Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BAHASA INDONESIA

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

DOSEN PENGAJAR : CUTRI A. TJALAU, M.Pd

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3 :

1. ADJRI MOHUNE
2. DELA RIZKITA AFFANDI
3. NABILA YATIM
4. SITI NURHALIZA
5. SITI ZOHRA LASTUAN
6. WIRA DICARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO


 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kelancaran kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini degan baik.
Pada pembahasan ini kami akan menyampaikan materi dari Biologi Bahasa
Indonesia mengenai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan Pembentukan Kata,
Sebelumnya kami ucapan terimakasih kepada dosen yang telah membimbing dalam
penyusunan makalah ini pada mata kuliah Bahasa Indonesia dan tak lupa pula
ucapan terimakasih kami ucapkan kepada teman-teman yang telah mendukung
untuk penyelesaian makalah ini.

Makalah ini menjelaskan tentang bagaimana sejarah ejaan yang disempurnakan dan
penjelasannya serta tentang pembentukan kata yang merupakan salah satu materi
yang akan dipelajari pada mata kuliah Bahasa Indonesia.

Jika ada kesalahan dalam prosesnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya
karena sumber yang kami miliki sangatlah minim, oleh sebab itu kami mohon maaf
bagi para audiens dan pembaca khususnya. Semoga makalah ini memberikan
banyak manfaat kepada para pembacanya. Selanjutnya, demi kesempurnaan
makalah ini sangat diharapkan segala masukan dan saran yang sifatnya
membangun.

Penyusun

R
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………….. … IDAF
TAR ISI …………………………………………………………………………… ii

BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………………………………1

1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………………………1

1.2 RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………..1

1.3 TUJUAN PENULISAN…………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………….
3

2.1 SEJARAH EJAAN YANG DISEMPURNAKAN…………………………………3

2.2 PEMAKAIAN HURUF-HURUF…………………………………………………. 4

2.3PEMAKAIAN HURUF KAPITAL DAN HURUF MIRING……………………… 5

2.4 PENULISAN KATA ………………………………………………………………….7

2.5 PEMBENTUKAN KATA-KATA BAHASA INDONESIA…………………………9

2.6 DEFINISIISTILAH……………………………………………………………………9

2.7AFIKS BAHASA INDONESIA YANG UMUM ……………………………………10

2.8 PENGGUNAAN AFIKS……………………………………………………………10

2.9 FREKUENSI PENGGUNAAN AFIKS…………………………………………….11

2.10 APLIKAS IAFIKS…………………………………………………………………11

REPORT THIS AD

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………...15

 KESIMPULAN………………………………………………………………………15
 SARAN………………………………………………………………………………15

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………16
 

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran, dan


bagaimana menghubungkan serta memisahkan lambang-lambang. Secara teknis,
ejaan adalah aturan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan
penulisan tanda baca.

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia, ejaan Republik
atau ejaan Soewandi, yang berlaku sejak tahun 1927. Tepatnya pada 16 agustus
1972, telah ditetapkan dan diberlakukan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang
diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Apabila pedoman ini dipelajari dan ditaati
maka tidak akan terjadi kesalahan pengejaan kata.

Pembentukan kata biasa disebut dengan morfologi. Hingga kini telah banyak
dibicarakan berbagai bentuk kata dalam bahasa Indonesia beserta pengertian-
pengertian yang diwakilinya. Dengan kata lain telah diberikan tinjauan tentang cirri
bentuk kata beserta tugasnya dalam pemakaian bahasa. Pengetahuan tentang cirri-
ciri penting sekali, karena bahasa sesungguhnya tidak lain dari pada tanda bunyi
bebas yang selalu terikat pada suatu sistem, diketahui oleh masyarakat bahasa
berdasarkan perjanjian. Jadi pada hakikatnya bahasa adalah bunyi.

1. RUMUSAN MASALAH
2. Bagaimana pemakaian huruf-huruf ?
3. Bagaimana pemakaian huruf kapital dan huruf miring ?
4. Bagaimana huruf miring itu ?
5. Beberapa pengertian mengenai pembentukan kata ?
6. Bagaimana penulisan kata ?
7. Bagaimana kesalahan pembentukan dan pemilihan kata ?

1. TUJUAN PENULISAN
2. Dapat menjelaskan pemakaian huruf-huruf.
3. Dapat menjelaskan pemakaian huruf kapital dan huruf miring.
4. Dapat menjelaskan penulisan kata.
5. Dapat menjelaskan beberapa pengertian mengenai pembentukan kata.
6. Dapat menjelaskan pembentukan kata.
7. Dapat menjelaskan kesalahan pembentukan dan pemilihan kata.

 
BAB II

PEMBAHASAN

 SEJARAH EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

Sebelum Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), Lembaga Bahasa dan Kesusastraan,


(sekarang Pusat Bahasa), pada tahun 1967 mengeluarkan Ejaan Baru (Ejaan LBK).
Ejaan Baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha yang telah dirintis oleh
panitia Ejaan Malindo. Para pelaksananya pun di samping terdiri dari panitia Ejaan
LBK, juga dari panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan suatu
konsep ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas dasar
surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan No.062/67, tanggal 19
September1967.

Pada 23 Mei1972, sebuah pernyataan bersama ditandatangani oleh Menteri


Pelajaran Malaysia, Tun Hussein Onn dan Menteri Pendidikan dan
KebudayaanIndonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung
persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari
kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16
Agustus1972, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972, berlakulah
sistem ejaan Latin bagi bahasa Melayu (“Rumi” dalam istilah bahasa Melayu
Malaysia) dan bahasa Indonesia.

Di Malaysia, ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB).


Pada waktu pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdakan
Republik Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17 Agustus1972 diresmikanlah
pemakaikan ejaan baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden Republik Indonesia.
Dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan tersebut dikenal dengan
nama Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Ejaan tersebut
merupakan hasil yang dicapai oleh kerja panitia ejaan bahasa Indonesia yang telah
dibentuk pada tahun 1966.

Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan ini merupakan penyederhanaan serta


penyempurnaan dari pada Ejaan Suwandi atau ejaan Republik yang dipakai sejak
dipakai sejak bulan Maret1947.Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober1972, Panitia
Pengembangan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan menerbitkan buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan” dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 Nomor 0196/U/1975 memberlakukan
“Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” dan “Pedoman
Umum Pembentukan Istilah”.

1. Revisi 1987

Pada tahun 1987, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Keputusan


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987 tentang Penyempurnaan
“Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”. Keputusan
menteri ini menyempurnakan EYD edisi 1975.

2. Revisi 2009

Pada tahun 2009, Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan


Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Dengan dikeluarkannya
peraturan menteri ini, maka EYD edisi 1987 diganti dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
 

A.PEMAKAIAN HURUF-HURUF

1. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang
berikut :A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,N,O,P,Q,R,S,T,U,V,W,X,Y,Z.

 Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas

huruf a, e, i, o, dan u .
 Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-
huruf :b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.

 Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan
oi.

2.Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan konsonan yaitu kh, ng, ny, dan
sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.

1. Pemenggalan Kata
2. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut :
3. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan
diantara kedua huruf vocal itu.
4. Jika di tengah ada kata huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan,
diantara dua buah huruf vocal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
5. Jika di tengah ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan
dilakukan diantara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak
pernah diceraikan.
6. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan diantara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang
kedua.
7. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami
perubahan betuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata
dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
8. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat
bergabung dengan unsur lain pemenggalan dapat dilakukan (1) diantara unsur-
unsur itu atau (2) pada gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di
atas.

B.PEMAKAIAN HURUF KAPITAL DAN HURUF MIRING

1. Huruf Kapital Atau Huruf Besar

Pemakaian huruf yang lazim dalam bahasa Indonesia adalah huruf kapital atau huruf
besar dan huruf miring, sedangka huruf tebal tidak pernah diatur dalam pedoman
EYD. Uraian secara rinci tentang penulisan huruf kapital akan dijelaskan sebagai
berikut :
1.Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada
awalkalimat.

1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.


2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan, nama Nabi/Rasul, dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk
Tuhan.
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
keagamaan yang diikuti nama orang.
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
7. Huruf kapital sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama Negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti
dan.
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna
yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta
dokumen resmi.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata termasuk semua unsur
kata ulang sempurna di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan udul
karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak
pada posisi awal.
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat,
dan sapaan.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam
penyapaan dan pengacuan.

1.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti.

1. Huruf Miring
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah,
dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
4. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

1. PENULISAN KATA
2. Kata Dasar adalah kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
3. Kata Turunan
4. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
5. Jika bentuk kata dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
6. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu di tulis serangkai.
7. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata ditulis serangkai.
8. Bentuk Ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
9. Gabungan Kata
10. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah.
11. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan
pertalian unsur yang bersangkutan.
12. Gabungan kata ditulis serangkai.
13. Kata Ganti -ku, -kau, -mu, dan -nya. Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya; ku,mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya.
14. Kata Depan di- ke-, dan dari. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya kecuali, didalam gabungan kata yang sudah lazim
dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
15. Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
16. Partikel
17. Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
18. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
19. Partikel per yang berarti ‘mulai’,’demi’,dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian
kalimat yang mendahuluinya atau mengikutinya.
20. Singkatan dan Akronim

 Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau
lebih.

1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti
dengan tanda titik.
2. Singkatan nama resmi resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan
atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata
ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
3. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih satu tanda titik.
4. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang
tidak diikuti tanda titik.

 Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlukan
sebagai kata.

1. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
2. Akronim nama diri yang berupa gaungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kaital.
3. Akronim yang bukan nama diri gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
4. Angka dan Lambang Bilangan
5. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam
tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
6. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii)
satuan waktu, (iii) nilai uang, (iv) kuantitas.
7. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah apartemen,
atau kamar pada alamat.
8. Angka digunakan juga menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
9. Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
10. Bilangan utuh

Misalnya : dua belas                  12

dua puluh dua           22

2. Bilangan pecahan

Misalnya : setengah                     ½

tiga perempat             ¾
1. Penulisan lambang bilangan tingkat.
2. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran.
3. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa
lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dam
pemaparan.
4. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu,
susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
5. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian
supaya lebih mudah dibaca.
6. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks
kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuintasi.
7. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus
tepat.

PEMBENTUKAN KATA-KATA BAHASA INDONESIA

Ada banyak ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian


besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang
berbeda. Untuk memahami cara pembentukan kata-kata tersebut kita
sebaiknya mengetahui lebih dahulu beberapa konsep dasar dan istilah seperti
yang dijelaskan di bawah ini.

Untuk mempersingkat dan memperjelas  pembahasannya, kami menggunakan


kata-kata yang tidak bersifat gramatikal atau teknis untuk menjelaskan kata-
kata tersebut sebanyak mungkin. Kami tidak membahas tentang infiks (sisipan
yang jarang digunakan), reduplikasi dan kata-kata majemuk yang berafiks.

1. DEFINISI ISTILAH

Kata dasar (akar kata) = kata yang paling sederhana yang belum memiliki
imbuhan, juga dapat dikelompokkan sebagai bentuk asal (tunggal) dan bentuk
dasar (kompleks), tetapi perbedaan kedua bentuk ini tidak dibahas di sini.

Afiks (imbuhan) = satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila


ditambahkan pada kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata
baru. Afiks tidak dapat berdiri sendiri dan harus melekat pada satuan lain
seperti kata dasar. Istilah afiks termasuk prefiks, sufiks dan konfiks.

Prefiks (awalan) = afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk


membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.

Sufiks (akhiran) = afiks (imbuhan) yang melekat di belakang kata dasar untuk


membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.

Konfiks (sirkumfiks / simulfiks) =secara simultan (bersamaan), satuafiks


melekat di depan kata dasar dan satu afiks melekat di belakang kata dasar
yang bersama-sama mendukung satu fungsi.

Kata turunan (kata jadian) = kata baru yang diturunkan dari kata dasar yang
mendapat imbuhan.
Keluarga kata dasar = kelompok kata turunan yang semuanya berasal dari
satu kata dasar dan memiliki afiks yang berbeda.

1.  AFIKS BAHASA INDONESIA YANG UMUM

Prefiks:  ber-, di-, ke-, me-, meng-, mem-, meny-, pe-, pem-, peng-, peny-,
per-, se-, ter-

Sufiks:  -an, -kan, -i, -pun, -lah, -kah, -nya

Konfiks:  ke – an, ber – an, pe – an, peng – an, peny – an, pem – an, per –
an, se – nya

1. PENGGUNAAN AFIKS

Mempelajari proses pembentukan kata-kata dan metode pembubuhan afiks


merupakan kunci untuk memahami makna kata-kata turunan dan belajar
membaca teks Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata yang terdapat dalam
surat kabar dan majalah Indonesia berafiks. Jika seseorang mengerti makna
kata dasar, ia dapat mengerti makna sebagian besar kata yang berasal
(diturunkan) dari kata dasar itu dengan menggunakan kaidah umum untuk
masing-masing jenis afiks.

Jika kita dapat menerima sedikit kekeliruan dalam penggunaan afiks, kita
dapat menyederhanakan pembahasan tentang afiks (imbuhan). Dalam
mengklasifikasikan jenis kata (nomina, verba, adjektiva, dan lain-lain) kami
menggunakan kaidah pengklasifikasian kata menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Balai Pustaka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi
Kedua – 1991) yang disusun dan diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia.
Penjelasan di bawah adalah untuk menguraikan hasil penambahan afiks
(imbuhan) kepada kata dasar, bukan untuk menjelaskan bilamana afiks
digunakan. Dalam kamus ini tidak diuraikan tentang asal kata dasar
(etimologi). Perlu diperhatikan bahwa penjelasan di bawah ini lebih
berhubungan dengan perbuatan (aksi) dalam suatu kalimat – siapa yang
melakukan aksi itu, hasil perbuatan, arah perbuatan atau tindakan dan apakah
tindakan itu merupakan fokus utama dalam kalimat atau bukan.

1. FREKUENSI PENGGUNAAN AFIKS

Dalam kamus ini terdapat 38.308 entri (tidak termasuk singkatan, akronim dan
entri kata majemuk) dimana 22.022 berafiks dan 16.286 tidak berafiks.
Menurut persentase, 57% berafiks dan 43% tidak. Dengan kata lain, untuk tiap
9 entri dalam kamus ini, 5 kata berafiks dan 4 kata lainnya tidak.

Pada tahun 1998, secara tidak formal, kami menganalisis 10.000 kata Bahasa
Indonesia dari terbitan yang umum di Indonesia. Dari 10.000 kata tersebut,
terdapat 2.887 atau kira-kira 29% kata berafiks dan 7.113 atau 71% tidak.
Dengan kata lain, untuk tiap 100 kata di surat kabar atau majalah, Anda
mungkin dapat menemukan 29 kata yang berafiks dan 71 kata tidak berafiks.
Tingkat penggunaan masing-masing afiks diuraikan di bawah ini.

1. APLIKASI AFIKS

Ber– : menambah prefiks ini membentuk verba (kata kerja) yang sering kali
mengandung arti (makna) mempunyai atau memiliki sesuatu. Juga dapat
menunjukkan keadaan atau kondisi atribut tertentu. Penggunaan prefiks ini
lebih aktif berarti mempergunakan atau mengerjakan sesuatu. Fungsi utama
prefiks “ber-” adalah untuk menunjukkan bahwa subyek kalimat merupakan
orang atau sesuatu yang mengalami perbuatan dalam kalimat itu. Banyak
verba dengan afiks “ber-” mempunyai kata yang sama dengan bentuk
adjektiva dalam Bahasa Inggris. Sekitar satu dari tiap 44 kata yang tertulis
dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini.

Me-, meng-, menge-, meny, mem-: menambah salah satu dari prefiks ini
membentuk verba yang sering kali menunjukkan tindakan aktif di mana fokus
utama dalam kalimat adalah pelaku, bukan tindakan atau obyek tindakan itu.
Jenis prefiks ini sering kali mempunyai arti mengerjakan, menghasilkan,
melakukan atau menjadi sesuatu. Prefiks ini yang paling umum digunakan dan
sekitar satu dari tiap 13 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki
salah satu dari prefiks ini.

Di- : Prefiks ini mempunyai pertalian yang sangat erat dengan prefiks “me-.”
Prefiks “me-” menunjukkan tindakan aktif sedangkan prefiks “di-” menunjukkan
tindakan pasif, di mana tindakan atau obyek tindakan adalah fokus utama
dalam kalimat itu, dan bukan pelaku. Sekitar satu dari tiap 40 kata yang tertulis
dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini.

Pe- : Prefiks ini membentuk nomina yang menunjukkan orang atau agen yang
melakukan perbuatan dalam kalimat. Kata dengan prefiks ini juga bisa
memiliki makna alat yang dipakai untuk melakukan perbuatan yang tersebut
pada katadasarnya. Apabila kata dasarnya berupa kata sifat, maka kata yang
dibentuk dengan prefiks ini memiliki sifat atau karakteristik kata dasarnya.
Sekitar satu dari tiap 110 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki
prefiks ini.

Ter– : Sekitar satu dari tiap 54 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia
memiliki prefiks ini. Penambahan afiks ini menimbulkan dua kemungkinan.

1. Jika menambahkan ke kata dasar adjektif, biasanya menghasilkan


adjektif yang menyatakan tingkat atau kondisi paling tinggi (ekstrim) atau
superlatif. (misalnya: paling besar, paling tinggi, paling baru, paling murah)
2. Jika menambahkan ke kata dasar yang bukan adjektif, umumnya
menghasilkan verba yang menyatakan aspek perfektif, yaitu suatu
perbuatan yang telah selesai dikerjakan. Afiks ini juga bisa menunjukkan
perbuatan spontanitas, yaitu suatu perbuatan yang terjadi secara tiba-tiba
atau tidak disengaja (misalnya aksi oleh pelaku yang tidak disebutkan,
pelaku tidak mendapat perhatian atau tindakan natural). Fokus dalam
kalimat adalah kondisi resultan tindakan itu dan tidak memfokuskan pada
pelaku perbuatan atau bagaimana kondisi resultan itu tercapai.

Se-: menambah prefiks ini dapat menghasilkan beberapa jenis kata. Prefiks ini
sering dianggap sebagai pengganti “satu” dalam situasi tertentu. Sekitar satu
dari tiap 42 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini. 
Penggunaan paling umum dari prefiks ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menyatakan satu benda, satuan atau kesatuan (seperti “a”


atau “the” dalam Bahasa Inggris)
2. Untuk menyatakan seluruh atau segenap
3. Untuk menyatakan keseragaman, kesamaan atau kemiripan
4. Untuk menyatakan tindakan dalam waktu yang sama
ataumenyatakan sesuatu yang berhubungan dengan waktu
5. -an : menambah sufiks ini biasanya menghasilkan kata benda yang
menunjukkan hasil suatu perbuatan. Sufiks ini pun dapat
menunjukkan tempat, alat, instrumen, pesawat, dan sebagainya.
Sekitar satu dari tiap 34 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia
memiliki sufiks ini.

6. -i : menambah sufiks ini akan menghasilkan verba yang


menunjukkan perulangan, pemberian sesuatu atau menyebabkan
sesuatu. Sufiks ini sering digunakan untuk memindahkan perbuatan
kepada suatu tempat atau obyek tak langsung dalam kalimat yang
mana tetap dan tidak mendapat pengaruh dari perbuatan tersebut.
Sufiks ini pun menunjukkan di mana dan kepada siapa tindakan itu
ditujukan. Sekitar satu dari tiap 70 kata yang tertulis dalam Bahasa
Indonesia memiliki sufiks ini.

7. –kan: menambah sufiks ini akan menghasilkan kata kerja yang


menunjukkan penyebab, proses pembuatan atau timbulnya suatu
kejadian. Fungsi utamanya yaitu untuk memindahkan perbuatan
verba ke bagian lain dalamkalimat. Sekitar satu dari tiap 20 kata
yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini.

8. –kah :  menambah sufiks ini menunjukkan bahwa sebuah ucapan


merupakan pertanyaan dan sufiks ini ditambahkan kepada kata
yang merupakan fokus pertanyaan dalam kalimat. Sufiks ini jarang
digunakan.

9. -lah :sufiks ini memiliki penggunaan yang berbeda dan


membingungkan, tetapi secara singkat dapat dikatakan bahwa
sufiks inisering digunakan untuk memperhalus perintah, untuk
menunjukkan kesopanan atau menekankan ekspresi. Hanya sekitar
satu dari tiap 400 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia
memiliki sufiks ini.

10.ke-an : konfiks ini yang paling umum digunakan dan sekitar satu
dari tiap 65 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki
konfiks ini. Konfiks ini adalah untuk:v

1. membentuk nomina yang menyatakan hasil perbuatan atau keadaan


dalam pengertian umum yang menyatakan hal-hal yang berhubungan
dengan kata dasar
2. membentuk nomina yang menunjuk kepada tempat atau asal
3. membentuk adjektif yang menyatakan keadaan berlebihan
4. membentuk verba yang menyatakan kejadian yang kebetulan

5. Pe-an, peng-an, peny-an, pem-an : penggunaan salah satu dari


keempat konfiks ini biasanya menghasilkan suatu nomina yang
menunjukkan proses berlangsungnya perbuatan yang ditunjuk oleh
verba dalam kalimat. Sekitar satu dari tiap 75 kata yang tertulis dalam
Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini.

6. Per-an :menambah konfiks ini akan menghasilkan sebuah nomina yang


menunjukkan hasil suatu perbuatan (bukan prosesnya) dan dapat juga
menunjukkan tempat. Artinya sering menunjuk kepada suatu keadaan
yang ditunjuk oleh kata dasar atau hasil perbuatan verba dalam kalimat.
Keadaan ini mirip dengan yang diperoleh dengan menggunakan konfiks
“ke-an”, tetapi biasanya kurang umum dan lebih konkrit atau spesifik.
Sekitar satu dari tiap 108 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia
memiliki konfiks ini.

7. Se – nya :Konfiks ini seringkali muncul bersama-sama dengan kata


dasar tunggal atau kata dasar ulangan untuk membentuk adverbia yang
menunjukkan suatu keadaan tertinggi yang dapat dicapai oleh
perbuatan kata kerja (misalnya: setinggi-tingginya = setinggi mungkin).

8. -nya : Ada penggunaan “-nya” sebagai sufiks murni yang mengubah arti
kata dasarnya, tetapi hal ini merupakan konsep yang agak rumit dan
kurang umum dan tidak dibahas di sini.  contoh: biasanya = usually;
rupanya = apparently

9. -nya, -ku, -mu: satuan-satuan ini bukan merupakan afiks murni dan
semuanya tidak dimasukkan sebagai entri dalam kamus ini. Pada
umumnya satuan-satuan ini dianggap sebagai kata ganti yang
menyatakan kepemilikan yang digabungkan dengan kata dasar yang
mana tidak mengubah arti kata dasar. Misalnya, kata “bukuku” = buku
saya, “bukumu” = buku Anda, “bukunya” = buku dia atau buku mereka.
Selain sebagai kata ganti yang menyatakan kepemilikan, satuan “-nya”
pun dapat memiliki fungsi untuk menunjukkan sesuatu. Misalnya,
“bukunya” berarti “buku itu”, bila “-nya” berfungsi sebagai penunjuk.
Penggunaan “-nya” baik sebagai kata ganti maupun penunjuk(bukan
sebagai sufiks murni) adalah sangat umum dan sekitar satu dari tiap 14
kata tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki satuan ini. Penggunaan “-
ku” dan “-mu” bervariasi sesuai dengan jenis tulisan. Dua jenis kata
ganti ini sangat umum digunakan dalam komik, cerpen dan tulisan tidak
resmi lainnya, dan jarang digunakan dalam tulisan yang lebih formal
seperti surat kabar dan majalah berita.

BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN

Ejaan Yang Disempurnakan adalah kaidah cara menggambarkan/


melambangkan bunyi-bunyi ujaran (kata, kalimat dan sebagaianya) dan
bagaimana hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan
penggabungannya dalam suatu bahasa).

Pembentukan kata itu adalah proses mengolah leksem atau huruf yang
menjadi kata. Dan ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia.
Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa
komponen yang berbeda.

1. SARAN

Apa yang kita mengerti dan pahami tentang ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan (EYD), sekiranya dapat kita praktekkan dalam penulisan karya
ilmiah agar bahasa kita ni tidak tercampur dengan kata-kata asing.

DAFTAR PUSTAKA
 

https://nurulhidayatullahb.wordpress.com/2013/12/15/makalah-tentang-ejaan-
yang-disempurnakan/

https://anasunni.wordpress.com/2013/01/10/makalah-bahasa-indonesia
pembentukan-kata/

http://pemakaian_huruf_bahasa_indonesia/jasa_artikel.com.htm

Anda mungkin juga menyukai