Anda di halaman 1dari 12

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENINGKATAN TEKANAN

DARAH TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI


PADA MASYARAKAT DI DESA ADAT BUALU

Ni Made Sutra Eni1), I Putu Artha Wijaya2)


1) Mahasiswa Pogram Studi S1 Keperawatan, STIKES Bina Usada Bali
2) Dosen Departemen Keperawatan Medikal Bedah, STIKES Bina Usada Bali

Abstrak

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada diatas batas normal
yaitu ≥140 mmHg untuk sistolik dan ≥80 mmHg untuk diastolik. Hipertensi merupakan
penyakit yang sering dijumpai di masyarakat. Data Riskesdas Tahun 2013 menunjukkan
hipertensi di Indonesia sebesar 25,8% dan di Bali jumlah penderita hipertensi sebesar 840.851
jiwa. Menurut hasil studi pendahuluan di Desa Adat Bualu, didapatkan bahwa dari sepuluh
masyarakat yang menderita hipertensi adalah sebanyak tujuh orang. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan tekanan darah terhadap
kejadian hipertensi pada masyarakat di Desa Adat Bualu. Penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian deskriptif analitik melalui pendekatan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak
298 responden dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling. Uji statistik
menggunakan Uji Mann-Whitney dan Kai Kuadrat dengan derajat kemaknaan (nilai α = 0,05).
Hasil penelitian dengan Uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa terdapat hubungan usia
terhadap kejadian hipertensi (p value = 0,001). Dan hasil Uji Kai Kuadrat didapatkan bahwa
terdapat hubungan jenis kelamin, riwayat keluarga, konsumsi garam, konsumsi lemak, merokok
dan konsumsi alkohol terhadap kejadian hipertensi dengan p value masing-masing variabel
yaitu jenis kelamin p value = 0,001, riwayat keluarga p value = 0,001, konsumsi garam p value
= 0,001, konsumsi lemak p value = 0,001, merokok p value = 0,001, konsumsi alkohol p value
= 0,001. Sedangkan tidak terdapat hubungan olahraga terhadap kejadian hipertensi dengan p
value = 0,856.

Kata Kunci: Hipertensi, Faktor-Faktor, Masyarakat

Korespondensi : Jln. Kurut Setra No.04. Nusa Dua 80361, HP 085737614423, e-mail
syutraeni@gmail.com

CARING, Volume 1 Nomor 1, Juni 2017 13


Ni Made Sutra Eni: Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Peningkatan Tekanan Darah Terhadap Kejadian
Hipertensi Pada Masyarakat di Desa Adat Bualu

FACTORS AFFECTING BLOOD PRESSURE INCREASE IN THE EVENT OF


HYPERTENSION INDIGENOUS COMMUNITY IN BUALU

Abstract

Hypertension is a condition of the blood pressure in above of the normal limit, that is ≥140
mmHg to systolic and ≥80 mmHg to diastolic. Hypertension is a disease that often found in the
community. Riskesdas Data in 2013 showed that Hypertension in Indonesia is 25,8% and in
Bali were 840.851 of patient suffered from hypertension. Preliminary study in Bualu Village
showed that from ten communities who suffered hypertension as many as 7 people. This study
aimed at identified the factors influence the increasing of Blood pressure towards hypertension
in Bualu village community. This study was designed by descriptive analytic with cross
sectional approach. Sample of this study were 298 respondents with accidental sampling
technique. Statistical test used Mann-Whitney test and Kai Kuadrat by significant range (value
α = 0,05). The result of study by Mann-Whitney test showed that there was the relation of age
towards hypertension (p value = 0,001). Kai Kuadrat test result got that there was relation of
sex, family record, fat consumption, smoking and alcohol intake towards hypertension with p
value in each variable result were sex p value = 0,001, family record p value = 0,001, salt
consumption p value = 0,001, fat consumption p value = 0,001, smoking p value = 0,001,
alcohol intake p value = 0,001. While there was no relation between exercise and hypertension
with p value = 0,856.

Keywords: Hypertension, Factors, Community

Pendahuluan Menurut survei yang dilakukan oleh


Penyakit kronik didefinisikan sebagai Word Health Organization (WHO) pada
kondisi medis atau masalah kesehatan yang tahun 2000, sekitar 972 juta orang atau 26,4%
berkaitan dengan kecacatan atau gejala-gejala penghuni bumi mengidap hipertensi dan
yang membutuhkan penatalaksanaan dalam angka ini kemungkinan akan meningkat
jangka panjang. Di Indonesia pada tahun menjadi 29,2% di tahun 2025 (Apriany,
2002 sekitar 61% orang meninggal dunia 2012). Data Riset Kesehatan Dasar Tahun
karena penyakit kronik. Jenis penyakit kronik 2013 menunjukkan prevalensi hipertensi di
yang menyebabkan kematian adalah penyakit Indonesia sebesar 25,8%. Sedangkan
kardiovaskuler, kanker, penyakit paru prevalensi hipertensi di Bali mencapai
obstruksi kronik, diabetes millitus dan 840.851 jiwa (19,9%) (Pusat Data dan
hipertensi (Udjianti, 2010). Informasi KemenKes RI, 2014).
Hipertensi atau yang lebih dikenal Berdasarkan studi pendahuluan yang
dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah telah dilakukan peneliti di Desa Adat Bualu
suatu keadaan dimana tekanan darah pada tanggal 31 Oktober 2015 melalui
seseorang berada diatas batas normal atau wawancara dan pengukuran tekanan darah
optimal yaitu ≥140 mmHg untuk sistolik dan secara langsung terhadap sepuluh masyarakat
≥90 mmHg untuk diastolik. Hipertensi desa, didapatkan hasil bahwa dari sepuluh
merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat ternyata yang menderita
masyarakat. Secara visual, penyakit ini tidak hipertensi sebanyak tujuh orang, dengan
tampak mengerikan namun dapat membuat empat orang menderita hipertensi ringan dan
kualitas hidup penderita menurun atau bahkan tiga orang menderita hipertensi sedang.
dapat mengancam jiwa penderita, maka Hipertensi bukan merupakan penyakit
hipertensi dijuluki the silent killer (Astawan, dengan faktor penyebab tunggal, tetapi
2009). merupakan penyakit yang timbul akibat
adanya interaksi dari berbagai faktor risiko
meliputi faktor risiko yang tidak dapat
dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang

CARING, Volume 1 Nomor 1, Juni 2017 14


Ni Made Sutra Eni: Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Peningkatan Tekanan Darah Terhadap Kejadian
Hipertensi Pada Masyarakat di Desa Adat Bualu

dapat dikendalikan (minor). Faktor mayor Hasil


seperti usia, jenis kelamin, ras dan riwayat Hasil Uji Univariat
keluarga. Sedangkan faktor minor yaitu Usia
olahraga, konsumsi makanan kadar natrium Tabel 1 Distribusi Responden menurut Usia
dan lemak yang tinggi, alkohol, merokok, Mean Median Min Max
95%
pola konsumsi kopi, keadaan stress CI
psikologis, obesitas, kehamilan dan Usia 38,03
penggunaan pil kontrasepsi (Pajario, 2005). (tah 39,68 40 18 80 –
Peneliti mengangkat beberapa faktor un) 41,33
yang berkaitan dengan peningkatan tekanan Berdasarkan tabel 1 rata-rata usia responden
darah tersebut. Adapun faktor-faktornya yaitu 39,68 tahun, median 40 tahun. Usia terendah
usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, 18 tahun dan usia tertinggi 80 tahun. Dari
konsumsi garam, konsumsi lemak, kebiasaan estimasi interval disimpulkan bahwa 95%
merokok, konsumsi alkohol dan kebiasaan diyakini rata-rata usia masyarakat di Desa
berolahraga. Adat Bualu adalah diantara 38,03 tahun
Berdasarkan uraian diatas maka sampai dengan 41,33 tahun.
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Jenis Kelamin
Peningkatan Tekanan Darah Terhadap Tabel 2 Distribusi Responden menurut
Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat Di Jenis Kelamin
Desa Adat Bualu”. Jenis Kelamin f %
Laki-laki 142 47,7
Perempuan 156 52,3
Metode Total 298 100
Penelitian ini merupakan penelitian
Berdasarkan tabel 2 responden yang berjenis
kuantitatif dengan rancangan penelitian
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 142
deskriptif analitik melalui pendekatan cross
responden (47,7%) sedangkan yang berjenis
sectional. Populasi dalam penelitian ini
kelamin perempuan yaitu sebanyak 156
adalah seluruh masyarakat di Desa Adat
responden (52,3%).
Bualu yaitu berjumlah 1320 KK. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan
Pendidikan
metode non probability sampling melalui
Tabel 3 Distribusi Responden menurut
accidental sampling yaitu pengambilan
Pendidikan
sampel secara kebetulan dan jumlah sampel Pendidikan f %
dalam penelitian ini yaitu 298 responden.
Tingkat Dasar 86 28,9
Penelitian dilaksanakan di Desa Adat Bualu, Tingkat Menengah 157 52,7
Nusa Dua. Penelitian dimulai pada tanggal 1 Perguruan Tinggi 55 18,5
April sampai 30 April 2016. Alat Total 298 100
pengumpulan data pada penelitian ini melalui Berdasarkan tabel 3 responden yang memiliki
kuesioner dan alat ukur tekanan darah berupa pendidikan tingkat dasar yaitu sebanyak 86
sphygmomanometer dan stetoskop. Analisa responden (28,9%), responden yang memiliki
data dalam penelitian ini menggunakan Uji pendidikan tingkat menengah sebanyak 157
Mann-Whitney untuk variabel usia terhadap responden (52,7%) dan responden yang
hipertensi dan Uji Kai Kuadrat (Chi Square) memiliki pendidikan perguruan tinggi
untuk variabel jenis kelamin, riwayat sebanyak 55 responden (18,5%).
keluarga, konsumsi garam, konsumsi lemak,
merokok, konsumsi alkohol dan olahraga Pekerjaan
terhadap hipertensi. Tabel 4 Distribusi Responden menurut
Pekerjaan
Pekerjaan f %
Tidak Bekerja 65 21,8
PNS 19 6,4
Swasta 214 71,8
Total 298 100

CARING, Volume 1 Nomor 1, Juni 2017 15


Ni Made Sutra Eni: Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Peningkatan Tekanan Darah Terhadap Kejadian
Hipertensi Pada Masyarakat di Desa Adat Bualu

Berdasarkan tabel 4 responden yang tidak Merokok


bekerja sebanyak 65 responden (21,8%), Tabel 8 Distribusi Responden menurut
responden yang bekerja sebagai PNS Kebiasaan Merokok
sebanyak 19 responden (6,4%) dan responden Merokok f %
yang bekerja sebagai pegawai swasta yaitu Perokok 86 28,9
sebanyak 214 responden (71,8%). Bukan Perokok 212 71,1
Total 298 100
Riwayat Keluarga Berdasarkan tabel 8 responden yang perokok
Tabel 5 Distribusi Responden menurut yaitu sebanyak 86 responden (28,9%)
Riwayat Keluarga sedangkan yang bukan perokok yaitu
Riwayat Keluarga f % sebanyak 212 responden (71,1%).
Ada Riwayat Keluarga 93 31,2
Tidak Ada Riwayat Keluarga 205 68,8 Konsumsi Alkohol
Total 298 100 Tabel 9 Distribusi Responden menurut
Berdasarkan tabel 5 responden yang ada Kebiasaan Konsumsi Alkohol
riwayat keluarga yaitu sebanyak 93 responden Konsumsi Alkohol f %
(31,2%) sedangkan yang tidak ada riwayat Mengonsumsi Alkohol 137 46
keluarga yaitu sebanyak 205 responden Tidak Mengonsumsi Alkohol 161 54
(68,8%). Total 298 100
Berdasarkan tabel 9 responden yang
Konsumsi Garam mengonsumsi alkohol yaitu sebanyak 137
Tabel 6 Distribusi Responden menurut responden (46%) sedangkan yang memiliki
Kebiasaan Konsumsi Garam kebiasaan tidak mengonsumsi alkohol yaitu
Konsumsi Garam f % sebanyak 161 responden (54%).
Sering 162 54,4
Jarang 136 45,6 Olahraga
Total 298 100 Tabel 10 Distribusi Responden menurut
Berdasarkan tabel 6 responden yang memiliki Kebiasaan Olahraga
kebiasaan konsumsi garam “sering” yaitu Olahraga f %
sebanyak 162 responden (54,4%) sedangkan Olahraga Ideal 101 33,9
yang memiliki kebiasaan konsumsi garam Olahraga Tidak Ideal 197 66,1
“jarang” yaitu sebanyak 136 responden Total 298 100
(45,6%). Berdasarkan tabel 10 responden yang
memiliki kebiasaan olahraga ideal yaitu
Konsumsi Lemak sebanyak 101 responden (33,9%) sedangkan
Tabel 7 Distribusi Responden menurut yang memiliki kebiasaan olahraga tidak ideal
Kebiasaan Konsumsi Lemak yaitu sebanyak 197 responden (66,1%).
Konsumsi Lemak f %
Sering 159 53,4 Hipertensi
Jarang 139 46,6 Tabel 11 Distribusi Responden menurut
Total 298 100 Kategori Hipertensi
Berdasarkan tabel 7 responden yang memiliki Hipertensi f %
kebiasaan konsumsi lemak “sering” yaitu Hipertensi 132 44,3
sebanyak 159 responden (53,4%) sedangkan Tidak Hipertensi 166 55,7
yang memiliki kebiasaan konsumsi lemak Total 298 100
“jarang” yaitu sebanyak 139 responden Berdasarkan tabel 11 responden yang
(46,6%). menderita hipertensi yaitu sebanyak 132
responden (44,3%) sedangkan yang tidak
menderita hipertensi yaitu sebanyak 166
responden (55,7%).

CARING, Volume 1 Nomor 1, Juni 2017 16


Ni Made Sutra Eni: Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Peningkatan Tekanan Darah Terhadap Kejadian
Hipertensi Pada Masyarakat di Desa Adat Bualu

Hasil Uji Bivariat n % n %


Analisis Hubungan Usia terhadap Ada 24 6,
69 74,2 25,8
Kejadian Hipertensi Tidak 14 48
63 30,7 69,3
Tabel 12 Hubungan Usia terhadap ada 2 0
Kejadian Hipertensi (3
,7
Mean P 0,00
Usia n 34
Rank Value 1
16 –
Hipertensi 132 179,83 0,001 Jumlah 132 44,3 55,7
6 11
Tidak Hipertensi 166 125,38
,2
Total 298
45
Berdasarkan tabel 12 hasil analisis hubungan )
usia terhadap kejadian hipertensi Berdasarkan tabel 14 hasil analisis hubungan
menunjukkan bahwa hasil uji statistik riwayat keluarga terhadap kejadian hipertensi
didapatkan p value = 0,001 (α = 0,05), menunjukkan bahwa hasil uji statistik
dengan demikian p value lebih kecil dari didapatkan p value = 0,001 (α = 0,05),
alpha sehingga dapat disimpulkan bahwa ada dengan demikian p value lebih kecil dari
hubungan yang bermakna (signifikan) usia alpha sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
terhadap kejadian hipertensi pada masyarakat hubungan yang bermakna (signifikan) riwayat
di Desa Adat Bualu. keluarga terhadap kejadian hipertensi pada
masyarakat di Desa Adat Bualu.
Analisis Hubungan Jenis Kelamin
terhadap Kejadian Hipertensi Analisis Hubungan Konsumsi Garam
Tabel 13 Hubungan Jenis Kelamin terhadap terhadap Kejadian Hipertensi
Kejadian Hipertensi Tabel 15 Hubungan Konsumsi Garam
Hipertensi terhadap Kejadian Hipertensi
OR
Tidak P Hipertensi OR
Jenis Hiperten (95 P
Hiperten Val (95
Kelamin si % Val
si ue Konsumsi Tidak
CI) Hipertensi %
n % n % Garam Hipertensi ue
CI)
81 57 61 43 2,7 n % n %
Laki-laki
51 32 105 67, 34 64
Perempuan 7,43
,7 3 (1,7 10
0,00 Sering ,8 57 35,2 7
06 5 0,
1 Jarang 19 109 80,1 (4,3
44 55, – 27 00
Jumlah 132 166 ,9 75 –
,3 7 4,3 1
13 44 12,6
81) Jumlah 166 55,7
2 ,3 41)
Berdasarkan tabel 13 hasil analisis hubungan Berdasarkan tabel 15 hasil analisis hubungan
jenis kelamin terhadap kejadian hipertensi konsumsi garam terhadap kejadian hipertensi
menunjukkan bahwa hasil uji statistik menunjukkan bahwa hasil uji statistik
didapatkan p value = 0,001 (α = 0,05), didapatkan p value = 0,001 (α = 0,05),
dengan demikian p value lebih kecil dari dengan demikian p value lebih kecil dari
alpha sehingga dapat disimpulkan bahwa ada alpha sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang bermakna (signifikan) jenis hubungan yang bermakna (signifikan)
kelamin terhadap kejadian hipertensi pada konsumsi garam terhadap kejadian hipertensi
masyarakat di Desa Adat Bualu. pada masyarakat di Desa Adat Bualu.
Analisis Hubungan Riwayat Keluarga Analisis Hubungan Konsumsi Lemak
terhadap Kejadian Hipertensi terhadap Kejadian Hipertensi
Tabel 14 Hubungan Riwayat Keluarga Tabel 16 Hubungan Konsumsi Lemak
terhadap Kejadian Hipertensi terhadap Kejadian Hipertensi
Hipertensi OR
P Hipertensi O
Riwayat Tidak (95 Kon-
Va Tidak P R
Keluarga Hipertensi Hiperten % sumsi
lue Hipertensi Hiperten Value (9
si CI) Lemak
si 5

CARING, Volume 1 Nomor 1, Juni 2017 17


Ni Made Sutra Eni: Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Peningkatan Tekanan Darah Terhadap Kejadian
Hipertensi Pada Masyarakat di Desa Adat Bualu

% n % n %
n % n % CI 38,
Mengonsumsi 3,7
) 84 61,3 53 7
Alkohol 31
45 17
Sering 114 71,7 28,3 Tidak (2,3
12 ,0
Jarang 18 12,9 87,1 Mengonsumsi 0,001 04
1 30 48 29,8 113 70,
Alkohol –
(9 2
6,0
,3 55,
Jumlah 132 44,3 166 41)
0,001 13 7
16 – Berdasarkan tabel 18 hasil analisis hubungan
Jumlah 132 44,3 55,7
6 31 konsumsi alkohol terhadap kejadian
,1 hipertensi menunjukkan bahwa hasil uji
39
statistik didapatkan p value = 0,001 (α =
)
0,05), dengan demikian p value lebih kecil
Berdasarkan tabel 16 hasil analisis hubungan
dari alpha sehingga dapat disimpulkan bahwa
konsumsi lemak terhadap kejadian hipertensi
ada hubungan yang bermakna (signifikan)
menunjukkan bahwa hasil uji statistik
konsumsi alkohol terhadap kejadian
didapatkan p value = 0,001 (α = 0,05),
hipertensi pada masyarakat di Desa Adat
dengan demikian p value lebih kecil dari
Bualu.
alpha sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang bermakna (signifikan)
Analisis Hubungan Olahraga terhadap
konsumsi lemak terhadap kejadian hipertensi
Kejadian Hipertensi
pada masyarakat di Desa Adat Bualu.
Tabel 19 Hubungan Olahraga terhadap
Analisis hubungan merokok terhadap
Kejadian Hipertensi
kejadian hipertensi Hipertensi P
Tabel 17 Hubungan Merokok terhadap Tidak Va
OR
Kejadian Hipertensi Olahraga Hipertensi (95%
Hipertensi -
Hipertensi OR CI)
P n % n % lue
Tidak (95 Olahraga
Merokok Hipertensi Valu 44 43,6 57 56,4
Hipertensi % Ideal 0,956
e
n % n % CI) Olahraga 0,8 (0,590
5 64 31 36 3,1 Tidak 56 –
Perokok 88 44,7 109 55,3
5 36,3 135 63,7 11 Ideal 1,550)
Bukan
7 (1,8 Jumlah 132 44,3 166 55,7
Perokok
7 0,001 46 Berdasarkan tabel 19 hasil analisis hubungan
1 –
olahraga terhadap kejadian hipertensi
Jumlah 3 44,3 166 55,7 5,2
2 41) menunjukkan bahwa hasil uji statistik
Berdasarkan tabel 17 hasil analisis hubungan didapatkan p value = 0,856 (α = 0,05),
merokok terhadap kejadian hipertensi dengan demikian p value lebih besar dari
menunjukkan bahwa uji statistik didapatkan p alpha sehingga dapat disimpulkan bahwa
value = 0,001 (α = 0,05), dengan demikian p tidak ada hubungan yang bermakna
value lebih kecil dari alpha sehingga dapat (signifikan) olahraga terhadap kejadian
disimpulkan bahwa ada hubungan yang hipertensi pada masyarakat di Desa Adat
bermakna (signifikan) merokok terhadap Bualu.
kejadian hipertensi pada masyarakat di Desa
Adat Bualu. Pembahasan
Hubungan Usia terhadap Kejadian
Hipertensi pada Masyarakat di Desa Adat
Analisis Hubungan Konsumsi Alkohol
Bualu
terhadap Kejadian Hipertensi
Berdasarkan penelitian yang telah
Tabel 18 Hubungan Konsumsi Alkohol
dilakukan peneliti di Desa Adat Bualu pada
terhadap Kejadian Hipertensi
bulan April 2016 terhadap 298 responden
Hipertensi P OR
Konsumsi
Tidak Val (95% didapatkan hasil uji statistik yaitu p value =
Alkohol Hipertensi
Hipertensi ue CI) 0,001 (α = 0,05), dengan demikian p value

CARING, Volume 1 Nomor 1, Juni 2017 18


Ni Made Sutra Eni: Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Peningkatan Tekanan Darah Terhadap Kejadian
Hipertensi Pada Masyarakat di Desa Adat Bualu

lebih kecil dari alpha sehingga dapat Adat Bualu. Dan didapatkan hasil OR = 2,734
disimpulkan bahwa ada hubungan yang yang berarti responden yang berjenis kelamin
bermakna (signifikan) usia terhadap kejadian laki-laki mempunyai peluang 2,7 kali lebih
hipertensi pada masyarakat di Desa Adat tinggi untuk menderita hipertensi
Bualu. dibandingkan dengan yang berjenis kelamin
Hal ini sejalan dengan penelitian yang perempuan.
dilakukan Sugiharto (2007) tentang risiko Hal ini sejalan dengan penelitian Irza
hipertensi grade II pada masyarakat di tahun 2009 tentang faktor risiko hipertensi
Karanganyar dengan jumlah sampel 310 pada masyarakat di Nagari Bungo Tanjung
penduduk berusia antara 25-65 tahun, Sumatera Barat dengan sampel 303
menunjukkan bahwa usia memiliki hubungan masyarakat yang menunjukkan hasil bahwa
bermakna dengan hipertensi dimana semakin terdapat hubungan yang signifikan antara
tua usia maka semakin berisiko untuk jenis kelamin dengan risiko hipertensi dengan
terserang hipertensi, dengan hasil usia 56-65 nilai p = 0,034 (p < 0,05). Dan jika dilihat
tahun berisiko hipertensi 4,76 kali dari proporsi hipertensi berdasarkan jenis
dibandingkan usia 25-35 tahun, dan usia 45- kelamin, hipertensi cenderung sedikit lebih
55 tahun berisiko hipertensi 2,22 kali tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan
dibanding usia 25-35 tahun, dengan nilai p = perempuan. Dari hasil penelitian di Cina oleh
0,0001 (p < 0,05). Ruixing (2006) mengemukakan bahwa
Hipertensi merupakan penyakit proporsi hipertensi baik pada populasi He Yi
multifaktorial yang munculnya oleh karena Zhuang maupun populasi Han lebih banyak
interaksi berbagai faktor. Dengan pada laki-laki dibandingkan dengan
bertambahnya usia, maka tekanan darah juga perempuan.
akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, Individu dengan riwayat keluarga
dinding arteri akan mengalami penebalan oleh memiliki penyakit tidak menular lebih sering
karena adanya penumpukan zat kolagen pada menderita penyakit yang sama. Jika ada
lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan riwayat keluarga dekat seperti bapak, ibu
berangsur-angsur menyempit dan menjadi kandung yang memiliki faktor keturunan
kaku. Tekanan darah sistolik meningkat hipertensi, akan mempertinggi risiko terkena
karena kelenturan pembuluh darah besar yang hipertensi pada keturunannya. Keluarga
berkurang pada penambahan umur sampai dengan riwayat hipertensi akan meningkatkan
dekade ketujuh sedangkan tekanan darah risiko hipertensi sebesar empat kali lipat. Data
diastolik meningkat sampai dekade kelima statistik membuktikan jika seseorang
dan keenam kemudian menetap atau memiliki riwayat salah satu orang tuanya
cenderung menurun. Peningkatan usia akan menderita penyakit tidak menular, maka
menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, dimungkinkan sepanjang hidup keturunannya
pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi memiliki peluang 25% terserang penyakit
perifer dan aktivitas simpatik serta tersebut. Jika kedua orang tua memiliki
berkurangnya sensitivitas refleks baroreseptor penyakit tidak menular maka kemungkinan
(Kumar, 2005). mendapatkan penyakit tersebut sebesar 60%
(Sheldon, 2005). Seseorang yang memiliki
Hubungan Jenis Kelamin terhadap riwayat hipertensi cenderung memiliki kadar
Kejadian Hipertensi pada Masyarakat di lemak dalam darah yang lebih tinggi
Desa Adat Bualu dibandingkan dengan yang tidak memiliki
Berdasarkan penelitian yang telah riwayat hipertensi. Kadar lemak daam darah
dilakukan peneliti di Desa Adat Bualu pada yang tinggi berkontribusi meningkatkan
bulan April 2016 terhadap 298 responden tekanan darah (Lopes, 2010).
didapatkan hasil uji statistik yaitu p value =
0,001 (α = 0,05), dengan demikian p value
lebih kecil dari alpha sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang
bermakna (signifikan) jenis kelamin terhadap
kejadian hipertensi pada masyarakat di Desa

CARING, Volume 1 Nomor 1, Juni 2017 19


Ni Made Sutra Eni: Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Peningkatan Tekanan Darah Terhadap Kejadian
Hipertensi Pada Masyarakat di Desa Adat Bualu

Hubungan Konsumsi Garam terhadap Hubungan Konsumsi Lemak terhadap


Kejadian Hipertensi pada Masyarakat di Kejadian Hipertensi pada Masyarakat di
Desa Adat Bualu Desa Adat Bualu
Berdasarkan penelitian yang telah Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan peneliti di Desa Adat Bualu pada dilakukan peneliti di Desa Adat Bualu pada
bulan April 2016 terhadap 298 responden bulan April 2016 terhadap 298 responden
didapatkan hasil uji statistik yaitu p value = didapatkan hasil uji statistik yaitu p value =
0,001 (α = 0,05), dengan demikian p value 0,001 (α = 0,05), dengan demikian p value
lebih kecil dari alpha sehingga dapat lebih kecil dari alpha sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang disimpulkan bahwa ada hubungan yang
bermakna (signifikan) konsumsi garam bermakna (signifikan) konsumsi lemak
terhadap kejadian hipertensi pada masyarakat terhadap kejadian hipertensi pada masyarakat
di Desa Adat Bualu. Dan didapatkan hasil OR di Desa Adat Bualu. Dan didapatkan hasil OR
= 7,437 yang berarti responden yang sering = 17,030 yang berarti responden yang sering
mengonsumsi garam mempunyai peluang 7,4 mengonsumsi lemak mempunyai peluang 17
kali lebih tinggi untuk menderita hipertensi kali lebih tinggi untuk menderita hipertensi
dibandingkan dengan yang jarang dibandingkan dengan yang jarang
mengonsumsi garam. mengonsumsi lemak.
Hal ini sejalan dengan penelitian Irza Hal ini sejalan dengan penelitian yang
(2009) mengenai faktor risiko hipertensi pada dilakukan oleh Irza (2009) yang
masyarakat di Nagari Bungo Tanjung membuktikan bahwa terdapat hubungan
Sumatera Barat dengan 303 orang sampel antara konsumsi lemak dengan risiko
penelitian yang membuktikan bahwa terdapat menderita hipertensi di masyarakat. Dengan
hubungan antara konsumsi natrium dengan hasil, mengonsumsi lemak dalam jumlah yang
risiko menderita hipertensi di masyarakat. tinggi 8,7 kali lebih besar berisiko hipertensi
Dengan hasil yang menunjukkan bahwa dibandingkan yang mengonsumsi lemak
mengonsumsi natrium berisiko hipertensi 5,6 dalam jumlah yang rendah dan hasil uji secara
kali lebih besar dibandingkan dengan yang statistik menunjukkan nilai p = 0,000 (p <
mengonsumsi natrium dalam jumlah yang 0,05).
rendah dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat
Garam merupakan faktor yang sangat kaitannya dengan peningkatan berat badan
berperan dalam patogenesis hipertensi. Pada yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi
orang sehat volume cairan ekstraseluler lemak jenuh juga meningkatkan risiko
umumnya berubah-ubah sesuai sirkulasi aterosklerosis yang berkaitan dengan
efektifnya dan berbanding secara proporsional kenaikan tekanan darah (Sheps, 2005).
dengan natrium tubuh total. Volume sirkulasi Penggunaan minyak goreng lebih dari satu
efektif adalah bagian dari volume cairan kali pakai dapat merusak ikatan kimia pada
ekstraseluler pada ruang vaskular yang minyak, dan hal tersebut dapat meningkatkan
melakukan perfusi aktif pada jaringan. pembentukan kolesterol berlebihan sehingga
Natrium diabsorpsi secara aktif, kemudian dapat menyebabkan aterosklerosis dan
dibawa oleh aliran darah ke ginjal untuk memicu terjadinya hipertensi (Aris,
disaring dan dikembalikan ke aliran darah 2007).
dalam jumlah yang cukup untuk
mempertahankan taraf natrium dalam darah. Hubungan Merokok terhadap Kejadian
Kelebihan natrium yang jumlahnya mencapai Hipertensi pada Masyarakat di Desa Adat
90-99% dari yang dikonsumsi, dikeluarkan Bualu
melalui urin. Pengeluaran urin ini diatur oleh Berdasarkan penelitian yang telah
hormon aldosteron yang dikeluarkan kelenjar dilakukan peneliti di Desa Adat Bualu pada
adrenal (Kaplan, 2009). bulan April 2016 terhadap 298 responden
didapatkan hasil uji statistik yaitu p value =
0,001 (α = 0,05), dengan demikian p value
lebih kecil dari alpha sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang

CARING, Volume 1 Nomor 1, Juni 2017 20


Ni Made Sutra Eni: Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Peningkatan Tekanan Darah Terhadap Kejadian
Hipertensi Pada Masyarakat di Desa Adat Bualu

bermakna (signifikan) merokok terhadap 0,001 (α = 0,05), dengan demikian p value


kejadian hipertensi pada masyarakat di Desa lebih kecil dari alpha sehingga dapat
Adat Bualu. Dan didapatkan hasil OR = 3,111 disimpulkan bahwa ada hubungan yang
yang berarti responden perokok mempunyai bermakna (signifikan) konsumsi alkohol
peluang 3,1 kali untuk menderita hipertensi terhadap kejadian hipertensi pada masyarakat
dibandingkan dengan yang bukan perokok. di Desa Adat Bualu. Dan didapatkan hasil OR
= 3,731 yang berarti responden yang memiliki
Hal ini sejalan dengan penelitian yang kebiasaan mengonsumsi alkohol mempunyai
dilakukan Irza (2009) tentang faktor risiko peluang 3,7 kali lebih tinggi untuk menderita
hipertensi pada masyarakat di Nagari Bungo hipertensi dibandingkan dengan yang tidak
Tanjung Sumatera Barat dengan 303 sampel mengonsumsi alkohol.
penelitian yang menyebutkan bahwa terdapat Hal ini sejalan dengan penelitian yang
hubungan yang bermakna antara merokok dilakukan Suparto (2010) mengenai faktor
dengan risiko menderita hipertensi, dimana risiko yang berperan terhadap hipertensi pada
risiko untuk menderita hipertensi bagi masyarakat di Kecamatan Jatipuro Kabupaten
perokok 6,9 kali lebih besar dibandingkan Karanganyar dengan sampel sebanyak 375
dengan yang bukan perokok dengan nilai p = responden dimana didapatkan hasil bahwa
0,034 (p < 0,05). terdapat hubungan antara kebiasaan
Merokok merupakan salah satu faktor mengonsumsi alkohol dengan kejadian
yang berhubungan dengan hipertensi, sebab hipertensi dengan nilai p = 0,036 (p < 0,05).
rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok Menurut Khomsan (2008), konsumsi
menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh alkohol harus diwaspadai karena survei
darah kecil dalam paru-paru dan menunjukkan bahwa 10% kasus hipertensi
kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di berkaitan dengan konsumsi alkohol.
otak, nikotin akan memberikan sinyal pada Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat
kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau alkohol masih belum jelas. Namun diduga,
adrenalin (Murni, 2011). Pengeluaran hormon peningkatan kadar kortisol dan peningkatan
adrenalin dapat merangsang peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan
denyut jantung dan CO memiliki kemampuan darah merah berperan dalam menaikkan
lebih kuat daripada sel darah merah tekanan darah (Nurkhalida, 2008). Konsumsi
(hemoglobin) dalam hal menarik atau alkohol yang berlebih mampu meningkatkan
menyerap O2, sehingga menurunkan kapasitas risiko terjadinya hipertensi dimana alkohol
darah merah tersebut untuk membawa O2 ke bersifat meningkatkan aktivitas saraf simpatis
jaringan termasuk jantung, untuk memenuhi karena dapat merangsang sekresi
kebutuhan O2 pada jaringan maka diperlukan corticotrophin releasing hormone (CRH)
peningkatan produksi Hb dalam darah agar yang berujung pada peningkatan tekanan
dapat mengikat O2 lebih banyak untuk darah (Sayogo, 2009).
kelangsungan hidup sel. Merokok juga dapat
menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) Hubungan Olahraga terhadap Kejadian
dalam darah. Jika kadar HDL turun maka Hipertensi pada Masyarakat di Desa Adat
jumlah kolesterol dalam darah yang akan Bualu
diekskresikan melalui hati juga akan Berdasarkan penelitian yang telah
berkurang. Hal ini dapat mempercepat proses dilakukan peneliti di Desa Adat Bualu pada
ateriosklerosis penyebab hipertensi (Sustrani, bulan April 2016 terhadap 298 responden
2005). didapatkan hasil uji statistik yaitu p value =
0,856 (α = 0,05), dengan demikian p value
Hubungan Konsumsi Alkohol terhadap lebih besar dari alpha sehingga dapat
Kejadian Hipertensi pada Masyarakat di disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
Desa Adat Bualu bermakna (signifikan) olahraga terhadap
Berdasarkan penelitian yang telah kejadian hipertensi pada masyarakat di Desa
dilakukan peneliti di Desa Adat Bualu pada Adat Bualu. Dan didapatkan hasil OR = 0,956
bulan April 2016 terhadap 298 responden yang berarti responden yang memiliki
didapatkan hasil uji statistik yaitu p value = kebiasaan olahraga ideal mempunyai peluang

CARING, Volume 1 Nomor 1, Juni 2017 21


Ni Made Sutra Eni: Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Peningkatan Tekanan Darah Terhadap Kejadian
Hipertensi Pada Masyarakat di Desa Adat Bualu

0,956 kali lebih tinggi untuk menderita Makin keras dan sering otot jantung harus
hipertensi dibandingkan dengan yang memompa, makin besar tekanan yang
berolahraga tidak ideal. Ini menunjukkan dibebankan pada arteri (Hernelahti, 2009).
bahwa terdapat hubungan negatif olahraga Adanya perbedaan hasil dengan teori
terhadap kejadian hipertensi. dalam penelitian ini dikarenakan
meningkatnya tekanan darah tidak hanya
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dipengaruhi oleh faktor kebiasaan berolahraga
dilakukan Suparto (2010) mengenai faktor saja, melainkan banyak faktor yang dapat
risiko yang berperan terhadap hipertensi pada memengaruhi meningkatnya tekanan darah
masyarakat di Kecamatan Jatipuro Kabupaten antara lain faktor usia, jenis kelamin, riwayat
Karanganyar dengan sampel sebanyak 375 keluarga, kebiasaan merokok dan
responden dalam hasil penelitiannya mengonsumsi alkohol. Selain itu pola makan
menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan yang salah seperti faktor makanan tinggi
yang bermakna antara kebiasaan berolahraga garam dan lemak juga sebagai salah satu
terhadap kejadian hipertensi dengan nilai p = penyumbang utama terjadinya hipertensi.
0,102 (p > 0,05). Dalam penelitian ini tidak didapatkan
Namun hasil penelitian ini hubungan yang bermakna olahraga terhadap
bertentangan dengan penelitian yang kejadian hipertensi tetapi responden yang
dilakukan Sugiharto (2007) tentang risiko memiliki kebiasaan olahraga tidak ideal lebih
hipertensi grade II pada masyarakat di banyak menderita hipertensi dibandingkan
Kabupaten Karanganyar dengan sampel 310 dengan yang memiliki kebiasaan olahraga
penduduk berusia 25-65 tahun dan penelitian ideal.
oleh dalam penelitiannya didapatkan hasil
bahwa terdapat hubungan antara olahraga Simpulan dan Saran
dengan risiko terkena hipertensi dimana orang Berdasarkan penelitian mengenai
yang tidak biasa berolahraga memiliki risiko faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan
terkena hipertensi sebesar 4,71 kali tekanan darah terhadap kejadian hipertensi
dibandingkan dengan orang yang memiliki pada masyarakat di Desa Adat Bualu pada
kebiasaaan olahraga ideal dengan nilai p = bulan April 2016 dapat ditarik kesimpulan,
0,001 (p < 0,05). Adanya perbedaan hasil yaitu berdasarkan hasil uji statistik mengenai
dalam penelitian ini dikarenakan jumlah faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan
sampel yang berbeda dan juga karakteristik tekanan darah (usia, jenis kelamin, riwayat
responden yang berbeda. Selain itu perbedaan keluarga, konsumsi garam, konsumsi lemak,
yang mendasari juga karena perbedaan tempat merokok, konsumsi alkohol dan olahraga)
penelitian. terhadap kejadian hipertensi didapatkan hasil
Dan dalam teori juga disebutkan bahwa bahwa terdapat hubungan usia, jenis kelamin,
olahraga banyak dihubungkan dengan riwayat keluarga, konsumsi garam, konsumsi
pengelolaan penyakit tidak menular, karena lemak, merokok dan konsumsi alkohol
olahraga isotonik dan teratur dapat terhadap kejadian hipertensi pada masyarakat
menurunkan tahanan perifer yang akan dengan p value dari masing-masing variabel
menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) yaitu usia p value = 0,001 (p < 0,05), jenis
dan melatih otot jantung sehingga menjadi kelamin p value = 0,001 (p < 0,05) dengan
terbiasa apabila jantung harus melakukan OR = 2,734, riwayat keluarga p value = 0,001
pekerjaan yang lebih berat karena adanya (p < 0,05) dengan OR = 6,480, konsumsi
kondisi tertentu (Suyono, 2008). Kurang garam p value = 0,001 (p < 0,05) dengan OR
melakukan olahraga akan meningkatkan = 7,437, konsumsi lemak p value = 0,001 (p
kemungkinan timbulnya obesitas dan jika < 0,05) dengan OR = 17,030, merokok p
asupan garam juga bertambah akan value = 0,001 (p < 0,05) dengan OR = 3,111,
memudahkan timbulnya hipertensi (Sheps, konsumsi alkohol p value = 0,001 (p < 0,05)
2005). Orang yang tidak aktif juga cenderung dengan OR = 3,731. Sedangkan tidak terdapat
mempunyai frekuensi denyut jantung yang hubungan olahraga terhadap kejadian
lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus hipertensi pada masyarakat dengan p value =
bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. 0,856 (p > 0,05) dan OR = 0,956.

CARING, Volume 1 Nomor 1, Juni 2017 22


Ni Made Sutra Eni: Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Peningkatan Tekanan Darah Terhadap Kejadian
Hipertensi Pada Masyarakat di Desa Adat Bualu

sSaran untuk masyarakat yaitu Levanita, S. (2010). Prevalensi Retinopati


diharapkan melalui hasil penelitian ini Hipertensi Di RSUP H. Adam Malik.
masyarakat yang menderita hipertensi Medan : FK Sumatera Utara.
hendaknya lebih memperhatikan faktor yang Lewis, S. M., Heitkemper, M. M., & Dirksen,
menyebabkan tekanan darah meningkat agar S. R. (2005). Medical surgical nursing:
dapat menjaga kestabilan tekanan darah Assesment.
maupun masyarakat lainnya yang tidak Majid, Abdul. (2005). Fisiologi
menderita hipertensi juga harus tetap Kardiovaskuler Edisi 2. Sumatera :
memperhatikan faktor-faktor tersebut dan Fakultas Kedokteran Universitas
tetap melakukan gaya hidup sehat. Sumatera Utara.
Mansjoer, Arif., dkk. (2010). Kapita Selekta
Daftar Pustaka Kedokteran Jilid I : Nefrologi dan
Apriany, T.A. (2012). Sistem Hipertensi. Jakarta : Media
Neurobehaviour. Jakarta : Salemba Aesculapius FKUI.
Medika. Medicinus. Vol. 25, No. 1 Edition April.
Astawan, Made. (2009). Cegah Hipertensi (2012). Scientific Journal of
dengan Pola Makan. Pharmageutical Development and
www.depkes.go.id. Diakses 25 Medical Application HYPERTENSION.
November 2015. Nurkhalida. (2008). Warta Kesehatan
Badan Penelitian dan Pengembangan Masyarakat. Jakarta : Depkes RI.
Kesehatan. (2007). Riset Kesehatan Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan
Dasar. Jakarta : Kementerian Metodologi Penelitian Ilmu
Kesehatan Republik Indonesia. Keperawatan Edisi 2. Jakarta :
Budiyanto. (2005). K.A.M. Gizi dan Salemba Medika.
kesehatan. Edisi I. Malang : Potter, Patrias A, Annes Griffin Perry. (2005).
Universitas Muhammadiyah Malang Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Press. Konsep, Prinsip dan Praktik. Edisi 4
Bustan, MN. (2007). Epidemiologi Penyakit Vol 2. Jakarta : EGC.
Tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta. Pradetyawan. (2014). Hubungan Usia dan
Corwin, E.J. (2009). Buku Saku Patofisiologi Jenis Kelamin dengan Tekanan Darah
(Terjemahan). Jakarta : EGC. Tinggi di Posyandu Lansia Desa
Depkes RI. (2008). Pedoman Teknis Triyagan Mojolaban Sukoharjo.
Penemuan Dan Tata Laksana Surakarta : Universitas
Hipertensi. Jakarta : Badan Litbang Muhammadiyah.
Kesehatan. Price, Sylvia A & Lorraine M. Wilson.
Depkes RI. (2010). Hipertensi di Indonesia. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis
Jakarta : Depkes RI. Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Djoko. (2010). Membasmi Hipertensi.
(2006). Pharmeceutical Care Surabaya : Jaring Pena.
Hipertensi. Jakarta : Departemen Sayogo, S. (2009). Hipertensi.
Kesehatan RI. http://repository.ui.ac.id/contents/kolek
H.M. Edial Sanif. (2009). Hipertensi pada si.pdf. Diakses 25 November 2015.
Wanita Sharma S, et all. (2008). Hypertension.
http://www.jantunghipertensi.com/hipe http://www.emedicine.com. Diakses 25
rtensi/. Diakses 25 November 2015. November 2015.
Hembing, M. H. (2008). Ramuan Tradisional Sheps, Sheldon G. (2005). Mengatasi
Untuk Pengobatan Darah Tinggi. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : PT
Jakarta : Penebar Swada. Intisari Mediatama.
Khomsan, Ali. (2008). Pangan dan Gizi untuk Sherwood, L. (2012). Fisiologi Manusia dari
Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Sel ke Sistem Pembuluh Darah dan
Persada. Tekanan Darah. Jakarta : EGC.

CARING, Volume 1 Nomor 1, Juni 2017 23


Ni Made Sutra Eni: Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Peningkatan Tekanan Darah Terhadap Kejadian
Hipertensi Pada Masyarakat di Desa Adat Bualu

Sirbernagl, Stefan & Florian Lang. (2007).


Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi.
Jakarta : EGC.
Smeltzer S dan Bare B. (2009). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah edisi 8
Volume 1,2. Jakarta : EGC.
Soeharto, Iman. (2005). Jantung Koroner dan
Serangan Jantung. Jakarta : Pustaka
Utama.
Sujarweni, V. Wiratna. (2014). SPSS Untuk
Penelitian. Jakarta : Pustaka Baru.
Suparto. (2010). The Risk Factor of Most
Sharing toHypertension at society in
Subdistrict Jatipuro of Regency
Karanganyar in 2010. Surakarta :
Sebelas Maret University.
Sustrani, L. (2005). Hipertensi. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Stibich, Mark. (2010). Salt and High Blood
Pressure.
http://longevity.about.com/od/abouthig
hbloodpressure. Diakses 25 November
2015.
Suyono, Slamet. (2008). Buku Ajar Penyakit
Dalam Jilid II. Jakarta : FKUI, Balai
Pustaka.
Udjianti, Wajan Juni. (2010). Keperawatan
Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba
Medika.
Wahyuni. (2008). Hipertensi tak terkontrol
merusak organ tubuh. Surabaya : FIK
UM Surabaya.
WHO. (2011). Evidence and Health
Information. www.who.int. Diakses 25
November 2015.
Yogiantoro, M. (2006). Hipertensi Esensial.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI.

CARING, Volume 1 Nomor 1, Juni 2017 24

Anda mungkin juga menyukai