Anda di halaman 1dari 16

Tugas ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah

Keperawatan Anak : Laporan Pendahuluan Praktik Klinik Keperawatan Anak

“ LAPORAN PENDAHULUAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) “

DOSEN PEMBIMBING

Ibu Dra Hj. Sri Kusmiati, SKp., M.Kes

NAMA

Aprilia Salsabilla Dinda

NIM

P17320119009

TINGKAT / KELOMPOK

2A/1

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG

JURUSAN DIPLOMA III KEPERAWATAN BANDUNG

2021
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500
gram. Dahulu bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2500 gram
disebut premature. Untuk mendapatkan keseragaman pada kongres
“European Perinatal Medicine” II dilondon (1970) telah disusun definisi
sebagai berikut :
1) Bayi kurang bulan : bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu (259 hari)
2) Bayi cukup bulan : bayi dengan masalah kehamilan mulai 37 minggu
sampai dengan 42 minggu (259-293 hari)
3) Bayi lebih bulan : bayi dengan masalah kehamilan mulai 42 minggu
atau lebih (294 hari atau lebih)

Dengan pengertian diatas maka bayi dengan berat badan lahir rendah
dapat dibagi menjadi 2 golongan : prematuritas dan dismaturitas

1) Prematuritas murni adalah bayi yang lahir dengan masa kehamilan


kurang dari 37 minggu dan berat badan bayi sesuai dengan gestasi
atau yang disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan
(NKB-SMK)
2) Dismatur, berat badan kurang dari seharusnya untuk masa gestasi /
kehamilan akibat bayi mengalami retardasi intrauteri dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa pertumbuhan (KMK) dismatur dapat
terjadi dalam preterm, term, dan post term yang terbagi dalam :
a. Neonatur kurang bulan – kecil untuk masa kehamilan (NKB –
KMK)
b. Neonatus cukup bulan – kecil untuk masa kehamilan (NCB –
KMK)
c. Neonatus lebih bulan – kecil untuk masa kehamilan (NLB –
KMK)
2. Etiologi
Penyebab BBLR terjadi karena beberapa faktor. Semakin muda usia
kehamilan, semakin besar resiko dapat terjadinya BBLR (Proverawati,

2
Sulistyorini, 2010). Berikut ini adalah faktor – faktor yang berhubungan
dengan BBLR secara umum :
1) Faktor Ibu
a. Penyakit / hal yang berhubungan dengan kehamilan seperti
toksemia, gravidarum, pendarahan antepartum, trauma fisik dan
psikologis, infeksi akut, serta kelainan kardiovaskuler
b. Usia ibu dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
c. Jarak antara kehamilan sebelumnya pendek (< 1 tahun)
d. Memiliki riwayat BBLR sebelumnya
e. Kondisi ibu saat hamil dari nutrisi yang tidak adekuat, dan ibu yang
merokok
2) Faktor Janin
a. Kehamilan ganda
b. Ketuban pecah dini
c. Cacat bawaan
d. Kelainan kromosom
e. Infeksi (Rubella dan sifilis)
f. Hidramnion / polihidramnion
3) Faktor Ekonomi
a. Keadaan sosial ekonomi rendah
b. Gizi yang kurang
4) Faktor Lingkungan
Terkena radiasi / terpapar zat beracun
3. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan
yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),
tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya, yaitu
tidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh
penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang.

3
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan
berat badan lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi
normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra
hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih
sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu
dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan
bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi
bila ibu menderita anemia.
Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga
hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk
metabolisme besi yang normal. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan
gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun
sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam
kandungan, abortus, cacat bawaan, dan BBLR. Hal ini menyebabkan
morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna
lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur
juga lebih besar (Nelson, 2010).
4. Manifestasi klinis
Menurut Poverawati,Sulistyorini (2010) manifestasi klinis yang dapat
ditemukan pada bayi degan berat badan lahir rendah adalah.
1) Berat Badan kurang dari 2500 gram
2) Panjang Badan kurang dari 45 cm
3) Lingkar dada kurang 30 cm dan linkar kepala kurang dari 33 cm
4) Kepala lebih besar dari tubuh
5) Rambut lanugo masih banyak,jaringan lemak subkutan tipis atau
sedikit
6) Tulang rawan dan daun telinga belum cukup,sehingga elastisitas
belum sempurna
7) Tumit mengkilap dan telapak kaki halus
8) Genetalia belum sempurna, pada bayi perempuan labia minora belum
tertutup oleh labia mayora, kalau pada bayi laki-laki Testis belum
turun kedalam skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang

4
9) Pergerakan kurang dan lemah,tangis lemah,pernapasan belum teratur,
dan sering mendapatkan apne.
10) Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun,sehingga refleks menghisap
dan menelan belum sempurna
11) Suhu tubuh mudah berubah menjadi hipotermi
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani, 2009) :
1) Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12- 24gr/dL), Ht
(normal: 33 -38% ) mungkin dibutuhkan.
2) Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
3) Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres
pernafasan bila ada. Rentang nilai normal :
a. pH : 7,35-7,45
b. TCO2 : 23-27 mmol/L
c. PCO2 : 35-45 mmHg
d. PO2 : 80-100 mmHg
e. Saturasi O2 : 95 % atau lebih
4) Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
5) Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia. Bilirubin normal :
a. Bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.
b. Bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
6) Urinalisis : mengkaji homeostatis.
7) Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter):
Trombositopenia mungkin menyertai sepsis.
8) EKG, EEG, USG, angiografi : Defek kongenital atau komplikasi
6. Penatalaksanaan
Perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut Nurafif &
Hardi (2016) :
1) Pengaturan suhu
Untuk mencegah hipotermi,diperlukan lingkungan yang cukup
hangat dan istirahat kosumsi O2 yang cukup.bila dirawat dalam
inkubator maka suhunya untuk bayi dengan BB 2 kg adalah 35 ◻ dan
untuk bayi dengan BB 2-2,5 kg adalah 34◻. Bila tidak ada
inkubator,pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan

5
meletakkan botol-botol hanyat yang dibungkus dengan handuk atau
lampu petromak didekat tidur bayi.bayi dalam inkubator hanya
dipakaikan popok untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan
umum,warna kulit,pernafasan,kejang dan sebagainya sehingga
penyakit dapat dikenali sedini mungkin
2) Pengaturan makanan/nutrisi
Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur adalah
sedikit demi sedikit secara perlahan-lahan dan hati-hati.pemberian
makanan dini berupa glukosa,ASI atau PASI mengurangi resiko
hipoglikemia,dehidrasi atau hiperbilirubinia.bayi yang daya isapnya
baik dan tanpa sakit berat dapat dicoba minum melalui
mulut.umumnya bayi dengan berat kurang dari 1500 gram
memerlukan minum pertama dengan pipa lambung karena belum
adanya koordinasi antara gerakan menghisap dengan menelan.
Dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 ml larutan steril
untuk bayi dengan berat kurang dari 1000 gram,2-4 ml untuk bayi
dengan berat antara 1000-1500 gram dan 5-10 ml untuk bayi dengan
berat lebih dari 1500 gram. Apabila dengan pemberian makanan
pertama bayi tidak mengalami kesukaran,pemberian ASI/PASI dapat
dilanjutkan dalam waktu 12-48 jam.
3) Mencegah infeksi
Bayi premature mudah terserang infeksi.hal ini disebabkan
karena daya tubuh bayi terhadap infeks kurang antibody relatif belum
terbentuk dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum
baik. Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut :
a. Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir
selama 2 menit sebelum masuk keruangan rawat bayi.
b. Mencuci tangan dengan zat anti septic/ sabun sebelum dan
sesudah memegang seorang bayi
c. Mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan semua benda
yang berhubungan dengan bayi
d. Membatasi jumlah bayi dalam satu ruangan
e. Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke ruang bayi

6
7. WOC
Faktor janin Faktor ibu Faktor lingkungan
Faktor
Kelainan kromosom Penyakit ,usia ibu Tempat tinggal di dataran
 Hidramnion
plasenta
Infeksi janin kronik (inklusi  Plasenta previa Keadaan gizi ibu tinggi.
sitomegali, rubella bawaan)  Solutio plasenta Kondisi ibu saat hamil Terkena radiasi, serta
Gawat janin  terpapar zat beracun.
Keadaan sosial dan ekonomi
 Kehamilan kembar

BBLR

Komplikasi BBLR Manifestasi klinis BBLR


Sindrom aspirasi mekonium Berat badan kurang dari 2500 gram
Asfiksia neomatum Masa gestasi kurang dari 37 minggu
Penyakit membrane hialin Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat
Hiperbiliruninemia sedikit
Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum
teratur dan sering mendapatkan serangan apnea.

Organpencernaan Pertumbuhan Dinding Sedikitnya lemak dibawah Sistem imun yang


imatur dada belum sempurna jaringan kulit belum matang

Peristaltik belum Kehilangan panas melalui


sempurna kulit
Vaskuler paru Penurunan daya
imatur tahan tubuh
Kurangnya kemampuan untuk Peningkatan kebutuhan kalori
mencerna makanan

Peningkatan kerja
nafas
Resiko infeksi
sistem termoregulas
Reflek dan menelan belum
yang imaturi
berkembang dengan baik
Tidak efektifnya pola
Termoregulasitubuh tidak
pernafasan
Perubahan nutrisi kurang dari efektif
kebutuhan tubuh

Sumber : Mitayani, (2009), Wong, (2008), Nelson, (2010), Proverawati dan Ismawati, (2010)

7
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pada saat kelahiran bayi baru harus menjalani pengkajian cepat namun
seksama untuk menentukan setiap masalah yang muncul dan
mengidentifikasi masalah yang menuntut perhatian yang cepat.
Pemeriksaan ini terutama ditujukan untuk mengevaluasi kardiopulmonal
dan neurologis. Pengkajian meliputi penyusunan nilai APGAR dan
evaluasi setiap anomaly congenital yang jelas atau adanya tanda gawat
neonatus (Wong, 2008).
1) Pengkajian umum
a. Timbang bayi tiap hari, atau lebih bila ada permintaan dengan
menggunakan timbangan elektronik.
b. Ukur panjang badan, dan lingkar kepala secara berkala.
c. Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur saat
istirahat, kemudian bernafas, dan adanya lokasi edema.
d. Observasi adanya deformitas yang tampak.
e. Observasi setiap tanda kegawatan, warna yang buruk, hipotonia,
tidak responsive, dan apnea.
2) Pengkajian respirasi
a. Observasi bentuk dada (barrel, konkaf), simetri, adanya insisi,
slang dada, atau devisiasi lainnya.
b. Observasi adanya penggunaan otot penapasan tambahan cuping
hidung atau retraksi substernal, interkostal atau subklavikular.
c. Tentukan frekuensi pernapasan dan keteraturannya.
d. Lakukan auskultasi dan jelaskan suara napas (stridor, krepitasi,
mengi, suara basah berkurang, daerah tanpa suara, grunting),
berkurangnya masukan udara, dan kesamaan suara napas.
e. Tentukan apakah diperlukan pengisapan.
3) Pengkajian kardiovaskuler
a. Tentukan denyut jantung dan iramanya.
b. Jelaskan bunyi jantung, termasuk adanya bising.
c. Tentukan titik intensitas maksimal (point of maximum intensity/
PMI), titik ketika bunyi denyut jantung paling keras terdengar dan

8
teraba (perubahan PMI menunjukkan adanya pergeseran
imediastinum).
d. Jelaskan warna bayi ( bisa karena gangguan jantung, respirasi atau
hematopoetik), sianosis pucat, plethora, jaundis, dan bercak-
bercak.
e. Kaji warna dasar kuku, membran mukosa, dan bibir.
f. Tentukan tekanan darah, dan tunjukkan ekstermitas yang dipakai.
4) Pengkajian gastrointestinal
a. Tentukan adanya distensi abdomen, adanya edema dinding
abdomen, tampak pelistaltik, tampak gulungan usus, dan status
umbilicus.
b. Tentukan adanya tanda regurgitasi dan waktu yang berkaitan
dengan pemberian makanan, karakter dan jumlah residu jika
makanan keluar, jika terpasang selang nasogasrtik, jelaskan tipe
penghisap, dan haluaran (warna, konsistensi, pH).
c. Palpasi batas hati (3 cm dibawah batas kosta kanan).
d. Jelaskan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa adanya
darah.
e. Jelaskan bising usus.
5) Pengkajian genitourinaria
a. Jelaskan setiap abnormalitas genitalia.
b. Jelaskan jumlah (dibandingkan dengan berat badan), warna pH,
temuan lab-stick, dan berat jenis kemih (untuk menyaring
kecukupan hidrasi).
c. Periksa berat badan (pengukuran yang paling akurat dalam
mengkaji hidrasi).
6) Pengkajian neurologis-muskuloskeletal
a. Jelaskan gerakan bayi, kejang, kedutan, tingkat aktivitas terhadap
rangsang, dan evaluasi sesuai masa gestasinya.
b. Jelaskan posisi bayi atau perilakunya (fleksi, ekstensi).
c. Jelaskan refleks yang ada ( moro, rooting, sucking, plantar, tonick
neck, palmar).
d. Tentukan tingkat respons dan kenyamanan.

9
7) Suhu tubuh
a. Tentukan suhu kulit dan aksilar.
b. Tentukan hubungan dengan suhu sekitar lingkungan.
8) Pengkajian kulit
a. Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda
iritasi, melepuh, abrasi, atau daerah terkelupas, terutama dimana
peralatan pemantau infus atau alat lain bersentuhan dengan kulit.
Periksa juga dan catat preparat kulit yang dipakai (missal plester,
povidone-jodine).
b. Tentukan tekstur dan turgor kulit kering, lembut, bersisik,
terkelupas dan lain-lain.
c. Terangkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada
bayi dengan BBLR (NANDA, 2011):
1) Tidak efektifnya pola pernafasan.
a. Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak menyediakan
ventilasi yang adekuat.
b. Batasan karateristik :
Napas dalam, perubahan gerakan dada, mengambil posisi tiga titik,
bradipneu, penurunan tekanan ekspirasi, penurunan tekanan
inspirasi,p enurunan ventilasi semenit, penurunan kapasitas vital,
dispneu, peningkatan diameter anterior-posterior, napas cuping
hidung, ortopneu, fase ekspirasi yang lama, pernapasan pursed-lip,
takipneu dan penggunaan otot-otot bantu untuk bernapas.
2) Termoregulasi tubuh tidak efektif.
a. Definisi : Fluktuasi suhu antara hipotermia dan hipertermia.
b. Batasan karakteristik :
Kulit dingin, sianosis, fluktuasi suhu tubuh di atas dan di bawah
kisaran normal, kulit memerah, hipertensi, peningkatan frekuensi
napas, menggigil, pucat, piloereksi, penurunan suhu tubuh di bawah
kisaran normal, teraba hangat.

10
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
a. Definisi : asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme.
b. Batasan karakteristik :
Kram abnormal, sakit perut, keengganan untuk makan, berat badan
20% atau lebih di bawah ideal, kerapuhan kapiler, diare,
kehilangan rambut yang berlebihan, hiperaktif suara usus,
kekurangan makanan, membran mukosa kering, dan merasa tidak
mampu menelan makanan.
4) Resiko infeksi.
a. Definisi : peningkatan resiko invasif oleh organisme patogen.
b. Faktor resiko :
Prosedur invasif, trauma, kerusakan jaringan dan peningkatan
paparan lingkungan, ruptur membran amnion, malnutrisi,
peningkatan paparan lingkungan pathogen, ketidakadekuatan
sistem imun, penyakit kronik, tidakadekuat pertahanan tubuh
primer ( kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia,
cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik),
ketidakadekuatan pertahanan tubuh skunder (penurunan Hb,
leucopenia, penekanan respon inflamasi).

11
12
3. Perencanaan Keperawatan (Tujuan, Intervensi, Rasional Tindakan)

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC) INTERVENSI (NIC)


KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 1. Pantau tingkat pernapasan, kedalaman, dan
pola pernafasan jam, diharapkan pasien mampu : kemudahan bernafas.
1. Status Pernapasan : Kepatenan jalan napas. Rasional : Membantu dalam membedakan
2. Status Pernapasan : Ventilasi. periode perputaran pernapasan normal dari
3. Status tanda-tanda vital. serangan apnetik sejati, terutama sering terjadi
Dengan kriteria hasil : pada gestasi minggu ke-30
1. Menunjukkan pola pernapasan yang mendukung 2. Perhatikan pola nafas klien.
hasil gas darah dalam parameter atau kisaran Rasional: mengetahui jika terdapat tanda-tanda
normal. yang menyebabkan dispneu.
2. Pasien melaporkan bernafas dengan nyaman 3. Tentukan apakah klien dispneu fisiologis atau
3. Mendemonstrasikan kemampuan untuk psikologis.
melakukan pernapasan dengan pursed lip Rasional: Studi menemukan bahwa ketika
(mengerutkan bibir) dan pernapasan dapat penyebabnya adalah fisiologis memiliki tanda
terkontrol. gejala kecemasan dan kesemutan pada
4. Mengidentifikasi dan menghindari faktor-faktor extremitas, sedangkan bila dipsneu itu
spesifik yang dapat memperburuk pola nafas. psikologisl tanda gejalanya mengi terkait, batuk,
dahak, dan palpitasi.
4. Berikan terapi oksigenasi (Atur peralatan
oksigenasi, monitor aliran oksigen, pertahankan
posisi pasien). Rasional: Perbaikan kadar
oksigen dan karbondioksida dapat meningkatkan

2. Termoregulasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 1. Ukur suhu setiap 2 jam, gunakan termometer
tubuh tidak efektif jam, diharapkan termoregulasi menjadi efektif sesuai elektronik di ketiak pada bayi di bawah usia 4
dengan perkembangan dengan kriteria hasil : minggu.
1. Dapat mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran Rasional: memantau apakah adanya peningkatan
normal atau penurunan suhu tubuh.
2. Menjelaskan langkah-langkah yang diperlukan 2. Catat apakah ada tanda-tanda hipertermi dan
untuk mempertahankan suhu tubuh agar dalam hipotermi.
batas normal. Rasional: Hipertermi dengan peningkatan laju
3. Menjelaskan gejala hipotermia atau hipertermia. metabolisme kebutuhan oksigen dan glukosa
serta kehilangan air dapat terjadi bila suhu
lingkungan terlalu tinggi.
3. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi.
Rasional: untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
4. Lakukan tepid sponge.
Rasional: dapat menurunkan suhu tubuh bayi.

3. Perubahan nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 1. Perhatikan gejala kekurangan gizi termasuk
kurang dari jam diharapkan pasien mampu : perawakan pendek, lengan kurus dan kaki.
kebutuhan tubuh 1. Intake nutrien normal. Rasional: sebagai langkah awal pengkajian untuk
2. Intake makanan dan cairan normal. melaksanakan intervensi selanjutnya.
3. Berat badan normal. 2. Perhatikan adanya penurunan berat badan.
4. Massa tubuh normal. Rasional: Mengidentifikasikan adanya resiko
5. Pengukuran biokimia normal. derajat dan resiko terhadap pola pertumbuhan.
Dengan kriteria hasil: Bayi SGA (Baby small for gestational age)
1. Berat badan bertambah. dengan kelebihan cairan ekstrasel yang
2. Berat badan dalam kisaran normal untuk tinggi kemungkinan kehilangan 15% BB lahir. Bayi
dan usia. SGA (Baby small for gestational age) mungkin
3. Mengenali faktor yang berkontribusi terhadap telah mengalami penurunan berat badan dalam
berat badan dibawah normal. uterus atau mengalami penurunan simpanan
4. Mengidentifikasi kebutuhan gizi. lemak atau glikogen.
5. Bebas dari kekurangan gizi. 3. Kaji kulit apakah kering, monitor turgor kulit
dan perubahan pigmentasi. Rasional : untuk
mengetahui adanya tanda-tanda dehidrasi.
4. Berikan makanan yang terpilih. (sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi).
Rasional: membantu dalam rencana diet untuk
memenuhi kebutuhan individual
5. Monitor kalori dan intake nutrisi.

14
Rasional: mengawasi masukan nutrisi dan kalori
dalam tubuh.

4. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 1. Kaji adanya fluktuasi suhu tubuh, letargi, apnea,
jam diharapkan pasien mampu terhindar dari resiko malas minum, gelisah dan ikterus.
infeksi. Dengan kriteria hasil: Rasional: suhu tubuh meningkat dan nadi cepat
1. Pengetahuan: Kontrol infeksi Indikador: mmerupakn awal terjadinya infeksi.
a. Menerangkan cara-cara penyebaran. 2. Kaji riwayat ibu, kondisi bayi selama kehamilan,
b. Menerangkan faktor-faktor yang dan epidemi infeksi diruang perawatan.
berkontribusi dengan penyebaran. Rasional: mengetahui adanya riwayat infeksi
c. Menjelaskan tanda-tanda dan gejala. selama kehamilan.
d. Menjelaskan aktivitas yang dapat 3. Ambil sampel darah.
meningkatkan resistensi terhadap infeksi. Rasional: untuk sampel pada pemeriksaan
2. Status Nutrisi. laboratorium seperti eritrosit, leukosit,
Indikator: diferensiasi, dan immunoglobulin.
a. Asupan nutrisi 4. Upayakan pencegahan infeksi dari lingkungan.
b. Asupan makanan dan cairan Misalnya : cuci tangan sebelum dan sesudah
c. Energi memegang bayi
d. Masa tubuh Rasional: untuk mencegah berpindahnya
e. Berat badan mikroorganisme dari jari tangan ke tubuh bayi
3. Penyembuhan luka: Primer
a. Kulit utuh
b. Berkurangnya drainase purulen
c. Eritema disekitar kulit berkurang
d. Edema disekitar kulit berkurang
e. Suhu kulit tidak meningkat
f. Luka tidak berbau

15
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, Heather. Kamitsuru, Shigemi (2018) NANDA – I Diagnosis Keperawatan


Definisi dan Klasifikasi 2018 – 2020. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Huda, Amin. Hardhi Kusuma (2015) NANDA NIC – NOC Jilid II. Yogyakarta : Penerbit
Mediaction Jogja

Kasiat. Rosmalawati, Wayan. (2016) Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta Selatan :


Pusdik SDM Kesehatan

Nurjannah, Intansari (2018) Klasifikasi Luaran Keperawatan Nursing Outcomes


Classification (NOC) Pengukuran Outcome Kesehatan. United Kingdom Elsevier

Nurjannah, Intansari (2018) Klasifikasi Luaran Keperawatan Nursing Interventions


Classification (NIC) United Kingdom : Elsevier

Anda mungkin juga menyukai