Disusun oleh:
Alifia Putri
Nur Afifah Istiqomah
Yanto Nugraha N J A
Zahra Hanafa
KELOMPOK 6
2 D-IV A
Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120 Telp. 021.7397641, 7397643
Sampah merupakan hal yang tidak diinginkan oleh sebagian besar orang. Apalagi
sampah dalam jumlah banyak seperti di Tempat Pembuangan Akhir atau TPA, hal
itulah yang menyebabkan penolakan masyarakat jika pemerintah meletakkan TPA
di wilayah sekitar mereka. Namun, hal ini berbeda di Desa Talang Agung,
Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, TPA di desa ini sama sekali tidak
membuat resah masyarakat sekitarnya. Berawal dari inisiatif seorang pengurus
TPA bernama Bapak Qoderi, tempat yang seharusnya dihindari banyak orang ini
justru diperlakukan sebaliknya, TPA Talang Agung ini banyak dikunjungi sebagai
tempat pembelajaran atau edukasi. Mengapa banyak elemen masyarat mulai dari
masyarakat biasa sampah kalangan akademisi sangat tertarik dengan TPA ini?
Jawabannya sederhana, karena TPA ini tidak seperti TPA pada umumnya dan
tidak menganggu para pengunjung dengan bau tak sedap ataupun penglihatan
terhadap sampah yang menumpuk disana-sini. Bahkan di TPA ini banyak
ditanami tumbuhan dan bunga-bungaan sehingga lebih tampak seperti taman
bunga, dan nyaman untuk dipandang. Limbah dari penumpukan sampah seperti
gas metan atau air lindi pun dikelola dengan baik agar tidak mencemari
lingkungan. Air lindi dan gas metan tersebut dapat dimanfaatkan untuk energi
alternatif yang digunakan untuk operasional TPA itu sendiri. Masyarakat sekitar
pun tidak merasa terganggu oleh ada TPA ini, masyarakat secara langsung
mendukung pengembangannya agar menjadi lebih baik lagi. Selain tidak
meresahkan dan menggangu masyarakat sekitarnya, TPA ini juga produktif
dengan bahan baku berupa sampah yang ada. Hal-hal seperti komposting sudah
biasa dilakukan oleh para pengurus TPA. Barang-barang produksi seperti pupuk
dan kompos sudah dapat diproduksi secara rutin. Produksi lain yang dapat
dihasilkan TPA ini yaitu gas metan yang dapat digunakan untuk sumber energi
alternatif, maupun untuk bahan bakar. Sumber energi listrik dari TPA, yang diberi
nama TPA Wisata Edukasi ini, memanfaatkan gas metan yang dihasilkan sendiri
sehingga dapat mengurangi biaya operasionalnya. Selain itu ternyata gas metan
tersebut juga dapat menjadi pengganti bahan bakar minyak, yang digunakan
untuk menyalakan kompor gas. Masyarakat sekitar juga dapat menikmati energi
listrik dan bahan bakar minyak dari gas metan yang dihasilkan oleh TPA ini
walaupun belum menjangkau banyak rumah, namun dirasa sudah memberi
manfaat yang cukup berpotensi untuk masyarakat ataupun pihak lainnya.
Pemberian izin
Pemberian izin lokasi TPA harus diikuti dengan berbagai konsekuensi seperti
dilarangnya pembangunan kawasan perumahan atau industri pada radius < 500 m
dari lokasi TPA, untuk menghindari terjadinya dampak negatif yang mungkin timbul
dari berbagai kegiatan TPA
Sosialisasi
Untuk menghindari terjadinya protes sosial atas keberadaan suatu TPA, perlu
diadakan sosialisasi dan advokasi publik mengenai apa itu TPA, bagaimana
mengoperasikan suatu TPA dan kemungkinan dampak negatif yang dapat terjadi
namun disertai dengan rencana atau upaya pihak pengelola untuk menanggulangi
masalah yang mungkin timbul dan tanggapan masyarakat terhadap rencana
pembangunan TPA. Sosialisasi dilakukan secara bertahap dan jauh sebelum
dilakukan perencanaan.
TAHAP KONSTRUKSI
Alat
Mobilisasi peralatan konstruksi mungkin akan menimbulkan dampak kebisingan dan
debu, namun sifatnya hanya sementara. Untuk itu agar dapat diusahakan mobilisasi
atau demobilisasi alat berat dilakukan pada saat lalu lintas dalam keadaan sepi serta
tidak melalui permukiman yang padat.
Kantor TPA
Kantor TPA berfungsi sebagai kantor pengendali kegiatan pembuangan akhir mulai
dari penimbangan/ pencatatan sampah yang masuk (sumber, volume/berat,
komposisi dan lain-lain), pengendalian operasi, pengaturan menajemen TPA dan
lain-lain. Luas dan konstruksi bangunan kantor TPA perlu memperhatikan fungsi
tersebut. Selain itu juga dapat dilengkapi dengan ruang laboratorium sederhana
untuk analisis kualitas lindi maupun efluen lindi yang akan dibuang kebadan air
penerima.
Drainase
Drainase keliling TPA diperlukan untuk menampung air hujan agar tidak masuk ke
area timbunan TPA, selain untuk mencegah tergenangnya area timbunan sampah
juga untuk mengurangi timbulan lindi.
Pagar TPA
Pagar TPA selain berfungsi sebagai batas TPA dan keamanan TPA juga dapat
berfungsi sebagai green barrier. Untuk itu maka pagar TPA sebaiknya dibuat dengan
menggunakan tanaman hidup dengan jenis pohon yang rimbun dan cepat tumbuh
seperti pohon angsana.
Pembangunan fasilitas perlindungan lingkungan
Lapisan Dasar Kedap Air
Lapisan dasar kedap air berfungsi untuk mencegah terjadinya pencemaran lindi
terhadap air tanah. Untuk itu maka konstruksi dasar TPA harus cukup kedap, baik
dengan menggunakan lapisan dasar geomembrane/geotextile maupun lapisan tanah
lempung dengan kepadatan dan permeabilitas yang memadai (< 10-6 cm/det).
Lapisan tanah lempung sebaiknya terdiri dari 2 lapis masing-masing setebal 30 cm.
Hal tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya keretakan akibat kerusakan
lapisan pertama karena terekspose cukup lama. Selain itu untuk menghindari
terjadinya keretakan lapisan dasar tanah lempung, maka sebelum dilakukan
peninmbunan sebaiknya lapisan dasar “terlindung” . Sebagai contoh dapat dilakukan
penanaman rumput atau upaya lain yang cukup memadai.
Secara umum proses pengolahan lindi secara sederhana terdiri dari beberapa tahap
sebagai berikut :
Ventilasi Gas
Ventilasi gas berfungsi untuk mengalirkan gas dari timbunan sampah yang terbentuk
karena proses dekomposisi sampah oleh aktivitas mikroorganisme. Tanpa adanya
ventilasi yang memadai, akan dapat menyebabkan tingginya akumulasi gas di
timbunan sampah sehingga sangat mudah terbakar. Gas yang mengalir dan keluar
dari pipa ventilasi sebaiknya diolah sebagai biogas (di negara maju, gas dari landfill
dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga listrik). Tetapi apabila tidak dilakukan
pengolahan gas TPA, maka gas yang keluar dari pipa vent harus dibakar, hal
tersebut untuk menghindari terjadinya dampak negatif terhadap pencemaran udara
berupa efek rumah kaca (green house effect).
Pemasangan pipa gas berupa pipa PVC berlubang (vertikal) yang dilindungi oleh
casing yang diisi kerikil, harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan ketinggian
lapisan sel sampah. Letak pipa gas agar berada pada jalur jaringan pipa lindi.
Green Barrier
Untuk mengantisipasi penyebaran bau dan populasi lalat yang tinggi, maka perlu
dibuat green barrier berupa area pepohonan disekeliling TPA. Tebal green barrier
kurang lebih 10 m (canopi). Pohon yang cepat tumbuh dan rimbun untuk memenuhi
kebutuhan ini antara lain jenis pohon angsana.
Sumur Uji
Sumur uji diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya pencemaran terhadap air tanah
yang disebabkan oleh adanya rembesan lindi dari dasar TPA (dasar TPA tidak
kedap, adanya retakan lapisan tanah, adanya kebocoran geomembran ).
Bengkel
Bengkel di TPA diperlukan untuk pemeliharaan alat berat serta memperbaiki
kendaraan yang mengalami kerusakan ringan yang terjadi di TPA, sehingga tidak
sampai mengganggu operasi pembuangan sampah. Peralatan bengkel harus
disesuaikan dengan jenis kerusakan yang akan ditangani.
Jembatan Timbang
Jembatan timbang diperlukan untuk mengetahui berat sampah yang masuk TPA
sehingga masa pakai TPA dapat dikendalikan. Selain itu jembatan timbang tersebut
dapat digunakan sebagai ukuran pembayaran pembuangan sampah per truk (untuk
sampah dari sumber tertentu yang tidak dikenakan retribusi).
TAHAP PASCA KONSTRUKSI
AMDAL
Untuk kegiatan pembangunan TPA > 10 Ha
Untuk kegiatan pembangunan TPA yang terletak dikawasan lindung,
berbatasan dengan kawasan lindung atau yang secara langsung
mempengaruhi kualitas lingkungan kawasan lindung. Seperti di pinggir
sungai, pantai, laut dan kawasan lindung lainnya (< 10 ha)
Dokumen AMDAL terdiri dari Kerangka Acuan (KA) ANDAL, ANDAL, RKL /
RPL.
KA ANDAL meliputi pendahuluan (latar belakang, tujuan dan kegunaan studi),
ruang lingkup studi (lingkup rencana kegiatan yang akan ditelaah, lingkup
rona lingkungan hidup awal dan lingkup wilayah studi), metode studi (metode
pengumpulan dan analisa data, metode prakiraan dampak dan penentuan
dampak penting, metode evaluasi dampak), pelaksanaan studi (tim studi,
biaya studi dan waktu). KA ANDAL juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan
lampiran
Penyusunan dokumen ANDAL meliputi pendahuluan (latar belakang, tujuan
studi dan kegunaan studi), metoda studi (dampak penting yang ditelaah,
wilayah studi, metode pengumpulan dan analisa data, metode prakiraan
dampak penting dan evaluasi dampak penting), rencana kegiatan ( identitas
pemrakarsa dan penyusun ANDAL, tujuan rencana kegiatan, kegunaan
rencana kegiatan dari awal sampai akhir), rona lingkungan hidup (fisik-kimia,
biologi, sosial dan kesehatan masyarakat termasuk komponen-komponen
yang berpotensi terkena dampak penting) , prakiraan dampak penting (pra
konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi termasuk mekanisme aliran
dampak pada berbagai komponen lingkungan), evaluasi dampak penting
(telaahan terhadap dampak penting dan digunakan sebagai dasar
pengelolaan). Selain itu juga perlu dilengkapi dengan daftar pustaka sebagai
dasar ilmiah dan lampiran seperti surat izin rekomendasi untuk pemrakarsa,
SK, foto-foto, peta, gambar, tabel dan lain-lain
Penyusunan dokumen RKL, meliputi latar belakang pengelolaan lingkungan,
rencana pengelolaan lingkungan (dampak penting dan sumber dampak
penting, tolok ukur dampak, tujuan rencana pengelolaan lingkungan,
pengelolaan lingkungan melalui pendekatan teknologi/sosial ekonomi/institusi,
lokasi pengelolaan lingkungan, periode pengelolaan lingkungan, pembiayaan
pengelolaan lingkungan dan institusi yang bertanggung jawab dalam
pengelolaan lingkungan). Dokumen RKL ini juga dilengkapi dengan pustaka
dan lampiran
Penyusunan dokumen RPL, meliputi latar belakang pemantauan lingkungan
(dampak penting yang dipantau, sumber dampak, parameter lingkungan yang
dipantaau, tujuan RPL, metode pemantauan dan institusi yang bertanggung
jawab dalam pelaksanaan pemantauan lingkungan
UKL / UPL
Untuk kegiatan pembangunan TPA < 10 ha
Dokumen yang diperlukan adalah dokumen UKL dan UPL
Penyusunan dokumen UKL dan UPL, meliputi deskripsi rencana kegiatan
(jenis kegiatan, rencana lokasi dan posisinya dengan rencana umum tata
ruang, jarak lokasi kegiatan dengan SDA dan kegiatan lainnya,
sarana/fasilitas yang direncanakan, proses yang akan dilaksanakan),
komponen lingkungan yang mungkin akan terkena dampak, dampak yang
akan terjadi (sumber dampak, jenis dampak dan ukurannya, sifat dan tolok
ukur dampak), upaya pengelolaan lingkungan yang harus dilaksanakan oleh
pemraakarsa, upaya pemantauan lingkungan yang harus dilaksanakan oleh
pemrakarsa (jenis dampak yang dipantau, lokasi pemantauan, waktu
pemantauan dan cara pemantauan), mekanisme pelaporan pelaksanaan
UKL/UPL pada saat kegiatan dilaksanakan (instansi pembina, BPLDH dan
dinas teknis terkait). Dokumen ini dilengkapi juga dengan pernyataan
pemrakarsa yang ditanda tangani untuk melaksanakan upaya pengelolaan
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Tempat_pembuangan_akhir
https://rendymalik29.wordpress.com/2015/01/09/metode-pengolahan-sampah-dan-
pemilihan-lokasi-tpa-sampah-di-kota-enrekang/
https://sites.google.com/site/tpatalangagungngalam/produktif-dan-ramah-lingkungan
https://jujubandung.wordpress.com/2012/06/04/pengelolaan-tpa-berwawasan-
lingkungan/