO3 = 174.1
preservatives
5. Air Pelarut/pembawa H2O = 18.02
27
3) Dibuat larutan nipagin dalam air panas dan larutan natrium askorbat
kemudian dimasukkan dalam massa gel dan terus diaduk dengan mixer
sampai homogen.
28
4) Sisa air ditambahkan hingga tepat 500 gram sambil terus diaduk
hingga gel homogen
29
1,2-Propilen glikol 3 gram
Air 46 gram
Untuk membuat sediaan, paraben dan Lutrol F 127 dilarutkan air panas
kira-kira 800 C. Lalu larutan ditambahkan propilen glikol dan neomisin sulfat.
Setelah itu gel didinginkan pada suhu ruang. Gel yang didapat adalah gel bening
yang lembut. Eksipien yang digunakan adalah paraben yang berguna sebagai
pengawet dengan menjadi antibakteri dan antijamur. Propilen glikol dan air
digunakan sebagai campuran pelarut dan Lutrol sebagai gelling agent.
30
3. Resep gel hidrokortison etanolik
Cremophor RH 40 6 gram
31
Air 47 gram
Pembuatan gel hampir sama seperti gel-gel sebelumnya. Pertama zat aktif
(betametason valerat) dilarutkan dalam etanol dan propilen glikol karena zat ini
sulit larut dalam air tapi larut dalam etanol (1:65). Oleh karena itu digunakan
campuran pelarut propilen glikol. Setelah itu air dan Lutrol F 127 dicampurkan
dalam suhu 700 C. Kedua larutan lalu dicampur dan didinginkan pada suhu ruang.
Gel yang didapat adalah gel tidak berwarna dan jernih.
C2H5OH = 46.07
3. Menthol Adjuvant (penyejuk
dalam gel)
32
C10H20O = 156.3
4. Diclofenac USE Zat aktif
diclofenac
diethylammonium
C18H22Cl2N2O2 = 369.3
5. Trolamine pH adjusment
C6H15NO3 = 149
6. Air murni (Water Fase air H2O = 18.02
purified)
Komposisi bahan:
Cara pembuatan:
33
3) Tambahkan zat aktif atu diklofenak dietilamonium ke dalam tangki
pencampur. Campur selama 10 menit hingga semua terlarut sempurna.
4) Saat pencampuran, taburkan karbomer. Lanjutkan pencampuran
dengan kecepatan rendah selama 1 s.d. 2 jam sampai karbomer
mengembang sempurna dalam larutan hidroalkohol.
5) Tambahkan trolamin dan campur selama 10 menit sampai terbentuk
gel.
3. Gliserin Pelarut,
lubrikan, dan
peningkat
kelembaban C3H8O3 = 92.09
Propane-1,2,3-triol
4. Panthenol 2 – 5% untuk C9H19NO4 = 205.3
terapi
HO HN
berbagai
penyakit kulit HO O OH
minor
Dexpanthenol: (R)-2,4-
Dihydroxy-N-(3-hydroxypropyl)-
3,3-
dimethylbutyramide
34
5. Disodium EDTA Chelating
agent (agen
pengompleks)
C10H14N2Na2O8,2H2O = 372.2
Disodium dihydrogen
ethylenediaminetetra-acetate
Dehydrate
6. Benzophenone-4 Sunscreen,
melindungi
dari UVA
maupun UVB
C14H12O6S = 308.3
5-Benzoyl-4-hydroxy-2-
methoxybenzenesulphonic
Acid
7. Diazolidinyl urea & iodopropynyl Preservatives C8H12INO2 = 281.1
butylcarbamate (pengawet) 3-Iodo-2-propynyl-N-butyl
carbamate.
35
9. PVP K-90 Suspending
agent &
dispersing
agent
(C6H9NO)n
Poly (2-oxopyrrolidin-
1-ylethylene)
10. PVP / Suspending O
C4H10NO = 89,13624
36
Komposisi bahan:
Tabel 11. Komposisi dan presentase bahan penyusun gel rambut viskositas
tinggi
No Nama Bahan %
. berat/berat
1. Air #1 72,23
2. Carbomer 0,5
3. Gliserin 0,5
4. Panthenol 0,05
5. Disodium EDTA 0,05
6. Benzophenone-4 0,02
7. Diazolidinyl urea & iodopropynyl butylcarbamate 0,2
8. Air #2 20,0
9. PVP K-90 2,0
10. PVP / dimethylaminoethylmethacrylate copolymer 3,0
(20% active, high MW)
11. Oleth-20 0,8
12. Fragrance 0,15
13. Aminomethylpropanol 0,5
Cara pembuatan:
37
apakah ada gelembung air di dalam gel yang akan membuat gel
menjadi keruh. Penggunaan ketel vakum akan mencegah hal ini
terjadi, dan memang lebih baik dilakukan tindakan pencegahan karena
bila telah terbentuk gelembung akan sangat sulit menghilangkannya
meskipun menggunakan Versator.
C. Gel klorheksidin
Klorheksidin diasetat 2%
1,2-Propilen glikol 30 %
Lutrol F 127 22 %
Air 46 %
Dalam pembuatannya, gel ini menggunakan beberapa eksipien.
Diantaranya adalah propilen glikol dan air. Campuran pelarut ini dapat
membantu kelarutan klorheksidin diasetat karena zat aktif ini tidak dapat
larut dalam air. Sebagai gelling agent digunakan Lutrol F 127 yang
memiliki sinonim Poloxamer. Lutrol terbuat dari polietilen glikol 73%
dan polipropilen glikol 27%. dengan bobot molekul kira-kira 12.000.
Untuk membuat sediaan, larutkan klorheksidin diasetat dengan propilen
glikol dan sedikit air. Lalu ditambahkan Lutrol F 127 dan sisa air sedikit
demi sedikit. Sediaan yang dihasilkan adalah gel yang tak berwarna.
38
Gambar 18. Struktur propilen glikol
39
Gambar 21. Struktur diklofenat dietilamin
30o C.
4. Tambah dan larutkan dietilamin pada air. Tambahkan pada campuran
sebelumnya, kemudian aduk selama 20 menit. Homogenkan pada
kecepatan I dengan waktu 5 menit, vakum pada kecepatan 10 rpm.
5. Tambahkan parfum dan campur selama 5 menit, kemudian
masukkan wadah (30 gram).
E. Gel eritromisin
Eritromisin 1,0 %
Lutrol E 400 20 %
Propilen glikol 20 %
Lutrol F 127 20 %
Air 39 %
40
Gambar 24. Struktur eritromisin
Untuk membuat gel aloe vera, larutkan ekstrak aloe vera, propilen
glikol pengawet dan air. Setelah itu, buat campuran Cremophor dan
parfum. Campurkan kedua campuran. Lalu dinginkan pada suhu <10o C
dan larutkan Lutrol. Pertahankan temperatur hingga gelembung hilang.
Viskositas harus kurang lebih 60 Pa. PH kira-kira 5.5 pada suhu 20-250
41
C dalam wadah. Campurkan selama 2 menit. Simpan pada wadah yang
bersih.
1) Mixer
2) Filler
42
Gambar 27. Mesin pengisi sediaan gel kemasan sachet
3) Gelling plant
43
Gambar 29. Gelling plant, terdiri dari mixer, homogenizer dan penghilang busa,
serta filler
44
Berikut beberapa contoh sediaan gel yang beredar di pasaran:
2. Gel Voltaren
3. Gel Ibuprofen
45
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sediaan gel merupakan sediaan semisolid yang digunakan secara topikal
dan terdiri dari partikel anorganik kecil atau molekul besar yang tersuspensi dalam
cairan dan merupakan suatu sistem disperse yang minimal terdiri dari dua fase.
Secara umum sediaan gel terdiri dari gel hidrofilik dan gel hidrofobik. Meskipun
demikian, masih terdapat beberapa penggolongan lain untuk gel berdasarkan fase
yang terbentuk, fase koloid, maupun sifat pelarut. Gel dibuat dengan
menggunakan basis gel dan pensuspensi/pelarut dengan beberapa bahan tambahan
lain seperti pengawet, antioksidan, dan lain-lain. Basis gel terdiri dari berbagai
macam senyawa yang merupakan suatu polimer. Pembuatan gel secara umum
adalah dengan mendispersikan air dan pelarut/pensuspensi serta bahan-bahan
pembuat gel yang lain ke dalam basis gel.
3.2 Saran
Untuk memperdalam pengetahuan mengenai sediaan gel, sebaiknya
dibahas juga mengenai cara produksi obat yang baik, pengemasan, serta
distribusinya. Selain itu, akan lebih baik lagi jika sediaan gel dibahas per tempat
aplikasi, karena perbedaan tempat aplikasi biasanya juga memberikan perbedaan,
meski hanya sedikit, pada formulasi.
46
DAFTAR PUSTAKA
Djajadisastra, Joshita; Mun’im, Abdul; NP, Dessy. 2009. Formulasi Gel Topikal
dari Ekstrak Nerii Folium dalam Sediaan Anti Jerawat. Jurnal Farmasi
Indonesia Vol. 4 No. 4 Juli 2009: 210 -216.
Jones, David. 2008. Pharmaceutical Dosage Form and Design. London: RPS
Publishing
47
48