Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
Latifah Awalia (H1AP14028)
Maria Yolanda (H1AP20016)
Aulia Dhiya Almas (H1AP20035)
Mutiara Ananda Harfiyani (H1AP20049)
Sulthan Salsabil Neza (H1AP20056)
Virta Giovanni (H1AP20060)
Pembimbing :
dr. Erlina Panca Puteri, MH
dr. Een Endang Sari
dr. Sela Arini Putri
Segala puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah SWT karena dengan
izin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Penjaminan Mutu
yang berjudul “Evaluasi Pelayanan Kefarmasian Di UPTD Puskesmas Kampung
Bali Kota Bengkulu Tahun 2021” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Komunitas.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pembimbing dr. Erlina Panca
Puteri, MH dr. Een Endang Sari dan dr. Sela Arini Putri serta semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa
Laporan Penjaminan Mutu ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca demi
kesempurnaan laporan ini.Penulis juga berharap laporan ini dapat memberikan
dan meningkatkan pengetahuan serta pemahaman tentang sistem pelayanan era
pandemi COVID-19 di Puskesmas.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
publik dibidang kesehatan. Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS)
adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang amat
penting di Indonesia yang memberikan pelayanan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan kepada masyarakat dalam suatu wilayah
kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok dan langsung
berada dalam pengawasan administratif maupun teknis dari Dinas Kabupaten 3
Jika ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, maka
peranan dan kedudukan PUSKESMAS adalah sebagai ujung tombak sistem
pelayanan kesehatan di Indonesia. Pemerintah mengembangkan puskesmas
dengan tujuan untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128/MENKES/SK/II/2004
Tentang Kebijakan Dasar Puskesmas mempunyai fungsi sebagai pusat
pengerak pembangunan yang berwawasan kesehatan dimana Puskesmas aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan program pembangunan
dan pemeliharaan kesehatan pencegahan, penyembuhan dan pemulihan
kesehatan melalui pelayanan yang diberikan. Tujuan pelayanan adalah tercapainya
derajat masyarakat yang memuaskan harapan dan kebutuhan derajat
masyarakat (consumer satisfaction), melalui pelayanan yang efektif oleh
pemberi pelayanan yang memuaskan harapan dan kebutuhan pemberi
pelayanan (provider satisfaction) serta pada institusi pelayanan yang
diselenggarakan secara efisien (institucional safisfaction).2
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menyediakan
fasilitas kesehatan terutama puskesmas yang mampu menjangkau segala lapisan
masyarakat hingga daerah terpencil. Selain itu kebutuhan dan harapan
masyarakat terhadap kualitas pelayanan puskesmas ketika berobat di puskesmas
adalah pelayanan kefarmasian di apotek yang sesuai standar dan tersediannya obat
yang berkualitas, serta pelayanan yang cepat, tepat dan ramah.
Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian, dimana pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
4
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Salah satu bentuk pelayanan kefarmasian terdapat pada pelayanan resep di apotek,
dimana tujuan dari pelayanan resep adalah menyiapkan dan menyerahkan obat
yang diminta oleh penulis resep kepada pasien, sehingga harus ada jaminan bahwa
obat tersebut benar secara administratf, farmasetik dan klinis. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1027 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di apotek, terdapat dua tahap pelayanan resep yaitu yang pertama
adalah skrining resep yang dilakukan oleh apoteker, meliputi pesyaratan
administratif, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis. Tahap kedua yaitu
penyiapan obat yang meliputi peracikan, pemberian etiket, pengemasan obat,
penyerahan obat, informasi obat, konseling dan monitoring penggunaan obat.4
Tahapan pada pelayanan resep adalah pengumpulan informasi dari pasien dengan
tujuan untuk mengindetifikasi masalah yang ada pada pasien terkait penggunaan
obat ssehingga pada akhirnya apoteker dapat mengidentifikasi informasi obat
yang berkaitan dengan keadaan penyakit pasien, reaksi alergi terhadap obat, serta
alat kesehatan yang sedang digunakan oleh pasien.4,5
Selain itu obat yang akan diberikan kepada pasien harus dikemas dan
diberikan etiket pada wadah tersebut hal ini dilakukan untuk menghindari
masalah yang berkaitan dengan terapi obat. Penulisan etiket obat harus benar,
jelas, dan juga dapat dibaca serta berisi informasi obat yang dibutuhkan pasien
sehingga obat dapat digunakan dengan tepat.6
Untuk menunjang pelayanan kefarmasian di apotek yang sesuai standar
maka diperlukan berbagai peningkatan standar pelayanan kefarmasian. Maka hal
ini lah yang melatarbelakangi kami untuk membahas mengenai “Evaluasi
Pelayanan Kefarmasian Di UPTD Puskesmas Kampung Bali Kota Bengkulu
Tahun 2021”.
5
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum studi ini adalah untuk menilai sistem pelayanan
kefarmasian di UPTD Puskesmas Kampung Bali.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi masalah sistem kefarmasian dalam
memberikan pelayanan kefarmasian di UPTD Puskesmas
Kampung Bali
2. Untuk mengidentifikasi masalah sistem kefarmasian dalam
memberikan etiket pada obat
3. Untuk menganalisis masalah sumber daya sarana dan prasarana
kefarmasian di UPTD Puskesmas Kampung Bali telah sesuai atau
tidak dengan Standard Procedure Operating (SPO), menganalisis
penyebab kesenjangan tersebut serta mencari alternatif
pemecahan masalah dalam pengelolaan sumber daya sarana
prasarana kefarmasian di UPTD Puskesmas Kampung Bali.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Penulis
1. Mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapat selama menjalani
pendidikan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Bengkulu.
2. Mendapatkan pengalaman belajar mengenai manajemen dan evaluasi
program puskesmas.
3. Mendapatkan informasi mengenai mekanisme sistem pelayanan
kefarmasian di puskesmas.
4. Dapat mengidentifikasi masalah dan memberikan alternatif penyelesaian
masalah sebagai masukan untuk meningkatkan mutu sistem pelayanan
kefarmasian yang sesuai standar
6
1.4.2 Manfaat bagi Puskesmas
1. Sebagai bahan masukan dalam pengelolaan sistem pelayanan
kefarmasian di Puskesmas Kampung Bali.
2. Mendapatkan gambaran tentang penyebab masalah pada sistem
pelayanan farmasi sarana dan prasarana kefarmasian di Puskesmas
Puskesmas Kampung Bali.
3. Mendapatkan alternatif pemecahan masalah pada pengelolaan sistem
pelayanan kefarmasian di Puskesmas Kampung Bali.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
2. Kependudukan
Pada akhir tahun 2018 jumlah penduduk yang berada di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Kampung Bali berdasarkan data dari masing –
masing kelurahan adalah sebesar 11.353 jiwa. Kepadatan penduduk per
kilometer persegi adalah sebanyak 879 jiwa.
Jumlah kepala keluarga sebanyak 2825 kepala keluarga dan rata –
rata perkepala keluarga adalah 4 jiwa. Penduduk usia di bawah 15 tahun
dan diatas 65 tahun berjumlah 6.300 jiwa sedangkan penduduk usia 15
tahun sampai 64 tahun berjumlah 3.362 jiwa, ini berarti 100 orang yang
produktif menanggung 187 orang yang tidak produktif.
3. Mata Pencarian
Berdasarkan letak geografis seluruh wilayah kerja puskesma
Kampung Bali semua terletak di pesisir pantai, namun tidak semua
penduduk pada usia produktif mencari penghasilan hidupnya sehari- hari
dengan menjadi nelayan
No. Jenis pekerjaan Persentasi
1. PNS/ TNI/ POLRI 27,4%
2. Pedagang 23,3%
3. Wiraswasta 17,8%
4. Buruh 12,6%
5. Nelayan 1,97%
6. Lain-lain 16,93%
Jumlah 100%
4. Tingkat Pendidikan
Sarana pendidikan yang berada di wilayah kerja Puskesmas
Kampung Bali sudah cukup memadai dengan jumlah 14 sarana
pendidikan baik dari tingkat PAUD hingga Perguruan Tinggi, dengan
rincian sebagai berikut:
9
No Nama Sekolah Jumlah
1 TK/PAUD 3
2 SD/MI 3
3 SLTP/MTs 4
4 SLTA 3
5 PT 1
Jumlah 14
10
2. Gastritis 785
3. Penyakit Kulit Karena Alergi 735
4. Hipertensi 733
5. Diare 697
6. Bronchitis 605
7. Radang Sendi Serupa Rematik 365
8. Ruda Paksa 299
9. Penyakit Kulit Karena Infeksi 206
10. Cepalgia 178
Jumlah 7493
11
2) Upaya kesehatan kerja
3) Upaya kesehatan gigi dan mulut di sekolah
4) Kesehatan jiwa
5) Upaya kesehatan usia lanjut (USILA)
6) Upaya pengobatan tradisional
7) Program indra penglihatan
d. Upaya Kesehatan Penunjang
1) Laboratorium
2) Apotek
12
b. Fasilitas UPTD Puskesmas Kampung Bali
1. Ruang kepala UPTD Puskesmas
2. Ruang tata usaha
3. Satu ruang poli gigi
4. Satu ruang poli BP
5. Satu ruang poli KIA dan KB
6. Satu ruang laboratorium sederhana
7. Satu ruang apotek
8. Satu ruang gudang obat
9. Satu ruang pendaftaran
10. Satu ruang operator BPJS
11. Satu ruang sudut gizi
12. Satu WC / toilet
13. Satu ruang inventarisasi
Meubeler dalam jenis dan jumlah sudah cukup, keadaan sarana
transportasi berupa satu buah mobil pusling Toyota Innova.
Penerangan Puskesmas menggunakan listrik, sarana air bersih
dari PDAM, mempunyai alat komunikasi berupa telepon, komputer,
dan laptop, juga terdapat cold chain untuk penyimpanan vaksin dan
serta mempunyai satu buah lemari es.
13
dengan mengikuti langkah-langkah dalam siklus pemecahan masalah
(Problem Solving Cycle) dan mempergunakan alat-alat pemecahan masalah
(Quality Improvement Tool) serta berdasarkan data. Dari studi literatur,
meskipun materi program jaminan mutu berbeda-beda, tetapi cara
pelaksanaan programnya sama.7 Salah satu langkah yang perlu dilakukan
adalah sebagai berikut7:
14
2.3 Alur Pelayanan Pasien di UPTD Puskesmas Kampung Bali
Pemanggilan pasien
Pendaftaran
Pasien masuk
Lakukan pemeriksaan
oleh dokter
Pasien di rujuk
Pengobatan /tindakan Laboratorium
15
2.4. Kefarmasian Puskesmas
2.4.1. Definisi
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. 8
Pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical care) merupakan pendekatan
profesional yang bertanggungjawab dalam menjamin keamanan penggunaan obat
dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien
melalui penerapan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan perilaku apoteker
serta bekerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya. 9
16
Mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun profesi kesehatan
lainnya dengan menggunakan bahasa verbal, nonverbal maupun bahasa local
Selalu belajar sepanjang karier baik pada jalur formal maupun informal,
sehingga ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu baru (up to date).
Sedangkan asisten apoteker hendaknya dapat membantu pekerjaan apoteker
dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian tersebut. 8
17
c. Ruang penyerahan obat : Ruang penyerahan Obat meliputi konter penyerahan
Obat, buku pencatatan penyerahan dan pengeluaran Obat. Ruang penyerahan
Obat dapat digabungkan dengan ruang penerimaan resep.
d. Ruang konseling : Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi
konseling, lemari buku, buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster,
alat bantu konseling, buku catatan konseling, formulir jadwal konsumsi Obat
(lampiran), formulir catatan pengobatan pasien (lampiran), dan lemari arsip
(filling cabinet), serta 1 (satu) set komputer, jika memungkinkan.
e. Ruang penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai : Ruang
penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur, kelembaban,
ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas.
Selain itu juga memungkinkan masuknya cahaya yang cukup. Ruang
penyimpanan yang baik perlu dilengkapi dengan rak/lemari Obat, pallet,
pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus
narkotika dan psikotropika, lemari penyimpanan Obat khusus, pengukur suhu,
dan kartu suhu.
f. Ruang arsip : Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang
berkaitan dengan pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan
Pelayanan Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu. Ruang arsip
memerlukan ruangan khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan
menyimpan dokumen dalam rangka untuk menjamin penyimpanan sesuai
hukum, aturan, persyaratan, dan teknik manajemen yang baik.
Istilah „ruang‟ di sini tidak harus diartikan sebagai wujud „ruangan‟ secara
fisik, namun lebih kepada fungsi yang dilakukan. Bila memungkinkan, setiap
fungsi tersebut disediakan ruangan secara tersendiri. Jika tidak, maka dapat
digabungkan lebih dari 1 (satu) fungsi, namun harus terdapat pemisahan yang
jelas antar fungsi.8
18
2.4.5. Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian
yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.8,10
Pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk:
1. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas.
2. Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas,
keamanan dan efisiensi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
3. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan
pasien yang terkait dalam Pelayanan Kefarmasian.
4. Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan
penggunaan Obat secara rasional.10
19
iii) Menunjang penggunaan Obat yang rasional.10
Kegiatan:
i) Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro
aktif dan pasif.
ii) Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui
telepon, surat atau tatap muka.
iii) Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain-
lain.
iv) Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat
inap, serta masyarakat.
v) Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai.
vi) Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan
Kefarmasian4.
3. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah
pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien rawat jalan dan rawat
inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah
memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien/keluarga
pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama
penggunaan obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan
dan penggunaan obat.10
4. Visite Pasien (khusus Puskesmas rawat inap)
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah
pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien rawat jalan dan rawat
inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah
memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien/keluarga
pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama
penggunaan obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan
dan penggunaan obat.10
20
5. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis.10
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping.10
7. Evaluasi Penggunaan Obat
Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat secara terstruktur
dan berkesinambungan untuk menjamin obat yang digunakan sesuai indikasi,
efektif, aman dan terjangkau (rasional). Setiap kegiatan pelayanan farmasi
klinik, harus dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional. Standar
Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan oleh Kepala Puskesmas. SPO
tersebut diletakkan di tempat yang mudah dilihat.8
21
2.4.6. Alur Kegiatan Kefarmasian di Puskesmas Kampung Bali
Resep diberi No
22
Unsur-unsur yang mempengaruhi mutu pelayanan:
23
24
2.4.8 SOP Pelabelan Obat
Pelabelan Obat
No. Dokumen :
No.Revisi :
SPO
Tanggal terbit :
Halaman :½
1. Pengertian Suatu prosedur tentang tata cara pemberian etiket pada obat (pelabelan)
25
4. Referensi Permenkes RI Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
26
6. Alur
Petugas farmasi
menerima resep dari
petugas unit pelayanan
Petugas
memeriksa
kelengkapan
resep
Petugas memasukkan
obat ke dalam plastik obat
Petugas memeriksa
kembali kesesuaian obat
dengan resep
Petugas farmasi
memanggil pasien untuk
menyerahkan obat 27
kepada pasien
7. Unit terkait Ruang Farmasi
Poli umum
Poli gigi
Poli Ibu dan KB
Poli Lansia
Poli Anak
8. Dokumen Resep
Terkait
Etiket
9. Rekaman Histori
Perubahan
No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
diberlakukan
28
2.4.9 SOP Peresepan obat
1. Pengertian Evaluasi kesesuaian peresepan terhadap formularium adalah suatu kegiatan untuk menilai peresepan obat setiap hari dengan
cara melihat resep yang masuk sudah sesuai dengan formularium atau belum.
2. Tujuan Sebagai acuan kerja bagi petugas obat dalam mengevaluasi kesesuaian peresepan dengan formularium.
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No. 800/124/PKB/SK/I/2019 Tentang Pelayanan Farmasi.
4. Referensi Permenkes RI Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Manajemen Kefarmasian di
Puskesmas tahun 2010
29
5. Prosedur/ 1. Petugas mengumpulkan data resep
Langkah- 2. Petugas melakukan evaluasi kesesuaian peresepan dengan formularium yang ditulis oleh dokter
langkah 3. Jika terjadi ketidak sesuaian dengan formularium, petugas mencatat dalam buku evaluasi kesesuaian peresepan dengan
obat yang diambil
4. Petugas melaporkan hasil evaluasi kepada penulis resep ( dokter /dokter gigi /perawat /bidan) yang menulis resep agar
memperhatikan formularium obat sebelum menulis resep
5. Petugas selalu memberikan informasi terbaru mengenai ketersediaan maupun kekosongan obat yang bisa diresepkan
oleh penulis resep ( dokter /dokter gigi /perawat /bidan)
6. Petugas selalu memperbarui Formularium Obat.
6. Bagan Alir
Mengumpulkan Evaluasi kesesuaian resep dengan formularium
data resep
Melaporkan hasil evaluasi Catat apabila terdapat ketidak sesuaian resep dengan
kepada penulis resep formularium
Petugas menginformasikan
ketersediaan maupun kekosongan
obat
Petugas memperbarui
formularium
7. Hal – hal yang
perlu
diperhatikan
8. Unit Terkait Semua Unit
30
9. Dokumen 1. Kartu stok
terkait 2. Formularium Obat
3. Resep
10. Rekaman No. Yang Diubah Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
Historis
31
BAB III
32
Edukasi (-)
Penulisan rekam medis (-)
Input data (-)
Sumber daya (-)
Sarana dan prasarana (-)
3. Ruang tindakan Pemanggilan pasien (-)
Anamnesis (-)
Pemeriksaan fisik (-)
Resep (-)
Edukasi (-)
Penulisan rekam medis (-)
Input data (-)
Pembuangan limbah (-)
Sumber daya (-)
Sarana dan prasarana (-)
4. Laboratorium Informed consent (-)
Mengambil sampel darah (-)
Pemeriksaan laboratorium (-)
Pembuangan limbah (–)
Pencatatan dan Pelaporan (–)
hasil
Sumber daya (-)
Sarana prasarana (-)
5. Farmasi Pelayanan farmasi klinik (+) Etiket pada obat
dengan sediaan botol
dan etiket biru untuk
obat luar.
Sumber daya manusia (+) Tidak ada apoteker
Administrasi dan Edukasi (-)
Sediaan farmasi dan (-)
pembekalan Kesehatan
Sarana dan prasarana (+) Tidak tersedia
timbangan gram dan
milligram
6. Poli KIA Anak Anamnesis (–)
Pemeriksaan fisik (–)
Resep (–)
Edukasi (–)
Penulisan rekam medis (–)
Input data (–)
Pembuangan limbah tajam (–)
Sumber daya (-)
Sarana dan prasarana (-)
7. Poli KIA Ibu Anamnesis (–)
Pemeriksaan fisik (–)
33
Resep (–)
Edukasi (–)
Penulisan rekam medis (–)
Input data (–)
Pembuangan limbah tajam (–)
Sumber daya (-)
Sarana dan prasarana (-)
Ditemukan adanya masalah yang berasal dari ruang kefarmasian dan unit
administrasi. Dari hasil observasi di kefarmasian Puskesmas Kampung Bali,
penulis mendapatkan dua permasalahan yang terdapat di ruang kefarmasian yaitu
1) Pelayanan farmasi klinik berupa etiket pada obat dengan sediaan botol dan
etiket biru untuk obat luar tidak memenuhi standar, 2) Sarana dan prasarana
berupa tidak tersedianya timbangan gram dan miligram. Selain itu ditemukan satu
masalah pada unit administrasi yaitu tidak adanya nomor antrian untuk pasien.
34
Komponen yang dinilai dalam penetapan prioritas masalah meliputi 3
aspek utama antara lain:
1. I : Importancy, yaitu pentingnya masalah, yang dinilai dari 7 subaspek
yaitu
- P : Prevalence, yaitu besarnya masalah
- S : Severity, yaitu akibat yang ditimbulkan oleh masalah
- RI : Rate of Increase, yaitu kenaikan besarnya masalah jika
tidak diselesaikan
- DU : Degree of Unmet Need, yaitu keinginan masyarakat yang
tidak terpenuhi
- SB : Social Benefit, yaitu keuntungan sosial karena selesainya
masalah
- PB : Public Concern, yaitu rasa prihatin masyarakat terhadap
masalah
- PC : Politic Climate, yaitu suasana politik
2. T : Technical feasibility, yaitu kemudahan secara teknis
3. R : Resources availability, yaitu ketersediaan sumber daya
Setiap komponen dalam tabel diberi nilai antara 1 hingga 5. Nilai suatu
masalah diukur dengan cara mengalikan I, T, dan R. Sementara itu, nilai I
diperoleh dengan mengalikan keseluruhan aspek di dalamnya mulai dari P
hingga PC.
Prioritas masalah berdasarkan teknik kriteria matriks diatas adalah
Pelayanan kefarmasian. Dasar pertimbangan nilai yang dicantumkan pada
tabel tersebut ialah sebagai berikut:
1. Prevalence
- Antrian pendaftaran (2): Nomor antrian untuk pasien tidak tersedia
sehingga beberapa pasien dipanggil tidak sesuai urutan kedatangan.
- Pelayanan farmasi klinik (5): Etiket untuk obat dalam sediaan botol
tidak tersedia dan tidak untuk obat luar juga tidak tersedia etiket biru,
sehingga keterangan obat seperti tempat dan tanggal pembuatan, nama
pasien, nama obat, cara pemakaian, dan waktu minum obat tidak
35
tertulis lengkap di sampul luar botol dan terkadang dimasukkan
kedalam plastik klip biru yang memiliki etiket.
- Sumber daya manusia (5) : Tidak adanya apoteker di puskesmas
menyebabkan tidak ada jaminan mutu kefarmasian di puskesmas.
- Sarana dan prasarana kefarmasian (5) : Tidak tersedianya timbangan
gram dan milligram di apotek sehingga obat-obat yang digerus untuk
pembuatan puyer hanya dibagi berdasarkan perkiraan apoteker. Hal
ini dapat mengakibatkan pembagian obat tidak merata sehingga dosis
pada masing-masing puyer bisa kurang atau lebih dari dosis
seharusnya.
2. Severity
- Antrian pendaftaran (3): Tidak tersedianya nomor antrian dapat
mengakibatkan kesalahn dalam memanggil pasien dan kesalahan data
administrasi.
- Pelayanan farmasi klinik (5): Etiket untuk oobat dalam sediaan botol
dan etiket biru untuk obat luar tidak tersedia sehingga dapat membuat
pasien bingung dengan cara penggunaan dan waktu penggunaan obat.
- Sumber daya manusia (5) : Apoteker yang tidak ada sebagai
penanggung jawab mutu Pelayanan kefarmasian dapat mengakibatkan
rusaknya obat atau menurunya kualitas obat sehingga mempengaruhi
efek obat terhadap pasien.
- Sarana dan prasarana kefarmasian (5) : TIdak adanya timbangan
membuat sarana dan prasarana kefarmasian dalam membuat obat
tidak sesuai SPO maka dapat mengakibatkan kualitas obat menurun
dan dapat mempengaruhi efek obat terhadap penyembuhan penyakit
pasien serta keselamatan pasien.
3. Rate of increase
- Antrian pendaftaran (2): Jika nomor antrian pasien tetap tidak ada
maka akan membuat puskesmas menjadi tidak tertib.
36
- Pelayanan farmasi klinik (5): masalah ini jika tidak ditangani akan
menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan yang mempengaruhi
terapi pasien.
- Sumber daya manusia (5) : Tidak adanya apoteker dapat membuat
pelayanan kefarmasian tidak berjalan dengan baik dan menurunnya
pelayanan kesehatan di puskesmas Kampung Bali.
- Sarana dan prasarana kefarmasian (5) : jika sarana dan prasarana
pelayanan kefarmasian tetap tidak sesuai SPO maka akan berdampak
kepada kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian yang akan
mempengaruhi citra puskesmas Kampung Bali.
5. Social benefit
- Antrian pendaftaran (3): Pelayanan administrasi yang baik dapat
membuat pasien merasa puas dengan pelayanan yang didapatkan dan
37
data administrasi pasien dapat minim kesalaha, serta dapat
meningkatkan minat kunjungan pasien ke puskesmas
- Pelayanan farmasi klinik (4): tersedianya pelayanan kefarmasian yang
benar di puskesmas Kampung Bali akan meningkatkan kualitas
pengobatan dan kesembuhan pasien.
- Sumber daya manusia (5): dengan sumber daya mumpuni dapat
meningkatkan pelayanan kefarmasian yang diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pengobatan di Puskesmas Kampung Bali.
- Sarana dan prasarana kefarmasian (5) : dengan pelayanan
kefarmasian yang optimal maka diharapkan dapat mengoptimalkan
terapi dan dapat membantu masyarakat dalam bidang kesehatan
dilingkungan kerjanya dapat melaksanakan pelayanan secara optimal.
6. Public concern
- Antrian Pendaftaran (3): masyarakan berharap sistem antri dapat
diperbaiki agar pelayanan administrasi dan pelayanan kesehatan dapat
berjalan dengan baik.
- Pelayanan farmasi klinik (4): masyarakat berharap adanya pelayanan
kefarmasian yang bermutu guna menjamin kesembuhan pasien.
- Sumber daya manusia (3): masyarakat berharap pelayanan
kefarmasian dapat ditingkatkan agar Puskesmas Kampung Bali tetap
menjadi pelayanan kesehatan yang dipercaya oleh masyarakat.
- Sarana dan prasarana kefarmasian (3): Masyarakat yang berada di
wilayah kerja Puskemas Kampung Bali berharap mutu pelayanan
puskesmas dapat membaik karena mereka sangat membutuhkan
sarana dan prasarana yang baik di apotek sehingga mutu obat serta
pelayanan di apotek selalu terjamin.
7. Politic climate
- Antrian pendaftaran (1): masalah administrasi ini tidak memiliki
keterkaitan dengan keadaan politik.
38
- Pelayanan farmasi klinik (2): Pemberian etiket ini memiliki SOP agar
menjadi pedoman dalam palayanan kefarmasian sehingga menjadi
salah satu isu politik.
- Sumber daya manusia (5): Apoteker memiliki peran, fungsi dan tugas
penting dalam pelayanan kefarmasian yang sering dijadikan isu politik
untuk dibahas.
- Sarana dan prasarana kefarmasian (4) : sarana dan prasarana pada
pelayanan kefarmasian merupakan salah satu masalah yang dibahas
dan dijadikan isu politik sehingga dibuatlah SPO agar dapat dijadikan
pedoman dalam pelayanan kefarmasian
8. Technical feasibility
- Antrian pendaftaran (5): Penyediaan nomor antri untuk pasien tidak
memerlukan biaya yang besar sehingga sangat mudah untuk
dilaksanakan
- Pelayanan farmasi klinik (4): unit pelayanan kefarmasian harus
memiliki layanan farmasi klinik yang jelas dan mengacu pada standar
yang telah ditetapkan oleh kementrian Kesehatan dan disesuaikan
dengan fasilitas yang tersedia di puskesmas Kampung Bali.
- Sumber daya manusia (3): untuk diadakannya apoteker di Puskesmas
Kqmpung Bali menjadi sulit karena kurangnya sumber daya apoteker
di Kota Bengkulu dan tidak adanya peraturan yang mengikat untuk
diadakannya apoteker di setiap puskesmas.
- Sarana dan prasarana kefarmasian (5) : untuk melaksanankan
pelayanan di Puskesmas Kampung Bali belum optimal
9. Resources availability
- Antrian pedaftaran (5): hal ini dapat dilakukan karena tersedia ATK
yang cukup untuk membuat nomor antrian.
39
- Pelayanan farmasi klinik (5): hal ini bisa dilakukan karena adanya
sumber daya dibantu dengan standar pelayanan mutu dan SOP yang
sesuai.
- Sumber daya manusi (4): hal ini sulit untuk diwujudkan karena sedikit
apoteker yang ada di Kota Bengkulu.
- Sarana dan prasarana kefarmasian (3): adanya SPO mengenai
pelayanan kefarmasian dapat menjadi panduan para apoteker sebagai
pedoman dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di Puskesmas
Kampung Bali
40
Bagan 1. Kerangka Konsep
41
Berdasarkan kerangka konsep dari masalah di atas, ditemukan
penyebab masalah dari tiap komponen. Identifikasi dari tiap-tiap penyebab
masalah adalah sebagai berikut:
1. Etiket pada obat dengan sediaan botol belum ada.
2. Tidak tersedia timbangan digital untuk membagi dosis obat dalam
sediaan puyer.
Setelah mendapatkan susunan daftar penyebab masalah, berikutnya adalah
memilih prioritas penyebab masalah. Hal ini berkaitan dengan penetapan alternatif
rencana penyelesaian masalah.
No Masalah C T R CTR
Etiket pada obat dengan sediaan botol dan
1 5 5 5 125
etiket biru untuk obat luar.
Tidak tersedia timbangan digital untuk
2 5 4 3 60
membagi dosis obat dalam sediaan puyer
42
pasien, nama obat, cara pemakaian, waktu minum obat, pada etiket
biru perlu ditulis “obat luar”, dan keterangan lainnya. Hal ini dapat
berdampak pada kualitas pelayanan kefarmasian di Puskesmas
Kampung Bali menyebabkan kesalahan informasi yang diterima
pasien terkait cara penggunaan obat, dosis obat dan keterangan
lainnya.
- Tidak tersedianya timbangan digital untuk pembagian dosis obat
sediaan puyer (5) : Tidak tersedianya timbangan digital di
puskesmas dapat mempengaruhi dosis obat, terutama obat puyer
karena pembagiannya hanya berdasarkan perkiraan petugas
sehingga takaran antara satu bungkus dengan bungkus yang lain
akan berbeda. Hal ini memperngaruhi efektivitas obat saat
diminum pasien, terutama pasien anak.
2. Technical feasibility
- Etiket untuk sediaan obat botol dan etiket biru tidak tersedia (5) : hal
ini dapat diselesaikan dengan membuat stiker etiket untuk sediaan
botol dan etiket biru untuk obat luar.
- Tidak tersedianya timbangan digital untuk pembagian dosis obat
sediaan puyer (4) : Hal ini dapat diselesaikan dengan menyediakan
timbangan digital gram dan miligram.
3. Resources availability
- Etiket untuk sediaan obat botol dan etiket biru tidak tersedia (5):
ketersediaan sumber daya dan kemampuan dalam menangani masalah
ini cukup baik. Pembuatan etiket untuk sediaan botol dan etiket biru
untuk obat luar dapat menggunakan kertas bekas/kertas yang tidak
digunakan kemudian diprint/diperbanyak lalu disediakan di bagian
farmasi puskesmas Kampung Bali.
- Tidak tersedianya timbangan digital untuk pembagian dosis obat
sediaan puyer (3): sarana dan prasarana di apotek Puskesmas
Kampung Bali tidak memiliki alat lengkap sesuai SOP. Keterbatasan
43
ini dapat diselesaikan dengan mengajukan anggaran pembelian
timbangan pada rencana anggaran tahun depan.
44
BAB IV
45
4.2 Rencana Pemecahan Masalah
Penjaminan mutu kesehatan adalah proses penetapan dan pemenuhan
standar mutu pengelolaan pelayanan kesehatan secara konsisten dan
berkelanjutan, sehingga stakeholders memperoleh kepuasan.
Berdasarkan serangkaian pengkajian jaminan mutu yang telah
dilakukan di atas, disimpulkan bahwa intervensi yang akan dilakukan adalah
Membuat dan memasang etiket untuk obat sediaan botol dan etiket biru untuk
obat luar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
46
o Menemukan solusi dari pemasangan etiket untuk sediaan obat botol
yang sesuai standar prosedur.
Menemukan solusi dari pemasangan etiket biru untuk sediaan obat luar yang
sesuai standar prosedur.
47
BAB V
HASIL EVALUASI INTERVENSI
48
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan evaluasi program jaminan mutu yang telah dilakukan
maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada puskesmas Kampung Bali ditemukan masalah yaitu belum terdapat
etiket obat sediaan botol dan pembagian dosis obat puyer tidak
berdasarkan standar metrik yang baku.
2. Dari masalah yang terdapat di Puskesmas Kampung Bali didapatkan
alternatif penyelesaian masalah berupa pembuatan etiket untuk obat
sediaan botol dan obat luar serta penyediaan timbangan digital untuk
menghitung dosis obat sediaan puyer.
6.2 Saran
Evaluasi penjaminan mutu ini dapat tetap terus dilakukan secara
berkala untuk memantau program-program lain yang ada di Puskemas
Kampung Bali.
49
DAFTAR PUSTAKA
50
11. Kementrian kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 30 tahun 2014 [Internet]. Available from:
https://www.slideshare.net/ulfahhanum1/pmk-no-30-ttg-standar-
pelayanan-kefarmasian-di-puskesmas
51
LAMPIRAN
52
Tampak depan apotik Tampak dalam apotik dan petugas
farmasi
53
Lemari pendingin Tabel catatan pemantauan suhu
kulkas
Kipas angin sebagai pendingin ruang Meja tempat peracikan obat dan
penyimpanan obat tidak terrdapat timbangan digital
miligram
54
Proses diskusi mengenai pelayanan mutu Penyimpanan obat LASA
farmasi di PKM Kp. Bali
Proses peracikan obat puyer tanpa Papan informasi mengenai SOP dan
menggunakan timbangan digital daftar obat, pemakaian obat, dll.
55
Foto bersama pembimbing di Puskemas Kp. Bali
56
Sebelum Intervensi Setelah Intervensi
Tidak terdapat etiket untuk obat sediaan Terdapat etiket untuk sediaan obat botol
botol, sehingga penulisan dosis dan sehingga informasi mengenai tanggal,
cara penggunaan tidak sesuai standar nama pasien, dosis, waktu pemberian
obat tepat dan sesuai standar.
Tidak terdapat etiket untuk obat luar Terdapat etiket untuk sediaan obat luar
sehingga informasi mengenai tanggal,
nama pasien, dosis,waktu pemberian
obat, cara pemberian obat tepat dan
sesuai standar.
57