Anda di halaman 1dari 29

MODUL PRAKTIKUM DAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

TINDAKAN KEPERAWATAN PADA SISTEM PENCERNAAN

Oleh
Rahayu Setyowati, SKp.,MKep.

MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES YPIB MAJALENGKA
2021

Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II


NASO GASTRIC TUBE (NGT)
Oleh : Rahayu Setyowati, SKp.,MKep

DESKRIPSI PEMBELAJARAN

Modul ini dibuat untuk melengkapi kemampuan mahasiswa dalam menguasai keterampilan
dalam pemasangan Naso Gastric Tube sehingga mahasiswa dapat mencapai kemampuan
tertentu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia: nutrisi.

KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN

Kompetensi Umum:

Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa harus mampu memahami dan melakukan
prosedur pemasangan Naso Gastric Tube yang benar serta mempunyai kemampuan untuk
memberikan nutrisi pada klien yang terpasang NGT secara tepat.

Kompetensi
Khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan


mampu:
1. Menyebutkan definisi dari tindakan pemasangan NGT dengan tepat.
2. Menyebutkan tujuan dari tindakan pemasangan NGT dengan tepat.
3. Menyebutkan indikasi dari tindakan pemasangan NGT dengan tepat.
4. Menyebutkan dan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk pemasangan NGT
dengan benar.
5. Mendemonstrasikan tindakan pemasangan NGT dengan benar.
6. Mengetahui dan memahami kebutuhan kalori dan nutrisi dalam keadaan istirahat
dan sakit
7. Mendemontrasikan pemberian nutrisi via NGT secara
benar

PRASYARAT

1. Sebelum berlatih mahasiswa harus menguasai ilmu dasar anatomi dan fisiologi
pada sistem pencernaan dan pernafasan bagian atas manusia.
2. Sebelum berlatih, mahasiswa harus:
- mempelajari kembali Penuntun praktikum tentang cuci tangan
- mempelajari kembali Penuntun praktikum tentang komunikasi pada pasien
- mempelajari kembali Penuntun praktikum tentang memakai dan melepas
sarung tangan

Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II


I. TEORI DAN PROSEDUR KERJA
1. Pemasangan Naso Gastric Tube
Pemasangan selang nasogastrik (NGT= Naso Gastric Tube) adalah prosedur invasif
yang berguna untuk tujuan terapeutik dan diagnostik. Dua tujuan umum pemasangan NGT
di layanan klinis adalah memberikan nutrisi yang diperlukan untuk pasien yang tidak dapat
melalui mulut, dan untuk melakukan evaluasi dari isi perut pasien dengan curiga perdarahan
pada gastrointestinal bagian atas. Pemasangan selang nasogastrik untuk tujuan ini dan
lainnya dianggap lebih mudah dan kurang traumatis bagi pasien dibandingkan dengan
penempatan tabung orogastric, dengan sayarat tindakan ini dilakukan dengan hati-hati.
Komplikasi serius, seperti aspirasi isi lambung dapat terjadi, tetapi hal ini da pat
diminimalkan ketika pasien kooperatif, posisi yang benar, dan cukup siap untuk prosedur
ini. Perlindungan jalan napas sangat penting pada pasien koma atau tidak sadar.

Definisi Pemasangan Nasogastric Tube


Adalah tindakan pemasangan selang Nasogastrik adalah proses medis
yaitu memasukkan sebuah selang plastik (selang nasogastrik, NG tube) melalui
hidung, melewati tenggorokan dan terus sampai ke dalam lambung.

Definisi NGT (Nasogastric Tube)


Selang Nasogastrik atau NG tube adalah suatu selang yang dimasukkan
melalui hidung sampai ke lambung. Sering digunakan untuk memberi nutrisi dan
obat-obatan kepada seseorang yang tidak mampu untuk mengkonsumsi makanan,
cairan, dan obat-obatan secara oral. Juga dapat digunakan untuk mengeluarkan isi
dari lambung dengan cara diaspirasi/ dialirkan.

Tujuan dan Manfaat Tindakan


Nasogastic Tube digunakan
untuk:
1. Memungkinkan evakuasi isi lambung (cairan, udara, darah, racun) dan atau
kumbah lambung.
2. Untuk memasukkan cairan (memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi) dan obat-
obatan oral
3. Untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa substansi isi lambung
4. Persiapan sebelum operasi dengan general anasthesia
5. Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan operasi
pneumonectomy untuk mencegah muntah dan kemungkinan aspirasi isi lambung
sewaktu recovery (pemulihan dari general anasthesia).

Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II


Indikasi
1. Pasien tidak sadar.
2. Pasien dengan masalah saluran cerna bagian atas (misal: stenosis esofagus, tumor
pada mulut, tumor pada faring atau tumor pada esofagus).
3. Pasien dengan kesulitan menelan.
4. Pasien paska bedah pada mulut, faring atau esofagus.
5. Pasien yang mengalami hematemesis.
6. Pasien yang mengalami IFO (Intoksikasi Fosfat Organik).

Perhatian :

1. Riwayat masalah sinus atau nasal ( infeksi, sumbatan, polip dll )


2. Kesadaran dan riwayat MCI (…….)
3. Refleks Vagal
4. Perdarahan karena prosedur yang agresif
5. Selang NGT masuk ke trakea
6. Diharapkan pasien telah menerima penjelasan yang cukup tentang prosedur dan tujuan
tindakan.
7. Pasien yang telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan yang
akan dilakukan pasien atau keluarga diharuskan menandatangani informed consent

Cara mengukur panjang NGT


Menentukan panjang selang yang akan dimasukkan pada setiap pasien dapat dilakukan
dengan 2 metode, yaitu:
a. Diukur dari ujung hidung ke daun telinga lalu ke procesus xyphoideus.
b. Diukur dari ubun-ubun besar ke ujung hidung lalu ke procesus xyphoideus.

Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II


Cara memastikan NGT sudah tepat masuk di lambung
Setelah selang terpasang sesuai panjang yang telah ditentukan, anjurkan klien untuk rileks,
dan lakukan tes untuk mengetahui posisi selang NGT sudah benar dan tepat dilambung,
dengan cara sebagai berikut
a. Masukkan udara 10-15 cc dengan spuit ke dalam lambung (lakukan double check).
b. Aspirasi cairan lambung dengan spuit (bila perlu lakukan pemeriksaan pH cairan lambung).
c. Masukan ujung NGT pada air bersih, apabila terdapat gelembung kemungkinan selang NGT masuk ke dalam
paru-paru

Perencanaan Keperawatan Untuk Menghindari Beberapa Komplikasi


1. Komplikasi Mekanis
1) Agar sonde tidak tersumbat
Perawat atau pasien harus teratur membersihkan sonde dengan menyemprotkaan air
atau teh sedikitnya tiap 24 jam, bila aliran nutrisi enteral sementara terhenti, sonde
harus harus dibersihkan setiap 30 menit dengan menyemprotkan air atau teh.

2) Agar sonde tidak mengalami dislokasi


Sonde harus dilekatkan dengan sempurna di sayap hidung dengan plaster yang baik
tanpa menimbulkan rasa sakit dan iritasi, dan posisi kepala pasien lebih tinggi dari alas
tempat tidur.

2. Komplikasi Pulmonal aspirasi


a) Kecepatan aliran nutrisi enteral tidak boleh terlalu tinggi, dengan memakai gaya gravitasi
b) Letak sonde mulai hidung sampai ke lambung harus sempurna, untuk mengontrol letak
sonde tepat di lambung, kita menggunakan stetoskop guna auskultasi lambung sambil
menyemprot udara melalui sonde.

3. Komplikasi yang disebabkan oleh tidak sempurnanya kedudukan sonde


a) Sebelum sonde dimasukkan, harus diukur dahulu secara individual (pada setiap pasien)
dan beri tanda dengan plester.
b) Sonde harus diberi tanda setinggi permukaan lubang hidung.
c) Sonde harus diletakkan dengan sempurna di sayap hidung dengan plester yang baik tanpa
menimbulkan rasa sakit.
d) Perawat dan pasien harus selalu mengontrol letak tanda dari sonde, apakah masih tetap
tidak berubah (tergeser).

Pemasangan NGT
Insersi slang nasogastrik meliputi pemasangan slang plastik lunak melalui nasofaring klien
kedalam lambung. Slang mempunyai lumen berongga yang memungkinkan baik pembuangan
sekret gastrik dan pemasukan cairan ke dalam lambung.
Pelaksanaan harus seorang profesional kesehatan yang berkompeten dalam prosedur dan
praktek dalam pekerjaannya. Pengetahuan dan keterampilan dibutuhkan untuk melakukan
prosedur dengan aman adalah :
1. Anatomi dan fisiologi saluran gastri-intestinal bagian atas dan sistem pernafasan.

Kehati-hatian dalam prosedur pemasangan dan kebijaksanaan penatalaksanaan NGT.


Pengetahuan yang mendalam pada pasien (misalnya: perubahan anatomi dan fisiologi yang
dapat membuat sulitnya pemasangan NGT tersebut

Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II


Persiapan Pasien
1. Perkenalan diri dan mengucapkan
salam
2. Anamnesis untuk mengetahui riwayat penyakit pasien
3. Informed Consent, menerangkan hal-hal yang terkait dengan
- Arti dan tujuan pemasangan NGT
- Prakiraan lama pemasangan NGT, penggantian 5-7 hari
- Kemungkinan timbulnya rasa sakit/ tidak nyaman sewaktu insersi (pemasukan)
- Meminta pasien untuk
kooperatif
- Menyampaikan anjuran kepada pasien untuk melaporkan apabila:
 Selang Naso Gastric tube terlepas
 Fiksasi tidak kuat atau terlepas
- Menyampaikan larangan pada pasien untuk:
 Menarik, mencabut atau menindih selang naso gastric

Peralatan
1. NGT (Feeding Tube) sesuai ukuran:
a. Dewasa : 16-18 Fr
b. Anak-anak : 9-10 Fr
c. Bayi : 6 Fr
2. 1 buah handuk kecil.
3. 1 buah perlak.
4. Jelly/lubricant.
5. Sarung tangan bersih.
6. Spuit 50 cc.
7. Plester atau hipafix.
8. Benang wol (bila ada).
9. Gunting.
10. Tongue Spatel.
11. Penlight atau senter.
12. Stetoskop.
13. Bengkok.

Langkah Pemasangan

1. a. Mengkaji kebutuhan klien untuk pemasangan NGT.


b. Mengkaji apakah pasien kooperatif.
c. Inspeksi keadaan rongga mulut dan rongga hidung.
d. Palpasi abdomen.
2. Cek kembali hasil kolaborasi dengan Dokter, kebutuhan pemasangan NGT d
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemasangan NGT serta hal-hal yang harus dilaporkan
dan dihindari pada klien dan keluarga.
4. Mempersiapkan alat-alat dan mengatur posisinya di samping tempat
tidur, memindahkan peralatan yang tidak diperlukan.
5. Menjaga privacy klien dengan memasang penghalang atau menutup pintu.
6. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan.
7. b. Berdiri di samping klien, di sisi yang sama dengan lubang hidung yang akan diinsersi
dan dekatkan alat-alat.
c. Atur klien dalam posisi Fowler (kecuali ada kontraindikasi) dengan meletakkan
bantal di belakang kepala dan bahu.
d. Pasang perlak di atas bantal dan handuk di atas dada.
e. Letakkan bengkok di samping pasien

Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II


8. Tentukan panjang selang yang akan dimasukkan dan beri tanda dengan plester.
- Terdapat 2 metode:
a. Diukur dari ujung hidung ke daun telinga lalu ke procesus xyphoideus.
b. Diukur dari ubun-ubun besar ke ujung hidung lalu ke procesus xyphoideus.
9. Beri jelly pada selang yang akan dipasang.
10. a. Instruksikan klien agar kepala dalam posisi ekstensi lalu masukkan selang dengan
hati-hati melalui lubang hidung (klien mungkin merasa ingin muntah).
b. Bila terasa ada tahanan masukkan selang sambil diputar (jangan dipaksakan).
11. a. Bila sudah terasa melewati batas kerongkongan, minta klien untuk membuka mulut
dan lihat dengan bantuan tongue spatel dan senter apakah selang melingkar di
dalam kerongkongan atau mulut.
b. Bila selang melingkar di dalam kerongkongan atau mulut, maka tarik kembali selang,
anjurkan klien istirahat kemudian olesi selang dengan jelly dan pasang pada lubang
hidung yang lain dengan cara yang sama. (selang diganti???).
c. Bila tidak, fleksikan kepala klien (sampai posisi kepala dan leher lurus) kemudian
masukkan selang sampai melewati nasofaring. Saat dimasukkan, anjurkan klien
untuk menelan (bila pasien sadar).
12. a. Masukkan terus selang sampai panjang yang telah ditentukan.
b. Perhatikan bila klien batuk-batuk dan sianosis (jika batuk-batuk dan
sianosis dimungkinkan masuk dalam jalan nafas, sehingga tarik selang).
13. Setelah selang terpasang sesuai panjang yang telah ditentukan, anjurkan klien
untuk rileks, kemudian lakukan tes untuk mengetahui apakah posisi selang NGT sudah
benar, dengan cara sebagai berikut
a. Masukkan udara 10-15 cc dengan spuit ke dalam lambung (lakukan double check).
b. Aspirasi cairan lambung dengan spuit (bila perlu lakukan pemeriksaan pH cairan
lambung).
c. letakan ujung selang pada air bersih
14. Fiksasi selang dengan plester yang telah disediakan atau dengan benang lalu
fiksasi kembali benang dengan plester
15. Merapikan klien dan tempat tidur klien.
16. Membersihkan dan mengembalikan alat-alat pada tempat semula.
17. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan.
18. Dokumentasikan tindakan pada status klien.

PEMBERIAN NUTRISI ENTERAL MELALUI NASO GASTRIC TUBE

Suplai nutrisi setiap hari secara adekuat memegang peranan penting untuk pasien
kritis dan pasien yang dalam perawatan baik di Pusat Pelayanan Primer (Puskesmas) maupun
di Rumah Sakit pada umumnya . Adapun tujuan dari pemberian nutrisi ini adalah untuk
memelihara kesehatan pasien dan untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit.
Nutrisi dapat diberikan secara enteral ataupun parenteral. Nutrisi enteral artinya pemberian
nutrisi diberikan melalui jalur saluran gastrointestinal, bisa per oral ataupun melalui
pemasangan NGT (Nasogastric tube) jika pemberian per oral mengalami gangguan. Namun,
apabila jalur enteral tidak adekuat ataupun tidak memungkinkan, maka pemberian nutrisi
pasien dapat dilakukan secara parenteral.
Jenis nutrisi yang diberikan tergantung berdasarkan cara pemberiannya, kondisi
pasien, dan aktivitas pasien tersebut. Apabila terjadi gangguan komposisi tubuh akibat
pemberian makronutrien yang tidak adekuat (Karbohidrat, lemak, protein) ataupun
mikronutrien (vitamin, mineral, trace element) yang disebut dengan kondisi malnutrisi, akan
mengakibatkan penurunan berat (massa) badan, massa organ dan yang terpenting adalah
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi organ. Untuk itu, bantuan nutrisi
sangat dibutuhkan agar dapat menghindarkan pasien dari kekurangan ataupun kelebihan
Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II
kalori, meminimalkan efek starvasi, dan menyediakan kebutuhan makronutrien dan
mikronutrien dalam jumlah yang tepat.

Penghitungan kalori dan kebutuhan makro/mikronutrien harus berdasarkan


kebutuhan pasien. Pada modul ini fokus utama yang akan dipelajari adalah penghitungan
kalori dan kebutuhan makronutrien dari seseorang. Adapun pemberian terapi nutrisi
dipertimbangkan apabila kondisi pasien sudah mulai stabil, misalnya perdarahan sudah
terkontrol, ataupun sudah teresusitasi dari keadaan syok. Beberapa literatur menyebutkan
pemberian makanan enteral dini 24-72 jam.
(NB: Starvasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kekurangan asupan energi dan
unsur- unsur nutrisi essensial yang diperlukan tubuh dalam beberapa hari sehingga
mengakibatkan terjadinya perubahan perubahan proses metabolisme unsur-unsur utama
didalam tubuh)
Pemberian nutrisi enteral diberikan pada pasien yang sama sekali tidak bisa makan,
makanan yang masuk tidak adekuat, pasien dengan sulit menelan, pasien dengan luka bakar
yang luas. Pada pasien dengan keadaan trauma berat, luka bakar dan status
katabolisme, maka pemberian nutrisi enteral sebaiknya sesegera mungkin dalam 24 jam.
Kontra indikasi pemberian nutrisi enteral adalah keadaan dimana saluran cerna tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya, kelainan anatomi saluran cerna, iskemia
saluran
cerna, dan peritonitis berat.
Pada pasien dengan pembedahan, pemberian nutrisi enteral harus dikonfirmasikan
dengan tanda munculnya flatus. Pada prinsipnya, pemberian formula enteral dimulai dengan
dosis rendah dan ditingkatkan secara bertahap sampai mencapai dosis maksimum dalam
waktu seminggu. Makanan enteral yang telah disediakan sebaiknya dihabiskan dalam waktu
maksimal 4 jam, waktu selebihnya akan membahayakan karena kemungkinan makanan
tersebut telah terkontaminasi bakteri.

Kebutuhan Makronutrien:
1. Karbohidrat : 60-70 % dari kebutuhan kalori, menghasilkan energi 4 kkal/gram
2. Lipid : 30-40% total kalori , menghasilkan energi 9 kkal/g.
- Dibanding makronutrien lainnya, lipid menghasilkan energi lebih banyak, penting untuk
integritas dinding sel, sintesa prostaglandin, vitamin larut lemak dan obat -obatan. Bila
tidak digunakan sebagai sumber energi dapat terjadi defisiensi asam lemak essensial yang
dapat menyebabkan: dermatitis, alopecia, penurunan immunologis, serta perlemakan hati.
3. Protein : Kebutuhan protein 1,5 g/kg/hari.
- Protein merupakan sumber nitrogen
- Pada pasien dengan penyakit hati dan ginjal proporsi kebutuhan protein dikurangi

Sebagai tambahan, untuk kebutuhan elektrolit:


- Natrium : Kebutuhan 1 meq/Kg/hr
- Kalium : Kebutuhan 1-2 meq/kg/hr
- Kalsium : Kebutuhan 0,1 meq/kg/hr
- Fosfat : Kebutuhan 0,7 meq/kg/hr
- Mg : Kebutuhan 0,1 meq/kg/hr
- Klorida dan asetat

Apabila terdapat kekurangan asam folat dapat menyebabkan pansitopenia. Kekurangan


tiamin menyebabkan terjadinya encefalopati dan defisiensi vitamin K menyebabkan terjadi
perdarahan.
Trace Elemen: Zinc, Besi/ferrum, Tembaga, Mn, Co, Yod, Cr, Molybdenum, Se

Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II


Dasar penentuan kebutuhan nutrisi
Kebutuhan energi dipengaruhi oleh maturitas, derajat stres, adanya sepsis atau
kondisi kritis. Besarnya energi yang diperlukan dihitung berdasarkan BB ideal menurut TB.
Pada bayi prematur memerlukan 150 kalori per kg BB, sedangkan bayi dengan BB normal
memerlukan 100-120 kalori per kg BB. Kebutuhan energi akan meningkat ataupun menurun
tergantung pada faktor aktifitas, komposisi tubuh dan stadium penyakit.
Komponen energi ekspenditur harian pada anak adalah: metabolisme basal, aktivitas
fisik, energy untuk pertumbuhan, efek termik dari makan, termoregulasi, kehilangan (feses).
Perkiraan Resting Energy Expenditure (REE) adalah berdasarkan jenis kelamin, BB, TB, dan
umur. Selanjutnya ditambahkan faktor koreksi (pertumbuhan, stres operasi, aktifitas dsb).

Cara penghitungan Resting Energy Expenditure (REE)


1. Menurut Harris Benedict BMR
- Laki-laki :6.47+13.75BB+5.0TB-6.76U
- Perempuan :655.1+9.65BB+1.85TB-4.68U
2. WHO pada Anak
- REE Laki-laki 0-3 tahun : 60.9BB-54
- 3-10 tahun : 22.7BB+495
- Perempuan 0-3 tahun : 61BB-51
- 3-10 tahun : 22.5BB+499
3. Altman & Dittmer
- REE Laki-laki berumur 3-16 tahun :19.56BB+506.16
- Perempuan berumur 3-16 tahun :18.67BB+578.64
4. Maffeis
- REE Laki-laki berumur 6-10 tahun :1287+28,6BB+23.6H-69.1A
- Perempuan berumur 6-10 tahun :1552+35.8BB+15.6H-36.3A

REE ditentukan sesuai umur sebagai berikut:


Umur (tahun) REE (kkal/kgBB/hari)
- 0-1 : 55
- 1-3 : 57
- 4-6 : 48
- 7-10 : 40
- 11-14 (Laki/Perempuan) : 32/28
- 15-18 (Laki/Perempuan) : 27/25

Faktor-faktor penambahan pada REE:


Faktor perkalian
- Pemeliharaan : 0.2
- Aktifitas : 0.1-0.25
- Demam : 0.13/per derajat > 38ºC
- Trauma sederhana : 0.2
- Luka multipel : 0.4
- Terbakar : 0.5-1
- Sepsis : 0.4
- Pertumbuhan : 0.5

Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II


Rumus kebutuhan energi:

Total Factor = Pemeliharaan + Activitas + Demam + Trauma sederhana + Luka Multipel +


Terbakar + Pertumbuhan

Pemberian kalori yang memadai akan memberikan pertumbuhan bayi/anak yang memadai.
Protein diberikan secara bertahap. Pada pemberian awal, sebaiknya diberikan protein 1,2-1,5
g/kgBB/hari. Pemberian mikronutrien terindikasi bila anak hanya mendapatkan volume
makanan dalam jumlah yang sedikit.

Untuk penghitungan kebutuhan kalori, ada 2 rumus yang dapat digunakan:


1. Kebutuhan Kalori = BEE x aktifitas x Stress
- BEE= BMR= Basal Energy Expenditure
Laki-laki : 66,47 + 13,7BB + 5TB - 6,76U
Perempuan : 665,1 + 9,56BB + 1,85TB - 4,67U
- Aktifitas:
- Tempat Tidur/TT : 1,2
- Turun dari TT : 1,3
- Stress:
Operasi kecil : 1,2
Trauma otot/tulang : 1,35
Sepsis berat : 1,6
Luka bakar berat : 2,1
2. Rule of Thumb
Kebutuhan Kalori: 25-30 Kkal/KgBB/Hr

Komposisi formula untuk makanan enteral


Makanan enteral sebaiknya mempunyai komposisi yang seimbang. Kalori non
protein dari sumber karbohidrat berkisar 60-70%; bisa merupakan polisakarida, disakardida
mapun monosakarida. Glukosa polimer merupakan karbohidrat yang lebih mudah diabsorpsi.
Sedangkan komposisi kalori non protein dari sumber lemak berkisar antara 30-40%; bisa
merupakan lemak bersumber dari Asam Lemak Esensial (ALE/EFA). Lemak ini mempunyai
konsentrasi kalori yang tinggi tetapi sifat abrsorpsinya buruk. Lemak MCT merupakan
bentuk lemak yang mudah diabsorpsi. Protein diberikan dalam bentuk polimerik
(memerlukan enzim pankreas) atau peptida. Protein whey terhidrolisis merupakan bentuk
protein yang lebih mudah diabsorpsi daripada bentuk asam amino bebas. Pada formula juga
perlu ditambahkan serat; serat akan mengurangi risiko diare dan mengurangi risiko
konstipasi, memperlambat waktu transit makanan pada saluran cerna, merupakan kontrol
glikemik yang baik. Serat juga mempromosikan fermentasi di usus besar sehingga
menghasilkan SCFA yang merupakan faktor trofik. SCFA menyediakan energi untuk sel
epitel untuk memelihara integritas dinding usus.

Jenis-Jenis cairan enteral dan kandungan nutrisi


Nama kalori KH lemak Protein
Panenteral (KH 48,6%) 1000 436 462 30,6
Ensure (KH 62,9%) 1000 540 318 35,3
Peptisol (KH 80,6%) 1000 672 162 55,9
Entrasol (KH 75,7%) 1000 672 216 28
Proten(KH 67,7%) 1000 521,6 248,4 47,2
Peptamen (KH 58,1%) 1000 500 360 30
GlucernaSR (KH 61,7%) 1000 528 327,6 50

Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II


Diabetasol (KH 71%) 1000 596 243 31
Nefrisol (KH 71%) 1000 723,2 207 19,2
Hepatosol(KH 88,7%) 1000 765 97 34,5

Pemberian nutrisi enteral


Keuntungan:
- Merupakan alur fisiologis
- Memberikan efek trophik pada GI, yang dapat mencegah terjadinya atropi usus,
serta mencegah terjadinya translokasi mikroba
- Mencegah komplikasi metabolik dan infeksi
- Dapat menjaga fungsi hepar
- Mempermudah pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit
- Dapat memberikan nutrisi secara lebih lengkap
- Lebih murah

Jenis pipa yang digunakan untuk pemberian enteral: polyvinylcloride (PVC),


silicone, polyurethane
Nutrisi yag dapat diberikan secara enteral: susu formula, nutrisi suplemen
Pemberian nutrisi enteral dapat dilakukan: continuous feeding (CF) dan intermitten
tube feeding (ITF)

Pertimbangan pemilihan continous feeding (CF):


- Lebih mudah ditoleransi terutama untuk pasien dengn gangguan absorbsi, serta
lebih jarang terjadinya refluk
- Pada penderita yang dalam keadaan kritis, sebaiknya diawali dengan
continous feeding baru dilanjutkan dengan intermittent kalau kondisi klinisnya sudah
membaik
- Dianjurkan pada pemberian nutrisi yang langsung dimasukkan ke usus kecil
- Dianjurkan pada bayi aterm/ prematur yang menderita intoleransi makanan
yang persisten, instabilitas sistem nafas, atau mengalami reseksi usus secara
bermakna

Pertimbangan pemilihan intermittent tube feeding (ITF):


- Lebih fisiologis dan praktis untuk dilanjutkan di rumah
- Pada penderita yng secara medis sudah lebih stabil
- Penderita dapat lebih bebas bergerak
- Merangsang hormon gastrin, yang terutama perlu untuk bayi prematur
guna pematangan gastrointestinal

Pedoman pemberian continuous feeding (CF)

Berat badan sesuai Tetesan awal Penambahan Kecepatan yang


Umur tetesan/ harus dicapai
2,0-15 kg 2-15 cc/ jam hari cc/jam
2-15 15-55 cc/jam
1cc/kg/jam 1cc/ kg
16-30 kg 8-25 cc/ jam 8-16 cc/jam 45-90 cc/jam
(0,5-1 cc/kg/jam) (0,5 cc/kg)
30-50 kg 15-25 cc/jam 15-25 cc/ jam 70-130 cc/jam
(0,5cc/kg/jam) (0,5 cc/kg)
>50 kg 25 cc/jam 25 cc/jam 90-150 cc/jam

Pedoman pemberin intermitten tube feeding (ITF)

Berat badan sesuai Tetesan awal Penambahan Kecepatan yang


Umur tetesan/ harus dicapai
2,0-15 kg 5-30 cc/ 3-4 jam hari cc/ 6-8 jam
5-30 50-200/ 4 jam
Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II
12-30 g 20-60 cc/4 jam 20-60 cc/ 6-8 jam 150-350 cc/ 4 jam
>30 kg 30-60 cc/ 4 jam 30-60 cc/6-8 jam 240-400cc/ 4 jam

Penanganan komplikasi pemberian nutrisi enteral

Masalah Pencegahan/ tindakan intervensi


Mual dan muntah Posisi kepala ke atas
Kalau perlu obat prokinetik
Memperlambat tetesan
Pemberian secara berkala dengan rute ke duodenal/ jejunal
Konstipasi Penambahan pemberian air
Disimpaksi digital
Penambahan diet serat
Diare Kalau perlu pemberian obat diare
Kurangi kecepatan tetesan
Penambahan serat
Jadikan continuous feeding

Komplikasi pemberian nutrisi enteral dapat dibag dalam 3 kelompok:


- Mekanik
- Gastrointestinal
- Infeksi

Persiapan alat

1. Spuit 50 cc atau corong / tempat makanan cair yang ada ukurannya.


2. Makanan cair.
3. Obat oral (bila ada).
4. Tissue makan.
5. Perlak.
6. Stetoskop.
7. Bengkok.
8. Syringe pump (continous tube feeding)

Langkah-langkah

1. a. Cek instruksi Dokter.


b. Cek jadwal pemberian makanan atau obat.
c. Kaji posisi selang NGT untuk menentukan ketepatan
selang. d. Auskultasi bising usus.
e. Palpasi abdomen.
2. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien dan keluarga.
3. Mempersiapkan alat-alat dan mengatur posisinya di samping tempat tidur.
4. Mencuci tangan.
5. a. Berdiri di samping klien dan dekatkan alat-alat.
b. Atur klien dalam posisi Fowler (kecuali terdapat kontraindikasi) dengan
meletakkan bantal dibelakang kepala dan bahu.

Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II


c. Pasang perlak di atas bantal, tissue di atas dada dan bengkok di samping klien.
6. a. Dengan spuit ambil residu lambung (atau buka penutup selang dan biarkan
residu mengalir dengan sendirinya), kemudian ukur dan buang.
b. Bila residu lambung >50 cc, warna residu kehitaman atau warna dan bentuk
residu lambung sama dengan warna makanan pada pemberian sebelumnya, segera
lapor pada Dokter.
c. Bila residu <50 cc, warna tidak kehitaman, lanjutkan dengan pemberian makanan.
7. a. Letakkan ujung selang di atas kepala klien dan sambungkan ujung selang dengan
Spuit 50 cc atau dengan corong.
b. Biarkan makanan masuk ke lambung secara lambat sesuai gaya Gravitasi.
c. Setelah selesai tutup kembali ujung selang.
8. Merapikan klien dan tempat tidur klien.
9. Membersihkan dan mengembalikan alat-alat pada tempat semula.
10. Mencuci tangan.
11. Dokumentasikan tindakan pada status klien.

Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II


14

PROSEDUR
PEMASANGAN NGT (NASO GASTRIC TUBE)

Tujuan Umum:
Mahasiswa mampu melakukan latihan pemasangan NGT di tempat tidur.

Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menyebutkan definisi dari tindakan pemasangan NGT dengan tepat.
2. Menyebutkan tujuan dari tindakan pemasangan NGT dengan tepat.
3. Menyebutkan indikasi dari tindakan pemasangan NGT dengan tepat.
4. Menyebutkan dan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk pemasangan NGT
dengan benar.
5. Mendemonstrasikan tindakan pemasangan NGT dengan benar.

PROSEDUR PEMASANGAN NGT (NASO GASTRIC TUBE)


PADA KLIEN

DEFINISI:
Pemasangan selang (tube) dari rongga hidung sampai ke lambung.

TUJUAN:
1. Pemenuhan nutrisi dengan memberikan makanan cair.
2. Memasukkan obat-obatan cair atau obat-obatan padat yang sudah dihaluskan.
3. Kumbah lambung.

INDIKASI:
1. Pasien tidak sadar.
2. Pasien dengan masalah saluran cerna bagian atas (misal: stenosis esofagus, tumor pada
mulut, tumor pada faring atau tumor pada esofagus).
3. Pasien dengan kesulitan menelan.
4. Pasien paska bedah pada mulut, faring atau esofagus.
5. Pasien yang mengalami hematemesis.
6. Pasien yang mengalami IFO (Intoksikasi Fosfat Organik).

PERSIAPAN ALAT:
- Untuk Pemasangan NGT:

1. NGT (Feeding Tube) sesuai ukuran:


d. Dewasa : 16-18 Fr e.
Anak-anak : 9-10 Fr f.
Bayi : 6 Fr
2. 1 buah handuk kecil.
3. 1 buah perlak.

Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II


15

4. Jelly/lubricant.
5. Sarung tangan bersih.
6. Spuit 10 cc.
7. Plester atau hipafix.
8. Benang wol (bila ada).
9. Gunting.
10. Tongue Spatel.
11. Penlight atau senter.
12. Stetoskop.
13. Bengkok.

Untuk Pemberian Makanan Melalui NGT:


1. Spuit 50 cc atau corong / tempat makanan cair yang ada ukurannya.
2. Makanan cair.
3. Obat oral (bila ada).
4. Tissue makan.
5. Perlak.
6. Stetoskop.
7. Bengkok.

NO. KEGIATAN PEMASANGAN NGT YA TIDAK


1. a. Mengkaji kebutuhan klien untuk pemasangan
NGT.
b. Mengkaji apakah pasien kooperatif.
c. Inspeksi keadaan rongga mulut dan rongga
hidung.
d. Palpasi abdomen.
2. Cek kembali instruksi Dokter.
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemasangan NGT
pada klien dan keluarga.
4. Mempersiapkan alat-alat dan mengatur posisinya di
samping tempat tidur, memindahkan peralatan yang tidak
diperlukan.
5. Menjaga privacy klien dengan memasang
penghalang atau menutup pintu.
6. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan.
7. f. Berdiri di samping klien, di sisi yang sama
dengan lubang hidung yang akan diinsersi dan
dekatkan alat-alat.
g. Atur klien dalam posisi Fowler (kecuali ada
kontraindikasi) dengan meletakkan bantal di belakang
kepala dan bahu.
h. Pasang perlak di atas bantal dan handuk di atas dada.
i. Letakkan bengkok di atas dada.

8. Tentukan panjang selang yang akan dimasukkan


dan beri tanda dengan plester.
- Terdapat 2 metode:
a. Diukur dari ujung hidung ke daun telinga lalu ke
procesus xyphoideus.
b. Diukur dari ubun-ubun besar ke ujung hidung lalu ke
procesus xyphoideus.
9. Beri jelly pada selang yang akan dipasang.

Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II


10. c. Instruksikan klien agar kepala dalam posisi 16
ekstensi lalu masukkan selang dengan hati-hati
melalui lubang hidung (klien mungkin merasa ingin
muntah).
d. Bila terasa ada tahanan masukkan selang sambil
diputar (jangan dipaksakan).
11. d. Bila sudah terasa melewati batas kerongkongan,
minta klien untuk membuka mulut dan lihat dengan
bantuan tongue spatel dan senter apakah selang
melingkar di dalam kerongkongan atau mulut.
e. Bila iya, tarik kembali selang, anjurkan klien
istirahat kemudian olesi selang dengan jelly dan pasang
pada lubang hidung yang lain dengan cara yang sama.
f. Bila tidak, fleksikan kepala klien dan masukkan selang
sampai melewati nasofaring. Saat dimasukkan, anjurkan
klien untuk menelan (bila pasien sadar).

12. c. Masukkan terus selang sampai panjang yang telah


ditentukan.
d. Perhatikan bila klien batuk-batuk dan sianosis.
13. Setelah selang terpasang sesuai panjang yang telah
ditentukan, anjurkan klien untuk rileks, kemudian lakukan
tes untuk mengetahui apakah posisi selang NGT sudah
benar, dengan cara sebagai berikut
d. Masukkan udara 10-15 cc dengan spuit ke dalam
lambung (lakukan double check).
e. Aspirasi cairan lambung dengan spuit (bila perlu
lakukan pemeriksaan pH cairan lambung).
14. Fiksasi selang dengan plester yang telah disediakan
atau dengan benang.
15. Merapikan klien dan tempat tidur klien.
16. Membersihkan dan mengembalikan alat-alat pada
tempat semula.
17. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan.
18. Dokumentasikan tindakan pada status klien.
NO. KEGIATAN PEMBERIAN MAKAN MELALUI NGT YA TIDAK
1. a. Cek instruksi Dokter.
b. Cek jadwal pemberian makanan atau obat.
c. Kaji posisi selang NGT dengan cara seperti pada no.13.
d. Auskultasi bising usus.
e. Palpasi abdomen.

2. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada


klien dan keluarga.
3. Mempersiapkan alat-alat dan mengatur posisinya di
samping tempat tidur.
4. Mencuci tangan.
5. d. Berdiri di samping klien dan dekatkan alat-alat.
e. Atur klien dalam posisi Fowler (kecuali terdapat

Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II


kontraindikasi) dengan meletakkan bantal 17
dibelakang kepala dan bahu.
f. Pasang perlak di atas bantal, tissue di atas dada dan
bengkok di samping klien.
6. d. Dengan spuit ambil residu lambung (atau buka
penutup selang dan biarkan residu mengalir
dengan sendirinya), kemudian ukur dan buang.
e. Bila residu lambung >50 cc, warna residu
kehitaman atau warna dan bentuk residu lambung sama
dengan warna makanan pada pemberian sebelumnya,
segera lapor pada Dokter.
f. Bila residu <50 cc, warna tidak kehitaman,
lanjutkan dengan pemberian makanan.
7. d. Letakkan ujung selang di atas kepala klien dan
sambungkan ujung selang dengan spuit 50 cc atau
dengan corong.
e. Biarkan makanan masuk ke lambung secara
lambat sesuai gaya gravitasi.
f. Setelah selesai tutup kembali ujung selang.
8. Merapikan klien dan tempat tidur klien.
9. Membersihkan dan mengembalikan alat-alat pada
tempat semula.
10. Mencuci tangan.
11. Dokumentasikan tindakan pada status klien.

Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II


18

BILAS/KUMBUH LAMBUNG
Oleh : Rahayu Setyowati, SKp.,MKep

TUJUAN PEMBELAJARAN
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Peserta didik mampu memahami dan mendemonstrasikan teknik bilas (kumbuh) lambung

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Peserta didik mampu :
 Memahami dan menjelaskan definisi kumbah lambung
 Memahami dan menjelaskan tujuan kumbah lambung
 Memahami dan menjelaskan indikasi kumbah lambung
 Memahami dan menjelaskan kontraindikasi kumbah lambung
 Mendemonstrasikan teknik kumbah lambung

Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II


BILAS LAMBUNG 19

A. PENDAHULUAN
Bilas lambung (gastric lavage) adalah membersihkan lambung dengan cara
memasukan  dan mengeluarkan air ke/dari lambung dengan menggunakan NGT (Naso
Gastric Tube). Menurut Smelltzer dan Bare (2001:2487), lavase lambung adalah aspirasi isi
lambung dan pencucian lambung dengan menggunakan selang lambung. Bilas lambung,
atau disebut juga pompa perut dan irigasi lambung merupakan suatu prosedur yang
dilakukan untuk membersihkan isi perut dengan cara mengurasnya. Lavase lambung
dikontraindikasikan setelah mencerna asam atau alkali, pada adanya kejang, atau setelah
mencerna hidrokarbon atau petroleum disuling. Hal ini terutama berbahaya setelah
mencerna agen korosif kuat. Kumbah lambung merupakan metode alternatif yang umum
pengosongan  lambung, dimana cairan dimasukkan kedalam lambung melalui orogastrik
atau nasogastrik dengan diameter besar dan kemudian dibuang dalam upaya untuk
membuang bagian agen yang mengandung toksik. Selama lavage, isi lambung dapat 
dikumpulkan untuk mengidentifikasi toksin atau obat. Selama dilakukan bilas lambung,
cairan yang dikeluarkan akan ditampung untuk selanjutnya diteliti racun apa yang
terkandung
B. DEFINISI

Membilas lambung adalah membersihkan lambung dengan cara memasukkan


air/cairan tertentu ke dalam lambung dan mengeluarkan kembali dengan
menggunakan selang lambung (NGT)

C. TUJUAN
Menurut Smelltzer dan Bare (2001:2487), tujuan lavase lambung yaitu sebagai
berikut:
1. untuk pembuangan urgen substansi dalam upaya menurunkan absorpsi sistemik;
2. untuk mengosongkan lambung sebelum prosedur endoskopik;
3. untuk mendiagnosis hemoragi lambung dan menghentikan hemoragi.

D. INDIKASI

1. Keracunan obat
2. Keracunan zat kimia
3. Keracunan makanan
4. Hematemesis
5. Untuk mengosongkan lambung sebelum prosedur endoskopik

Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II


20

E. KONTRAINDIKASI

Kontraindikasi dilakukannya bilas lambung yaitu:


1. Keracunan oral lebih dari 4 jam;
2. Pasien keracunan bahan toksik yang tajam dan terasa membakar (resiko perforasi
esophageal) serta keracunan bahan korosif (misalnya: hidrokarbon, pestisida,
hidrokarbon aromatic, halogen);
3. Pasien yang menelan benda asing yang tajam;
4. Pasien tanpa gangguan reflex atau pasien dengan pingsan (tidak sadar) membutuhkan
intubasi sebelum bilas lambung untuk mencegah inspirasi.
F. PROSEDUR KERJA

1) Alat
a) Selang lambung (NGT) sesuai ukuran yang diperlukan.
b) Spuit 50 cc
c) Perlak dan handuk
d) Ember penampung
e) NaCl 0,9 % atau Air matang
f) Hand scoon steril
g) Spatel lidah
h) Corong
i) Pelicin / jelly
j) Stethoscope
k) Plester
l) Gunting Plester
m) Korentang dan tempatnya
2) Pasien
a) Pasien / keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
b) Pasien pada posisi lateral kiri
3) Lingkungan
Jaga privasi pasien dengan mengkondisikan ruangan tertutup.
4) Pelaksanaan
1.  Persiapan alat
2. Persiapan pasien dan lingkungan
a.Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
b.Menutup lingkungan dengan sketsel/ korden
3. Pelaksanaan
a. Alat didekatkan ke pasien
b. Memasang perlak di bawah kepala pasien sampai sebatas bahu
Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II
c. Meletakkan handuk di dada pasien 21

d. Meletakkan bengkok di kanan pasien.


e. Meletakkan ember ke dekat pasien
f. Petugas mencuci tangan
g. Pasang handschoen
h. Menentukan panjang slang NGT yang masuk ke dalam lambung dari telinga ke
pangkal hidung sampai ke procesus xypoideus atau dari Os frontal ke procesus
xypoideus dan diberi batas/ tanda dengan plester.
i. Memberi pelicin/jelly pada ujung NGT lambung
j. Menutup  pangkal slangNGT  lambung dengan cara menekuk/diklem
k. Memasukkan slang NGT pelan-pelan ke dalam lambung melalui hidung. Bagi
pasien sadar dianjurkan menelan slang NGT perlahan-lahan sambil menarik
nafas dalam
l. Meyakinkan slang NGT masuk ke dalam lambung dengan cara :
1. sambungkan spuit yang sudah berisi udara sekitar 10cc ke ujung NGT
.letakkan stetoskop di atas kuadran kiri abdomen tepat di bawah garis
costae. Masukkan udara dan auskultasi sampai terdengar suara brus.
2. Memasukkan ujung slangNGT sampai terendam dalam mangkok berisi air
dan tidak tampak gelembung udara dan air.
3. Mengambil cairan didalam lambung kemudian masukkan ke dalam tabung
spesimen untuk dibuat sampel laboratorium
m. Setelah yakin slang NGT masuk ke lambung pasien, fiksasi secara melingkar
dengan menggunakan plester.
n. Lipat/klem ujung selang NGT lalu sambungkan dengan spuit 50 cc atau boleh
menggunakan corong.
o. Posisikan ujung NGT lebih rendah dari lambung, injeksikan normal salin / air
dengan perlahan tetapi pasti dan jangan memaksa ( masukkan 200-300 cc)
p. Setelah cairan dimasukkan, aspirasi cairan sebanyak ± 20 cc, kemudian
dilanjutkan dengan membiarkan cairan keluar sendiri karena gravitasi, tampung
cairan di dalam waskom.
q. Membilas lambung dilakukan berulang kali sampai air/cairan yang keluar dari
lambung berwarna jernih/tidak berbau racun.
r. Setelah selesai, rapikan alat
s. Cuci tangan
t. Mengobservasi tekanan darah, nadi, pernafasan, dan respons pasien
u. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan serta jumlah dan jenis Cairan
yang masuk dan keluar

Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II


22

Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II


PERAWATAN KOLOSTOMI (MENGGANTI KANTONG KOLOSTOMI)

Oleh : Rahayu Setyowati, SKp.,MKep

Pengertian
Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma , dan mengganti kantong
kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan.

Tujuan

 Menjaga kebersihan pasien


 Mencegah terjadinya infeksi
 Mencegah iritasi kulit sekitar stoma
 Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya

Persiapan pasien

 Memberi penjelasan pada pasien tentang tujuan tindakan, dll


 Mengatur posisi tidur pasien (supinasi)
 Mengatur tempat tidur pasien dan lingkungan pasien (menutup gorden
jendela, pintu, memasang penyekat tempat tidur (k/P), mempersilahkan
keluarga untuk menunggu di luar kecuali jika diperlukan untuk belajar
merawat kolostomi pasien

PERSIAPAN ALAT

1. Colostomy bag atau cincin tumit, bantalan kapas, kain berlubang, dan kain
persegi empat
2. Kapas sublimate/kapas basah, NaCl
3. Kapas kering atau tissue
4. 1 pasang sarung tangan bersih
5. Kantong untuk balutan kotor
6. Baju ruangan / celemek
7. Bethadine (bila perlu) bila mengalami iritasi
8. Zink salep
9. Perlak dan alasnya
10. Plester dan gunting
11. Bila perlu obat desinfektan
12. bengkok
13. Set ganti balut

Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II


PERSIAPAN KLIEN

1. Memberitahu klien
2. Menyiapkan lingkungan klien
3. Mengatur posisi tidur klien

PROSEDUR KERJA

1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Letakkan perlak dan alasnya di bagian kanan atau kiri pasien sesuai letak
stoma
4. Meletakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke tubuh pasien
5. Mengobservasi produk stoma (warna, konsistensi, dll)
6. Membuka kantong kolostomi secara hati-hati dengan menggunakan pinset
dan tangan kiri menekan kulit pasien
7. Meletakan colostomy bag kotor dalam bengkok
8. Melakukan observasi terhadap kulit dan stoma
9. Membersihkan colostomy dan kulit disekitar colostomy dengan kapas
sublimat / kapas hangat (air hangat)/ NaCl
10. Mengeringkan kulit sekitar colostomy dengan sangat hati-hati menggunakan
kassa steril
11. Memberikan zink salep (tipis-tipis) jika terdapat iritasi pada kulit sekitar stoma
12. Menyesuaikan lubang colostomy dengan stoma colostomy
13. Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi vertical/horizontal/miring
sesuai kebutuhan pasien
14. Memasukkan stoma melalui lubang kantong kolostomi
15. Merekatkan/memasang kolostomy bag dengan tepat tanpa udara didalamnya
16. Merapikan klien dan lingkungannya
17. Membereskan alat-alat dan membuang kotoran
18. Melepas sarung tangan
19. Mencuci tangan
20. Membuat laporan

Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II


PROSEDUR ENEMA
Oleh : Rahayu Setyowati, SKp.,MKep

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan
keterampilan dalam melakukan enema.

II. KONSEP TEORI


PENGERTIAN
Enema adalah pemberian cairan ke dalam rektum dan kolon dengan
menggunakan selang. Enema diberikan untuk merangsang peristaltik dan
segera mengeluarkan feses. Enema pembersih digunakan untuk
rnengeluarkan sisa-sisa pencernaan yang terutama dilakukan untuk
pemeriksaan dengan sinar-x (rontgen) atau bila perut mengeras/ tegang
karena tidak dapat flatus.
INDIKASI
1. Pasien dengan konstipasi
2. Pasien dengan Impaksi Feses (tertahannya feses)
3. Pasien dengan persiapan pre op
4. Untuk tindakan diagnostik (pemeriksaan radiologi)
KONTRAINDIKASI
1. Hemoroid yang mudah berdarah
2. Keganasan kolon rektum

II.TUJUAN
Prosedur ini bertujuan untuk mengosongkan isi rektum/kolon dari gas, feses
atau mukus dan mernbilas sasluran pencernaan bagian bawah un tuk
pemeriksaan radiologi, persiapan operasi atau perncriksaan lain.

Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II


ENEMA

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Menyiapkan alat :
1. Selimut mandi
2. Alas pot/bokong (perlak dan alasnya)
3. Semprit gliserin (metal disposible)
4. Bengkok
5. Gliserin dalam botol direndam air panas/ 15 – 20 cc dalam
mangkok kecil direndam dalam mangkok ukuran sedang berisi
air panas
6. Mangkok kecil
7. Pispot
8. Botol cebok
9. Sampiran
10. Kertas kloset
11. Sarung tangan/handscon
2 Persiapan perawat :
1. Memberitahu pasien tentang maksud dan tujuan.

2. Pasien dimiringkan kekiri, alas bokong dan perlak dipasang


3 Persiapan lingkungan :
1. Ciptakan lingkungan yang tenang
2. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur
4 Perawat mencuci tangan, keringkan dan menggunakan sarung
tangan
5 Pakaian bawah dikeataskan/dibuka lalu pasang selimut mandi atau
kain penutup
6 Bengkok diletakkan disisi bokong
7 Gliserin diteteskan diatas punggung untuk mencoba kehangatan
lalu dituangkan kedalam mangkok kecil
8 Semprit diisi gliserin 10-20 cc. Pastikan udara dikeluarkan
9 Tangan kiri mendorong bagian atas tangan kanan memasukkan
semprit kedalam pelepasan sampai pangkal kanule, ujungnya
mengarah kedepan.
10 Masukkan gliserin perlahan-lahan sambil pasien disuruh menarik
nafas s
11 Semprit dicabut diletakkan dalam bengkok direndam dalam larutan
desinfektan
12 Pasien diminta miring kiri selama 10 – 15 menit
13 Saat pasien merasa ingin BAB perawat segera menyediakan pispot
14 Cek konsistensi, warna, bau feses.
15 Alat dibereskan perawat mencuci tangan

Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II


PROSEDUR
MELAKUKAN HUKNAH
Oleh : Rahayu Setyowati, SKp.,MKep

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan
keterampilan dalam melakukan huknah
II. KONSEP TEORI
1. PENGERTIAN

Huknah merupakan salah satu prosedur untuk mengeluarkan feses dengan


menggunakan suatu alat yang bernama irigator. Jenis huknah antara lain :
a. Huknah rendah
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan hangat
ke dalam kolon desenden dengan menggunakan kanula rectal melalui anus
dengan tujuan mengosongkan usus pada proses pra bedah agar dapat
mencegah terjadinya obstruksi makanan sebagai dampak dari pasca operasi
dan merangsang BAB bagi pasien yang mengalami kesulitan buang air besar
(BAB).
b. Huknah tinggi
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan hangat
ke dalam kolon ascenden dengan menggunakan kanulus usus bertujuan
untuk mengososngkan usus pasien pra bedah atau untuk prosedur
diagnostik.

2. TUJUAN

Prosedur ini bertujuan untuk mengosongkan isi rektum/kolon dari gas,


feses atau mukus dan mernbilas saluran pencernaan bagian bawah untuk
pemeriksaan radiologi, persiapan operasi atau perneriksaan lain.

Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II


HUKNAH

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Menyiapkan alat :
1. Selimut mandi
2. Alas bokong & perlak
3. Irigator lengkap dengan kanule rectal ( untuk huknah
rendah )
4. Irigator lengkap dengan kanule usus ( untuk huknah tinggi )
5. Cairan hangat, misalnya:
- air biasa
- air sabun 1 – 1%
- NaC1 0,9 %
Jumlah cairan, antara lain:
a. Bayi : 150 – 250 cc
b. Anak : 250 – 350 cc
c. Usia sekolah : 300 – 500 cc
d. Remaja : 500 – 700 cc
e. Dewasa : 750 – 1000 cc
6. Bengkok
7. Pelumas (cylocain jelly 2 %)
8. Tiang penggantung irigator
9. Sampiran/sketsel
10. Sarung tangan
11. Jika perlu sediakan pispot, air pembersih dan kapas cebok/
tissue toilet
2 Persiapan perawat :
1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan.
2. Mengatur posisi pasien pada posisi lengkap
3. Untuk huknah rendah klien miring ke kiri (cairan masuk
Desenden)
4. Untuk huknah tinggi klien miring ke kanan (cairan masuk
Asenden)
3 Persiapan lingkungan :
1. Ciptakan lingkungan yang tenang
2. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur
4 Perawat mencuci tangan, keringkan dan menggunakan sarung
tangan
5 Alas bokong dan perlak dipasang
6 Pasang selimut mandi kemudian pakaian bawah pasien
dikeataskan / dibuka
7 Irigator diisi dengan cairan hangat sesuai dengan suhu badan
dan hubungkan dengan kanula rectal (huknah rendah) /
dengan kanula usus (huknah tinggi)
8 Menggantungkan irigator pada standart setinggi 50 cm dari

Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II


kasur (huknah rendah) atau 30 cm (huknah tinggi)
9 Cek aliran dengan membuka kanula dan keluarkan air ke
bengkok serta berikan jelly pada ujung kanula, udara
dikeluarkan slang dijepit / diklem. Masukkan kanula kedalam
rectum (D: 7 cm, A: 5 cm, B: 2,5 – 3,5 cm) sambil
menginstruksikan pasien untuk tarik nafas panjang
10 Klem dibuka, cairan dimasukan perlahan
11 Bila cairan sudah habis, saluran dijepit kanula dicabut
12 Kanula dilepas dan dimasukan dalam bengkok yang berisi
larutan desinfektan
13 Pasien tetap miring dan diberitahu untuk menahan sebentar bila
mau BAB, kemudian pasang pispot atau anjurkan ke toilet bila
mampu.
14 Setelah selesai pasien dirapikan, alat-alat dibereskan
15 Perawat mencuci tangan
16 Dokumentasikan tindakan : catat jumlah feses yang keluar,
warna, konsistensi, dan respon pasien
17 Evaluasi tindakan :
1. Pasien merasa nyaman
2. Tindakan dilakukan dengan benar

Laboratorium Keperawatan STIKES YPIB MajalengkaKMB II

Anda mungkin juga menyukai