Manajemen Bank (Pertemuan 2) Bahan Ajar
Manajemen Bank (Pertemuan 2) Bahan Ajar
Merupakan gejala sosial yang terjadi di seluruh dunia dimana bank merupakan lembaga ekonomi,
khususnya lembaga keuangan yang mempunyai peranan sangat sentral dan menentukan dalam
menopang perekonomian nasional. Karena itu setiap negara berusaha membangun industri perbankan
yang kuat, solid dan mampu mengemban fungsi utama bank sebagai intermediasi keuangan antara
sektor surplus dan sektor defisit dana atau modal. Kesehatan industri bank menjadi prioritas setiap
pemerintah. Pengalaman telah membuktikan membangun kembali industri bank yang telah
mengalami keterpurukan sangat sulit dibandingkan meningkatkan atau mengembangkan industri bank
yang sudah ada.
Krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahum 1997 – 1998 dan beberapa negara Asean dan Asia
Timur merupakan bukti betapa pentingnya peranan industri bank dalam menompang ekonomi
nasional, karena ambruknya ( kolaps ) industri bank menjadi pemicu krisis ekonomi dengan indikator
penurunan bahkan negatif secara drastis pertumbuhan GDP Negara yang mengalamim krisis ekonomi.
Untuk mengatasi krisis, setiap pemerintah adalah untuk membangun kembali industri bank supaya
menjadi lebih solid dan lebih mampu menghadapi gejolak ekonomi di dalam negeri dan regional.
Setelah satu dasawarsa Indonesia membangun industri bank, kini perbankan Indonesia telah cukup
kuat, dan terbukti telah berhasil membawa Indonesia terhindar dari krisis keuangan global tahun 2009
dan awal 2010. Krisis bank century ( sekarang bank mutiara ) telah dapat diatasi sendiri oleh
perbankan dan lembaga keuangan LPS ( Lembaga Penjamin Simpanan ).
Setiap pemerintah menyadari industri bank yang kuat harus didukung oleh bank yang sehat dan
dikelola dengan manajemen bank yang baik. Tanpa pengelolaan perbankan oleh pemilik dan
manajemen secara professional tidak mungkin bank berperan efektif dan efisien serta menumbuhkan
industri bank yang kuat.
Manajemen bank pada intinya adalah pengelolaan aktiva – pasiva bank atau banking asset
liability management (ALMA ), atau dengan kata lain pengelolaan sumber dana dan penyaluran
dana bank. Kegiatan manajemen dana bank meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
terhadap penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat ( DPK). Bila kita merujuk pada neraca
bank, manajemen bank merupakan pengelolaan simpanan atau likuiditas ( sisi pasiva) dan
pengelolaan kredit ( sisi aktiva). Dengan demikian ALMA merupakan manajemen struktur neraca
bank dengan tujuan untuk memaksimalkan pendapatan, pengendalian biaya dalam batas-batas
risiko tertentu.
b. Earning asset ( aktiva yang menghasilkan ) yang terdiri dari: cadangan sekunder ( secondary
reserve adalah aset bank yang ditanamkan pada surat-surat berharga jangka pendek yang mudah
diperjualbelikan, seperti surat-surat berharga pemerintah (SBI); aktiva ini
menghasilkan bunga dan dapat diperhitungkan sebagai cadangan pelengkap bank;
jika permintaan kredit tidak terlalu banyak, dana yang dihimpun sering diinvestasikan dalam
surat-surat berharga jangka pendek yang mudah diperjual-belikan (dikonversikan
menjadi uang tunai); ), kredit yang diberikan ( loanable funds ) dan investasi dana jangka
panjang ( penyertaan ).
Investasi dana dalam primary reserve berbentuk uang tunai dalam kas dan uang tunai dalam
saldo di rekening bank Indonesia. Dana primary reserve ditujukan untuk kepentingan cash ratio atau
penjagaan likuiditas bank sesuai dengan regulasi yang dikeluarkan oleh bank Indonesia sebagai bank
sentral. Sedangkan investasi dalam barang tetap dan invntaris merupakan penanaman dana untuk
menunjang kelancaran bisnis perbankan, seperti untuk gedung dan peralatan kantor dan keperluan
operasional lainnya. Dana ini umumnya berasal dari modal awal dan cadangan serta laba yang tidak
dibagi.
Bank dalam melaksanakan fungsi intermediasinya, pengalokasian dana dalam earning asset
harus dilakukan oleh setiap bank, karena ini adalah core bisnis setiap bank. Penyaluran dana dalam
bentuk kredit ( loanable funds ) kepada debitur akan memberikan pendapatan bagi bank berupa
bunga.
Alokasi dana dalam secondary reserve dilakukan untuk menyangga likuiditas sekaligus
memperoleh keuntungan. Bank akan melakukan usaha sedemikian rupa, sehingga tidak ada dana
yang tidak produktif atau menganggur ( idle ). Karena dana menganggur akan menyebabkan
kerugian bagi bank.
Dalam usaha penghimpunan dan pengalokasian dana, setiap bank dapat menggunakan 2
( dua ) pendekatan :
Pool of funds approach, yaitu dengan melihat sumber – sumber dana dan penempatannya.
Assets allocation approach, yaitu penempatan dana – dana ke dalam aktiva.
Untuk jelasnya, di bawah ini dapat dilihat diagram dari kedua pendekatan tersebut.
Diagram pool of funds approach, dapat dilihat bahwa dana yang tersedia bisa berasal dari (1) giro, (2)
deposito, (3) tabungan, (4) pinjaman dan (5) modal sendiri. Semua dana yang tersedia dihimpun
menjadi satu (pooling), kemudian dialokasikan untuk berbagai kemungkinan pengalokasian dana bank,
yaitu :
Secondary Reserve
Saving deposit
( tabungan)
Time deposit
( deposito)
Other Securities
Capital funds
( Modal) Fixed Assets
Dalam pendekatan ini, biasanya disertai dengan pembentukan pusat ( sentra ) yang
pengalokasian dana berasal dari berbagai sumber, misalnya sentra likuiditas dan profitabilitas. Masing
– masing sentra bersifat independen terhadap sentra lain sehingga sering diumpamakan sebagai bank
dalam bank atau sebagai bank kecil dalam struktur dana bank. Artinya, begitu tersedia dana, maka
pengalokasiannya direncanakan dalam bentuk investasi terpisah. Jadi dalam pendekatan Ini, dana yang
terkumpul tidak dikumpulkan atau di pool terlebih dahulu, akan tetapi langsung dialokasikan
keberbagai kegiatan investasi bank lainnya, misalnya, primary reserve, secondary reserve, kredit,
marketable securities, fixed asset dan sebagainya.
Diagram Assets Allocation Approach
Secondary Reserve
Saving Deposit
Loans/Kredit
Time Deposit
2.3.Manajemen Likuiditas
Likuiditas secara singkat merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang telah
jatuh tempo. Jadi bank harus menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi kewajibannya setiap
saat. Likuiditas yang cukup merupakan dasar nama baik atau reputasi suatu perusahaan. Bank yang
memiliki likuiditas yang baik akan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, sehingga masyarakat
yakin untuk menanamkan dananya di bank.
2.3.1. Pengertian Manajemen Likuiditas
Manajemen likuiditas adalah bentuk khusus pengelolaan bank, atau pengelolaan alat likuiditas bank
agar berfungsi dan efisien. Manajemen likuiditas merupakan proses pengendalian kas, saldo pada BI
dan bank lain, marketable securities dan alat likuid lain untuk dapat segera menjadi tunai guna
memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo. Secara singkat mengatur keseimbangan antara uang
tunai dengan kewajiban yang akan jatuh tempo ( deposito, giro,tabungan dan pinjaman dengan
bank lain ( call money ), serta pinjaman pihak kedua.
Sebuah bank dikatakan likuid bila aset-aset yang dimiliki dapat diubah menjadi uang tunai dalam
relative singkat, dan nilai intrinsiknya relative tetap dan risiko yang kecil dan tanpa biaya relatif yang
besar. selain dilihat dari sisi asetnya, likuiditas bank juga dilihat dari kemampuan bank memperoleh
dana yang dibutuhkan dari sumber lain dengan cepat dan murah. Likuiditas bank akan selalu
bermuara pada kepercayaan masyarakat untuk menanam dananya. Suatu bank dengan likuiditas tinggi
akan mendapat dana lebih murah dari bank yang likuiditasnya rendah.
Kas merupakan primadona dari manajemen likuiditas, karena alat likuid bank yang paling likuid pada
setiap bank adalah kas. Setiap hari bank harus menyediakan uang kas yang cukup. Akibatnya bank tidak
boleh menggunakan semua simpanan atau dana nasabah (DPK) untuk kredit (loans ). Simpanan pihak
ketiga yang dijadikan kas, merupakan dana mahal bagi bank, karena kas tidak menghasilkan
pendapatan bagi bank, sementara itu, dana pihak ketiga harus diberikan bunga yang merupakan cost
of capital dana tersebut. jadi bank harus efisien dalam menggunakan dana pihak ketiga yang
ditempatkan pada pos kas.
2.3.2 Manajemen likuiditas sebuah bank sukses dapat diketahui melalui:
Mampu dalam memprediksi kebutuhan dana.
Mampu memenuhi permintaan cash dengan mengkonversi harta lancar.
Mampu memperoleh dana cash dengan mudah dan cepat dengan biaya ( cost of money )
serendah mungkin.
Mampu memenuhi kewajiban tanpa harus mengkonversi harta atau aset tetap.
2.3.4 Konflik kepentingan: Likuiditas atau Profitabilitas
Setiap bank akan menghadapi kondidi yang dinamis dalam menghadapi pilihan antara likuiditas dengan
profitabilitas. Sebagaimana sudah kita ketahui profitabilitas adalah kemampuan bank untuk
menghasilkan laba dari semua investasinya ( pinjaman yang diberikan dan investasi lainnya ). Untuk
mencapai profitabilitas bank harus mempunyai dana yang siap untuk diinvestasikan untuk setiap
peluang yang terbuka. Untuk maksud tersebut bank perlu dana tunai yang siap digunakan. Sementara
dana yang tidak diinvestasikan merupakan dana idle. Tetapi dana tersebut samgat berguna bagi
likuiditas bank. Jadi, bank harus memilih antara likuditas tinggi atau profitabilitas rendah.
2.3.5. Alat Pengukuran Likuiditas
Setiap bank dapat meggunakan rasio keuangan yang biasa digunakan perusahaan non bank untuk
mengukur tingkat likuiditasnya. Para pakar perbankan dan keuangan korporat telah menyediakan rasio
likuiditas yang dapat digunakan manajemen bank untuk mengetahui tingkat likuiditas banknya. Jadi
bank menggunakan rasio likuiditas untuk mengukur tingkat likuiditasnya. Pengukuran likuiditas suatu
bank terdiri, (1) likuiditas jangka pendek ( rasio kas, GWM dan basic surplus ), cadangan kas, (2)
likuiditas jangka panjang ( liquidity ratio, liquidity index dan loan to deposit ratio).
¿
Cash ratio = 170.000 .000.000 ,− 2.450 .000 .000 .000 ,−¿ X 100 % ¿ ¿ = 6,94 %
Bila ketentuan BI ( dulu ) sekarang adalah OJK, cash ratio bank harus minimal 5 %, bank ini memenuhi
syarat, dan Bila OJK menetapkan 10 %, bank ini harus segera meningkatkan nilai cash rationya.
2.3.2.1. Giro Wajib Minimum (GWM) (minggu depan)
Giro wajib minimum ( statutory reserve requirement ) adalah sebagai berikut :
Saldo Giro pada Ban k Indonesia
GWM = = 5%
Kewajiban Pada Pihak Ketiga
Rasio ini menunjukan kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban segeranya. Untuk kepentingan
pengaturan likuiditas, bank tidak harus terikat pada besarnya rasio GWM sebesar 5% ( minimal ). Untuk
kepentingan pengaturan likuiditas akan tergantung pada berapa besar dana (likuiditas) yang
dibutuhkan bank.
2.3.2.3. Basic Surplus ( Net Working Capital atau Modal Kerja Bersih )
Basic surplus digunakan untuk mengukur keadaan likuiditas pada saat tertentu. Rumus basic surplus
adalah sebagai berikut :
Basic Surplus ( Net Working capital ) = Aktiva Lancar – Pasiva Lancar
Di dalam menentukan besarnya aktiva lancar dan pasiva lancar dalam perhitungan di atas, seluruh
komponen aktiva dan pasiva dalam nerca bank dikelompokan berdasarkan sisa jatuh temponya ketika
perhitungan dibuat. Dalam hal ini bank menetapkan batasan jangka pendek adalah 7 ( tujuh ) hari,
sehingga yang termasuk yang termasuk aktiva lancar dan pasiva lancar yang masuk dalam hitungan
adalah yang jatuh tempo dalam satu minggu mendatang. Bila bank menetapkan waktu jangka pendek
10 ( sepuluh ) hari, yang masuk hitungan pasiva lancar dan aktiva lancar yang jatuh tempo sepuluh hari
mendatang.
Sebagai catatan, Pinjaman rekening koran ( revolving credit ) yang umumnya terus menerus
diperpanjang oleh nasabah, tidak termasuk hiitungan,begitu juga sebagian simpanan giro dan
tabungan yang mengendap tidak digolongkan dalam pasiva lancar.
Nilai basic surplus bisa positif, negatif dan nol. Nilai positif berarti aktiva lancar dibiayai oleh dana
jangka panjang, sehingga bank memiliki likuiditas ekstra, nilai negatif berarti aktiva lancar dibiayai oleh
dana jangka pendek dan jangka panjang, sehingga bank bisa menghadapi masalah dengan likuiditas.
Nilai nol, berarti bank membiayai aset dengan dana yang seluruhnya dana jangka pendek, pada bank
terdapat matched funding ( kondisi ideal ).
2.3.2.4. Cadangan Kas
Sesuai ketentuan BI dan menjaga likuiditas serta menjamin permintaan masyarakat atas dana yang
disimpannya dan mencegah kalah kliring, setiap bank wajib menyediakan cadangan kas. Setiap bank
membagi cadangan kas menjadi (1 ) cadangan utama ( primary reserve ), (2) cadangan sekunder
( secondary reserve ).
1 . Primary Reserve
Primary reserve harus dijaga, artinya besarnya harus sesuai dengan kebutuhan, karena dana ini
tidak menghasilkan pendapatan bagi bank. Dana ini juga untuk memenuhi permintaan efektif dari
nasabah yang dapat muncul secara tiba – tiba. Primary reserve muncul pada pos atau akun Saldo
kas dan Saldo rekening pada BI.
a).Saldo kas adalah perbedaan atau selisih antara dana yang disetor nasabah dengan dana yang
ditarik melalui rekening nasabah dan transaksi nasabah melalui bank lain. Saldo kas perhari
berfluktuasi dari segi nilai dan dapat terjadi berkurang dari hari sebelumnya, bila hari itu dana
yang ditarik nasabah lebih besar dari yang disetor.
b).Saldo rekening pada BI, Saldo rekening pada BI merupakan saldo yang digunakan bank untuk
menjaga perubahan penerimaan dan pemasukan uang bank melalui transaksi kliring. Bank harus
selalu mempertahankan saldo ini dalam keadaan positif dan minimal balance, artinya,
pemasukan dan penarikan dana nasabah sama besar. Bila saldo minus, sebelum kliring ditutup,
bank harus menyetor dana kekurangan kepada BI, dan bila tidak bank dinyatakan kalah kliring.
2.Secondary Reserve
Secondary reserve terdiri aset likuid bank di luar kas dan Dana bank yang di BI. Dana ini memerlukan
waktu untuk ditunaikan. Dana yang termasuk secondary reserve, antara lain: (1). wesel-wesel, cek-cek
dan tagihan lainnya, (2 ) marketable securities, sertifikat BI dan surat berharga pasar uang, seperti
Commercial paper, (3) call money.
4.3.2.5. Liquidity Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur proyeksi kebutuhan likuiditas bank setelah memperhitungkan
perkembangan usaha ( volume neraca ) yang diinginkan dalam periode tertentu. Rumus liquidity ratio
adalah sebagai berikut :
New Purchased Funds Required
Liquidity Ratio =
Total Funding Requirement
New purchased funds required adalah adalah proyeksi perubahan aktiva dikurangi proyeksi
perubahan pasiva pada neraca bank. Dari contoh perhitungan basic surplus di atas, bila nilai basic
surplus negatif, berarti bahwa proyeksi perubahan aktiva lebih kecil daripada proyeksi perubahan
pasiva, sehingga menghasilkan angka negatif untuk new purchased funds required.
Total funding requirement adalah jumlah aktiva atau aset bank pada tanggal tertentu di masa
mendatang yang harus dibiayai, jika liquidity ratio bernilai positif, berarti bank tersebut harus
mencari dana di pasar uang guna menutupi proyeksi kekurangan likuiditasnya. Apabila nilai liquidity
ratio bank negatif, berarti bank memiliki dana lebih, dan dana tersebut dapat ditempatkan di
sekuritas pasar uang.
2.3.2.5. Liquidity Index
Rasio ini digunakan untuk mengukur keadaan likuiditas dengan jangka waktu yang lebih panjang pada
suatu saat tertentu. Sebelum melakukan perhitungan, komponen aktiva dan pasiva diklasifikasikan
seperti halnya dalam menghitung basic surplus. Perbedaannya adalah pada setiap golongan tertentu
diberikan bobot ( weighted ) dengan bobot yang semakin besar untuk jangka waktu penggolongan
yang lebih panjang. Rumus liquidity index adalah sebagai berikut :
Total Weighted Liabilities
Liquidity Index =
Total Weighted Assets
Hasil perhitungan liquidity index bernilai, < 1, menunjukan bahwa bank secara keseluruhan membiayai
aktivanya dengan sumber dana berjangka waktu lebih panjang (bank ini termasuk bank konservatif).
Di bawah ini contoh proyeksi cash flow dan perhitungan liquidity ratio.
Proyeksi Cashflow dan Perhitungan Liquidity Ratio
Aktiva/pasiva Posisi Pada Saat ini Proyeksi selama 3 bln Proyeksi 3 Bln kemudian
Aktiva
-Penempatan pd bank
Pasiva
Kebutuhaan Dana
(1.000 .000)
Liquidity ratio = = ( 5.88 ), angka ini menunjukan bank memiliki sedikit kelebihan
17.000.000
likuiditas. Karena dana yang dibutuhkan sebesar 17.000.000 sedangkan dana segar yang diperoleh
(dari masyarakat) sebesar 18.000.000.
Weighted Maturity Schedule
Profil Period Liabilities Assets Weighted weighted Weighted
Liabilities Assets
3.050.000
Liquidity Index = = 1, Nilai liquidity index sama dengan 1, menunjukan keadaan likuiditas
3.050.000
yang seimbang ( roughly matched book ).
Kebutuhan likuiditas untuk setiap bank akan berbeda tergantung pada , antara lain kekhususan
usaha bank, besarnya bank dan sebagainya. Dengan demikian untuk menilai cukup atau tidaknya
likuiditas suatu bank dengan menggunakan ukuran tersebut di atas, perlu diteliti apakah bank telah
memperhitungkan berbagai aspek yang berkaitan dengan kewajibannya, seperti memenuhi
commitment loan, antisipasi atas pemberian jaminan bank yang pada gilirannya akan menjadi
kewajiban bank. Jika hasil pengukuran jauh berada di atas target dan limitnya, dapat dikatakan bahwa
bank memelihara alat likuid yang berlebihan dan ini akan menimbulkan tekanan pada pendapatan
bank berupa tingginya pemeliharaan biaya kas yang idle. Sebaliknya bila berada di bawah target dan
limitnya, berarti tidak menutup kemungkinan bank akan mengalami kesulitan likuiditas yang pada
gilirannya akan menimbulkan beban biaya yang lebih besar.
2.3.2.6. Loan to Deposit Ratio ( LDR )
LDR suatu bank menyatakan kemampuan bank tersebut membayarkembali penarikan dana yang
dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya, atau
dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit oleh bank kepada nasabah dapat mengimbangi
kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang hendak menarik kembali
dananyayang telah disalurkan oleh bank berupa kredit. Semakin tinggi nilai rasio, memberikan indikasi
rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan.
Adapun rumus LDR adalah sebagai berikut :
Pendalaman Materi:
1. Sebutkan dan Jelaskan perbedaan antara:
a. Giro, tabungan dan deposito
b. deposito berjangka, deposito on call dan sertifikat deposito.
2. Jelaskan yang dimaksudkan dengan Giro Wajib Minimum (GWM). Hitung berapa jumlah dana
untuk pinjaman kepada nasabah yang pinjamannya disetujui oleh bank sebesar Rp
145.000.000,-, dan ketentuan GWM oleh OJK sebesar 6%.
3. Diketahui aktiva Bank Cinta Tanah Air seperti di bawah ini
Bank Sejahtera Abadi
Neraca per 31 – 12 – 2018
( dalam jutaan rupiah )
Aktiva Pasiva
1.Kas 100.000 1.Giro 1.000.000
b. Pinjaman 960.000