Anda di halaman 1dari 11

Focus: Jurnal

ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 2 Hal: 208 – 218 Desember 2019


Pekerjaan Sosial

PELAKSANAAN SUPPORT GROUP PADA ORANGTUA ANAK DENGAN


CEREBRAL PALSY

Adina Riska Anindita


Program Studi Kesejahteraan Sosial FISIP Unpad
adina16001@mail.unpad.ac.id

Nurliana Cipta Apsari


Program Studi Kesejahteraan Sosial FISIP Unpad
nurliana.cipta.apsari@unpad.ac.id

Abstrak
Keluarga, khususnya orangtua merupakan orang yang paling dekat dengan anak, sehingga orangtua memiliki
peranan yang sangat penting di dalam kehidupan anak, terutama anak yang memiliki kondisi cerebral palsy. Namun, di
sisi lain, orangtua yang memiliki anak dengan cerebral palsy memiliki peluang lebih besar untuk mengalami kondisi yang
menyebabkan stres. Metode yang digunakan dalam jurnal ilmiah ini adalah dengan studi literatur. Agar dapat menjalankan
peranannya sebagai orangtua bagi anaknya yang memiliki kondisi cerebral palsy, orangtua memerlukan dukungan sosial.
Pekerja sosial dapat berperan dalam mengatasi hal ini yaitu dengan pemberian pelayanan kelompok melalui support group.
Support group memiliki kekuatan penyembuhan karena orangtua yang memiliki anak dengan cerebral palsy akan
mendapatkan dukungan yang sifatnya timbal balik.
Kata Kunci : Orangtua; Anak dengan Cerebral Palsy; Support Group.

Abstrack
Family, especially parents are the people closest to children, so parents have a very important role in the lives of
children, especially children who have a condition of cerebral palsy. However, on the other hand, parents who have
children with cerebral palsy have a greater chance of experiencing stressful conditions. The method used in this scientific
journal is the study of literature. In order to be able to carry out its role as a parent for children who have cerebral palsy,
parents need social support. Social workers can play a role in overcoming this, namely by providing group services through
a support group. Support groups have therapeutic powers because parents who have children with cerebral palsy will get
reciprocal support.
Keywords : Parents; Children with Cerebral Palsy; Support Group.

Pendahuluan dengan beragam jenis gangguan.


Salah satu ragam jenis dari anak berkebutuhan khusus
Anak yang memiliki kondisi disabilitas atau adalah anak dengan disabilitas fisik, khususnya
disebut dengan anak berkebutuhan khusus. Berdasarkan cerebral palsy. Terdapat 17 juta orang dengan cerebral
data dari BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2017, palsy tersebar di seluruh dunia
menyatakan bahwa jumlah anak berkebutuhan khusus (https://worldcpday.org/diakses pada Minggu 26 Mei
(ABK) di Indonesia mencapai angka 1,6 juta anak 2019).Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

208
Focus: Jurnal
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 2 Hal: 208 – 218 Desember 2019
Pekerjaan Sosial

Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2010 anak cerebral palsy murni ini bisa berbicara,
enunjukkan jumlah penyandang CP pada anak usia 24- mendengar, dan berpikir seperti anak-anak pada
59 bulan adalah 0,09% dari jumlah keseluruhan umumnya. Apabila tidak ditangani dengan tepat, maka
penduduk Indonesia dengan usia yang sama (Infodatin, kondisi psikologis anak dengan cerebral palsy ini akan
2014). terganggu. Di sini lah peran keluarga, khususnya
Cerebral palsy bukanlah sebuah penyakit yang orangtua sangat besar bagi anaknya, khususnya
mengancam jiwa, melainkan sebuah kondisi, kecuali orangtua yang memiliki anak dengan kondisi cerebral
anak yang terlahir dengan kasus yang sangat parah palsy (Maimunah, 2013).
(Maimunah, 2013). Dikarenakan cerebral palsy ini
adalah sebuah kondisi, maka kerusakan yang terjadi Menurut Lestari (2012), keluarga dapat dibagi
pada otak tidak bisa disembuhkan atau dengan kata lain menjadi dua jenis yaitu keluarga inti (nuclear family)
bersifat permanen, namun perawatan dan terapi dapat dan keluarga batih (extended family). Keluarga inti
membantu mengatur dampaknya pada tubuh. Cerebral adalah keluarga yang di dalamnya hanya terdapat tiga
palsy ini juga bukanlah sesuatu yang menular, karena posisi sosial, yaitu suami-ayah, istri-ibu, dan anak (Lee,
cerebral palsy terjadi disebabkan adanya kerusakan 1982, dalam Lestari, 2012). Sedangkan keluarga batih
pada perkembangan otak. Terdapat obat, terapi, dan adalah anggota keluarga besar, seperti kakek, nenek,
teknologi yang dapat membatu anak dengan cerebral paman, atau bibi (Inayah, 2011). Anak dengan kondisi
palsy bertahan hidup, seperti kursi roda, penyangga cerebral palsy bisa saja dirawat oleh orangtua (ayah dan
kaki, kawat gigi, dan lainnya. (Eliyanto & Hendriani, ibu) dari keluarga inti, ataupun orang tua yang merawat
2013; Maimunah, 2013; Listiani & Savira, 2015) yang berasal dari keluarga batih.Selanjutnya, menurut
Allender (1998, dalam Vani, Raharjo, Hidayat, &
Anak dengan cerebral palsy akan mengalami Humaedi, 2016), keluarga memiliki fungsi-fungsi yaitu
gangguan motorik yang dikarenakan adanya kerusakan fungsi pendidikan, sosialisasi, afeksi dan rekreasi,
pada jaringan otak, khususnya pada pusat motorik atau ekonomi, perlindungan dan pemeliharaan, dan status
jaringan penghubungnya. Kerusakan pada otak ini sosial. Oleh karena itu peran keluarga, khususnya
dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan atau orangtua (baik yang berasal dari keluarga inti ataupun
selama proses pembentukan syaraf pusat. Anak dengan keluarga batih) sangat berpengaruh besar dalam tumbuh
cerebral palsy juga bisa mengalami berbagai gangguan kembang anak (Susilowati, 2007). Anak dengan
penyerta, yaitu gangguan kognitif dan gangguan fisik. cerebral palsy memiliki sebuah keunikan dan
(Eliyanto & Hendriani, 2013). kebutuhan tersendiri, berbeda dengan anak lainnya,
sehingga pola pengasuhan yang perlu dilakukan oleh
Anak dengan cerebral palsy memiliki kondisi orangtua kepada anak juga akan berbeda dengan anak
fisik yang berbeda dengan anak tanpa cerebral palsy. tanpa kondisi dengan cerebral palsy (Eliyanto &
Kondisi fisik anak cerebral palsy akan berbeda Hendriani, 2013). Dengan demikian, sangat penting
tergantung pada tingkatan kondisinya, tetapi sebagian bagi orangtua untuk mengetahui pengetahuan dan
besar anak dengan cerebral palsy tidak mampu memiliki keterampilan yang tepat untuk mengasuh
bergerak dan beraktivitas dengan bebas (Maimunah, anak, khususnya anak dengan cerebral palsy. Sungguh
2013). Anak dengan cerebral palsy biasanya memiliki tidak ada yang lebih terkena dampak dari adanya
kesulitas dalam memegang objek, merangkak, dan seorang anak berkebutuhan khusus daripada
berjalan. Selain itu, anak dengan cerebral palsy keluarganya sendiri (Fine & Simpson, 2002; Turnbull
memiliki kelemahan dalam mengendalikan otot pada & Turnbull, 1997; Hardman, dkk, 2002, dalam
tenggorokkan, mulut, dan lidah yang menyebabkan Hidayati, 2011).
anak dengan cerebral palsy tampak selalu berliur,
kesulitas makan, dan menelan (Maimunah, 2013). Hal Selain harus menghadapi dinamika psikologis
ini akan menyebabkan gangguan nutrisi berat pada anak yang berasal dari lingkungan internal, orangtua juga
dengan cerebral palsy (Bagnara, Bajraszewski, Carne, akan mengalami berbagai dinamika psikologis yang
Fosang, Kennedy, Ong, Randall, Reddihough, & berasal dari lingkungan eksternal, yaitu respon
Touzel, 2000 dalam Maimunah, 2013). masyarakat. Tidak bisa dipungkiri, masyarakat
terkadang bisa bereaksi kurang pantas terhadap anak-
Pada anak cerebral palsy yang memiliki anak yang memiliki kebutuhan khusus. Menurut Vani
gangguan penyerta, anak tersebut tidak terlalu dkk (2016), anak dengan disabilitas tidak merasakan
terganggu dengan kondisinya, karena ia tidak bisa diterima secara penuh di lingkungan keluarga terutama
membandingkan dirinya dengan orang lain. Namun orangtua. Orangtua menganggap anak dengan
pada anak dengan cerebral palsy murni atau tanpa disabilitas merupakan “aib” bagi keluarga. Begitu juga
gangguan penyerta, anak akan merasakan bahwa dengan stigma negatif bahwa anak dengan disabilitas
dirinya berbeda dengan orang lain. Anak tersebut bisa hanya dapat menunggu bantuan saja dan tidak bisa
membandingkan dengan anak pada umumnya, karena melakukan aktivitas sendiri. Reaksi orangtua
209
Focus: Jurnal
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 2 Hal: 208 – 218 Desember 2019
Pekerjaan Sosial

mempunyai anak dengan disabilitas juga bermacam- Anak dengan Cerebral Palsy
macam (Vani, Raharjo, Hidayat, & Humaedi, 2016).
Undang-Undang No. 8 Tahun 2016,
Selain orangtua harus bisa menghadapi berbagai menjelaskan bahwa penyandang disabilitas adalah
dinamika yang berasal dari lingkungan internal dan setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik,
eksternal, dan perlu memahami dan menerima kondisi intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka
anaknya. Orangtua juga diharapkan dapat bertindak waktu lama yang dalam berinteraksi dengan
sebagai terapis, apabila tidak bisa, setidaknya orangtua lingkungan dapat mengalami hambatan dan
perlu menjadi manajer dari anak dengan cerebral palsy kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan
yang dapat menghubungan berbagai kebutuhan anak efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan
pada sumber terkait. Orangtua juga perlu menyediakan kesamaan hal. Di dalam undang-undang ini juga
sumber daya untuk membantu perkembangan anak. dijelaskan mengenai ragam jenis disabilitas yaitu
Untuk menghadapi kondisi tersebut, orangtua dari anak disabilitas fisik, disabilitas intelektual, disabilitas
dengan cerebral palsy memerlukan kebutuhan- mental, dan disabilitas sensorik.
kebutuhan tersendiri. Pada umumnya, orangtua yang
memiliki anak dengan cerebral palsy membutuhkan Berdasarkan data dari BPS (Badan
beberapa hal yaitu terkait dana, informasi tentang Pusat Statistik) pada tahun 2017, menyatakan bahwa
cerebral palsy dan bagaimana penanganannya, jumlah anak berkebutuhan khusus (ABK) di
dukungan secara emosional, dan bantuan-bantuan Indonesia mencapai angka 1,6 juta anak dengan
lainnya (Hidayati, 2011). beragam jenis gangguan. Salah satu ragam jenis
anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan
Mengingat banyak hal yang harus dihadapi dan cerebral palsy yang tergolong ke dalam disabilitas
dilakukan oleh orangtua yang memiliki anak dengan fisik. Terdapat 17 juta orang dengan cerebral palsy
cerebral palsy, terkadang orangtua lupa untuk tersebar di seluruh dunia2.Data Riset Kesehatan
memperhatikan pula kondisi kesehatan dan Dasar (Riskesdas) Kementrian Kesehatan RI pada
kesejahteraan dirinya. Sehingga, tidak sering dijumpai tahun 2010 menunjukkan jumlah penyandang CP
bahwa orangtua yang memiliki anak disabilitas, pada anak usia 24-59 bulan adalah 0,09% dari
khususnya anak dengan cerebral palsy lebih rentan jumlah keseluruhan penduduk Indonesia dengan
terkena stress (Susilowati, 2007). Terlebih lagi, karena usia yang sama (Infodatin, 2014).
kondisi anak dengan cerebral palsy ini bersifat menetap
atau tidak bisa disembuhkan, artinya orangtua perlu Cerebral palsy atau bisa disebut dengan CP
menghadapi kondisi seperti itu dari anaknya masih kecil bukanlah sebuah penyakit, melainkan sebuah
hingga dewasa. Maka, perlu ada sebuah sistem kondisi yang cukup jarang ditemui. Cerebral palsy
dukungan yang dapat orangtua akses. Oleh karena itu, adalah hasil dari kerusakan otak atau kecacatan otak
agar orangtua yang memiliki anak dengan cerebral yang paling banyak terjadi ketika seseorang masih
palsy dapat lebih terpenuhi kebutuhan- kebutuhannya, di dalam kandungan atau ketika dilahirkan,
maka diperlukan sebuah kelompok pendukung atau walaupun ada beberapa kasus yang mengalami CP
support group (Hidayati, 2011). Tujuannya adalah agar bukan dari bawaan lahir. Penelitian terkini
para orangtua yang memiliki anak dengan cerebral menunjukkan bahwa sebagian besar cerebral palsy
palsy memperoleh dukungan yang tepat sehingga dihasilkan dari perkembangan otak yang abnormal
kebutuhannya dapat terpenuhi. Dengan orangtua atau kerusakan otak pada saat melahirkan. Selain
terpenuhi kebutuhannya, maka orangtua dapat itu, kecelakaan, kekerasan, malpraktek, kelalaian,
melakukan perannya sebagai orangtua dengan baik. infeksi, dan cedera juga diketahui menjadi penyebab
Sehingga, anaknya yang memiliki kondisi cerebral yang menyebabkan terjadinya cerebral palsy
palsy dapat mengalami perkembangan yang baik. (https://www.cerebralpalsy.org, diakses pada 25
Dengan demikian, anak dengan cerebral palsy bukan Mei 2019).
saja mendapatkan pelayanan langsung dari terapis dan Menurut (Clark 1964, dalam Sriwidodo,
sekolah, juga mendapatkan pelayanan dari orangtua 1985), cerebral palsy merupakan suatu keadaan
masing-masing, sehingga diharapkan akan memberikan kerusakan jaringan otak pada pusat motorik atau
pengaruh yang lebih baik dan optimal terhadap jaringan penghubungnya, yang terjadi pada masa
perkembangan anak dengan cerebral palsy. prenatal, saat persalinan atau selama proses
Pembahasan pembentukan syaraf pusat, ditandai dengan adanya

210
Focus: Jurnal
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 2 Hal: 208 – 218 Desember 2019
Pekerjaan Sosial

paralisis, paresis, gangguan kordinasi atau Setiap kasus cerebral palsy yang terjadi pada
kelainan-kelainan fungsi motorik. setiap orang merupakan kasus yang unik. Seseorang
mungkin mengalami kelumpuhan total dan
Anak dengan kondisi cerebral palsy akan membutuhkan perawatan yang teratur, namun kasus
mengalami gangguan dalam pergerakannya. lain juga mungkin seseorang mengalami
Cerebral palsy mempengaruhi otot dan kemampuan kelumpuhan parsial yang memiliki sedikit tremor
seseorang untuk mengontrolnya. Otot anak dengan dan membutuhkan sedikit bantuan. Masing-masing
cerebral palsy dapat berkontraksi secara berlebihan, kasus unik tergantung dari tipe kerusakan dan waktu
atau sangat sedikit, atau semuanya di saat terjadinya kerusakan pada perkembangan
bersamaan. Anggota tubuh dapat menjadi kaku,
membentuk posisi yang aneh. Kontraksi otot yang Tipe Anak dengan Cerebral Palsy
berfluktuasi dapat membuat anggota tubuh gemetar, Cerebral palsy dapat dibagi ke dalam
goyang, dan bergelayut. Keseimbangan, postur, dan beberapa tipe motorik, sebagai berikut.
koordinasi tubuh juga dapat dipengaruhi oleh
cerebral palsy. Kegiatan seperti berjalan, duduk, 1. Spastik sebesar 80 – 90% merupakan bentuk
atau mengambil sebuah objek akan sulit dilakukan. paling umum. Otot terlihat kaku dan ketat.
Anak dengan cerebral palsy juga berpotensi untuk Muncul karena kerusakan korteks motorik
mengalami kedisabilitasan lainnya seperti gangguan (area motorik di otak).
intelektual, kejang, gangguan penglihatan dan 2. Diskinesia sebesar 6% memiliki karakteristik
pendengaran (https://www.cerebralpalsy.org, gerakan involunteer seperti distonia, atetosis
diakses pada 25 Mei 2019). dan atau chorea. Muncul karena kerusakan
area Ganglia Basalis di otak.
Penyebab Kondisi Cerebral Palsy 3. Ataxia sebesar 5% memiliki karakteristik
Cerebral palsy adalah hasil dari kerusakan gerakan gemetar. Mempengaruhi
otak atau kecacatan otak yang paling banyak terjadi keseimbangan dan kesadaran posisi dalam
ketika seseorang masih di dalam kandungan atau ruang. Muncul karena kerusakan pada area
ketika dilahirkan, walaupun ada beberapa kasus Cerebellum otak.
yang mengalami CP bukan dari bawaan lahir. 4. Tipe campuran. Sejumlah anak dengan
Penelitian terkini menunjukkan bahwa sebagian cerebral palsy dapat memiliki dua tipe motorik
besar cerebral palsy dihasilkan dari perkembangan yang berbeda, seperti spastik dan distonia.
otak yang abnormal atau kerusakan otak pada saat Selanjutnya, cerebral palsy dapat
melahirkan. Selain itu, kecelakaan, kekerasan, mempengaruhi bagian tubuh yang berbeda
malpraktek, kelalaian, infeksi, dan cedera juga misalnya.
diketahui menjadi penyebab yang menyebabkan
terjadinya cerebral palsy a. Spastik Quadriplegia/ Bilateral yaitu
(https://www.cerebralpalsy.org/about- mempengaruhi anggota gerak kedua lengan
cerebral-palsy/definition diakses pada Minggu, 26 dan tungkai terpengaruh. Otot-otot batang
Mei 2019). tubuh, muka, mulut juga sering terpengaruhi.
b. Spastik Diplegia/ Bilateral yaitu
Cerebral palsy bukanlah sebuah penyakit mempengaruhi anggota gerak kedua tungkai
yang mengancam jiwa, melainkan sebuah kondisi, terpengaruh, lengan juga mungkin
kecuali anak yang terlahir dengan kasus yang sangat terpengaruh, namun pada tingkat yang lebih
parah. Dikarenakan cerebral palsy ini adalah sebuah rendah.
kondisi, maka kerusakan yang terjadi pada otak c. Spastik Hemiplegia/ Unilateral yaitu
tidak bisa disembuhkan atau dengan kata lain mempengaruhi anggota gerak salah satu sisi
bersifat permanen, namun perawatan dan terapy tubuh (satu lengan dan satu tangan).
dapat membantu mengatur dampaknya pada tubuh.
Cerebral palsy ini juga bukanlah sesuatu yang
menular, karena cerebral palsy terjadi disebabkan
adanya kerusakan pada perkembangan otak.
Sehingga, cerebral palsy ini bisa dikatakan sebagai
kondisi yang kronis karena efeknya dalam jangka
panjang atau seumur hidup.

211
Focus: Jurnal
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 2 Hal: 208 – 218 Desember 2019
Pekerjaan Sosial

Selanjutnya, kemampuan motorik kasar pada Peran orangtua sangat besar bagi tumbuh kembang
anak dan remaja dengan kondisi cerebral palsy anak. Bagi anak dengan cerebral palsy, orangtua
dapat dikategorikan menjadi lima tingkatan berbeda berperan seperti manajer bagi kehidupan anak. Bagi
yang dikembangkan oleh CanChild di Kanada yaitu orangtua yang memiliki anak dengan cerebral palsy,
Sistem Klasifikasi Fungsional Motorik Kasar orangtua harus sangat beradaptasi terhadap berbagai
(GMFCS) pada gambar di bawah ini. perubahan yang terjadi, antara lain (Tim Dosen
Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, 2018, hal. 35 -
Gambar 1 Tingkatan Kemampuan Motorik 36):
Kasar Anak dengan Cerebral Palsy
a. Identitas keluarga. Orangtua yang memiliki
anak dengan cerebral palsy, tentu label yang
diberikan oleh masyarakat bukanlah sebagai
keluarga pada umumnya, namun keluarga
akan memperoleh label “keluarga dengan anak
dengan cerebral palsy”. orangtua juga perlu
bisa menerima anaknya dan berbagai kondisi
yang ada.
b. Keuangan. Memiliki anak dengan cerebral
palsy pastinya akan memerlukan biaya yang
besar karena anak dengan cerebral palsy
memerlukan berbagai kebutuhan dan
Selain itu, anak dengan kondisi cerebral penanganan lebih dari pada anak pada
palsy biasanya memiliki gangguan penyerta baik umunya, seperti biaya untuk terapi, guru
gangguan fisik maupun kognitif, menurut penelitian pendamping, dan bahkan pengasuh khusus
yang diterbitkan ke dalam sebuah poster dalam apabila orangtua bekerja. Sehingga orangtua
merayakan World Cerebral Palsy Day menyatakan perlu mempersiapkan anggaran yang besar
bahwa terdapat 1 dari 3 anak tidak mampu berjalan, untuk anaknya.
1 dari 4 anak tidak dapat berbicara, 3 dari 4 anak c. Aktivitas sosial dan rekreasi. Orangtua yang
mengalami nyeri, 1 dari 4 anak memiliki epilepsi, 1 memiliki anak dengan cerebral palsy akan
dari 4 anak memiliki gangguan perilaku, 1 dari 2 lebih memikirkan apabila ingin berkegiatan di
anak memiliki gangguan intelektual, 1 dari 10 anak tempat umum. Orangtua perlu memikirkan
memiliki gangguan penglihatan yang berat, 1 dari 4 apakah tempat atau kegiatan tersebut
anak memiliki masalah mengontrol kandung kemih, merupakan tempat yang ramah bagi anaknya.
1 dari 5 anak memiliki gangguan tidur, dan 1 dari 5 d. Berbagai keputusan penting. Orangtua juga
anak memiliki masalah mengontrol air liur perlu memikirkan terkait dengan pengambilan
(https://www.cerebralpalsy.org, diakses pada 25 keputusan penting. seperti, bagi ibu bekerja
Mei 2019). yang memiliki anak dengan cerebral palsy
harus mempertimbangkan apakah
Kebutuhan Orangtua Anak dengan Cerebral
melanjutkan atau berhenti kerja dan fokus
Palsy
untuk mengasuh anaknya, apakah harus pindah
Keluarga merupakan institusi sosial pertama ke tempat kerja yang lebih dekat dengan rumah
anak. Menurut Lestari (2012), keluarga dapat dibagi sehingga lebih mudah mengontrol kondisi
menjadi dua jenis yaitu keluarga inti (nuclear anak, dan lainnya.
family) dan keluarga batih (extended family). e. Tahapan perkembangan. Terdapat masa-
Keluarga inti adalah keluarga yang di dalamnya masa dalam proses perkembangan anak yang
hanya terdapat tiga posisi sosial, yaitu suami-ayah, membuat orangtua stres. Masa-masa itu adalah
istri-ibu, dan anak (Lee, 1982, dalam Lestari, 2012). pada masa awal, orangtua harus menerima
Sedangkan keluarga batih adalah anggota keluarga diagnosis yang diberikan akan kondisi
besar, seperti kakek, nenek, paman, atau bibi anaknya. Kemudian, pada masa sekolah,
(Inayah, 2011). Pada kenyataannya, anak dengan orangtua harus mencari sekolah yang tepat
kondisi cerebral palsy bisa saja dirawat oleh bagi anak dan membantu anak agar dapat
orangtua (ayah dan ibu) dari keluarga inti, ataupun menyesuaikan diri di lingkungan luar. Pada
dari keluarga batih (extended family) yang sudah masa remaja dan dewasa, orangtua harus
dianggap sebagai orangtua. menyiapkan anak agar siap dan
melepaskannya ke dunia dewasa yang
sesungguhnya menuntut kemandirian anak.

212
Focus: Jurnal
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 2 Hal: 208 – 218 Desember 2019
Pekerjaan Sosial

Orangtua perlu menyiapkan berbagai strategi Orangtua yang memiliki anak dengan
khusus dan tepat pada masa-masa tersebut. cerebral palsy memiliki kebutuhan khusus dari pada
orangtua yang memiliki anak pada umumnya.
Dengan banyaknya kebutuhan dan tuntutan, Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lestari,dkk
serta berbagai dinamika yang terjadi pada orangtua (2018) mengungkapkan terdapat kebutuhan yang
yang memiliki anak dengan cerebral palsy, diperlukan baik bagi ibu dan ayah yang memiliki
orangtua menjadi rentan terkena stres. Stressor anak disabilitas. Pada ibu jika diurutkan dari
merupakan sumber penyebab stres. Stressor yang tertinggi ke terendah adalah kebutuhan informasi
dirasakan orangtua dapat dikategorikan menjadi dan dukungan profesional 71,0%, pelayanan
beberapa jenis (Rice, 1992) yaitu. komunitas 64,5%, menjelaskan kepada orang lain
38,7%, kebutuhan finansial 22,6%, perawatan anak
1. Stressor individu adalah sumber stres yang 16,1%, dan dukungan keluarga/sosial 12,9%.
berasal dari dalam diri seseorang. Orangtua Kebutuhan ayah dari tertinggi ke terendah yaitu
yang memiliki anak dengan cerebral palsy kebutuhan informasi 71,0%, pelayanan komunitas
harus bisa menerima kondisi anaknya dan 64,5%, dukungan profesional 61,0%, menjelaskan
beradaptasi dengan kondisi yang ada. Hal kepada orang lain 45,2%, kebutuhan finansial
tersebut pada umumnya menyebabkan stres 29,0%, perawatan
pada orangtua. anak 22,6%, dan dukungan keluarga/sosial 19,4%.
2. Stressor interpersonal adalah sumber stres Dari perbandingan kebutuhan ayah dan ibu,
yang berhubungan dengan pada saat proses keduanya memiliki kebutuhan tertinggi yaitu akan
berinteraksi dengan orang lain. Orangtua yang kebutuhan untuk mengakses informasi terkait
memiliki anak dengan cerebral palsy juga dengan anaknya dan dunia disabilitas.
harus memberikan informasi terkait dengan
kondisi anaknya kepada orang lain, seperti Dari penjelasan di atas, orangtua yang
keluarga, teman, dan orang di sekitarnya. memiliki anak dengan cerebral palsy memiliki
Orangtua perlu terbuka atas kondisi anaknya, kebutuhan akan informasi dan dukungan
karena penerimaan orang lain, baik itu profesional, kebutuhan untuk menerima kondisi
keluarga maupun masyarakat, sangat yang ada, kebutuhan untuk beradaptasi dengan
diperlukan agar orangtua mendapatkan kondisi yang baru, kebutuhan menjelaskan kepada
support yang dibutuhkan (Tim Dosen Fakultas orang lain, kebutuhan finansial, kebutuhan akan
Psikologi Unika Atma Jaya, 2018, hal. 39). perawatan anak, dan dukungan sosial
3. Stressor lingkungan fisik adalah sumber stres
yang berasal dari lingkungan fisik di sekitar Peran Support Group bagi Orangtua Anak
individu. Orangtua yang memiliki anak dengan Cerebral Palsy
dengan cerebral palsy perlu memikirkan Dalam menangani hal terkait dengan
bagaimana lingkungan fisik yang berada di orangtua yang memiliki anak dengan kondisi
sekitar, khususnya lingkungan fisik di mana cerebral palsy, pekerja sosial memiliki peranan
anaknya berada. penting. Menurut Skidmore dan Thackeray (1988,
4. Stressor sosial adalah sumber stres yang dalam Wibhawa, Raharjo, & Santoso, 2010)
berasal dari kehidupan sosial seseorang. pekerjaan sosial merupakan suatu bidang keahlian
Masyarakat terkadang masih memberikan yang memiliki kewenangan untuk melaksanakan
label atau stigma-stigma yang kurang supportif berbagai upaya guna meningkatkan kemampuan
bagi orangtua yang memiliki anak dengan orang dalam melaksanakan fungsi-fungsi sosialnya
cerebral palsy, stigma-stigma tersebut akan melalui proses interaksi; agar orang dapat
menimbulkan perilaku-perilaku yang berbeda menyesuaikan diri dengan kondisi kehidupannya
pula dari masyarakat terhadap orangtua yang secara memuaskan. Pekerjaan sosial mengintervensi
memiliki anak dengan cerebral palsy. ketika seseorang berinteraksi dengan
5. Stressor organisasi adalah sumber stres yang lingkungannya. Prinsip-prinsip hak asasi manusia
dapat terjadi pada seting tertentu, misalnya di dan keadilan sosial merupakan hal yang
dalam sebuah pekerjaan dan budaya organisasi fundamental bagi pekerjaan sosial. Di dalam
yang tidak baik. Orangtua yang memiliki anak pekerjaan sosial memiliki beberapa level intervensi
dengan cerebral palsy perlu memikirkan yaitu level mikro, mezzo, dan makro. Di dalam
mengenai pekerjaannya, dan lainnya. praktik pekerjaan sosial level mikro, terdapat
intervensi pekerjaan sosial dengan kelompok
(Groupwork).

213
Focus: Jurnal
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 2 Hal: 208 – 218 Desember 2019
Pekerjaan Sosial

Skidmore, Thackeray, dan Farley (1994, Hariton, dan Kernberg, 1996, dalam Geldard &
dalam Adi, 2013) menyatakan groupwork adalah Geldard, 2013).

“a method of working with people in groups (two Support group merupakan kelompok yang
or more people) for the enhancement of social terdiri dari beberapa orang yang memiliki
functioning and for achienvement of socially permasalahan yang sama, mereka saling berdiskusi
desirable goals. Group work is based on mengenai masalahnya dan memberikan dukungan
knowledge of people’s need for each other and kepada masing-masing anggota kelompok. Tujuan
their interdependence. Groupwork is a method utama dari kelompok ini adalah memberikan suatu
of reducing or eliminating road-blocks to social dukungan, namun juga tidak dipungkiri bahwa
interraction and for accomplishing socially kelompok ini juga dapat menghasilkan perubahan
desirable purposes.” pada aspek emosional, kognitif, dan perilaku para
anggota di dalamnya.
Intervensi pekerjaan sosial dengan
kelompok atau social groupwork ini dapat Cara kerja support group ini dengan sistem
memberikan solusi atas permasalahan di atas yang mutual aid. Lebih lanjut dijelaskan oleh Shulman
mana orangtua yang memiliki anak dengan cerebral (2010) dalam McDermott (tahun?). Pada bab yang
palsy memerlukan sistem pendukung (support membahas tentang Working with therapeutic groups
system) sehingga orangtua memperoleh dukungan dijelaskan 10 cara kerja kelompok sebagai sistem
sosial yang dibutuhkan dan dapat menjalankan mutual aid, yaitu.
peran dan fungsinya dengan optimal. Solusi yang 1. Sharing thoughts, feelings, ideas.
bisa ditawarkan oleh pekerja sosial adalah dengan 2. Establishing dialogue and a dialectical
membuat support group bagi para orangtua yang process.
memiliki anak dengan cerebral palsy. 3. Entering taboo areas regarding topics are
Pada dasarnya, support group ini masih often not able to be talked about elsewhere.
masuk ke dalam intervensi kelompok untuk 4. Recognising that members are ‘all-in-same-
penyembuhan atau group therapy intervention. boat’ and derving comfort from this.
Terdapat beberapa asumsi universal terkait dengan 5. Developing a universal perspective, shared
group therapy intervention (Ezhumalai, by group members.
Muralidhar, Dhanasekarapandian, & Nikketha, 6. Offering mutual support where possible.
2018) yaitu. 7. Making mutual demand when the need
arises.
a. Pengalaman kelompok bersifat universal. 8. Providing space in the group for individual
b. Kelompok terapi digunakan untuk melakukan problem solving.
perubahan pada perilaku dan kebiasaan. 9. Providing space in the group for rehearsal,
that is, trying out solutions before applying
c. Kelompok dapat memberikan perubahan yang
lebih bersifat permanen. them in ‘real life’.
10. Becoming more resilient by recognizing the
d. Kelompok berperan sebagai instrumen untuk ‘strengths-in-numbers’ which group
menolong sesama. participation represents.
e. Melalui kelompok, anggota di dalamnya dapat
tumbuh dan berkembang bersama. Menurut Hutchinson (2008, dalam
f. Lebih mudah melakukan perubahan dengan Rahmania, Nurwati, & Taftazani, 2016).
media kelompok dari pada secara individual.
It should also be noted that parent’s
Selanjutnya, dijelaskan mengenai fungsi lives are influenced by the trajectories of
dari kelompok terapi yaitu corrective, their children’s lives. For example, parents
developmental, educative, preventive, recreational, may need to alter their work trajectories to
dan therapeutic. Kelompok terapi ini cocok untuk respond to the needs of a terminally
orang-orang yang memiliki gangguan stres pasca- illchild. Or parents may forgo early
traumatis (Shelby,1994), gangguan kecemasan, retirement to assist their young adult
gangguan penyimpangan oposisional, gangguan children with education expenses. Parents
depresif, gangguan disruptif, gangguan perilaku, may be negatively affected by stressful
dan gangguan perkembangan tertentu (Gupta, situations that their children face.
Dari pendapat Hutchinson, dapat ditarik
makna bahwa orangtua yang memiliki anak dengan
214
Focus: Jurnal
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 2 Hal: 208 – 218 Desember 2019
Pekerjaan Sosial

kondisi sakit atau berbeda, dan dalam konteks ini merasa berharga, dan (e) kebutuhan akan
adalah orangtua yang memiliki anak dengan pengalaman baru (Geldard & Geldard, 2013).
cerebral palsy, kondisi anaknya akan Support group memiliki kekuatan
mempengaruhi kondisi orangtua dan bisa penyembuhan dan memberikan efek therapeutic
menyebabkan stres. Kondisi tersebut juga akan karena seseorang mendapatkan dukungan yang
mempengaruhi tingkat kesejahteraan orangtua yang sifatnya timbal balik, sehingga memunculkan rasa
pada akhirnya juga mempengaruhi kesejahteraan kebersamaan, pemahaman diri, dan harapan baru
anak. (Tirzi, Pane, Taufik, & Nuryanti, 2016). Support
Secara umum, Geldard dan Geldard (2013) group therapy adalah suatu proses terapi pada suatu
memberikan intervensi dengan menggunakan kelompok yang memiliki permasalahan yang sama
memiliki beberapa manfaat yaitu. untuk mengkondisikan dan memberi penguatan
pada kelompok maupun perorangan dalam
a. Kelompok bisa meningkatkan perubahan. kelompok sesuai dengan permasalahannya
b. Kelompok bisa disejajarkan dengan (Seligman & Marhsak, 1990). Support group
lingkungan sosial yang lebih luas. therapy ini merupakan cara pemberian terapi atau
c. Kelompok menumbuhkan rasa memiliki. intervensi yang mana di dalamnya terdapat
d. Kebutuhan-kebutuhan yang bersifat umum individu-individu yang relatif memiliki
dapat terpenuhi melalui kelompok. permasalahan yang sama. Mereka saling bercerita
e. Kelompok lebih efektif, terutama dari segi dan berdiskusi tentang masalahnya dan solusi dari
biaya. permasalahan yang dialami. Di dalam kelompok
dukungan tersebut juga terjadi proses saling belajar
Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh dan menguatkan, dengan tujuan utama tercapainya
pekerja sosial terkait dengan anak dengan cerebral kemampuan untuk mengnangani masalah (coping)
palsy dan keluarganya, baik dalam pemberian yang efektif terhadap masalah ataupun trauma yang
pelayanan individu dan kelompok. Pelayanan yang dialami (Yuniardi, 2011). Dalam prakteknya,
diberikan bisa dilakukan secara individual yaitu pekerja sosial dapat memiliki banyak peran antara
berupa konseling dan pekerja sosial juga dapat lain sebagai fasilitator, penyintensis, pendukung,
memberikan pelayanan secara kelompok yaitu dan pembuat norma (Damanik & Pattiasina, 2009).
dengan support group.
Di dalam kelompok ini, orangtua yang
Support group dapat menyediakan sebuah memiliki anak dengan cerebral palsy dapat
tempat yang aman dari stigma-stigma lingkungan memperoleh dukungan dan terpenuhi
sosial bagi para anggotanya dalam menyalurkan kebutuhannya, yakni kebutuhan untuk mencintai
perasaan-perasaannya, memberikan para dan dicintai, kebutuhan akan penerimaan,
anggotanya dalam membuat perspektif baru terkait kebutuhan kasih sayang, kebutuhan untuk merasa
dengan kondisi yang dihadapi. Di dalam sebuah berharga, dan kebutuhan akan pengalaman baru.
kondisi yang sangat kondusif, para partisipan atau Apabila orangtua mendapatkan dukungan dan
anggota kelompok dapat secara terbuka kebutuhan yang dibutuhkan, maka orangtua dapat
membicarakan permasalahannya dan melepaskan menjalankan perannya sebagai orangtua terhadap
bebannya, serta dapat secara perlahan menghapus anaknya yang memiliki kondisi cerebral palsy.
kepercayaan atau pandangan buruk dari diri sendiri Dengan demikian pula, apabila orangtua dapat
atau self-destructive beliefs (Corey & Corey, 2006). menjalankan perannya dengan baik dan terpenuhi
Para partisipan juga akan mulai memaafkan diri kebutuhannya, maka akan berdampak baik terhadap
mereka sendiri dan membuat keputusan terkait perkembangan anaknya.
dengan apa yang bisa mereka lakukan pada waktu
yang ada (Corey & Corey, 2006). Tujuan dari Apabila dikaitkan dengan sistem dasar
kelompok ini adalah memberikan dukungan, namun pekerjaan sosial, orangtua anak dengan cerebral
melalui kelompok ini juga dapat menghasilkan palsy adalah sebagai sistem sasaran. Di dalam
perubahan pada aspek emosional, kognitif, dan pekerjaan sosial, terdapat empat sistem dasar dalam
perilaku individu yang ada di dalamnya (Geldard & praktek pekerjaan sosial. Kemampuan ini
Geldard, 2013). Kelompok pada dasarnya menunjukkan kemampuan Pekerja Sosial dalam
memberikan beberapa manfaat kepada para individu mengajak klien maupun orang-orang atau sistem
di dalamnya antara lain terpenuhinya (a) kebutuhan sosial yang terkait dengan pemecahan sosial.
untuk mencintai dan dicintai, (b) kebutuhan akan Adapun sistem dasar tersebut yaitu.
penerimaan, (c) kebutuhan kasih sayang, (d)
kebutuhan untuk
215
Focus: Jurnal
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 2 Hal: 208 – 218 Desember 2019
Pekerjaan Sosial

1. Sistem klien. Di dalam sistem klien ini adalah Orangtua yang memiliki anak dengan cerebral
orang-orang yang bermasalah dan palsy berpeluang lebih besar untuk menghadapi kondisi
membutuhkan bantuan. yang menyebabkan stres. Stres dapat bersumber dari
2. Sistem sasaran adalah yaitu orang-orang yang internal dan eksternal diri orangtua. Dengan demikian,
harus diubah terlebih dahulu diubah agar tujuan orangtua yang memiliki anak dengan cerebral palsy
pemberian bantuan kepada sistem klien dapat memerlukan dukungan sosial. Dukungan sosial
tercapai. merupakan bantuan dari keluarga, teman, dan orang-
3. Sistem kegiatan adalah orang atau lembaga yang orang sekitar, bahkan dari orang yang mengalami
karena kewenangannya atau kompensasinya permasalahan yang sama. Dukungan sosial dapat
diajak bersama oleh pelaksana perubahan. berupa bantuan instrumental, informasi, dukungan
emosional, dan penghargaan.
4. Sistem pelaksana perubahan adalah orang-
orang yang ada di lembaga yang melaksanakan Pekerja sosial dapat berperan dalam menangani
kegiatan pertolongan. (Wibhawa, Raharjo, & hal ini. Pekerja sosial dapat memberikan pelayanan
Santoso, 2010). secara individual maupun kelompok kepada keluarga,
khususnya orangtua agar mereka dapat memperoleh
Orangtua dengan cerebral palsy dukungan sosial yang dibutuhkan. Pelayanan kelompok
merupakan orang-orang yang perlu diubah terlebih yang dapat diberikan adalah melalui support group.
dahulu agar tujuan pemberian bantuan terhadap Support group adalah kelompok yang terdiri dari
klien, yaitu anak dengan cerebral palsy, dapat beberapa individu yang memiliki permasalahan yang
tercapai. Dengan adanya, support group bagi relatif sama. Di dalam kelompok tersebut, masing-
orangtua anak dengan cerebral palsy, diharapkan masing saling bercerita mengenai permasalahannya dan
orangtua dapat memperoleh dukungan dan bantuan saling memberikan solusi atas masalahnya tersebut. Di
yang dibutuhkan. Dengan demikian, orangtua dapat dalam kelompok tersebut juga akan terjadi proses
menjalankan perannya sebagai orangtua dengan pemberian dukungan sosial, baik secara emosional,
optimal, sehingga anak dengan cerebral palsy akan informasi, intrumental, atau pun penghargaan.
mengalami perkembangan yang progresif. Hal ini
dapat terjadi karena anak yang waktu sehari-harinya Apabila orangtua mendapatkan dukungan sosial
banyak dihabiskan di rumah bersama orangtua akan yang dibutuhkan, maka orangtua dapat menjalankan
mendapatkan pelayanan juga dari orangtua, bukan perannya sebagai orangtua terhadap anaknya yang
hanya dari terapis dan sekolah. memiliki kondisi cerebral palsy. Dengan demikian
pula, apabila orangtua dapat menjalankan perannya
Kesimpulan dengan baik dan terpenuhi kebutuhannya, maka akan
Cerebral palsy merupakan salah satu jenis berdampak baik terhadap perkembangan anaknya yang
disabilitas fisik. Cerebral palsy ini bukan sebuah memiliki kondisi cerebral palsy.
penyakit, melainkan sebuah kondisi. Sehingga, kondisi Support group merupakan wadah bagi orangtua
ini bersifat tidak bisa disembuhkan atau menetap. dalam mendapatkan dukungan sosial dan juga sebagai
Maka, orangtua yang memiliki anak dengan kondisi sarana dalam memproses apa yang terjadi. Di dalam
cerebral palsy harus menghadapi anaknya dengan support group ini menggunakan kekuatan yang ada di
kondisi tersebut dalam jangka waktu panjang, bahkan kelompok untuk mengintervensi individu di dalamnya.
seumur hidup. Sehingga, keluarga, khususnya orangtua Dengan demikian, support group dapat mengembalikan
di sekitar anak dengan cerebral palsy, perlu memahami keberfungsian sosial para individu di dalamnya.
informasi terkait dengan cerebral palsy dan kondisi
anaknya, serta bagaimana penanganan yang tepat untuk
anak dengan cerebral palsy.

Daftar Pustaka

Corey, M. S., & Corey, G. (2006). Groups : Process Creswell, J. W. (2010). Research Design. Pendekatan
and Practice Sevent Edition. Fullerton: Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Edisi Ketiga
Thomson Brooks/Cole. (Terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

216
Focus: Jurnal
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 2 Hal: 208 – 218 Desember 2019
Pekerjaan Sosial

Damanik, J., & Pattiasina, C. (2009). Buku Pintar Lestari, S. (2012). Psikologi Keluarga: Penanaman
Pekerjaan Sosial - Jilid 2. Jakarta: Gunung Nilai dan Penanganan Konflik dalam
Mulia. Keluarga. Jakarta: Prenada Media Group.

Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Lestari, S., Yani, D. I., & Nurhidayah, I. (2018).
Khusus dalam Setting Pendidikan Inklusi. Kebutuhan Orangtua Dengan Anak
Bandung: Refika Aditama. Disabilitas. JNC Volume 1 Nomor 1 , 50-59.

Eliyanto, H., & Hendriani, W. (2013). Hubungan Listiani, F., & Savira, S. I. (2015). Penerimaan Diri
Kecerdasan Emosi dengan Penerimaan Ibu Remaja Cerebral Palsy. Character Volume 3
Terhadap Anak Kandung yang Mengalami Nomor 2 , 1-6.
Cerebral Palsy. Jurnal Psikologi dan Maimunah, S. (2013). Studi Eksploratif Perilaku
Perkembangan Vol.2 No. 2, 124-130. Koping Pada Individu Dengan Cerebral Palsy.
Ezhumalai, S., Muralidhar, D., Dhanasekarapandian, Jurnal Imliah Psikologi Terapan Vol. 1 No. 1,
R., & Nikketha, B. S. (2018). Group 156-171.
Interventions. Indian Journal of Psychiatry, Our Community Pty Ltd . (2015). Working with
514-521. Therapeutic Groups. Dalam F. McDermott,
Fauzan, H., Amin , M., Gustiawan, & Patimasang, S. Doing it Together. A Collection of
(2018). Peranan Komunikasi Orangtua Dalam Approaches, Experiences and Purposes of an
Pembentukan Kepribadian Anak. in Groups, Committees, Organisations,
ResearchGate, 1-9. Networks and Movements (hal. 112-122).
Melbourne: Our Community Pty Ltd .
Geldard, K., & Geldard, D. (2013). Menangani Anak
dalam Kelompok : Panduan untuk Konselor, Setiawan, A., Suryaningsih, & Solina, E. (t.thn.). Peran
Guru, dan Pekerja Sosial. Yogyakarta: Orangtua Terhadap Anak Berkebutuhan
Pustaka Pelajar. Khusus Di SLBN Bintan. 1-12.

Handojo, Y. (2003). Autisma : Petunjuk Praktis dan Sriwidodo. (1985). Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta:
Pedoman Materi Untuk Mengajar Anak Penerbit Pusat Penelitian dan Pengembangan
Normal, Autis, dan Perilaku Lain. Jakarta: PT. PT. Kalbe Farma.
Bhuana Ilmu Populer. Supriyanto, A. (2012). Peran Pengasuhan Orangtua
Hidayati, N. (2011). Dukungan Sosial bagi Keluarga Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Aktivitas
Anak Berkebutuhan Khusus. INSAN Vol. 13 Olahraga. Proceeding Seminar Nasional, (hal.
No. 01, 15-20. 1-11). Surakarta.

Inayah, N. (2011). Model Pola Asuh Ayah Dalam Susilowati, A. T. (2007). Hubungan Dukungan Sosial
Keluarga Migran Di Kabupaten Banyuwangi. Dan Tingkat Stress Orangtua Dari Anak Autis.
Annual International Conference on Islamic Tim Dosen Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya.
Studies (AICIS XII), (hal. 2553-2567). (2018). Mempersiapkan Generasi Milenial
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Ala Psikolog. Jakarta: Buku Kompas.
Buletin Jendela Data dan Informasi Tirzi, R. P., Pane, R. I., Taufik, N., & Nuryanti, T.
Kesehatan : Situasi Penyandang Disabilitas. (2016). Pengembangan Support Group Untuk
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Remaja Korban Kekerasan Seksual.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Researchgate, 1-11.
Perlindungan Anak Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang
(2013). Panduan Penanganan Anak Penyandang Disabilitas. (2016).
Berkebutuhan Khusus Bagi Pendamping
(Orangtua, Keluarga, dan Masyarakat). Vani, C. G., Raharjo, S. T., Hidayat, E. N., & Humaedi,
Jakarta: Kementerian Pemberdayaan S. (2016). Pengasuhan (Good Parenting) Bagi
Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Anak Dengan Disabilitas. 122-128.
Indonesia.

217
Focus: Jurnal
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 2 Hal: 208 – 218 Desember 2019
Pekerjaan Sosial

Wibhawa, B., Raharjo, S. T., & Santoso, M. B. (2010).


Dasar-Dasar Pekerjaan Sosial : Pengantar
Profesi Pekerjaan Sosial. Bandung: Widya
Padjadjaran.
Yuniardi, M. (2011). Support Group Therapy Untuk
Mengembangkan Potensi Resiliensi Remaja
Dari Keluarga Single Parent Di Kota Malang.
Psikobuana Vol. 3 No. 2, 135-140.
Sumber Lainnya :
https://www.cerebralpalsy.org/about-cerebral-
palsy/definition diakses pada Minggu, 26 Mei 2019
pukul 20.34 WIB.
https://worldcpday.org/wp-
content/.../WCPD_What_is_CP_Poster_Indonesia.pdf
diakses pada Minggu 26 Mei 2019 Pukul 21.14 WIB.
https://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/nejmra055549
diakses pada Rabu, 13 Juni 2019 pukul 13.20 WIB.
https://www.msdmanuals.com/home/brain,-spinal-
cord,-and-nerve-disorders/movement-
disorders/chorea,-athetosis,-and-hemiballismus diakses
pada Rabu, 13 Juni 2019 pukul 13.27 WIB.
https://www.honestdocs.id/chorea diakses pada Rabu,
13 Juni 2019 pukul 13.31 WIB.

218

Anda mungkin juga menyukai