Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN PENJAMINAN MUTU

EVALUASI PELAYANAN KEFARMASIAN


UPTD PUSKESMAS KAMPUNG BALI KOTA BENGKULU

Oleh:
Latifah Awalia (H1AP14028)
Maria Yolanda (H1AP20016)
Aulia Dhiya Almas (H1AP20035)
Mutiara Ananda Harfiyani (H1AP20049)
Sulthan Salsabil Neza (H1AP20056)
Virta Giovanni (H1AP20060)

Pembimbing :
dr. Erlina Panca Puteri, MH
dr. Een Endang Sari
dr. Sela Arini Putri

KEPANITERAAN KLINIK KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah SWT karena dengan
izin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Penjaminan Mutu
yang berjudul “Evaluasi Pelayanan Kefarmasian Di UPTD Puskesmas Kampung
Bali Kota Bengkulu Tahun 2021” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Komunitas.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pembimbing dr. Erlina Panca
Puteri, MH dr. Een Endang Sari dan dr. Sela Arini Putri serta semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa
Laporan Penjaminan Mutu ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca demi
kesempurnaan laporan ini.Penulis juga berharap laporan ini dapat memberikan
dan meningkatkan pengetahuan serta pemahaman tentang sistem pelayanan era
pandemi COVID-19 di Puskesmas.

Bengkulu, Mei 2021

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan organisasi fungsional
yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,
merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif
masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan
masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan
kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang
optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Pengelolaan
puskesmas biasanya berada di bawah Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota. 1
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja. Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu
kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka
tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan
keutuhan konsep wilayah yaitu desa/ kelurahan atau dusun/rukun warga (RW). 2
Salah satu tugas pokok pemerintah adalah memberikan pelayanan yang
baik kepada masyarakat. Memberikan pelayanan kepada masyarakat pada
dasarnya merupakan aktivitas yang bertujuan untuk membantu masyarakat
dan dilakukan dengan cara terbaik, sehingga hasilnya lebih dari yang
diharapkan. Berhubungan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia
dan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pelayanan publik yang
tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.25 Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik, maka tidak lepas dari upaya yang dilakukan
dengan tujuan pembangunan dan meningkatkan kapasitas dalam hal
pemenuhan berbagai kebutuhan masyarakat salah satunya adalah memberikan
pelayanan yang baik kepada masyarakat secara khusus terhadap pelayanan

3
publik dibidang kesehatan. Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS)
adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang amat
penting di Indonesia yang memberikan pelayanan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan kepada masyarakat dalam suatu wilayah
kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok dan langsung
berada dalam pengawasan administratif maupun teknis dari Dinas Kabupaten 3
Jika ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, maka
peranan dan kedudukan PUSKESMAS adalah sebagai ujung tombak sistem
pelayanan kesehatan di Indonesia. Pemerintah mengembangkan puskesmas
dengan tujuan untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128/MENKES/SK/II/2004
Tentang Kebijakan Dasar Puskesmas mempunyai fungsi sebagai pusat
pengerak pembangunan yang berwawasan kesehatan dimana Puskesmas aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan program pembangunan
dan pemeliharaan kesehatan pencegahan, penyembuhan dan pemulihan
kesehatan melalui pelayanan yang diberikan. Tujuan pelayanan adalah tercapainya
derajat masyarakat yang memuaskan harapan dan kebutuhan derajat
masyarakat (consumer satisfaction), melalui pelayanan yang efektif oleh
pemberi pelayanan yang memuaskan harapan dan kebutuhan pemberi
pelayanan (provider satisfaction) serta pada institusi pelayanan yang
diselenggarakan secara efisien (institucional safisfaction).2
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menyediakan
fasilitas kesehatan terutama puskesmas yang mampu menjangkau segala lapisan
masyarakat hingga daerah terpencil. Selain itu kebutuhan dan harapan
masyarakat terhadap kualitas pelayanan puskesmas ketika berobat di puskesmas
adalah pelayanan kefarmasian di apotek yang sesuai standar dan tersediannya obat
yang berkualitas, serta pelayanan yang cepat, tepat dan ramah.
Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian, dimana pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan

4
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Salah satu bentuk pelayanan kefarmasian terdapat pada pelayanan resep di apotek,
dimana tujuan dari pelayanan resep adalah menyiapkan dan menyerahkan obat
yang diminta oleh penulis resep kepada pasien, sehingga harus ada jaminan bahwa
obat tersebut benar secara administratf, farmasetik dan klinis. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1027 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di apotek, terdapat dua tahap pelayanan resep yaitu yang pertama
adalah skrining resep yang dilakukan oleh apoteker, meliputi pesyaratan
administratif, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis. Tahap kedua yaitu
penyiapan obat yang meliputi peracikan, pemberian etiket, pengemasan obat,
penyerahan obat, informasi obat, konseling dan monitoring penggunaan obat.4
Tahapan pada pelayanan resep adalah pengumpulan informasi dari pasien dengan
tujuan untuk mengindetifikasi masalah yang ada pada pasien terkait penggunaan
obat ssehingga pada akhirnya apoteker dapat mengidentifikasi informasi obat
yang berkaitan dengan keadaan penyakit pasien, reaksi alergi terhadap obat, serta
alat kesehatan yang sedang digunakan oleh pasien.4,5
Selain itu obat yang akan diberikan kepada pasien harus dikemas dan
diberikan etiket pada wadah tersebut hal ini dilakukan untuk menghindari
masalah yang berkaitan dengan terapi obat. Penulisan etiket obat harus benar,
jelas, dan juga dapat dibaca serta berisi informasi obat yang dibutuhkan pasien
sehingga obat dapat digunakan dengan tepat.6
Untuk menunjang pelayanan kefarmasian di apotek yang sesuai standar
maka diperlukan berbagai peningkatan standar pelayanan kefarmasian. Maka hal
ini lah yang melatarbelakangi kami untuk membahas mengenai “Evaluasi
Pelayanan Kefarmasian Di UPTD Puskesmas Kampung Bali Kota Bengkulu
Tahun 2021”.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah UPTD Puskesmas Kampung Bali sudah memiliki sistem pelayanan
farmasi yang sesuai dengan standar kefarmasian di Puskesmas.

5
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum studi ini adalah untuk menilai sistem pelayanan
kefarmasian di UPTD Puskesmas Kampung Bali.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi masalah sistem kefarmasian dalam
memberikan pelayanan kefarmasian di UPTD Puskesmas
Kampung Bali
2. Untuk mengidentifikasi masalah sistem kefarmasian dalam
memberikan etiket pada obat
3. Untuk menganalisis masalah sumber daya sarana dan prasarana
kefarmasian di UPTD Puskesmas Kampung Bali telah sesuai atau
tidak dengan Standard Procedure Operating (SPO), menganalisis
penyebab kesenjangan tersebut serta mencari alternatif
pemecahan masalah dalam pengelolaan sumber daya sarana
prasarana kefarmasian di UPTD Puskesmas Kampung Bali.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Penulis
1. Mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapat selama menjalani
pendidikan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Bengkulu.
2. Mendapatkan pengalaman belajar mengenai manajemen dan evaluasi
program puskesmas.
3. Mendapatkan informasi mengenai mekanisme sistem pelayanan
kefarmasian di puskesmas.
4. Dapat mengidentifikasi masalah dan memberikan alternatif penyelesaian
masalah sebagai masukan untuk meningkatkan mutu sistem pelayanan
kefarmasian yang sesuai standar

6
1.4.2 Manfaat bagi Puskesmas
1. Sebagai bahan masukan dalam pengelolaan sistem pelayanan
kefarmasian di Puskesmas Kampung Bali.
2. Mendapatkan gambaran tentang penyebab masalah pada sistem
pelayanan farmasi sarana dan prasarana kefarmasian di Puskesmas
Puskesmas Kampung Bali.
3. Mendapatkan alternatif pemecahan masalah pada pengelolaan sistem
pelayanan kefarmasian di Puskesmas Kampung Bali.

1.4.3 Manfaat bagi Universitas


Melaksanakan tanggung jawab Universitas yang tertuang dalam
tridharma perguruan tinggi dengan melaksanakan fungsi dan tugas
perguruan tinggi sebagai lembaga penyelenggaraan pendidikan, penelitian
dan pengabdian bagi masyarakat.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Profil UPTD Puskesmas Kampung Bali


1. Data Demografis
UPTD Puskesmas Kampung Bali adalah salah satu Puskesmas
Induk dalam wilayah kerja kecamatan Teluk Segara di Kota Bengkulu
tepatnya di Jalan Bali RT II kelurahan Kampung Bali. Luas keseluruhan
wilayah kerja UPTD Puskesmas Kampung Bali adalah sekitar 12,91
Km².Adapun wilayah kerjanya meliputi 4 kelurahan, masing – masing
wilayah kerja Puskesmas ini adalah:
a. Kelurahan Kampung Bali dengan luas wilayah kerjanya : 1,84
Km²
b. Kelurahan Bajak dengan luas wilayah kerjanya : 3,46 Km²
c. Kelurahan Tengah Padang luas wilayah kerjanya : 7,50 Km²
d. Kelurahan Pintu Batu yang luas wilayah kerjanya : 0,11 Km²
Jadi luas keseluruhan wilayah kerja UPTD Puskesmas Kampung
Bali adalah sekitar 12,91 Km². Adapun batasan – batasan wilayah kerja
Puskesmas Kampung Bali adalah sbb:
1. Sebelah utara
berbatasan dengan kelurahan Pasar Bengkulu.
2. Sebelah
selatan berbatasan dengan kelurahan Kebun Geran.
3. Sebelah barat
berbatasan dengan Samudra Indonesia.
4. Sebelah timur
berbatasan dengan kelurahan Suka Merindu.
Jika ditinjau dari aspek topografi, wilayah kerja Puskesmas
Kampung Bali terdiri 80 % daratan dan 20% lainnya terdiri dari rawa dan
laut sehingga suhu cenderung panas.

8
2. Kependudukan
Pada akhir tahun 2018 jumlah penduduk yang berada di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Kampung Bali berdasarkan data dari masing –
masing kelurahan adalah sebesar 11.353 jiwa. Kepadatan penduduk per
kilometer persegi adalah sebanyak 879 jiwa.
Jumlah kepala keluarga sebanyak 2825 kepala keluarga dan rata –
rata perkepala keluarga adalah 4 jiwa. Penduduk usia di bawah 15 tahun
dan diatas 65 tahun berjumlah 6.300 jiwa sedangkan penduduk usia 15
tahun sampai 64 tahun berjumlah 3.362 jiwa, ini berarti 100 orang yang
produktif menanggung 187 orang yang tidak produktif.

3. Mata Pencarian
Berdasarkan letak geografis seluruh wilayah kerja puskesma
Kampung Bali semua terletak di pesisir pantai, namun tidak semua
penduduk pada usia produktif mencari penghasilan hidupnya sehari- hari
dengan menjadi nelayan
No. Jenis pekerjaan Persentasi
1. PNS/ TNI/ POLRI 27,4%
2. Pedagang 23,3%
3. Wiraswasta 17,8%
4. Buruh 12,6%
5. Nelayan 1,97%
6. Lain-lain 16,93%
Jumlah 100%

4. Tingkat Pendidikan
Sarana pendidikan yang berada di wilayah kerja Puskesmas
Kampung Bali sudah cukup memadai dengan jumlah 14 sarana
pendidikan baik dari tingkat PAUD hingga Perguruan Tinggi, dengan
rincian sebagai berikut:

9
No Nama Sekolah Jumlah
1 TK/PAUD 3
2 SD/MI 3
3 SLTP/MTs 4
4 SLTA 3
5 PT 1
Jumlah 14

Tingkat pendidikan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas


Kampung Bali diketahui masih ada masyarakat yang buta huruf dan tidak
tamat SD dan pendidikan terakhir terbanyak adalah SLTA dan pendidikan
tertinggi yang tercatat adalah S2.

5. Situasi Derajat Kesehatan


a. Angka Kematian Kasar
Angka kematian di wilayah kerjaUPTD Puskesmas Kampung Bali
dalam waktu 1 tahun sebanyak:
 Jumlah kematian seluruhnya dalam 1 tahun = 3 orang
 Jumlah penduduk = 11.353
 Angka kematian kasar di wilayah UPTD Puskesmas Kampung Bali
adalah :
3
X 1000 = 0,26/ 1000 Permil
11.353
b. Angka Kesakitan
Dari 10 pola penyakit utama di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Kampung Bali, penyakit Infeksi Pernapasan Atas (ISPA) menduduki
urutan teratas. Adapun 10 pola penyakit terbanyak pada tahun 2018
diUPTD Puskesmas Kampung Bali adalah sebagai berikut:

No. Penyakit Jumlah


1. ISPA 2890

10
2. Gastritis 785
3. Penyakit Kulit Karena Alergi 735
4. Hipertensi 733
5. Diare 697
6. Bronchitis 605
7. Radang Sendi Serupa Rematik 365
8. Ruda Paksa 299
9. Penyakit Kulit Karena Infeksi 206
10. Cepalgia 178
Jumlah 7493

6. Keadaan Gizi Masyarakat


Pelaksanaan perbaikan gizi pada tahun 2018 sebagian sudah
memenuhi target diantaranya pemberian vitamin A pada bayi usia 6-59
bulan, pemberian tablet Fe 30 pada ibu hamil, pemberian tablet Fe 90 pada
ibu hamil, Balita BGM (Bawah Garis Merah). Sedangkan program ASI
eksklusif dan IMD belum mencapai target. Data ini diperoleh dari kegiatan
posbindu dan kunjungan KIA – Gizi di Puskesmas.

7. Upaya Kegiatan Pokok UPTD Puskesmas


a. Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga
Pendataan Pis PK
b. Upaya Kesehatan Wajib
1) Upaya promosi kesehatan
2) Upaya kesehatan lingkungan
3) Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
4) Upaya perbaikan gizi masyarakat
5) Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6) Upaya pengobatan
c. Upaya Kesehatan Pengembangan
1) Upaya kesehatan olahraga

11
2) Upaya kesehatan kerja
3) Upaya kesehatan gigi dan mulut di sekolah
4) Kesehatan jiwa
5) Upaya kesehatan usia lanjut (USILA)
6) Upaya pengobatan tradisional
7) Program indra penglihatan
d. Upaya Kesehatan Penunjang
1) Laboratorium
2) Apotek

8. Sumber Daya Kesehatan


a. Tenaga kesehatan
UPTD Puskesmas Kampung Bali memiliki tenaga pegawai sebanyak
31 Orang yang terdiri dari 24 orang PNS dan & orang Non-PNS
dengan rincian sebagai berikut:
No Jenis Pendidikan Jumlah Tenaga
PNS Non PNS
1 Profesi Dokter Umum 1 1
2 Profesi Dokter Gigi - 1
3 NERS 2 1
4 S.1 Keperawatan 1 2
5 D.III Keperawatan 3 -
6 D.IV Kebidanan 3 -
7 D.III Kebidanan 5 1
8 Sarjana Kesehatan Masyarakat 5 -
9 D.III Farmasi 1 -
10 D.III Analis Kesehatan 1 -
11 SPPH 1 -
12 SMA 1 -
Jumlah 24 7

12
b. Fasilitas UPTD Puskesmas Kampung Bali
1. Ruang kepala UPTD Puskesmas
2. Ruang tata usaha
3. Satu ruang poli gigi
4. Satu ruang poli BP
5. Satu ruang poli KIA dan KB
6. Satu ruang laboratorium sederhana
7. Satu ruang apotek
8. Satu ruang gudang obat
9. Satu ruang pendaftaran
10. Satu ruang operator BPJS
11. Satu ruang sudut gizi
12. Satu WC / toilet
13. Satu ruang inventarisasi
Meubeler dalam jenis dan jumlah sudah cukup, keadaan sarana
transportasi berupa satu buah mobil pusling Toyota Innova.
Penerangan Puskesmas menggunakan listrik, sarana air bersih
dari PDAM, mempunyai alat komunikasi berupa telepon, komputer,
dan laptop, juga terdapat cold chain untuk penyimpanan vaksin dan
serta mempunyai satu buah lemari es.

2.2. Prinsip Manajemen Mutu

Jaminan mutu atau quality assurance merupakan salah satu program di


Indonesia. Program jaminan mutu mengandung arti suatu program berlanjut
yang disusun secara objektif dan sistematik untuk memantau dan menilai
mutu dan kewajaran asuhan pasien dan memecahkan masalah-masalah yang
terungkap1.
Model jaminan mutu terdiri atas kegiatan-kegiatan yang saling terkait
yang berupaya untuk menjaga mutu pelayanan rumah sakit. Mutu pelayanan
(masalah kompleks) yang terjadi di dalam organisasi pelayanan secara tim

13
dengan mengikuti langkah-langkah dalam siklus pemecahan masalah
(Problem Solving Cycle) dan mempergunakan alat-alat pemecahan masalah
(Quality Improvement Tool) serta berdasarkan data. Dari studi literatur,
meskipun materi program jaminan mutu berbeda-beda, tetapi cara
pelaksanaan programnya sama.7 Salah satu langkah yang perlu dilakukan
adalah sebagai berikut7:

Gambar 2.1. Model Jaminan Mutu


(The Guide to Managing for Quality fro MSH and UNICEF 1)
1. Menentukan topik yang akan dikaji, dengan cara melakukan
pengamatan atau berdiskusi dengan kepala.
2. Menentukan masalah khusus dari topik tersebut.
3. Membicarakan masalah tersebut dengan sumber daya manusia terkait,
termasuk kepala atau staf terkait.
4. Mencari penyebab masalah bersama dengan sumber daya manusia
terkait.
5. Mendesain pemecahan masalah bersama sumber daya manusia terkait,
sepengetahuan kepala.
6. Melakukan aplikasi/intervensi pemecahan masalah.
7. Mengevaluasi hasil penerapan tersebut.
8. Membuat analisis.
9. Menuliskan laporan

14
2.3 Alur Pelayanan Pasien di UPTD Puskesmas Kampung Bali

Pasien mengambil nomor antrian

Pemanggilan pasien

Pendaftaran

Bawa map family folder ke ruang


pemeriksaan

Pasien menunggu panggilan sesuai urutan

Pemeriksaan tanda vital dan keluhan secara


umum

Pasien masuk

Lakukan pemeriksaan
oleh dokter

Pasien di rujuk
Pengobatan /tindakan Laboratorium

Ke ruangfarmasi Penyerahan obat


Dan mengambil
nomer antrian
Pulang

Bagan 2.1 Alur Pelayanan Pasien di UPTD Puskesmas Kampung Bali

15
2.4. Kefarmasian Puskesmas

2.4.1. Definisi
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. 8
Pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical care) merupakan pendekatan
profesional yang bertanggungjawab dalam menjamin keamanan penggunaan obat
dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien
melalui penerapan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan perilaku apoteker
serta bekerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya. 9

2.4.2. Pengelolaan Sediaan Farmasi Dan Bahan Medis Habis Pakai


Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan
salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan,
permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan
dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin
kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan
kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem informasi
manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan. Kepala Ruang
Farmasi di Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menjamin
terlaksananya pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
baik.8

2.4.3. Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di
Puskesmas adalah apoteker. Kompetensi apoteker di Puskesmas sebagai berikut;
 Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu
 Mampu mengambii keputusan secara profesional

16
 Mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun profesi kesehatan
lainnya dengan menggunakan bahasa verbal, nonverbal maupun bahasa local
 Selalu belajar sepanjang karier baik pada jalur formal maupun informal,
sehingga ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu baru (up to date).
Sedangkan asisten apoteker hendaknya dapat membantu pekerjaan apoteker
dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian tersebut. 8

2.4.4. Prasarana dan Sarana


Prasarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan yang secara tidak langsung
mendukung pelayanan kefarmasian, sedangkan sarana adalah suatu tempat,
fasilitas dan peralatan yang secara langsung terkait dengan pelayanan
kefarmasian. Dalam upaya mendukung pelayanan kefarmasian di Puskesmas
diperlukan prasarana dan sarana yang memadai disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing Puskesmas dengan memperhatikan luas cakupan, ketersediaan
ruang rawat inap, jumlah karyawan, angka kunjungan dan kepuasan pasien. 8
Sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di
Puskesmas meliputi sarana yang memiliki fungsi:
a. Ruang penerimaan resep : Ruang penerimaan resep meliputi tempat
penerimaan resep, 1 (satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer, jika
memungkinkan. Ruang penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling
depan dan mudah terlihat oleh pasien.
b. Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas) :
Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara terbatas
meliputi rak Obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang peracikan
disediakan peralatan peracikan, timbangan Obat, air minum (air mineral)
untuk pengencer, sendok Obat, bahan pengemas Obat, lemari pendingin,
termometer ruangan, blanko salinan resep, etiket dan label Obat, buku catatan
pelayanan resep, buku-buku referensi/standar sesuai kebutuhan, serta alat tulis
secukupnya. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara
yang cukup. Jika memungkinkan disediakan pendingin ruangan (air
conditioner) sesuai kebutuhan

17
c. Ruang penyerahan obat : Ruang penyerahan Obat meliputi konter penyerahan
Obat, buku pencatatan penyerahan dan pengeluaran Obat. Ruang penyerahan
Obat dapat digabungkan dengan ruang penerimaan resep.
d. Ruang konseling : Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi
konseling, lemari buku, buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster,
alat bantu konseling, buku catatan konseling, formulir jadwal konsumsi Obat
(lampiran), formulir catatan pengobatan pasien (lampiran), dan lemari arsip
(filling cabinet), serta 1 (satu) set komputer, jika memungkinkan.
e. Ruang penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai : Ruang
penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur, kelembaban,
ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas.
Selain itu juga memungkinkan masuknya cahaya yang cukup. Ruang
penyimpanan yang baik perlu dilengkapi dengan rak/lemari Obat, pallet,
pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus
narkotika dan psikotropika, lemari penyimpanan Obat khusus, pengukur suhu,
dan kartu suhu.
f. Ruang arsip : Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang
berkaitan dengan pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan
Pelayanan Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu. Ruang arsip
memerlukan ruangan khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan
menyimpan dokumen dalam rangka untuk menjamin penyimpanan sesuai
hukum, aturan, persyaratan, dan teknik manajemen yang baik.
Istilah „ruang‟ di sini tidak harus diartikan sebagai wujud „ruangan‟ secara
fisik, namun lebih kepada fungsi yang dilakukan. Bila memungkinkan, setiap
fungsi tersebut disediakan ruangan secara tersendiri. Jika tidak, maka dapat
digabungkan lebih dari 1 (satu) fungsi, namun harus terdapat pemisahan yang
jelas antar fungsi.8

18
2.4.5. Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian
yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.8,10
Pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk:
1. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas.
2. Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas,
keamanan dan efisiensi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
3. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan
pasien yang terkait dalam Pelayanan Kefarmasian.
4. Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan
penggunaan Obat secara rasional.10

Pelayanan farmasi klinik meliputi:


1. Pengkajian dan pelayanan resep
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan.
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter,
apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan:
i) Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan lain
di lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.
ii) Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan Obat (contoh: kebijakan permintaan Obat oleh jaringan dengan
mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang
memadai).

19
iii) Menunjang penggunaan Obat yang rasional.10
Kegiatan:
i) Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro
aktif dan pasif.
ii) Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui
telepon, surat atau tatap muka.
iii) Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain-
lain.
iv) Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat
inap, serta masyarakat.
v) Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai.
vi) Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan
Kefarmasian4.
3. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah
pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien rawat jalan dan rawat
inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah
memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien/keluarga
pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama
penggunaan obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan
dan penggunaan obat.10
4. Visite Pasien (khusus Puskesmas rawat inap)
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah
pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien rawat jalan dan rawat
inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah
memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien/keluarga
pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama
penggunaan obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan
dan penggunaan obat.10

20
5. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis.10
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping.10
7. Evaluasi Penggunaan Obat
Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat secara terstruktur
dan berkesinambungan untuk menjamin obat yang digunakan sesuai indikasi,
efektif, aman dan terjangkau (rasional). Setiap kegiatan pelayanan farmasi
klinik, harus dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional. Standar
Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan oleh Kepala Puskesmas. SPO
tersebut diletakkan di tempat yang mudah dilihat.8

21
2.4.6. Alur Kegiatan Kefarmasian di Puskesmas Kampung Bali

Pasien Menyerahkan Resep

Resep diberi No

Resep di Cek Skrining


Tidak jelas

Lengkap Hubungi dokter

Pengambilan Obat & Obat diperiksa kembali


Pemberian etiket

Penyerahan obat disertai PIO


kepada Pasien

2.4.7. Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian

Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan untuk


mencegah terjadinya masalah terkait Obat atau mencegah terjadinya kesalahan
pengobatan atau kesalahan pengobatan/medikasi (medication error), yang
bertujuan untuk keselamatan pasien (patient safety)5.

22
Unsur-unsur yang mempengaruhi mutu pelayanan:

1. Unsur masukan (input), yaitu sumber daya manusia, sarana dan


prasarana, ketersediaan dana, dan Standar Prosedur Operasional.
2. Unsur proses, yaitu tindakan yang dilakukan, komunikasi, dan kerja
sama.
3. Unsur lingkungan, yaitu kebijakan, organisasi, manajemen, budaya,
respon dan tingkat pendidikan masyarakat. Pengendalian mutu
Pelayanan Kefarmasian terintegrasi dengan program pengendalian
mutu pelayanan kesehatan Puskesmas yang dilaksanakan secara
berkesinambungan.11

Kegiatan pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian meliputi:

1. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan


evaluasi untuk peningkatan mutu sesuai standar.
2. Pelaksanaan, yaitu:
a. Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja
(membandingkan antara capaian dengan rencana kerja); dan
b. memberikan umpan balik terhadap hasil capaian.
3. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu:
a. melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai standar; dan
b. meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah
memuaskan.11

Monitoring merupakan kegiatan pemantauan selama proses berlangsung


untuk memastikan bahwa aktivitas berlangsung sesuai dengan yang direncanakan.
Monitoring dapat dilakukan oleh tenaga kefarmasian yang melakukan proses.
Aktivitas monitoring perlu direncanakan untuk mengoptimalkan hasil
pemantauan. Contoh: monitoring pelayanan resep, monitoring penggunaan Obat,
monitoring kinerja tenaga kefarmasian.11

23
24
2.4.8 SOP Pelabelan Obat

Pelabelan Obat

No. Dokumen :

No.Revisi :
SPO
Tanggal terbit :

Halaman :½

UPTD PUSKESMAS dr.Een endang sari


NIP.198109092009032008
KAMPUNG BALI

1. Pengertian Suatu prosedur tentang tata cara pemberian etiket pada obat (pelabelan)

2. Tujuan Sebagai acuan untuk petugas dalam melakukan pelabelan obat

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor...................tentang Pelayanan Farmasi

25
4. Referensi Permenkes RI Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.

5. Prosedur/ 1. Petugas farmasi menerima resep dari petugas unit pelayanan.


langkah-langkah 2. Petugas farmasi memberi nomor resep
3. Petugas farmasi memeriksa kelengkapan resep
4. Petugas farmasi mengkonfirmasi resep dengan penulis resep jika resep
tidak lengkap.
5. Petugas farmasi mengambil dan menyiapkan obat jika resep telah
lengkap.
6. Petugas farmasi menulis etiket secara jelas dan rapi, serta mencantumkan
nomor resep, nama pasien ,tanggal resep, waktu minum obat, dan aturan
pakai pada etiket atau plastik kemasan obat.
7. Petugas farmasi mengemas obat dan memasukan kedalam plastik
kemasan yang sudah ditulis aturan pakai.
8. Petugas farmasi memeriksa kembali kesesuain obat dengan resep.
9. Petugas farmasi memanggil pasien untuk menyerahkan obat kepada
pasien.

26
6. Alur
Petugas farmasi
menerima resep dari
petugas unit pelayanan

Petugas farmasi memberi


nomor resep

Petugas
memeriksa
kelengkapan
resep

Tidak lengkap Lengkap

Petugas konfirmasi Petugas mengambil


ke penulis resep dan menyiapkan
obat

Petugas menulis etiket


nomor resep, nama,
tanggal, waktu minum,
aturan pakai

Petugas memasukkan
obat ke dalam plastik obat

Petugas memeriksa
kembali kesesuaian obat
dengan resep

Petugas farmasi
memanggil pasien untuk
menyerahkan obat 27
kepada pasien
7. Unit terkait  Ruang Farmasi
 Poli umum
 Poli gigi
 Poli Ibu dan KB
 Poli Lansia
 Poli Anak
8. Dokumen Resep
Terkait
Etiket

9. Rekaman Histori
Perubahan
No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai

diberlakukan

28
2.4.9 SOP Peresepan obat

EVALUASI KESESUAIAN PERESEPAN DENGAN FORMULARIUM


No.Dokumen : 156/UKP/II/2019
No. Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit: 18 Februari 2019
Halaman : 1/2
UPTD Tanda Tangan Kepala Puskesmas
PUSKESMAS dr. Een Endang Sari
KAMPUNG BALI .......................................................... NIP. 198109092009032008

1. Pengertian Evaluasi kesesuaian peresepan terhadap formularium adalah suatu kegiatan untuk menilai peresepan obat setiap hari dengan
cara melihat resep yang masuk sudah sesuai dengan formularium atau belum.
2. Tujuan Sebagai acuan kerja bagi petugas obat dalam mengevaluasi kesesuaian peresepan dengan formularium.
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No. 800/124/PKB/SK/I/2019 Tentang Pelayanan Farmasi.
4. Referensi Permenkes RI Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Manajemen Kefarmasian di
Puskesmas tahun 2010

29
5. Prosedur/ 1. Petugas mengumpulkan data resep
Langkah- 2. Petugas melakukan evaluasi kesesuaian peresepan dengan formularium yang ditulis oleh dokter
langkah 3. Jika terjadi ketidak sesuaian dengan formularium, petugas mencatat dalam buku evaluasi kesesuaian peresepan dengan
obat yang diambil
4. Petugas melaporkan hasil evaluasi kepada penulis resep ( dokter /dokter gigi /perawat /bidan) yang menulis resep agar
memperhatikan formularium obat sebelum menulis resep
5. Petugas selalu memberikan informasi terbaru mengenai ketersediaan maupun kekosongan obat yang bisa diresepkan
oleh penulis resep ( dokter /dokter gigi /perawat /bidan)
6. Petugas selalu memperbarui Formularium Obat.

6. Bagan Alir
Mengumpulkan Evaluasi kesesuaian resep dengan formularium
data resep

Melaporkan hasil evaluasi Catat apabila terdapat ketidak sesuaian resep dengan
kepada penulis resep formularium

Petugas menginformasikan
ketersediaan maupun kekosongan
obat

Petugas memperbarui
formularium
7. Hal – hal yang
perlu
diperhatikan
8. Unit Terkait Semua Unit

30
9. Dokumen 1. Kartu stok
terkait 2. Formularium Obat
3. Resep
10. Rekaman No. Yang Diubah Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
Historis

31
BAB III

PROBLEM SOLVING CYCLE

3.1. Identifikasi Masalah


Masalah adalah kesenjangan antara harapan dengan kenyataan atau dapat
dikatakan sebagai suatu kesenjangan yang terjadi antara kondisi ideal yang
didambakan dengan kenyataan yang tengah dijalani. Masalah akan muncul bila
mana keinginan suatu indvidu tidak mampu ia penuhi karna berbagai kondisi dan
keterbatasan yang ia miliki.
Identifikasi masalah merupakan suatu cara bagaimana kita melihat, menduga,
memperkirakan, dan menguraikan serta menjelaskan apa yang menjadi masalah.
Penulis mengidentifikasi masalah yang ada di UPTD Kampung Bali dengan
cara melakukan observasi terhadap keseluruhan proses kegiatan yang ada di
layanan kesehatan untuk melihat apakah ada kesenjangan antara standar baku
operasional dengan keadaan sesungguhnya di lapangan.
Berdasarkan hasil observasi seluruh proses kegiatan di UPTD Puskesmas
Kampung bali, penulis menemukan beberapa permasalahan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Identifikasi Masalah di UPTD Puskesmas Kampung Bali


No. Unit Kegiatan Masalah Keterangan
1. Administrasi Antrian pendaftaran (+) Tidak ada nomor
antri
Mencari rekam medis (-)
Mengantarkan rekam medis (-)
ke ruang praktik
Pembayaran (-)
Pengisian formulir (-)
keranjang saran dan layanan
kepuasan pasien
Pencatatan dan pelaporan (-)
pasien

2. Poli Umum Pemanggilan pasien (-)


Anamnesis (-)
Pemeriksaan fisik (-)
Resep (-)

32
Edukasi (-)
Penulisan rekam medis (-)
Input data (-)
Sumber daya (-)
Sarana dan prasarana (-)
3. Ruang tindakan Pemanggilan pasien (-)
Anamnesis (-)
Pemeriksaan fisik (-)
Resep (-)
Edukasi (-)
Penulisan rekam medis (-)
Input data (-)
Pembuangan limbah (-)
Sumber daya (-)
Sarana dan prasarana (-)
4. Laboratorium Informed consent (-)
Mengambil sampel darah (-)
Pemeriksaan laboratorium (-)
Pembuangan limbah (–)
Pencatatan dan Pelaporan (–)
hasil
Sumber daya (-)
Sarana prasarana (-)
5. Farmasi Pelayanan farmasi klinik (+) Etiket pada obat
dengan sediaan botol
dan etiket biru untuk
obat luar.
Sumber daya manusia (+) Tidak ada apoteker
Administrasi dan Edukasi (-)
Sediaan farmasi dan (-)
pembekalan Kesehatan
Sarana dan prasarana (+) Tidak tersedia
timbangan gram dan
milligram
6. Poli KIA Anak Anamnesis (–)
Pemeriksaan fisik (–)
Resep (–)
Edukasi (–)
Penulisan rekam medis (–)
Input data (–)
Pembuangan limbah tajam (–)
Sumber daya (-)
Sarana dan prasarana (-)
7. Poli KIA Ibu Anamnesis (–)
Pemeriksaan fisik (–)

33
Resep (–)
Edukasi (–)
Penulisan rekam medis (–)
Input data (–)
Pembuangan limbah tajam (–)
Sumber daya (-)
Sarana dan prasarana (-)

Ditemukan adanya masalah yang berasal dari ruang kefarmasian dan unit
administrasi. Dari hasil observasi di kefarmasian Puskesmas Kampung Bali,
penulis mendapatkan dua permasalahan yang terdapat di ruang kefarmasian yaitu
1) Pelayanan farmasi klinik berupa etiket pada obat dengan sediaan botol dan
etiket biru untuk obat luar tidak memenuhi standar, 2) Sarana dan prasarana
berupa tidak tersedianya timbangan gram dan miligram. Selain itu ditemukan satu
masalah pada unit administrasi yaitu tidak adanya nomor antrian untuk pasien.

3.2. Penjabaran Masalah


Tidak semua masalah tersebut harus diselesaikan karena mungkin ada
masalah yang saling berkaitan dan karena adanya keterbatasan kemampuan dalam
menyelesaikan masalah pokok tersebut. Pemilihan prioritas masalah dilakukan
menggunakan teknik kriteria matriks (criteria matrix technique), di bawah ini
penetapan prioritas masalah di atas dilakukan dengan teknik skoring sederhana,
penilaian antara 1 (tidak penting) sampai dengan 5 (sangat penting).
Tabel 3.2 Prioritas Pengelolaan Sumber Daya
I
No Masalah T R ITR
P S RI DU SB PB PC
Antrian
1. 2 3 2 4 3 3 1 5 5 450
pendaftaran
Pelayanan farmasi
2. 5 5 5 4 4 4 2 5 5 725
klinik
Sumber daya
3. manusia (tidak 5 5 5 3 5 3 5 3 4 372
tersedia apoteker)
Sarana dan
4. prasarana 5 5 5 3 5 3 3 4 5 580
kefarmasian

34
Komponen yang dinilai dalam penetapan prioritas masalah meliputi 3
aspek utama antara lain:
1. I : Importancy, yaitu pentingnya masalah, yang dinilai dari 7 subaspek
yaitu
- P : Prevalence, yaitu besarnya masalah
- S : Severity, yaitu akibat yang ditimbulkan oleh masalah
- RI : Rate of Increase, yaitu kenaikan besarnya masalah jika
tidak diselesaikan
- DU : Degree of Unmet Need, yaitu keinginan masyarakat yang
tidak terpenuhi
- SB : Social Benefit, yaitu keuntungan sosial karena selesainya
masalah
- PB : Public Concern, yaitu rasa prihatin masyarakat terhadap
masalah
- PC : Politic Climate, yaitu suasana politik
2. T : Technical feasibility, yaitu kemudahan secara teknis
3. R : Resources availability, yaitu ketersediaan sumber daya
Setiap komponen dalam tabel diberi nilai antara 1 hingga 5. Nilai suatu
masalah diukur dengan cara mengalikan I, T, dan R. Sementara itu, nilai I
diperoleh dengan mengalikan keseluruhan aspek di dalamnya mulai dari P
hingga PC.
Prioritas masalah berdasarkan teknik kriteria matriks diatas adalah
Pelayanan kefarmasian. Dasar pertimbangan nilai yang dicantumkan pada
tabel tersebut ialah sebagai berikut:
1. Prevalence
- Antrian pendaftaran (2): Nomor antrian untuk pasien tidak tersedia
sehingga beberapa pasien dipanggil tidak sesuai urutan kedatangan.
- Pelayanan farmasi klinik (5): Etiket untuk obat dalam sediaan botol
tidak tersedia dan tidak untuk obat luar juga tidak tersedia etiket biru,
sehingga keterangan obat seperti tempat dan tanggal pembuatan, nama
pasien, nama obat, cara pemakaian, dan waktu minum obat tidak

35
tertulis lengkap di sampul luar botol dan terkadang dimasukkan
kedalam plastik klip biru yang memiliki etiket.
- Sumber daya manusia (5) : Tidak adanya apoteker di puskesmas
menyebabkan tidak ada jaminan mutu kefarmasian di puskesmas.
- Sarana dan prasarana kefarmasian (5) : Tidak tersedianya timbangan
gram dan milligram di apotek sehingga obat-obat yang digerus untuk
pembuatan puyer hanya dibagi berdasarkan perkiraan apoteker. Hal
ini dapat mengakibatkan pembagian obat tidak merata sehingga dosis
pada masing-masing puyer bisa kurang atau lebih dari dosis
seharusnya.

2. Severity
- Antrian pendaftaran (3): Tidak tersedianya nomor antrian dapat
mengakibatkan kesalahn dalam memanggil pasien dan kesalahan data
administrasi.
- Pelayanan farmasi klinik (5): Etiket untuk oobat dalam sediaan botol
dan etiket biru untuk obat luar tidak tersedia sehingga dapat membuat
pasien bingung dengan cara penggunaan dan waktu penggunaan obat.
- Sumber daya manusia (5) : Apoteker yang tidak ada sebagai
penanggung jawab mutu Pelayanan kefarmasian dapat mengakibatkan
rusaknya obat atau menurunya kualitas obat sehingga mempengaruhi
efek obat terhadap pasien.
- Sarana dan prasarana kefarmasian (5) : TIdak adanya timbangan
membuat sarana dan prasarana kefarmasian dalam membuat obat
tidak sesuai SPO maka dapat mengakibatkan kualitas obat menurun
dan dapat mempengaruhi efek obat terhadap penyembuhan penyakit
pasien serta keselamatan pasien.

3. Rate of increase
- Antrian pendaftaran (2): Jika nomor antrian pasien tetap tidak ada
maka akan membuat puskesmas menjadi tidak tertib.

36
- Pelayanan farmasi klinik (5): masalah ini jika tidak ditangani akan
menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan yang mempengaruhi
terapi pasien.
- Sumber daya manusia (5) : Tidak adanya apoteker dapat membuat
pelayanan kefarmasian tidak berjalan dengan baik dan menurunnya
pelayanan kesehatan di puskesmas Kampung Bali.
- Sarana dan prasarana kefarmasian (5) : jika sarana dan prasarana
pelayanan kefarmasian tetap tidak sesuai SPO maka akan berdampak
kepada kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian yang akan
mempengaruhi citra puskesmas Kampung Bali.

4. Degree of unmet need


- Antrian pendaftaran (2): antrian pendaftaran harus berjalan dengan
baik agar tidak terjadi dalam pendataan pasien dan pasien dapat tertib
dalam mengantri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
- Pelayanan farmasi klinik (5): bagian kefarmasian memungkinkan
masyarakat mendapatkan pelayanan yang lebih baik. Adanya
kesalahan dalam penggunaan obat dapat berpotensi bahaya untuk
pasien dan menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan pasien dalam
terapi.
- Sumber daya manusia (3): Sumber daya manusia dalam pelayanan
kefarmasian sangat penting dalam pelayanan kesehatan masyarakat.
- Sarana dan prasarana kefarmasian (5): sarana dan prasarana pelayanan
kefarmasian yang optimal sangat diharapkan oleh masyarakat. Dengan
tercapainya kepuasan pelayanan, pasien berharap bisa sembuh dari
penyakit dengan pelayan kefarmasian yang didapatkan dari
puskesmas.

5. Social benefit
- Antrian pendaftaran (3): Pelayanan administrasi yang baik dapat
membuat pasien merasa puas dengan pelayanan yang didapatkan dan

37
data administrasi pasien dapat minim kesalaha, serta dapat
meningkatkan minat kunjungan pasien ke puskesmas
- Pelayanan farmasi klinik (4): tersedianya pelayanan kefarmasian yang
benar di puskesmas Kampung Bali akan meningkatkan kualitas
pengobatan dan kesembuhan pasien.
- Sumber daya manusia (5): dengan sumber daya mumpuni dapat
meningkatkan pelayanan kefarmasian yang diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pengobatan di Puskesmas Kampung Bali.
- Sarana dan prasarana kefarmasian (5) : dengan pelayanan
kefarmasian yang optimal maka diharapkan dapat mengoptimalkan
terapi dan dapat membantu masyarakat dalam bidang kesehatan
dilingkungan kerjanya dapat melaksanakan pelayanan secara optimal.

6. Public concern
- Antrian Pendaftaran (3): masyarakan berharap sistem antri dapat
diperbaiki agar pelayanan administrasi dan pelayanan kesehatan dapat
berjalan dengan baik.
- Pelayanan farmasi klinik (4): masyarakat berharap adanya pelayanan
kefarmasian yang bermutu guna menjamin kesembuhan pasien.
- Sumber daya manusia (3): masyarakat berharap pelayanan
kefarmasian dapat ditingkatkan agar Puskesmas Kampung Bali tetap
menjadi pelayanan kesehatan yang dipercaya oleh masyarakat.
- Sarana dan prasarana kefarmasian (3): Masyarakat yang berada di
wilayah kerja Puskemas Kampung Bali berharap mutu pelayanan
puskesmas dapat membaik karena mereka sangat membutuhkan
sarana dan prasarana yang baik di apotek sehingga mutu obat serta
pelayanan di apotek selalu terjamin.

7. Politic climate
- Antrian pendaftaran (1): masalah administrasi ini tidak memiliki
keterkaitan dengan keadaan politik.

38
- Pelayanan farmasi klinik (2): Pemberian etiket ini memiliki SOP agar
menjadi pedoman dalam palayanan kefarmasian sehingga menjadi
salah satu isu politik.
- Sumber daya manusia (5): Apoteker memiliki peran, fungsi dan tugas
penting dalam pelayanan kefarmasian yang sering dijadikan isu politik
untuk dibahas.
- Sarana dan prasarana kefarmasian (4) : sarana dan prasarana pada
pelayanan kefarmasian merupakan salah satu masalah yang dibahas
dan dijadikan isu politik sehingga dibuatlah SPO agar dapat dijadikan
pedoman dalam pelayanan kefarmasian

8. Technical feasibility
- Antrian pendaftaran (5): Penyediaan nomor antri untuk pasien tidak
memerlukan biaya yang besar sehingga sangat mudah untuk
dilaksanakan
- Pelayanan farmasi klinik (4): unit pelayanan kefarmasian harus
memiliki layanan farmasi klinik yang jelas dan mengacu pada standar
yang telah ditetapkan oleh kementrian Kesehatan dan disesuaikan
dengan fasilitas yang tersedia di puskesmas Kampung Bali.
- Sumber daya manusia (3): untuk diadakannya apoteker di Puskesmas
Kqmpung Bali menjadi sulit karena kurangnya sumber daya apoteker
di Kota Bengkulu dan tidak adanya peraturan yang mengikat untuk
diadakannya apoteker di setiap puskesmas.
- Sarana dan prasarana kefarmasian (5) : untuk melaksanankan
pelayanan di Puskesmas Kampung Bali belum optimal

9. Resources availability
- Antrian pedaftaran (5): hal ini dapat dilakukan karena tersedia ATK
yang cukup untuk membuat nomor antrian.

39
- Pelayanan farmasi klinik (5): hal ini bisa dilakukan karena adanya
sumber daya dibantu dengan standar pelayanan mutu dan SOP yang
sesuai.
- Sumber daya manusi (4): hal ini sulit untuk diwujudkan karena sedikit
apoteker yang ada di Kota Bengkulu.
- Sarana dan prasarana kefarmasian (3): adanya SPO mengenai
pelayanan kefarmasian dapat menjadi panduan para apoteker sebagai
pedoman dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di Puskesmas
Kampung Bali

3.3 Analisis Masalah


Analisis masalah dilakukan untuk menentukan penyebab dari masalah
berkaitan dengan pelayanan farmasi klinik (etiket pada sediaan obat botol) dan
sarana prasarana farmasi (timbangan digital untuk sediaan pulveres) di UPTD
Puskesmas Kampung Bali, sehingga perlu dibuat kerangka konsep penyebab
masalah. Dengan membuat kerangka konsep, diharapkan faktor-faktor
penyebab masalah tersebut dapat diketahui dan diidentifikasi. Kerangka
konsep penyebab masalah disusun ke dalam diagram tulang ikan dengan
masalah sebagai keluaran suatu sistem yang melibatkan komponen masukan,
komponen proses, komponen lingkungan, dan komponen umpan balik.

40
Bagan 1. Kerangka Konsep

Diagram 3.3 Kerangka Konsep Penyebab Masalah

41
Berdasarkan kerangka konsep dari masalah di atas, ditemukan
penyebab masalah dari tiap komponen. Identifikasi dari tiap-tiap penyebab
masalah adalah sebagai berikut:
1. Etiket pada obat dengan sediaan botol belum ada.
2. Tidak tersedia timbangan digital untuk membagi dosis obat dalam
sediaan puyer.
Setelah mendapatkan susunan daftar penyebab masalah, berikutnya adalah
memilih prioritas penyebab masalah. Hal ini berkaitan dengan penetapan alternatif
rencana penyelesaian masalah.
No Masalah C T R CTR
Etiket pada obat dengan sediaan botol dan
1 5 5 5 125
etiket biru untuk obat luar.
Tidak tersedia timbangan digital untuk
2 5 4 3 60
membagi dosis obat dalam sediaan puyer

Komponen yang dinilai dalam penetapan prioritas penyebab masalah


meliputi 3 aspek yakni:
1. C :Contribution, yaitu kontribusi dalam terjadinya masalah
2. T :Technical feasibility, yaitu kemudahan secara teknis
3. R :Resources availability, yaitu ketersediaan sumber daya

Setiap komponen diberi nilai antara 1 (paling tidak berperan) hingga 5


(paling berperan). Nilai suatu penyebab masalah diukur dengan cara
mengalikan C, T, dan R. Dasar pertimbangan nilai yang dicantumkan pada
tabel tersebut ialah sebagai berikut:
1. Contribution
- Etiket untuk sediaan obat botol dan etiket biru tidak tersedia (5):
Tidak adanya etiket pada sediaan obat botol dan etiket biru untuk
sediaan salep,krim, injeksi, supossitoria, inhaler dan obat kumur.
Pada etiket wajib tertulis tempat dan tanggal pembuatan, nama

42
pasien, nama obat, cara pemakaian, waktu minum obat, pada etiket
biru perlu ditulis “obat luar”, dan keterangan lainnya. Hal ini dapat
berdampak pada kualitas pelayanan kefarmasian di Puskesmas
Kampung Bali menyebabkan kesalahan informasi yang diterima
pasien terkait cara penggunaan obat, dosis obat dan keterangan
lainnya.
- Tidak tersedianya timbangan digital untuk pembagian dosis obat
sediaan puyer (5) : Tidak tersedianya timbangan digital di
puskesmas dapat mempengaruhi dosis obat, terutama obat puyer
karena pembagiannya hanya berdasarkan perkiraan petugas
sehingga takaran antara satu bungkus dengan bungkus yang lain
akan berbeda. Hal ini memperngaruhi efektivitas obat saat
diminum pasien, terutama pasien anak.
2. Technical feasibility
- Etiket untuk sediaan obat botol dan etiket biru tidak tersedia (5) : hal
ini dapat diselesaikan dengan membuat stiker etiket untuk sediaan
botol dan etiket biru untuk obat luar.
- Tidak tersedianya timbangan digital untuk pembagian dosis obat
sediaan puyer (4) : Hal ini dapat diselesaikan dengan menyediakan
timbangan digital gram dan miligram.

3. Resources availability
- Etiket untuk sediaan obat botol dan etiket biru tidak tersedia (5):
ketersediaan sumber daya dan kemampuan dalam menangani masalah
ini cukup baik. Pembuatan etiket untuk sediaan botol dan etiket biru
untuk obat luar dapat menggunakan kertas bekas/kertas yang tidak
digunakan kemudian diprint/diperbanyak lalu disediakan di bagian
farmasi puskesmas Kampung Bali.
- Tidak tersedianya timbangan digital untuk pembagian dosis obat
sediaan puyer (3): sarana dan prasarana di apotek Puskesmas
Kampung Bali tidak memiliki alat lengkap sesuai SOP. Keterbatasan

43
ini dapat diselesaikan dengan mengajukan anggaran pembelian
timbangan pada rencana anggaran tahun depan.

44
BAB IV

EVALUASI PROGRAM PENJAMIN MUTU

4.1 Alternatif Penyelesaian Masalah


Setelah menentukan prioritas penyebab masalah, maka akan dilakukan
beberapa alternatif untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut.

Tabel 3.5. Prioritas penyelesaian masalah


No Alternatif penyelesaian masalah M I V C

1. Membuat dan memasang etiket untuk 5 5 5 4 31


obat sediaan botol dan etiket biru untuk
obat luar sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan
2 Membuat usulan pengajuan alkes ulang 5 4 4 3 27
kepada dinas kesehatan kota bengkulu
untuk tahun anggran 2022.

Komponen yang dinilai dalam penetapan prioritas penyelesaian


masalah meliputi 3 aspek yakni:
1. M : Magnitude, yaitu besarnya masalah yang dapat diselesaikan
2. I : Importancy, yaitu pentingnya solusi terkait
3. V :Vulnerability, yaitu kecepatan solusi terkait dalam mengatasi masalah
4. C : Cost, yaitu besarnya biaya yang harus dikeluarkan
Setiap komponen diberi nilai antara 1 (paling tidak berperan) hingga 5
(paling berperan). Nilai suatu penyelesaian masalah diukur dengan cara
mengalikan M, I, dan V kemudian.
Dengan menggunakan teknik kriteria matriks, didapatkan bahwa
alternatif terbaik untuk masalah di UPTD Puskesmas Kampung Bali adalah
Membuat dan memasang etiket untuk obat sediaan botol dan etiket biru untuk
obat luar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

45
4.2 Rencana Pemecahan Masalah
Penjaminan mutu kesehatan adalah proses penetapan dan pemenuhan
standar mutu pengelolaan pelayanan kesehatan secara konsisten dan
berkelanjutan, sehingga stakeholders memperoleh kepuasan.
Berdasarkan serangkaian pengkajian jaminan mutu yang telah
dilakukan di atas, disimpulkan bahwa intervensi yang akan dilakukan adalah
Membuat dan memasang etiket untuk obat sediaan botol dan etiket biru untuk
obat luar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

4.2.1 Diskusi dengan petugas farmasi mengenai pelayanan farmasi puskesmas


kampung bali
Tujuan
pelayanan kefarmasian menjadi sesuai dengan standar prosedur maka
diharapkan bisa mengoptimalkan terapi dan dapat membantu masyarakat
dalam bidang kesehatan.
Manfaat
1.Bagi UPTD Puskesmas Kampung Bali:
Standar mutu dalam sistem pelayanan kefarmasian meningkat
2.Bagi Pasien :
Pasien menerima pelayanan kefarmasian yang optimal dan mendapat
kualitas obat yang baik pada akhirnya mempengaruhi efek terapi dan
kesembuhan pasien.
Sasaran
Bagian kefarmasian dan pengadaan barang UPTD Puskesmas Kampung
Bali.
Bentuk kegiatan
Membuat dan memasang etiket untuk obat sediaan botol dan etiket biru
untuk obat luar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Diskusi ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah pemberian pelayanan
kefarmasian yang optimal pada pasien.
Manfaat dari kegiatan ini Bagi UPTD Puskesmas Kampung Bali :

46
o Menemukan solusi dari pemasangan etiket untuk sediaan obat botol
yang sesuai standar prosedur.
Menemukan solusi dari pemasangan etiket biru untuk sediaan obat luar yang
sesuai standar prosedur.

47
BAB V
HASIL EVALUASI INTERVENSI

Hasil intervensi dapat dievaluasi dari pengamatan yang dilihat secara


langsung dengan membandingkan keadaan yang terjadi sebelum dilakukan
intervensi dengan keadaan sesudah intervensi. Perubahan didapatkan setelah
dilakukan intervensi dengan keadaan yang dapat dilihat sesuai dengan standar
operasional sebagai indikator keberhasilan intervensi yang telah dilakukan.
Hasil intervensi yang telah dilakukan menghasilkan beberapa indikator yang
menjadi indikator keberhasilan intervensi yang dapat dilihat secara langsung
melalui pengamatan yang membandingkan keadaan sebelum dan sesudah
intervensi.

Tabel 5.1 Evaluasi Program Penjaminan Mutu


No Indikator Tolak Ukur Sebelum Setelah
intervensi intervensi
1 Etiket pada obat Penggunaan etiket pada - +
dengan sediaan obat obat sediaan botol dan
botol dan etiket biru etiket biru untuk obat
untuk obat luar. luar
2 Timbangan digital Usulan ulang pengajuan - +
untuk membagi dosis timbangan digital untuk
obat dalam sediaan membagi dosis obat
puyer dalam sediaan puyer
pada anggaran
puskesmas tahun 2022.

Indikator yang telah digunakan sebagai keberhasilan intervensi yang telah


dilakukan pada 24 Mei 2021 dapat disimpulkan bahwa intervensi yang dilakukan
sudah berhasil, hal ini dapat dilihat dari penggunaan etiket pada obat sediaan
botol dan obat luar serta penggunaan timbangan digital untuk penghitungan dosis
obat dalam sediaan puyer.

48
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan evaluasi program jaminan mutu yang telah dilakukan
maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada puskesmas Kampung Bali ditemukan masalah yaitu belum terdapat
etiket obat sediaan botol dan pembagian dosis obat puyer tidak
berdasarkan standar metrik yang baku.
2. Dari masalah yang terdapat di Puskesmas Kampung Bali didapatkan
alternatif penyelesaian masalah berupa pembuatan etiket untuk obat
sediaan botol dan obat luar serta penyediaan timbangan digital untuk
menghitung dosis obat sediaan puyer.

6.2 Saran
Evaluasi penjaminan mutu ini dapat tetap terus dilakukan secara
berkala untuk memantau program-program lain yang ada di Puskemas
Kampung Bali.

49
DAFTAR PUSTAKA

1. AzrulAzwar, 2006. Pengantar Administrasi Kesehatan, Binarupa


Aksara,Jakarta.
2. Kepmenkes RI No. 128/ Menkes/ SK/ II Tentang Kebijakan Dasar
Puskesmas, (2004).
3. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik. Jakarta: Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
Republik Indonesia; 2009.
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004. Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia. No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek. Jakarta: Departemen
Kesehatan.
5. Rantucci M, J., 2007. Pharmasist Talking with Patients : A Guide to
Patient Counseling. Philadepphia: Lippincott Wiliams & Wilkins.
6. Collect, D. M. & Aulton. M. E.,1990. Pharmaceutical Practice,
Edinburgh:Churchill Livingstone.
7. RI DK. Daftar Tilik Jaminan Mutu (Quality Assurance) Pelayanan
Kefarmasian di Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta; 2002.
8. Kementerian kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
Di Puskesmas. [Internet]. Available from: https://peraturan.bpk.go.id/
9. Kementerian kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
Di Rumah Sakit [Internet]. Available from: http://bprs.kemkes.go.id/
10. Indonesia KKR. Bahan Ajar Farmasi : Farmasi Klinik. Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehatan. Badan Pengembangan Dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. 2018.

50
11. Kementrian kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 30 tahun 2014 [Internet]. Available from:
https://www.slideshare.net/ulfahhanum1/pmk-no-30-ttg-standar-
pelayanan-kefarmasian-di-puskesmas

51
LAMPIRAN

52
Tampak depan apotik Tampak dalam apotik dan petugas
farmasi

Kotak saran Nomor antrian dan keranjang resep

Ruang Penyimpanan obat dan peracikan Rak obat


obat

53
Lemari pendingin Tabel catatan pemantauan suhu
kulkas

Kartu stok gudang obat Buku daftar penyerahan dan


pemerian obat pasien rawat jalan

Kipas angin sebagai pendingin ruang Meja tempat peracikan obat dan
penyimpanan obat tidak terrdapat timbangan digital
miligram

54
Proses diskusi mengenai pelayanan mutu Penyimpanan obat LASA
farmasi di PKM Kp. Bali

Gudang penyimpanan obat

Proses peracikan obat puyer tanpa Papan informasi mengenai SOP dan
menggunakan timbangan digital daftar obat, pemakaian obat, dll.

55
Foto bersama pembimbing di Puskemas Kp. Bali

56
Sebelum Intervensi Setelah Intervensi

Tidak terdapat etiket untuk obat sediaan Terdapat etiket untuk sediaan obat botol
botol, sehingga penulisan dosis dan sehingga informasi mengenai tanggal,
cara penggunaan tidak sesuai standar nama pasien, dosis, waktu pemberian
obat tepat dan sesuai standar.

Tidak terdapat etiket untuk obat luar Terdapat etiket untuk sediaan obat luar
sehingga informasi mengenai tanggal,
nama pasien, dosis,waktu pemberian
obat, cara pemberian obat tepat dan
sesuai standar.

57

Anda mungkin juga menyukai