Hubungan Self Monitoring Dengan Impulsive Buying Terhadap Produk Fashion Pada Remaja
Hubungan Self Monitoring Dengan Impulsive Buying Terhadap Produk Fashion Pada Remaja
Hubungan Self Monitoring Dengan Impulsive Buying
Terhadap Produk Fashion Pada Remaja
Anastasia Anin F., Rasimin BS., & Nuryati Atamimi
Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada
JURNAL PSIKOLOGI
164 181
JURNAL PSIKOLOGI
HUBUNGAN SELF MONITORING DENGAN IMPULSIVE BUYING
Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan 2 Penelitian ini merupakan studi
macam skala sebagai alat ukur untuk korelatif yang bertujuan untuk menge‐
memperoleh data yang diperlukan yaitu tahui hubungan antara dua variabel,
Skala Impulsive buying terhadap Produk yaitu variabel self monitoring sebagai
Fashion dan Skala Self monitoring. yang variabel bebas dan variabel impulsive
diberikan secara langsung pada subjek buying terhadap produk fashion sebagai
penelitian. (Hadi, 1991). variabel tergantung. Metode analisis
data yang digunakan adalah uji korelasi
A. Skala Impulsive buying terhadap Produck Moment dari Pearson dengan
Produk Fashion menggunakan software Statistical Package
Skala ini dibuat berdasarkan empat for Social Sciences (SPSS)12 for Windows.
aspek impulsive buying dari Rook’s dalam
Engel, et al (1995) yaitu aspek spontan, H a s i l
kekuatan impuls dan intensitas, stimuli
dan kegembiraan, tidak peduli dengan Hasil uji asumsi
konsekuensi. Skala ini kemudian dimo‐ Untuk Skala Impulsive buying ter‐
difikasi sesuai tujuan penelitian menjadi hadap Produk Fashion, koefisien Kolmo‐
Skala Impulsive buying terhadap Produk gorov‐Smirnov Z (K‐SZ) sebesar 1,151
Fashion. Hasil ujicoba menunjukkan 29 dengan p = 0,141. Sedangkan pada Skala
aitem valid pada rentang rix= 0,5 sampai Self monitoring, koefisien Kolmogorov‐
rix= 0,709, dan reliabel pada alpha (α) = Smirnov Z (K‐SZ) sebesar 0,692 dengan
0,921. p = 0,724. Karena nilai p>0,05, maka data
tentang variabel self monitoring dan
B. Skala Self monitoring
variabel impulsive buying terhadap pro‐
Skala yang digunakan dalam pene‐ duk fashion pada penelitian ini berdis‐
litian ini merupakan modifikasi dari tribusi normal sehingga dapat dikenai
skala yang disusun oleh Snyder dan analisis korelasional pada kedua
Gangestad (1986) yang terdiri dari tiga variabel.
aspek, yaitu : kontrol penampilan diri Hasil uji linearitas menunjukkan
(ekspresive self‐control), pementasan bahwa hubungan antara variabel self
pertunjukan sosial (social stage presence), monitoring dengan variabel impulsive
penyajian kesesuaian diri (other buying terhadap produk fashion merupa‐
directedness self‐presentation. Hasil ujicoba kan hubungan linear dengan F= 19,530
Self monitoring tidak hanya berpe‐ terhadap perilaku dipengaruhi oleh cue
ngaruh pada perilaku sosial seseorang, internal seperti keyakinan dan nilai
namun juga pada perilaku pembelian‐ internal. Individu dengan self monitoring
nya. Sesuai dengan yang diungkap oleh rendah hanya akan mengenakan
Snyder (dalam O’Cass, 2000) menyebut‐ pakaian yang dirasanya sesuai dengan
kan bahwa self monitoring akan mempe‐ karakteristik pribadi dan keyakinannya
ngaruhi perilaku konsumtif karena hal tanpa mempedulikan dan berusaha
ini berhubungan dengan tingkat interes meniru apa yang dikenakan orang‐orang
individu untuk terus memelihara disekelilingnya maupun iklan dari ber‐
penampilan luarnya, melalui produk bagai media. Mereka tidak mudah
fashion sebagai pesan image individu terpengaruh berbagai ‘iming‐iming’
kepada orang lain. melalui iklan maupun tampilan televisi
Remaja dengan tingkat self moni‐ lainnya. Mereka tidak peduli dengan
toring tinggi mempunyai perilaku impul‐ trend mode yang terus berubah sepanjang
sive buying yang tinggi juga. Mereka waktu. Fashion yang dikenakan merupa‐
mudah sekali terpengaruh dengan kan cerminan pribadinya tanpa dipenga‐
penampilan orang lain, baik secara ruhi kondisi trend mode disekitarnya,
langsung maupun tidak langsung, sehingga mereka tidak mudah melaku‐
melalui tayangan iklan TV maupun kan impulsive buying.
media lain untuk mendukung presentasi Bagi mahasiswa yang termasuk
dirinya. De Bono & Packer (dalam dalam kategori remaja akhir adalah
O’Cass, 2000) menyatakan bahwa mereka dengan rentang usia 18‐21
individu dengan self monitoring tinggi tahun, telah memiliki fungsi fisik, psikis
akan lebih responsif terhadap berbagai dan kognitif yang berada pada tahap
iklan Bagi remaja dengan self monitoring yang cukup bagus. Artinya mereka
rendah, mereka terlihat tidak begitu sudah dapat mengendalikan gejolak dan
antusias memperhatikan atau meniru tekanan yang dialami, serta mulai
dan menyesuaikan penampilannya de‐ menemukan identitas dirinya. (Hurlock,
ngan orang lain. Maka secara otomatis 1994) Namun pada kenyataannya
mereka juga kurang peduli dangan trend mereka masih mudah terpengaruh
mode yang sering berganti‐ganti. Mereka dengan hal‐hal diluar dirinya. Hal ini
lebih senang mengenakan pakaian yang sesuai dengan survei Surindo yang
mereka rasakan sesuai dengan kepri‐ menyatakan bahwa remaja Indonesia
badiannya. Hal ini sesuai dengan yang makin konsumtif, sering ganti‐ganti
diungkap oleh Snyder dan Contur merek dan gemar tampil keren (Swa
(1986), Engel (1995), individu dengan self dalam Aryani, 2003) ternyata mereka
monitoring rendah akan cenderung sen‐ adalah penyumbang terbesar yang
sitif dan responsif terhadap inner feeling, termasuk kategori remaja akhir.
sikap, dan keyakinannya. Pandangannya
buying terhadap produk fashion pada dimana pria saat ini berperilaku seperti
remaja sebesar 16,2 %. Angka tersebut wanita dalam urusan penampilan dan
menunjukkan proporsi pengaruh self merawat tubuh (Kartajaya, 2003).
monitoring yang cukup besar terhadap Penelitian mengenai impulsive
impulsive buying pada produk fashion buying sebelumnya menyatakan bahwa
mengingat banyaknya faktor‐faktor lain perempuan memiliki tingkat impulsive
yang mempengaruhi impulsive buying. buying tinggi pada promosi diskon
Dibuktikan dalam penelitian Astuti pada sementara laki‐laki memiliki tingkat
tahun 2005 yang membuktikan bahwa impulsive buying lebih tinggi pada
program pemberian hadiah dan potong‐ program promosi hadiah merchandise
an harga mempengaruhi besarnya impul‐ (Astuti, 2005). Hal tersebut menguatkan
sive buying yang dilakukan seseorang. bahwa tingkat impulsive buying antara
Dari penelitian ini diketahui bahwa self laki‐laki dan perempuan tidak berbeda,
monitoring mengiringi impulsive buying hanya saja antara remaja laki‐laki dan
yang dilakukan remaja pada produk perempuan berbeda dalam ketertarikan
fashion. Selain faktor tersebut, masih pada hal yang menyebabkan mereka
terdapat 83,8% pengaruh dari variabel berperilaku impulsif. Seperti juga remaja
lain seperti kelas sosial, lingkungan laki‐laki sama tertariknya dalam hal
pergaulan remaja, jumlah uang saku, fashion dengan remaja perempuan, akan
dan faktor‐faktor lain yang mempenga‐ tetapi remaja perempuan lebih menitik‐
ruhi impulsive buying remaja terhadap baratkan fashion sebagai simbol status
produk fashion. sosial sedangkan laki‐laki menggunakan
Analisis data tambahan pada fashion sebagai simbol individualitas.
penelitian ini juga menyebutkan bahwa Penelitian yang dilakukan Kustrini
tidak ada perbedaan impulsive buying (1997) menyatakan bahwa remaja putri
remaja jika dilihat dari jenis kelamin. memiliki sikap terhadap fashion yang
Hasil analisis uji perbedaan dengan uji‐t lebih tinggi daripada remaja laki‐laki.
antar kelompok, menunjukkan tidak ada Hal tersebut karena remaja putri
perbedaan impulsive buying terhadap mendapat tuntutan yang lebih tinggi
produk fashion antara laki‐laki dengan dari lingkungan sosialnya dalam hal
perempuan. Hasil tersebut mendukung berpenampilan dibanding remaja putra.
penelitian Hiskawati (2004) yang menya‐ Hasil penelitian tersebut sedikit berbeda
takan tidak ada perbedaan perilaku dengan hasil pada penelitian ini. Hasil
konsumen antara laki‐laki dan perem‐ yang menunjukkan tidak ada perbedaan
puan. Hal ini salah satunya disebabkan impulsive buying terhadap produk fashion
karena remaja laki‐laki pun kini mulai pada remaja putri maupun remaja putra,
lebih memperhatikan penampilan diri‐ memiliki arti bahwa sikap remaja putra
nya. Hal ini diterangkan dengan terhadap fashion kini tidak berbeda
munculnya fenomena pria metroseksual, dengan sikap terhadap fashion pada
rendahnya impulsive buying yang itu hasil penelitian ini tidak dapat
dilakukan remaja pada produk fashion. digeneralisasi untuk semua remaja. ha‐
Dengan demikian 77,1 persen merupa‐ nya berlaku pada remaja yang menjadi
kan kontribusi variabel lain selain self subjek penelitian ini. Tetapi setidaknya
monitoring, jenis kelamin dan status hasil penelitian ini dapat memberikan
tinggal yang mempengaruhi impulsive gambaran dan kontribusi pada dunia
buying terhadap produk fashion pada psikologi konsumen remaja pada khu‐
remaja. susnya dan psikologi pada umumnya.
Hasil analisis tambahan menyata‐
Kesimpulan
kan bahwa ada perbedaan self monitoring
antara laki‐laki dan perempuan. Self Berdasarkan hal‐hal yang telah
monitoring pada remaja perempuan lebih diuraikan sebelumnya, maka dapat
tinggi daripada laki‐laki. Hal tersebut disimpulkan
ditunjukkan dengan mean self monitoring 1. Ada hubungan positif yang signi‐
perempuan sebesar 85,06 sedangkan fikan antara self monitoring dengan
pada laki‐laki sebesar 81,69. Self impulsive buying terhadap produk
monitoring perempuan yang lebih tinggi fashion pada remaja. Semakin tinggi
dibandingkan laki‐laki sesuai dengan self monitoring maka impulsive buying
anggapan nilai‐nilai budaya bahwa terhadap produk fashion pada remaja
wanita dianggap emosional, sensitif semakin tinggi.
terhadap perasaan orang lain terkait
2. Sumbangan efektif self monitoring
dengan posisinya di kemudian hari
terhadap impulsive buying terhadap
sebagai ibu yang harus memahami
produk fashion pada remaja sebesar
perasaan anak. Perempuan biasanya
16,2 persen.
lebih peka dengan keadaan disekeliling‐
nya. Perempuan cenderung lebih 3. Tidak ada perbedaan impulsive buying
memperhatikan kondisi disekelilingnya. terhadap produk fashion pada remaja
Sensitivitas perempuan pada lingkungan ditinjau dari jenis kelamin. Sumbang‐
disekitarnya membuat mereka cende‐ an jenis kelamin terhadap impulsive
rung mudah melakukan penyesuaian buying terhadap produk fashion pada
pada lingkungan yang berbeda. remaja sebesar 3,9 persen.
Diakhir pembahasan, peneliti 4. Tidak ada perbedaan impulsive buying
mengakui bahwa ada banyak kelemahan terhadap produk fashion pada remaja
dari penelitian ini, oleh karena itu masih ditinjau dari status tinggal. Sumbang‐
diperlukan banyak masukan dari an status tinggal terhadap impulsive
berbagai pihak. Penelitian ini hanyalah buying terhadap produk fashion pada
penelitian dalam skala kecil dengan remaja sebesar 2,8 persen.
jumlah subjek yang terbatas, oleh karena