Anda di halaman 1dari 43

Positive Accounting Theory

Ch 9 Positive Accounting Theory & Capital Market Research


Positive accounting theory adalah cabang penelitian akuntansi yang berusaha untuk menjelaskan
dan memprediksi praktik akuntansi

Ketidakpuasan teori normatif


1. Berusaha memberikan rekomendasi metode akuntansi tanpa didasari penelitian/metode
empiris
2. Memberi rekomendasi metode akuntansi secara subjektif sehingga tidak dapat difalsifikasi
3. Gagal menjelaskan mengapa konsep biaya historis diterimasecara umum dan digunakan di
berbagai keadaan

Kekuatan Positive Theory dibanding normative


1. Teori positif diperlukan sebelum teori normatif dikembangkan, untuk memahami kejadian di
dunia nyata
2. Teori normatif tidak didasarkan pada observasi-observasi atau metode-metode yang
terindentifikasi dan empiris
3. Teori normatif tidak menghasilkan pernyataan yang dapat diuji secara empiris, fungsi
tujuannya tidak lepas dari preferensi subyektif
4. Teori normatif gagal menjelaskan mengapa prinsip-prinsip akuntansi biaya historis diterima
secara umum dan digunakan dalam berbagai situasi
5. Teori positif sebagai suatu paradigma dikembangkan untuk mengatasi kelemahan-
kelemahan teori normatif
6. Teori positif harus dapat menghasilkan hipotesis yang dapat dibuktikan kesalahannya
melalui pengujian empiris

Tujuan Teori positif


1. Menjelaskan dan memprediksi praktik akuntansi bukannya menyajikan
panduan/petunjuk/arahan
2. Memastikan bahwa tidak satupun tujuan lebih superior daripada tujuan-tujuan lain
3. Menilai praktik yang ada saat ini dengan cara sistematis
4. Berupaya memodel hubungan antara akuntansi, perusahaan, dan pasar dan menganalisis
persoalan-persoalan dalam kerangka kerja ekonomi

Kritik atas positive accounting theory


1. Tidak memberi rekomendasi apa yang seharusnya dilakukan, hanya menjelaskan dan
memprediksi apa yang akan terjadi
2. Tidak sepenuhnya bebas dari nilai-nilai(objektif) karena hanya menjelaskan dan memprediksi
apa yang akan dilakukan orang2, mengabaikan apa yang seharusnya dilakukan
3. Mengasumsikan bahwa manajer(agen) dan pemilik(principal) memiliki kepentingan sendiri2
untuk memaksimalkan kekayaannya tanpa mempertimbangkan efek buruknya.

Perkembangan Teori Positif, menjadi dua tahap


1. Capital Market Behavior > fokus bab ini, yaitu

a. Meneliti hubungan antara pengumuman data akuntansi dan reaksi harga saham
b. Teori-teori yang digunakan adalah efficient market hypothesis dan capital asset
pricing model
2. Explain and Predict praktik akuntansi, alasan pemilihan praktik akuntansi > bab selanjutnya

a. Teori ex-post yang menjelaskan apakah perusahaan membuat pilihan-pilihan akuntansi


tertentu untuk tujuan-tujuan oportunistik, misal pemindahan kekayaan dari pemegang klaim
atas perusahaan kepada manajer
b. Teori ex-ante yang mengasumsikan perusahaan memilih praktik-praktik akuntansi
untuk tujuan-tujuan efisiensi
c. Kedua fokus ini tidak mutually exclusive
d. Teori yang digunakan didasarkan pada property rights contracting literature

Capital Market Research


Dua jenis riset pasar modal :
1. Pengaruh penerbitan informasi akuntansi terhadap harga saham
2. Pengaruh perubahan kebijakan akuntansi terhadap harga saham

Kedua riset ini didasarkan pada efficient markets hypothesis (EMH), yang menekankan pada
permintaan dan penawaran, analisis ekuilibrium dan pasar-pasar kompetitif
Menurut Fama: pasar yang efisien adalah pasar yang merefleksikan sepenuhnya informasi yang
tersedia
Kondisi pasar efisien :
1. Tidak ada biaya transaksi dalam perdagangan sekuritas
2. Semua informasi tersedia tanpa biaya bagi seluruh peserta pasar
3. Semua setuju atas implikasi dari informasi saat ini terhadap harga dan distribusi sekarang
dari harga-harga setiap sekuritas di masa depan

3 bentuk EMH
1. Weak form, mengasumsikan bahwa harga sekuritas pada suatu waktu mencerminkan
sepenuhnya informasi yang terkandung dalam serangkaian harga-harga di masa lalu
2. Semi-strong form, mengasumsikan bahwa harga sekuritas mencerminkan semua informasi
yang tersedia, termasuk harga-harga di masa lalu
3. Strong form, mengisyaratkan bahwa harga sekuritas mencerminkan seluruh informasi,
termasuk informasi yang tidak tersedia secara public

Riset dalam akuntansi menggunakan asumsi semi kuat


Capital Market Research merupakan riset yang menggunakan metode-metode statistic untuk
menguji hipotesa tentang perilaku pasar modal. Model yang digunakan adalah model pasar yang
didasarkan pada capital asset pricing model (CAPM)
Penelitian mengenai pengumuman laba akuntansi terhadap harga saham
1. Ball and Brown >  laba akuntansi berguna dan informatif dalam pengambilan keputusan
investasi, Pasar mengantisipasi laporan laba menguntungkan dan tidak menguntungkan dan
harga menyesuaikan sebagaimana mestinya
2. Foster > membuktikan bahwa informasi interim memberikan informasi yang signifikan
kepada pasar
3. Beaver, Clarke dan Wright meneliti seberapa besar perubahan laba yang tidak diperkirakan
dapat memengaruhi abnormal returns. Persentasi rata-rata dari unexpected profits
naik/turun, ada kenaikan/penurunan rata-rata tahunan abnormal rate of return
4. Beaver, Lambert dan Morse, secara rata-rata, kenaikan abnormal return hanya sebesar 0.1 –
0.15% berkaitan dengan kenaikan unexpected profits sebesar 1%.

Studi Asosiasi dan Earning Response Coefficient (ERC)


Studi asosiasi mengukur pengaruh ukuran-ukuran akuntansi terhadap harga saham selama periode
yang lebih panjang (1 tahun atau lebih)
Earnings response coefficient diperoleh dengan melakukan regresi linear sederhana antara returns
atau unexpected returns sebagai variabel bebas dengan profits atau unexpected profits sebagai
variabel terikat. R-squared dan kemiringan (koefisien) kemudian digunakan untuk menilai isi
informasi dari laba.
Faktor-faktor yang memengaruhi ERC:
1. risiko dan ketidakpastian (negatif, tetapi bisa jadi karena noise),  
2. kualitas audit (positif),
3. ukuran perusahaan (positif),
4. industri (positif),
5. tingkat bunga (belum banyak penelitian di area ini),
6. leverage (hubungan beta dan ERC menjadi tidak signifikan setelah memperhitungkan
leverage),
7. pertumbuhan perusahaan (positif),
8. laba permanen dan temporer (informasi laba temporer digunakan untuk mengestimasi laba
permanen)
9. Model non-linear, karena model linear memiliki R-squared yang kecil
10. Tingkat laba dan perubahan laba (berkaitan secara signifikan dengan return, tetapi raw
profits paling signifikan berasosiasi dengan return)
11. Laba yang terdisagregasi (incremental sifnigicant explanatory power ditunjukkan)
12. Arus kas (menambah informasi tetapi tida sebanyak laba)
13. Neraca dan komponen neraca

Ada dua posisi pra teori EMH:


1. Angka-angka akuntansi tidak berarti sama sekali karena berdasarkan biaya-biaya historis
yang tidak relevan
2. Angka-angka ini menipu karena investor terlalu terpaku pada angka-angka yang dilaporkan

Hipotesis atas kondisi ini


1. Hipotesis mekanistik, Pasar bereaksi secara mekanistik terhadap perubahan pada angka
akuntansi, baik perubahan tersebut hanyalah secara “kosmetik”/palsu atau baik perubahan
tersebut berakibat pada arus kas atau tidak. Jadi pasar secara sistematik tertipu oleh
perubahan metode akuntansi yang menignkatkan/menurunkan laba akuntansi.
2. Hipotesis no effect, pasar mengabaikan perubahan akuntansi yang tidak berimplikasi pada
arus kas.

Hasil penelitian dari Kaplan & Roll menunjukkan bahwa pasar tertipu untuk beberapa waktu
Accounting Theory Discretion
Contracting Theory
Teori ini mencirikan perusahaan sebagai hubungan (nexus) legal yaitu berupa hubungan-hubungan
kontraktual di antara penyedia dan pengguna faktor-faktor produksi.
Keberadaan perusahaan didasarkan pada pengurangan biaya transaksi. Perusahaan ada karena
memberikan biaya yang lebih murah bagi para individu untuk bertransaksi melalui organisasi sentral
daripada melakukannya secara individu
Agency Theory
Hubungan keagenan terjadi karena ada kontrak yang membuat satu pihak (principal) meminta pihak
lain (agen) melakukan suatu tindakan untuk kepentingan principal. Keduanya berupaya
memaksimalkan utilitas mereka
Agency problem muncul bila agen bertindak yang tidak memaksimalkan kepentingan principal dalam
rangka memaksimalkan kepentingannya sendiri.
Agency problem memunculkan agency cost, yang terdiri dari:
1. monitoring costs adalah biaya untuk mengawasi perilaku agen. Biaya ini dikeluarkan
principal untuk mengukur, mengamati dan mengendalikan perilaku agen. Contoh : biaya
audit wajib, biaya merancang rencana kompensasi manajemen, pembatasan anggaran dan
aturan-aturan operasional.
2. bonding costs  merupakan biaya yang ditangung oleh agent untuk menetapkan dan
mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agent akan bertindak untuk kepentingan
principal. Contoh : biaya pembuatan laporan kwartalan, oportunity cost karena dilarang
membocorkan rahasia perusahaan ke publik.

3. residual loss merupakan pengorbanan yang berupa berkurangnya kemakmuran principal


sebagai akibat dari perbedaan keputusan agent dan keputusan principal.
Ada dua jenis agency problem
1. Manager-Shareholder agency relationship

Permasalahan keagenan dalam managaer shareholder relationship:


a. Risk aversion, manajer memilih risiko yang lebih rendah daripada yang diinginkan pemegang
saham
b. Dividend retention, manajer lebih suka membayar dividen dalam jumlah yang lebih
rendah daripada preferensi pemegang saham
c. Horizon problem, pemegang saham berkepentingan atas arus kas untuk jangka
waktu yang tidak terbatas sedangkan manajer hanya untuk jangka waktu yang
menjadi kepentingannya

Kontrak tertentu dapat digunakan untuk mengatasi masalah2 ini:


a. Remunerasi berbasis harga saham dapat mengurangi persoalan-persoalan horizon dan risk-
aversion
b. Remunerasi berbasis laba juga dapat digunakan untuk mengatasi risk aversion
c. Memberikan rencana bonus yang batas atasnya ditentukan berdasarkan dividend payout
ratio (mengurangi persoalan dividen retention)
d. Membayar manajer lebih berdasarkan pergerakan harga saham ketika manajer mendekati
masa pension (mengatasi horizon problem)
e. Membayar bonus pada tariff progresif atas peningkatan laba yang dilaporkan

Bonus plan hypothesis > manajer yang dibayar menggunakan bonus tertentu cenderung berusaha
menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba di periode berjalan agar mendapat bonus
yang lebih tinggi

2. Shareholder – Debtholder agency relationship

Nilai perusahaan = nilai utang + nilai ekuitas, ada dua cara meningkatkan nilai ekuitas yaitu
meningkatkan nilai perusahaan atau memindahkan kekayaan dari pemberi pinjaman ke pemegang
saham.
Ada 4 cara dalam memindahkan kekayaan dari pemberi pinjaman kepada pemegang saham (Smith
dan Warner):
a. Pembayaran dividen yang berlebihan
b. Subtitusi asset
c. Underinvestment
d. Dilusi klaim

Cara mengatas permasalahan diatas menggunakan perjanjian utang/debt covenant. Ada empat
kelompok perjanjian utang:
a. Perjanjian yang membatasi kesempatan investasi perusahaan
b. Perjanjian yang membatasi kebijakan dividen
c. Perjanjian yang membatasi kebijakan keuangan perusahaan
d. Perjanjian yang mengharusan penyediaan informasi tertentu untuk membantu
pemberi pinjaman apakah perjanjian telah dilanggar

Beberapa hal yang dimasukkan dalam perjanjian pinjaman:


a. Pemeliharaan tingkat modal kerja
b. Pembatasan aktivitas merger
c. Pembatasan investasi pada perusahaan lain
d. Pembatasan untuk melakukan pinjaman tambahan

Ex post opportunism vs ex ante efficient contracting


Pengarang berpendapat: agen mempertimbangkan bahwa proteksi harga tidak lengkap dan setiap
penyelesaian ex post untuk perilaku disfungsional juga tidak lengkap. Argumentasi ini disebut ex-
post ‘opportunistic’
Manajer akan menggunakan teknik-teknik akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan pada
tahun berjalan.
Pendekatan alternative adalah pendekatan efficient contracting. Pendekatan ini didasarkan pada
pengaruh reputasi pada manajer. Manajer akan mendesain kontrak yang efisien, yang
menyelaraskan kepentingan agen dan principal dan meningkatkan nilai perusahaan. Disebut ex-ante
karena agen bernegosiasi di muka untuk menbatasi perilakunya
Penggunaan teknik-teknik akuntansi yang mengurangi laba menunjukkan perilaku pendekatan ini.

Information perspective and signalling


Holthausen: manajer menyediakan informasi kepada investor untuk membantu mereka mengambil
keputusan. Peranan ini diambil karena mereka memiliki keunggulan komparatif dalam produksi dan
diseminasi informasi
Tidak mudah membedakan ini dengan perspektif efficient contracting
Menurut perspektif informasi, informasi mendahulun arus kas. Informasi akuntansi digunakan untk
mengindikasikan nilai perusahaan dan perubahannya.
Menurut perspektif efficient contracting, akuntansi dipandang merefleksikan perubahan arus kas
perusahaan, transaksi sudah terjadi
Menurut perspektif akuntansi, perubahan metode akuntansi berarti informasi telah berubah dan
keputusan investasi juga harus berubah
Hipothesis informasi ini sejalan dengan signaling theory, yaitu manajer menggunakan informasi
akuntansi untuk memberi sinyal atas ekspektasi dan intensi di masa depan
Menurut signaling theory, jika manajer mengharapkan tingkat pertumbuhan di masa depan yang
tinggi, mereka akan memberikan sinyal melalui data akuntansi
Manajer perusahaan lain yang kinerjanya sama akan juga melaporkan. Manajer yang kinerjanya
biasa-biasa saja juga memiliki insentif untuk melaporkan supaya tidak dipandang memperoleh
kinerja yang buruk Manajer dengan informasi yang buruk akan memiliki insentif melaporkan kabar
buruk untuk mempertahanan kredibilitas mereka
Signaling theory memprediksi bahwa perusahaan akan mengungkapkan informasi lebih dari yang
diminta
Sinyal harus kredibel, tidak dapat direplikasi dengan mudah dan murah oleh perusahaan lain. Biaya
informasi termasuk kerugian kredibilitas jangka panjang karena kinerja actual tidak sesuai dengan
kinerja yang dilaporkan akuntansi Tambahan kredibilitas diperoleh dari kebijakan dividen
Pasar menginterpretasikan bahwa pengungkapan akuntansi merupakan “kabar baik” sedangkan
ketiadaan informasi akuntansi merupakan “kabar buruk”

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Teori Positif

Teori positif adalah teori yang mencoba menjelaskan fenomena yang diamati (Schroeder, dkk, 2009).
Menurut Henderson, Peirson, dan Brown, teori positif dimulai dari beberapa asumsi dan melalui
deduksi logis, memungkinkan beberapa prediksi tentang bagaimana sesuatu nantinya. Jika prediksi
cukup akurat ketika diuji terhadap observasi realitas, maka itu dapat menyediakan penjelasan
mengapa sesuatu terjadi (Deegan,2000). Teori positif dikembangkan berdasarkan observasi dan dapat
terus-menerus diuji dan dipertajam melalui observasi yang lebih mendalam. Hasil dari penelitian
direplikasi pada setting yang berbeda sehingga meningkatkan generalisabilitas dari teori tersebut.

Watts dan Zimmerman menyatakan bahwa Teori Akuntansi Positif (atau Positive Accounting Theory,
selanjutnya disingkat PAT) berhubungan dengan menjelaskan praktik akuntansi (Deegan,2000). PAT
didesain untuk menjelaskan dan memprediksi perusahaan mana yang akan dan mana yang tidak akan
menggunakan metode tertentu, tetapi PAT tidak mengatakan metode mana yang harus dipakai. Watts
dan Zimmerman menyatakan bahwa mereka mengadopsi label “positif” dari ilmu ekonomi yang
digunakan untuk membedakan penelitian bertujuan untuk menjelaskan dan memprediksi dengan
penelitian yang tujuannya adalah ketentuan (prescription).

PAT berpusat pada hubungan antara beraneka individu yang terlibat dalam penyediaan sumber daya
untuk perusahaan dan bagaimana akuntansi digunakan untuk memfungsikan hubungan ini. Contohnya
adalah hubungan antara pemilik (sebagai penyedia modal ekuitas) dan manajer (sebagai penyedia
tenaga kerja manajerial), atau antara manajer dan penyedia utang. Hubungan sebagaimana tersebut
dalam contoh di atas, adalah hubungan keagenan, yaitu kontrak dimana satu orang atau lebih
(prinsipal) menyewa orang lain (agen) untuk melaksanakan beberapa jasa demi kepentingan prinsipal
yang melibatkan pendelegasian beberapa otoritas pembuatan keputusan kepada agen (Jensen
&Meckling,1976). Ketika kekuasaan pembuatan keputusan didelegasikan, hal ini dapat membawa
pada beberapa kerugian efisiensi dan biaya konsekuensi. Setiap kerugian potensial dari laba yang
diakibatkan oleh kinerja manajer yang berada di bawah performa dianggap sebagai biaya yang timbul
dari delegasi pembuatan keputusan dalam hubungan keagenan (disebut biaya keagenan).

PAT didasarkan pada asumsi berbasis ekonomi sentral bahwa semua tindakan individu dikendalikan
oleh kepentingan pribadi dan bahwa individu akan bertindak dalam cara yang oportunistis sejauh
tindakan tersebut akan meningkatkan kesejahteraan mereka.Dengan berdasar pada asumsi ini, PAT
memprediksi bahwa organisasi akan mencari mekanisme yang menyejajarkan kepentingan manajer
perusahaan (agen) dengan kepentingan pemilik perusahaan (principal). Beberapa metode penyejajaran
kepentingan akan didasarkan pada output sistem akuntansi (seperti pembagian laba perusahaan bagi
manajer).

Dengan menujukan masalah keagenan yang timbul dalam organisasi, mungkin terdapat berbagai
biaya bonding dan monitoring yang terjadi. PAT mengasumsikan bahwa tidak semua tindakan
oportunistik agen dapat dikendalikan dengan perjanjian kontraktual atau sebaliknya, akan selalu ada
biaya residual berhubungan dengan penunjukan agen.

Menurut Watt Zimmerman (dalam Januarti, 2004), pendekatan positif telah memberikan sumbangan
yang berarti bagi pengembangan akuntansi, yaitu :

1.      Menghasilkan pola sistematik dalam pilihan akuntansi dan memberikan penjelasan spesifik.
2.      Memberikan kerangka yang jelas dalam memahami akuntansi
3.      Menunjukkan peran utama contracting cost dalam teori akuntansi.
4.      Menjelaskan mengapa akuntansi digunakan dan memberikan kerangka dalam memprediksi pilihan
akuntansi.
5.      Mendorong riset yang relevan dengan akuntansi dan menekankan pada prediksi serta penjelasan
terhadap fenomena

B.     Perbedaan Teori Positif dengan Teori Normatif

Teori positif dapat dikontraskan dengan teori normatif. Ketika teori normatif berusaha untuk
merekomendasikan apa yang harus dilakukan, teori akuntansi positif mencoba untuk menjelaskan dan
memprediksi

Teori normatif tidak didasarkan pada observasi empiris, melainkan pada apa yang peneliti yakini
sebaiknya terjadi/dilakukan pada kondisi tertentu. Teori normatif menentukan (prescribe) bagaimana
praktik tertentu harus diambil dan ketentuan (prescription) ini mungkin menjadi sebuah permulaan
yang signifikan dari praktik yang ada. Teori normatif dihasilkan sebagai sebuah hasil dari teoretikus
tertentu yang menerapkan beberapa norma, standar, atau tujuan terhadap praktik aktual yang berusaha
mencapainya.

C.    Asal Mula dan Perkembangan Teori Akuntansi Positif


Penelitian positif dalam akuntansi mulai menonjol sekitar pertengahan tahun 1960-an dan menjadi
paradigma penelitian yang dominan pada 1970-an dan 1980-an. Sebelum waktu ini, tipe penelitian
yang dominan adalah penelitian akuntansi normatif.

Perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan terhadap teori normatif. Watts
memberikan wawasan tren penelitian akuntansi yang terjadi pada 1950-1970-an. Dia menyatakan
bahwa pengenalan penelitian positif dalam akuntansi pada pertengahan tahun 1960-an
merepresentasikan pergeseran paradigma. Dasar pemikiran untuk menganalisa teori akuntansi dalam
pendekatan normatif terlalu sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat. Watts dan
Zimmerman (Dalam Januarti,2004) menyatakan bahwa terdapat tiga alasan mendasar terjadinya
pergeseran pendekatan normatif ke positif yaitu:

1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris, karena didasarkan pada
premis atau asumsi yang salah sehingga tidak dapat diuji keabsahannya secara empiris.

2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individual daripada
kemakmuran masyarakat luas.

3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi sumber daya ekonomi
secara optimal di pasar modal. Hal ini mengingat bahwa dalam sistem perekonomian yang
mendasarkan pada mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat menjadi alat pengendali bagi
masyarakat dalam mengalokasi sumber daya ekonomi secara efisien.

Dalam Deegan (2000), Watts berargumen bahwa pergeseran paradigma juga berhubungan dengan
sekolah bisnis di AS pada akhir 1950-an dan awal 1960-an. Argumentasi lainnya yaitu bahwa pada
pertengahan tahun 1960-an dan selama 1970-an fasilitas menghitung berkembang dengan nyata
sekali, sehingga menjadi lebih praktis untuk melaksanakan analisis statistik skala besar, sebuah
pendekatan yang digunakan dalam paradigma penelitian positif.

Salah satu perkembangan dari tahun 1960-an yang penting terhadap pengembangan PAT adalah karya
teoretikus seperti Fama, yang secara khusus berhubungan dengan pengembangan EMH (the Efficient
Market Hypothesis/Hipotesis Pasar Efisien). Fama menyajikan tiga bentuk utama dari efisiensi pasar
berdasarkan tiga bentuk informasi, yaitu informasi masa lalu, informasi yang sekarang sedang
dipublikasikan, dan informasi privat (Hartono,2008). Ketiga bentuk tersebut adalah efisiensi pasar
bentuk lemah, efisiensi pasar bentuk setengah kuat, dan efisiensi pasar bentuk kuat.
EMH didasarkan pada asumsi bahwa pasar modal bereaksi dalam cara yang efisien dan tidak bias
terhadap informasi yang tersedia secara publik. Istilah ‘efisien’ mengacu pada bagaimana informasi
tercermin dalam harga sekuritas dan ‘pasar’ mengacu pada pasar sekuritas (Porwal,2001). Kondisi
pasar disebut efisien jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai keseimbangan baru
yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia (Hartono,2008). Dalam EMH harga
sekuritas sekarang mencerminkan semua informasi yang tersedia di pasar sehingga semua kesempatan
laba yang tidak terungkap dihilangkan (Mishkin,2006).

Akan tetapi, EMH tidak dapat menjelaskan mengapa metode akuntansi tertentu dipilih pada tempat
pertama. Yaitu, penelitian tidak menyediakan hipotesis untuk memprediksi dan menjelaskan pilihan
akuntansi, bahkan penelitian yang ada hanya mempertimbangkan reaksi pasar terhadap pengungkapan
utama.

Kebanyakan penelitian yang berdasarkan pada EMH mengasumsikan tidak ada biaya kontrak dan
biaya informasi, selain itu juga mengasumsikan bahwa pasar modal dapat secara efisien “meng-undo”
implikasi manajemen memilih metode akuntansi yang berbeda. Contohnya jika entitas memilih untuk
mengganti asumsi arus biaya persediaan dan ini akan menyebabkan kenaikan laba yang dilaporkan,
maka pasar diasumsikan dapat melihat perubahan ini, dan apabila tidak ada implikasi arus kas yang
jelas (misalnya melalui perubahan pajak), tidak akan ada reaksi harga saham. Oleh karena itu, jika
metode akuntasi tertentu tidak memiliki implikasi perpajakan langsung, terdapat ketidakmampuan
untuk menjelaskan mengapa sebuah metode akuntansi lebih dipilih daripada lainnya.

Namun, bukti mengindikasikan bahwa manajer perusahaan menggunakan segala sumber daya yang
memungkinkan untuk melobi regulator dalam hal metode akuntansi khusus. Bagi mereka, pilihan
metode akuntansi adalah penting.

Kunci untuk menjelaskan pilihan manajer terhadap metode akuntansi khusus datang dari Teori
Keagenan. Teori ini berfokus pada hubungan antara principal dan agen (contohnya hubungan antara
pemegang saham dan manajer perusahaan), sebuah hubungan yang menciptakan ketidakpastian
karena banyaknya asimetri atas informasi. Teori Keagenan menerima adanya biaya transaksi dan
biaya informasi.

Asumsi dari teori keagenan adalah bahwa principal akan mengira bahwa agen (seperti juga principal)
akan dikendalikan oleh kepentingan pribadinya, dan karenanya principal akan mengantisipasi bahwa
manajer, kecuali dibatasi untuk bertindak sebaliknya, akan melaksanakan aktivitas untuk memenuhi
kepentingannya sendiri yang dapat merugikan/mengganggu kesejahteraan ekonomi principal. Agen
kemudian diasumsikan akan terdorong untuk melakukan perjanjian kontraktual yang dapat
mengurangi kemampuan mereka melaksanakan tindakan yang merugikan kepentingan principal.
Watts dan Zimmerman memikirkan bagaimana atribut khusus suatu organisasi mungkin
mempengaruhi apakah manajer suatu organisasi mendukung, atau menolak, persyaratan akuntansi
khusus. Watts dan Zimmerman (1990) mengidentifikasi tiga hipotesis kunci yang kemudian sering
digunakan dalam literatur teori akuntansi positif untuk menjelaskan dan memprediksi apakah suatu
perusahaan akan mendukung atau menolak metode akuntansi tertentu. Ketiga hipotesis adalah sebagai
berikut :

1.        Hipotesis rencana bonus. Dalam kondisi ceteris paribus, hipotesis ini memprediksi bahwa jika
seorang manajer diberi reward atas ukuran kinerja seperti laba akuntansi, manajer tersebut akan
cenderung meningkatkan laba dengan maksud agar bonus yang diperolehnya pun akan meningkat.

2.        Hipotesis Hutang. Hipotesis ini memprediksi bahwa semakin tinggi rasio hutang/ekuitas pada suatu
perusahaan, semakin cenderung manajer menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan
pendapatan. Semakin tinggi rasio hutang/ekuitas, semakin ketat batasan dalam perjanjian hutang.
Semakin ketat batasan dalam perjanjian, semakin besar kemungkinan pelanggaran perjanjian dan
semakin besar kemungkinan biaya yang dikeluarkan karena kegagalan teknis. Manajer kemudian
mengeluarkan kebijakan dengan memilih metode akuntansi yang meningkatkan pendapatan untuk
mengurangi batasan hutang dan biaya yang timbul karena kegagalan teknis.

3.        Hipotesis Biaya Politis. Hipotesis ini menjelaskan hubungan antara perusahaan dengan pihak luar
yang meskipun tidak terikat kontrak langsung dapat membebani perusahaan dengan berbagai transfer
kekayaan. Watts dan Zimmerman (1978) beranggapan bahwa manajer lebih cenderung untuk memilih
metode akuntansi yang melaporkan laba yang lebih rendah karena faktor pajak dan pertimbangan
politik. Akan tetapi untuk perusahaan kecil dengan biaya politik yang rendah cenderung tetap memilih
standar akuntansi yang menghasilkan laba yang lebih besar.

D.    Perspektif Oportunistik dan Efisiensi

Holthausen dalam Gumanti (2002) menyebutkan bahwa ada tiga perspektif yang saling tumpang
tindih dalam konteks pilihan akuntansi (accounting choices) dan yang sejauh ini mendapat perhatian
para peneliti akuntansi. Ketiga perspektif dimaksud adalah perilaku oportunis (the opportunistic
behavior), kontrak efisien (the efficient contracting), dan perspektif informasi (the information
perspective). Khusus untuk kontrak efisien dan perilaku oportunis, keduanya berkembang berdasarkan
pada fungsi dari kontrak yang mengacu pada angka-angka akuntansi. Artinya, kontrak-kontrak yang
disepakati antar pihak yang terkait, dalam hal ini adalah manajer (agent) dan pemegang saham
(owners atau shareholders), sangat ditentukan oleh keberadaan angka-angka akuntansi.

Dalam Perspektif efisiensi, peneliti menjelaskan bagaimana berbagai mekanisme kontrak dapat
digunakan untuk meminimalkan biaya keagenan perusahaan, yaitu biaya yang terkait dengan
persetujuan penyerahan kewenangan pengambilan keputusan kepada agen. Perspektif efisiensi ini
sering disebut sebagai perpektif ex ante (ex ante artinya sebelum fakta) yang mempertimbangkan
mekanisme apa yang dilakukan di awal, dengan tujuan meminimalkan masalah keagenan di masa
depan dan biaya kontrak.

Dalam perspektif (ex ante) efisiensi ini, praktik akuntansi yang digunakan oleh perusahaan seringkali
merupakan metode yang secara tepat mencerminkan kinerja keuangan suatu entitas. Dengan adanya
ukuran kinerja yang secara tepat merefleksikan kinerja perusahaan, investor dan pihak lain tidak perlu
mengumpulkan informasi tambahan dari sumber lain. Konsekuensinya, hal ini akan menghemat
biaya.

Di sisi lain, perspektif oportunistik melihat pada perjanjian kontraktual yang telah dinegosiasikan
dalam perusahaan, dan berusaha menjelaskan dan memprediksi perilaku oportunistik tertentu yang
akan terjadi setelah perjanjian kontraktual tersebut. Perspektif oportunistik disebut juga sebagai
perspektif ex post (ex post artinya setelah fakta) karena mempertimbangkan tindakan oportunistik
yang dilaksanakan setelah perjanjian kontraktual dibuat.

Dalam perspektif oportunistik, manajer diasumsikan berusaha untuk memaksimalkan kemakmuran


pribadinya, yang mana kemakmuran tersebut sangat tergantung pada seberapa besar kinerja yang
dicapai terkait dengan bonus tunai (cash bonus), risiko ketenagakerjaan yang muncul dari adanya
kemungkinan dilakukan pengambilalihan atau kegagalan atau kebangkrutan perusahaan, dan nilai
saham perusahaan di pasar (Gumanti:2002).

Teori akuntansi positif berasumsi bahwa principal telah memprediksi bahwa manajer akan berperilaku
oportunistik, sehingga principal seringkali mensyaratkan (dalam perjanjian kontraktual) penggunaan
metode akuntansi tertentu untuk tujuan tertentu. Namun, akan membutuhkan banyak biaya untuk
mensyaratkan setiap aturan akuntansi yang digunakan pada setiap kondisi sehingga akan selalu ada
ruang/celah bagi manajer untuk secara oportunistik memilih metode akuntansi tertentu yang lebih
disukai.

E.     Kontrak Pemilik/Manajer

PAT mengadopsi asumsi sentral bahwa semua aksi individual dikendalikan oleh kepentingan pribadi,
dan bahwa kepentingan utama dari individual adalah memaksimalkan kesejahteraan mereka sendiri.
Tindakan manajerial terpisah dari apa yang disyaratkan untuk memaksimalkan pengembalian
pemegang saham (Donaldson&Davies,1991). Asumsi ini sering disebut asumsi “rational economic
person” (orang ekonomis secara rasional).
Dalam perusahaan, muncul masalah keagenan. Masalah ini muncul disebabkan karena adanya
asimetri informasi antara agen dan principal, di mana agen lebih banyak mempunyai informasi
dibandingkan principal sehingga dapat menyebabkan adanya perilaku menyimpang. Biaya dari
perilaku menyimpang timbul sebagai hasil dari hubungan keagenan disebut biaya keagenan.

Dengan mengasumsikan bahwa kepentingan pribadi mengendalikan tindakan manajer, maka


perusahaan perlu menempatkan skema remunerasi yang menilai manajer cara setidaknya sebagian
dikaitkan dengan kinerja perusahaan. Jika kinerja perusahaan meningkat, reward yang dibayarkan
pada manajer juga akan meningkat. Skema bonus yang terkait dengan kinerja perusahaan akan
menyelearaskan kepentingan manajer dan pemilik, misalnya sebagai berikut :

1.      Skema bonus secara umum, manajer diupah sejalan dengan laba perusahaan, penjualan, atau return
on assets. Remunerasi mereka didasarkan pada output dari sistem akuntansi. Manajer juga dapat
diupah sejalan dengan harga pasar dari saham perusahaan, bisa melalui kepemilikan kepentingan
ekuitas (saham) dalam perusahaan atau dengan bonus kas yang secara eksplisit terkait dengan
pergerakan nilai sekuritas perusahaan.
2.      Rencana bonus berdasarkan akuntansi, yaitu karena jumlah yang dibayar kepada manajer yang terkait
secara langsung dengan angka akuntansi, maka perubahan dalam metode akuntansi yang digunakan
organisasi akan berdampak pada bonus yang dibayar. Perubahan dalam metode akuntansi akan
membawa pada perubahan arus kas, dan mengakibatkan perubahan nilai organisasi. Hal ini
bertentangan dengan pandangan pendukung awal EMH yang berpendapat perubahan metode
akuntansi tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan kecuali efek langsungnya terhadap beban
misalnya pajak. Dalam mempertimbangkan biaya penerapan skema insentif berdasarkan output
akuntansi, sesuai perspektif oportunistik, terdapat kemungkinan manajer yang didasarkan pada laba
akuntansi, akan terpengaruh untuk memanipulasi angka akuntansi terkait untuk meningkatkan kinerja
yang terlihat dan tentunya akan meningkatkan reward mereka. Healy (dalam Deegan:2000)
menyediakan sebuah ilustrasi ketika manajer memilih untuk memanipulasi angka akuntansi secara
oportunistik karena adanya skema bonus berdasarkan akuntansi. Ia menemukan bahwa ketika skema
yang ada yang menghadiahi manajer setelah level earning yang telah ditentukan sebelumnya tercapai,
manajer akan mengadopsi metode akuntansi yang konsisten dengan memaksimalkan bonus.
3.      Skema bonus berdasarkan pasar. Dalam industri yang memiliki laba akuntansi yang sangat fluktuatif,
teoretikus PAT menyatakan bahwa lebih sesuai memberi hadiah kepada manajer berdasarkan nilai
pasar sekuritas perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan mendasarkan bonus kas pada peningkatan
harga saham atau dengan menyediakan saham atau opsi bagi saham bagi manajer dalam perusahaan.
Jika nilai saham perusahaan naik, baik manajer dan pemilik akan diuntungkan. Hal yang terpenting,
manajer akan diberikan insentif untuk meningkatkan nilai perusahaan. Akan tetapi, pemberian hadiah
ini memiliki beberapa permasalahan, yaitu (1) harga saham akan dipengaruhi tidak hanya oleh faktor
yang dikendalikan oleh manajer, tapi juga dari luar, faktor pasar-luas, sehingga harga saham tidak
serta merta menunjukkan kinerja manajer, (2) insentif yang terkait pasar hanya sesuai bagi
manajemen senior karena hanya mereka yang memiliki kemungkinan untuk memiliki efek signifikan
pada arus kas perusahaan dan berakibat pada nilai sekuritas perusahaan.

F.       Kontrak Utang

Ketika satu pihak meminjamkan dana kepada organisasi lain, penerima dana mungkin melakukan
aktivitas yang mengurangi atau bahkan menghilangkan kemungkinan dana akan dibayar kembali.
Pemberi pinjaman akan mengantisipasi perilaku menyimpang ini. Kemungkinan lain, organisasi akan
mengambil level utang tambahan dan berlebihan, yang dapat menyebabkan pemberi pinjaman baru
akan bersaing dengan pemberi utang sebelumnya untuk mendapatkan pembayaran.

Selain itu, perusahaan mungkin berinvestasi dalam proyek yang sangat berisiko. Strategi ini tidak
akan menguntungkan bagi kreditor, yaitu karena jika perusahaan mendapatkan laba tinggi, mereka
tidak menerima pengembalian yang lebih besar (karena klaimnya tetap), sedangkan jika proyek gagal,
kreditor tidak akan memperoleh apa-apa.

Dengan demikian, pemberi utang akan mengasumsikan bahwa manajemen akan mengambil tindakan
yang tidak selalu berada pada kepentingan kreditor, dan sebagai hasilnya, mereka akan meminta
perusahaan untuk membayar biaya bunga yang lebih tinggi sebagai kompensasi bagi kreditor terhadap
paparan risiko yang tinggi.

Jika perusahaan setuju untuk tidak membayar dividen yang berlebihan, tidak mengambil level utang
yang tinggi, dan tidak berinvestasi dalam proyek yang berisiko tinggi, maka diasumsikan bahwa
perusahaan akan mampu menarik modal utang pada biaya yang lebih rendah dari yang mungkin.
Dengan keuntungan dari biaya bunga yang lebih rendah melebihi biaya yang mungkin berkaitan
dengan pembatasan bagaimana manajemen dapat menggunakan dana yang tersedia, manajemen akan
memilih untuk mengadakan perjanjian yang membatasi tindakan mereka selanjutnya.

Cotter (Dalam Deegan,2000) menyatakan bahwa perjanjian pengungkit seringkali digunakan dalam
kontrak pinjaman bank, dengan pengungkit (leverage) paling banyak mengukur rasio total utang
terhadap aset berwujud (tangible assets). Biaya perjanjian tambahan yang membatasi jumlah utang
yang aman biasanya dimasukkan dalam term perjanjian utang pada perusahaan besar, yang ditetapkan
berdasarkan persentase terhadap total aset berwujud.

PAT mengasumsikan bahwa eksistensi kontrak utang menyediakan manajemen dengan insentif
lanjutan (ex post) untuk memanipulasi angka akuntansi, dengan insentif untuk memanipulasi
peningkatan angka. Sebagai contoh, jika perusahaan secara kontrak setuju bahwa rasio utang pada
total aset berwujud harus dijaga dibawah nilai tertentu, maka jika nilai tersebut terlampaui
(menyebabkan kegagalan teknikal dari perjanjian pinjaman), manajemen akan memiliki insentif baik
untuk menaikkan aset atau menurunkan kewajiban.

Kontrak utang kadangkala membatasi teknik akuntansi yang dapat digunakan oleh perusahaan. Dalam
akuntansi, manajemen biasanya memiliki sejumlah cara alternatif yang tersedia untuk menghitung
item tertentu. Manajemen memiliki berbagai cara untuk meminimalisir efek dari pembatasan
berdasarkan akuntansi yang telah ada. Oleh karena itu, kreditor menetapkan dari awal semua metode
akuntansi yang harus digunakan manajemen. Namun untuk tujuan praktik, hal ini tidak
memungkinkan untuk menulis secara lengkap dalam kontrak. Sebagai konsekuensinya manajemen
memiliki kemampuan secara bebas untuk menentukan yang memungkinkan mereka untuk
melonggarkan efek dari batasan yang dinegosiasikan dengan kreditor.

G.      Biaya Politis

Perusahaan (terutama yang besar) kadang-kadang berada dalam pengawasan berbagai kelompok,
seperti pemerintah, kelompok karyawan, kelompok konsumen, kelompok lingkungan, dan
sebagainya. Contohnya, ukuran suatu perusahaan seringkali digunakan sebagai indikasi kekuatan
pasar dan dengan sendirinya dapat menarik perhatian lembaga regulator.

Pemerintah dan kelompok kepentingan mungkin mengemukakan pandangan bahwa organisasi


tertentu (terutama yang besar) menghasilkan laba yang berlebihan dan tidak membayar bagian yang
wajar kepada segmen lain dari masyarakat, contohnya, upah yang dibayar terlalu rendah, harga
produk terlalu tinggi, pembayaran pajak terlalu rendah, dan sebagainya.

Untuk mengurangi kemungkinan adanya perhatian politis yang merugikan dan biaya yang
meliputinya, perusahaan yang sensitif secara politis (biasanya perusahaan besar) akan mengadopsi
metode akuntansi yang membawa pada pengurangan dari laba yang dilaporkan. Pandangan bahwa
rendahnya laba yang dilaporkan akan membawa pada rendahnya pengawasan politis (dan pada
akhirnya membawa pada rendahnya transfer kekayaan keluar perusahaan) mengasumsikan bahwa
pihak yang terlibat pada proses politis tidak dapat atau tidak siap untuk ‘membongkar’ implikasi
pilihan berbagai akuntansi manajer. Maksudnya, manajer dapat membodohi mereka yang terlibat
dalam proses politis dengan hanya mengadopsi metode akuntansi tertentu.

H.      Beberapa Kritik Terhadap Teori Akuntansi Positif

1. PAT tidak menyediakan preskripsi dan oleh karenanya tidak dimaksudkan untuk meningkatkan
praktik akuntansi. Peningkatan praktik akuntansi tidaklah cukup bila hanya dengan menjelaskan dan
memprediksi praktik akuntansi.
2. PAT tidak bebas nilai sebagaimana yang dinyatakannya. Akademisi akuntansi menunjukkan bahwa
memilih suatu teori untuk diadopsi dalam penelitian (seperti PAT) didasarkan pada pertimbangan
nilai, apa yang akan diteliti juga didasarkan pada pertimbangan nilai, mempercayai bahwa semua
tindakan individu dikendalikan oleh kepentingan pribadi juga didasarkan pada pertimbangan nilai,
dan seterusnya. Oleh karena itu, tidak ada penelitian, sekalipun itu PAT atau bukan, yang bebas nilai.

3. Asumsi fundamental bahwa semua tindakan dikendalikan oleh suatu keinginan untuk memaksimalkan
kekayaan seseorang dianggap terlalu negatif dan merupakan perspektif yang terlalu menyederhanakan
manusia. Menurut Gray, Owen dan Adam (dalam Deegan,2000), PAT mempromosikan pandangan
kebangkrutan moral dunia.

4. Sejak permulaan PAT pada 1970, isu yang dibahas tidak menunjukkan perkembangan yang besar.
Sejak awal, PAT menggunakan tiga hipotesis (hipotesis utang, hipotesis bonus, dan hipotesis biaya
politis) dan telaah mengenai literatur PAT yang terbaru mengindikasikan bahwa hipotesis ini masih
terus diuji dalam lingkungan yang berbeda dan dihubungkan dengan isu kebijakan akuntansi yang
berbeda, bahkan setelah 20 tahun.

5. PAT cacat secara ilmiah karena hipotesis yang dihasilkan menurut PAT (seperti hipotesis utang,
hipotesis bonus, dan hipotesis biaya politis) seringkali tidak didukung (tetapi dipalsukan), sehingga
secara ilmiah PAT harus ditolak.

6. Peneliti akuntansi positif mengabaikan banyak hubungan spesifik organisasi dan informasi yang
dikumpulkan hanyalah informasi yang relevan menurut peneliti, yaitu karena peneliti akuntansi positif
percaya bahwa mereka dapat menghasilkan hukum dan prinsip yang diharapkan dapat beroperasi pada
situasi yang berbeda, dan ada satu kebenaran yang mendasari yang dapat ditentukan oleh pihak
independen, pengamat netral yang tidak terpengaruh oleh persepsi, keistimewaan dan bias individu.
Maksudnya, perspektif yang nampak adalah bahwa realitas muncul secara objektif dan pandangan
satu pengamat mengenai realitas akan sama dengan pandangan semua orang

Walaupun terdapat kritik-kritik di atas, PAT terus digunakan oleh peneliti akuntansi. Jurnal penelitian
akuntansi terus mempublikasikan penelitian PAT. Sejumlah sekolah penelitian akuntansi di dunia
masih mengajarkannya. Yang harus diingat adalah bahwa semua teori mempunyai batasan. Apakah
kita secara individual lebih memilih suatu teori akuntansi dibanding yang lainnya akan tergantung
pada asumsi kita mengenai berbagai isu.

BAB III

KESIMPULAN
1.        Teori positif adalah teori yang mencoba menjelaskan dan memprediksi fenomena tertentu.
2.        Teori Akuntansi Positif didesain untuk menjelaskan dan memprediksi perusahaan mana yang akan
dan mana yang tidak akan menggunakan metode tertentu, tetapi Teori Akuntansi Positif tidak
mengatakan metode mana yang harus dipakai.
3.        Tiga hipotesis utama yang sering digunakan dalam Teori Akuntansi Positif untuk menjelaskan dan
memprediksi apakah suatu perusahaan akan mendukung atau menolak metode akuntansi tertentu,
yaitu Hipotesis Rencana Bonus, Hipotesis Hutang, dan Hipotesis Biaya Politis.
4.        Dalam Teori Akuntansi Positif, terdapat dua perspektif yang digunakan untuk menerangkan
bagaimana agen hubungan keagenan, yaitu perspektif efisiensi (ex-ante) dan perspektif oportunistik
(ex-post)
5.        Banyak kritikan yang ditujukan kepada Teori Akuntansi Positif. Meskipun demikian, Teori Akuntansi
Positif terus digunakan oleh banyak peneliti akuntansi.

QUESTIONS 7 Positive Accounting Theory

7.1 Teori akuntansi positif hadir untuk mengisi kekosongan tersebut dengan jalan melakukan
serangkaian riset empiris akuntansi (tidak seperti normative) untuk membuktikan bahwa
manajer akan menggunakan metode akuntansi tertentu untuk menaikkan dan menurunkan
laba akuntansi yang diungkapkan dengan tujuan mempengaruhi harga saham. Menurut Watts
dan Zimmerman 1986, PAT adalah yang berfokus dengan penjelasan praktek akuntansi. PAT
didesain untuk menjelaskan dan memprediksi manakah yang perusahaan akan dan tidak akan
gunakan terkait metode tertentu, tetapi PAT tidak mengatakan manakah metode yang
perusahaan seharusnya gunakan.

PAT hadir untuk menjelaskan bahwa mengapa metode akuntansi tertentu dipilih oleh
manajer, hal ini diperkuat oleh hasil investigasi Ball dan Brown 1968 yang menemukan
bahwa pengumuman laba akan berdampak pada harga saham sehingga menjadi bukti bahwa
informasi biaya historis berguna untuk pasar, itu artinya hal tersebut melengkapi pandangan
teori keuangan tradisional bahwa harga sekuritas ditetapkan oleh dasar kepercayaan nilai
sekarang dari arus kas masa depan yang dihasilkan sekuritas dan juga oleh hasil dari
informasi yang akan merubah ekspetasi atas harga sekuritas.

Dalam pengembangannya, PAT juga berusaha mengaitkan hal tersebut dengan teori agensi
untuk menjelaskan pilihan manajer pada metode akuntansi tertentu (1970). Teori agensi
tersebut memberikan penjelasan yang dibutuhkan mengapa seleksi metode akuntansi tertentu
menjadi persoalan yang mana menurut PAT pasar efisien (EMH yg dikembangkan oleh
Fama) tidak bermasalah. Jadi PAT berusaha mengisi kegagalan teori pasar modal efisien
yang tidak mampu menjelaskan perilaku pasar dalam kaitannya dengan konsekuensi
ekonomi.

7.2 PAT adalah teori yang berkaitan dengan prediksi tindakan atas adanya pilihan kebijakan
akuntansi oleh manajer dan bagaimana manajer merespon suatu standar baru. Terdapat tiga
kunci hipotesis yang sering digunakan dalam penelitian PAT untuk menjelaskan dan
memprediksi untuk dukungan atau oposisi terhadap metode akuntansi, hipotesis tersebut
meliputi: Bonus Plan Hypothesis, Debt Covenant Hypothesis, Political Cost Hypothesis.

Management bonus hypothesis atau bonus plan hypothesis atau management compensation
hypothesis menjelaskan bahwa manajer yang memiliki program bonus akan memilih
kebijakan akuntansi yang menggeser laba dari periode yang akan datang ke periode sekarang
dan sebaliknya. Manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih cenderung menggunakan
metode akuntansi yang meningkatkan laba periode berjalan yang dilaporkan. Tindakan
tersebut meningkatkan nilai sekarang dari bonus yang dibayarkan kepada manajemen

Debt covenant hypothesis atau hipotesis utang/ekuitas berisi hipotesis bahwa semakin dekat
perusahaan terhadap pelanggaran perjanjian utang berbasis akuntansi, semakin mungkin
manajer memilih prosedur akuntansi yang menggeser laba dari periode yang akan datang ke
periode sekarang dan sebaliknya. Bila perusahaan memiliki rasio utang/ekuitas lebih tinggi,
para manajer lebih cenderung menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan
pendapatan. Semakin tinggi rasio utang/ekuitas, perusahaan semakin dekat dengan kendala
dalam perjanjian utang. Pelanggaran perjanjian mengakibatkan biaya standar teknis sehingga
untuk itu manajemen laba dilakukan.

7.3 Ya, jika manajer dibayar berdasarkan persentase laba maka hal ini akan memicu motivasi
manajemen dalam manipulasi profit. Hal ini sejalan dengan perspektif oportunistik yang
dimiliki oleh manajemen. Penghargaan manajer yang berdasarkan laba akuntansi dapat
menyebabkan mereka untuk memanipulasi angka akuntansi yang akan mempengaruhi
keuntungan mereka. Bonus berdasarkan keuntungan tersebut akan menyebabkan fokus
terhadap jangka pendek daripada jangka panjang yang dapat mempengaruhi investasi dalam
proyek-proyek NPV positif. Insentif bonus yang memotivasi manajemen untuk melakukan
manipulasi sejumlah angka akuntansi ini diperkuat oleh penelitian Healy (1985) yang
menemukan bahwa manajer mengadopsi metode akuntansi untuk memaksimalkan bonus jika
kontrak masih ditentukan dari pencapaian penghasilan; tetapi ketika penghasilan tidak
diharapkan untuk mencapai ketentuan minimum maka manajer akan menggeser pendapatan
untuk periode mendatang. Lewellen, Loderer dan Martin (1987) juga menemukan bahwa
manajer di AS yang mendekati pensiun cenderung untuk memainkan pengeluaran R&D
untuk memberikan penghargaan berdasarkan akuntansi yang berbasis ukuran kinerja jangka
pendek.

Lalu principal dapat mengantisipasi ekspetasi tindakan manajemen ini dengan cara merubah
skema bonus menjadi berbasis pasar yang awalnya berbasis akuntansi. Skema bonus berbasis
pasar adalah menggaji manajer berdasarkan nilai pasar dikarenakan laba akuntansi yang
sangat berfluktuasi. Metodenya meliputi bonus tunai berdasarkan peningkatan harga saham;
bonus dalam bentuk saham atau opsi saham. Diharapkan melalui skema bonus berbasis pasar
ini, manajer memiliki insentif untuk meningkatkan nilai perusahaan. Tetapi perlu diketahui
jika ini diterapkan maka akan muncul masalah seperti ternyata harga saham juga dipengaruhi
oleh faktor di luar kendali manajer, hanya manajer senior yang cenderung memiliki dampak
yang signifikan terhadap nilai saham.

7.4 Hubungan dalam teori agency berfokus pada hubungan antara principal atau pemegang
saham dan agent atau manajemen. Hubungan agency didefinisikan oleh Jensen dan Meckling
(1976) sebagai kontrak dimana satu atau lebih (principal) melibatkan orang lain (agent) untuk
melakukan beberapa layanan atas nama mereka yang mana termasuk beberapa pendelegasian
otorisasi pengambilan keputusan kepada agent. Dalam literatur ekonomi tradisional hubungan
tersebut didasarkan pada asumsi kepentingan pribadi dan maksimalisasi kekayaan. Tujuan
hubungan kontrak ini adalah membatasi potensi perilaku oportunistik agent dengan cara
menggaji lebih rendah bilamana tindakan agent merugikan principal.

Asimetri informasi akan menciptakan ketidakpastian yang memunculkan biaya transaksi dan
biaya informasi. Biaya agency adalah biaya yang meliputi monitoring cost (biaya pemantauan
perilaku agen misalnya audit laporan keuangan), bonding cost (meliputi biaya yang menjamin
perilaku agent sesuai harapan principal misalnya persiapan laporan keuangan), residual loss
(biaya untuk menghapus semua perilaku oportunistik)

Biaya agency dapat dikurangi dengan cara memanfaatkan peranan dari akuntansi sebagai
penyedia informasi kinerja keuangan agent. Informasi akuntansi dapat mengurangi biaya
agensi dikarenakan informasi tersebut berguna sebagai mekanisme pemantauan dan ikatan
untuk mengontrol upaya mementingkan kepentingan pribadi agen.

7.5 Political cost hypothesis dari PAT menjelaskan bahwa perusahaan besar lebih mungkin
untuk menggunakan pilihan akuntansi yang mengurangi laba yang dilaporkannya dibanding
perusahaan kecil. Pengurangan laba yang dilaporkan bertujuan untuk mengurangi
kemungkinan orang akan berpendapat bahwa organisasi tersebut mengeksploitasi pihak lain.
Banyak pengujian political cost hypothesis menggunakan ukuran dari perusahaan sebagai
variabel proxy untuk adanya jaminan atau keamanan politik dari beberapa grup seperti
pemerintah, grup pekerja, grup konsumen, grup lingkungan, dll. Hipotesis ini mungkin tidak
memiliki hubungan kontrak secara langsung.

7.6 Dua perspektif yang diadopsi oleh PAT yaitu:

Perspektif efisiensi

Perspektif opportunistik

· Merupakan penelitian yang menyatakan bahwa ada berbagai macam mekanisme yang dapat
digunakan dalam meminimalisasi agency cost di perusahaan

· Para peneliti menjelaskan bagaimana mekanisme meminimalkan biaya agen

· Manajer memilih metode akuntansi yang paling efisien untuk mencerminkan kinerja
perusahaan

· Teori PAT berpendapat bahwa peraturan memaksa perusahaan untuk menggunakan metode
akuntansi tertentu dalam membebankan biaya yang tidak beralasan

· Dikenal sebagai perspektif ex ante (ex ante = sebelum fakta) yaitu mekanisme diberlakukan
dimuka untuk meminimalkan biaya agen dan biaya kontrak masa depan

· Memiliki makna bahwa mekanisme yang diambil akan muncul terlebih dulu ketika ada
perjanjian kontrak.

· Berusaha untuk menjelaskan tindakan manajer terhadap kontrak


· Tidak mungkin untuk melakukan kontrak yang lengkap, sehingga manajer diasumsikan
akan bertindak oportunis untuk memaksimalkan kekayaan sendiri.

· Dikenal sebagai perspektif ex post yaitu mempertimbangkan tindakan oportunistik setelah


terdapat fakta

7.7 a) organisasi (peminjam) menyetujui untuk memasuki persetujuan dengan debtholders


bahkan dengan batasan-batasan kontrak yang ada dikarenakan dalam kemunculannya adalah
berguna untuk mengurangi biaya kepentingan dan biaya peminjaman lainnya yang mana
mereka diminta untuk membayar (Deegan 2006, 240). Bila organisasi tidak menyetujui
kontrak sehingga tidak ada perlindungan untuk melindungi kepentingan debtholders maka
diasumsikan perusahaan harus membayar biaya bunga yang lebih tinggi untuk kompensasi.
Berdasarkan penelitian Beatty dan Weber 2003, yang menjadi alasan peminjam menyetujui
pembayaran dengan biaya yang tinggi (menyetujui kontrak) adalah untuk memenuhi
kepentingan perusahaan agar mendapatkan fleksibilitas tinggi dalam memilih metode
akuntansi.

b) keuntungan debtholders dari keberadaan persetujuan adalah jaminan bagi mereka bahwa
perusahaan akan memenuhi kontrak yang ada jika perusahaan ingin tetap dapat meningkatkan
fleksibilitasnya dalam memilih metode akuntansi untuk mempertahankan batasan kontrak
utang. Jaminan dasar akuntansi ini dalam penempatannya ditujukan untuk melindungi
investasi dari debtholders dan mengatasi permasalahan biaya agensi dari utang.

7.8 PAT berargumen bahwa manajer dapat mengurangi biaya politik secara simple dengan
mengadopsi metode akuntansi yang mengurangi laba pelaporan, implikasi dari efisiensi ini
kepada berbagai pihak dalam proses politik adalah berbagai pihak akan memiliki pengawasan
politik atas perusahaan yang menjadi lebih rendah sehingga upaya peningkatan pajak,
peningkatan klaim upah, dan pemboikotan produk dapat dikendalikan oleh perusahaan.
Akibatnya dengan berkurangnya biaya politik ini maka biaya agen dapat diminimalkan
sehingga efisiensi tercapai. Persepsi yang digunakan adalah asumsi kepentingan pribadi
dalam tindakan proses politik yang mana sejalan dengan fenomena tersebut sebagaimana
dijelaskan oleh Watts dan Zimmerman 1979.

7.9 PAT berargumen bahwa semua individu akan berbuat mementingkan kepentingan diri
untuk maksimalisasi kekayaan.

a) ini adalah asumsi yang realistic bahwa memang rata-rata hampir semua manusia memiliki
sifat mementingkan diri sendiri. Perspektif ekonomi mungkin menjadi penjelas bahwa semua
individu akan bertindak bilamana dimotivasi oleh kepentingan pribadi yaitu kepentingan
ekonomi.

b) mengadopsi asumsi ini maka politikus akan mengenalkan regulasi khusus dikarenakan
politikus tahu bahwa kesejahteraan perusahaan itu akan membawa keuntungan bagi
perusahaan itu sendiri sehingga politikus akan bertindak dengan menciptakan regulasi khusus
yang dapat mempengaruhi perusahaan untuk lebih mengutamakan kepentingan umum
daripada kepentingan perusahaan saja.

c) tujuan peneliti mempelajari isu khusus tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana
akuntansi dapat digunakan oleh manajemen untuk mengurangi biaya yang berkaitan dengan
proses politik, bagaimana akuntansi berbasis perjanjian dengan pihak seperti debtholders oleh
manajer digunakan untuk mempertahankan kontrak utangnya dan bagaimana manipulasi
angka akuntansi dapat memberikan insentif bagi manajer untuk kepentingan memperkaya
dirinya sendiri.

7.10 Beberapa kritik atas PAT yaitu:

· Tidak memberikan preskripsi, karena memang PAT tidak didesain untuk mempreskripsi
melainkan menjelaskan prespektif manajer dalam memilih metode akuntansi

· PAT tidak bebas nilai (sebenarnya tidak ilmiah) karena menegaskan asumsi bahwa semua
tindakan didorong oleh kepentingan pribadi, PAT adalah ilmu sosial sehingga tidak mungkin
akan bebas nilai seperti science, PAT memang mengklaim dirinya ilmiah karena deduktif dan
induktif serta bisa diuji seperti natural science

· PAT terlalu berpandangan negatif dan sederhana mengenai perspektif manusia yang selalu
mengejar kekayaan

· Belum menunjukkan perkembangan besar yang berarti, ya memang karena PAT hanya
memiliki 3 hipotesis hingga saat ini sehingga tidak bisa memprediksi tindakan lainnya. Tidak
semua penelitian dapat membuktikan hipotesis PAT.

· Dalam melakukan penelitian empiris skala besar, peneliti mengabaikan hubungan khusus
organisasi

· PAT tidak menyediakan kejadian yang sebenarnya. Ini berarti bahwa tidak adanya
perubahan dari praktik yang ada.

· PAT bernilai tegas dan menuntut karena itu PAT tidak bernilai murah. Terlihat dari
berbagai penelitian yang telah mengadopsi PAT di dalam penelitiannya.

· PAT berbasis sebuah penilaian pendapat.

· PAT memiliki hubungan dengan asumsi fundamental.

Menurut saya, Positive Accounting Theory tetap berperan penting ditengah kritik tersebut
dikarenakan PAT dapat menjadi dasar pembuatan keputusan peraturan akuntansi (manajemen
perusahaan, akuntan publik, pegawai pajak, investor, analis keuangan, dan pemerintah). Hal
tersebut dilakukan karena PAT dapat melakukan prediksi dan pengungkapan serta
menjelaskan konsekuensi terhadap keputusan-keputusan yang diambil oleh manajemen
perusahaan.

7.11 a) ya, standar akuntansi baru akan berdampak tidak hanya pada laba perusahaan
melainkan juga nilai perusahaan. Nilai perusahaan diukur berdasarkan harga saham
perusahaan dan harga saham dipengaruhi pergerakannya juga oleh informasi yang tersedia di
pasar sehingga cukup jelas disini bahwa mengapa dengan penerapan IFRS selain
menimbulkan biaya juga memungkinkan beberapa perusahaan untuk meningkatkan laba dan
meningkatkan nilai perusahaan melalu pemilihan metode yang jauh lebih fleksibel daripada
US GAAP.

b) Ya akan sangat mungkin metode akuntansi khusus tidak berada pada posisi yang tepat
sehingga mempengaruhi efisiensi sebuah organisasi. Perlu diingat kembali bahwa perspektif
efisiensi di sebuah organisasi berusaha untuk menjelaskan mengapa perusahaan secara
sukarela mengungkapkan ke publik laporan keuangannya meskipun tidak ada regulasi, yang
bertujuan untuk menunjukkan kinerja ekonomi entitas mereka sehingga meminimalkan biaya
agency. Sehingga dengan adanya standar baru tersebut tentu belum tentu dapat menjaga
keefisienan yang ada malahan dapat menyebabkan ketidakefisienan karena karakteristik
organisasi yang berbeda akan memiliki penjelasannya sendiri mengapa mengadopsi metode
akuntansi yang berbeda.

7.12 a) dari perspektif efisien pengenalan peraturan baru atas akuntansi opsi saham dapat
membebani suatu organisasi dikarenakan akan butuh banyak biaya dan waktu yang
diperlukan perusahaan untuk proses penyesuaiannya. Deegan 2006 221, memberikan contoh
bahwa jika sebuah standar akuntansi baru dirilis yang menyarankan metode akuntansi
tertentu untuk digunakan organisasi maka ini akan memimpin ketidakefisienan karena
organisasi cenderung dalam jangka pendek akan berusaha merefleksikan kinerja terbaik
mereka. Banyak PAT berargumen bahwa manajemen harusnya mampu memiliki pilihan atas
metode akuntansi yang digunakannya sesuai dengan keadaan sekitarnya dan pemerintah
sebaiknya tidak mengintervensi proses tersebut sehingga keefisienan dapat tetap
dipertahankan.

b) pengenalan aturan baru atas akuntansi opsi saham akan membebani manajemen
dikarenakan menajer butuh waktu dan biaya untuk penerapannya dan ketika dia tidak
mematuhinya maka sanksi opini auditor dan sanksi otoritas bursa akan menghukumnya
karena tidak mengikuti aturan baru tersebut

c) yang memotivasi regulator untuk mengembangkan peraturan baru tersebut adalah untuk
mencegah peningkatan nilai wajar opsi saham yang secara tidak wajar karena dilakukan oleh
manajemen dengan cara manipulasi laba laporan perusahaan. Ini sangat berkaitan dengan
sifat kepentingan pribadi manajemen dan sifat opportunistic dari manajemen yang mungkin
memainkan harga opsi ketika mendekati tanggal exercisenya menjadi saham.

7.13 Publisitas tersebut mungkin membebani organisasi dikarenakan bank tersebut menjadi
dipandang buruk oleh masyarakat karena profitnya yang tinggi ternyata didapat dari level
yang berkelebihan atas utang konsumen di UK. Dari masyarakat, maka akan muncul gerakan-
gerakan atau persatuan yang berpotensi negative bagi bank. Dari pekerja, maka akan muncul
pandangan yang memprotes bahwa tingkat profit yang tinggi ternyata tidak dibarengi oleh
tingkat perhatian yang nyata kepada pekerjanya (kecemburuan internal). Dari pemerintah
maka publikasi ini akan semakin menekan pemerintah untuk mengeluarkan peraturan yang
membatasi praktik peminjaman bank, upah minimum dan pajak yang mengambang. Inilah
yang menjadi faktor yang akan membebani perusahaan akibat publikasi tersebut.

PAT mengekspetasikan bank akan bereaksi atas publisitas tersebut dengan cara melaporkan
laba yang tidak tinggi sehingga dapat menekan peningkatan permintaan peraturan konsumen,
upah yang tinggi dan pajak mengambang. Ini sejalan dengan pernyataan yang ditulis oleh
Watts dan Zimmerman 1978 bahwa manajemen dapat memainkan laba untuk tujuan
perlawanan atas tindakan politik dan mengurangi biaya yang diekspetasikan akan keluar
ketika laba dilaporkan terlalu besar yaitu seperti biaya pajak dan biaya upah yang meningkat.

QUESTIONS 8 Unregulated Corporate Reporting Decisions


8.1 Menurut Mathews 1993, kontrak sosial merupakan kontrak yang muncul antara
perusahaan dan masyarakat (kumpulan individu) dimana masyarakat adalah pihak yang
memberikan ijin hukum pendirian perusahaan serta yang mengotorisasi kepemilikan dan
penggunaan sumber daya alam dan menggaji pekerja. Organisasi tidak memiliki hak yang
melekat atas keuntungan yang diperolehnya sehingga masyarakat akan mengijinkan mereka
untuk tetap ada bilamana keuntungan mereka tersebut dikurangi untuk memenuhi biaya
sosial. Kontrak sosial juga merupakan harapan implisit dan eksplisit yang dimiliki
masyarakat sekitar mengenai bagaimana organisasi seharusnya melakukan kegiatan
operasionalnya, yaitu yang sesuai dengan persyaratan hukum (persyaratan eksplisit dari
kontrak) dan mewujudkan harapan masyarakat (persyaratan implisit dari kontrak). Secara
tradisional ukuran kinerja dikatakan optimal bila mampu memaksimalkan keuntungan, tetapi
harapan publik saat ini telah berubah sehingga organisasi kini dituntut untuk menangani
masalah-masalah sosial kemanusian, lingkungan dan lainnya selain maksimisasi keuntungan.
Relevansi kontrak sosial dengan teori legitimasi adalah gagasan tersebutlah yang mendasari
teori legitimasi. Artinya agar organisasi dapat memastikan bahwa mereka telah beroperasi
dalam batas-batas dan norma-norma masyarakat sehingga dianggap sah adalah dengan cara
terus berusaha secara konstan untuk memenuhi persayaratan kontrak sosial yang ada dalam
masyarakat (Shocker dan Sethi, 1974).

8.2 Peranan legitimasi dan kontrak sosial atas kebijakan pengungkapan perusahaan adalah
perusahaan akan melakukan kebijakan pengungkapan tanpa perlu adanya regulasi
dikarenakan pengungkapan tersebut merupakan bagian dari portofolio strategi yang
dilakukan perusahaan untuk mendapatkan legitimasi dan mempertahankan legitimasi dari
masyarakat. Kedua pemikiran tersebut digunakan oleh banyak peneliti untuk meneliti praktek
akuntansi sosial dan lingkungan dan pengungkapannya yang mana salah satunya berdasarkan
penelitian Deegan dan Rankin 1996, dengan adanya teori legitimasi dan kontrak sosial maka
perusahaan dituntut untuk mengungkapkan lebih banyak informasi lingkungannya secara
signifikan.

8.3 Aktivitas yang dapat manajemen tetapkan untuk memenuhi bentuk-bentuk kontrak sosial
adalah seperti yang digarisbesarkan oleh Dowling dan Pfeffer 1975 yaitu:

· Beradaptasi dengan output, tujuan dan metode operasi agar sesuai dengan definisi legitimasi
yang berlaku

· Organisasi akan berusaha mencoba melalui komunikasi, untuk mengubah definisi legitimasi
sosial sehingga sesuai dengan praktek, output dan nilai-nilai yang disajikan oleh organisasi

· Mencoba melalui komunikasi untuk menjadi identik dengan simbol atau nilai-nilai yang
menyiratkan legitimasi

Implikasi jika perusahaan melanggar kontrak sosial tersebut yaitu:

· Masyarakat memungkinkan organisasi untuk tidak dapat melanjutkan operasinya karena


ketidakmampuan organisasi dalam memenuhi harapan mereka

· Organisasi mungkin akan kesulitan untuk mendapatkan dukungan dan sumber daya yang
diperlukan untuk tetap dapat melanjutkan operasinya

· Pada akhirnya, hal tersebut dapat mengakibatkan sanksi kepada perusahaan seperti
pembatasan hukum terhadap operasi perusahan, sumber daya menjadi terbatas yang
disediakan bahkan berkurangnya permintaan produk perusahaan tersebut oleh masyarakat.

8.4 Jika manajemen organisasi tidak beroperasi sesuai dengan harapan masyarakat sehingga
melanggar kontrak sosial maka konsisten dengan teori legitimasi, manajemen perusahaan
akan segera berusaha untuk melakukan aktivitas yang dapat tetap melegitimasi tindakannya
pada periode berikutnya seperti yang dinyatakan oleh Lindblom 1994 yang mengidentifikasi
empat tindakan organisasi atau manajemen perusahaan tersebut yaitu:

1. mendidik dan menginformasikan kepada masyarakat tentang aktualisasi perubahan kinerja


dan kegiatannya yang sejalan dengan nilai-nilai dan harapan sosial,

2. mengubah persepsi masyarakat mengenai kinerja dan akitivitas organisasi tetapi tidak
merubah perilaku aktual organisasi,

3. memanipulasi persepsi dengan mengalihkan perhatian dari masalah tertentu ke isu-isu


terkait lainnya seperti pemaparan bagaimana organisasi telah memenuhi harapan masyarakat
di area lainnya dari aktivitasnya

4. mengubah harapan eksternal atas kinerja perusahaan dengan cara seperti pernyataan bahwa
pemenuhan harapan masyarakat secara spesifik adalah tidak beralasan.

8.5 Jika organisasi mengalami kecelakaan atau kejadian maka mereka tentu akan
menggunakan annual report sebagai kendaraannya untuk mencoba menjelaskan kejadian
tersebut. Mereka menggunakan annual report tersebut dengan cara pemaparan dan penjelasan
untuk mengimplementasikan setiap strategi atas kasus tersebut. Mereka menggunakan annual
report pada kejadian ini dikarenakan annual report adalah biasanya berisi perspektif strategis
dari laporan keuangan yang menjadi tempat pelaporan sosial dan tanggungjawab perusahaan.
Menurut penelitian Patten 1992, tampak bahwa setidaknya untuk pengungkapan lingkungan
dan ancaman terhadap legitimasi sebuah perusahaan yang menarik perhatian maka
perusahaan akan cenderung untuk memasukkannya dalam annual report karena di dalamnya
perusahaan dapat memasukkan lebih banyak informasi tanggungjawab sosialnya.

8.6 Manajemen akan membuat pengungkapan yang berhubungan dengan kejadian dunia
nyata dikarenakan mereka tidak ingin memperbesar risiko reputasi manajemen yang akan
mereka dapatkan dari masyarakat. Manajemen juga mempercayai bahwa komunitas akan
merasakan kejadian nyata tersebut dikarenakan masyarakat mengetahui kebenaran hal
tersebut melalui pengungkapan yang dilakukannya dimana informasi yang manajemen
sediakan adalah berdasarkan interaksi yang sesungguhnya antara organisasi dan lingkungan
fisik dan sosial dimana komunitas tersebut terlibat didalamnya. Untuk semakin dapat
meyakinkan bahwa pengungkapan berhubungan dengan kejadian nyata dunia adalah dengan
melihat hasil penelitian “empiris” seperti dari Deegan dan Gordon 1996 yaitu:

· Menyelidiki obyektivitas praktik pengungkapan lingkungan dan tren dari waktu ke waktu,
pengungkapan lingkungan selalu berkaitan dengan perhatian kelompok lingkungan

· Ditemukan peningkatan pengungkapan dari waktu ke waktu terkait pula dengan


keanggotaan kelompok peningkatan lingkungan sebagian besar pengungkapan bersifat positif

· Hubungan positif antara lingkungan industri dan pengungkapan


8.7 Stakeholder theory adalah teori yang melihat hubungan antara stakeholder dengan
keputusan pengungkapan laporan perusahaan tanpa regulasi. Stakeholder tersebut menurut
Freeman & Reed 1983 (normative) adalah setiap kelompok atau individu yang diidentifikasi
dapat mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi, atau dipengaruhi oleh tercapainya tujuan
organisasi. Teori stakeholder terbagi dalam dua cabang yaitu: 1) cabang etika (moral) atau
cabang normative dimana juga dipertimbangkan sebagai suatu perspektif dan 2) cabang
positif atau cabang manajerial.

Cabang Etika

Cabang Manajerial

· Semua stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan secara adil oleh organisasi

· Isu-isu kekuasaan stakeholder adalah tidak relevan secara langsung

· Manajemen harus mengelola organisasi untuk kepentingan seluruh stakeholder

· Perusahaan adalah kendaraan untuk kepentingan koordinasi stakeholder

· Manajemen memiliki hubungan fidusia kepada seluruh stakeholder

· Bila ada konflik kepentingan maka setiap stakeholder dapat memiliki pertimbangan masing-
masing yang mana mereka berhak mendapatkan keseimbangan yang optimalnya

· Stakeholder memiliki hak untuk diberi informasi, bahkan jika tidak digunakan

· Cabang etika tidak membedakan informasi kepada stakeholder primer dan sekunder

· Menurut cabang ini, harapan kelompok stakeholder berdampak pada pengungkapan


kebijakan operasional organisasi

· Cabang teori ini dapat diuji dengan pengamatan empiris sehingga tidak seperti cabang etika
normative

· Secara khusus mempertimbangkan setiap kelompok stakeholder secara berbeda dalam


masyarakat (tidak masyarakat keseluruhan seperti teori legitimasi), dan bagaimana mengelola
stakeholder tersebut dengan baik

· Upaya untuk menjelaskan ketika manajemen perusahaan akan cenderung untuk hadir
dengan harapan stakeholder (kuat) tertentu

· Organisasi berpusat pada stakeholder yang diidentifikasi oleh organisasi dan sejauh mana
organisasi percaya hubungan baik perlu dikelola dalam kepentingan organisasi

· Harapan para pemangku kepentingan dianggap berdampak pada kebijakan operasi dan
pengungkapan.

· Penelitian empiris untuk cabang manajerial ini dilakukan oleh Roberts (1992) yang
menemukan kekuatan stakeholder akan berhubungan dengan kebutuhan informasi yang dapat
menjelaskan tingkatan dan tipe pengungkapan sosial

· Penelitian empiris Neu, Warsame dan Pedwell (1998) yang menemukan bahwa grup
stakeholder khusus dapat mempengaruhi keefektifan dalam permintaan pengungkapan
tanggungjawab sosial

8.8 Dibawah perspektif manajerial dari teori stakeholder, dapat diekspetasikan bahwa
organisasi sangat mungkin memenuhi permintaan informasi dari grup stakeholder khusus
dikarenakan organisasi memang tidak akan menanggapi semua pihak secara sama dan
organisasi hanya akan menanggapi permintaan grup stakeholder khusus yaitu yang paling
kuat saja. Kekuataan stakeholder terlihat dalam fungsi dari tingkat kontrol stakeholder atas
sumber daya yang dibutuhkan oleh organisasi. Harapan dan relativitas kekuatan tersebut akan
berubah dan organisasi harus terus menyesuaikan strategi operasinya sesuai dengan
permintaan dari grup stakeholder kuat tersebut. Hasil penelitian Neu, Warsame dan Pedwell
1998 menunjukkan bahwa perusahaan lebih bertanggungjawab atas permintaan dari
stakeholder keuangan dan regulasi pemerintah daripada perhatian kepada ahli lingkungan.
Lalu dijelaskan pula bahwa organisasi akan memenuhi permintaan informasi dari stakeholder
khusus bilamana ada provisi atas informasi tersebut seperti berguna untuk kelanjutan operasi
dari entitas bisnisnya.

8.9 a) Aplikasi perspektif manajerial dari teori stakeholder atas kasus ini adalah manajerial
akan cenderung tidak peduli dengan perhatian amal dari One Parent Families untuk kredit
bagi orang tua tunggal. Alasannya adalah perspektif ini mungkin menganggap bahwa
lembaga amal tersebut bukanlah powerful stakeholders. Perspektif manajerial akan cenderung
menganggap bahwa kebijakan pemenuhan permintaan pihak lembaga tidak akan berdampak
pada kelangsungan hidup bank sehingga kepentingan stakeholder kuat dari bank yang akan
lebih diutamakan untuk menjaga strategi bank tetap baik.

b) Jika yang diaplikasikan adalah perspektif etis dari teori stakeholder maka harusnya mereka
peduli atas hal tersebut dikarenakan perspektif etis memiliki pemikiran bahwa setiap
stakeholder memiliki hak yang sama tanpa ada batasan kekuatan-kekuatan didalamnya.
Keluarga dengan orangtua tunggal merupakan stakeholder yang juga menjadi tanggungjawab
bank untuk diberikan fasilitas kredit yang sesuai sehingga perspektif etis akan cenderung
tidak melihat kelangsungan hidupnya berdasarkan perbedaan stakeholders.

c) Jika menurut masyarakat kebijakan bank tidak beralasan maka bank akan menggunakan
annual reportnya untuk mempertahankan posisi mereka sebagaimana dalam teori legitimasi.
Bank akan menunjukkan dalam annual reportnya bahwa mereka telah melakukan kebijakan
sosial lainnya selain kebijakan kredit untuk orangtua tunggal tersebut dengan maksud bahwa
perusahaan akan mengalihkan isu permasalahan yang ada ke isu lainnya (hal ini sejalan
dengan pemikiran komunikasi legitimasi dari Lindblom 1994). Legitimasi adalah status atau
kondisi yang terjadi ketika sistem nilai suatu entitas adalah sama dan sebangun dengan
masyarakat, dan untuk mencapainya maka bank tersebut akan menggunakan annual
reportnyanya untuk bertahan dari tuntutan lembaga amal. Penggunaan annual report untuk
mempertahankan posisinya ini mungkin dapat dijelaskan secara lebih baik seperti dalam
penelitian Deegan, Rankin dan Voght 2000 yang mana menjelaskan bagaimana
pengungkapan sosial dalam laporan tahunan berubah di sekitar waktu insiden sosial utama
(dalam hal ini terkait kredit bank tersebut).
8.10 Ada dua dimensi utama dari teori kelembagaan yaitu isomorfisma dan decoupling.
Isomorfisma mengacu pada proses menghambat yang memaksa satu unit dalam populasi
menyerupai unit lain dalam menghadapi set kondisi lingkungan yang sama (DiMaggio &
Powell 1983). Terdapat tiga proses isomorfik berbeda yaitu koersif, mimesis, normatif

a) Coercive isomorphism

Muncul di mana organisasi hanya akan mengubah praktik kelembagaan mereka karena
tekanan dari stakeholder yang mana organisasi itu bergantung. Ini terkait dengan cabang
manajerial dari teori stakeholder. Karena para stakeholder kuat mungkin memiliki harapan
serupa di organisasi lain sehingga dalam praktek di seluruh organisasi akan cenderung sesuai

b) Mimetic isomorphism

Organisasi sering menyalin praktek organisasi lain untuk keunggulan kompetitif dan untuk
mengurangi ketidakpastian. Ketidakpastian merupakan kekuatan yang mendorong imitasi
(DiMaggio & Powell 1983). Organisasi dalam sektor tertentu mengadopsi praktek-praktek
serupa dengan yang diadopsi oleh pemimpin organisasi yang mana meningkatkan persepsi
stakeholder eksternal dari legitimasi organisasi

c) Normative isomorphism

Tekanan dari norma-norma kelompok untuk mengadopsi praktek-praktek kelembagaan


tertentu. Kelompok-kelompok tertentu tersebut dengan pelatihan tertentu akan cenderung
mengadopsi praktik yang sama dan ketidakpatuhan dapat mengakibatkan sanksi yang
dikenakan oleh kelompok tersebut.

8.11 Teori stakeholder dan teori legitimasi merupakan dua hal yang tidak menyediakan
persaingan dan tidak saling mutually exclusive yang artinya ketika mengikuti salah satu
perspektif maka kita tetap dapat pula mengikuti perspektif lainnya bahkan menggabungkan
keduanya seperti dalam teori institusional. Berdasarkan penelitian Gray, Kouhy dan Lavers
1995, teori legitimasi dan stakeholder memiliki banyak persamaan sehingga keduanya tidak
harus diperlakukan sebagai dua teori yang terpisah melainkan sebagai dua (overlapping)
perspektif isu yang dibentuk dari kerangka asumsi yang sama yaitu ekonomi politik.
Ekonomi politik sendiri adalah kerangka sosial, politik dan ekonomi yang terjadi dalam
kehidupan manusia (Gray, Owen & Adams 1996). Teori legitimasi dan teori stakeholder
tidak bersifat mutually exclusive dikarenakan mereka sama-sama mengadopsi perspektif
bourgeois yaitu perspektif yang tidak secara eksplisit mempertimbangkan konflik struktural
dan perjuangan kelas, perspektif yang prihatin dengan interaksi antar kelompok di dunia yang
dasarnya pluralistik yang mana keduanya tidak mempertanyakan atau mempelajari struktur
berbagai kelas dalam masyarakat. Teori institusional yang menggabungkan kedua teori ini
juga merupakan cabang dari dua perspektif teori ekonomi politik yaitu klasik dan borjuis
sehingga ketiganya bukanlah perspektif teori yang harus dipisahkan dan dipilih salah satu
untuk menjelaskan hubungan peran informasi dan pengungkapan praktik pelaporan
perusahaan secara sukarela. Teori institusional bahkan telah menunjukkan dan menjelaskan
berbagai tekanan yang membuat manajer sebagai subjek untuk penekanan untuk perubahan
atau adopsi praktik-praktik pelaporan perusahaan secara sukarela yang mana penjelasannya
berusaha menggabungkan penjelasan dari legitimasi dan stakeholder.

QUESTIONS 9 Social and Environmental Reporting


9.1 Yang lingkungan lakukan dengan akuntansi adalah lingkungan berusaha untuk merubah
fokus perusahaan yang pada awalnya menggunakan akuntansi keuangan sebagai pelaporan
informasi yang ditujukan kepada pihak-pihak pengelolah sumber daya saja menjadi akuntansi
yang memberikan pelaporan informasi tanggungjawab sosial dan lingkungan perusahaan.
Pada awal 1990, mulai muncul banyak organisasi yang mengeluarkan berbagai bentuk
laporan sosial dan lingkungannya. Ini menjadi bentuk refleksi perubahan ekspetasi mengenai
tanggungjawab dan kinerja dari bisnis yang mana menuju turunan dari akuntansi yaitu
akuntansi lingkungan dan akuntansi sosial. Karena area pelaporan informasi bisnis ini
terbilang baru dan masih berkembang maka akuntan sebagai pemroduksi laporan informasi
berkaitan dengan operasional entitas keseluruhan harus juga ikut terlibat di dalamnya.

9.2 Menurut Gray, Owen, dan Adams (1996), akuntabilitas adalah kewajiban untuk
memberikan perhitungan atas tindakan-tindakan yang menjadi tanggungjawabnya.
Akuntabilitas dapat diartikan juga sebagai yang dapat dipertanggungjawabkan. Kewajiban-
kewajiban dari individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber daya
publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut
pertanggungjawabannya tersebut juga dapat diartikan sebagai akuntabilitas.

a) Akuntabilitas hubungannya dengan akuntansi yaitu terkait dengan model Gray, Owen dan
Adams (1996) dimana perusahaan mempunyai kewajiban tanggungjawab yang menjadi hak
bagi stakeholders. Tugas tersebut dalam akuntansi harus tersedia dalam account (tidak berarti
harus akun keuangan) yang mengukur kinerja sosial dan lingkungan organisasi atau bisa juga
dalam perhitungan dari tindakan-tindakan untuk tanggungjawab tersebut. Deegan (2006, 311)
mengatakan jika kita menyetujui bahwa entitas mempunyai tanggungjawab dan akuntabilitas
untuk kinerja sosial dan lingkungan mereka, maka sebagai akuntan kami juga menyetujui
kewajiban untuk menyediakan akun dari kinerja sosial dan lingkungan organisasi.

b) Akuntabilitas hubungannya dengan sebuah tanggungjawab organisasi meliputi dua


tanggung jawab yaitu 1) tanggung jawab untuk melakukan tindakan tertentu dan atau untuk
menahan diri dari mengambil tindakan tertentu, 2) tanggung jawab untuk membuat
perhitungan atas tindakan tersebut atau untuk memberikan penjelasan tentang tindakan-
tindakan tersebut.

9.3 Pembangunan berkelanjutan atau sustainable development menurut World Commission


on Environment and Development 1987 adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan
dunia saat ini dengan tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhan mereka sendiri. Ini menjadi pusat untuk agenda bisnis antar-generasi dan intra-
generasi. Organisasi bertanggungjawab atas keberlanjutan praktek bisnis mereka melalui
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan tersebut bahkan tanpa undang-undang.

9.4 Rasionalitas ekonomi menurut ekonom dan peneliti akuntansi adalah suatu tindakan atau
kegiatan yang memaksimalkan kesejahteraan diri sendiri. Hal ini sangat berhubungan dengan
kepentingan diri sendiri dan sikap bahwa seseorang tidak akan pernah cukup memiliki
banyak kekayaan. Sehingga sangat jelas bahwa rasionalitas ekonomi dan keberlanjutan
adalah hal yang saling tidak konsisten dan bertolak belakang. Artinya ketika seseorang
mengambil keputusan berdasarkan rasionalitas ekonominya maka dia tidak akan pernah bisa
mempertimbangkan keberlanjutan. Pertimbangan seseorang yang selalu fokus pada
kepentingan dirinya sendiri dan berusaha untuk terus meningkatkan keuntungan atau
kekayaannya melalui semakin banyaknya konsumsi yang tanpa batas akan membuat
seseorang menjadi tidak akan pernah dapat memecahkan masalah lingkungan dan sosial yang
berkelanjutan. Untuk itu seseorang sebaiknya tidak terlalu menggunakan perilaku rasional
ekonomisnya dalam pengambilan keputusan yang berkelanjutan.

9.5 Eksternalitas adalah perhatian kepada pihak-pihak berkepentingan di luar perusahaan


seperti implikasi sosial dan lingkungan dari operasi entitas. Eksternalitas disebabkan oleh
entitas tidak dapat diukur secara handal dan biasanya tidak diakui dalam kriteria pencatatan
yang disediakan oleh kerangka kerja IASB. Praktik akuntansi keuangan biasanya
mengabaikan atau mengesampingkan eksternalitas dikarenakan adanya asumsi entitas
pelaporan. Akuntansi keuangan yang mengadopsi asumsi entitas meminta organisasi
diperlakukan secara berbeda sebagai sebuah entitas yang terpisah dari pemiliknya, organisasi
lain dan stakeholders lainnya. Jika transaksi tidak berdampak secara langsung pada entitas
maka transaksi atau peristiwa tersebut harus diabaikan atau dikesampingkan untuk tujuan
akuntansi. Inilah yang menyebabkan akuntansi keuangan mengabaikan eksternalitas yang
berarti untuk tujuan pengukuran kinerja (profit) maka tidak dapat dilengkapi dengan luasnya
perspektif sosial. Permasalahan dapat diukur atau measurability menjadi alasan yang
menyebabkan entitas seringkali mengabaikan eksternalitas karena mempercayakan kepada
berbagai estimasi dan perkiraan-perkiraan yang secara potensial tidak dapat diukur.

9.6 Audit sosial menurut Deegan (2006, 361) adalah suatu bentuk jasa atestasi independen
atau verifikasi atas informasi laporan sosial dan lingkungan yang berhubungan dengan
praktik akuntansi sosial dan lingkungan. Menurut Elkington 1997, audit sosial bertujuan
untuk menaksir atau menetapkan kinerja perusahaan yang berhubungan dengan persyaratan
dan ekspetasi-ekspetasi masyarakat. Hasil audit sosial ini menjadi bagian penting dari dialog
perusahaan dengan stakeholders. Alasan mengapa entitas pencari laba kesusahan dengan
audit sosial ini adalah karena mereka biasanya kesulitan untuk membuktikan bahwa
organisasinya telah berhasil bertanggungjawab dan transparan dalam melaporkan kinerja
sosial dan lingkungannya yang mana terkadang masih tidak sesuai dengan persyaratan dan
ekspetasi dalam masyarakat.

9.7 Uni Eropa berpikir bahwa perlu pendefinisian ulang dari akuntansi atas pengukuran
konsumsi dan penggunaan sumber daya lingkungan sebagai bagian dari full cost produksi dan
direfleksikan dalam harga pasar. Pemikiran tersebut mungkin dibuat karena kekurangan yang
ada dalam pendekatan tradisional untuk akuntansi keuangan. Akuntansi keuangan dengan
ketergantungannya pada pengendalian (dalam kaitannya dengan definisi aset dan beban) dan
prinsip entitas (dalam batasan akuntansi) biasanya pasti bertindak untuk mengabaikan
eksternalitas sosial dan lingkungan yang disebabkan oleh asumsi entitas pelaporan. Akhirnya
hal tersebut akan berdampak pada laba yang dilaporkan cenderung dilebih-lebihkan dan
harga produk menjadi relatif dikecilkan karena pengukuran atas barang bebas cenderung
diukur dengan cara mendapatkannya (misalnya memberi harga pada penggunaan udara, air,
dsb). Pemikiran Uni Eropa sering dianggap baik karena jika harga disesuaikan untuk
pembayaran full cost atas eksternalitas yang disebabkan oleh entitas pelapor maka konsumsi
barang atau jasa dengan komponen eksternalitas yang tinggi (misalnya barang yang
menghasilkan tingkat polusi yang tinggi ketika diproduksi) akan dapat dikurangi secara
konsekuen dan akibatnya masyarakat akan lebih baik. Namun setiap perspektif pasti memiliki
pemikiran etika yaitu golongan masyarakat mana yang akan lebih baik karena tidak mungkin
setiap orang menjadi lebih baik akibat perspektif pendefinisian ulang akuntansi dari UE
tersebut.

9.8 Pelaporan triple bottom line adalah konsep pelaporan yang diperkenalkan oleh John
Elkington tahun 1988 yang sering disingkat TBL atau 3BL atau juga 3P yaitu People, Planet
and Profit. Ketiganya merupakan pilar utama yang mengukur nilai kesuksesan suatu
perusahaan dengan tiga criteria yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial. 3P tersebut secara
lebih jelas adalah sebagai berikut:

1. People menekankan pentingnya praktik bisnis suatu perusahaan yang mendukung


kepentingan tenaga kerja. Secara lebih spesifik konsep ini melindungi kepentingan tenaga
kerja dengan menentang adanya eksplorasi yang mempekerjakan anak di bawah umur,
pembayaran upah yang wajar, lingkungan kerja yang aman dan jam kerja yang dapat
ditoleransi.

2. Planet berarti mengelola dengan baik penggunaan energi terutama atas sumber daya alam
yang tidak dapat diperbarui. Mengurangi hasil limbah produksi dan mengolah kembali
menjadi limbah yang aman bagi lingkungan, mengurangi emisi CO2 ataupun pemakaian
energi merupakan praktik yang banyak dilakukan oleh perusahaan yang telah menerapkan
konsep ini.

3. Profit disini diartikan lebih dari sekadar keuntungan. Profit disini berarti menciptakan fair
trade dan ethical trade dalam berbisnis.

Triple Bottom Line mencoba untuk mengungkapkan penyelenggaraan aktivitas sosial dan
lingkungan yang dilakukan perusahaan. Kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan,
Triple Bottom Line merupakan suatu alternatif pelaporan, meskipun ia tidak sama persis
dengan pelaporan keberlanjutan (sustainability reporting). Prinsip pembangunan
berkelanjutan yang dimiliki oleh konsep TBL adalah memberikan informasi mengenai kinerja
ekonomi, sosial dan lingkungan perusahaan serta memudahkan pihak eksternal untuk
mengetahui informasi dan menilai seberapa besar keberlanjutan (sustainability) sebuah
entitas. Akhirnya sebuah entitas untuk dapat mencapai pembangunan berkelanjutan dalam
jangka panjang haruslah memiliki 3P tersebut yaitu: terjamin secara finansial (profit), mampu
meminimalisir dampak negatif (planet), bertindak sesuai dengan harapan sosial (people).

9.9 Relevansi profesi akuntansi dan pembangunan berkelanjutan adalah profesi akuntansi
harus dapat melaporkan bagaimana organisasi mencapai kemajuan mereka untuk tujuan
pembangunan berkelanjutan. Keberlanjutan menjadi harapan yang dipegang oleh para
stakeholder dan profesi akuntansi harus menyediakan informasi tentang kinerja keberlanjutan
perusahaan yang akan meningkatkan kepercayaan stakeholders. Banyak organisasi membuat
pernyataan publik bahwa tanggungjawabnya melampaui pemegang saham untuk mencakup
masyarakat di mana mereka beroperasi dan masyarakat secara keseluruhan serta kepada
generasi mendatang. Jika sebuah organisasi menerima tanggungjawab bagi kelangsungan
(sustainable) praktek bisnisnya, maka organisasi melalui profesi akuntansi harus mampu
menghasilkan penjelasan tentang tanggungjawabnya tersebut dengan memberikan laporan
keberlanjutan.

9.10 Profesi akuntansi secara umum tidak mungkin merilis standar akuntansi yang berkaitan
dengan pengungkapan informasi lingkungan dikarenakan sampai saat ini tanggungjawab
sosial dan lingkungan perusahaan itu masih bersifat voluntary atau sukarela atau tidak wajib
sehingga tidak dapat sebuah standar ditetapkan untuk tujuan penyeragaman pengungkapan
informasi kinerja sosial dan lingkungan yang secara tidak langsung juga memaksa entitas
dengan berbagai bentuk, ukuran dan dampak operasional mereka untuk melakukan praktik
tanggungjawab yang sama. Profesi akuntansi juga tidak dapat memunculkan standar
akuntansi ke dalam praktik akuntansi keuangan konvensional karena memang akuntansi
keuangan tersebut tidak muncul untuk menyediakan informasi mengenai pengungkapan
lingkungan dan sosial perusahaan. Taksiran dampak dari sebuah organisasi terhadap
lingkungan khususnya serta solusinya pasti berbeda-beda antar perusahaan sehingga sangat
sulit untuk adanya standar akuntansi yang mengatur kesemua pelaporan informasi
lingkungan.

9.11 a) Saya setuju dengan pemikiran Collison bahwa perhatian kepada grup pemegang
saham memang seringkali diatas grup pemegang kepentingan lainnya. Pemikiran saya ini
sejalan dengan teori stakeholder yang mengatakan bahwa primary stakeholder harus lebih
diutamakan karena mereka yang mempengaruhi dan dipengaruhi secara langsung atas bisnis
organisasi. Pemaksimalan laba yang secara tidak langsung juga memaksimalkan kepentingan
salah satu grup stakeholder memang sangat mungkin terjadi dalam praktek akuntansi dan
keuangan sehingga seringkali fungsi aljabar telah mengabaikan nilai-nilai moral di dalamnya.

b) Dalam jangka pendek memang perusahaan akan mampu menghasilkan profit sebanyak-
banyaknya untuk kepentingan salah satu grup pemegang kepentingan namun dalam jangka
panjang pasti perusahaan tidak akan dapat terus memaksimalkan labanya dikarenakan ada
dampak dari setiap bisnis mereka tidak hanya terhadap ekonomi tetapi juga lingkungan dan
sosial sehingga ukuran kinerja sosial dan lingkungan dapat menjadi alternative lain untuk
mengukur keberlangsungan usaha suatu perusahaan

c) Dengan penerapan pembayaran full cost atas eksternalitas yang disebabkan oleh entitas
pelapor maka konsumsi barang atau jasa dengan komponen eksternalitas yang tinggi akan
dapat dikurangi secara konsekuen dan akibatnya masyarakat akan lebih baik. Tetapi muncul
pertanyaan bahwa masyarakat mana yang lebih baik? Grup kepentingan yang mana yang
lebih baik? Sehingga sangat tidak mungkin Collison dapat menjelaskan dasar kebenaran dan
keadilan kepada setiap orang atau masyarakat yang berhubungan tidak langsung dengan
perusahaan.

9.12 Teori akuntansi yang berbeda akan memberikan penjelasan alternatif tentang mengapa
suatu entitas memutuskan untuk melaporkan informasi sosial dan lingkungan secara berbeda
pula. Berikut teori-teori ini menjelaskan tentang mengapa perusahaan mempublikasikan
informasi mengenai strategi perusahaan dan kinerja lingkungannya (CSR) secara sukarela,
yaitu :

a) Teori Akuntansi Positif:

Teori ini memprediksikan bahwa setiap orang dikendalikan oleh kepentingan pribadi. Jadi
aktifitas sosial lingkungan beserta pengungkapannya dilakukan hanya jika dapat
meningkatkan kekayaan perusahaan. Pengungkapannya bergantung pada kekayaan implikasi
positif.

b) Teori Legitimasi:

Teori ini berkaitan dengan kontrak sosial dimana menurut perspektif ini, perusahaan akan
melakukan aktivitas sosial tertentu jika manajemen beranggapan bahwa tindakan tersebut
diharapkan oleh komunitas masyarakat dimana perusahaan beroperasi. Pengungkapannya
adalah terkait dengan memberikan bukti bahwa entitas telah memenuhi harapan masyarakat.
c) Teori Stakeholder:

Teori ini memprediksikan bahwa manajemen cenderung terlalu berfokus pada ekspektasi
stakeholder (pemilik dumber daya). Jika manajer termotivasi untuk meningkatkan nilai
pemegang saham, maka pelaporan ini akan ditujukan untuk memenuhi harapan para
stakeholder yang kuat

d) Teori Institusional

Organisasi akan mengadopsi praktik tertentu karena tekanan kelembagaan

9.13 Sejumlah organisasi akan merilis laporannya ke publik agar mendapatkan ijin publik
untuk tetap dapat beroperasi, bentuk motivasi perusahaan tersebut dapat dijelaskan dengan
teori legitimasi yaitu perspektif kontrak sosial. Kontrak sosial adalah konsep yang digunakan
untuk merepresentasikan banyak harapan implisit dan eksplisit masyarakat mengenai
bagaimana organisasi seharusnya mengkondisikan bisnisnya. Hal ini berfokus pada asumsi
bahwa masyarakat akan mengijinkan organisasi untuk melanjutkan operasinya selama
harapan sosial mereka terpenuhi. Tetapi harapan masyarakat tersebut berbeda satu dengan
lainnya dan berubah dari waktu ke waktu sehingga perspektif untuk merealisasikan harapan
seluruh masyarakat ini tidak mungkin dapat tercapai. Maksud dan tujuan dari persepktif ini
adalah untuk menjelaskan bahwa ada hubungan antara masyarakat, organisasi dan operasinya
di dalam masyarakat. Sehingga melalui perspektif kontrak sosial inilah muncul pemikiran
dari sejumlah organisasi untuk tetap merilis laporannya ke publik yaitu untuk meningkatkan
kepercayaan masyarakat pada kebaikan operasi perusahaan agar mereka tetap dapat ijin
beroperasi dari masyarakat.

9.14 Konsep pembangunan berkelanjutan dalam laporan Brundtland pada intinya


memfokuskan bahwa sebuah harapan terbesar dari keberlanjutan akan menuntut syarat bahwa
organisasi sekarang harusnya peduli pada konsumsi untuk memenuhi kebutuhan generasi
yang akan datang. Pemuasaan konsumsi saat ini untuk generasi masa depan dan konsep
entitas bisnis biasanya pasti saling tidak konsisten. Karena asumsi entitas sangat berkaitan
dengan pemikiran kepentingan diri sendiri saat ini dari suatu entitas yang terlepas dari
kepentingan pemilik dan harapan masyarakat sehingga konsep keberlanjutan dengan 3 pilar
yang mendasarinya tidak mungkin diterapkan dalam laporan akuntansi keuangan yang
menganut tujuan tersebut tanpa modifikasi. Entity perspective menjadi tujuan pelaporan
keuangan karena perusahaan harus dapat memisahkan dan membedakan kepemilikan
perusahaan (yaitu pemegang kepentingan saat ini) menggunakan perspektif entitas ini. Entity
perspective adalah konsisten dengan lingkungan bisnis sekarang dimana kebanyakan
perusahaan terlibat dalam pelaporan keuangan yang memiliki substansi terpisah sehingga
keberlanjutan tidak terpikirkan dalam perspektif tersebut. Kaitannya dengan going concern
adalah kelangsungan berarti perusahaan dianggap mampu bertahan cukup lama untuk
memenuhi tujuan dan komitmennya sendiri. Implikasi asumsi ini seperti prinsip biaya akan
kegunaan suatu aset yang terbatas sehingga butuh adanya alokasi (penyusutan, amortisasi dan
revaluasi) untuk kepentingan operasi masa depan perusahaan. Hal ini berbeda dengan konsep
keberlanjutan yang lebih menekankan pemenuhan kebutuhan saat ini tanpa mengurangi
kemampuan generasi mendatang (masyarakat luas) dalam memenuhi kebutuhannya.
Implikasi perhitungan sustainable cost pun juga berbeda dengan going concern yang mana
biaya keberlanjutan mencakup 2 elemen yaitu biaya yang diperlukan untuk memastikan input
produksi tidak merugikan lingkungan dan biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki
dampak lingkungan yang muncul akibat operasional perusahaan.
9.15 Implikasi permasalahan tembakau ini pada laporan perusahaan rokok jika:

a. akuntansi keuangan konvensional dipakai adalah maka akan muncul asumsi bahwa tidak
ada biaya legal kerugian yang harus dibayarkan, ini karena mereka tidak menyebabkan
kerugian pada masa sekarang sehingga kepeduliannya pada eksternalitas masa depan tersebut
tidak diakui. Sehingga dalam pemikiran akuntansi keuangan konvensional, permasalahan
kesehatan akan diabaikan dan laba tidak akan pernah dapat disesuaikan untuk keperluan
eksternalitas tersebut. Akuntansi keuangan konvensional baru mencatat biaya hukum tersebut
bila itu menimbulkan profit bagi perusahaan pada periode yang sama dengan permbayaran
biaya hukum tersebut.

b. pelaporan triple bottom line dipakai adalah pelaporan ini akan menyajikan biaya hukum
atas kerugian kesehatan yang dialami masyarakat tersebut sebagai sejumlah dana yang harus
dikeluarkan untuk mengembalikan keadaan kesehatan masyarakat di akhir suatu periode
akuntansi kepada keadaan mereka di awal suatu periode akuntansi kaitannya dengan operasi
perusahaan rokok di negara-negara bagian Amerika Serikat.

QUESTIONS 10 Reactions of Capital Markets to Financial Reporting

10.1 Peranan penelitian pasar modal adalah menilai pengaruh pelaporan keuangan terhadap
reaksi investor yang tercermin dalam pergerakan harga saham. Peran penelitian pasar modal
(CMR) secara lebih jauh adalah untuk menilai isi informasi pengungkapan akuntansi dengan
asumsi pasar efisien. Penelitian pasar modal menggunakan data harga saham sebagai patokan
untuk mengevaluasi pengungkapan akuntansi seperti mengapa ada ekspetasi laba akuntansi
dan mengapa ada ekspetasi terhadap harga saham yang saling terkait diman hasil utama
penelitian pasar modal tersebut akan digunakan untuk penentuan kebijakan dalam akuntansi
keuangan dan pengungkapannya.

10.2 Ya, dalam riset pasar modal pasti mengadopsi atau bergantung pada asumsi bahwa pasar
modal berjalan secara efisien. Pasar efisien tersebut adalah pasar yang merefleksikan seluruh
informasi relevan yang tersedia ke dalam harga saham atau dengan kata lain pasar
menyesuaikan dengan cepat semua informasi yang dilepas ke publik ke dalam harga saham.
Pasar modal dikatakan efisien bilamana memenuhi kondisi-kondisi berikut:

a. Terdiri atas banyak investor yang rasional dan mengutamakan maksimalisasi keuntungan,
yang berarti berpartisipasi aktif di pasar hingga pasar menjadi kompetitif (price takers)

b. Informasi murah (costless) dan tersedia luas bagi investor

c. Motif mencari kesempatan dan persaingan antar investor tinggi

d. Investor bereaksi secara cepat (quickly) dan sepenuhnya (fully) terhadap informasi baru

10.3 Jika pasar modal tidak efisien dalam asimilasi informasi maka secara umum riset pasar
modal tidak akan dapat dilakukan dikarenakan tujuan utama dari riset pasar modal adalah
meneliti hubungan statistik antara informasi keuangan dan harga saham sehingga bilamana
harga saham stagnan atau tidak berubah padahal informasi dipublikasikan (pasar tidak
efisien) maka implikasinya terhadap penelitian pasar modal adalah akan menjadi bias dan
tidak jelas. Tidak ada perubahan harga saham berarti tidak ada reaksi terhadap informasi
tertentu artinya setiap riset pasar modal tidak bisa membuktikan reaksi investor atas
informasi.

10.4 Jika organisasi merilis labanya namun harga saham tidak bereaksi, maka peneliti pasar
modal dapat menjelaskan bahwa kemungkinan-kemungkinan tersebut bisa terjadi:

a. apabila harga tidak bereaksi cepat terhadap informasi baru, maka dalam hal ini investor
tidak berperilaku sesuai dengan teori efisiensi pasar modal. Investor yang tidak berperilaku
sesuai dengan teori efisiensi pasar modal disebut anomali pasar modal efisien.

b. karena adanya berbagai sumber informasi lain maka harga saham sepertinya telah
mengantisipasi pendapatan akuntansi di masa depan, itu artinya ketika laba dirilis dan tidak
ada reaksi terhadap harga saham maka bisa jadi itu disebabkan oleh adanya informasi lainnya
seperti ekspetasi atau ramalan analis yang mewakili ekspetasi investor atas laba yang
diekspetasikan atas perusahaan tersebut (laba yang diumumkan berada dibawah ekspetasi
mereka), hasil RUPS, rencana pembagian dividen, laba dan risiko periodik, dampak
pengumuman laba atas harga saham di periode yang lalu.

c. selain itu mungkin disebabkan pula karena investor mengetahui terjadi perubahan metode
akuntansi yang mempengaruhi laba perusahaan sehingga investor cenderung tidak bereaksi
atas pengumuman laba tersebut

10.5 Ada hubungan antara ukuran entitas terhadap reaksi pasar modal atas pengungkapan
informasi akuntansi, hal ini dijelaskan oleh penelitian pasar modal yang menghasilkan hasil
bahwa semakin kecil size perusahaan maka semakin sedikit informasi yang tersedia di pasar
sehingga semakin besar dampak pengumuman laba dan pengumuman laporan keuangan
perusahaan terhadap harga saham perusahaan yang berukuran kecil. Penelitian-penelitian
yang telah membuktikan hubungan tersebut adalah:

a) Penelitian dari Brown 1970, yang menemukan bahwa pengumuman laba dalam annual
report menjadi sumber utama informasi di pasar modal Australia sehingga pasar modal
Australia lebih bereaksi pada tanggal-tanggal pengumuman laba daripada pasar modal
Amerika. Brown mencoba mengaitkan hal tersebut dengan rata-rata perusahaan di Australia
yang lebih kecil daripada perusahaan di Amerika sehingga informasi keuangan tersebut
sangat berguna di Australia dibanding di Amerika yang telah banyak sumber informasi
lainnya yang tersedia karena perusahaannya yang besar-besar

b) Penelitian Collins dan Freeman 1987, yang menemukan bahwa pengumuman laba itu
menjadi konten informasi yang kecil dari banyaknya informasi yang disediakan analis
sekuritas sehingga investor perusahaan besar cenderung dapat mengantisipasi dampak
pengumuman laba terhadap harga saham perusahaan

c) Penelitian Grant 1980, yang menemukan bahwa ada perbedaan reaksi pasar modal atas
pengumuman laba di pasar NYSE (New York Stock Exchange) dan di pasar OTC (Over The
Counter) dimana perusahaan-perusahaan di pasar OTC yang rata-rata perusahaan kecil ketika
mendapatkan pengumuman laba akan menjadi lebih bereaksi dan aktif diperdagangkan
sekuritasnya daripada di pasar NYSE yang biasanya terdiri dari perusahaan-perusahaan besar.

10.6 Ya, ekspetasi pengumuman laba yang berpengaruh pada salah satu perusahaan dalam
salah satu industri akan berdampak pula pada harga saham perusahaan lainnya yang berada
dalam industri yang sama. Hal ini berdasarkan pada penelitian:

a. Foster 1981 yaitu memang ada fenomena transfer informasi yang akan mengurangi kejutan
atas pengumuman laba dari perusahaan lainnya dalam industri yang sama yang melaporkan
labanya setelah perusahaan lain dalam industri yang sama. Itu artinya reaksi pasar modal
terhadap harga saham perusahaan dalam industri yang sama yang belum mengumumkan laba
setelah adanya salah satu perusahaan dalam industri tersebut mengumumkan laba memang
relatif sama-sama sangat mempengaruhi satu sama lainnya

b. Freeman dan Tse 1992 yaitu reaksi pasar modal terhadap harga saham perusahaan dalam
industri yang sama akan sebaik sebagaimana reaksi atas pengumuman laba perusahaan
lainnya dalam industri sejenis.

c. Firth 1976 yang menginvestigasi isu mengenai information transfer dimana memang ada
dampak pengungkapan laba suatu perusahaan terhadap harga saham perusahaan pesaingnya

d. Clinch dan Sinclair 1987, menyimpulkan bahwa reaksi pasar modal terhadap harga saham
yang sangat besar atau signifikan secara statistik adalah terhadap perusahaan yang merilis
pengumuman labanya pertama kali dalam suatu industri daripada perusahaan sejenis lainnya
yang mengumumkan labanya kemudian bahkan ketika melebih waktu periode pelaporan.

10.7 Penelitian Chambers 1965 dan Sterling 1975 membuat beberapa klaim atas informasi
biaya historis yang tidak berarti dan tidak berguna. Perspektif tersebut tidak konsisten dengan
hasil penelitian pasar modal, salah satunya adalah hasil penelitian Ball dan Brown 1968 yang
membuktikan bahwa metode akuntansi dibawah historical cost akan tetap menghasilkan
informasi yang berarti dan berguna bagi investor dan pengguna laporan keuangan meskipun
tidak “sangat berguna”. Penelitian Ball dan Brown ini membuktikan secara empiris atas 261
perusahaan di Amerika dimana perusahaan dengan peningkatan laba akuntansi yang tidak
terekspetasi telah memiliki dampak positif terhadap peningkatan abnormal returns dan
perusahaan dengan penurunan laba akuntansi yang tidak terekspetasi memiliki dampak
negative terhadap abnormal return. Mereka membuktikan bahwa informasi (laba) di dalam
annual report berguna bagi pengambilan keputusan investor meskipun dibatasi oleh sistem
akuntansi biaya historis. Semenjak studi Ball dan Brown tersebut, banyak muncul penelitian
pasar modal serupa di berbagai studi yang memang hasilnya konsisten bahwa historical cost
income berguna bagi investor tetapi tidak menolak pula perkembangan dalam sistem
akuntansi present value dan current cost yang mungkin juga lebih berguna. Yang terpenting
adalah perspektif Chambers dan Sterling tidaklah tepat karenanya melanjutkan penggunaan
sistem akuntansi biaya historis masih dapat dipercaya kegunaannya.

10.8 Peranan dari akuntansi keuangan pada kondisi dimana informasi akuntansi selalu
direfleksikan dalam harga saham dan berkaitan dengan pasar yang benar dan pendekatan
akuntansi yang baik maka peran akuntansi keuangan yaitu 1) berperan dalam proses kontrak,
2) menjadi suatu alat ukur kinerja manajemen dan pemenuhan monitoring, mengurangi biaya
agency, 3) peran akuntansi keuangan yang terpenting adalah untuk memuaskan “hak untuk
mengetahui” dari investor dan memenuhi akuntabilitas. Artinya peranan akuntansi keuangan
adalah memberikan pengungkapan yang sesuai dengan sinyal-sinyal informasi yang muncul
dan terefleksi di pasar.

10.9 Alasan yang menyebabkan perubahan harga saham Coltage dan Unilever serta saham
perusahaan produk konsumsi lainnya yaitu:
ü Adanya fenomena “transfer informasi” sebagaimana konsisten dengan penelitian-penelitian
pasar modal selama ini

ü Penurunan penjualan salah satu perusahaan akan mungkin mengekspetasikan peningkatan


penjualan bagi perusahaan pesaingnya dalam indutri yang sama sehingga harga saham saling
mempengaruhi dan dipengaruhi

ü Pengungkapan informasi biaya pemasaran dari brand-brand ternama yang rata-rata


meningkat mengekspetasikan biaya pemasaran pada perusahaan produk konsumsi lainnya
juga tinggi sehingga ikut mengurangi harga saham perusahaan lainnya

ü Informasi akuntansi menjadi sinyal peringatan di pasar dan sinyal peringatan tersebut
menjadi antisipasi untuk munculnya informasi akuntansi lain dari perusahaan sejenis

ü Perubahan terhadap dua atau tiga perusahaan dalam satu industri pasti relatif berkaitan
dengan pangsa pasar suatu industri, inilah yang menyebabkan perubahan harga saham satu
dengan lainnya saling terpengaruh meskipun belum ada pengumuman informasi akuntansi
lebih lanjut

10.10 Pasar bereaksi atas pengumuman tersebut karena pengumuman tersebut sangat
berkaitan dengan ekspetasi kinerja keuangan masa depan dari perusahaan Swiss International
Airlines. Pengangkatan Mr. Christoph Franz sebagai Chief Executive baru telah menjadi
informasi yang baik menurut pasar. Pasar yakin bahwa Franz akan dapat meningkatkan
kinerja perusahaan dengan kemampuan dan pengalaman manajemen Franz terdahulu.
Informasi ini tidak bisa dikatakan terlepas dari informasi keuangan karena berita tersebut
akan menambah data ekspetasi keuangan perusahaan di masa depan. Pengumuman berita
tersebut mengimplikasikan pasar efisien karena pasar yang efisien adalah mereka yang
menggunakan informasi dari berbagai sumber ketika memprediksi laba masa depan salah
satunya dengan prediksi laba dibawah kepemimpinan Franz.

10.11 Dalam pasar modal efisien, peramalan laba memimpin revisi bagi harga saham
perusahaan EMI dikarenakan peramalan laba dari analis sekuritas memiliki prediksi atas
pertumbuhan perusahaan yang biasanya tepat atau sesuai dengan pengungkapan akuntansi
masa depan perusahaan. Perlu diketahui bahwa investor dalam pasar efisien bereaksi secara
cepat dan sepenuhnya atas informasi baru terutama informasi berkaitan dengan ekspetasi laba
perusahaan di masa depan setelah muncul peristiwa yang memperkuat ekspetasi. Pada kasus
EMI, peristiwa penurunan penjualan, penundaan rilis album Coldplay (top selling band) dan
penundaan rekaman Gorillaz menjadi rangkaian kejadian yang saling berkaitan yang
mempengaruhi antisipasi laba masa depan para pemegang saham. Penelitian dari Imhoff dan
Lobo 1984, Penman 1980, Skinner 1997 dan Baginski 1987 menunjukkan memperkuat
kenyataan reaksi pasar modal terhadap peramalan laba seperti yang dialami oleh EMI.

10.12 Sejalan dengan penelitian pasar modal dalam buku Deegan, maka yang menyebabkan
harga saham dari perusahaan farmasi bereaksi atas berita tersebut adalah informasi mengenai
kondisi dimana perusahaan obat-obatan tersebut harus mendapatkan otorisasi produk
berdasarkan peraturan dari lembaga obat-obatan di Amerika. Informasi yang muncul tersebut
secara tidak langsung pasti akan mempengaruhi ekspetasi tingkat penjualan perusahaan
farmasi yang artinya juga mempengaruhi ekspetasi laba atas perusahaan farmasi. Informasi
baru tersebut akan pasti direspons oleh pasar karena dalam pasar efisien, informasi-informasi
dari berbagai sumber yang dapat memprediksi laba masa depan akan menjadi dasar untuk
pengambilan keputusan investor. Deegan (2006, 382) mengatakan bahwa “market model”
digunakan untuk mengontrol pergerakan harga saham sebagai efek dari peristiwa dalam pasar
yang mana peneliti diperbolehkan untuk berfokus pada pergerakan harga saham akibat dari
“specific news”. Pasar bereaksi karena informasi tersebut digunakan sebagai bentuk
antisipasi pasar terhadap pengumuman akuntansi masa depan.

QUESTIONS 11 Reactions of Individuals to Financial Reporting

11.1 Perbedaan penelitian keperilakuan dan penelitian pasar modal

Penelitian Keperilakuan

Penelitian Pasar Modal

· Riset tentang pembuatan keputusan dari setiap individu

· Variasi pengguna laporan keuangan (investor, analis, auditor, bankers, kreditur) dalam
bereaksi atas variasi informasi akuntansi yang sering berbeda bentuk dan konteksnya

· Dgn begitu perusahaan dan profesi akuntansi menjadi lebih baik untuk mengantisipasi
perbedaan reaksi individu untuk setiap informasi

· Dapat menjadi dasar prosedur proses pengambilan keputusan individu yang lebih baik

· Didasarkan pada Behavioural Decision Theory yang mana penelitian ini muncul pada tahun
1960 dan berkembang pada tahun 1970

· Riset tentang perilaku rata-rata investor di pasar modal (khusus investor)

· Biasanya perilaku tersebut dapat diamati dalam perubahan harga saham dari setiap peristiwa
seperti pengumuman laba

· Untuk mengetahui sejauh mana informasi akuntansi mempengaruhi proses pengambilan


keputusan rata-rata investor

11.2 Profesi akuntansi menggunakan hasil dari riset keperilakuan dengan cara mengetahui
bagaimana individu mengambil keputusan sehingga akuntan dapat mengantisipasi reaksi
mereka atas setiap pengungkapan akuntansi dan bentuk pengungkapan informasi lainnya.
Mengapa hasil riset keperilakuan ini penting yaitu hasil tersebut akan relevan dengan profesi
akuntansi ketika merenungkan pengenalan syarat atau kebutuhan akuntansi baru. Selain itu
akuntan dapat memikirkan informasi apa yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas
pengambilan keputusan oleh para pengguna laporan keuangan dan informasi mana yang
dianggap tidak material.

11.3 Manajemen entitas pelaporan individu tertarik pada hasil penelitian keperilakuan dengan
cara melihat hasil analisis dari proses pengambilan keputusan oleh setiap individu atas
informasi-informasi yang tersedia sehingga manajemen dapat menjadikannya sebagai dasar
pengembangan prosedur untuk meningkatkan pengambilan keputusan masa depannya. Hasil
dari penelitian keperilakuan ini juga menarik karena dapat menjelaskan perbedaan dampak
penyediaan informasi yang berbeda terhadap pengambilan keputusan yang berbeda dari
pihak-pihak di luar perusahaan seperti auditor, stockbrokers, bankers, dan kreditur.

11.4 Brunswik Lens Model merupakan model yang digunakan untuk menjelaskan penelitian
keperilakuan. Lens Model berusaha menjelaskan hubungan antara informasi-informasi
dengan suatu peristiwa. Lens Model merupakan lensa yang tidak sempurna untuk
mengindikasi atau memprediksi masa depan dikarenakan tidak ada kombinasi informasi yang
sempurna tetapi hubungan keterkaitan antara informasi tersebut masih memberikan
probabilitas untuk ketepatannya. Ada dua cara mengembangkan model tersebut yaitu model
sisi kiri dan model sisi kanan. Model sisi kanan digunakan untuk pembuatan keputusan masa
depan berdasarkan informasi lingkungan yang digunakan (individual judgement atau
prediksi). Model sisi kiri dikembangkan dengan cara melihat hubungan antara hasil atau
peristiwa atau fenomena aktual dengan variasi informasi yang ada (tidak melibatkan
judgement individu). Model tersebut dapat digunakan untuk berbagai skema pengambilan
keputusan seperti keputusan pinjaman dan prediksi gagal bayar atau kebangkrutan.

11.5 Heuristik adalah bentuk penyederhanaan ketika pengguna laporan keuangan membuat
judgement khususnya. Menurut Maine, Heuristik yang utama ada 3 yaitu kerepresentatifan
atau keterwakilan (representativeness) adalah individu mempertimbangkan seberapa mirip
item informasi untuk menjadi anggota kategori, penahanan dan penyesuaian (anchoring and
adjustment) adalah individu seringkali membuat pertimbangan awal atau estimasi kemudian
menyesuaikan pandangan mereka sebagai hasil dari informasi tambahan, ketersediaan
(availability) adalah apakah pengumpulan kembali peristiwa atau kejadian terkait dapat
diingat dengan mudah. Penggunaan heuristik utama oleh grup pengguna laporan keuangan
bermanfaat untuk mempertimbangkan secara penuh semua faktor-faktor potensial (informasi)
yang relevan secara sederhana, cepat dan efisien dalam pengumpulan dan pengolahan data
untuk memprediksi atau mencari solusi dari suatu isu yang ada dalam pengambilan keputusan
(penelitian Tversky dan Kahnerman 1974). Jika hasil heuristik pada keputusan yang tidak
tepat telah dibuat, tindakan ini berkecenderungan dapat disorot sehingga tindakan
pengulangan dapat diambil.

11.6 Pemodelan proses pengambilan keputusan dari grup pengguna laporan keuangan yang
berbeda contohnya dalam hal mengidentifikasi pembobotan item informasi adalah
disebabkan karena tingkat kepentingan dari setiap item informasi tersebut berbeda menurut
individu yang melakukan judgement. Tingkat kepentingan tersebut berbeda dan bila
dikaitkan dengan Lens Model, model sisi kanan memodelkan dan membobotkan setiap item
informasi berdasarkan respon dari subjeknya atau probabilitas pengaruh sedangkan model sisi
kiri memodelkan dan membobotkan setiap item informasi berdasarkan kuat lemahnya
hubungan antara kejadian aktual dengan informasi yang tersedia. Berbagai proses
pengambilan keputusan seperti penilaian harga saham oleh analis, keputusan pinjaman oleh
kreditor, penilaian kebangkrutan oleh banker atau auditor, penilaian resiko oleh auditor akan
memodelkan input, proses dan ouput atas item informasi secara berbeda-beda.

11.7 Apakah jika berdasarkan penelitian keperilakuan mengindikasikan bahwa ada item
informasi akuntansi yang tidak digunakan oleh kebanyakan individu ketika membuat
keputusan, maka profesi akuntansi dapat menyimpulkan bahwa item informasi tersebut tidak
material sehingga tidak harus diwajibkan untuk diungkapkan? Tentu jawabannya adalah tidak
seharusnya item informasi tersebut diperlakukan seperti tersebut. Perlu diingat kembali
bahwa penelitian keperilakuan bertujuan untuk mengetahui bagaimana individu bereaksi atau
berperilaku terhadap berbagai pengungkapan informasi. Dalam hal ini perlu ditekankan
bahwa setiap individu memiliki kepentingannya sendiri-sendiri yang berbeda satu sama
lainnya sehingga ketika ada item informasi akuntansi yang tidak berguna untuk pengambilan
keputusan haruslah tetap diwajibkan untuk diungkapkan karena bisa jadi informasi tersebut
sangat bermanfaat bagi sebagian kecil individu pengguna laporan keuangan lainnya. Prinsip
full disclosure harus menjadi pertimbangan utama terlepas dari hasil sebuah penelitian
keperilakuan.

11.8 Memang benar, ada beberapa studi keperilakuan dalam akuntansi keuangan dan auditing
yang menghasilkan hasil yang bertentangan, beberapa alasan yang mungkin mendorong hasil
bertentangan tersebut adalah variabel lingkungan studi yang berbeda, permasalahan yang
menjadi fokus dalam studi berbeda, setting penelitian yang berbeda, pengalaman studi yang
berbeda, latar belakang subjek yang berbeda dan penyediaan insentif yang berbeda, dll. Yang
mendorong hasil bertentangan antara studi keperilakuan akuntansi keuangan dan auditing
terutamanya adalah adanya perbedaan judgement kepentingan atas informasi akuntansi yang
menjadi faktor pengambilan keputusan di kedua jenis studi tersebut.

11.9 Analisis protokol merupakan metode penelitian perilaku yang digunakan pertama kali
pada penelitian Biggs and Mock 1983. Bentuk penelitian keperilakuan ini membutuhkan
subjek untuk menyampaikan secara verbal proses berpikir mereka saat membuat keputusan
atau penilaian. Komentar dari subjek tersebut akan direkam dan dituliskan ke dalam suatu
pengkodean dan dilakukan analisis secara mendalam. Pada umumnya, metode tersebut
digunakan dalam penelitian audit.

Kekuatan Analisis Protokol (Trotman, 1996)

Kelemahan Analisis Protokol (Trotman, 1996)

· Kemampuan memeriksa dan menguji proses dimana pertimbangan dan penilaian dibuat

· Berguna dalam memeriksa pencarian informasi

· Protokol verbal dapat berguna dalam pengembangan teori

· Proses penyampaian secara verbal dapat memiliki efek pada proses pengambilan keputusan
(Boritz, 1986)

· Sebagian besar dari informasi yang digunakan tidak dapat diverbalkan (Klersy dan Mock,
1989)

· Subyek dapat memberikan verbalisasi yang sejajar tetapi independen dari proses pemikiran
yang sebenarnya

· Kritik terhadap metode coding yang dinilai cukup subjektif (Libby, 1981)

11.10 Berikut kekuatan dan keterbatasan dari penelitian keperilakuan

Kekuatan penelitian keperilakuan

Keterbatasan penelitian keperilakuan


· Hasil penelitian keperilakuan dapat relevan untuk perusahaan dan profesi akuntansi dalam
mengatisipasi reaksi individual dari pengungkapan akuntansi

· Hasil penelitian keperilakuan dapat membentuk dasar untuk membangun data akuntansi
lebih efisien

· Untuk lebih memahami proses pengambilan keputusan aktual

· Untuk perbaikan serta peningkatan proses pengambilan keputusan

· Penelitian yang menguji masalah yang sama seringkali menimbulkan hasil yang
bertentangan dan sulit untuk menentukan penyebab inkonsistensi

· Setting penelitian sering berbeda dengan setting dunia nyata

· Sangat sulit untuk meniru isyarat yang tersedia di tempat kerja

· Mahasiswa sering digunakan sebagai pengganti

· Subjek dalam jumlah kecil sering digunakan

QUESTIONS 12 Critical Perspectives of Accounting

12.1 Perspektif kritis ini ditemukan oleh Tinker 2005 dan didefinisikan sebagai semua bentuk
keutamaan (pemusatan) sosial yang mengevaluasi dan bertujuan untuk menimbulkan
perubahan progresif dalam konseptual, institusi, praktik, dan wilayah politik dari akuntansi.
Perspektif kritis dari akuntansi adalah cara pandang yang digunakan untuk pendekatan
penelitian akuntansi yang melampaui pertanyaan apakah metode tertentu akuntansi yang
harus digunakan. Jadi perspektif kritis tersebut mencoba mengkritisi fokus peran akuntansi
selama ini yang lebih mempertahankan posisi istimewa mereka yang mengontrol sumber
daya tertentu (modal) dan membatasi pendapat mereka yang tidak memiliki modal.

12.2 Beberapa perbedaan yang paling mendasar antara penelitian dibawah teori kritis dan
penelitian akuntansi lainnya adalah:

Penelitian dibawah teori kritis

Penelitian akuntansi lainnya

· Didasarkan pada teori ekonomi politik

· Teori kritis cenderung menentang aspek dari sistem kapitalis

· Menekankan bahwa sistem akuntansi yang dibangun di sekitar tatanan sosial yang berlaku.

· Mengingatkan praktek akuntansi yang berada di tangan perusahaan besar dan regulasi
akuntansi di tangan pemerintah akan tetap mendukung pihak yang berkuasa dan selalu
mendukung sistem sosial yang ada.

· Banyak penelitian kritis diinformasikan oleh karya filsafah Karl Marx, Owen, Gray
· Bebbington 1997 juga mengacu pada peneliti kritis yang diidentifikasi sebagai Deep
Ecologist (Pertanyaan trade-off antara kinerja ekonomi dan kerusakan ekologis)

· Penelitian akuntansi kritis lainnya mengadopsi perpektif radical feminist (kerjasama, rasa
hormat, kasih sayang, dll)

· Peran akuntansi adalah untuk melindungi kepentingan para pemilik modal

· Pengungkapan segala informasi dalam akuntansi adalah penting sebagai sarana untuk
membangun atau melegitimasi struktur sosial tertentu.

· Penelitian akuntansi keuangan cenderung mendukung struktur ekonomi dan sosial saat ini
yang tidak adil

· Banyak peneliti akuntansi menyediakan hasil penelitian dan perspektif yang membantu
untuk melegitimasi dan mempertahankan ideologi politik tertentu

12.3 Berdasarkan perspektif kritis, teori kritis melihat peranan proyek kerangka kerja
konseptual adalah hanyalah sebagai legitimasi profesi akuntansi sebagaimana laporan
keuangan yang dihasilkan oleh pelaporan entitas. Sehingga CF hanyalah menjadi dasar
kontrak sosial yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat semata dimana pencapaian
objectivity, neutrality, representational faithfulness dan reliability sesungguhnya dalam
standar akuntansi tidaklah tercapai (Hines, 1991). Selanjutnya perspektif kritis juga melihat
bahwa penerimaan legitimasi melalui CF akan menjadi kekuatan dan otonomi bagi
kedudukan istimewa profesi akuntansi.

12.4 Dari perspektif kritis, dapatkah laporan keuangan menjadi objektif dan netral? Menurut
perspektif kritis laporan keuangan bukanlah untuk tujuan objektif dan netral (free from bias)
bagi pihak-pihak di sekitar perusahaan semata melainkan pandangan praktek akuntansi
keuangan yang objektif dan netral itu haruslah dirubah. Perspektif kritis mencoba untuk
menggunakan subjektifitas dan ketidaknetralan dalam penyusunan laporan keuangan yang
mengutamakan semua pihak-pihak terutama masyarakat sosial. Profesi yang mendasarkan
pada konsekuensi ekonomi dalam membangun sebuah standar akuntansi maka sebenarnya hal
tersebut sulit untuk menjadi standar yang objektif dan netral. Menurut peneliti kritis,
meningkatnya konsekuensi ekonomi tampaknya telah didorong oleh keinginan dari
perusahaan besar dalam melawan upaya untuk mengubah sistem pelaporan dan tingkat
pengungkapan akuntansi sehingga tidak mungkin keobjektifan dan kenetralan dapat tercapai.

12.5 Pemikiran teori kritis memang benar adanya yaitu menghadapi kondisi yang tidak adil di
masyarakat adalah tidak bisa hanya dengan cara pengenalan akuntansi yang banyak,
peningkatan metode akuntansi dan argumen-argumen strategi untuk memecahkan masalah
tersebut. Melainkan ketidakadilan dalam masyarakat akan dapat terselesaikan bilamana
sistem ekonomi dan praktek bisnis yang ada di masyarakat telah dirubah terlebih dahulu
sebelum sistem akuntansi tersebut diperkenalkan.

12.6 Teori kritis melawan cara kerja penulis dibawah teori akuntansi positif, dasar yang
mendasari hal tersebut adalah pemikiran teori kritis yang melihat bahwa teori akuntansi
positif cenderung memprediksi dan menjelaskan tindakan pemilihan metode akuntansi oleh
manajemen saja sehingga peneliti dibawah PAT lebih menyediakan hasil penelitian dan
perspektif yang membantu untuk melegitimasi dan mempertahankan ideologi politik tertentu.
Teori kritis juga menjelaskan bahwa perkembangan PAT konsisten dengan pandangan politik
pada saat itu yang mana telah mengabaikan kepentingan masyarakat atau sosial dan lebih
mengutamakan kepentingan para pemegang saham dan manajer.

12.7 Teori kritis melawan cara kerja penulis dibawah teori legitimasi, dasar yang mendasari
hal tersebut adalah teori legitimasi cenderung hanya mempertimbangkan bagaimana suatu
organisasi melaksanakan kontrak sosialnya dan melakukan pengungkapan untuk tujuan
menjadi organisasi yang sah di dalam masyarakat (penanaman perspektif ekonomi politik
borjuis) tanpa memikirkan secara lebih jauh harapan masyarakat dan dampak operasional
perusahaan terhadap masyarakat. Teori kritis hadir untuk mengkritisi penelitian dari teori
tersebut yang hanya mengutamakan legitimasi sistem sosial tertentu yang pada kenyataannya
tidak terjadi perubahan nyata pada lingkungan sekitar perusahaan

12.8 Jika akuntansi dianggap terlibat dalam ketidakadilan sosial berkelanjutan maka teori
kritis mencoba untuk berargumen bahwa akuntansi yang ditetapkan seharusnya tidak
diarahkan untuk tindakan tertentu seperti keuntungan, akuntansi seharusnya tidak menjadi
sarana untuk melegitimasi struktur sosial dan politik organisasi, dimana akuntansi harusnya
sesuai dengan teori dan prakteknya untuk membangun realitas dari seluruh aktivitas yang
peduli pada fundamental mengenai bagaimana struktur masyarakat dan lingkungan
seharusnya.

12.9 Yang mendasari argumen dari Tinker, Merino dan Neimark 1982 yang menyatakan
bahwa kesetiaan sosial dan bias akuntansi secara nyata jelas kelihatan biasanya mereka
ditutupi pretensi keobjektifan dan independensi adalah kebanyakan peneliti di dalam
akuntansi positif dan paradigma pasar efisien cenderung mengadopsi sebuah ideologi
neokonservatif yang secara bias menganjurkan seseorang untuk mengambil pasar bebas dan
secara implisit memberikan aparat institusi sehingga seakan-akan sebuah regulasi mendukung
keobjektifan dan independensi yang membingungkan. Inilah yang mendasari munculnya
argumen dari ketiga orang tersebut yaitu karena neokonservatif yang bias.

12.10 Ya, saya setuju dengan pendapat Cooper dan Sherer 1984 yang menyatakan bahwa
banyak peneliti akuntansi menggunakan nilai-nilai normatif sebagai judgement mereka secara
eksplisit untuk bagaimana masyarakat diorganisasikan. Klaim ini ada benarnya mengingat
bahwa penelitian akuntansi dan pratiknya cenderung merealisasikan teori yang konvensional
tanpa mempertimbangkan judgement mereka secara implisit terhadap sosial. Perlu diketahui
pula bahwa dalam kenyataan berkomunikasi, akuntan secara bersamaan membangun realitas
sosial sehingga penelitian tersebut memang membentuk sosial secara eksplisit saja yang tidak
menunjukkan kondisi sebenarnya.

12.11 Kepentingan teori akuntansi kritis mengenai asumsi distribusi kekuatan dalam
masyarakat adalah akuntansi kritis mencoba untuk keluar dan berbeda dari perspektif teori
lainnya yang cenderung bermotif mengedepankan kepentingan kelompok tertentu
perusahaan. Akuntansi kritis berusaha menciptakan distribusi kekuatan dalam masyarakat
melalui profesi akuntansi itu sendiri (mengingat profesi akuntansi sebagai individu yang
sangat berkuasa). Peranan akuntan dalam sosial adalah menjalankan sistem akuntansi yang
berfokus pada distribusi kesejahteraan, keadilan sosial dan menjadikan harapan masyarakat
menjadi harapan perusahaan terlepas dari motif-motif khusus kapitalisme. Perspektif kritis
akuntansi terutama didasarkan pada teori ekonomi politik klasik, dimana konflik,
ketimpangan dan peran negara adalah sentral sehingga distribusi kekuatan sosial, politik,
ekonomi adalah bergantung pada peranan negara tersebut melalui sistem akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai