Anda di halaman 1dari 32

PERAN EKONOMI KELEMBAGAAN DALAM

MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI

Oleh :
Kelompok 1

Austine Rahmadiani 1911021015


Bimo Aryo Utomo 1911021021
Shafa Marwa 1911021057
Dirga Adi Chandra 1951021006
Hans Adinata Pakpahan 1951021009

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat dan hidayah-Nya, penulis akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang

berjudul “Peran Ekonomi Kelembagaan Dalam Meningkatkan Pertumbuhan

Ekonomi” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini disusun

sebagai syarat kelulusan mata kuliah Ekonomi Kelembagaan. Makalah ini dapat

terselesaikan tidak lepas karena bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu Asih

Murwiati, S.E., M.E. selaku dosen pengajar mata kuliah Ekonomi Kelembagaan,

serta rekan-rekan mahasiswa jurusan ekonomi pembangunan angkatan 2019.

Penulis sangat berharap agar makalah ini dapat memberi banyak manfaat bagi

para pembaca. Meskipun demikian penulis menyadari akan kelemahan dan

kekurangan dari makalah ini. Oleh karena itu, penulis juga sangat mengharapkan

masukan, kritikan serta saran dari semua pihak agar karya tulis ini bisa menjadi

lebih sempurna.

Bandar Lampung , 4 Juli 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 5


2.1 Definisi Kelembagaan dan Ekonomi Kelembagaan. ......................................... 5
2.2 Manfaat dan Fungsi Kelembagaan .................................................................... 9
2.3 Karakteristik Institusi yang Baik dan Perubahan Institusi ............................... 11
2.4 Pembangunan Kelembagaan dan Peran Kelembagaan Dalam
Perekonomian ........................................................................................................ 14

BAB 3. PENUTUP......................................................................................................... 22
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 22
3.2 Saran .............................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... .29

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Para ilmuwan sosial yang memiliki latar belakang yang beragam

mendefinisikan kelembagaan secara beragam menurut sudut pandang

keilmuwanannya. Doglas North seorang sejarawan ekonomi terkemuka

mendefinisikan kelembagaan sebagai batasan-batasan yang dibuat untuk

membentuk pola interaksi yang harmonis antara individu dalam melakukan

interaksi politik, sosial dan ekonomi (North, 1990). Senada dengan North,

Schmid (1972) mengartikan kelembagaan sebagai sejumlah peraturan yang

berlaku dalam sebuah masyarakat, kelompok atau komunitas, yang mengatur

hak, kewajiban, tanggung jawab, baik sebagai individu mauapun sebagai

kelompok. Sedangkan menurut Schotter (1981), kelembagaan merupakan

regulasi atas tingkah laku manusia yang disepakati oleh semua anggota

masyarakat dan merupakan penata interaksi dalam situa tertentu yang berulang.

Wolfgang Kasper dan Manfred Streit dalam bukunya berjudul Institutional

Economics, Social Order and Public Policy Edisi 1998 membagi kelembagaan

berdasarkan atas proses kemunculannya menjadi dua, yaitu internal dan external

institutions. Internal institution adalah institusi yang tumbuh dari budaya

masyarakat seperti nilai-nilai kearifan lokal yang hidup di masyarakat. Institusi

eksternal adalah institusi yang dibuat oleh pihak luar/ketiga yang kemudian

diberlakukan pada suatu komunitas tertentu. Regulasi produk pemerintah

termasuk external institutions.

1
Apapun bentuknya, baik formal maupun informal, eksternal ataupun internal

kelembagaan bertujuan mengurangi ketidakpastian melalui pembentukan

struktur/pola interaksi (North, 1992). Atau untuk meningkatkan derajat kepastian

dalam interaksi antar individu (Kasper dan Sterit, 1998). Sedangkan menurut

Ostrom (1990) tujuan kelembagaan adalah untuk mengarahkan prilaku individu

menuju arah yang diinginkan oleh anggota masyarakat serta untuk meningkatkan

kepastian dan keteraturan dalam masyarakat serta mengurangi prilaku oportunis.

Selain itu, kelembagaan juga harus dapat membatasi prilaku manusia yang

cenderung berfikir strategik, rasional dan mengutamakan kepentingan diri

sendiri; serta harus mampu mendistribusikan sumberdaya ekonomi secara adil

dan merata (Libecap, 1989).

Pertumbuhan ekonomi menjadi target pembangunan yang dipandang penting

karena didalamnya secara implisit menunjukkan kinerja ekonomi secara

keseluruhan, seperti tingkat investasi, penyerapan tenaga kerja, jumlah output

dan peningkatan pendapatan nasional. Sebaliknya, tanpa adanya pertumbuhan

ekonomi (yang tinggi) akan sulit bagi Negara tersebut untuk meningkatkan

kemakmuran warganya.

Pada dasarnya peran suatu kelembagaan sangat diperlukan dalam proses

kegiatan pembangunan untuk meningkatkan segala infrastruktur demi

mensejahterakan kehidupan masyarakat. Kelembagaan merupakan suatu

hubungan manusia yang dibentuk melalui struktur kelompok dalam masyarakat

2
yang dibentuk untuk mengatur suatu organisasi dengan tujuan yang sama dan

dibatasi oleh norma-norma serta kode etik demi mensukseskan awal dari

terbentuknya kelembagaan tersebut.

Dalam suatu pembangunan di daerah peran kelembagaan sangat penting

keberadaannya, sebab kelembagaan juga menjadi kunci sukses dalam kelancaran

dan berjalannya pembangunan tersebut. Suatu kelembagaan harus dapat

membaca dan memantau segala kegiatan perekonomian yang ada di dunia luar.

Hal ini agar kelembagaan dapat memprediksi perkembangan perekonomian yang

terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Tahap awal pembentukan

suatu kelembagaan harus sangat diperhatikan, kelengkapan dan kesiapan suatu

kelompok harus dibangun secara matang agar tidak menimbulkan kekacauan

pada saat menjalankan suatu lembaga atau organisasi tersebut.

3
1.2 Rumusan Masalah
• Apa itu kelembagaan dan ekonomi kelembagaan ?

• Apa manfaat dan fungsi kelembagaan?

• Bagaimana karakteristik institusi yang baik dan perubahan institusi?

• Bagaimana pembangunan kelembagaan dan peran kelembagaan dalam

perekonomian?

1.3 Tujuan
• Menjelaskan definsi kelembagaan dan ekonomi kelembagaan

• Menjelaskan manfaat dan fungsi kelembagaan

• Mengetahui karakteristik institusi yang baik dan perubahan institusi

• Mengetahui pembangunan kelembagaan dan peran kelembagaan dalam

perekonomian

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kelembagaan dan Ekonomi Kelembagaan


Ekonomi kelembagaan adalah paradigma baru dalam ilmu paradigma baru

dalam ilmu ekonomi yang melihat kelembagaan (rule of the game) berperan

sentral dalam membentuk perekonomian yang membentuk perekonomian yang

effisien. Para ilmuwan sosial yang memiliki latar belakang yang beragam

mendefinisikan kelembagaan secara beragam menurut sudut pandang

keilmuwanannya. Doglas North seorang sejarawan ekonomi terkemuka

mendefinisikan kelembagaan sebagai batasan-batasan yang dibuat untuk

membentuk pola interaksi yang harmonis antara individu dalam melakukan

interaksi politik, sosial dan ekonomi (North, 1990). Senada dengan North,

Schmid (1972) mengartikan kelembagaan sebagai sejumlah peraturan yang

berlaku dalam sebuah masyarakat, kelompok atau komunitas, yang mengatur

hak, kewajiban, tanggung jawab, baik sebagai individu mauapun sebagai

kelompok. Sedangkan menurut Schotter (1981), kelembagaan merupakan

regulasi atas tingkah laku manusia yang disepakati oleh semua anggota

masyarakat dan merupakan penata interaksi dalam situa tertentu yang berulang.

Jauh sebelum ketiga ilmuwan di atas, Veblen (1899) mengartikan

kelembagaan sebagai cara berfikir, bertindak dan mendistribukan hasil kerja

dalam sebuah komunitas. Mirip dengan definisi ini diuangkapkan oleh Hamilton

(1932) yang menganggap kelembagaan merupakan cara berfikir dan bertindak

yang umum dan berlaku, serta telah menyatu dengan kebiasaan dan budaya

5
masyarakat tertentu. Menurut Jack Knight (1992), kelembagaan adalah

serangkaian peraturan yang membangun struktur interkasi dalam sebuah

komunitas. Sedangkan Ostrom (1990) mengartikan kelembagaan sebagai aturan

yang berlaku dalam masyarakat (arena) yang menentukan siapa yang berhak

membuat keputusan, tindakan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, aturan

apa yang berlaku umum di masyarakat, prosedur apa yang harus diikuti,

informasi apa yang mesti atau tidak boleh disediakan dan keuntungan apa yang

individu akan terima sebagai buah dari tindakan yang dilakukannya. Singkatnya,

kelembagan adalah aturan main yang berlaku dalam masyarakat yang disepakati

oleh anggota masyarakat tersebut sebagai sesuatu yang harus diikuti dan

dipatuhi (memiliki kekuatan sanksi) dengan tujuan terciptanya keteraturan dan

kepastian interaksi di antara sesama anggota masyarakat. Interaksi yang

dimaksud terkait dengan kegiatan ekonomi, politik maupun sosial.

Berdasarkan atas bentuknya (tertulis/tidak tertulis) North (1990) membagi

kelembagaan menjadi dua: informal dan formal. Kelembagaan informal adalah

kelembagaan yang keberadaannya di masyarakat umumnya tidak tertulis. Adat

istiadat, tradisi, pamali, kesepakatan, konvensi dan sejenisnya dengan beragam

nama dan sebutan dikelompokan sebagai kelembagaan informal. Sedangkan

kelembagaan formal adalah peraturan tertulis seperti perundang-undangan,

kesepakatan (agreements), perjanjian kontrak, peraturan bidang ekonomi,

bisniss, politik dan lain-lain. Kesepakatan-kesepakatn yang berlaku baik pada

level international, nasional, regional maupun lokal termasuk ke dalam

kelembagaan formal. Terkadang kelembagaan formal merupakan hasil evolusi

6
dari kelembagaan informal. Perubahan tersebut merupakan reaksi atas perubahan

kehidupan dari masyarakat sederhana menuju masyarakat yang lebih kompleks.

Bisa juga dikatakan sebagai tuntutan atas terjadinya perubahan zaman dan

dinamika kehidupan. Masyarakat tradisional dengan kehidupannya yang serba

sederhana dengan potensi konflik yang sangat minim tentu tidak membutuhkan

peraturan tertulis yang rinci. Lain halnya dengan masyarakat modern dengan

segala kompleksitas kehidupannya.

Wolfgang Kasper dan Manfred Streit dalam bukunya berjudul Institutional

Economics, Social Order and Public Policy Edisi 1998 membagi kelembagaan

berdasarkan atas proses kemunculannya menjadi dua, yaitu internal dan external

institutions. Internal institution adalah institusi yang tumbuh dari budaya

masyarakat seperti nilai-nilai kearifan lokal yang hidup di masyarakat. Institusi

eksternal adalah institusi yang dibuat oleh pihak luar/ketiga yang kemudian

diberlakukan pada suatu komunitas tertentu. Regulasi produk pemerintah

termasuk external institutions.

Apapun bentuknya, baik formal maupun informal, eksternal ataupun internal

kelembagaan bertujuan mengurangi ketidakpastian melalui pembentukan

struktur/pola interaksi (North, 1992). Atau untuk meningkatkan derajat kepastian

dalam interaksi antar individu (Kasper dan Sterit, 1998). Sedangkan menurut

Ostrom (1990) tujuan kelembagaan adalah untuk mengarahkan prilaku individu

menuju arah yang diinginkan oleh anggota masyarakat serta untuk meningkatkan

kepastian dan keteraturan dalam masyarakat serta mengurangi prilaku oportunis.

Selain itu, kelembagaan juga harus dapat membatasi prilaku manusia yang

7
cenderung berfikir strategik, rasional dan mengutamakan kepentingan diri

sendiri; serta harus mampu mendistribusikan sumberdaya ekonomi secara adil

dan merata (Libecap, 1989).

Banyak kalangan yang menyamakan kelembagaan/institusi dengan

organisasi. Penyamaan ini tidak mutlak salah tapi juga tidak selalu benar

tergantung pada konteksnya. Namun, untuk keperluan analisis keduanya harus

dibedakan secara jelas. Menyamakan kelembagaan dengan organisasi dalam

konteks ekonomi kelembagaan adalah menyesatkan. Dan hal ini telah banyak

ditemukan dalam karya ilmiah yang melakukan analisis kelembagaan namun

salah sasaran.

North (1990) mendefinisikan organisasi sebagai bangunan/wadah tempat

manusia berinteraksi, seperti organisasi politik, ekonomi, keagamaan,

pendidikan, olah raga dan lain-lain. Yaitu, kumpulan individu yang terikat oleh

kesamaan tujuan dan berupaya untuk mencapai tujuan tersebut sebagai

kepentingan bersama. North mengilustrasikan organisasi dengan tim olah raga

(sepak bola, bola basket) dimana banyak orang terlibat baik sebagai pelatih,

pengurus organisasi, pemain, dan lain-lain dengan tujuan bagaimana

memenangkan setiap pertandingan. Sedangkan lembaga adalah serangkaian

peraturan yang berlaku dalam setiap pertandingan yang harus ditaati baik oleh

pemain, pelatih maupun stakeholder lainnya. Ketidakjelasan lembaga akan

menyebabkan pertandingan berjalan kacau dan tujuan memenangkan setiap

pertandingan yang ditargetkan oleh tim tidak akan tercapai dengan baik.

8
2.2 Manfaat dan Fungsi Kelembagaan
Institusi dibangun manusia untuk menciptakan tatanan yang baik (order) dan

mengurangi ketidakpastian (uncertainty) di dalam kehidupan masyarakat.

Institusi merupakan landasan bagi keberadaan suatu masyarakat yang beradab.

Tanpa adanya institusi, tidak akan pernah ada masyarakat, yang ada hanyalah

sekelompok “binatang – binatang yang berakal” yang senantiasa akan berusaha

untuk memenuhi tuntutan hasratnya yang kadang tidak terbatas, sehingga

kerusuhan, penjarahan dan kriminalitas menjadi sebuah hal yang biasa.

Selama ini para ekonom neoklasik (konvensional) menafikkan peran institusi,

mereka memandang bahwa sistem mekanisme pasar merupakan penggerak roda

perekonomian yang terbaik. Menurut Veblen, sebuah institusi dan lingkungan

sangat besar pengaruhnya dalam pembentukan pola perilaku ekonomi

masyarakat. Struktur politik dan sosial yang tidak mendukung akan

menyebabkan timbulnya distorsi dalam setiap proses ekonomi. Menurut North,

peran institusi formal maupun institusi informal sangat penting dalam

pembangunan ekonomi. Tanpa adanya institusi yang baik, biaya transaksi

(transaction costs) dalam setiap kegiatan ekonomi akan menjadi lebih tinggi.

Kehadiran institusi sangat penting sebagai alat untuk mengatur dan

mengendalikan para pelaku ekonomi di dalam pasar. Institusi yang baik akan

mampu menciptakan persaingan yang adil dan dinamis Menurut North, institusi

sangat menentukan kemajuan ekonomi suatu bangsa. Institusi tersebut mencakup

tradisi sosial, budaya, politik, hukum dan ideologi. Peran institusi sangat sentral

dalam pembangunan ekonomi.

9
Menurut Rodrik (2003) dalam Arsyad (2010), ada empat fungsi institusi

dalam kaitannya dengan mendukung kinerja perekonomian, yaitu:

1. Menciptakan pasar (market creating) yaitu institusi yang melindungi hak

kepemilikan dan menjamin pelaksanaan kontrak.

2. Mengatur pasar (market regulating) yaitu institusi yang bertugas mengatasi

kegagalan pasar yakni institusi yang mengatur masalah eksternalitas, skala

ekonomi (economies of scale) dan ketidaksempurnaan informasi untuk

menurunkan biaya transaksi (misalnya: lembaga – lembaga yang mengatur

telekomunikasi, transportasi dan jasa – jasa keuangan).

3. Menjaga stabilitas (market stabilizing) yaitu institusi yang menjaga agar

tingkat inflasi rendah, meminimumkan ketidakstabilan makroekonomi dan

mengendalikan krisis keuangan (misalnya: bank sentral, sistem devisa,

otoritas moneter dan fiskal).

4. Melegitimasi pasar (market legitimizing) yaitu institusi yang memberikan

perlindungan sosial dan asuransi, termasuk mengatur redistribusi dan

mengelola konflik (misalnya: sistem pensiun, asuransi untuk pengangguran

dan dana – dana sosial lainnya). Negara – negara dengan institusi yang baik

lebih mampu mengalokasikan sumber daya secara lebih efisien, sehingga

perekonomiannya bisa bekerja lebih baik. Institusi yang kuat juga akan

melahirkan kebijakan ekonomi yang tepat dan kredibel, sehingga berbagai

bentuk kegagalan pasar bisa teratasi. Sebaliknya, institusi yang buruk hanya

akan menjadi sebuah beban yang akan senantiasa menghalangi perekonomian

untuk bisa bekerja dengan baik. Kebijakan yang dilahirkan oleh sebuah

10
institusi yang buruk juga berpotensi besar mengalami kegagalan di tataran

kebijakan (policy failure). Hal tersebut tentu saja akan semakin memperburuk

kerugian yang ditimbulkan oleh adanya kegagalan pasar.

Negara – negara dengan institusi yang baik lebih mampu mengalokasikan

sumber daya secara lebih efisien, sehingga perekonomiannya bisa bekerja lebih

baik. Institusi yang kuat juga akan melahirkan kebijakan ekonomi yang tepat dan

kredibel, sehingga berbagai bentuk kegagalan pasar bisa teratasi. Sebaliknya,

institusi yang buruk hanya akan menjadi sebuah beban yang akan senantiasa

menghalangi perekonomian untuk bisa bekerja dengan baik. Kebijakan yang

dilahirkan oleh sebuah institusi yang buruk juga berpotensi besar mengalami

kegagalan di tataran kebijakan (policy failure). Hal tersebut tentu saja akan

semakin memperburuk kerugian yang ditimbulkan oleh adanya kegagalan pasar.

2.3 Karakteristik Institusi yang Baik dan Perubahan Institusi

Menurut Acemoglu (2005) dalam Arsyad (2010), karakteristik institusi yang

baik adalah sebagai berikut:

1. Menjaga hak kepemilikan (property rights) untuk segenap masyarakat

sehingga setiap individu memiliki insentif untuk melakukan investasi dan ambil

bagian di dalam kegiatan perekonomian.

2. Membatasi tindakan para kelompok elite, politisi dan kelompok – kelompok

kuat lainnya sehingga orang tersebut tidak bisa merampas sumber pendapatan

dan investasi orang lain atau menciptakan kesempatan yang tidak sama bagi

semua orang.

11
3. Meberikan peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat sehingga setiap

individu dapat melakukan investasi, khususnya dalam modal insani dan

berpartisipasi dalam kegiatan produktif. Seiring dengan terjadinya proses

transformasi ekonomi, sosial dan politik dalam suatu masyarakat yang

menyebabkan berkembangnya kebutuhan dan keragaman manusia, institusi pun

mengalami perubahan. Secara rinci, North (1990) dalam Arsyad (2010)

mengungkapkan lima penyebab perubahan institusi tersebut, yaitu:

1. Adanya interaksi yang terus menerus antara institusi dengan organisasi dalam

kondisi kelangkaan secara ekonomis sehingga menimbulkan persaingan

merupakan faktor kunci bagi perubahan institusi. Institusi adalah aturan main

baik formal maupun informal, yang secara bersama – sama menentukan cara

bermain. Organisasi adalah pemainnya (players). Organisasi terbentuk dari

kelompok individu yang mempunyai tujuan yang sama. Organisasi –

organisasi ekonomi terdiri dari, misalnya: perusahaan – perusahaan, asosiasi

– asosiasi perdagangan dan koperasi. Tujuan antara dari organisasi bisa saja

maksimisasi laba (bagi perusahaan) atau perbaikan sistem pemilihan umum

(untuk partai politik), tetapi tujuan akhir dari sebuah organisasi adalah

bertahan hidup (survival) karena semua organisasi hidup dalam dunia yang

penuh kelangkaan dan persaingan.

2. Adanya persaingan yang disebutkan dimuka akan mendorong organisasi –

organisasi untuk secara terus menerus berinvestasi di bidang penciptaan

keahlian dan pengetahuan baru agar tetap bisa bertahan hidup. Jenis keahlian

dan pengetahuan individual serta organisasinya akan membentuk persepsi

12
tentang peluang – peluang dan pilihan – pilihan dan secara perlahan akan

mengubah institusi.

3. Adanya kerangka institusional yang menciptakan sistem insentif yang

mempengaruhi lahirnya keahlian dan pengetahuan yang dianggap

menghasilkan hasil yang optimal. Arah dari investasi untuk pengembangan

keterampilan dan pengetahuan mencerminkan struktur insentif. Misalnya, jika

ada tingkat kembalian hasil yang tinggi untuk kegiatan produktif tertentu

maka dapat diharapkan dapat bahwa organisasi – organisasi akan

menginvestasikan dananya untuk peningkatan keterampilan dan pengetahuan

yang akan meningkatkan produktivitas di kegiatan produktif tersebut.

4. Adanya persepsi yang dibangun dari sikap mental para pelaku ekonomi.

Faktor utama yang mempengaruhi pilihan seorang individu akan suatu hal

dipengaruhi oleh persepsi individu tentang kemungkinan hasil dari pilihan

tersebut. Persepsi itu sendiri dibentuk oleh cara ataupun sikap dari setiap

individu dalam menginterpretasikan setiap informasi yang mereka peroleh.

Cara atau sikap tersebut tentu saja dibentuk oleh kebiasaan, budaya dan tata

nilai yang dianut oleh individu tersebut.

5. Adanya cakupan ekonomi (economies of scope), komplementaritas, dan

eksternalitas jejaring dari suatu matriks institusional membuat perubahan

institusional cukup besar dan path dependence. Dalam setiap aktivitasnya,

setiap individu selalu berinteraksi dengan individu lainnya dan kemudian

mereka membuat semacam jejaring (networking) di antara mereka. Adanya

perubahan pola perilaku pada satu individu dalam jejaring tersebut tentu saja

13
akan mempengaruhi perubahan pola perilaku jejaring secara keseluruhan,

karena adanya sifat saling terkait (complement) di antara mereka. Pada

akhirnya perubahan tersebut akan membawa pengaruh yang cukup besar pada

perubahan institusi.

2.4 Pembangunan Kelembagaan Dan Peran Kelembagaan Dalam


Perekonomian

Negara ekonomi kemakmuran modern butuh memiliki setidaknya

infrastruktur undang-undang sederhana yang dipusatkan pada perlindungan

terhadap hak milik dan kontrak. Reformasi undang-undang yang mendasar

diperlukan untuk membuat infrastruktur undang-undang tersebut untuk

mengadopsi sistem aturan hukum yang relatif tepat. Sebaliknya dari standar yang

semakin terbuka atau investasi besar dalam meningkatkan kualitas pengadilan.

Siklus kebaikan akan muncul dengan diawalinya pengeluaran sederhana pada

reformasi hukum yang kemudian meningkatkan tingkat pertumbuhan ekonomi,

pada gilirannya menghasilkan sumber daya yang akan dapat digunkan untuk

melakukan reformasi undang-undang yang lebih besar pada masa depan (Posner,

1998).

Jika berbicara mengenai lembaga yanng mendukung pasar, pasar bisa tediri

dari dua bentuk jika dilihat dari kompleksitasnya, yakni pasar yang rumit dan

pasar yang sederhana. Pedagang kecil terkait dengan transaksi spot-market

sederhana, yaitu antara pembeli dan penjual sepakat melalui temu muka dalam

standar produk yang adil dan kualitas barang mudah diketahui merupakan bentuk

pasar yang sederhana. Contohnya adalah pedagang makanan di pasar tradisional.

14
Jenis pasar ini biasa ditemui di negara berkembang. Sedangkan perusahaan multi

nasional memperdagangkan barang yang lebih terdiferensiasi, menghadapi

kesulitan yang lebih besar dalam mengecek kualitas merupakan bentuk pasar

yang lebih rumit. Contohnya adalah perdagangan internasional barang produksi

pertanian. Jenis pasar kedua ini lazim di negara industri (World Bank, 2002).

Pasar yang maju, lebih global, inklusif, dan terintegrasi, menyediakan lebih

banyak peluang pilihan. Pasar yang belum maju, lebih mungkin di negara miskin,

adalah lebih lokal dan tersegmentasi. Jika dibandingkan dengan petani di Kanada,

petani miskin di Bangladesh memiliki kesempatan lebih sedikit, dan jauh lebih

sedikit lagi lembaga formal (seperti bank dan pengadilan formal) yang bersedia

untuk membantu mengurangi resiko dan meningkatkan kesempatannya (World

Bank, 2002).

Lalu apa membatasi kesempatan pasar? Biaya transaksi berasal dari informasi

yang tidak mencukupi, definisi yang tidak lengkap dan penegakan hak

kepemilikan dan hambatan untuk masuk ke pasar bagi peserta baru. Apa yang

meningkatnya? Lembaga yang membantu mengelola resiko dari pasar

perdagangan, meningkatkan efisiensi dan menaikkan hasil (World Bank, 2002).

Memang belum semua lembaga mendorong pasar yang inklusif. Mungkin

lembaga dibentuk oleh komunitas tertentu yang hanya menguntungkan

komunitas, tetapi belum tentu untuk yang lain. Lembaga yang dirancang dengan

proses melalui lingkungan sejarah atau tindakannya diarahkan oleh pembuat

kebijakan, tidak mesti lembaga yang terbaik untuk seluruh masyarakat atau untuk

petumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan. Selain itu, lembaga yang suatu

15
saat mendukung transaksi pasar dapat hidup lebih lama dari kegunaanya. Sebagai

contoh, privatisasi agensi dan restrukturisasi agensi. Tantangan untuk pembuat

kebijakan adalah membentuk kebijakan dan pembangunan kelembagaan dalam

rangka mendorong pembangunan ekonomi. Pedagang Maghribi beroperasi di

bawah kebijakan perdagangan bebas, sehingga meningkatkan kesempatan mereka

untuk berkembang (World Bank, 2002). Jelaslah tidak ada struktur kelembagaan

yang unik yang menjamin pemicuan pertumbuhan ekonomi dan pengurangan

kemiskinan. Perusahaan besar di Amerika Serikat dan Inggris sering dikuasai

publik, dengan penyebaran kepemilikan, dan perdagangan yang luas. Tetapi

kasus ini tidak terjadi di negara berpendapatan tinggi lainnya seperti Perancis dan

Kanada, di mana struktur kepemilikan sangat terkonsentrasi.

Untuk mendorong persaingan, pembuat kebijakan dapat menggunakan

panduan yang sangat berbeda. Persaingan di Asia Timur otoritas menganggap

market share 50 - 70 persen dapat menjadi bukti kemungkinan kekuatan

monopoli, sedangkan di Afrika rentangnya adalah 20 - 45 pesen. Di Asia Selatan

beberapa petani terkait dalam kerjasama pada pasar barang; yang lain

menggunakan kontrak informal dengan pedagang swasta (World Bank, 2002).

Pada bagian ini memfokuskan pada apa yang bisa dilakukan oleh Lembaga untuk

mendukung pasar, memahami apa yang mereka lakukan dalam dalam tahap

pertama pembangunan lembaga yang efektif.

Menurut World Bank (2002) Lembaga melakukan tiga hal utama: Mereka

menyalurkan informasi mengenai kondisi pasar, barang, dan pelaku. Arus

informasi yang baik membantu pengusaha mengenali rekan dan aktivitas yang

16
memberikan hasil yang tinggi dan menilai kelayakan kreditnya. Informasi

mengenai usaha membantu pemerintah untuk dapat mengatur secara efektif.

Lembaga dapat mempengaruhi produksi, pengumpulan, analisis, verifikasi, dan

penyebaran atau tidak menahan informasi dan pengetahuan. Mereka melakukan

ini untuk pelaku dalam, di antara, komunitas dan pasar. Contoh termasuk

akuntansi perusahaan dan daftar kredit, yang memfasilitasi pemrosesan

informasi, atau regulasi pemerintah terhadap media, yang membatasi penyebaran

informasi. Mereka merumuskan dan menegakan hak kepemilikan dan kontrak,

menentukan siapa yang memperoleh apa dan kapan. Mengetahui satu hak atas

asset dan pendapatan serta kemampuan untuk melindungi hak tersebut adalah

penting untuk pengembangan pasar. Hak ini mencakup hak dari sektor swasta

dalam hubungan dengan negara. Lembaga bisa menurunkan kebingungan dan

membantu menegakan kontrak. Contohnya seperti konstitusi negara, sistem

pengadilan, susunan lengkap dari jaringan sosial. Mereka meningkatkan

kompetisi di pasar atau menurunkannya. Persaingan memberikan insentif agar

orang berbuat lebih baik dan mendorong persamaan kesempatan. Persaingan

lebih kelihatan mengikuti kemanfaatan dari proyek daripada hubungan sosial dan

politik dari wirausaha.

Tingkat kompetisi juga mempengaruhi inovasi dan pertumbuhan. Tetapi

sebaliknya beberapa lembaga memfasilitasi persaingan, dan yang lain

menghalanginya. permasalahan ini lebih besar untuk petani yang kecil dan

miskin. Pedagang mungkin mengenakan tingkat bunga yang tinggi terhadap

petani yang lebih miskin, dan petani lebih mungkin gagal membayar, daripada

17
mereka dikenakan penerapan bunga yang kompetitif. Melalui ketiga fungsi ini,

seluruh struktur kelembagaan mempengaruhi distribusi asset, pendapatan, dan

biaya seperti juga mempengaruhi insentif pelaku pasar dan efisiensi transaksi

pasar. Fungsi tersebut adalah pendistribusian hak kepada agen, merupakan cara

yang paling efisien, lembaga dapat mendorong produktifitas dan pertumbuhan.

Kemudian mempengaruhi insentif untuk berinvestasi. Misalnya, melalui

penguatan hak kepemilikan lembaga dapat mempengaruhi level investasi dan

adopsi teknologi baru. Yang ke tiga membatasi kekuasaan pasar, misalnya

melalui aturan persaingan, mereka membatasi sewa produsen melindungi

konsumen dari harga tinggi. Dengan memperjelas hak dari yang kurang

beruntung dalam pasar, lembaga dapat secara langsung mempengaruhi kehidupan

orang miskin. Sebagai contoh, memberikan hak formal kepada si miskin yang

hak kepemilikanya tidak diterima oleh pemberi pinjaman, sehingga

memungkinkan mereka untuk meminjam dan berinvestasi (World Bank, 2002).

Bagaimana Lembaga mendukung pertumbuhan dan mengurangi kemiskinan?

Lembaga yang mendukung transaksi pasar dapat juga mempengaruhi petani

miskin di Amerika Latin, sama seperti mereka mempengaruhi pengusaha kaya di

Kanada. Kajian kasus satu negara, sama baiknya dengan kajian empiris lintas

negara, memberikan petunjuk penting dalam pembangunan kelembagaan dan

pembangunan pasar. Mereka mengkonfirmasi bagaimana lembaga yang

mendukung pasar mempengaruhi kehidupan masyarakat dengan mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi, menentukan akses orang terhadap pasar, dan memberikan

kemampuan kepada si miskin dan si kaya untuk menggunakan asset dengan cara

18
terbaik. Selain itu, lembaga pendukung pasar yang lemah dapat melukai si miskin

dengan cara yang tidak proporsional (World Bank, 2002).

Perkembangan penelitian yang menghubungkan kesuksesan kelembagaan

(kegagalan kelembagaan) terhadap petumbuhan ekonomi dan pembangunan

pasar yang baik runtut waktu maupun lintas negara. Indikator dengan cakupan

luas menangkap kinerja yang berbeda, sering pengaturan lembaga yang tumpang

tindih. Sebagai contoh, keberhasilan negara dalam menyediakan hukum dan

kinerja pengadilan dan kebijakan mencerminkan:”Apakah warga negara dan

investor menganggap negara menghormati hak kepemilikan”. Akses jasa

keuangan dan pasar keuangan yang rumit mencerminkan bagaimana lembaga

yang secara sukses melindungi hak kepemilikan peminjam dan pemberi

pinjaman. Korupsi publik yang tinggi mencerminkan bagaimana perilaku

pegawai pemerintah dalam lembaga negara merespon insentif yang ada, untuk

politisi dan pegawai publik mengejar barang publik untuk kepentingannya sendiri

(World Bank, 2002).

Hubungan positif antara pembangunan ekonomi dan indikator pembangunan

kelembagaan yang sukses telah banyak didokumentasikan. Tetapi hampir semua

kajian tidak menetapkan hubungan antara lembaga yang khusus dan hasil yang

khusus. Malahan, mereka menonjolkan banyak jenis dari lembaga yang

mendukung pasar. Misalnya, pendapatan dan aturan hukum mencakup

pentingnya hak kepemilikan, respek terhadap lembaga hukum, dan pengadilan

memiliki hubungan erat. Sebagai contoh lain, pembangunan lembaga keuangan

menentukan pertumbuhan ekonomi dalam pembangunan kelembangan dan

19
pertumbuhan ekonomi. Perbedaan penting ditemukan antara negara yang yang

dulu dijajah dan sekarang telah menjadi industri dan yang dulu dijajah sekarang

tetap menjadi negara berkembang. Kedua kelompok ciri-ciri utama

kelembagaannya, akan mengikuti lembaga yang dibangun penjajahnya waktu

menghuni di sana. Sebagian besar perbedaan dalam pembangunan kelembagaan

berikutnya serta dampak terhadap pertumbuhan adalah usaha dari penghuni

dalam membangun kelembagaan hukum yang berfungsi baik (World Bank,

2002).

Di Amerika Serikat dan Selandia Baru, penjajah yang menetap dalam jumlah

besar dan mencangkok lembaga yang biasa, serta dipahami oleh penduduk secara

umum kebanyakan adalah imigran. Negara seperti ini, mencangkok lembaga

hukum dan digunakan secara luas, disesuaikan dengan lingkungan lokal, dan

akan berubah sesuai pembangunan ekonomi. Negara berkembang dalam setiap

benua juga menerima sistem hukum formal yang dicangkok oleh penjajah. Tetapi

penduduk asli memiliki sedikit akses dan pemahaman terhadap sistem ini.

Sehingga lembaga tidak menyesuaikan terhadap kondisi lokal. Fakta lintas negara

menunjukkan bahwa: kualitas lembaga yang mendukung pertumbuhan dan

pengurangan kemiskinan melalui pembangunan pasar, lebih rendah dalam negara

seperti ini dari pada kelompok sebelumnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan

bahwa kemampuan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengurangan

kemiskinan tidaklah sama (World Bank, 2002).

Lembaga juga mempengaruhi bagaimana negara berurusan dengan konflik.

Hasil kajian terakhir ini menunjukkan bahwa hasil pertumbuhan dan

20
pengurangan kemiskinan di Asia. Amerika Latin, dan Sub-Sahara Afrika sejak

pertengahan 1970an tergantung pada kualitas dari lembaga dalam mengelola

konflik. Dalam masyarakat yang terbagi, seperti pembagian etnis atau

ketimpangan yang tinggi, lembaga yang berkualitas rendah dalam mengelola

konflik termasuk lembaga pemerintah yang berkualitas rendah dan jaring

pengaman sosial yang tidak memadai akan memperbesar guncangan eksternal,

memicu penyebaran konflik dan tanggapan kebijakan yang lambat.

Memperpanjang ketidak-tentuan dalam lingkungan ekonomi dan penyesuai

kebijakan yang lambat membatasi pertumbuhan ekonomi selanjutnya (World

Bank, 2002).

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Para ilmuwan sosial yang memiliki latar belakang yang beragam

mendefinisikan kelembagaan secara beragam menurut sudut pandang

keilmuwanannya. Internal institution adalah institusi yang tumbuh dari budaya

masyarakat seperti nilai-nilai kearifan lokal yang hidup di masyarakat. Institusi

eksternal adalah institusi yang dibuat oleh pihak luar/ketiga yang kemudian

diberlakukan pada suatu komunitas tertentu. Atau untuk meningkatkan derajat

kepastian dalam interaksi antar individu (Kasper dan Sterit, 1998). Sedangkan

menurut Ostrom (1990) tujuan kelembagaan adalah untuk mengarahkan prilaku

individu menuju arah yang diinginkan oleh anggota masyarakat serta untuk

meningkatkan kepastian dan keteraturan dalam masyarakat serta mengurangi

prilaku oportunis. Pertumbuhan ekonomi menjadi target pembangunan yang

dipandang penting karena didalamnya secara implisit menunjukkan kinerja

ekonomi secara keseluruhan, seperti tingkat investasi, penyerapan tenaga kerja,

jumlah output dan peningkatan pendapatan nasional. Pada dasarnya peran suatu

kelembagaan sangat diperlukan dalam proses kegiatan pembangunan untuk

meningkatkan segala infrastruktur demi mensejahterakan kehidupan masyarakat.

Kelembagaan merupakan suatu hubungan manusia yang dibentuk melalui

struktur kelompok dalam masyarakat yang dibentuk untuk mengatur suatu

organisasi dengan tujuan yang sama dan dibatasi oleh norma-norma serta kode

etik demi mensukseskan awal dari terbentuknya kelembagaan tersebut. Suatu

22
kelembagaan harus dapat membaca dan memantau segala kegiatan perekonomian

yang ada di dunia luar. Hal ini agar kelembagaan dapat memprediksi

perkembangan perekonomian yang terus mengalami perubahan dari waktu ke

waktu. Ekonomi kelembagaan adalah paradigma baru dalam ilmu paradigma baru

dalam ilmu ekonomi yang melihat kelembagaan (rule of the game) berperan

sentral dalam membentuk perekonomian yang membentuk perekonomian yang

effisien. Para ilmuwan sosial yang memiliki latar belakang yang beragam

mendefinisikan kelembagaan secara beragam menurut sudut pandang

keilmuwanannya. Menurut Jack Knight (1992), kelembagaan adalah serangkaian

peraturan yang membangun struktur interkasi dalam sebuah komunitas. Interaksi

yang dimaksud terkait dengan kegiatan ekonomi, politik maupun sosial.

Kelembagaan informal adalah kelembagaan yang keberadaannya di masyarakat

umumnya tidak tertulis. Internal institution adalah institusi yang tumbuh dari

budaya masyarakat seperti nilai-nilai kearifan lokal yang hidup di masyarakat.

Institusi eksternal adalah institusi yang dibuat oleh pihak luar/ketiga yang

kemudian diberlakukan pada suatu komunitas tertentu. Atau untuk meningkatkan

derajat kepastian dalam interaksi antar individu (Kasper dan Sterit, 1998).

Sedangkan menurut Ostrom (1990) tujuan kelembagaan adalah untuk

mengarahkan prilaku individu menuju arah yang diinginkan oleh anggota

masyarakat serta untuk meningkatkan kepastian dan keteraturan dalam

masyarakat serta mengurangi prilaku oportunis. Banyak kalangan yang

menyamakan kelembagaan/institusi dengan organisasi. North (1990)

mendefinisikan organisasi sebagai bangunan/wadah tempat manusia berinteraksi,

23
seperti organisasi politik, ekonomi, keagamaan, pendidikan, olah raga dan lain-

lain. Yaitu, kumpulan individu yang terikat oleh kesamaan tujuan dan berupaya

untuk mencapai tujuan tersebut sebagai kepentingan bersama. Institusi dibangun

manusia untuk menciptakan tatanan yang baik (order) dan mengurangi

ketidakpastian (uncertainty) di dalam kehidupan masyarakat. Institusi merupakan

landasan bagi keberadaan suatu masyarakat yang beradab. Selama ini para

ekonom neoklasik (konvensional) menafikkan peran institusi, mereka

memandang bahwa sistem mekanisme pasar merupakan penggerak roda

perekonomian yang terbaik. Struktur politik dan sosial yang tidak mendukung

akan menyebabkan timbulnya distorsi dalam setiap proses ekonomi. 1.

Menciptakan pasar (market creating) yaitu institusi yang melindungi hak

kepemilikan dan menjamin pelaksanaan kontrak. 2. Mengatur pasar (market

regulating) yaitu institusi yang bertugas mengatasi kegagalan pasar yakni institusi

yang mengatur masalah eksternalitas, skala ekonomi (economies of scale) dan

ketidaksempurnaan informasi untuk menurunkan biaya transaksi (misalnya:

lembaga – lembaga yang mengatur telekomunikasi, transportasi dan jasa – jasa

keuangan). Sebaliknya, institusi yang buruk hanya akan menjadi sebuah beban

yang akan senantiasa menghalangi perekonomian untuk bisa bekerja dengan baik.

Hal tersebut tentu saja akan semakin memperburuk kerugian yang ditimbulkan

oleh adanya kegagalan pasar. Sebaliknya, institusi yang buruk hanya akan

menjadi sebuah beban yang akan senantiasa menghalangi perekonomian untuk

bisa bekerja dengan baik. Hal tersebut tentu saja akan semakin memperburuk

kerugian yang ditimbulkan oleh adanya kegagalan pasar. Menjaga hak

24
kepemilikan (property rights) untuk segenap masyarakat sehingga setiap individu

memiliki insentif untuk melakukan investasi dan ambil bagian di dalam kegiatan

perekonomian. Membatasi tindakan para kelompok elite, politisi dan kelompok –

kelompok kuat lainnya sehingga orang tersebut tidak bisa merampas sumber

pendapatan dan investasi orang lain atau menciptakan kesempatan yang tidak

sama bagi semua orang. Meberikan peluang yang sama bagi setiap anggota

masyarakat sehingga setiap individu dapat melakukan investasi, khususnya dalam

modal insani dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif. Institusi adalah aturan

main baik formal maupun informal, yang secara bersama – sama menentukan

cara bermain. Organisasi terbentuk dari kelompok individu yang mempunyai

tujuan yang sama. 2. Adanya persaingan yang disebutkan dimuka akan

mendorong organisasi – organisasi untuk secara terus menerus berinvestasi di

bidang penciptaan keahlian dan pengetahuan baru agar tetap bisa bertahan hidup.

3. Adanya kerangka institusional yang menciptakan sistem insentif yang

mempengaruhi lahirnya keahlian dan pengetahuan yang dianggap menghasilkan

hasil yang optimal. 4. Adanya persepsi yang dibangun dari sikap mental para

pelaku ekonomi. Adanya perubahan pola perilaku pada satu individu dalam

jejaring tersebut tentu saja akan mempengaruhi perubahan pola perilaku jejaring

secara keseluruhan, karena adanya sifat saling terkait (complement) di antara

mereka. Pada akhirnya perubahan tersebut akan membawa pengaruh yang cukup

besar pada perubahan institusi. Negara ekonomi kemakmuran modern butuh

memiliki setidaknya infrastruktur undang-undang sederhana yang dipusatkan

pada perlindungan terhadap hak milik dan kontrak. Reformasi undang-undang

25
yang mendasar diperlukan untuk membuat infrastruktur undang-undang tersebut

untuk mengadopsi sistem aturan hukum yang relatif tepat. Pedagang kecil terkait

dengan transaksi spot-market sederhana, yaitu antara pembeli dan penjual sepakat

melalui temu muka dalam standar produk yang adil dan kualitas barang mudah

diketahui merupakan bentuk pasar yang sederhana. Sedangkan perusahaan multi

nasional memperdagangkan barang yang lebih terdiferensiasi, menghadapi

kesulitan yang lebih besar dalam mengecek kualitas merupakan bentuk pasar

yang lebih rumit. Pasar yang maju, lebih global, inklusif, dan terintegrasi,

menyediakan lebih banyak peluang pilihan. Apa yang meningkatnya? Lembaga

yang membantu mengelola resiko dari pasar perdagangan, meningkatkan

efisiensi dan menaikkan hasil (World Bank, 2002). Memang belum semua

lembaga mendorong pasar yang inklusif. Untuk mendorong persaingan, pembuat

kebijakan dapat menggunakan panduan yang sangat berbeda. Arus informasi

yang baik membantu pengusaha mengenali rekan dan aktivitas yang memberikan

hasil yang tinggi dan menilai kelayakan kreditnya. Mereka merumuskan dan

menegakan hak kepemilikan dan kontrak, menentukan siapa yang memperoleh

apa dan kapan. Tetapi sebaliknya beberapa lembaga memfasilitasi persaingan,

dan yang lain menghalanginya. permasalahan ini lebih besar untuk petani yang

kecil dan miskin. Bagaimana Lembaga mendukung pertumbuhan dan

mengurangi kemiskinan? Lembaga yang mendukung transaksi pasar dapat juga

mempengaruhi petani miskin di Amerika Latin, sama seperti mereka

mempengaruhi pengusaha kaya di Kanada. Selain itu, lembaga pendukung pasar

yang lemah dapat melukai si miskin dengan cara yang tidak proporsional (World

26
Bank, 2002). Perkembangan penelitian yang menghubungkan kesuksesan

kelembagaan (kegagalan kelembagaan) terhadap petumbuhan ekonomi dan

pembangunan pasar yang baik runtut waktu maupun lintas negara. Indikator

dengan cakupan luas menangkap kinerja yang berbeda, sering pengaturan

lembaga yang tumpang tindih. Tetapi hampir semua kajian tidak menetapkan

hubungan antara lembaga yang khusus dan hasil yang khusus. Malahan, mereka

menonjolkan banyak jenis dari lembaga yang mendukung pasar. Di Amerika

Serikat dan Selandia Baru, penjajah yang menetap dalam jumlah besar dan

mencangkok lembaga yang biasa, serta dipahami oleh penduduk secara umum

kebanyakan adalah imigran. Negara berkembang dalam setiap benua juga

menerima sistem hukum formal yang dicangkok oleh penjajah. Dalam

masyarakat yang terbagi, seperti pembagian etnis atau ketimpangan yang tinggi,

lembaga yang berkualitas rendah dalam mengelola konflik termasuk lembaga

pemerintah yang berkualitas rendah dan jaring pengaman sosial yang tidak

memadai akan memperbesar guncangan eksternal, memicu penyebaran konflik

dan tanggapan kebijakan yang lambat. Memperpanjang ketidak-tentuan dalam

lingkungan ekonomi dan penyesuai kebijakan yang lambat membatasi

pertumbuhan ekonomi selanjutnya (World Bank, 2002).

27
3.2 Saran

Menurut penulis, ekonomi kelembagaan cukup berperan penting dalam


perekonomian suatu negara terutama untuk menaikan tingkat perekonomiannya.
Utamanya dalam setiap pemerintahan tidak bisa lepas dari peran lembaga guna
menjalankan pemerintahan yang sudah dirancang. Olehnya penulis berharap agar
lebih dipergunakan lebih peran kelembagaan ini dalam berbagai sektor baik
pemerintahan ataupun swasta.

28
DAFTAR PUSTAKA

http://mardianpratama10.blogspot.com/2012/10/definisi-kelembagaan.html

https://slideplayer.info/slide/12574030/

file:///C:/Users/a%20cer/Downloads/10_Perkembangan_ekonomi_kelembagaan.pdf

https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/dinamika/article/viewFile/1409/1156

https://vclass.unila.ac.id/pluginfile.php/451532/mod_resource/content/1/GROWTH-
INST-ARON-WBOR-2000.pdf

https://vclass.unila.ac.id/pluginfile.php/451536/mod_resource/content/1/INST%20Q
UALITY%20GROWTH%20RODRIK%201999.pdf

29

Anda mungkin juga menyukai