Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH

OLEH
NAMA KELOMPOK:
1. SHEILANIA F. TUMELUK
2. DESTY SARASWATI TOULAY
3. MARLIN L. F. LETTE
4. RIAN CHRISTANTO TANONE
KELAS/SEMESTER: B/IV
MATA KULIAH: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

PRODI ILMU SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2021

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul.........................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................ii
Kata Pengantar........................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Tujuan..................................................................................................................2
C. Manfaat................................................................................................................2
Bab II Laporan Pendahuluan
2.1 konsep medis ISK
A. Pengertian............................................................................................................4
B. Etiologi.................................................................................................................5
C. Patofisiologi..........................................................................................................6
D. Pathway................................................................................................................8
E. Penatalaksanaan..................................................................................................11
F. Manifestasi Klinis................................................................................................11
G. Komplikasi...........................................................................................................12
H. Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................12
Bab III Askep Teori
1. Pengkajian............................................................................................................13
2. Diagnosa Keperawatan........................................................................................13
3. Intervensi Keperawatan......................................................................................14
4. Implementasi Klinis.............................................................................................18
5. Evaluasi Keperawatan.........................................................................................18
Bab IV Askep Kasus
1. Pengkajian............................................................................................................19
2. Diagnosa Keperawatan........................................................................................21
3. Intervensi Keperawatan......................................................................................22
4. Implementasi Keperawatan.................................................................................23
5. Evaluasi Keperawatan.........................................................................................23
Bab V Penutup
A. Kesimpulan..........................................................................................................26
B. Saran.....................................................................................................................27
Daftar Pustaka.........................................................................................................28

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas
tuntunan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Pada
Paien Dengan Infeksi Saluran Kemih” dengan baik.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan makalah ini sangat
kami harapkan.

Kupang, Mei 2021

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah
suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih (Agus Tessy,
2014).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri
pada saluran kemih (Brunner , 2015). Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik
laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak, remaja,
dweasa maupun umur lanjut. Akan tetapi dari dua jenis kelamin tersebut ternyata
wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan angka populasi umur kurang
lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan
yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli : resiko dan beratnya
meningkat dengan kondiisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran
perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia.
Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya
infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian,
panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya
bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius.
Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali
ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius
(Doengoes, 2014)
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang perlu mendapat
perhatian serius. Di suatu rumah sakit di Yogyakarta ISK merupakan penyakit
infeksi yang menempati urutan ke-2 dan masuk dalam 10 besar penyakit
(Riskesdas, 2013).
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung
dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama
terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:

1
Fokus dan perhatian perawat terhadap upaya-upaya untuk melakukan
edukasi dan perubahan gaya hidup pasien dengan infeksi saluran kemih
merupakan salah satu tindakan mandiri perawat untuk membantu perawatan
pasien-pasien dengan penyakit batu saluran kemih. Dalam tulisan ini akan
dibahas mengenai kasus batu saluran kemih dan gaya hidup yang
mempengaruhinya melalui setting keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan
(Riskesdas, 2013).
B. Tujuan Penulisan
Umum
Untuk mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran Kemih
Khusus
1. Dapat melaksanakan Pengkajian pada Asuhan Keperawatan
2. Dapat melaksanakan Diagnosa pada Asuhan Keperawatan
3. Dapat melaksanakan Perencanaan pada Asuhan Keperawatan
4. Dapat melaksanakan Pelaksanaan pada Asuhan Keperawatan
5. Dapat melaksanakan Evaluasi pada Asuhan Keperawatan
C. Manfaat
Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis studi kasus pada klien Infeksi saluran kemih (ISK) sebagai
pengembangan ilmu keperawatan medikal bedah khususnya dalam memberikan
Asuhan Keperawatan Pada klien Infeksi Saluran Kemih (ISK) dengan masalah
gangguan eliminasi urine sehingga perawat mampu memenuhi kebutuhan
eliminasi klien selama di rawat di Rumah Sakit
Manfaat Praktis
a. Bagi Klien dan Keluarga
Menambah pengetahuan bagi klien dan keluarga sehingga mampu
melakukan tindakan yang sesuai dengan masalah infeksi saluran kemih.
b. Bagi Rumah sakit
Meningkatkan mutu perawatan diri pada kasus penyakit Infeksi saluran
kemih dan bisa memperhatikan kondisi dan kebutuhan pasien penyakit
infeksi saluran kemih
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai literatur tambahan bagi penelitian selanjutnya dengan intervensi
keperawatan yang lebih dikembangkan sesuai dengan perkembangan ilmu
keperawatan.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Medis ISK


a. Pengertian
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah
suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih ( Tessy Agus ,
2013).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri
pada saluran kemih(Brunner& Suddart, 2015). Infeksi saluran kemih pada
bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama
scherichia coli : rtesiko dan beratnya meningkat dengan kondiisi seperti refluks
vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian
instrumen uretral baru, septikemia.
Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya
infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian,
panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya
bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius.
Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali
ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius
(Ardiansyah, 2012)
Infeksi saluran kemih adalah infeksi akibat berkembang biaknya
mikroorganisme didalam saluran kemih,yang dalam keadaan normal air kemih
tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain.infeksi saluran kemih
dapat terjadi baik lpria maupun wanita dari semua umur,dan dari kedua jenis
kelamin ternyata wanita lebih sering menderita infeksi dari pada pria.(Price,
2015).
Infeksi saluran kemih adalah invasi mikroorganisme pada salah satu atau
beberapa bagian saluran kemih. Infeksi saluran kemih (ISK ) Atau Urinarius
Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme
pada saluran kemih.( Tessy Agus , 2013).
b. Etiologi

4
Organisme penyebab infeksi saluran kemih yang paling sering ditemukan
adalah eschericia coli. E. Coli merupakan penghuni normal dari kolon.
Organisme-organisme lain yang juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih
adalah golongan proteus, klebsiela,pseudomonas,eterokokus dan stphylococus .
bisa juga karena jamur dan virus ataupun karena infeksi ginjal, prostat hipertropi
(urin sisa), prevalensi penyebab isk pada usia lanjut antara lain:
 Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif
 Mobilitas menurun
 Nutrisi yang sering kurang baik
 Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
 Adanya hambatan pada aliran urin
 Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
Biasanya bakteri enteric, terutama Escherichia coli pada wanita. Gejala
bervariasi tergantung dari variasi jenis bakteri tersebut. Pada pria dan pasien di
rumah sakit, 30 – 40% disebabkan proteus, stapilokok, dan bahkan
pseudomonas. Bila ditemukan, kemungkinan besar terdapat kelainan salauran
kemih. Namun harus dip[erhitungkan kemungkinan kontaminasi jika ditemukan
lebih dari satu organisme. Selain itu terdapat faktor-faktor predisposisi yang
mempermudah terjadinya ISK yaitu :
1. Bendungan aliran urin : anomaly congenital, batu saluran kemih, oklusi
ureter (sebagian atau total).
2. Refluks Vesikoureter
3. Urin sisa dalam buli-buli karena hipertropi prostate
4. Penyakit metabolic (diabetes, gout, batu)
5. Peralatan kedokteran (terutama kateter tinggal)
6. Kehamilan
7. Jenis kelamin
8. Penyalahgunaan analgesic secara kronik
9. Penyakit ginjal
10. Personal Hygiene
c. Patofisiologi

5
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung
dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama
terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:
1) masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: faktor anatomi
dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki
sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, faktor tekanan urine saat
miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius
(pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang
terinfeksi.
2) Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya
rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara
hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal
sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan
total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan
intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) System imunnitas yng menurun
5) Adanya hambatan pada saluran urin
6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
(Price, 2015)
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan
distensi yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini
mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih
menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan
gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen
menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi

6
predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang
menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang
disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut
ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-
laki diatas usia 60 tahun.
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
1) Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple).
2) Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated.
3) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5) Adanya hambatan pada aliran urin
6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat (Price, 2015)

7
d. Pathway

Mikroorganisme

Masuk kedalam saluran


kemih

Ureter VU/kandung kemih Ginjal

Uretritis Sistitis Pielonefritis

Reaksi antigen
antibodi
Inflamasi Ansietas
Peningkatan
suhu tubuh Pembengkakan jaringan

Gangguan Obstruksi saluran Kekhawatiran akan


termoregulasi kemih penyakitnya

Nyeri saat berkemih

Gangguan rasa
Gangguan pola nyaman/nyeri
eliminasi

 Tanda dan Gejala


Gejala – gejala dari infeksi saluran kemih secara umum sering meliputi:
1) Gejala yang terlihat, sering timbulnya dorongan untuk berkemih
2) Rasa terbakar dan perih pada saat berkemih
3) Seringnya berkemih, namun urinnya dalam jumlah sedikit (oliguria)
4) Adanya sel darah merah pada urin (hematuria)
5) Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat
dari urin

8
6) Ketidaknyamanan pada daerah pelvis renalis
7) Rasa sakit pada daerah di atas pubis
8) Perasaan tertekan pada perut bagian bawah
9) Demam
10) Pada wanita yang lebih tua juga menunjukkan gejala yang serupa,
yaiu kelelahan, hilangnya kekuatan, demam
11) Sering berkemih pada malam hari
Jika infeksi dibiarkan saja, infeksi akan meluas dari kandung kemih hingga
ginjal. Gejala – gejala dari adanya infeksi pada ginjal berkaitan dengan gejala
pada cystitis, yaitu demam, kedinginan, rasa nyeri pada punggung, mual, dan
muntah. Cystitis dan infeksi ginjal termasuk dalam infeksi saluran kemih (Price,
2015).
Tanda dan gejala infeksi saluran kemih berdasarkan rentang usia, meliputi :
a. Gejala pada bayi dan anak kecil yang sering terjadi, meliputi:
1. Kecendrungan terjadi demam tinggi yang tidak diketahui sebabnya,
khususnya jika dikaitkan dengan tanda – tanda bayi yang lapar dan
sakit, misalnya: letih dan lesu.
2. Rasa sakit dan bau urin yang tidak enak. ( orang tua umumnya tidak
dapat mengidentifikasikan infeksi saluran kemih hanya dengan
mencium urin bayinya. Oleh karena itu pemeriksaan medis
diperlukan).
3. Urin yang keruh. (jika urinnya jernih, hal ini hanya mirip dengan
penyakit, walaupun tidak dapat dibuktikan kebenarannya bahwa bayi
tersebut bebas dari Infeksi saluran kemih).
b. Gejala infeksi saluran kemih pada anak – anak, meliputi:
1. Diarrhea
2. Menangis tanpa henti yang tidak dapat dihentikan dengan usaha
tertentu (misalnya: pemberian makan, dan menggendong)
3. Kehilangan nafsu makan
4. Demam
5. Mual dan muntah
6. Lemah

9
c. Untuk anak-anak yang lebih dewasa, gejala yang ditunjukkan berupa:
1. Rasa sakit pada panggul dan punggung bagian bawah (dengan
infeksi pada ginjal)
2. Seringnya berkemih
3. Ketidakmampuan memprodukasi urin dalam jumlah yang normal,
dengan kata lain, urin berjumlah sedikit (oliguria)
4. Tidak dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih dan isi perut
5. Rasa sakit pada perut dan daerah pelvis
6. Rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
7. Urin berwarna keruh dan memilki bau menyengat
d. Gejala infeksi saluran kemih pada orang dewasa, meliputi:
1. Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemihringan
(misalnya: cystitis, uretritis) meliputi :
 rasa sakit pada punggung
 adanya darah pada urin (hematuria)
 adanya protein pada urin (proteinuria)
 urin yang keruh
 ketidakmampuan berkemih meskipun tidak atau adanya
urin yang keluar
 demam
 dorongan untuk berkemih pada malam hari (nokturia)
 tidak nafsu makan
 lemah dan lesu (malaise)
 rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
 rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita)
 rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria)

10
e. Penatalaksanaan
a. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram
negatif.
b. Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks,
maka diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut.
c. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk
membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita
harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi
lubang urethra oleh bakteri faeces. (Buku Saku Patofisiologi,183)
f. Manifestasi Klinis
a) Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :
1) Mukosa memerah dan oedema
2) Terdapat cairan eksudat yang purulent
3) Ada ulserasi pada urethra
4) Adanya nanah awal miksi
5) Nyeri pada saat miksi
6) Kesulitan untuk memulai miksi
7) Nyeri pada abdomen bagian bawah.
b) Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :
1) Disuria (nyeri waktu berkemih)
2) Peningkatan frekuensi berkemih
3) Perasaan ingin berkemih
4) Adanya sel-sel darah putih dalam urin
5) Nyeri punggung bawah atau suprapubic
6) Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.
c) Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala :
1) Demam
2) Menggigil
3) Nyeri pinggang
4) Disuria
(patofisiologi keperawatan,113-114)

11
d) Pielonefritis kronik mungkin memperlihatkan gambaran mirip
dengan pielonefritis akut, tetapi dapat juga menimbulkan hipertensi dan
akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal.
g. Komplikasi
1.Pembentukan Abses ginjal atau perirenal
2. Gagal ginjal
(patofisiologi keperawatan,115)

h. Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisis
1) Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb
sedimen air kemih
2) Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air
kemih.
b. Bakteriologis
1) Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.
2) Biakan bakteri  102 – 103 organisme koliform/mL urin plus piuria.
3) Tes kimiawi; tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji
carik.
(Buku Ajar Keperawatan Medikal,137)

12
BAB III
ASKEP TEORI
1. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian pada klien ISK menggunakan pendekatan
bersifat menyeluruh yaitu :
a. Data biologis meliputi :
1) Identitas klien
2) Identitas penanggung
b. Riwayat kesehatan :
1) Riwayat infeksi saluran kemih
2) Riwayat pernah menderita batu ginjal
3) Riwayat penyakit DM, jantung.
c. Pengkajian fisik :
1) Palpasi kandung kemih
2) Inspeksi daerah meatus
d. Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine
e. Pengkajian pada costovertebralis
f. Riwayat psikososial
1) Persepsi terhadap kondisi penyakit
2) Mekanisme koping dan system pendukung
g. Pengkajian pengetahuan klien dan keluarga
1) Pemahaman tentang penyebab/perjalanan
penyakit
2) Pemahaman tentang pencegahan, perawatan
dan terapi medis
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai
dengan inflamasi pada saluran kemih.
b. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan iritasi kandung
kemih.

13
c. Inkontinensia urin berlanjut berhubungan dengan kerusakan reflex
kontraksi destrusor.
d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
f. Resiko infeksi sekunder berhubungan dengan supresi respon
inflamasi.
g. Defisit nutrisi berhubungan dengan factor psikologis ditandai
dengan stress dan keengganan untuk makan.
h. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi.
i. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional.
3. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
Nyeri Akut Setelah dilakukan Intervensi Utama:
tindakan keperawatan Manajemen Nyeri
selama 3 x 24 jam, Observasi:
diharapkan tingkat nyeri - Identifikasi lokasi,
menurun. karakteristik,durasi,
Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas,
- Keluhan nyeri intensitas nyeri
menurun - Identifikasi skala
- Gelisah menurun nyeri
- Meringis - Identifikasi factor
menurun yang memperingan
dan memperberat
nyeri
- Identifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
- Monitor
keberhasilan terapi
komplementer yang
sudah diberkan

14
- Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik:
- Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
- Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi:
- Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
rasa nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan monitor
nyeri secara
mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat

Gangguan Setelah dilakukan Intervensi Utama


eliminasi urine tindakan keperawatan Dukungan perawatan diri
selama 3 x 24 jam, BAK/BAB
diharapkan eliminasi Observasi:
urine membaik - Identifikasi

15
Kriteria Hasil : kebiasaan BAK
- Frekuensi buang sesuai usia
air kecil membaik - Monitor integritas
- Karakteristik kulit pasien
urine membaik Terapeutik:
- Buka pakaian yang
diperlukan untuk
memudahkan
eliminasi
- Dukung
penggunaan
toilet/pispot/urinal
secara konsisten
- Jaga privasi selama
eliminasi
- Bersihkan alat
bantu BAK/BAB
setelah digunakan
- Sediakan alat bantu
(misalnya kateter
eksternal, urinal)
jika perlu
Edukasi:
- Anjurkan
BAK/BAB secara
rutin

Inkontinensia urin Setelah dilakukan Intervensi Utama


berlanjut tindakan keperawatan Perawatan Inkontinensia
selama 3 x 24 jam, Urine
diharapkan kontinensia Observasi:
urine membaik. - Identifikasi
Kriteria Hasil : penyebab

16
- Frekuensi inkontinensia urine
berkemih - Monitor keefektifan
membaik obat dan terapi
- Sensasi berkemih modalitas berkemih
membaik - Monitor kebiasaan
BAK
- Bersihkan genital
dan kulit secara
rutin
- Ambil sampel urine
untuk pemeriksaan
urine lengkap atau
kultur
Edukasi:
- Jelaskan program
penanganan
inkontinensia urine
- Anjurkan
membatasi
mengonsumsi
cairan 2-3 jam
menjelang tidur
- Anjurkan minum
minimal 1500
cc/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Anjurkan
menghindari kopi,
minuman bersoda,
the dan coklat
- Anjurkan konsumsi
buah dan sayur

17
untuk menghindari
konstipasi

4. Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas
yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi /
pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu
mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien
terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan
pelaksanaan peraw.Tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/
pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu
mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien
terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan
pelaksanaan perawatan (Doenges, 2015)
5. Evaluasi
Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah,
mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
a. Nyeri yang menetap atau bertambah
b. Perubahan warna urine
c. Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan
ingin kencing menetes setelah berkemih.

18
BAB IV
ASKEP KASUS

KASUS:
Ny. M, usia 25 tahun, dirawat diruang penyakit dalam.
Hasil pengkajian : klien mengatakan nyeri seperti
tertusuk-tusuk pada perut bagian bawah dan klien juga
merasakan nyeri saat berkemih, TD 120/90 mmHg, suhu
38℃, RR 20x/menit, Frekuensi nadi 98x/menit, VAS 5,
adanya nyeri tekan pada abdomen bagian bawah. Hasil
pemeriksaan darah lengkap: leukosit 17,3, eritrosit 4,0, Hb
13,5 g/dl, HCT 36,5%. Terapi yang didapatkan infuse
NaCl 500 cc/24jam, Ceftriaxone 2x1 mg, paracetamol
3x500 mg.
1. Pengkajian
a. identitas
Nama : Ny. M
Usia : 25 Tahun
Alamat : Penfui, Kupang
Suku/Bangsa: Rote
Pekerjaan : Pedagang
b. riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang: klien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk
pada perut bagian bawah serta nyeri saat berkemih.
 Riwayat kesehatan dahulu: klien mengatakan bahwa sebelumnya belum
pernah dirawat di RS karna penyakit ini.
 Riwayat kesehatan keluarga: pasien mengatakan bahwa dikeluarnya tidak
pernah menderita penyakit yang sama.
c. pemeriksaan fisik

19
 Keadaan umum: pasien tampak lemah.
 Tanda-tanda vital: TD: 120/90 mmHg Suhu: 38℃
N: 98x/menit RR: 20x/menit
a) Sistem pernafasan
Bentuk hidung simetris, tidak terdapat sekret, mukosa hidung kering, tidak
ada nyeri tekan pada hidung, tidak ada pernapasan cuping hidung, bentuk
leher simetris, tidak ada benjolan atau massa, bentuk dada simetris,
pernapasan 20x/Menit, tidak terdengar suara napas tambahan, tidak ada
retraksi otot - otot dada.
b) Sistem kardiovaskuler
Bunyi jantung reguler, perkusi jantung pekak, palpasi denyut nadi terdengar
atau teraba jelas 98x/Menit, tekanan darah 120/90 mmHg, tidak ada
pembesaran area jantung.
c) Sistem perncernaan
Bibir lembap, tidak ada stomatitis, jumlah gigi lengkap, lidah bebas bergerak,
refleks menelan baik, bising usus normal, nyeri tekan pada abdomen bagian
bawah, tidak teraba pembesaran hepar dan lien, terdengar bunyi timpani.
d) Sistem Reproduksi
Tidak dilakukan pemeriksaan
e) Sistem Perkemihan
Tidak ada pembesaran ginjal, tidak terpasang kateter, nyeri saat berkemih
f) Sistem endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan paratiroid, tidak terdapat
pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada riwayat diabetes melitus.
g) Sistem Mosculosceletal
Bentuk ekstremitas atas dan bawah simetris,
h) Sistem integumen
Tidak terdapat luka pada kulit, bibir terlihat kering, kulit teraba lembab.

20
Analisa Data

No Data-Data Penyebab Masalah

1 Ds: klien mengatakan agen pencedera Nyeri akut


nyeri seperti tertusuk- fisiologis ditandai
tusuk pada perut bagian dengan inflamasi
bawah serta nyeri saat
berkemih.
Do:
TD:120/90 mmHg
Suhu: 38℃
N: 98x/menit
RR: 20x/menit

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan
inflamasi pada saluran kemih.
3. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan
inflamasi pada saluran kemih.
1) Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
tingkat nyeri menurun.
2) Kriteria Hasil :
- Keluhan nyeri menurun
- Gelisah menurun
- Meringis menurun
3) Intervensi :
- Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri

21
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi factor yang memperingan dan memperberat nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberkan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
- Berkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu rasa nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan anlgetik secara tepat
4. Implementasi Keperawatan
NO HARI/TGGL DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI

1 Jumat,21/0 Nyeri akut b,d 08.00 - Mengidentifikasi


5/21 Agen oencedera Lokasi,
fisiologis d.d karakteristik,durasi,Fr
Klien Mengeluh 08.20 ekuensi,kualitas,inten
nyeri dibagian O8.22 sitas nyeri
abdomen bagian - Mengidentifikasi
bawah dan nyeri 08.25 sakala nyeri
saat berkemih. - Mengidentifikasi
factor yang
08.30 memperberat dan
08,32 memperingan nyeri
- Memberikan Teknik
08.35 Nonfarmakologis
08.37 untuk Mengurangi
rasa Nyeri ( Terapi
08.40 hangat)
- Memfasilitas istrahat

22
dan tidur
- Menjelaskan
Penyebab,Peiode dan
Pemicu Nyeri
- Menjelaskan Strategi
Meredakan nyeri
- Mengajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
- Mengkolaborasi
pemberian analgetik
jika perlu

5. Evaluasi Keperawatan
NO DIAGNOSA HARI/T JAM CATATAN PARAF
GGL PEKEMBANGAN

1 Nyeri akut Jumat . S : Pasien


b.d agen 21/05/ Mengatakan Nyeri
pencedera 2021 masih di rasakan
fisiologis d.d O : Pasien Tampak
klien Gelisah dan
mengeluh Meringis
nyeri - TD: 120/90
dibagian - N : 98 x/m
abdomen - S : 38 ℃
bawah dan - RR : 20 x/m
nyeri saat - Skala Nyeri 5
berkemih. A: Masalah Belum

23
Teratasi
P : Intervensi Di
Lanjutkan

2 Sabtu, S : Pasien
22/05/ Mengatakan Nyeri
2021 Sudah Berkurang.
Mual Masih dan
Muntah Tidak Lagi
O : Pasien Tampak
sudah terlihat Lebih
segar. Dan Tidak
Terlihat Meringis
- TD : 120/80
- N : 84 x/m
- S : 36.2 ℃
- RR: 24 x/m
- Skala Nyeri : 3
08.00 A : Masalah Belum
08.05 teratasi
P : INtervensi Di
lanjutkan
I:
08.10
- Mengidentifikasi
sakala nyeri
- Memberikan
Teknik
Nonfarmakologis
untuk
Mengurangi rasa

24
Nyeri ( Terapi
hangat/dingin)
- Mengkolaborasi
pemberian Obat :
Antasida
E : - Skala Nyeri 4

- Klien Melakukan
Kompres Hangat
- Klien Dapat
Istrhat dengan
Baik
- Klien tidak lagi
Mual dan Muntah
3 Minggu S: Pasien Mengatakan
, Nyeri tidak lagi di
23/05/ rasakan.
2021 O : Pasien tampak
segar
- TD : 120/80
MmHg
- N: 86 x/m
- S: 36,5℃
- RR : 24 x/m
- Skala Nyeri : 1
A: Masalah Sudah
Teratasi
P: Intervensi Di
Hentikan

25
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada pengkajian penulis menyimpulkan data melalui kejadian kasus secara
luas,wawancara, pemeriksaan fisik, riwayat atau adanya faktor-faktor resiko,
manifestasi klinik infeksi saluran kemih, psikologi pasien, tidak dilakukan
karena penulis tidak mengkaji langsung pada klien , melainkan penulis hanya
mendapat data dari ilustrasi kasus yang di dapat.
Diagnose yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus adalah perubahan
pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau Nokturia) )
berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur
urinarius, dll, sedangkan diagnose yang ada pada teori dan pada kasus adalah
infeksi, gangguan rasa nyaman nyeri dan kurang pengetahuan.
Dalam membuat perencanaan keperawatan penulis menyesuaikan dengan
kondisi klien secara luas saat dikaji dan membuat prioritas masalah sesuai
kebutuhan dasar manusia menurut Maslow dan kebutuhan utama klien.
Dalam pelaksanaan keperawatan penulis melakukan tindakan keperawatan
berdasarkan rencana tindakan yang telah dibuat.
Dalam evaluasi penulis dapat menyimpulkan bahwa semua diagnosa dapat
teratasi dan tujuan keperawatan tercapai. Namun kendalanya penulis tidak dapat
mendokumentasikan data dengan baik sehingga untukmembuat evaluasi
mengalami kesulitan, hal ini dikarenakan penulishanya mendapatkan data
berdasarkan pedoman kasus.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri
pada saluran kemih (Brunner, 2015). Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik
laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak, remaja,
dweasa maupun umur lanjut. Akan tetapi dari dua jenis kelamin tersebut ternyata
wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan angka populasi umur kurang
lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan
yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli : rtesiko dan beratnya
meningkat dengan kondiisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran

26
perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia.
(Susan Martin Tucker, dkk, 1998). Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan
akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada
wanita.
B. Saran
Untuk pembaca, teman sejawat dan penulis agar dapat memprioritaskan
masalah sesuai kebutuhan dasar manusia dan masalah utama klien tersebut,
walaupun pendokumentasian data tidak dapat dilakukan karena data yang
diperoleh hanya berdasarkan ilustrasi kasus secara luas tetapi rencana tindakan
dapat dilakukan dengan baik. Dianjurkan agar dapat mendokumentasikan semua
data pada klien baik verbal maupun obyektif degan benar sehingga dapat
membuat evaluasi dengan baik untuk menunjang pendokumentasian yang baik.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Penulis juga membuka kesempatan bagi kritik dan
saran yang membangun dan mengembangkan makalah ini. Karena pada
hakikatnya ilmu pengetahuan akan terus menerus berkembang sesuai dengan
perkembangan jaman.

27
DAFTAR PUSTAKA

Tessy A, dkk. Infeksi Saluran Kemih Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid III (2013).
Brunner & Suddarth. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 12 Volume 1. Jakarta: EGC.
Doenges, M. E. (2014). Manual Diagnosis Keperawatan Rencana,
Intervensi, & Dokumentasi Asuhan Keperawatan.
Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah.
Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS, Jakarta:
Balitbang Kemenkes Ri
Elizabeth J. Corwin (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta:
Aditya Media
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI): Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) I ed.).
Jakarta: DPP PPNI
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SDKI): Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan II) I ed.). Jakarta:
DPP PPNI
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SDKI):
Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan II) I ed.). Jakarta: DPP
PPNI

28

Anda mungkin juga menyukai