DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3 :
1. ADJRI MOHUNE
2. DELA RIZKITA AFFANDI
3. NABILA YATIM
4. SITI NURHALIZA
5. SITI ZOHRA LASTUAN
6. WIRA DICARTA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kelancaran kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini degan baik.
Pada pembahasan ini kami akan menyampaikan materi dari Biologi Bahasa
Indonesia mengenai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan Pembentukan Kata,
Sebelumnya kami ucapan terimakasih kepada dosen yang telah membimbing dalam
penyusunan makalah ini pada mata kuliah Bahasa Indonesia dan tak lupa pula
ucapan terimakasih kami ucapkan kepada teman-teman yang telah mendukung
untuk penyelesaian makalah ini.
Makalah ini menjelaskan tentang bagaimana sejarah ejaan yang disempurnakan dan
penjelasannya serta tentang pembentukan kata yang merupakan salah satu materi
yang akan dipelajari pada mata kuliah Bahasa Indonesia.
Jika ada kesalahan dalam prosesnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya
karena sumber yang kami miliki sangatlah minim, oleh sebab itu kami mohon maaf
bagi para audiens dan pembaca khususnya. Semoga makalah ini memberikan
banyak manfaat kepada para pembacanya. Selanjutnya, demi kesempurnaan
makalah ini sangat diharapkan segala masukan dan saran yang sifatnya
membangun.
Penyusun
R
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………….. … IDAF
TAR ISI …………………………………………………………………………… ii
BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………….
3
2.6 DEFINISIISTILAH……………………………………………………………………9
REPORT THIS AD
KESIMPULAN………………………………………………………………………15
SARAN………………………………………………………………………………15
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………16
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia, ejaan Republik
atau ejaan Soewandi, yang berlaku sejak tahun 1927. Tepatnya pada 16 agustus
1972, telah ditetapkan dan diberlakukan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang
diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Apabila pedoman ini dipelajari dan ditaati
maka tidak akan terjadi kesalahan pengejaan kata.
Pembentukan kata biasa disebut dengan morfologi. Hingga kini telah banyak
dibicarakan berbagai bentuk kata dalam bahasa Indonesia beserta pengertian-
pengertian yang diwakilinya. Dengan kata lain telah diberikan tinjauan tentang cirri
bentuk kata beserta tugasnya dalam pemakaian bahasa. Pengetahuan tentang cirri-
ciri penting sekali, karena bahasa sesungguhnya tidak lain dari pada tanda bunyi
bebas yang selalu terikat pada suatu sistem, diketahui oleh masyarakat bahasa
berdasarkan perjanjian. Jadi pada hakikatnya bahasa adalah bunyi.
1. RUMUSAN MASALAH
2. Bagaimana pemakaian huruf-huruf ?
3. Bagaimana pemakaian huruf kapital dan huruf miring ?
4. Bagaimana huruf miring itu ?
5. Beberapa pengertian mengenai pembentukan kata ?
6. Bagaimana penulisan kata ?
7. Bagaimana kesalahan pembentukan dan pemilihan kata ?
1. TUJUAN PENULISAN
2. Dapat menjelaskan pemakaian huruf-huruf.
3. Dapat menjelaskan pemakaian huruf kapital dan huruf miring.
4. Dapat menjelaskan penulisan kata.
5. Dapat menjelaskan beberapa pengertian mengenai pembentukan kata.
6. Dapat menjelaskan pembentukan kata.
7. Dapat menjelaskan kesalahan pembentukan dan pemilihan kata.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Revisi 1987
2. Revisi 2009
A.PEMAKAIAN HURUF-HURUF
1. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang
berikut :A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,N,O,P,Q,R,S,T,U,V,W,X,Y,Z.
Huruf Vokal
huruf a, e, i, o, dan u .
Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-
huruf :b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.
Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan
oi.
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan konsonan yaitu kh, ng, ny, dan
sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
1. Pemenggalan Kata
2. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut :
3. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan
diantara kedua huruf vocal itu.
4. Jika di tengah ada kata huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan,
diantara dua buah huruf vocal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
5. Jika di tengah ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan
dilakukan diantara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak
pernah diceraikan.
6. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan diantara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang
kedua.
7. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami
perubahan betuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata
dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
8. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat
bergabung dengan unsur lain pemenggalan dapat dilakukan (1) diantara unsur-
unsur itu atau (2) pada gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di
atas.
Pemakaian huruf yang lazim dalam bahasa Indonesia adalah huruf kapital atau huruf
besar dan huruf miring, sedangka huruf tebal tidak pernah diatur dalam pedoman
EYD. Uraian secara rinci tentang penulisan huruf kapital akan dijelaskan sebagai
berikut :
1.Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada
awalkalimat.
1. Huruf Miring
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah,
dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
4. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
1. PENULISAN KATA
2. Kata Dasar adalah kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
3. Kata Turunan
4. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
5. Jika bentuk kata dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
6. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu di tulis serangkai.
7. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata ditulis serangkai.
8. Bentuk Ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
9. Gabungan Kata
10. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah.
11. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan
pertalian unsur yang bersangkutan.
12. Gabungan kata ditulis serangkai.
13. Kata Ganti -ku, -kau, -mu, dan -nya. Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya; ku,mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya.
14. Kata Depan di- ke-, dan dari. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya kecuali, didalam gabungan kata yang sudah lazim
dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
15. Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
16. Partikel
17. Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
18. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
19. Partikel per yang berarti ‘mulai’,’demi’,dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian
kalimat yang mendahuluinya atau mengikutinya.
20. Singkatan dan Akronim
Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau
lebih.
1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti
dengan tanda titik.
2. Singkatan nama resmi resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan
atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata
ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
3. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih satu tanda titik.
4. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang
tidak diikuti tanda titik.
Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlukan
sebagai kata.
1. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
2. Akronim nama diri yang berupa gaungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kaital.
3. Akronim yang bukan nama diri gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
4. Angka dan Lambang Bilangan
5. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam
tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
6. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii)
satuan waktu, (iii) nilai uang, (iv) kuantitas.
7. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah apartemen,
atau kamar pada alamat.
8. Angka digunakan juga menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
9. Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
10. Bilangan utuh
2. Bilangan pecahan
tiga perempat ¾
1. Penulisan lambang bilangan tingkat.
2. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran.
3. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa
lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dam
pemaparan.
4. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu,
susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
5. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian
supaya lebih mudah dibaca.
6. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks
kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuintasi.
7. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus
tepat.
1. DEFINISI ISTILAH
Kata dasar (akar kata) = kata yang paling sederhana yang belum memiliki
imbuhan, juga dapat dikelompokkan sebagai bentuk asal (tunggal) dan bentuk
dasar (kompleks), tetapi perbedaan kedua bentuk ini tidak dibahas di sini.
Kata turunan (kata jadian) = kata baru yang diturunkan dari kata dasar yang
mendapat imbuhan.
Keluarga kata dasar = kelompok kata turunan yang semuanya berasal dari
satu kata dasar dan memiliki afiks yang berbeda.
Prefiks: ber-, di-, ke-, me-, meng-, mem-, meny-, pe-, pem-, peng-, peny-,
per-, se-, ter-
Konfiks: ke – an, ber – an, pe – an, peng – an, peny – an, pem – an, per –
an, se – nya
1. PENGGUNAAN AFIKS
Jika kita dapat menerima sedikit kekeliruan dalam penggunaan afiks, kita
dapat menyederhanakan pembahasan tentang afiks (imbuhan). Dalam
mengklasifikasikan jenis kata (nomina, verba, adjektiva, dan lain-lain) kami
menggunakan kaidah pengklasifikasian kata menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Balai Pustaka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi
Kedua – 1991) yang disusun dan diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia.
Penjelasan di bawah adalah untuk menguraikan hasil penambahan afiks
(imbuhan) kepada kata dasar, bukan untuk menjelaskan bilamana afiks
digunakan. Dalam kamus ini tidak diuraikan tentang asal kata dasar
(etimologi). Perlu diperhatikan bahwa penjelasan di bawah ini lebih
berhubungan dengan perbuatan (aksi) dalam suatu kalimat – siapa yang
melakukan aksi itu, hasil perbuatan, arah perbuatan atau tindakan dan apakah
tindakan itu merupakan fokus utama dalam kalimat atau bukan.
Dalam kamus ini terdapat 38.308 entri (tidak termasuk singkatan, akronim dan
entri kata majemuk) dimana 22.022 berafiks dan 16.286 tidak berafiks.
Menurut persentase, 57% berafiks dan 43% tidak. Dengan kata lain, untuk tiap
9 entri dalam kamus ini, 5 kata berafiks dan 4 kata lainnya tidak.
Pada tahun 1998, secara tidak formal, kami menganalisis 10.000 kata Bahasa
Indonesia dari terbitan yang umum di Indonesia. Dari 10.000 kata tersebut,
terdapat 2.887 atau kira-kira 29% kata berafiks dan 7.113 atau 71% tidak.
Dengan kata lain, untuk tiap 100 kata di surat kabar atau majalah, Anda
mungkin dapat menemukan 29 kata yang berafiks dan 71 kata tidak berafiks.
Tingkat penggunaan masing-masing afiks diuraikan di bawah ini.
1. APLIKASI AFIKS
Ber– : menambah prefiks ini membentuk verba (kata kerja) yang sering kali
mengandung arti (makna) mempunyai atau memiliki sesuatu. Juga dapat
menunjukkan keadaan atau kondisi atribut tertentu. Penggunaan prefiks ini
lebih aktif berarti mempergunakan atau mengerjakan sesuatu. Fungsi utama
prefiks “ber-” adalah untuk menunjukkan bahwa subyek kalimat merupakan
orang atau sesuatu yang mengalami perbuatan dalam kalimat itu. Banyak
verba dengan afiks “ber-” mempunyai kata yang sama dengan bentuk
adjektiva dalam Bahasa Inggris. Sekitar satu dari tiap 44 kata yang tertulis
dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini.
Me-, meng-, menge-, meny, mem-: menambah salah satu dari prefiks ini
membentuk verba yang sering kali menunjukkan tindakan aktif di mana fokus
utama dalam kalimat adalah pelaku, bukan tindakan atau obyek tindakan itu.
Jenis prefiks ini sering kali mempunyai arti mengerjakan, menghasilkan,
melakukan atau menjadi sesuatu. Prefiks ini yang paling umum digunakan dan
sekitar satu dari tiap 13 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki
salah satu dari prefiks ini.
Di- : Prefiks ini mempunyai pertalian yang sangat erat dengan prefiks “me-.”
Prefiks “me-” menunjukkan tindakan aktif sedangkan prefiks “di-” menunjukkan
tindakan pasif, di mana tindakan atau obyek tindakan adalah fokus utama
dalam kalimat itu, dan bukan pelaku. Sekitar satu dari tiap 40 kata yang tertulis
dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini.
Pe- : Prefiks ini membentuk nomina yang menunjukkan orang atau agen yang
melakukan perbuatan dalam kalimat. Kata dengan prefiks ini juga bisa
memiliki makna alat yang dipakai untuk melakukan perbuatan yang tersebut
pada katadasarnya. Apabila kata dasarnya berupa kata sifat, maka kata yang
dibentuk dengan prefiks ini memiliki sifat atau karakteristik kata dasarnya.
Sekitar satu dari tiap 110 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki
prefiks ini.
Ter– : Sekitar satu dari tiap 54 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia
memiliki prefiks ini. Penambahan afiks ini menimbulkan dua kemungkinan.
Se-: menambah prefiks ini dapat menghasilkan beberapa jenis kata. Prefiks ini
sering dianggap sebagai pengganti “satu” dalam situasi tertentu. Sekitar satu
dari tiap 42 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini.
Penggunaan paling umum dari prefiks ini adalah sebagai berikut:
10.ke-an : konfiks ini yang paling umum digunakan dan sekitar satu
dari tiap 65 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki
konfiks ini. Konfiks ini adalah untuk:v
8. -nya : Ada penggunaan “-nya” sebagai sufiks murni yang mengubah arti
kata dasarnya, tetapi hal ini merupakan konsep yang agak rumit dan
kurang umum dan tidak dibahas di sini. contoh: biasanya = usually;
rupanya = apparently
9. -nya, -ku, -mu: satuan-satuan ini bukan merupakan afiks murni dan
semuanya tidak dimasukkan sebagai entri dalam kamus ini. Pada
umumnya satuan-satuan ini dianggap sebagai kata ganti yang
menyatakan kepemilikan yang digabungkan dengan kata dasar yang
mana tidak mengubah arti kata dasar. Misalnya, kata “bukuku” = buku
saya, “bukumu” = buku Anda, “bukunya” = buku dia atau buku mereka.
Selain sebagai kata ganti yang menyatakan kepemilikan, satuan “-nya”
pun dapat memiliki fungsi untuk menunjukkan sesuatu. Misalnya,
“bukunya” berarti “buku itu”, bila “-nya” berfungsi sebagai penunjuk.
Penggunaan “-nya” baik sebagai kata ganti maupun penunjuk(bukan
sebagai sufiks murni) adalah sangat umum dan sekitar satu dari tiap 14
kata tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki satuan ini. Penggunaan “-
ku” dan “-mu” bervariasi sesuai dengan jenis tulisan. Dua jenis kata
ganti ini sangat umum digunakan dalam komik, cerpen dan tulisan tidak
resmi lainnya, dan jarang digunakan dalam tulisan yang lebih formal
seperti surat kabar dan majalah berita.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Pembentukan kata itu adalah proses mengolah leksem atau huruf yang
menjadi kata. Dan ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia.
Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa
komponen yang berbeda.
1. SARAN
Apa yang kita mengerti dan pahami tentang ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan (EYD), sekiranya dapat kita praktekkan dalam penulisan karya
ilmiah agar bahasa kita ni tidak tercampur dengan kata-kata asing.
DAFTAR PUSTAKA
https://nurulhidayatullahb.wordpress.com/2013/12/15/makalah-tentang-ejaan-
yang-disempurnakan/
https://anasunni.wordpress.com/2013/01/10/makalah-bahasa-indonesia
pembentukan-kata/
http://pemakaian_huruf_bahasa_indonesia/jasa_artikel.com.htm