Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Hukum Progresif: Volume XI/No.

1/Juni 2017 Agustinus Samosir: Pembuktian«

PEMBUKTIAN TERBALIK:
SUATU KAJIAN TEORETIS TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI

Oleh:

Agustinus Samosir*
Email: samosiragustinusmh@gmail.com

Abstract

The existence of reversing the burden of proof from the perspective of legislation policy is
known in the criminal act of corruption as a "premium remediation" provision and also
contains a special prevention. The criminal act of corruption as "extra ordinary crimes
that require extra ordinary enforcement and extra ordinary measures", then crucial
aspects in cases of corruption is the effort to fulfill the burden of proof in the process by
law enforcement officers.

Keywords : Crime, Corruption, the Burden of Proof Corruption

A. PENDAHULUAN sentralistis. Semakin tersentralisasi


Korupsi dan kekuasaan, ibarat kekuasaan, semakin hebat pula
GXD VLVL GDUL VDWX PDWD XDQJ´ 1 NRUXSVL GL SXVDW NHNXDVDDQ LWX´ 2
Korupsi selalu mengiringi perjalanan Jenis ini ditemukan di masa orde
kekuasaan dan sebaliknya kekuasaan baru. Sebaliknya, jika yang terjadi
PHUXSDNDQ ´SLQWX PDVXN´ EDJL WLQGDN adalah otonomi, seperti otonomi
korupsi. Ada postulat yang daerah, maka korupsi pun
mengatakan, bahwa korupsi mengikutinya sejajar dengan otonomi
PHQJLNXWL ZDWDN NHNXDVDDQ ³-LND tersebut. Karena kekuasaan berpindah
kekuasaan berwatak sentralistis, dari satu pusat kekuasaan ke banyak
korupsi pun mengikutinya berwatak pusat kekuasaan yang otonom,
korupsi pun mengikutinya berpindah
*Agustinus Samosir, M.H. merupakan
Dosen STIE STMIK-MURA Lubuklinggau Musi dari satu pusat kekuasaan kepada
Rawas.
1
.DPUL $ ´.RUXSVL 3LGDQD 0DWL GDQ banyak pusat kekuasaan. Jenis ini
HAM: Sekilas Tinjauan Sistem Peradilan
3LGDQD´ GDODP 0XODGL Hak Asasi Manusia: dialami sekarang, di zaman pasca
Hakekat, Konsep dan Implikasinya dalam
Perspektif Hukum dan Masyarakat, Refika orde baru. Bisa dibayangkan jika
Aditama, Bandung, 2007, hlm. 153. Periksa juga
2
HM. Wahyudin Husein dan Hufron, Hukum, Reko Dwi Salfutra ³Korupsi dalam
Politik dan Kepentingan, Laksbang Pressindo, 3HPEDKDUXDQ 3HQHJDNNDQ +XNXP´ Makalah, 25
Yogyakarta, 2008. hlm. 126. Agustus 2009, hlm. 2.

1838
Jurnal Hukum Progresif: Volume XI/No.1/Juni 2017 Agustinus Samosir: Pembuktian«

yang terjadi otonomi yang seluas- Study (LGCS) yang menyatakan,


luasnya. bahwa:
3
Desentralisasi, yang dijalankan
Sejak tahun 2002 lalu, telah
justru menimbulkan banyak masalah
terjadi gelombang
yang bisa membahayakan program itu pengungkapan kasus dugaan
korupsi Dewan Perwakilan
sendiri. Selain mengurangi efisiensi,
Rakyat Daerah (DPRD) di
desentralisasi ternyata dapat berbagai daerah, berawal dari
maraknya pemberitaan tentang
menyuburkan korupsi. Sehingga
korupsi DPRD Propinsi
seakan antara pusat dan daerah Sumatera Barat dan menjalar ke
berbagai wilayah lain, seperti
berlomba melakukan korupsi.
Sulawesi Tenggara, Kalimantan
Sedemikian kencang perlombaan Barat, Lampung dan kemudian
hampir merata di berbagai
terjadi, sehingga sekarang tidak jelas
wilayah Indonesia lainnya.
lagi, manakah yang lebih hebat dan Berdasarkan data Kejati seluruh
Indonesia sampai dengan bulan
³EHUSUHVWDVL´ GDODP PHODNXNDQ
September 2006, terdapat 265
korupsi. Otonomi dan desentralisasi kasus korupsi DPRD dengan
jumlah tersangka/ terdakwa/
telah menyebabkan korupsi menyebar
terpidana sebanyak 967 orang
ke daerah-daerah. Bahkan, jika di era anggota DPRD yang ditangani
oleh 29 Kejati. Pada periode
sebelumnya yang umumnya
yang sama, telah dikeluarkan
melakukan korupsi adalah jajaran ijin pemeriksaan untuk anggota
legislative, yaitu 327 orang
eksekutif, sekarang sudah melanda
anggota DPRD propinsi dan
jajaran legislatif. Keduanya adu cepat 735 DPRD kabupaten/kota.4
melalap uang negara dan mengisap
Pada hakekatnya korupsi adalah
uaQJ UDN\DW .RUXSVL VHEDJDL ´YLUXV
³EHQDOX VRVLDO´ \DQJ PHUXVDN VWUXNWXU
JDQDV´ UXSDQ\D PHQGDSDWNDQ
pemerintahan, dan menjadi
medium penyebaran efektif melalui
penghambat utama terhadap jalannya
otonomi dan desentralisasi.
pemerintahan dan pembangunan pada
Hal tersebut di atas sesuai
umumnya. Dalam prakteknya,
dengan penelitian yang dilakukan
korupsi sangat sukar bahkan hampir
oleh Local Government Corruption
tidak mungkin dapat diberantas, oleh
karena sangat sulit memberikan
3
Soetandyo Wignjosoebroto,
4
Desentralisasi dalam Tata Pemerintahan Taufik Rinaldi, dkk., Memerangi
Kolonial Hindia-Belanda: Kebijakan dan Upaya Korupsi Di Indonesia yang Terdesentralisasi
Sepanjang Babak Akhir Kekuasaan Kolonial di (Studi Kasus Penanganan Korupsi Pemerintahan
Indonesia (1900-1940), Bayumedia Publishing, Daerah), Justice for the Poor Project Bank Dunia,
Malang, 2005, hlm. 14. Jakarta, May 2007, hlm. 2.

1839
Jurnal Hukum Progresif: Volume XI/No.1/Juni 2017 Agustinus Samosir: Pembuktian«

pembuktian-pembuktian yang eksak. yang telah diratifikasi dengan


Di samping itu, sangat sulit Undang-Undang Nomor 7 Tahun
mendeteksinya dengan dasar-dasar 2006, menimbulkan implikasi
hukum yang pasti. Namun, akses karakteristik dan subtansi gabungan
perbuatan korupsi merupakan bahaya GXD VLVWHP KXNXP \DLWX ´Civil Law
latent yang harus diwaspadai, baik dan Common LaZ´ 5 sehingga akan
oleh pemerintah maupun oleh berpengaruh kepada hukum positif
masyarakat itu sendiri. yang mengatur tindak pidana korupsi
Sesuai dengan itu, tindak pidana di Indonesia.
korupsi merupakan salah satu bagian Di Indonesia, ketentuan hukum
dari hukum pidana khusus. Apabila positif Indonesia tentang tindak
dijabarkan, tindak pidana korupsi pidana korupsi diatur dalam Undang-
mempunyai spesifikasi tertentu yang Undang Nomor 31 Tahun 1999
berbeda dengan hukum pidana Tentang Pemberantasan Tindak
umum, seperti penyimpangan hukum Pidana Korupsi 9 sebagaimana yang
acara dan materi yang diatur telah diubah dengan Undang-Undang
dimaksudkan menekan seminimal Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
mungkin terjadinya kebocoran serta Perubahan Atas Undang-Undang
penyimpangan terhadap keuangan Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
dan perekonomian negara. Konvensi Pemberantasan Tindak Pidana
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Korupsi. Dalam undang-undang
Anti Korupsi 2003 (United Nations tersebut, ketentuan mengenai
Convention Against Corruption pembuktian perkara korupsi terdapat
2003), mendiskripsikan masalah dalam Pasal 12B ayat (1) huruf a dan
korupsi sudah merupakan ancaman b, Pasal 37, Pasal 37 A dan Pasal
serius terhadap stabilitas, keamanan 38B. Apabila dicermati, maka
masyarakat nasional dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
internasional, telah melemahkan
5
Romli Atmasasmita, Strategi Dan
institusi, nilai-nilai demokrasi dan Kebijakan Pemberantasan Korupsi Pasca
Konvensi PBB Menentang Korupsi Tahun 2003:
keadilan serta membahayakan Melawan Kejahatan Korporasi, Paper, Jakarta,
2006, hlm. 1. Lihat juga Romli Atmasasmita,
pembangunan berkelanjutan maupun
Strategi dan Kebijakan Hukum Dalam
penegakan hukum. Konvensi PBB Pemberantasan Korupsi Melawan Kejahatan
Korporasi di Indonesia: Membentuk Ius
Anti Korupsi Tahun 2003 tersebut Constituendum Pasca Ratifikasi Konvensi PBB
Menentang Korupsi Tahun 2003, Paper, Jakarta,
(selanjutnya disingkat KAK 2003) 2006, hlm. 1.

1840
Jurnal Hukum Progresif: Volume XI/No.1/Juni 2017 Agustinus Samosir: Pembuktian«

2001 Tentang Perubahan Atas pemberian tersebut dalam jumlah Rp.


Undang-Undang Nomor 31 Tahun 10.000.000,00 atau lebih,
1999 Tentang Pemberantasan Tindak EHUKXEXQJDQ GHQJDQ ³MDEDWDQQ\D (in
Pidana Korupsi mengklasifikasikan zijn bediening) dan yang melakukan
pembuktian menjadi 3 (tiga) sistem. pekerjaan yang bertentangan dengan
Pertama, pembalikan beban kewajiban (in strijd met zijn plicht)
pembuktian dibebankan kepada dan harus melapor ke Komisi
terdakwa untuk membuktikan dirinya 3HPEHUDQWDVDQ .RUXSVL .3. ´ 6
tidak melakukan tindak pidana Kedua, pembalikan beban
korupsi. Sesuai dengan ketentuan pembuktian yang bersifat semi
Pasal 12B ayat (1) huruf a Undang- terbalik atau berimbang terbalik, di
Undang Nomor 20 Tahun 2001 mana beban pembuktian diletakkan,
Tentang Perubahan Atas Undang- baik terhadap terdakwa maupun Jaksa
Undang Nomor 31 Tahun 1999 Penuntut Umum secara berimbang
Tentang Pemberantasan Tindak terhadap objek pembuktian yang
Pidana Korupsi menentukan, bahwa berbeda secara berlawanan (Pasal
pembalikan beban pembuktian ini 37A). Ketiga, sistem konvensional, di
berlaku untuk tindak pidana suap mana pembuktian tindak pidana
menerima gratifikasi yang nilainya korupsi dan kesalahan terdakwa
sebesar Rp. 10.000.000,00 (sepuluh melakukan tindak pidana korupsi
juta) rupiah atau lebih dan terhadap dibebankan sepenuhnya kepada Jaksa
harta benda yang belum didakwakan Penuntut Umum. Aspek ini dilakukan
yang ada hubungannya dengan tindak terhadap tindak pidana suap
pidana korupsi. Apabila mengikuti menerima gratifikasi yang nilainya
polarisasi pemikiran pembentuk kurang dari Rp. 10.000.000,00
undang-undang sebagai kebijakan (sepuluh juta) rupiah (Pasal 12B ayat
legislasi, ada beberapa pembatasan (1) huruf b) dan tindak pidana korupsi
yang ketat terhadap penerapan pokok.
pembalikan beban pembuktian Sehubungan dengan hal tersebut
dikaitkan dengan hadiah yang wajar di atas, dipahami bahwa sistem
bagi pejabat. Pembatasan tersebut hukum pidana Indonesia khususnya
berorientasi kepada aspek hanya terhadap beban pembuktian dalam
diterapkan kepada pemberian
(gratifikasi) dalam delik suap, 6
Ibid., hlm. 6.

1841
Jurnal Hukum Progresif: Volume XI/No.1/Juni 2017 Agustinus Samosir: Pembuktian«

tindak pidana korupsi secara normatif Nomor 31 Tahun 1999


mengenal asas pembalikan beban Pemberantasan Tindak Pidana
pembuktian yang ditujukan terhadap Korupsi, sebagai berikut:
kesalahan orang (Pasal 12 B ayat (1),
(1) Terdakwa mempunyai hak
Pasal 37 Undang-Undang Nomor 20
untuk membuktikan, bahwa
Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas ia tidak melakukan tindak
pidana korupsi.
Undang-Undang Nomor 31 Tahun
(2) Dalam hal terdakwa dapat
1999 Tentang Pemberantasan Tindak membuktikan, bahwa ia
tidak melakukan tindak
Pidana Korupsi) dan kepemilikan
pidana korupsi, maka
harta benda terdakwa (Pasal 37A, keterangan tersebut
dipergunakan sebagai hal
Pasal 38B Undang-Undang Nomor 20
yang menguntungkan
Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas baginya.
(3) Terdakwa wajib
Undang-Undang Nomor 31 Tahun
memberikan keterangan
1999 Tentang Pemberantasan Tindak tentang seluruh harta
bendanya dan harta benda
Pidana Korupsi).
isteri atau suami, anak dan
harta benda setiap orang
atau korporasi yang diduga
B. PEMBAHASAN
mempunyai hubungan
1. Landasan Teoretis dengan perkara yang
bersangkutan.
Dalam pembuktian, delik
(4) Dalam hal terdakwa tidak
korupsi dianut 2 (dua) teori dapat membuktikan tentang
kekayaan yang tidak
pembuktian, yakni:
seimbang dengan
a. Teori bebas, yang diturut oleh penghasilan atau sumber
panambahan kekayaannya,
terdakwa; dan
maka keterangan tersebut
b. Teori negatif menurut undang- dapat digunakan untuk
memperkuat alat bukti
undang, yang diturut oleh
yang sudah ada, bahwa
penuntut umum.7 terdakwa telah melakukan
tindak pidana korupsi.
Teori bebas sebagaimana
(5) Dalam keadaan
tercermin dan tersirat dalam sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), ayat (2),
penjelasan umum, serta berujud
ayat (3) dan ayat (4),
dalam, hal-hal sebagai tercantum penuntut umum tetap
berkewajiban untuk
dalam Pasal 37 Undang-Undang
membuktikan
7
dakwaaannya.
Martiman Prodjohamidjojo, Penerapan
Pembuktian Terbalik dalam Delik Korupsi
(Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999),
Mandar Maju, Bandung, 2001, hlm. 108.

1842
Jurnal Hukum Progresif: Volume XI/No.1/Juni 2017 Agustinus Samosir: Pembuktian«

Sedangkan teori negatif kekuatan hukum tetap, tetapi


menurut undang-undang diketahui masih terdapat harta
tercermin tersirat dalam Pasal 183 benda milik terpidana yang
KUHAP yang menentukan, diduga berasal dari tindak pidana
bahwa ³+DNLP WLGDN EROHK korupsi, maka negara dapat
menjatuhkan pidana kepada melakukan gugatan terhadap
seorang, kecuali apabila dengan terpidana atau ahli warisnya.
sekurang-kurangnya dua alat Dikaji dari perspektif ilmu
bukti yang sah ia memperoleh pengetahuan hukum pidana
keyakinan bahwa suatu tindak dikenal ada 3 (tiga) teori tentang
pidana benar-benar terjadi dan beban pembuktian, yaitu:
bahwa terdakwalah yang bersalah a. Beban Pembuktian pada
melakukannya. Penuntut Umum
Berdasarkan Undang-Undang Penuntut umum tiada
Nomor 20 Tahun 2001 Tentang mempunyai hak tolak atas hak
Perubahan Atas Undang-Undang yang diberikan undang-
Nomor 31 Tahun 1999 Tentang undang kepada terdakwa,
Pemberantasan Tindak Pidana namun tidak berarti penuntut
Korupsi menentukan, bahwa umum tidak memiliki hak
sistem pembuktian terbalik adalah untuk menilai dari sudut
sistem di mana beban pembuktian pandang penuntut umum
berada pada terdakwa dan proses dalam requisitor-nya. Apabila
pembuktian ini hanya berlaku terdakwa dapat membuktikan
pada saat pemeriksaan di sidang hak tersebut, bahwa ia tidak
pengadilan dengan melakukan delik korupsi,
dimungkinkannya dilakukan tidak berarti, bahwa ia tidak
pemeriksaan tambahan atau terbukti melakukan korupsi,
khusus jika dalam pemeriksaan di sebab penuntut umum masih
persidangan ditemukan harta berkewajiban untuk
benda milik terdakwa yang diduga membuktikan dakwaannya.
berasal dari tindak pidana korupsi, Ketentuan ini merupakan
namun hal tersebut belum ³SHPEXNWLDQ WHUEDOLN WHUEDWDV
didakwakan. Bahkan, jika putusan karena penuntut umum masih
pengadilan telah memperoleh
1843
Jurnal Hukum Progresif: Volume XI/No.1/Juni 2017 Agustinus Samosir: Pembuktian«

tetap wajib membuktikan b. Beban Pembuktian pada


GDNZDDQQ\D´ 8 Terdakwa
Konsekuensi logis teori beban Terdakwa berperan aktif
pembuktian ini, bahwa menyatakan, bahwa dirinya
Penuntut Umum harus bukan sebagai pelaku tindak
mempersiapkan alat-alat bukti pidana. Oleh karena itu,
dan barang bukti secara terdakwalah di depan sidang
akurat, sebab jika tidak pengadilan yang akan
demikian akan sulit menyiapkan segala beban
meyakinkan hakim tentang pembuktian dan bila tidak
kesalahan terdakwa. dapat membuktikan, terdakwa
Konsekuensi logis beban dinyatakan bersalah
pembuktian ada pada Penuntut melakukan tindak pidana.
Umum ini berkorelasi pada 3DGD DVDVQ\D ³WHRUL EHEDQ
asas praduga tidak bersalah pembuktian jenis ini
dan aktualisasi asas tidak GLQDPDNDQ WHRUL´ 3HPEDOLNDQ
mempersalahkan diri sendiri. %HEDQ 3HPEXNWLDQ´
Teori beban pembuktian ini (Omkering van het Bewijslast
dikenal di Indonesia, bahwa atau Shifting of Burden of
ketentuan Pasal 66 KUHAP 3URRI 2QXV RI 3URRI´ ´ 10
dengan tegas menentukan, Sehubungan dengan itu, ada 2
bahwa ³WHUVDQJND DWDX (dua) hal yang harus diperhatikan
terdakwa tidak dibebani oleh terdakwa dalam menggunakan
NHZDMLEDQ SHPEXNWLDQ´. haknya, yaitu:
Beban pembuktian seperti ini 1. Untuk membuktikan, bahwa ia
dapat dikategorisasikan tidak melakukan delik korupsi
³EHEDQ SHPEXNWLDQ biasa atau sebagaimana didakwakan oleh
konvensional´ 9 Penuntut Umum. Syarat ini
merupakan suatu penyimpangan
dari ketentuan KUH Pidana yang
menentukan, bahwa Penuntut

8
Umum wajib membuktikan
Ibid., hlm. 111.
9
Lilik Mulyadi, Pembalikan Beban
Pembuktian Tindak Pidana Korupsi, P.T Alumni,
10
Bandung, 2000, hlm. 102. Ibid.

1844
Jurnal Hukum Progresif: Volume XI/No.1/Juni 2017 Agustinus Samosir: Pembuktian«

dilakukan tindak pidana, bukan burden of proof). Pada


WHUGDNZD ³7HUGDNZD GDSDW KDNLNDWQ\D ³SHPEDOLNDQ EHEDQ
membuktikan dalilnya, bahwa ia pembuktian tersebut merupakan
tidak melakukan tindak pidana suatu penyimpangan hukum
NRUXSVL´ 11 pembuktian dan juga merupakan
2. Ia berkewajiban untuk suatu tindakan luar biasa terhadap
memberikan keterangan tentang WLQGDN SLGDQD NRUXSVL´ 13
seluruh harta bendanya sendiri, c. Beban Pembuktian Berimbang
harta benda isterinya, atau suami Konkretisasi asas ini, baik
(jika terdakwa adalah Penuntut Umum maupun
perempuan), harta benda setiap terdakwa dan/atau Penasihat
orang atau korporasi yang diduga Hukumnya saling membuktikan
ada kaitannya dengan perkara di depan persidangan. Lazimnya
yang bersangkutan. Ia Penuntut Umum akan
berkewajiban memberi membuktikan kesalahan
keterangan tentang asal usul terdakwa, sedangkan sebaliknya
perolehan hak atau asal usul terdakwa beserta penasehat
pelepasan hak. hukum akan membuktikan
³3HUROHKDQ SHOHSDVDQ KDN LWX sebaliknya, bahwa terdakwa tidak
mengenai kapan; bagaimana; dan terbukti secara sah dan
siapa-siapa saja, yang terlibat meyakinkan bersalah melakukan
dalam perolehan/pelepasan hak tindak pidana yang didakwakan.
itu serta mengapa dan sebab- Asas beban pembuktian ini
sebab apa perolehan atau GLQDPDNDQ MXJD ³DVDV SHPEDOLNDQ
12
SHUDOLKDQ LWX WHUMDGL´ beban pembuNWLDQ ³berimbang´
Dikaji dari perspektif teoretis dan seperti dikenal di Amerika Serikat
praktik teori beban pembuktian GDQ MXJD GL ,QGRQHVLD´ 14
ini dapat diklasifikasikan lagi
2. Pembuktian Terbalik dalam
menjadi pembalikan beban
Tindak Pidana Korupsi
pembuktian yang bersifat murni
Korupsi dalam berbagai
maupun bersifat terbatas (limited
bentuk saat ini telah merajalela
11
Martiman Prodjohamidjojo, Op. Cit.,
13
hlm. 110. Lilik Mulyadi, Op. Cit., hlm. 103.
12 14
Ibid., hlm. 111. Ibid.

1845
Jurnal Hukum Progresif: Volume XI/No.1/Juni 2017 Agustinus Samosir: Pembuktian«

dan telah masuk ke hampir semua Penerapan beban pembuktian


lini kehidupan, sehingga tidak dalam tindak pidana korupsi
berlebihan apabila ada anggapan, berdasarkan sistem atau asas
bahwa tindak pidana korupsi di tersebut adalah untuk
Indonesia telah dilakukan secara memberikan kesempatan kepada
sistematis dan meluas, bahkan seseorang atau terdakwa
sebagian kalangan membuktikan dirinya tidak
menganggapnya sebagai bersalah melakukan tindak pidana
kejahatan luar biasa korupsi, dan jika keterangan
(extraordinary crime). Karena seseorang atau terdakwa ini
tidak saja merugikan negara dan benar, maka pihak yang
masyarakat, tetapi juga berwenang atau hakim dapat
berdampak terhadap kelancaran mempertimbangkan keterangan
roda pembangunan serta tersebut sebagai hal yang setidak-
perkembangan pertumbuhan tidaknya dapat menguntungkan
perekonomian nasional. bagi diri seseorang atau terdakwa,
Kondisi yang objektif di atas, atau sebaliknya dapat merugikan
tidak dapat dibiarkan berlarut, diri seseorang atau terdakwa
maka perlu diambil langkah- apabila keterangan tersebut
langkah yang tepat dan ternyata tidak benar. Namun
komprehensif penanggulangannya demikian, walaupun seseorang
XQWXN PHQJKHQWLNDQ ³YLUXV´ atau terdakwa telah membuktikan
korupsi yang akan terus dirinya tidak bersalah, dalam
menggerogoti kehidupan kondisi tertentu di depan
berbangsa dan bernegara serta pengadilan, Penuntut Umum tetap
kewibawaan pemerintah. berkewajiban untuk membuktikan
Langkah-langkah yang diperlukan kesalahan dari terdakwa
untuk menanggulangi tentunya sebagaimana yang didakwakan.
dengan cara-cara yang luar biasa Sebenarnya, sistem
pula, dan satu upaya yang telah pembalikan beban pembuktian
dilakukan oleh pemerintah adalah merupakan suatu sistem yang
dengan formula pendekatan posisinya berada di luar
sistem pembalikan beban kelaziman teoretis tentang
pembuktian. pembuktian dalam hukum pidana
1846
Jurnal Hukum Progresif: Volume XI/No.1/Juni 2017 Agustinus Samosir: Pembuktian«

formil yang universal, baik sistem memahami lingkungan kerja dan


kontinental maupun Anglo- memiliki formula guna
Saxon, hanya mengenal menghindari terjadinya pelacakan
pembuktian yang membebankan terhadap adanya tindak pidana
kewajiban itu kepada Jaksa korupsi dan sangat rapih
Penuntut Umum. Hanya saja menyembunyikan bukti-bukti
dalam beberapa kasus tertentu, kejahatannya.
antara lain dalam upaya Menurut Indriyanti Seno Adji
pemberantasan tindak pidana sebagaimana yang dikutip oleh
korupsi, diperkenankan penerapan Lilik Mulyadi menyatakan,
dengan mekanisme yang bahwa:
GLIHUHQVLDO \DLWX ³VLVWHP
Asas Pembalikan Beban
pembalikan beban pembuktian
Pembuktian merupakan suatu
yang disebut sebagai reversal sistem pembuktian yang berada
di luar kelaziman teoretis
burden of proof atau omkering
pembuktian dalam Hukum
van het bewijslast´ 15 (Acara) Pidana yang universal.
Dalam Hukum Pidana (Formal),
Salah satu pertimbangan
baik sistem kontinental maupun
menerapkan sistem pembalikan Anglo-Saxon, mengenal
pembuktian dengan tetap
beban pembuktian pada perkara
membebankan kewajibannya
tindak pidana korupsi tersebut, pada Jaksa Penuntut Umum.
+DQ\D VDMD GDODP ³certain
dikarenakan memberantas tindak
cases´ NDVXV-kasus tertentu)
pidana korupsi ini tidaklah diperkenankan penerapan
dengan mekanisme yang
mudah, karena memiliki kualitas
diferensial, yaitu Sistem
pembuktian yang sangat sulit. Hal Pembalikan Beban Pembuktian
DWDX GLNHQDO VHEDJDL ³Reversal
ini disebabkan para pelakukanya
of Burden Proof´ Omkering
memiliki tingkat pendidikan yang van Bewijslast). Itu pun tidak
dilakukan secara overall, tetapi
memadai, sangat profesional
memiliki batas-batas yang
dibidangnya, memegang jabatan seminimal mungkin tidak
melakukan suatu destruksi
dan kekuasaan serta umumnya
terhadap perlindungan dan
para pelaku telah sangat penghargaan Hak Asasi
Manusia, khususnya Hak
15
Marwan (IIHQG\ ³3HPEDOLNDQ %HEDQ Tersangka/Terdakwa.16
Pembuktian dan Implementasinya dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di
,QGRQHVLD´ Jurnal Hukum dan Pembangunan,
Tahun ke-39 Nomor 1 Januari-Maret 2009, hlm.
16
4. Lilik Mulyadi, Op. Cit., hlm. 104-105.

1847
Jurnal Hukum Progresif: Volume XI/No.1/Juni 2017 Agustinus Samosir: Pembuktian«

Penjelasan Umum Undang- penambahan harta benda


Undang Nomor 31 Tahun 1999 terdakwa, sebagai income
Pemberantasan Tindak Pidana terdakwa dan perolehan harta
Korupsi menentukan pengertian benda sebagai output. Antara
pembuktian terbalik yang bersifat income sebagai input yang tidak
terbatas dan berimbang, yakni seimbang dengan output, atau
³WHUGDNZD PHPSXQ\DL KDN XQWXN dengan kata lain input lebih kecil
membuktikan, bahwa ia tidak dari output. Dengan demikian
melakukan tindak pidana korupsi GLDVXPVLNDQ EDKZD ³SHUROHKDQ
dan wajib memberikan barang-barang sebagai output
keterangan tentang seluruh harta tersebut (misalnya rumah-rumah,
bendanya dan harta benda mobil-mobil, saham-saham,
isterinya atau suami, anak, dan simpanan dolar dalam rekening
harta benda setiap orang atau bank, dan lain-lainnya) adalah
korporasi yang diduga hasil perolehan dari tidak pidana
mempunyai hubungan dengan korupsi yanJ GLGDNZDNDQ´ 17
perkara yang bersangkutan dan
penuntut umum tetap C. PENUTUP
berkewajiban untuk membuktikan Pengaturan pembalikan beban
GDNZDDQQ\D ´ .DWD-NDWD ³EHUVLIDW pembuktian tindak pidana korupsi di
WHUEDWDV´ GL GDODP PHPRUL DWDV Indonesia terdapat dalam Pasal 12B
Pasal 37 dikatakan, bahwa apabila ayat (1), Pasal 37, Pasal 38A dan
terdakwa dapat membuktikan Pasal 38B Undang-Undang Nomor 31
GDOLOQ\D EDKZD ³WHUGDNZD WLGDN Tahun 1999 Tentang Pemberantasan
melakukan tindak pidana Tindak Pidana Korupsi sebagaimana
NRUXSVL´ KDO LWX WLGDN EHUDUWL yang telah diubah dengan Undang-
bahwa terdakwa tidak terbukti Undang Nomor 20 Tahun 2001
melakukan korupsi, sebab Tentang Perubahan Atas Undang-
Penuntut Umum, masih tetap Undang Nomor 31 Tahun 1999
berkewajiban untuk membuktikan Tentang Pemberantasan Tindak
dakwaannya. Pidana Korupsi. Akan tetapi,
Kata-NDWD ³EHULPEDQJ´ pengaturan mengenai pembalikan
dilukiskan sebagai penghasilan
17
Martiman Prodjohamidjojo, Op. Cit.,
terdakwa ataupun sumber hlm. 109.

1848
Jurnal Hukum Progresif: Volume XI/No.1/Juni 2017 Agustinus Samosir: Pembuktian«

beban pembuktian tindak pidana Romli Atmasasmita. 2006. Strategi Dan


Kebijakan Pemberantasan
korupsi tersebut masih terdapat
Korupsi Pasca Konvensi PBB
problematika hukum, yaitu Menentang Korupsi Tahun 2003:
Melawan Kejahatan Korporasi.
ketidakjelasan dan ketidaksinkronan
Paper, Jakarta.
dalam perumusannya.
----------. 2006. Strategi dan Kebijakan
Hukum Dalam Pemberantasan
D. DAFTAR PUSTAKA Korupsi Melawan Kejahatan
Korporasi di Indonesia:
HM. Wahyudin Husein dan Hufron.
Membentuk Ius Constituendum
2008. Hukum, Politik dan
Pasca Ratifikasi Konvensi PBB
Kepentingan. Laksbang
Menentang Korupsi Tahun 2003.
Pressindo, Yogyakarta.
Paper, Jakarta.
.DPUL $ ´.RUXSVL 3LGDQD 0DWL
Soetandyo Wignjosoebroto. 2005.
dan HAM: Sekilas Tinjauan
Desentralisasi dalam Tata
6LVWHP 3HUDGLODQ 3LGDQD´ Dalam
Pemerintahan Kolonial Hindia-
Muladi. 2007. Hak Asasi
Belanda: Kebijakan dan Upaya
Manusia: Hakekat, Konsep dan
Sepanjang Babak Akhir
Implikasinya dalam Perspektif
Kekuasaan Kolonial di Indonesia
Hukum dan Masyarakat. Refika
(1900-1940). Bayumedia
Aditama, Bandung.
Publishing, Malang.
Martiman Prodjohamidjojo. 2001.
Taufik Rinaldi, dkk. May 2007.
Penerapan Pembuktian Terbalik
Memerangi Korupsi Di Indonesia
dalam Delik Korupsi (Undang-
yang Terdesentralisasi (Studi
Undang Nomor 31 Tahun 1999).
Kasus Penanganan Korupsi
Mandar Maju, Bandung.
Pemerintahan Daerah). Justice
for the Poor Project Bank Dunia,
Marwan (IIHQG\ ³3HPEDOLNDQ
Jakarta.
Beban Pembuktian dan
Implementasinya dalam
Pemberantasan Tindak Pidana
.RUXSVL GL ,QGRQHVLD´ Jurnal
Hukum dan Pembangunan. Tahun
ke-39 Nomor 1 Januari-Maret
2009.

Muladi. 2005. Hak Asasi Manusia,


Hakekat, Konsep & Implikasinya
Dalam Perspektif Hukum dan
Masyarakat. Refika Aditama,
Bandung.
Reko Dwi Salfutra ³.RUXSVL GDODP
Pembaharuan Penegakkan
+XNXP´ Makalah. 25 Agustus
2009.

1849

Anda mungkin juga menyukai