Anda di halaman 1dari 28

Permenpera 25-2011::Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah::BN... https://ngada.org/bn646-2011.

htm

≡ http://ngada.org

LEMBARAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA

No. 646, 2011 KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT.


Perumahan. Rumah Murah. Pedoman Penyelenggaraan.

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2011
TENTANG
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN MURAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: bahwa untuk melaksanakan diktum Kedua Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tim Koordinasi Peningkatan dan Perluasan Program
Pro-Rakyat, perlu menetapkan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat tentang
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Murah;

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4247);
2. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4725);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5188);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4609);
5. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2014;
6. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara;
7. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara;
8. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet
Indonesia Bersatu II;
9. Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tim Koordinasi Peningkatan dan
Perluasan Program Pro-Rakyat;
10. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 21 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perumahan Rakyat;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman
Organisasi dan Tatakerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2009 tentang Pedoman

1 of 28 20/06/2020, 22:41
Permenpera 25-2011::Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah::BN... https://ngada.org/bn646-2011.htm

Penyerahan PSU Perumahan dan Permukiman di Daerah;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT TENTANG PEDOMAN


PENYELENGGARAAN PERUMAHAN MURAH.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu
Pengertian

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun
perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya
pemenuhan rumah yang layak huni.
2. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana
pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
3. Rumah umum adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi
masyarakat berpenghasilan rendah.
4. Rumah murah adalah rumah umum layak huni dan terjangkau dengan luas lantai 36 m2 yang
diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan kepemilikannya melalui
Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah didukung oleh bantuan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan
Perumahan dan tanpa uang muka.
5. Kaveling tanah matang adalah sebidang tanah yang telah dipersiapkan untuk rumah sesuai
dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan tanah, rencana rinci tata ruang,
serta rencana tata bangunan dan lingkungan.
6. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan
perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, dan utilitas umum, serta mempunyai penunjang
kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.
7. Lingkungan hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang terdiri atas lebih dari satu
satuan permukiman.
8. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa
kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
9. Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang selanjutnya disingkat MBR adalah masyarakat yang
mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk
memperoleh rumah.
10. Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan yang selanjutnya disingkat FLPP adalah dukungan
fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan kepada masyarakat berpenghasilan rendah yang
pengelolaannya dilaksanakan oleh Kementerian Perumahan Rakyat.
11. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar tertentu
untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman dan nyaman.
12. Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk mendukung
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya dan ekonomi.
13. Utilitas umum adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan hunian.
14. Penyelenggaraan perumahan murah adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan,
dan pengendalian.
15. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
16. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati/walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
17. Menteri adalah Menteri Negara Perumahan Rakyat.

2 of 28 20/06/2020, 22:41
Permenpera 25-2011::Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah::BN... https://ngada.org/bn646-2011.htm

Bagian Kedua
Maksud dan Tujuan

Pasal 2
(1) Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah ini dimaksudkan sebagai acuan penyelenggaraan
perumahan murah yang didukung oleh bantuan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan
serta FLPP.
(2) Tujuan pembangunan rumah murah adalah agar masyarakat berpenghasilan rendah dapat
memiliki rumah melalui kredit pemilikan rumah tanpa uang muka dengan angsuran terjangkau.

Bagian Ketiga
Lingkup

Pasal 3
Ruang lingkup penyelenggaraan perumahan murah meliputi:
a. perencanaan perumahan;
b. pembangunan perumahan;
c. pemanfaatan perumahan;
d. pengendalian perumahan;
e. bantuan penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas umum;
f. pendanaan dan pembiayaan.
g. pengawasan;
h. pembinaan; dan
i. peran masyarakat.

BAB II
PERENCANAAN PERUMAHAN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 4
(1) Perencanaan perumahan murah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah murah bagi MBR
yang berpenghasilan setinggi-tingginya 2 (dua) kali upah minimum provinsi setiap bulan atau
golongan masyarakat yang penghasilannya ditetapkan oleh Menteri.
(2) Perencanaan perumahan murah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. perencanaan dan perancangan rumah murah;
b. perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan murah;
c. penyediaan tanah; dan
d. perizinan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai golongan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk kriteria dan batasan penghasilan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan rumah murah
diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 5
Perencanaan perumahan murah harus memenuhi persyaratan:
a. daya dukung prasarana, sarana, dan utilitas umum yang telah ada;
b. kualitas layanan permukiman atau lingkungan hunian; dan
c. keseimbangan lingkungan, sosial, dan ekonomi.

Pasal 6
(1) Perencanaan perumahan murah dapat dipadukan dengan perencanaan perumahan tapak dalam
1 (satu) hamparan.
(2) Dalam hal perencanaan perumahan murah dengan perencanaan perumahan tapak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui pemisahan blok perumahan maupun blok sarana.
(3) Perencanaan dan perancangan teknis tapak maupun rumah dibedakan melalui peletakan blok,
luas rumah dan spesifikasi teknis rumah.

3 of 28 20/06/2020, 22:41
Permenpera 25-2011::Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah::BN... https://ngada.org/bn646-2011.htm

Bagian Kedua
Perencanaan dan Perancangan Rumah Murah

Pasal 7
Perencanaan dan perancangan rumah murah dilakukan untuk:
a. mewujudkan rumah murah yang layak huni;
b. memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah;
dan
c. penataan bangunan dan lingkungan perumahan murah yang terstruktur.

Pasal 8
(1) Perencanaan dan perancangan rumah murah dilakukan oleh setiap orang.
(2) Setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki keahlian bidang perencanaan
dan perancangan rumah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 9
(1) Perencanaan dan perancangan rumah murah harus memenuhi persyaratan administratif, teknis,
tata ruang, dan ekologis.
(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan syarat bagi diterbitkannya izin
mendirikan bangunan.
(3) Perencanaan dan perancangan rumah murah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
bagian dari perencanaan perumahan murah.

Bagian Ketiga
Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum

Paragraf 1
Umum

Pasal 10
(1) Perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan murah meliputi:
a. rencana penyediaan kaveling tanah matang untuk perumahan murah; dan
b. rencana kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan murah.
(2) Rencana penyediaan kavling tanah matang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
digunakan sebagai landasan perencanaan kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum
perumahan murah.

Pasal 11
(1) Perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat
(1) harus memenuhi persyaratan administratif, teknis dan ekologis.
(2) Perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum yang telah memenuhi persyaratan,
dituangkan dalam perencanaan perumahan murah.
(3) Perencanaan perumahan murah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib mendapat
pengesahan dari pemerintah daerah.

Pasal 12
(1) Perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum dilakukan oleh setiap orang.
(2) Setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki keahlian bidang perencanaan
dan perancangan rumah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 2
Perencanaan Teknis Prasarana

Pasal 13
Jalan lingkungan untuk pejalan kaki atau kendaraan bermotor roda 2 (dua) harus memenuhi
persyaratan:
a. badan jalan dengan lebar 2 - 3,5 m (dua sampai dengan tiga koma lima meter), dengan bahu jalan
0,5 - 0,75 m (nol koma lima sampai dengan nol koma tujuh puluh lima meter);
b. konstruksi lapis penutup dengan laburan satu lapis, dengan lapis penetrasi makadam;

4 of 28 20/06/2020, 22:41
Permenpera 25-2011::Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah::BN... https://ngada.org/bn646-2011.htm

c. berfungsi sebagai jalan untuk pejalan kaki, sepeda atau kendaraan bermotor roda 2 (dua) yang
menghubungkan antar rumah maupun dari rumah ke jalan lingkungan kendaraan;
d. berfungsi juga sebagai jalan untuk kendaraan pengangkut yang ditarik/didorong tenaga manusia,
antara lain; gerobak sampah, gerobak sayur dan gerobak roti;
e. mempunyai daerah manfaat jalan (damaja) dengan lebar penampang antara 360 - 450 cm (tiga
ratus enam puluh sampai dengan empatratus lima puluh centimeter), lebar perkerasan 180 - 240
cm (seratus delapan puluh sampai dengan dua ratus empat puluh centimeter) dengan konstruksi
dari bahan bangunan lokal yang dinyatakan layak sebagai jalan lingkungan untuk pejalan kaki
atau kendaraan bermotor roda 2 (dua); dan
f. mempunyai bahu jalan dengan lebar penampang sekurang-kurangnya 25 cm (dua puluh lima
centimeter) yang dapat dipakai untuk penempatan tiang listrik, jaringan utilitas umum dan jaringan
prasarana lainnya.

Pasal 14
Jalan lingkungan untuk kendaraan roda 4 (empat) harus memenuhi persyaratan:
a. badan jalan dengan lebar 3,5-5 m (tiga koma lima sampai dengan lima meter), dengan bahu jalan
0,5 - 1,5 m (nol koma lima sampai dengan satu koma lima meter);
b. konstruksi lapis penutup dengan perkerasan bubur batu/laburan satu atau dua lapis, dengan lapis
penetrasi makadam;
c. berfungsi sebagai jalan untuk kendaraan roda empat agar dapat masuk sampai dengan tempat
pemberhentian kendaraan yang dapat menyatu dengan tempat parkir yang disediakan di lokasi
khusus atau hanya membuat perkerasan di sisi-sisi perkerasan jalan;
d. berfungsi sebagai jalan untuk kendaraan yang diperlukan dalam keadaan darurat, antara lain
mobil pemadam kebakaran dan ambulans;
e. mempunyai daerah manfaat jalan (damaja) dengan lebar penampang sebesar-besarnya 6 (enam)
meter dan mempunyai lebar perkerasan jalan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter dengan
konstruksi dari bahan bangunan lokal yang dinyatakan layak sebagai jalan lingkungan kendaraan,
antara lain dapat digunakan segala jenis batuan, kerikil atau pasir batu sehingga mampu
mendukung beban sesuai fungsinya; dan
f. mempunyai bahu jalan dengan lebar penampang sekurang-kurangnya 50 cm (limapuluh
centimeter) yang dapat dipakai untuk penempatan tiang listrik, jaringan utilitas umum dan jaringan
prasarana lainnya.

Pasal 15
(1) Konsep penanganan limbah pada lingkungan rumah murah adalah mengelola limbah secara
terpadu sehingga dapat dioperasikan secara berkelanjutan, dengan bertumpu pada kemitraan
antara masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha/swasta.
(2) Sistem pembuangan air limbah lingkungan dihubungkan dengan sistem pembuangan air limbah
komunal sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Air limbah harus melalui sistem pengolahan sebelum dibuang ke perairan terbuka sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 16
(1) Setiap kaveling rumah dapat dilengkapi dengan sumur resapan biopori yang terhubung dengan
jaringan drainase lingkungan.
(2) Jaringan drainase lingkungan direncanakan berdasarkan curah hujan 5 (lima) tahunan dan daya
resap tanah.
(3) Saluran pembuangan air hujan dapat berupa saluran terbuka atau tertutup dengan kemiringan
minimum 2% (dua persen).
(4) Jika saluran pembuangan perumahan dibuat tertutup maka harus dilengkapi dengan lubang
pemeriksa yang dibuat pada jarak maksimum setiap 50 m (lima puluh meter) dan pada setiap
pertemuan 2 (dua) atau lebih saluran pembuangan.
(5) Saluran pembuangan air hujan harus diperhitungkan secara teknis sehingga lingkungan bebas
dari genangan air, dan harus mempunyai ukuran penampang sekurang-kurangnya:
a. lebar atas: 30 cm (tiga puluh centimeter);
b. lebar bawah: 20 cm (dua puluh centimeter);
c. tinggi: 30 cm (tiga puluh centimeter);
(6) Pembuatan saluran sekurang-kurangnya harus ditempatkan di sepanjang jalan, di salah satu tepi
sisi jalan atau di kedua tepi sisi jalan.

5 of 28 20/06/2020, 22:41
Permenpera 25-2011::Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah::BN... https://ngada.org/bn646-2011.htm

Pasal 17
(1) Setiap hunian perumahan dilengkapi dengan 1 (satu) buah bak sampah yang berada di luar,
sehingga memudahkan petugas dalam proses pengambilannya.
(2) Fasilitas pengumpulan sampah rumah tangga harus memenuhi kriteria:
a. kapasitas minimum tempat sampah rumah tangga ± 0.02 m3 (nol koma nol dua meter kubik)
berdasarkan jumlah orang dan banyaknya buangan sampah untuk seluruh kota ± 0,002 m3
(nol koma nol nol dua meter kubik)/orang/hari;
b. tidak mudah rusak dan merupakan bahan kedap air;
c. memiliki tutup yang rapat atau ditutup dengan baik;
d. ekonomis, mudah diperoleh/dibuat; dan
e. mudah dan cepat dikosongkan.
(3) Karakteristik wadah, jenis wadah sampah dan penggunaannya meliputi:
a. penempatannya di lokasi yang mudah diambil petugas;
b. tidak mengganggu lalu lintas; dan
c. wadah dibuat sesuai estetika.
(4) Persyaratan tempat pengumpulan sampah meliputi:
a. kapasitas tempat sampah lingkungan minimal bervolume 2 m3 (dua meter kubik);
b. jumlah rumah yang dilayani sekitar 200 (dua ratus) unit; dan
c. penempatan tempat sampah lingkungan berjarak sekitar 150 m dari lingkungan perumahan
(seratus lima puluh meter).

Pasal 18
(1) Fasilitas pengangkutan sampah dapat berupa grobak dorong, becak atau mobil sampah.
(2) Jumlah dan kapasitas angkut disesuaikan dengan frekuensinya.
(3) Jangka waktu pengangkutan dari tiap rumah maksimum 2 (dua) hari sekali.

Paragraf 3
Perencanaan Sarana Lingkungan

Pasal 19
Perumahan murah harus dilengkapi dengan sarana umum, sarana sosial, sarana perekonomian dan
sarana pemerintahan, sesuai dengan skala pelayanan sarana lingkungan.

Pasal 20
(1) Sarana umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 antara lain ruang terbuka hijau berupa
taman atau jalur hijau, sarana olah raga, tempat parkir umum, dan shelter kendaraan umum.
(2) Standar kebutuhan sarana umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Standar Kebutuhan Sarana Umum


----------------------------------------------------------------------
PENDUDUK JUMLAH LUAS MINIMAL (m2) STANDAR
No SARANA UMUM PENDUKUNG RUMAH Ruang Lahan (m2/Jiwa)
(Jiwa) (Unit)
----------------------------------------------------------------------
1. Taman Lingkungan 200 50 - 200 1,000
2. Taman Umum 2.000 500 - 1.000 0,500
3. Lapangan Olah Raga 20.000 5.000 - 2.000 0,100
4 Parkir Lingkungan 2.000 500 - 100 0,050
5 Shelter Angkutan Umum 30.000 7.500 10 30 0,001

Pasal 21
Taman lingkungan, taman umum maupun lapangan olah raga, yang dipergunakan pula sebagai
tempat bermain anak-anak, harus direncanakan dan dibangun sedemikian rupa, sehingga dapat
menjamin keselamatan anak-anak yang menggunakannya selain dapat difungsikan sebagai tempat
rekreasi dan komunikasi antar penduduk.

Pasal 22

6 of 28 20/06/2020, 22:41
Permenpera 25-2011::Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah::BN... https://ngada.org/bn646-2011.htm

(1) Sarana sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 berupa sarana pendidikan dan sarana
kesehatan.
(2) Standar kebutuhan sarana pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disajikan dalam
Tabel 2.

Tabel 2. Standar Kebutuhan Sarana Pendidikan


----------------------------------------------------------------------
PENDUDUK JUMLAH LUAS MINIMAL (m2) STANDAR
No SARANA PENDIDIKAN PENDUKUNG RUMAH Ruang Lahan (m2/Jiwa)
(Jiwa) (Unit)
----------------------------------------------------------------------
1. TK 1.250 313 242 500 0,28
2. SD 1.600 400 633 2.000 1,25
3. SLTP 4.800 1.200 2.282 9.000 1,88
4. SLTA 4.800 1.200 3.835 12.500 2,60
5. Taman Bacaan 2.500 625 72 150 0,09
(3) Standar kebutuhan sarana kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disajikan dalam
Tabel 3.

Tabel 3. Standar Kebutuhan Sarana Kesehatan


----------------------------------------------------------------------
PENDUDUK JUMLAH LUAS MINIMAL (m2) STANDAR
No SARANA KESEHATAN PENDUKUNG RUMAH Ruang Lahan (m2/Jiwa)
(Jiwa) (Unit)
----------------------------------------------------------------------
1. Posyandu 1.250 312 36 60 0,048
2. Balai Pengobatan 2.500 625 150 300 0,120
3. Tempat Praktek Dokter 5.000 1.250 18 - -
4. Puskesmas Pembantu 30.000 7.500 150 300 0,006
5. Apotik 30.000 7.500 120 250 0,025

Pasal 23
(1) Sarana Perekonomian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 berupa toko, warung atau
pertokoan.
(2) Standar kebutuhan sarana perekonomian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disajikan dalam
Tabel 4.

Tabel 4. Standar Kebutuhan Sarana Perekonomian


----------------------------------------------------------------------
PENDUDUK JUMLAH LUAS MINIMAL (m2) STANDAR
No SARANA PEREKONOMIAN PENDUKUNG RUMAH Ruang Lahan (m2/Jiwa)
(Jiwa) (Unit)
----------------------------------------------------------------------
1. Toko / Warung 250 312 50 100 0,40
2. Pertokoan 6.000 1.500 1.200 3.000 0,50

Pasal 24
(1) Sarana Pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 berupa kantor Rukun Tetangga
(RT), kantor Rukun Warga (RW), pos Hansip/Siskamling, pos Polisi dan Gedung Serba Guna.
(2) Standar kebutuhan sarana pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disajikan dalam
Tabel 5.

Tabel 5. Standar Kebutuhan Sarana Pemerintahan


----------------------------------------------------------------------
PENDUDUK JUMLAH LUAS MINIMAL (m2) STANDAR
No SARANA PEMRINTAHAN PENDUKUNG RUMAH Ruang Lahan (m2/Jiwa)
(Jiwa) (Unit)

7 of 28 20/06/2020, 22:41
Permenpera 25-2011::Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah::BN... https://ngada.org/bn646-2011.htm

----------------------------------------------------------------------
1. Kantor RT 200 50 21 60 0,300
2. Kantor RW 2.000 500 21 60 0,030
3. Pos Hansip/Siskamling 200 50 4 6 0,030
4. Pos Polisi 200 50 36 60 0,300
5. Gedung Serba Guna l.000 250 250 500 0,500

Pasal 25
(1) Fasilitas peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu
disediakan di lingkungan yang direncanakan sesuai dengan keputusan masyarakat yang
bersangkutan.
(2) Persyaratan dan standar perencanaan sarana lingkungan peribadatan ditentukan setelah
lingkungan dihuni, tetapi perlu dialokasikan lahannya berdasarkan perkiraan populasi dan jenis
agama calon penghuni.

Pasal 26
(1) Fasilitas olah raga dan tempat bermain disediakan untuk kebutuhan setiap 50 (lima puluh) kepala
keluarga.
(2) Penyediaan ruang terbuka hijau dapat berupa pengisian hijau tanaman atau tumbuhan dengan
standar 15 m2 (lima belas meter persegi) per jiwa dengan lokasi menyebar.

Paragraf 4
Perencanaan Utilitas Umum

Pasal 27
(1) Perumahan murah harus mendapat air cukup dari perusahaan air minum daerah atau sumber
lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Kapasitas minimum untuk melayani kebutuhan perumahan adalah 120 (seratus dua puluh)
liter/orang/hari.
(3) Dalam hal pasokan air minum dilakukan melalui jaringan air minum, maka:
a. harus disediakan jaringan lingkungan hingga sambungan rumah;
b. pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC atau fiber glass berpelindung, atau
GIP; dan
c. pipa yang dipasang di atas tanah tanpa pelindung menggunakan GIP.
(4) Dalam hal tidak terdapat jaringan air minum, penyediaan air minum dapat dilakukan melalui kran
umum dengan kriteria:
a. satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 200 (dua ratus) jiwa;
b. radius pelayanan maksimum 100 m (seratus meter);
c. kapasitas minimum untuk kran umum sebesar 30 (tiga puluh) liter/orang/hari; dan
d. ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 28
Dalam hal penyediaan air minum dilakukan melalui kran umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal
27 ayat (4), maka pada lokasi perumahan dapat disediakan sarana mandi, cuci dan kakus (McK)
dengan ketentuan:
a. Pada tahap awal disediakan sekurang-kurangnya secara terpusat untuk melayani umum, sebelum
dapat dibuat McK pada setiap rumah; dan
b. Untuk setiap 50 (lima puluh) unit rumah, dibuat sekurang-kurangnya 8 (delapan) kakus, 4 (empat)
kamar mandi dan 4 (empat) tempat cuci yang dibangun dengan dinding setinggi 150 cm (seratus
limapuluh centimeter), tanpa atap.

Pasal 29
(1) Setiap perumahan mendapatkan daya listrik dari PLN atau sumber lain dan setiap rumah
mendapatkan daya listrik minimum sebesar 450 (empat ratus lima puluh) watt.
(2) Pada setiap lokasi perumahan harus tersedia jaringan listrik lingkungan yang tersambung hingga
ke tiap rumah, dengan penempatan tiang listrik pada daerah milik jalan.
(3) Apabila dibutuhkan gardu listrik, penempatannya harus pada lahan yang bebas dari kegiatan
umum.
(4) Pada lokasi perumahan, dapat disediakan penerangan jalan umum.

8 of 28 20/06/2020, 22:41
Permenpera 25-2011::Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah::BN... https://ngada.org/bn646-2011.htm

Pasal 30
(1) Dalam satu lingkungan hunian perlu disediakan jaringan komunikasi yang mencukupi kebutuhan
lingkungannya dan dapat dijangkau penghuninya.
(2) Jaringan komunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus terintegrasi dengan rencana
jaringan telpon regional.

Pasal 31
Penyediaan jaringan gas direncanakan sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya.

Pasal 32
Pada kawasan rumah murah dan kawasan komersial perlu disediakan dan dipasang kran kebakaran
oleh pelaku pembangunan.

Bagian Keempat
Persyaratan Teknis Perumahan Murah

Paragraf 1
Persyaratan Lokasi

Pasal 33
(1) Lokasi perumahan murah harus mempertimbangkan arah dan perkembangan kota, serta
karakteristik atau lokasi serta kedudukan perumahan dalam sistem kota.
(2) Arah perkembangan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. arahan dan kondisi kawasan budidaya dan lindung;
b. arahan dan kapasitas daya dukung fisik dan lingkungan;
c. kondisi eksisting dan arahan pengembangan sistem prasarana dan sarana perkotaan;
d. kondisi eksisting dan arahan pengembangan sistem pusat kegiatan ekonomi;
e. kondisi eksisting dan arahan perkembangan sosial-kependudukan;
f. kondisi eksisting dan prospek pertumbuhan ekonomi;
g. kondisi eksisting dan prospek keterkaitan dengan kabupaten/kota lainnya; dan
h. kebutuhan pengembangan perumahan dan permukiman beserta penyediaan lokasinya.
(3) Karakteristik atau lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. penataan lokasi perumahan dan permukiman yang sudah ada;
b. pembangunan perumahan dan permukiman pada lokasi baru.
(4) Kedudukan perumahan dalam sistem kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibedakan
berdasarkan:
a. lokasi perumahan dalam sistem kota;
b. dukungan atau keterkaitan terhadap fungsi internal kota;
c. dukungan atau keterkaitan terhadap fungsi kota dalam skala regional.

Pasal 34
(1) Lokasi perumahan murah harus berada pada peruntukan perumahan atau peruntukan
perumahan campuran sesuai dengan rencana tata ruang dan wilayah.
(2) Lokasi perumahan murah harus:
a. bebas dari pencemaran air, udara dan gangguan suara atau gangguan lainnya, yang
ditimbulkan oleh sumber daya buatan maupun sumber daya alam;
b. dapat menjamin tercapainya tingkat kualitas lingkungan hunian yang sehat bagi pembinaan
individu dan masyarakat penghuni;
c. mempunyai kondisi yang bebas dari banjir dan memiliki kemiringan tanah dari 0 - 15% (nol
sampai dengan lima belas persen);
d. menjamin adanya kepastian hukum atas status penguasaan ruang dan tanah serta
pembangunannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 35
(1) Luas tanah yang tersedia harus cukup bagi pembangunan perumahan murah sekurang-
kurangnya 300 (tiga ratus) unit rumah dan dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan, dan
utilitas umum.

9 of 28 20/06/2020, 22:41
Permenpera 25-2011::Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah::BN... https://ngada.org/bn646-2011.htm

(2) Dalam hal lokasi direncanakan terpadu dengan perumahan atau permukiman yang sudah
terbangun, harus dapat dibangun sekurang-kurangnya 100 (seratus) unit rumah murah.

Paragraf 2
Persyaratan Kaveling

Pasal 36
(1) Luas kaveling:
a. Untuk kawasan perkotaan di pulau Jawa, luas kaveling tidak boleh kurang dari 60 m2 (enam
puluh meter persegi), dan tidak lebih dari 90 m2 (sembilan puluh meter persegi); dan
b. Untuk kawasan perkotaan di luar pulau Jawa, luas kaveling tidak boleh kurang dari 90 m2
(sembilan puluh meter persegi), dan tidak lebih dari 200 m2 (dua ratus meter persegi).
(2) Lebar kaveling:
a. untuk kaveling dengan ukuran: 60 m2 < Luas Kaveling < 90 m2, lebar kaveling tidak boleh
kurang dari 6 m (enam meter);
b. untuk luas kaveling dengan ukuran: 90 m2 < Luas Kaveling < 200 m2, lebar kaveling tidak
boleh kurang dari 6 m (enam meter) dan tidak boleh lebih besar dari 9 m (sembilan meter);
dan
c. untuk luas kaveling dengan ukuran: 200 m2 < Luas kaveling < 300 m2, lebar kaveling tidak
boleh kurang dari 9 m (sembilan meter) dan tidak boleh lebih besar dari 15 m (lima belas
meter);
(3) Jumlah kaveling setiap Ha (Hektar) tanah:
a. untuk kaveling dengan ukuran luas: 60 m 2 < Luas Kaveling < 90 m2, dan jumlah kaveling: 100
unit < Jumlah Kaveling < 65 unit;
b. untuk kaveling dengan ukuran luas: 90 m2 < Luas Kaveling < 200 m2, dan jumlah kaveling: 65
unit < Jumlah Kaveling < 30 unit; atau
c. untuk kaveling dengan ukuran luas: 200 m2 < Luas kaveling < 300 m2, dan jumlah kaveling:
30 unit < jumlah kaveling < 20 unit.

Pasal 37
(1) Perencanaan tata letak kaveling dapat dilakukan dengan mengikuti pola struktur jalan yaitu
berbentuk Grid, Curvilinear, Court, Cul De Sac, Offset, Loop atau kombinasi di antaranya
sebagaimana contoh pada Lampiran 1.
(2) Untuk mewujudkan keteraturan tata letak kaveling dan kemudahan dalam pelaksanaan di
lapangan, letak kaveling diatur saling bertolak belakang.
(3) Dalam hal letak kaveling diatur berderet menurut lebar kaveling 6 m - 9 m (enam sampai dengan
sembilan meter), maka lebar maksimum deretan kaveling sebesar 10 (sepuluh) kali lebar setiap
kaveling.
(4) Dalam hal letak kaveling diatur berderet menurut lebar kaveling 12 m - 15 m (dua belas meter
sampai dengan lima belas meter), maka lebar maksimum deretan kaveling sebesar enam kali
lebar setiap kaveling.
(5) Dalam hal setelah dilakukan penataan letak kaveling sebagaimana tersebut pada ayat (2), ayat
(3) dan ayat (4) terdapat tanah sisa pada sudut atau pojok blok perumahan murah, maka untuk
lebih memberikan rasa keadilan kepada masyarakat penghuni perumahan, tanah sisa tersebut
dimanfaatkan untuk kepentingan bersama.
(6) Modul dasar perencanaan tapak dilakukan melalui perencanaan tata letak kaveling dalam 1
(satu) hektar tanah sebagaimana contoh pada Lampiran 2.

Paragraf 3
Persyaratan Kepadatan

Pasal 38
Kepadatan penduduk setiap hektar luas tanah yang dikembangkan untuk penyelenggaraan
perumahan murah tidak boleh lebih besar dari 400 (empat ratus jiwa) jiwa.

Pasal 39
(1) Pemanfaatan kaveling untuk pembangunan rumah murah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diperhitungkan sesuai dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang berlaku pada lokasi atau
wilayah setempat.

10 of 28 20/06/2020, 22:41
Permenpera 25-2011::Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah::BN... https://ngada.org/bn646-2011.htm

(2) Koefisien Dasar Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setinggi-tingginya 60% (enam
puluh persen) dari luas kaveling untuk rumah murah.
(3) Luas tanah yang tertutup oleh bangunan dalam lokasi perumahan murah setinggi-tingginya 60%
(enam puluh persen) dari luas lokasi.

Paragraf 4
Persyaratan Teknis Rumah Murah

Pasal 40
(1) Rumah murah harus memenuhi persyaratan:
a. semua ukuran, baik vertikal maupun horisontal berpedoman kepada koordinasi modular;
b. luas bangunan yang direncanakan sekurang-kurangnya 36 m2 (tiga puluh enam meter
persegi) dan memiliki sekurang-kurangnya 1 (satu) ruang tidur; dan
c. pengudaraan dan pencahayaan alami untuk setiap ruangan.
(2) Spesifikasi bahan bangunan harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam Standar
Nasional Indonesia (SNI) sepanjang menggunakan bahan bangunan yang sudah ada standarnya.

Pasal 41
(1) Lebar minimum muka bangunan rumah pada pola grid sama dengan lebar minimum kaveling
yaitu 6 m (enam meter).
(2) Untuk memperoleh luas lantai sekurang-kurangnya 36 m2 (tiga puluh enam meter persegi)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) butir b, maka lebar dan panjang minimum
bangunan rumah pada saat pertama kali dibangun sebesar 6 m (enam meter).
(3) Mengingat pemenuhan kebutuhan lahan dalam rangka pembangunan rumah murah, khususnya
di kota-kota metro dan besar di Jabodetabek, Jawa dan Bali terkendala oleh kelangkaan
ketersediaan lahan, maka di lokasi-lokasi tersebut pembangunan rumah murah dapat
menggunakan kaveling dengan ukuran luas minimum 60 m2 (enam puluh meter persegi) dengan
lebar minimum 5 (lima) meter.

Pasal 42
(1) Garis Sempadan Bangunan (GSB) minimal sebesar ½ (setengah) dari lebar daerah manfaat jalan
lingkungan.
(2) Garis Sempadan Pagar (GSP) berada pada sisi terluar bahu jalan atau berada pada batas terluar
kaveling.
(3) GSB dan GSP diterapkan sama untuk rumah tunggal, rumah deret atau rumah koppel dalam satu
blok perumahan.

Pasal 43
(1) Pada kaveling dengan lebar lebih besar dari 6,0 m (enam koma nol meter) dapat dibangun rumah
tunggal atau rumah koppel (rumah gandeng dua).
(2) Pada rumah deret atau rumah koppel, 1 (satu) dinding yang memisahkan 2 (dua) rumah dapat
dipergunakan bersama.

Pasal 44
(1) Rumah murah dapat dibangun dengan menggunakan konstruksi tembok (batu), konstruksi kayu,
konstruksi ½ (setengah) tembok, konstruksi kayu panggung, konstruksi baja ringan atau
konstruksi pracetak.
(2) Konstruksi rumah harus mampu memikul beban mati, beban hidup dan beban-beban lainnya
yang dipersyaratkan.

Pasal 45
Spesifikasi teknis konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 tersebut, namun tidak terbatas
sebagaimana Lampiran 3.

Pasal 46
Struktur komponen dan bahan bangunan harus memenuhi persyaratan:
a. bahan bangunan untuk konstruksi terdiri dari bahan bangunan lokal atau lainnya yang memenuhi
syarat teknis rumah murah;

11 of 28 20/06/2020, 22:41
Permenpera 25-2011::Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah::BN... https://ngada.org/bn646-2011.htm

b. permukaan lantai harus lebih tinggi 20 cm (dua puluh centimeter) dari permukaan halaman
tertinggi dan harus rata, kering, mudah dibersihkan, tidak menimbulkan debu, dan dapat
diperkeras dengan beton tumbuk dengan acian campuran air semen atau bahan lainnya;
c. dinding rumah murah dapat dibuat dari bahan yang sekurang-kurangnya dapat melindungi
penghuni dari cuaca dan sinar matahari langsung sepanjang hari serta mempunyai daya tahan
terhadap lemparan benda-benda yang dengan mudah dapat melubangi dinding;
d. dinding rumah murah yang menggunakan bata atau batako atau bahan bangunan batu lainnya,
dapat diplester sebagian atau tidak diplester dan dapat dicat sebagian atau tidak dicat;
e. jika bahan dinding menggunakan anyaman bambu atau sejenisnya, pemasangannya sekurang-
kurangnya 90 cm (sembilan puluh centimeter) di atas dinding dengan bahan tembok atau papan;
f. dinding dapur, dinding kamar mandi/kakus dengan bahan tembok sekurang-kurangnya setinggi
150 cm (seratus lima puluh centimeter) harus kedap air;
g. kerangka atap harus mempunyai kekuatan menahan beban sendiri dan beban-beban lain yang
harus didukung, dan dapat dipergunakan antara lain bahan bangunan kayu, bambu atau baja
ringan;
h. penutup atap harus disesuaikan dengan kemampuan memikul beban dari kerangka atapnya, dan
dapat digunakan antara lain bahan bangunan genteng plentong, genteng keramik, seng
gelombang, asbes semen atau bahan penutup atap lainnya;
i. tinggi atap dari lantai minimal 270 cm (dua ratus tujuh puluh centimeter);
j. kemiringan atap minimal 20º (dua puluh derajat); dan
k. langit-langit dapat ditiadakan, sepanjang pemasangan kerangka atap dan penutupnya dilakukan
dengan lebih rapi.

Pasal 47
(1) Setiap bahan bangunan yang direncanakan untuk dipergunakan membangun rumah murah harus
memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) kecuali bahan bangunan yang belum distandarkan.
(2) Bahan bangunan yang belum distandarkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
mempunyai kekuatan yang cukup sebelum dipasang maupun sesudah terpasang sesuai
fungsinya.
(3) Bahan bangunan yang belum distandarkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dapat
diperoleh dengan mudah untuk pergantian, dalam hal terjadi kerusakan dalam pemanfaatan
rumah murah.

Pasal 48
Untuk memberikan kekuatan yang lebih besar pada atap dan sekaligus efisiensi biaya pembangunan
terhadap beban angin atau beban gempa, konstruksi atap:
a. harus terikat kuat pada kolom atau balok;
b. pada rumah deret maupun rumah koppel dapat disatukan.

Pasal 49
(1) Khusus untuk keveling berukuran luas: 60 m2 < Luas Kaveling < 90 m2, luas lantai minimum
bangunan rumah murah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) butir b dimungkinkan
untuk bertambah dengan menaikkan nilai indeks Koefisien Lantai Bangunan (KLB).
(2) Indeks KLB rumah murah dapat ditingkatkan hingga maksimum sebesar 1,2 (satu koma dua).
(3) Perubahan indeks KLB harus dengan persetujuan Dinas Teknis pada Pemerintah Daerah dan
dituangkan dalam rencana detail tata ruang wilayah atau dicantumkan dalam gambar rencana
tapak yang disahkan.

Paragraf 5
Persyaratan Administratif

Pasal 50
(1) Perencanaan perumahan murah meliputi perencanaan tapak dan perencanaan serta
perancangan rumah murah.
(2) Perencanaan tapak dan perencanaan serta perancangan rumah murah harus memperoleh
persetujuan Dinas Teknis Pemerintah Daerah.

Pasal 51
(1) Rencana tapak harus mencantumkan nomor atau nama blok perumahan.

12 of 28 20/06/2020, 22:41
Permenpera 25-2011::Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah::BN... https://ngada.org/bn646-2011.htm

(2) Dalam setiap nomor atau nama blok perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
mencantumkan nomor Kaveling Tanah Matang (KTM).

Pasal 52
(1) Perancangan rumah murah sekurang-kurangnya terdiri dari gambar denah, potongan dan tampak
dengan skala gambar 1:50 (satu banding lima puluh) dan detail prinsip sambungan konstruksi
dengan skala 1:10 (satu banding sepuluh).
(2) Perencanaan tapak dan perencanaan serta perancangan rumah murah menjadi salah satu syarat
pengajuan permohonan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Pasal 53
(1) Pemerintah Daerah tidak mengenakan retribusi pengesahan rencana tapak dan retribusi IMB
serta pemenuhan kewajiban-kewajiban lainnya yang berdampak pada meningkatnya pendanaan
atas pembangunan perumahan murah di daerah.
(2) Kewajiban lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi namun tidak terbatas pada:
a. persetujuan izin lokasi, jika pembangunannya dilakukan oleh badan usaha pembangunan
perumahan;
b. persetujuan dan pengesahan peil banjir;
c. pembebasan atas retribusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB);
d. penundaan kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) selama 5 (lima) tahun;
e. rekomendasi atas Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)/Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL) dan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL);
f. rekomendasi atas analisis dampak lalu lintas (ANDALIN) dari Dinas Perhubungan dan/atau
Kepolisian Resor;
g. rekomendasi Dinas Pekerjaan Umum atau Dinas Bina Marga;
h. rekomendasi Dinas Pertamanan dan/atau Dinas Kebersihan;
i. rekomendasi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM);
j. rekomendasi dari Dinas Pemakaman, termasuk kewajiban penyiapan tempat pemakaman
umum (TPU) dan kompensasi dalam bentuk dana bagi penyediaan TPU; dan
k. kesediaan untuk menerima prasarana, sarana, dan utilitas umum dan mengelolanya.

Pasal 54
(1) Pemerintah kabupaten/kota wajib memberikan kemudahan pelayanan perizinan pembangunan
rumah murah.
(2) Kemudahan pelayanan perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dapat ditempuh
melalui pelayanan perizinan terpadu sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan.

Paragraf 6
Persyaratan Tata Ruang

Pasal 55
(1) Luas lantai bangunan rumah murah sebesar-besarnya 60% (enam puluh persen) luas kaveling.
(2) Dinding depan rumah murah harus direncanakan tepat pada Garis Sempadan Bangunan (GSB).
(3) Untuk memperoleh penataan yang baik dan teratur dalam setiap blok perumahan, dinding depan
rumah murah baik berbentuk rumah tunggal, rumah deret maupun rumah koppel harus di
rencanakan lurus mengikuti ketentuan jarak GSB.
(4) Pengembangan rumah murah dalam bentuk penambahan luas lantai yang direncanakan pada
tanah sisa di belakang bangunan rumah murah tetap berpedoman pada besar KDB 60% (enam
puluh persen), kecuali pada rumah murah dengan ukuran luas kaveling 60 m2 (enam puluh meter
persegi), penambahan dimaksud harus dilakukan ke arah vertikal dengan mengikuti ketentuan
dalam Pasal 46.

Pasal 56
(1) Ruang tidur berbentuk empat persegi panjang dan berukuran paling sedikit 2,4 m x 2,4 m (dua
koma empat kali dua koma empat meter), yang diukur dari as dinding.
(2) Ruang tamu dan ruang makan berbentuk empat persegi panjang dan dapat disatukan serta tidak
perlu ada sekat pemisah di antara keduanya.

13 of 28 20/06/2020, 22:41
Permenpera 25-2011::Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah::BN... https://ngada.org/bn646-2011.htm

(3) Kamar mandi/WC jika dibuat di dalam rumah, berbentuk empat persegi panjang dan berukuran
paling sedikit 1,5 m x 1,5 m (satu koma lima kali satu koma lima meter) yang diukur dari as
dinding.
(4) Rumah murah dapat direncanakan tanpa teras depan dan/atau teras belakang, tetapi pada
bagian depan rumah, harus mempunyai akses jalan setapak dengan lebar paling sedikit 120 cm
(seratus dua puluh centimeter) ke jalan lingkungan.
(5) Tinggi langit-langit atau plafon yang direncanakan, sekalipun belum dibuat pada saat pertama kali
dibangun, paling sedikit 2,7 m (dua koma tujuh meter) yang diukur dari tinggi lantai.
(6) Jarak antara langit-langit yang direncanakan dan penutup atap harus cukup untuk pergerakan
orang yang akan memasang tambahan atau memperbaiki jaringan listrik rumah.

Pasal 57
(1) Rumah murah direncanakan dan dibangun tanpa pagar, baik pagar pembatas di depan atau di
belakang kaveling atau pagar pembatas antar bangunan rumah.
(2) Standar luas lantai maksimum rumah murah tidak bertingkat menurut luas kaveling disajikan
dalam Tabel 6 berikut:

Tabel 6. Standar Luas Lantai Maksimum Berdasarkan

Luas Kaveling Dengan KDB 60 % dan KLB 6,0


Luas Kaveling KDB Luas Lantai Luas Lantai Penambahan
(m2) (%) Awal (m2) Maksimum (m2) Luas Lantai (m2)
60 36.0 36.0 0.0
72 36.0 43.2 7.2
84 36.0 50.4 14.4
90 36.0 54.0 18.0
98 36.0 58.8 22.8
108 36.0 64.8 28.8
116 36.0 69.6 33.6
120 36.0 72.0 36.0 Batas luas lantai rumah
124
60
36.0 81.6 38.4 sederhana = 70 m2
136 36.0 74.4 45.6
150 36.0 90.0 54.0
160 36.0 96.0 60.0
170 36.0 102.0 66.0
180 36.0 108.0 72.0
200 36.0 120.0 84.0
240 36.0 144.0 108.0
280 36.0 168.0 132.0
300 36.0 180.0 144.0

KDB = Koefisien Dasar Bangunan, persentase luas lantai menutup luas kaveling
KLB = Koefisien Lantai Bangunan, indeks luas bangunan terhadap luas kaveling
Pada kaveling berukuran 60 m2 (enam puluh meter persegi) tidak dimungkinkan penambahan
luas lantai secara horisontal, karena dibatasi KDB 60%.

Paragraf 7
Persyaratan Ekologis

Pasal 58
Bahan bangunan yang belum distandarkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 yang
direncanakan untuk pembangunan rumah murah harus tidak membahayakan kesehatan pekerja pada
saat dipasang dan kesehatan penghuni pada saat sudah terpasang.

Pasal 59

14 of 28 20/06/2020, 22:41
Permenpera 25-2011::Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah::BN... https://ngada.org/bn646-2011.htm

(1) Setiap ruang harus terhubung langsung dengan luar bangunan melalui lubang dengan ukuran
yang cukup untuk pengudaraan dan pencahayaan alami serta terlindung dari tampias air hujan.
(2) Lubang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk daun jendela atau kaca nako
yang dapat dibuka tutup atau berbentuk ventilasi.

Pasal 60
(1) Setiap rumah dan perumahan harus dilayani dengan ketersediaan air minum;
(2) Ketersediaan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melalui jaringan PDAM
sambungan rumah, atau melalui sumur dangkal di setiap rumah atau melalui sumur dalam yang
terpusat untuk melayani beberapa blok perumahan.
(3) Kapasitas tampung dan tekanan air minum yang berasal dari sumur pompa dalam sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Persyaratan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 61
(1) Setiap rumah murah atau perumahan murah harus dilengkapi dengan tanki septik atau terhubung
kepada sistem pembuangan limbah perkotaan.
(2) Setiap tanki septik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi dengan rembesan.
(3) Kapasitas tangki septik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya 0,8 m3 (nol
koma delapan meter kubik).
(4) Kapasitas rembesan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya separuh dari
kapasitas tangki septik.
(5) Jika penempatan tanki septik dan rembesannya berada pada setiap rumah atau dipergunakan
tangki septik dan rembesan komunal dan daya dukung tanah cukup baik, maka penempatannya
harus berjarak paling sedikit 8 m (delapan meter) dari sumur pompa dangkal atau sumur pompa
dalam.
(6) Jika daya dukung tanah kurang baik, karena pengurukan atau tanah rawa, maka penempatan
tanki septik dan rembesan harus berjarak paling sedikit 12 m (duabelas meter) dari sumur pompa
dangkal atau sumur pompa dangkal.

Pasal 62
(1) Tanki septik dan rembesannya ditempatkan pada areal sebelah belakang setiap kaveling.
(2) Sumur pompa dangkal ditempatkan pada areal sebelah depan setiap kaveling.
(3) Sumur pompa dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) ditempatkan pada lokasi di
luar kaveling dan dihubungkan dengan saluran distribusi air minum ke setiap rumah.

Pasal 63
(1) Setiap rumah murah atau kelompok rumah harus dilengkapi dengan tempat sampah dengan
bahan rapat air dan memiliki kapasitas minimal 0,02 m3 (nol koma nol dua meter kubik).
(2) Penempatan tempat sampah harus mudah dicapai oleh petugas kebersihan dan tidak
mengganggu lalu lintas.
(3) Pengangkutan sampah dari tiap-tiap rumah ke Tempat Penampungan Sementara dilakukan
paling lama 2 (dua) hari sekali.

Bagian Kelima
Rencana Penyediaan Kaveling Tanah Matang

Pasal 64
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya bertanggung jawab atas
ketersediaan tanah untuk pembangunan perumahan murah.
(2) Ketersediaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk penetapannya di dalam
rencana tata ruang wilayah merupakan tanggung jawab pemerintahan daerah.

Pasal 65
Penyediaan tanah untuk pembangunan perumahan murah dapat dilakukan melalui:
a. pemberian hak atas tanah terhadap tanah yang langsung dikuasai oleh negara;
b. konsolidasi tanah oleh pemilik tanah;
c. peralihan atau pelepasan hak atas tanah oleh pemilik tanah;

15 of 28 20/06/2020, 22:41
Permenpera 25-2011::Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah::BN... https://ngada.org/bn646-2011.htm

d. pemanfaatandanpemindahtanganantanahbarangmilik negara/daerah sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan;
e. pendayagunaan tanah negara bekas tanah terlantar; dan/atau
f. pengadaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 66
(1) Penyediaan tanah untuk pembentukan kaveling tanah matang harus mempertimbangkan daya
dukung tanah.
(2) Pembentukan kaveling tanah matang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
mempertimbangkan topografi lahan.
(3) Jika terdapat perbedaan topografi lahan dalam rencana pembangunan kawasan permukiman
atau lingkungan hunian skala besar, perbedaan tersebut diupayakan berdasarkan rencana
penempatan setiap blok perumahan murah.
(4) Daya dukung tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mampu memikul beban mati dan
beban hidup bangunan rumah murah.

Pasal 67
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah dapat menyediakan kaveling tanah matang untuk perumahan
murah bagi Pegawai Negeri Sipil sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Badan usaha pembangunan perumahan atau pengembang dapat menyediakan kaveling tanah
matang untuk pembangunan perumahan murah.
(3) Koperasi dapat menyediakan kaveling tanah matang untuk pembangunan perumahan murah bagi
anggotanya.

Pasal 68
Pemerintah dan pemerintah daerah, badan usaha pembangunan perumahan dan koperasi dilarang
menjual kaveling tanah matang tanpa rumah.

Pasal 69
Biaya pematangan tanah tidak termasuk dalam komponen harga jual rumah murah.

Pasal 70
Luas tanah yang diperlukan untuk menyediakan sejumlah Kaveling Tanah Matang (KTM) ditampilkan
dalam Tabel 7.

Tabel 7. Kebutuhan Tanah Menurut Jumlah KTM atau Rumah


Jumlah KEBUTUHAN TANAH (Ha)
KTM
atau Ukuran Kaveling
Rumah
(Unit) 60 m2 < Uk. Kav < 90 m2 90 m2 < Uk. Kav < 200 m2 200 m2 < Uk. Kav < 300 m2
100 1,00 < Luas Tanah < 1,53 1,53 < Luas Tanah < 3,33 3,33 < Luas Tanah < 5,00
300 3,00 < Luas Tanah < 4,61 4,61 < Luas Tanah < 10,00 10,00 < Luas Tanah < 15,00
1000 10,00 < Luas Tanah < 15,38 15,38 < Luas Tanah < 33,00 33,00 < Luas Tanah < 50,00
2000 20,00 < Luas Tanah < 30,76 30,76 < Luas Tanah < 67,00 67,00 < Luas Tanah < 100,00
3000 30,00 < Luas Tanah < 46,15 46,15 < Luas Tanah < 100,00 100,00 < Luas Tanah < 150,00
4000 40,00 < Luas Tanah < 61,53 61,53 < Luas Tanah < 133,00 133,00 < Luas Tanah < 200,00
5000 50,00 < Luas Tanah < 76,92 76,92 < Luas Tanah < 167,00 167,00 < Luas Tanah < 250,00

Bagian Keenam
Penggunaan Teknologi

Pasal 71
Teknologi bahan bangunan dan konstruksi yang sederhana dan tepat guna dengan mengandalkan
potensi sumberdaya lokal maupun menggunakan teknologi maju dapat direncanakan dan
dilaksanakan untuk pembangunan rumah murah dan perumahan murah, sepanjang pemilik tidak

16 of 28 20/06/2020, 22:41
Permenpera 25-2011::Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah::BN... https://ngada.org/bn646-2011.htm

akan mengalami kesulitan dalam penggantian bahan atau komponen bangunan.

Pasal 72
(1) Penggunaan teknologi sederhana dan tepat guna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71
dilaksanakan untuk pekerjaan pondasi, sloof, balok pengikat (ringbalk), pekerjaan dinding hingga
rangka dan penutup atap.
(2) Selain menggunakan batu kali (batu pecah), pekerjaan pondasi dan sloof dapat menggunakan
susunan batu bata, batako atau pondasi pracetak atau pondasi cerucuk sepanjang daya dukung
tanah dan elemen pondasi dirancang cukup baik untuk memikul beban.
(3) Selain menggunakan batu bata atau batako atau komponen pracetak lainnya sebagai bahan
dinding, pekerjaan sebagian dinding jika menggunakan konstruksi ½ (setengah) tembok dapat
menggunakan anyaman bambu atau bahan tanaman lainnya dengan pengikat tali rami/ijuk,
kayu/papan atau bahan bangunan lain yang lazim dipergunakan oleh masyarakat setempat.

Pasal 73
(1) Penggunaan teknologi maju sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 dilaksanakan dengan
menggunakan komponen pracetak untuk pondasi, sloof maupun pekerjaan dinding, balok
pengikat (ringbalk) dan rangka atap.
(2) Komponen pracetak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk beton dengan
tulangan besi beton terbatas untuk pekerjaan komponen pondasi, sloof dan ringbalk atau tanpa
tulangan untuk komponen dinding.
(3) Komponen kolom dan dinding pracetak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus cukup ringan
sehingga dapat diangkat dan dipasang oleh tenaga manusia atau cukup dibantu dengan
peralatan konstruksi ringan, seperti handed crane.
(4) Konstruksi kolom dan/atau balok pengikat dan/atau rangka atap dapat menggunakan baja ringan
sebagai alternatif.

BAB III
PEMBANGUNAN PERUMAHAN MURAH

Bagian Pertama
Umum

Pasal 74
(1) Pembangunan rumah murah dapat dilakukan oleh setiap orang, Pemerintah dan/atau pemerintah
daerah.
(2) Setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang perseorangan atau badan
hukum.
(3) Badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah badan usaha pembangunan
perumahan/pengembang, kontraktor atau koperasi.

Pasal 75
(1) Pembangunan perumahan murah harus memprioritaskan pemanfaatan bahan bangunan
setempat.
(2) Pembangunan perumahan murah harus memprioritaskan pendayagunaan tenaga kerja setempat.
(3) Pembangunan perumahan murah harus memenuhi persyaratan teknis bahan, elemen dan
komponen bangunan sesuai yang direncanakan.
(4) Pembangunan perumahan murah yang dilakukan bertahap dan sebaiknya dimulai dari blok
perumahan yang berada paling jauh dari jalan akses.

Bagian Kedua
Pelaksanaan Pembangunan

Paragraf 1
Persyaratan Pembangunan

Pasal 76
(1) Badan usaha pembangunan perumahan/pengembang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74
ayat (3) harus merupakan anggota aktif asosiasi pengembang.

17 of 28 20/06/2020, 22:41
Permenpera 25-2011::Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah::BN... https://ngada.org/bn646-2011.htm

(2) Kontraktor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (3) harus mempunyai klasifikasi menurut
nilai perumahan murah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan atau harus
berpengalaman setidak-tidaknya pernah membangun 50 (lima puluh) unit rumah.
(3) Koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (3) harus mempunyai unit usaha
pembangunan perumahan.
(4) Nilai perumahan murah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah nilai bangunan rumah
murah setiap unitnya dikalikan dengan jumlah unit rumah murah yang direncanakan untuk
dibangun.
(5) Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus memiliki kemampuan manajerial dan
keuangan sesuai dengan nilai perumahan murah yang akan dibangun.

Pasal 77
(1) Setiap unit rumah murah sekurang-kurangnya dikerjakan oleh 3 (tiga) orang tenaga kerja.
(2) Pembangunan perumahan murah dapat dilakukan secara bertahap dengan memperhitungkan
jumlah tenaga kerja yang cukup untuk melaksanakan pembangunan menurut jumlah unit yang
direncanakan dibangun dalam setiap tahapnya.
(3) Setiap tenaga kerja harus dilengkapi dengan peralatan kerja menurut bidang pekerjaannya.
(4) Pelaksanaan pembangunan perumahan murah yang dilakukan bertahap menurut jumlah unit
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus diselesaikan dalam waktu selama-lamanya 3 (tiga)
bulan.
(5) Pelaksana pembangunan harus terlebih dahulu menyelesaikan satu tahap pembangunan
sebelum memulai pembangunan pada tahap berikutnya.

Pasal 78
Pembangunan perumahan murah dilengkapi dengan prasarana, penyediaan tanah matang untuk
sarana perumahan, dan utilitas umum sesuai dengan perencanaan dan perancangan yang telah
disahkan oleh pemerintah daerah.

Pasal 79
Pelaku pembangunan wajib melakukan pemeliharaan terhadap perumahan murah dan prasarana
serta utilitas umum selama-lamanya 6 (enam) bulan sesudah pembangunan selesai dilakukan.

Paragraf 2
Persiapan Pembangunan

Pasal 80
(1) Sebelum melakukan pembangunan, pelaku pembangunan wajib menyediakan sarana kerja,
antara lain:
a. direksi keet dan/atau bedeng tukang;
b. gudang penyimpanan bahan/komponen bangunan;
c. air kerja;
d. peralatan kerja,
e. peralatan keamanan dan keselamatan kerja (K3); dan
f. jalan proyek.
(2) Jalan proyek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir f letaknya dapat tidak sama dengan
letak atau posisi jalan lingkungan perumahan di dalam tapak.

Pasal 81
(1) Pelaku pembangunan wajib memasang papan nama proyek yang mencantumkan nama proyek
adalah pembangunan perumahan murah dan setidaknya mencantumkan nama pelaksana
pembangunan, nomor persetujuan rencana tapak, nomor IMB atau Izin Pendahuluan, harga jual
rumah, jumlah rumah yang dibangun dan waktu pelaksanaan pekerjaan.
(2) Papan nama proyek ditempatkan pada jalan akses memasuki lokasi.
(3) Ukuran papan nama proyek sekurang-kurangnya 80 cm x 120 cm (delapan puluh centimeter kali
seratus dua puluh centimeter), dicat dengan warna dasar kuning dengan tulisan berupa huruf dan
angka berwarna hitam.

18 of 28 20/06/2020, 22:41
Permenpera 25-2011::Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah::BN... https://ngada.org/bn646-2011.htm

Paragraf 3
Pelaksanaan Pembangunan Oleh Badan Usaha Pembangunan Perumahan

Pasal 82
(1) Badan usaha pembangunan perumahan yang melakukan pembangunan perumahan murah
dapat menunjuk dan menetapkan kontraktor atau kelompok tenaga kerja (tukang dan pembantu
tukang/laden).
(2) Badan usaha pembangunan perumahan bertanggung jawab atas kuantitas dan mutu rumah
murah serta waktu penyelesaian pembangunan.
(3) Penunjukan dan penetapan kontraktor atau kelompok tenaga kerja dapat dituangkan dalam
bentuk perjanjian kerja atau kontrak tertulis sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 4
Pelaksanaan Pembangunan Oleh Koperasi

Pasal 83
(1) Koperasi yang berada dalam lingkungan Pemerintah Daerah dapat menunjuk dan menetapkan
kontraktor atau kelompok tenaga kerja (tukang dan pembantu tukang/laden) untuk membangun
perumahan murah berdasarkan perencanaan dan desain yang telah dibuat dan disahkan oleh
Pemerintah Daerah.
(2) Koperasi bertanggung jawab atas kuantitas dan mutu rumah murah serta waktu penyelesaian
pekerjaan.
(3) Penunjukan dan penetapan kontraktor atau kelompok tenaga kerja dituangkan dalam bentuk
perjanjian kerja atau kontrak tertulis sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 84
(1) Koperasi dapat melakukan pembangunan rumah murah bagi kepentingan anggotanya dengan
mengacu pada perencanaan dan desain yang telah dibuat serta disahkan oleh Pemerintah
Daerah.
(2) Koperasi dapat menunjuk dan menetapkan kontraktor atau kelompok tenaga kerja untuk
membangun perumahan murah.
(3) Penunjukan dan penetapan kontraktor atau kelompok tenaga kerja dituangkan dalam bentuk
perjanjian kerja atau kontrak tertulis sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga
Pengawasan Pembangunan

Pasal 85
(1) Pemerintah Daerah wajib melakukan pengawasan pembangunan perumahan murah sesuai
kewenangannya berdasarkan IMB yang telah diterbitkan.
(2) Pengawasan pembangunan perumahan murah meliputi pengawasan terhadap:
a. pelaksanaan pembangunan rumah yang terdiri dari pengawasan arsitektur, pengawasan
konstruksi dan pengawasan pemasangan jaringan/instalasi listrik, air minum, air limbah dan
air kotor beserta kelengkapannya;
b. pelaksanaan pembangunan prasarana jalan dan saluran drainase;
c. pelaksanaan pematangan tanah untuk kepentingan sarana perumahan;
d. pelaksanaan pemasangan jaringan/instalasi listrik dan air minum beserta kelengkapannya di
luar kaveling.

Pasal 86
(1) Masyarakat calon pembeli/pemilik rumah murah dapat berperan serta dalam pengawasan
pembangunan.
(2) Pemerintah daerah berkewajiban menerima dan memproses pengaduan masyarakat terhadap
pelaksanaan pembangunan perumahan murah kepada pelaku pembangunan.

19 of 28 20/06/2020, 22:41
Permenpera 25-2011::Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah::BN... https://ngada.org/bn646-2011.htm

BAB IV
PEMANFAATAN PERUMAHAN MURAH

Bagian Pertama
Pemanfaatan Rumah

Pasal 87
(1) Pembeli rumah murah wajib memanfaatkan rumah sesuai dengan fungsinya sebagai hunian
sesudah dilakukan serah terima rumah dari pelaku pembangunan.
(2) Pembeli rumah murah wajib menghuni rumahnya sekurang-kurangnya selama 5 (lima) tahun.
(3) Pembeli dan/atau penghuni rumah murah wajib memelihara dan menjaga lingkungan
perumahannya.

Bagian Kedua
Pemanfaatan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum

Pasal 88
(1) Pemanfaatan prasarana, sarana, dan utilitas umum sesuai fungsinya dilakukan untuk
kepentingan bersama penghuni perumahan murah.
(2) Pelaku pembangunan wajib memelihara prasarana, sarana, dan utilitas umum hingga seluruh
rumah terjual atau paling sedikit 6 (enam) bulan.
(3) Penghuni perumahan murah wajib:
a. memelihara kebersihan prasarana;
b. mengawasi pemanfaatan tanah matang yang diperuntukan bagi sarana agar tidak
dipergunakan untuk kepentingan lain di luar peruntukannya;
c. mengawasi keamanan jaringan/instalasi utilitas umum beserta kelengkapannya agar dapat
berfungsi sebagaimana mestinya.

BAB V
PENGENDALIAN PERUMAHAN MURAH

Bagian Pertama
Pemasaran Rumah murah

Pasal 89
(1) Perumahan murah tidak dapat dipasarkan kepada calon konsumen sebelum kemajuan pekerjaan
pembangunan rumah mencapai sekurang-kurangnya 20% (duapuluh persen).
(2) Pelaku pembangunan tidak diperkenankan memindahkan calon pembeli atas alokasi rumah
beserta kavelingnya yang sudah dipesan menurut nama blok dan nomor kaveling tanah matang
ke blok dan/atau kaveling tanah matang yang lain, kecuali atas persetujuan calon pembeli.
(3) Pemindahan kaveling tanah matang dan rumah murah dari kaveling di dalam suatu blok ke
kaveling lain dalam blok yang sama atau kepada blok yang berbeda hanya dapat dilakukan atas
permintaan tertulis dari calon pembeli.
(4) Calon pembeli bertanggung jawab atas konsekuensi pemindahan kaveling tanah matang dan
rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
(5) Konsekuensi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) termasuk namun tidak terbatas pada
penambahan atau pengurangan pendanaan pembangunan rumah murah.

Bagian Kedua
Penamaan Blok dan Penomoran Rumah

Pasal 90
(1) Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya wajib menetapkan penamaan blok
perumahan dan/atau jalan pada blok perumahan serta penomoran rumah.
(2) Penamaan dan penomoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengacu pada
penamaan dan penomoran sesuai dengan rencana tapak yang telah disahkan.

20 of 28 20/06/2020, 22:41
Permenpera 25-2011::Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah::BN... https://ngada.org/bn646-2011.htm

Bagian Ketiga
Perencanaan Pengendalian

Pasal 91
(1) Pemerintah daerah melakukan pengendalian terhadap proses perencanaan, pembangunan,
pemanfaatan, peningkatan kualitas, dan pengembangan rumah murah.
(2) Perencanaan pengendalian pada tahap pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk menghasilkan perumahan murah beserta prasarana dan utilitas umumnya
memenuhi desain dan spesifikasi teknis.
(3) Perencanaan pengendalian pada tahap pemanfaatan, peningkatan kualitas dan/atau
pengembangan rumah murah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk mencegah
perumahan murah menjadi perumahan kumuh dan dihuninya rumah murah untuk tujuan-tujuan
yang menyebabkan berkurangnya rasa aman di masyarakat.

Pasal 92
Pemilik dan/atau penghuni rumah murah tidak diperkenankan menambah luas lantai atau merubah
bentuk rumah tanpa persetujuan pemilik dan/atau penghuni rumah yang berbatasan.

Bagian Ketiga
Pelaksanaan Pengendalian

Pasal 93
(1) Pelaksanaan pengendalian dilakukan melalui pendataan dan pengadministrasian penghuni,
bimbingan atau advokasi teknis untuk mengelola perumahan, dan monitoring penghunian.
(2) Pelaksanaan pengendalian yangberkaitan dengan perbaikan, peningkatan kualitas dan
pengembangan rumah murah dilakukan melalui bimbingan atau advokasi teknis dan mekanisme
perizinan oleh pemerintah daerah.

Pasal 94
(1) Peningkatan kualitas dan pengembangan rumah murah yang dilakukan dengan merubah bentuk
rumah dan menyebabkan pelampauan terhadap KDB dan/atau KLB dan/atau menyebabkan
terjadinya perubahan arsitektur dan konstruksi rumah harus diberitahukan secara tertulis kepada
Dinas Teknis Pemerintah Daerah.
(2) Dinas teknis pemerintah daerah yang bidang tugasnya termasuk pelayanan perizinan harus
memberikan penilaian dan bimbingan atau advokasi teknis kepada pemilik rumah.
(3) Jika hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyebabkan diperlukannya IMB,
pemerintah daerah wajib menerbitkan IMB perubahan dengan mengacu kepada IMB yang sudah
pernah diterbitkan.
(4) Bimbingan atau advokasi teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dikenakan biaya.
(5) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dilakukan tanpa seijin Dinas Teknis
Pemerintah Daerah dapat mengakibatkan penyegelan bangunan dan/atau pembongkaran
terhadap perubahan yang sudah dilakukan.

Pasal 95
(1) Pemerintah daerah mengenakan retribusi daerah atas perubahan IMB sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 94 ayat (3).
(2) Perhitungan terhadap retribusi IMB dilakukan hanya terhadap luas lantai perubahan yang
dilakukan.

BAB VI
BANTUAN PENYEDIAAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS UMUM

Bagian Kesatu
Penyediaan Prasarana

Pasal 96
(1) Menteri mengalokasikan dana stimulus untuk bantuan penyediaan prasarana perumahan tapak.
(2) Bantuan dana stimulus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Kementerian Perumahan Rakyat.

21 of 28 20/06/2020, 22:41
Permenpera 25-2011::Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah::BN... https://ngada.org/bn646-2011.htm

Pasal 97
(1) Prasarana perumahan murah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 diperuntukan bagi
penyediaan jalan lingkungan dan/atau drainase lingkungan.
(2) Perencanaan, spesifikasi bahan bangunan, dan konstruksi serta pelaksanaan pembangunan
prasarana harus mengikuti standar teknis.

Pasal 98
(1) Alokasi dana stimulus bantuan penyediaan prasarana untuk setiap unit rumah murah ditetapkan
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat mengenai
bantuan penyediaan PSU.
(2) Menteri menetapkan alokasi besaran dana stimulus setiap unit rumah dan jumlah unit rumah
yang dapat dibantu dalam satu lokasi.

Pasal 99
(1) Bantuan penyediaan prasarana perumahan murah diprioritaskan bagi lokasi yang berpotensi
untuk membangun sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus) unit rumah murah.
(2) Alokasi bantuan penyediaan prasarana perumahan murah yang dibangun di atas tanah badan
usaha di lokasi yang sudah terbangun, dan tidak terdapat potensi untuk dibangun rumah murah
hingga berjumlah 300 (tigaratus) unit ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 100
(1) Untuk lebih mendorong pembangunan perumahan murah dalam 1 (satu) hamparan dengan
perumahan tapak bersubsidi, Menteri dapat mengalokasikan besaran dana stimulus dengan
jumlah tertentu untuk mendukung pengembangan permukiman dan/atau lingkungan hunian.
(2) Pembangunan perumahan murah yang dicampur dengan perumahan tapak bersubsidi yang
keduanya memperoleh bantuan dana stimulus penyediaan prasarana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus didahulukan.

Pasal 101
Pembangunan prasarana perumahan murah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 hanya dapat
dilaksanakan manakala kemajuan pekerjaan pembangunan perumahan murah sekurang-kurangnya
sudah mencapai 60% (enam puluh persen).

Bagian Kedua
Penyediaan Sarana

Pasal 102
(1) Pelaku pembangunan wajib menyediakan kaveling tanah matang untuk kebutuhan sarana sesuai
dengan rencana tapak yang sudah ditetapkan oleh pemerintah daerah.
(2) Pemerintah daerah dapat membantu penyediaan sarana umum dan sarana sosial, sarana
perekonomian dan sarana pemerintahan sesuai dengan skala pembangunan perumahan murah
sebagaimana diatur dalam Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24.

Pasal 103
(1) Penyediaan sarana pendidikan, sarana kesehatan, dan sarana perekonomian dapat dilakukan
oleh badan usaha atau badan sosial dengan persetujuan masyarakat penghuni perumahan
murah dan seizin pemerintah daerah.
(2) Pemerintah daerah menerbitkan IMB bagi pembangunan sarana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).

Bagian Ketiga
Penyediaan Utilitas Umum

Pasal 104
Pemerintah daerah wajib mengalokasikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk
mendukung penyediaan utilitas umum perumahan murah.

Pasal 105

22 of 28 20/06/2020, 22:41
Permenpera 25-2011::Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah::BN... https://ngada.org/bn646-2011.htm

(1) Pemerintah mengalokasikan Dana Alokasi Khusus (DAK) kepada sebagian Pemerintah
Kabupaten/Kota yang dipergunakan untuk mendukung program pembangunan perumahan
murah.
(2) Dana Alokasi Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperuntukan bagi penyediaan
jaringan penyediaan air minum, penyediaan jaringan sambungan listrik, penyediaan septik tank
komunal, dan/atau penyediaan penerangan jalan umum (PJU).
(3) Perencanaan, spesifikasi bahan bangunan dan konstruksi, serta pelaksanaan pembangunan
utilitas umum harus mengikuti standar teknis.

Pasal 106
(1) Menteri memutuskan alokasi DAK yang diperuntukan bagi pembangunan perumahan murah.
(2) Besar alokasi DAK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat tidak sama untuk setiap daerah.

Bagian Keempat
Penyerahan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum

Pasal 107
(1) Pelaku pembangunan wajib melakukan inventarisasi atas prasarana, sarana, dan utilitas umum
perumahan murah yang sudah terbangun sesuai dengan rencana tapak.
(2) Inventarisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam konsep Berita Acara Serah
Terima prasarana, sarana, dan utilitas umum.
(3) Konsep Berita Acara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada pemerintah
daerah.

Pasal 108
(1) Pemerintah daerah berhak untuk memeriksa kebenaran data konsep Berita Acara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 107 ayat (2) dan (3) melalui pemeriksaan rencana tapak dan pemeriksaan
lapangan.
(2) Pemerintah daerah wajib menerima penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas umum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat (2), sebagaimana diatur melalui Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 9 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyerahan PSU Perumahan dan
Permukiman di Daerah.

BAB VII
PENDANAAN DAN PEMBIAYAAN

Bagian Pertama
Kelompok Sasaran

Pasal 109
(1) Kelompok sasaran pembangunan rumah murah adalah pegawai negeri sipil, prajurit TNI dan
Polri, pekerja peserta Jamsostek dan pelaku usaha mikro dan menengah yang berdaya beli.
(2) Kelompok sasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpenghasilan tetap perbulan lebih
kecil atau sama dengan 2 (dua) kali upah minimum provinsi atau golongan penghasilan yang
ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 110
(1) Kelompok sasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 109 dapat memperoleh subsidi Fasilitas
Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
(2) Untuk dapat memperoleh subsidi FLPP, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kelompok sasaran
harus:
a. memiliki NPWP dan menyerahkan Surat Pernyataan kebenaran Surat Pemberitahuan
Tahunan (SPT) PPh orang pribadi;
b. membuat pernyataan belum memiliki rumah; dan
c. membuat pernyataan akan menghuni sendiri rumahnya dan tidak mengalihkan kepemilikan
rumahnya kepada orang lain sekurang-kurangnya selama 5 (lima) tahun.

23 of 28 20/06/2020, 22:41
Permenpera 25-2011::Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah::BN... https://ngada.org/bn646-2011.htm

Bagian Kedua
Pendanaan Pembangunan Rumah Murah

Pasal 111
(1) Pendanaan pembangunan rumah murah dilakukan oleh badan usaha pembangunan perumahan,
kontraktor atau oleh koperasi atau kelompok masyarakat secara swadaya dan terorganisir.
(2) Pendanaan pembangunan rumah murah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
dengan modal kerja sendiri atau melalui pinjaman lembaga keuangan bank.
(3) Pemerintah dapat memberikan subsidi atas suku bunga pinjaman konstruksi kepada badan
usaha pembangunan perumahan.
(4) Pemerintah Daerah dapat meminjamkan peralatan konstruksi yang diperlukan bagi pekerjaan
pematangan tanah dan/atau pekerjaan pembangunan rumah murah kepada badan usaha
pembangunan perumahan, kontraktor atau kelompok masyarakat yang membangun secara
swadaya dan terorganisir dengan hanya membiayai operator peralatan dan bahan bakar minyak.

Bagian Ketiga
Pemilikan Rumah Murah Melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

Pasal 112
(1) Harga Jual setiap unit Rumah Murah ditetapkan oleh Menteri yang perolehannya oleh
masyarakat memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 109 dan 110 melalui
kredit/pembiayaan pemilikan rumah didukung oleh bantuan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan
Perumahan (FLPP).
(2) Harga jual rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sudah termasuk:
a. harga tanah kaveling;
b. biaya usaha badan usaha pembangunan perumahan atau kontraktor;
c. biaya bunga atas pinjaman konstruksi oleh badan usaha pembangunan perumahan atau
kontraktor;
d. biaya perizinan;
e. keuntungan badan usaha pembangunan perumahan atau kontraktor;
f. Pajak Pertambahan Nilai (PPn) Jasa Konstruksi; dan
g. Pajak Penghasilan (PPh) yang bersifat final.

Pasal 113
(1) Pembelian rumah murah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112 ayat (1) tidak dikenakan uang
muka.
(2) Suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) setiap tahun ditetapkan sesuai dengan ketentuan
dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat mengenai FLPP.
(3) Jangka waktu (tenor) angsuran maksimum selama 15 (limabelas) tahun.
(4) Besar angsuran setiap bulan untuk tenor sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diperkirakan
sekitar Rp200.000 (duaratus ribu Rupiah).
(5) Verifikator dan pelaksana KPR adalah lembaga keuangan bank.

Pasal 114
Ketentuan lebih lanjut tentang kredit/pembiayaan pemilikan rumah rumah murah yang memperoleh
dukungan bantuan FLPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112 dan Pasal 113 diatur melalui
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat.

BAB VIII
PENGAWASAN

Pasal 115
(1) Pengawasan dan pengendalian secara nasional terhadap penyelenggaraan pembangunan rumah
murah dilakukan oleh Menteri.
(2) Pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan pembangunan rumah murah di daerah
dilakukan oleh walikota/bupati.

24 of 28 20/06/2020, 22:41
Permenpera 25-2011::Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah::BN... https://ngada.org/bn646-2011.htm

BAB IX
PEMBINAAN

Pasal 116
(1) Menteri melakukan koordinasi dan pembinaan teknis terhadap penyelenggaraan pembangunan
rumah murah secara nasional.
(2) Pemerintah provinsi melakukan pembinaan teknis dan monitoring, serta evaluasi
penyelenggaraan pembangunan rumah murah kepada pemerintah kota/kabupaten.
(3) Pemerintah kota/kabupaten melakukan pembinaan teknis, pengawasan dan pengendalian serta
tindakan turun tangan kepada badan usaha pembangunan perumahan, kontraktor atau kelompok
swadaya masyarakat yang menyelenggarakan pembangunan rumah murah.

BAB X
PERAN MASYARAKAT

Pasal 117
(1) Masyarakat yang berada dalam kawasan rumah murah dapat berperan serta dalam
pembangunan rumah murah.
(2) Masyarakat berhak menyampaikan saran dan masukan atas pelaksanaan pembangunan rumah
murah kepada instansi terkait di daerah.
(3) Masyarakat berhak mengetahui lokasi pembangunan rumah murah.
(4) Pemerintah daerah berkewajiban mengumumkan atau menyebarluaskan lokasi yang telah
ditetapkan oleh kepala daerah di tempat-tempat yang memungkinkan mesyarakat dapat
mengetahui dengan mudah.

BAB X
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 118
(1) Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
(2) Peraturan Menteri ini disebarluaskan kepada para pihak yang berkepentingan untuk diketahui
dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
(3) Peraturan Menteri ini diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 10 Oktober 2011
MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA,

SUHARSO MONOARFA

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 17 Oktober 2011
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

PATRIALIS AKBAR

25 of 28 20/06/2020, 22:41
Permenpera 25-2011::Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah::BN... https://ngada.org/bn646-2011.htm

Lampiran:

26 of 28 20/06/2020, 22:41
Permenpera 25-2011::Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah::BN... https://ngada.org/bn646-2011.htm

27 of 28 20/06/2020, 22:41
Permenpera 25-2011::Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah::BN... https://ngada.org/bn646-2011.htm

© LDj - 2010 •

28 of 28 20/06/2020, 22:41

Anda mungkin juga menyukai