Anda di halaman 1dari 19

BAB II

PENGENALAN MANAJEMEN BANK (1)

Merupakan gejala sosial yang terjadi di seluruh dunia dimana bank merupakan lembaga ekonomi,
khususnya lembaga keuangan yang mempunyai peranan sangat sentral dan menentukan dalam
menopang perekonomian nasional. Karena itu setiap negara berusaha membangun industri perbankan
yang kuat, solid dan mampu mengemban fungsi utama bank sebagai intermediasi keuangan antara
sektor surplus dan sektor defisit dana atau modal. Kesehatan industri bank menjadi prioritas setiap
pemerintah. Pengalaman telah membuktikan membangun kembali industri bank yang telah
mengalami keterpurukan sangat sulit dibandingkan meningkatkan atau mengembangkan industri bank
yang sudah ada.
Krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahum 1997 – 1998 dan beberapa negara Asean dan Asia
Timur merupakan bukti betapa pentingnya peranan industri bank dalam menompang ekonomi
nasional, karena ambruknya ( kolaps ) industri bank menjadi pemicu krisis ekonomi dengan indikator
penurunan bahkan negatif secara drastis pertumbuhan GDP Negara yang mengalamim krisis ekonomi.
Untuk mengatasi krisis, setiap pemerintah adalah untuk membangun kembali industri bank supaya
menjadi lebih solid dan lebih mampu menghadapi gejolak ekonomi di dalam negeri dan regional.
Setelah satu dasawarsa Indonesia membangun industri bank, kini perbankan Indonesia telah cukup
kuat, dan terbukti telah berhasil membawa Indonesia terhindar dari krisis keuangan global tahun 2009
dan awal 2010. Krisis bank century ( sekarang bank mutiara ) telah dapat diatasi sendiri oleh
perbankan dan lembaga keuangan LPS ( Lembaga Penjamin Simpanan ).
Setiap pemerintah menyadari industri bank yang kuat harus didukung oleh bank yang sehat dan
dikelola dengan manajemen bank yang baik. Tanpa pengelolaan perbankan oleh pemilik dan
manajemen secara professional tidak mungkin bank berperan efektif dan efisien serta menumbuhkan
industri bank yang kuat.
Manajemen bank pada intinya adalah pengelolaan aktiva – pasiva bank atau banking asset
liability management (ALMA ), atau dengan kata lain pengelolaan sumber dana dan penyaluran
dana bank. Kegiatan manajemen dana bank meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
terhadap penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat ( DPK). Bila kita merujuk pada neraca
bank, manajemen bank merupakan pengelolaan simpanan atau likuiditas ( sisi pasiva) dan
pengelolaan kredit ( sisi aktiva). Dengan demikian ALMA merupakan manajemen struktur neraca
bank dengan tujuan untuk memaksimalkan pendapatan, pengendalian biaya dalam batas-batas
risiko tertentu.

2.1. Pengelolaan Sumber Dana Bank ( Funding )


Sumber dana bank utama adalah dana dari masyarakat ( surplus fund sectors), di samping tentunya
modal sendiri atau ekuitas dan modal hutang. Hal ini sesuai dengan fungsinya sebagai intermediasi
atau perantara keuangan dan memberikan jasa perbankan lainnya.
Dana bank dapat bersumber dari simpanan dana masyarakat ( dana pihak ketiga ), dana dari
lembaga lainnya ( dana pihak kedua ) dan dari modal sendiri ( dana pihak pertama ). Bagi setiap
bank dana yang paling utama adalah dana dari masyarakat yang terkumpul dalam bentuk giro,
tabungan, deposito, sertifikat deposito. Sumber dana masyarakat merupakan atau menjadi
kesempatan bagi bank untuk memperoleh laba dan sekaligus sumber ancaman kerugian dan
illikuiditas.
2.1.1 . Dana yang Berasal Dari Masyarakat
Pengelolaan sumber dana masyarakat menjadi sangat penting bagi bank, karena hampir semua bank
memiliki persentase antara 60 % - 80 % dari asetnya merupakan dana masyarakat, dan sisanya 20 %
berasal dari modal sendiri hutang jangka panjang kepada investor individu dan lembaga. Agar
mendapat dana dari masyarakat bank harus bersedia memberikan bunga dengan tingkat bunga yang
menarik bagi masyarakat, di samping jasa pelayanan lainnya yang menyenangkan masyarakat. Namun
pada prinsipnya biaya perolehan dana dari masyarakat harus seminimal mungkin, agar bank
mendapatkan spread positif.
a. Rekening Transaksi ( Transaction Account )
Rekening transaksi adalah rekening yang disediakan untuk kelancaran transaksi bagi nasabah dalam
melaksanakan aktivitas bisnis dan pribadi. Rekening transaksi yang umum disediakan bank adalah
rekening giro. Rekening ini memudahkan transaksi, menggunakan uang dengan efisien dan aman,
cepat, mudah dan nyaman serta trendi.
a). Giro
Pengertian giro menurut undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, menyatakan giro
adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek ( cek atas
unjuk, cek atas nama, cek mundur ), bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan
cara pemindahbukuan ( non tunai).
Bagi bank sumber dana giro sangat diharapkan oleh bank, karena biayanya sangat rendah di
bandingkan sumber dana lainnya dan sangat mendukung likuiditas bank. Karena itu bank berusaha
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi pemilik rekening giro.
b). Tabungan
Tabungan menurut undang - undang nomor 10 tahun 1998, merupakan simpanan yang penarikannya
hanya dapat dilakukandengan syarat-syarat tertentu yang telah disepakati. tetapi tidak dapat ditarik
dengan cek, giro bilyet dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
c). Simpanan Deposito
Menurut undang – undang nomor 10 tahun 1998, simpanan deposito merupakan simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan
dengan bank. Terdapat unsur jatuh tempo pada deposito dan penarikannya hanya sekali pada saat
jatuh tempo. Suku bunga untuk deposito tertinggi dibandingkan suku bunga untuk giro dan tabungan.
Terdapat 3 ( tiga ) jenis deposito, yaitu : deposito berjangka, sertifikat deposito dan deposito on
call.
(1) Deposito berjangka mempunyai jatuh tempo bervariasi 1,3, 6 dan 12 bulan. Deposito berjangka
dapat diterbitkan atas nama perorangan atau lembaga.
(2) Sertifikat deposito pada prinsipnya sama dengan deposito berjangka, bedanya sertifikat deposito
diterbitkan atas unjuk dan bunga diterima di muka.
(3) Deposito on call, mempunyai jangka waktu 7 hari sampai dengan 30 hari, nominalnya di atas Rp
25.000.000,-. Bunga dibayar saat jatuh tempo.
2.1.2 Dana Bersumber Dari Lembaga Lain
Sumber dana dari lembaga lain ( dana pihak kedua ) merupakan tambahan dana bagi bank bila dana
pihak ketiga dan kesatu tidak cukup untuk memdukung operasi bank. Dana pihak kedua relatif lebih
mahal daripada dana pihak ketiga dan sifatnya hanya sementara waktu saja. Sumber dana ini berasal :
a) Pinjaman likuiditas bank Indonesia
b) Pinjaman antar bank ( call money )
c) Surat Berharg Pasar Uang (SBPU), bank mengeluarkan surat hutang yang dapat diperdagangkan
d) Pinjaman dari bank luar negeri
e) Pinjaman obligasi
f) Pemilik modal
g) Right issues
h) Sumbanga
4.1.3 Modal Sendiri
Modal sendiri ( ekuitas ) berasal dari :
a). Setoran modal dari pemilik berupa saham
b). Cadangan, bagian laba yang ditahan
c). Laba bank yang belum dibagi
Dana modal sendiri bersifat abadi kecuali banknya bangkrut dan dilikuidasi, dan tidak
membayar bunga hanya deviden bila perusahaan mendapat laba. Untuk bank dapat beroperasi dengan
baik, modal sendiri haru ditingkatkan sesuai peningkatan yang terjadi pada dana pihak ketiga dan
kedua dan ketentuan atau regulasi.
2.2. Alokasi Dana Bank
Penggunaann atau alokasi dana bank atau investasi dana bank, wajib dikelola dengan efektif dan
efisien agar memberikan manfaat bagi pemegang saham dan nilai bank itu sendiri. Di samping itu juga
untuk menjaga agar tujuan pengelolaan bank yang baik tercapai, tujuan tersebut antara lain:
 Profitabilitas yang tinggi
 mendapat kepercayaan masyarakat dan
 tingkat likuiditas terjaga.
Untuk mencapai tujuan di atas, investasi dana bank perlu diarahkan sedemikian rupa sehingga saat
diperlukan, semua kepentingan nasabah dapt terpenuhi. Bank juga harus menjaga agar para
nasabahnya merasa puas atas pelayanan bank, baik nasabah yang akan mengambil kredit, nasabah
yang akan menabung maupun mereka yang akan menabung dan menarik tabungannya.
Investasi dana bank yang terdapat pada sisi aktiva neraca, dapat disalurkan dalam bentuk :
a. Non earning assets ( aktiva yang tidak menghasilkan ), yang terdiri dari cadangan primer (
primary reserve adalah dana dalam kas dan saldo rekening Koran Bank pada Bank Indonesia dan
Bank-Bank lainnya, serta warkat-warkat ( item, dokumen yaitu instrumen perbankan, antara lain
cek dan inkaso, yang menggambarkan dana yang belum diterima; kertas berisi keterangan
mengenai suatu peristiwa untuk dipakai sebagai bukti, seperti warkat kliring, warkat inkaso
( sebuah layanan bank untuk penagihan pembayaran atas surat/document berharga kepada pihak
ketiga di tempat atau kota lain di dalam negeri. Surat atau dokumen berharga yang dapat diproses
adalah wesel, cek, bilyet giro, kuitansi, surat promes/aksep dan hadiah undian. ), warkat dalam
penyelesaian, kuitansi, dan kartu pegawai ) dalam proses penagihan, komponen ini sering
disebut sebagai alat-alat likuid ), dan penanaman dana dalam aktiva tetap dan inventaris.

b. Earning asset ( aktiva yang menghasilkan ) yang terdiri dari: cadangan sekunder ( secondary
reserve adalah aset bank yang ditanamkan pada surat-surat berharga jangka pendek yang mudah
diperjualbelikan, seperti surat-surat berharga pemerintah (SBI); aktiva ini
menghasilkan bunga dan dapat diperhitungkan sebagai cadangan pelengkap bank;
jika permintaan kredit tidak terlalu banyak, dana yang dihimpun sering diinvestasikan dalam
surat-surat berharga jangka pendek yang mudah diperjual-belikan (dikonversikan
menjadi uang tunai); ), kredit yang diberikan ( loanable funds ) dan investasi dana jangka
panjang ( penyertaan ).
Investasi dana dalam primary reserve berbentuk uang tunai dalam kas dan uang tunai dalam
saldo di rekening bank Indonesia. Dana primary reserve ditujukan untuk kepentingan cash ratio atau
penjagaan likuiditas bank sesuai dengan regulasi yang dikeluarkan oleh bank Indonesia sebagai bank
sentral. Sedangkan investasi dalam barang tetap dan invntaris merupakan penanaman dana untuk
menunjang kelancaran bisnis perbankan, seperti untuk gedung dan peralatan kantor dan keperluan
operasional lainnya. Dana ini umumnya berasal dari modal awal dan cadangan serta laba yang tidak
dibagi.
Bank dalam melaksanakan fungsi intermediasinya, pengalokasian dana dalam earning asset
harus dilakukan oleh setiap bank, karena ini adalah core bisnis setiap bank. Penyaluran dana dalam
bentuk kredit ( loanable funds ) kepada debitur akan memberikan pendapatan bagi bank berupa
bunga.
Alokasi dana dalam secondary reserve dilakukan untuk menyangga likuiditas sekaligus
memperoleh keuntungan. Bank akan melakukan usaha sedemikian rupa, sehingga tidak ada dana
yang tidak produktif atau menganggur ( idle ). Karena dana menganggur akan menyebabkan
kerugian bagi bank.
Dalam usaha penghimpunan dan pengalokasian dana, setiap bank dapat menggunakan 2
( dua ) pendekatan :
 Pool of funds approach, yaitu dengan melihat sumber – sumber dana dan penempatannya.
 Assets allocation approach, yaitu penempatan dana – dana ke dalam aktiva.
Untuk jelasnya, di bawah ini dapat dilihat diagram dari kedua pendekatan tersebut.
Diagram pool of funds approach, dapat dilihat bahwa dana yang tersedia bisa berasal dari (1) giro, (2)
deposito, (3) tabungan, (4) pinjaman dan (5) modal sendiri. Semua dana yang tersedia dihimpun
menjadi satu (pooling), kemudian dialokasikan untuk berbagai kemungkinan pengalokasian dana bank,
yaitu :

a). Primary reserve


Primary reserve berfungsi sebagai alat likuiditas, berupa: kas, giro di BI, saldo di bank lain dan uang
dalam proses penagihan
b). Secondary reserve
Secondary reserve merupakan harta yang memberikan pendapatan bagi bank dan alat likuid
(marketable securities)
c). Pinjaman ( loans )
Pinjaman ( loans ) merupakan pengalokasian dana bank untuk kredit guna menciptakan
pendapatan bagi bank
d). Surat-surat berharga ( marketable securities )
Sekuritas merupakan pengalokasian dana bank dalam bentuk penyertaan dana pada suatu
perusahaan dalam jangka panjang, dengan tujuan memperoleh laba.
e). Aktiva tetap ( fixed aset )
Aktiva tetap merupakan alternatif pengalokasian dana bank untuk mengganti maupun membeli
aktiva tetap dan peralatan kantor dan inventaris untuk menopang atau mendukung aktivitas bank.
Diagram Pool of Funds Approach

Sources of Funds Allocation of Funds

Demand deposit ( giro ) Primary Reserve

Secondary Reserve
Saving deposit
( tabungan)

Pool Of Funds Loans/Kredit

Time deposit
( deposito)
Other Securities

Capital funds
( Modal) Fixed Assets

Pinjaman Jangka Panjang

Dalam pendekatan ini, biasanya disertai dengan pembentukan pusat ( sentra ) yang
pengalokasian dana berasal dari berbagai sumber, misalnya sentra likuiditas dan profitabilitas. Masing
– masing sentra bersifat independen terhadap sentra lain sehingga sering diumpamakan sebagai bank
dalam bank atau sebagai bank kecil dalam struktur dana bank. Artinya, begitu tersedia dana, maka
pengalokasiannya direncanakan dalam bentuk investasi terpisah. Jadi dalam pendekatan Ini, dana yang
terkumpul tidak dikumpulkan atau di pool terlebih dahulu, akan tetapi langsung dialokasikan
keberbagai kegiatan investasi bank lainnya, misalnya, primary reserve, secondary reserve, kredit,
marketable securities, fixed asset dan sebagainya.
Diagram Assets Allocation Approach

Sources of Funds Uses of Funds

Demand Deposit Primary Reserve

Secondary Reserve
Saving Deposit

Loans/Kredit
Time Deposit

Capital Funds Other Securities

Pinjaman Jangka Panjang


Fixed Assets

2.3.Manajemen Likuiditas
Likuiditas secara singkat merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang telah
jatuh tempo. Jadi bank harus menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi kewajibannya setiap
saat. Likuiditas yang cukup merupakan dasar nama baik atau reputasi suatu perusahaan. Bank yang
memiliki likuiditas yang baik akan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, sehingga masyarakat
yakin untuk menanamkan dananya di bank.
2.3.1. Pengertian Manajemen Likuiditas
Manajemen likuiditas adalah bentuk khusus pengelolaan bank, atau pengelolaan alat likuiditas bank
agar berfungsi dan efisien. Manajemen likuiditas merupakan proses pengendalian kas, saldo pada BI
dan bank lain, marketable securities dan alat likuid lain untuk dapat segera menjadi tunai guna
memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo. Secara singkat mengatur keseimbangan antara uang
tunai dengan kewajiban yang akan jatuh tempo ( deposito, giro,tabungan dan pinjaman dengan
bank lain ( call money ), serta pinjaman pihak kedua.
Sebuah bank dikatakan likuid bila aset-aset yang dimiliki dapat diubah menjadi uang tunai dalam
relative singkat, dan nilai intrinsiknya relative tetap dan risiko yang kecil dan tanpa biaya relatif yang
besar. selain dilihat dari sisi asetnya, likuiditas bank juga dilihat dari kemampuan bank memperoleh
dana yang dibutuhkan dari sumber lain dengan cepat dan murah. Likuiditas bank akan selalu
bermuara pada kepercayaan masyarakat untuk menanam dananya. Suatu bank dengan likuiditas tinggi
akan mendapat dana lebih murah dari bank yang likuiditasnya rendah.
Kas merupakan primadona dari manajemen likuiditas, karena alat likuid bank yang paling likuid pada
setiap bank adalah kas. Setiap hari bank harus menyediakan uang kas yang cukup. Akibatnya bank tidak
boleh menggunakan semua simpanan atau dana nasabah (DPK) untuk kredit (loans ). Simpanan pihak
ketiga yang dijadikan kas, merupakan dana mahal bagi bank, karena kas tidak menghasilkan
pendapatan bagi bank, sementara itu, dana pihak ketiga harus diberikan bunga yang merupakan cost
of capital dana tersebut. jadi bank harus efisien dalam menggunakan dana pihak ketiga yang
ditempatkan pada pos kas.
2.3.2 Manajemen likuiditas sebuah bank sukses dapat diketahui melalui:
 Mampu dalam memprediksi kebutuhan dana.
 Mampu memenuhi permintaan cash dengan mengkonversi harta lancar.
 Mampu memperoleh dana cash dengan mudah dan cepat dengan biaya ( cost of money )
serendah mungkin.
 Mampu memenuhi kewajiban tanpa harus mengkonversi harta atau aset tetap.
2.3.4 Konflik kepentingan: Likuiditas atau Profitabilitas
Setiap bank akan menghadapi kondidi yang dinamis dalam menghadapi pilihan antara likuiditas dengan
profitabilitas. Sebagaimana sudah kita ketahui profitabilitas adalah kemampuan bank untuk
menghasilkan laba dari semua investasinya ( pinjaman yang diberikan dan investasi lainnya ). Untuk
mencapai profitabilitas bank harus mempunyai dana yang siap untuk diinvestasikan untuk setiap
peluang yang terbuka. Untuk maksud tersebut bank perlu dana tunai yang siap digunakan. Sementara
dana yang tidak diinvestasikan merupakan dana idle. Tetapi dana tersebut samgat berguna bagi
likuiditas bank. Jadi, bank harus memilih antara likuditas tinggi atau profitabilitas rendah.
2.3.5. Alat Pengukuran Likuiditas
Setiap bank dapat meggunakan rasio keuangan yang biasa digunakan perusahaan non bank untuk
mengukur tingkat likuiditasnya. Para pakar perbankan dan keuangan korporat telah menyediakan rasio
likuiditas yang dapat digunakan manajemen bank untuk mengetahui tingkat likuiditas banknya. Jadi
bank menggunakan rasio likuiditas untuk mengukur tingkat likuiditasnya. Pengukuran likuiditas suatu
bank terdiri, (1) likuiditas jangka pendek ( rasio kas, GWM dan basic surplus ), cadangan kas, (2)
likuiditas jangka panjang ( liquidity ratio, liquidity index dan loan to deposit ratio).

A. Likuiditas Jangka Pendek


2.3.2.1. Rasio Kas ( cash Ratio )
Rasio ini untuk mengukur perbandingan alat likuid bank dengan simpanan nasabah dan hutang jangka
pendek yang segera dibayar. Tingkat atau besar minimal rasio kas bank ditentukan oleh bank sentral.
Semakin tinggi nilai rasio ini, semakin baik bank tersebut.
Definisi cash ratio adalah perbandingan antara alat – alat likuid yang dikuasai bank dengan simpanan
nasabah dan kewajiban yang segera harus dibayar.
alat likuid yang dikuasai Bank
Rumus minimum cash = X 100 %
Kewajiban−kewajiban atau simpanan segera harus dibayar
Alat-alat likuid bank, terdiri dari : cash, saldo rekening pada BI, sedangkan saldo pada bank lain tidak
termasuk, karena sudah dimasukan dalam saldo rekening pada BI. Adapun kewajiban segera dibayar
adalah : simpanan nasabah yang terdiri dari giro, deposito berjangka, tabungan dan kewajiban
jangka pendek lainnya.
Untuk mengtahui perhitungan tingkat likuiditas dapat diberikan contoh sebagai berikut :
Bank Sejahtera Abadi
Neraca per 31 – 12 – 2018
( dalam jutaan rupiah )
Aktiva Pasiva
1.Kas 50.000 1.Giro 1.000.000

2.Gro pada BI 120.000 2.Kewajiban dibayar segera 50.000

3.Giro pada bank lain 800 3.Tabungan 200.000

4.Wesel,cek, tagihan lainnya 6.000 4.Deposito 1.200.000

5.Surat – surat berharga 82.000 5.Pinjaman diterima 1.600.000

6.Simpanan berjangka di bank lain 50.000 6.Setoran jaminan 11.000

7.pinjaman yg diberikan ( rupiah ) 3.500.000 7.Pasiva dalam valuta asing

8.Aktiva dalam valuta asing a. Segera dibayar 2.600.000


b. Lainnya
a. likuid 260.000 1.250.000
b. Pinjaman 960.000

c. lain – lain 3.200.000

9. Penyertaan 4.000 8.Rupa - rupa 250.000

10.Aktiva tetap dan inventaris 38.000 9.Modal

a. Modal disetor 600

b. Dana setoran modal 70.000

11.Rupa – rupa 298.800 10. Cadangan umum 50.000

11. Cadangan lainnya 200.000

12. Sisa laba tahun lalu 88.000

13. Laba tahun berjalan

Jumlah 8.569.600 Jumlah 8.569.600

1.Alat likuid yang dikuasai, terdiri dari :


- Kas Rp 50.000.000.000,-
- Saldo giro pada BI Rp 120.000.000.000,-
________________ Rp 170.000.000.000,-

2.Kewajiban – kewajiban segera dibayar (KSD), terdiri dari :


- Giro Rp 1.000.000.000.000,-
- Kewajiban Segera Dibayar lainnya Rp 50.000.000.000,-
- Deposito Rp 1.200.000.000.000,-
- Tabungan Rp 200.000.000.000,-
__________________ Rp 2.450.000.000.000,-

¿
Cash ratio = 170.000 .000.000 ,− 2.450 .000 .000 .000 ,−¿ X 100 % ¿ ¿ = 6,94 %

Bila ketentuan BI ( dulu ) sekarang adalah OJK, cash ratio bank harus minimal 5 %, bank ini memenuhi
syarat, dan Bila OJK menetapkan 10 %, bank ini harus segera meningkatkan nilai cash rationya.
2.3.2.1. Giro Wajib Minimum (GWM) (minggu depan)
Giro wajib minimum ( statutory reserve requirement ) adalah sebagai berikut :
Saldo Giro pada Ban k Indonesia
GWM = = 5%
Kewajiban Pada Pihak Ketiga
Rasio ini menunjukan kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban segeranya. Untuk kepentingan
pengaturan likuiditas, bank tidak harus terikat pada besarnya rasio GWM sebesar 5% ( minimal ). Untuk
kepentingan pengaturan likuiditas akan tergantung pada berapa besar dana (likuiditas) yang
dibutuhkan bank.
2.3.2.3. Basic Surplus ( Net Working Capital atau Modal Kerja Bersih )
Basic surplus digunakan untuk mengukur keadaan likuiditas pada saat tertentu. Rumus basic surplus
adalah sebagai berikut :
Basic Surplus ( Net Working capital ) = Aktiva Lancar – Pasiva Lancar
Di dalam menentukan besarnya aktiva lancar dan pasiva lancar dalam perhitungan di atas, seluruh
komponen aktiva dan pasiva dalam nerca bank dikelompokan berdasarkan sisa jatuh temponya ketika
perhitungan dibuat. Dalam hal ini bank menetapkan batasan jangka pendek adalah 7 ( tujuh ) hari,
sehingga yang termasuk yang termasuk aktiva lancar dan pasiva lancar yang masuk dalam hitungan
adalah yang jatuh tempo dalam satu minggu mendatang. Bila bank menetapkan waktu jangka pendek
10 ( sepuluh ) hari, yang masuk hitungan pasiva lancar dan aktiva lancar yang jatuh tempo sepuluh hari
mendatang.
Sebagai catatan, Pinjaman rekening koran ( revolving credit ) yang umumnya terus menerus
diperpanjang oleh nasabah, tidak termasuk hiitungan,begitu juga sebagian simpanan giro dan
tabungan yang mengendap tidak digolongkan dalam pasiva lancar.
Nilai basic surplus bisa positif, negatif dan nol. Nilai positif berarti aktiva lancar dibiayai oleh dana
jangka panjang, sehingga bank memiliki likuiditas ekstra, nilai negatif berarti aktiva lancar dibiayai oleh
dana jangka pendek dan jangka panjang, sehingga bank bisa menghadapi masalah dengan likuiditas.
Nilai nol, berarti bank membiayai aset dengan dana yang seluruhnya dana jangka pendek, pada bank
terdapat matched funding ( kondisi ideal ).
2.3.2.4. Cadangan Kas
Sesuai ketentuan BI dan menjaga likuiditas serta menjamin permintaan masyarakat atas dana yang
disimpannya dan mencegah kalah kliring, setiap bank wajib menyediakan cadangan kas. Setiap bank
membagi cadangan kas menjadi (1 ) cadangan utama ( primary reserve ), (2) cadangan sekunder
( secondary reserve ).
1 . Primary Reserve
Primary reserve harus dijaga, artinya besarnya harus sesuai dengan kebutuhan, karena dana ini
tidak menghasilkan pendapatan bagi bank. Dana ini juga untuk memenuhi permintaan efektif dari
nasabah yang dapat muncul secara tiba – tiba. Primary reserve muncul pada pos atau akun Saldo
kas dan Saldo rekening pada BI.
a).Saldo kas adalah perbedaan atau selisih antara dana yang disetor nasabah dengan dana yang
ditarik melalui rekening nasabah dan transaksi nasabah melalui bank lain. Saldo kas perhari
berfluktuasi dari segi nilai dan dapat terjadi berkurang dari hari sebelumnya, bila hari itu dana
yang ditarik nasabah lebih besar dari yang disetor.
b).Saldo rekening pada BI, Saldo rekening pada BI merupakan saldo yang digunakan bank untuk
menjaga perubahan penerimaan dan pemasukan uang bank melalui transaksi kliring. Bank harus
selalu mempertahankan saldo ini dalam keadaan positif dan minimal balance, artinya,
pemasukan dan penarikan dana nasabah sama besar. Bila saldo minus, sebelum kliring ditutup,
bank harus menyetor dana kekurangan kepada BI, dan bila tidak bank dinyatakan kalah kliring.
2.Secondary Reserve
Secondary reserve terdiri aset likuid bank di luar kas dan Dana bank yang di BI. Dana ini memerlukan
waktu untuk ditunaikan. Dana yang termasuk secondary reserve, antara lain: (1). wesel-wesel, cek-cek
dan tagihan lainnya, (2 ) marketable securities, sertifikat BI dan surat berharga pasar uang, seperti
Commercial paper, (3) call money.
4.3.2.5. Liquidity Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur proyeksi kebutuhan likuiditas bank setelah memperhitungkan
perkembangan usaha ( volume neraca ) yang diinginkan dalam periode tertentu. Rumus liquidity ratio
adalah sebagai berikut :
New Purchased Funds Required
Liquidity Ratio =
Total Funding Requirement
New purchased funds required adalah adalah proyeksi perubahan aktiva dikurangi proyeksi
perubahan pasiva pada neraca bank. Dari contoh perhitungan basic surplus di atas, bila nilai basic
surplus negatif, berarti bahwa proyeksi perubahan aktiva lebih kecil daripada proyeksi perubahan
pasiva, sehingga menghasilkan angka negatif untuk new purchased funds required.
Total funding requirement adalah jumlah aktiva atau aset bank pada tanggal tertentu di masa
mendatang yang harus dibiayai, jika liquidity ratio bernilai positif, berarti bank tersebut harus
mencari dana di pasar uang guna menutupi proyeksi kekurangan likuiditasnya. Apabila nilai liquidity
ratio bank negatif, berarti bank memiliki dana lebih, dan dana tersebut dapat ditempatkan di
sekuritas pasar uang.
2.3.2.5. Liquidity Index
Rasio ini digunakan untuk mengukur keadaan likuiditas dengan jangka waktu yang lebih panjang pada
suatu saat tertentu. Sebelum melakukan perhitungan, komponen aktiva dan pasiva diklasifikasikan
seperti halnya dalam menghitung basic surplus. Perbedaannya adalah pada setiap golongan tertentu
diberikan bobot ( weighted ) dengan bobot yang semakin besar untuk jangka waktu penggolongan
yang lebih panjang. Rumus liquidity index adalah sebagai berikut :
Total Weighted Liabilities
Liquidity Index =
Total Weighted Assets
Hasil perhitungan liquidity index bernilai, < 1, menunjukan bahwa bank secara keseluruhan membiayai
aktivanya dengan sumber dana berjangka waktu lebih panjang (bank ini termasuk bank konservatif).
Di bawah ini contoh proyeksi cash flow dan perhitungan liquidity ratio.
Proyeksi Cashflow dan Perhitungan Liquidity Ratio
Aktiva/pasiva Posisi Pada Saat ini Proyeksi selama 3 bln Proyeksi 3 Bln kemudian

Aktiva

-Basic surplus 2.000.000 ( 1.000.000 ) 1.000.000

-Penempatan pd bank

Lain(> 7 hari) 6.000.000 6.000.000

-Pinjaman komersil 24.000.000 3.000.000 27.000.000

-Pinjaman investasi 100.000.000 12.000.000 112.000.000

-Ekuitas jangka pan-

Jang 16.000.000 1.000.000 17.000.000

-Penyertaan 10.000.000 2.000.000 12.000.000

-Aktiva lainnya 2.000.000 2.000.000


-Jumlah 160.000.000 17.000.000 177.000.000

Pasiva

-Giro 4.000.000 4.000.000

-Deposito (>7 hari) 20.000.000 4.000.000 24.000.000

-Pasiva jangka pan-

Jang lainnya 98.000.000 10.000.000 108.000.000

-Obligasi yang diter-

Bitkan 20.000.000 4.000.000 24.000.000

-Kewajiban lainnya 16.000.000 16.000.000

-Modal 2.000.000 2.000.000

-Jumlah 160.000.000 18.000.000 178.000.000

Kebutuhaan Dana

Netto (1.000.000) (1.000.000)

(1.000 .000)
Liquidity ratio = = ( 5.88 ), angka ini menunjukan bank memiliki sedikit kelebihan
17.000.000
likuiditas. Karena dana yang dibutuhkan sebesar 17.000.000 sedangkan dana segar yang diperoleh
(dari masyarakat) sebesar 18.000.000.
Weighted Maturity Schedule
Profil Period Liabilities Assets Weighted weighted Weighted

Liabilities Assets

S.d. 1 minggu 10.000 14.000 1 10.000 14.000

8-30 hari 48.000 52.000 2 96.000 104.000

1-2 bulan 42.000 36.000 3 126.000 108.000

2-3 bulan 52.000 54.000 4 208.000 216.000

3-6 bulan 60.000 52.000 5 300.000 260.000

6-12 bulan 72.000 64.000 6 432.000 384.000

1-2 tahun 60.000 58.000 7 420.000 406.000

2-5 tahun 72.000 68.000 8 576.000 544.000

5¿ tahun 98.000 116.000 9 882.000 1.044.000

Jumlah 514.000 514.000 3.050.000 3.050.000

3.050.000
Liquidity Index = = 1, Nilai liquidity index sama dengan 1, menunjukan keadaan likuiditas
3.050.000
yang seimbang ( roughly matched book ).
Kebutuhan likuiditas untuk setiap bank akan berbeda tergantung pada , antara lain kekhususan
usaha bank, besarnya bank dan sebagainya. Dengan demikian untuk menilai cukup atau tidaknya
likuiditas suatu bank dengan menggunakan ukuran tersebut di atas, perlu diteliti apakah bank telah
memperhitungkan berbagai aspek yang berkaitan dengan kewajibannya, seperti memenuhi
commitment loan, antisipasi atas pemberian jaminan bank yang pada gilirannya akan menjadi
kewajiban bank. Jika hasil pengukuran jauh berada di atas target dan limitnya, dapat dikatakan bahwa
bank memelihara alat likuid yang berlebihan dan ini akan menimbulkan tekanan pada pendapatan
bank berupa tingginya pemeliharaan biaya kas yang idle. Sebaliknya bila berada di bawah target dan
limitnya, berarti tidak menutup kemungkinan bank akan mengalami kesulitan likuiditas yang pada
gilirannya akan menimbulkan beban biaya yang lebih besar.
2.3.2.6. Loan to Deposit Ratio ( LDR )
LDR suatu bank menyatakan kemampuan bank tersebut membayarkembali penarikan dana yang
dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya, atau
dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit oleh bank kepada nasabah dapat mengimbangi
kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang hendak menarik kembali
dananyayang telah disalurkan oleh bank berupa kredit. Semakin tinggi nilai rasio, memberikan indikasi
rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan.
Adapun rumus LDR adalah sebagai berikut :

Total Kredit Yang disalurkan Bank


LDR = X 100%
Total Dana Pihak Ketiga
2.4. Sistem Manajemen Bank
Bank umum dikelola ke dalam 4 ( empat ) macam bentuk operasional, yaiti:
1. Unit banking system
2. Branch banking system
3. Group and chain banking system
4. Mixed system
 Unit bank system, operasional bank terbatas pada daerah tertentu, dan operasi bank otonom,
contoh: Bank pembangunan Daerah BPD)
 Branch banking system, bank mempunyai kantor pusat dan cabang-cabang, contoh: BCA, BNI,
BTN.
 Group and chain banking system, biasanya bank dikelola oleh holding company, yang memiliki
saham cukup signifikan dari beberapa bank, sehingga operasi bank tersebut terkonsentrasi dan
dikendalikan oleh satu perusahaan holding company.contoh: dahulu bank Internasional dan
Bank danamon, dikuasai atau dikendalikan oleh perusahaan malaysia.
 Mixed system, gabungan branch system yang memberikan wewenang khusus untuk cabang
tertentu, misalkan cabang luarnegeri.

Pendalaman Materi:
1. Sebutkan dan Jelaskan perbedaan antara:
a. Giro, tabungan dan deposito
b. deposito berjangka, deposito on call dan sertifikat deposito.
2. Jelaskan yang dimaksudkan dengan Giro Wajib Minimum (GWM). Hitung berapa jumlah dana
untuk pinjaman kepada nasabah yang pinjamannya disetujui oleh bank sebesar Rp
145.000.000,-, dan ketentuan GWM oleh OJK sebesar 6%.
3. Diketahui aktiva Bank Cinta Tanah Air seperti di bawah ini
Bank Sejahtera Abadi
Neraca per 31 – 12 – 2018
( dalam jutaan rupiah )
Aktiva Pasiva
1.Kas 100.000 1.Giro 1.000.000

2.Gro pada BI 200.000 2.Kewajiban dibayar segera 100.000

3.Giro pada bank lain 800 3.Tabungan 280.000

4.Wesel,cek, tagihan lainnya 6.000 4.Deposito 1.318.000

5.Surat – surat berharga 200.000 5.Pinjaman diterima 1.600.000

6.Simpanan berjangka di bank lain 100.000 6.Setoran jaminan 61.000

7.pinjaman yg diberikan ( rupiah ) 5.000.000 7.Pasiva dalam valuta asing

8.Aktiva dalam valuta asing c. Segera dibayar 2.600.000


d. Lainnya 5
a. likuid 260.000 2.750.000

b. Pinjaman 960.000

c. lain – lain 3.200.000

9. Penyertaan 4.000 8.Rupa - rupa 250.000

10.Aktiva tetap dan inventaris 38.000 9.Modal

a. Modal disetor 600

b. Dana setoran modal 70.000

11.Rupa – rupa 298.800 10. Cadangan umum 50.000

11. Cadangan lainnya 200.000

12. Sisa laba tahun lalu 88.000

13. Laba tahun berjalan

Jumlah 10.367.600 Jumlah 10.367.600


Hitung:
a. Nilai cash ratio
b. Nilai basic surplus
c. Nilai rasio LDR
d. Nilai current ratio
e. Nilai debt ratio.

Anda mungkin juga menyukai