Anda di halaman 1dari 5

7. dengan UUGD kita berjalan sejauh mana?

UUGD harus menjadi momentum untuk membawa kita dari dunia yang penuh
masalah kedunia yang penuh dengan kesejahteraan. Namun para guru harus mampu
menggunakan momentum itu untuk tidak sekedar ikut terbelenggu didalamnya,
memang terdapat kesan paradigm bertahan bukan merombak dan membangun.
Mengapa demikian ? karena pandangan pengelolaanya tidak dinamis/ tidak
menyesuaikan dengan konteks masalah contohnya : banyak lembaga pelaksana
pendidikan yang belum memenuhi standart pendidikan seperti guru yang tidak
kompeten, hal tersebut merupakan gambaran reformasi pendidikan didalam UUGD,
dengan melihat apa yang terjadi selama ini, wajar saja bila UUGD masih menjadi
paradigm bertahan bukan merombak. Yang diharapkan adalah semogas guru tidak
hanya lomba mencari sertifikat untuk lebih mendapatkann lebih banyak uang, tetapi
mulai berlomba memperdalam Ilmu dan memantapkan kemahiran untuk memberikan
pembernaran eksistensi professional mereka untuk menjadi guru profesiojal
berkualitas.
Terlalu pretensius ( KBBI: berpura-pura ; alas an yang dibuatbuat) untuk
menyimpulkan bahwa perkembangan kepribadian dan kedewasaan social manusia
dapat dibentuk melalui latihan dan hadiah financial semata. Adakah jumlah uang
yang mampu membayar guru dengsn panggilan jiwa dan idealisme seorang guru yang
membuat seorang guru bertahan menjadi seorang guru. Seorang guru harus belajar
kritis tanpa adanya ingin berubah, akhirnya UUGD bias menjadi UU pembaruan yang
semu, padahal apa yang dibutuhkan sekarang dan esok adalah trobosan yang
konseptual, manajerial (sebauh ilmu dalam mengatur sesuatunya dengan benar, dapat
terkontrol dan dapat dipertanggung jawabkan) dan kritis untuk mengatasi kebuntuan
pemikiran dan tindakan pada masalalu, tetapi usaha itusering gagal karena tidak
dijalankan secara integral dan strategis dalam sebuah ambisi keberhasilan.
Pengamatan selama 3 dekade terkahir menunjukan kecenderungan semakin
benyak guru yang berasal dari bnudaya dan social ekonomi yang tendah. Nilai
estetika adalah nilai yang membahas keindahan, hubungan antara estetika dan
pendidikan adalah menitikberatkan kepada predikat keindahan dalam hasil akhir.
Diharapkan nilai estetik mampu menciptakan dan membentuk kepribadian yang
mampu bersikap kreatif dan bermoral sesuai dengan nilai luhur. Nilai etika
didefinisikan sebagai ilmu akhlak, ilmu akhlak dalam pendidikan tidak sekedar
memberitahukan mana yang baik/buruk, tetapi ju8ga memperngaruhi serta
mendorong seseorang agar membentuk hidup yang lebih suci untuk melaksanakan
kebaikan. Religositas dalam pendidikan merupakan pendidikan yang bermaksud
mengajak peserta didik untuk mendalami/mengenal Tuhan mereka. Idealism adalah
suatu aliran pemikiran pendidikan yang berpaham bahwa pengetahuan dan kebenaran
adalah ide, semua realita adalah manifestasi dari ide. Karena pandagan idealis sering
disebut dengan relais. Aspirasi kemajuan adalah harapan perubahan yang lebih baik
dengan tujuan meraih keberhasilan dimasa depan. Nilai-nilai tersebut yang dibawa
kesekolah hanya akan menimbulkan pandangan yang: pragmatis adalah prag·ma·tis/
a 1 bersifat praktis dan berguna bagi umum; bersifat mengutamakan segi kepraktisan
dan kegunaan (kemanfaatan); mengenai atau bersangkutan dengan nilai-nilai praktis.
Ekletik adalah /ek·lek·tik/ /ékléktik/ a bersifat memilih yang terbaik dari berbagai
sumber (tentang orang, gaya, metode). Hedonistic adalah /he·do·nis·me/ /hédonisme/
n pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan
utama dalam hidup. Materialistic adalah adalah sikap yang selalu ingin memiliki
barang yang nilai nya tinggi atau mahal. Behavioristik adalah perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman. merupakan akibat adanya interaksi antara
stimulus dan respon, merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Maciavellian adalah sebagai kepribadian yang kurang mempunyai afeksi dalam
hubungan personal, mengabaikan moralitas konvensional, dan memperlihatkan
komitmen ideologi yang rendah. Keterbatasan kemampuan akademik yang terikat
dengan hal tersebut jelas tidak kondusif untuk melahirkan seorang guru yang ideal
sebagai penerus bangsa yang besar. Permasalahan ini diperoleh dari ketidakjelasan
kebijakan pemerintah dimasalalu yang sangat mudah menentukan kualitas guru hanya
dengan semata-mata memenuhi kebutuhan kuantitas guru.
Sekarang kita dihadapkan pada akibatnya guru yang seharusnya tidak boleh
diterima adalah uasaha yang mahal dan tidak memberikan jaminan. Sudah tiba
masanya dari guru yang diatur menajdi guru yang mengatur diri sendiri. Ini berarti
birokrasi perlu menerapkan debitokrasi dengan tujuan untuk menciptakan dunia
pendidikan yang dinamis yang artinya birokrasi adalah suatu organisasi dimana lebih
banyak pegawai pada tingkat bawah (staf) dari pada tingkat atas (pimpinan) seperti
administrasi dan militer. Khususnya system administrasi pendidikan kegiatannya
dilaksanakan oleh professional pendidkan dibawah koordinasi kepala sekolah.
Birokrasi pendidikan nasional atas nama pemerintahan pusat mempunya tugas pokok
menetapkan dan mengelola standar pendidikan seperti menjamin mutu pendidikan
nasional, kenijakan ini berkaitan dengan kurikulum, keberhasilan managemen ini bisa
dilihat dari hasil akhir birokrasi, tanpa keberhasilan mungkin UUGD hanya menjadi
impian sesaat. Mungkin saja dalam kurun waktu 10 tahun mendatang akan terjadi
perubahan yang kasat mata, tetapi jika hal itu-itu saja maka setelahnya mencapai
sebuah ketinggiasn tertentu kehiduipan akan kembali mendatar. Saatnya guru mulai
berkarya professional karena guru mengatur bukan lagi diatur. Bukti inilah ytang
diharapkan menumbuhkan harapan, kepercayaan dan kebanggaan mereka menjadi
seorang guru. Inilah kekuatan professional yagn menempatkan pada keberhasilan.
8. sejumlah kesan dan harapan UUGD.
Disadari bahwa penerapan UUGD tidak dapat dilakuakan berseragama dalam sebuah
daerah satu denga daerah yang lainnya, karena sangat beragamnya masalah. Sedikit
pesan dan harapan UUGD sebagai berikut :
1. Dari sejumlah aspek ketidakjelasan, keter batasan dan kelemahan konsep UUGD
dapat diterima sebagai langkaah awal untuk merapikan sejumlah persoalan
peningkatan kualitas guru sebagqai basis untuk perkembangan pendidikan.
selanjutnya diawali dengan sedikitnya dengan rumusan dan PP yang relevan.
2. Yang dibutuhkan adalah UU yang lebih kokoh dan visioner artinya yang diharapkan
ialah UUGD tidak sekedar intervensi kedaruratan yang pragmatis dan saementara,
tetapi sebagai k ekuatan perintis perkembangan masa depan yang berkesinambungan.
3. Menurunnya kualitas pendidikan pada umumnya, serta hubungannnya dengan posisi
guru untuk meningkatnya kualitas pendidikan.
4. Syarat yang dijadikan sebagai kunci utama UUGD didalam memotivasi para guru
untuk meningkatnkan profesionalisme/kualitas guru adalah kualitas dari sertifikat,
maka sertifikat berdampak sebagai motivasi ekstrinsik yang mengaitkan hanya
dengan penambahan keuntungan material.
5. UUGD kurang menekan relevansinya dengan kepentingan UU 1945 disatu pihak,
kepentingan pendidikan daerah, suatu globalisasi dilain pihak. Kata relevansi dapat
dilihat mempengaruhi keseluruhan dari berbagai kepentingan.
6. UUGD sebagai produk bersifat kompromistik, UUGD harus mengakomodasi
berbagai kepentingan politik, rumusan, janji dan konsekuensi politik harus dimaknia
sari segi ilmu pendidikan.
7. Diharapkan agar seluruh masyarakat peduli pendidikan, terutama oleh guru sendiri,
masyarakt harus membantu dan mendesak pemerintahan unutk melahirkan PP yang
menampung aspirasi mereka.
8. Diharapkan agar berngasur dan bertahan untuk mengaitkan relevansi UUGD/.
9. Pendidikan nasional yang terhambat, pada tahap ini peran dari organisasi profesi
pendidikan, LPTK, birokrasi pendidikan dan lembaga masyrakat peduli, sangat
menentukan keberhasilan pendidikan, hanya dengan konsep yang tepat akan
berdampak positif.
10. Menyadari keberagaman yang sangat tinggi sebagai kenyataan didaerah
mengisyaratkan pentingnya perlibatan daerah dari awal perencanaan sampai pada
pengelolaan dan pembinaan guru dan pendidikan masyarakat daerah.
11. Diperkirakan bahwa dampak UUGD dalam jangka pendek akan langsung terasa pada
segi kehidupan praktis disekolah secara structural, fungsional, dan teknis.
Lalu bagaimana cara guru untuk professional denga keterkaitanya UUGD? Awalnya
untk membuktikan seorang guru professional adalah dengan mendapatkan sertifikat
dari pemerintah, jika telah memiliki sertifikat maka akan mendapatkan tunjangan
profesi, hal ini membuat dilemma karena menganggap guru yang tidak memiliki
sertifikat dianggap tidak professional. Menurut UU no 14 tahun 2005 tentang guru
dan dosen “guru adalh pendidik professional denga tugas utama
mendidik,mengajar,membimbing, mengarahkan,melatih,menilai,dan mengevaluasi
peserta didik dari pendidikan usia dini,dasar sampai menengah”
Contoh tugas guru menurut UU tersebut: untuk menjadi guru professional adalah
denga cara menjadi pekerja professional harus memiliki da melengkapi syarat
kecakapan memenuhi standar mutu dan norma tertentu. Guru harus melengkapi
berbagai syarat administrastif sebelum mengajar hingga mencapai tujuan nasional
dalam pendidikan yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Yang diharapkan sekarang adalah terjadinya penggalangan satu jiwa keguruan
sebagai esprit the corps guru bangsa. Esprit de corps guru bagsa maksudnya adalah
dalam bahasa perancis diartikan “setia kawan” Defisit guru bangsa dewasa ini terjadi
karena beberapa hal. Pertama, rendahnya komitmen kebangsaan.
seorang guru bangsa harus mengedepankan kepentingan bangsa. Kedua, sistem
demokrasi dan politik semakin kapitalistis, transaksional, dan menghalalkan segala
cara. Bahkan Jeffrey Winters, seorang Indonesianis asal Amerika menilai negara kita
ini ialah negara demokrasi tanpa hukum. Tentu saja, dalam keadaan ini spirit
munculnya seorang guru bangsa pun semakin padam. Yang ketiga ialah soal
mentalitas. Alih-alih memiliki mental pemenang, yang ada ialah mental pecundang.
Akhirnya, mereka yang seharusnya bisa menjadi teladan malah menjadi bahan celaan.

Anda mungkin juga menyukai