Anda di halaman 1dari 10

GAMBARAN GAYA HIDUP PENDERITA HIPERTENSI

DI PUSKESMAS ATAMBUA SELATAN

Florida Baso*)
Pius A. L. Berek*)
Elfrida Dana F. Riwoerohi*)
*) Program Studi Keperawatan Universitas Timor Kampus Atambua, Jl. Wehor Kabuna Haliwen
Atambua Nusa Tenggara Timur. Post: 85711. Phone: 081280426042. Email: francis_domin2012@yahoo.com

ABSTRAK

Hipertensi adalah istilah medis untuk penyakit tekanan darah tinggi dan merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang banyak di derita di seluruh Indonesia. Gaya hidup seperti faktor
makanan, aktifitas fisik, stress dan merokok juga menjadi faktor yang mendukung terjadinya hipertensi.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan gaya hidup penderita hipertensi. Jenis penelitian ini adalah
kuantitatif dengan menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini
digunakan untuk mengetahui gambaran gaya hidup penderita hipertensi di Puskesmas Atambua Selatan.
Sampel pada penelitian ini berjumlah 55 penderita hipertensi yang ada di Puskesmas Atambua Selatan
Kabupaten Belu. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang menilai kebiasaan merokok, kebiasaan
makan, aktivita sfisik dan stress. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 38 orang (69,1%) tidak
memiliki kebiasaan merokok, responden yang memiliki kebiasaan makan makanan asin yaitu sebanyak 34
orang (61,8%), makan berlemak sebanyak 36 orang (65,5%) , makanan instan sebanyak 31 orang (56,4%).
Responden sesuai tingkat aktivitas fisik menunjukkan bahwa sebagian responden rutin melakukan olahraga
sebanyak 37 orang (67,3%), keadaan stress dapat diketahui bahwa dari 55 responden sebanyak 22 orang
(40%) tidak mengalami stress.

Kata Kunci: Gaya Hidup, Penderita Hipertensi dan Masyarakat.

DESCRIPTION OF LIFESTYLE HYPERTENSION PATIENTS


AT HEALTH CENTRE OF SOUTH ATAMBUA

Florida Baso*)
Pius A. L. Berek*)
Elfrida Dana F. Riwoerohi*)
*) Nursing Program at University of Timor Atambua Campus, Jl. Wehor Kabuna Haliwen Atambua East Nusa Tenggara. Post:
85711. Phone: 081280426042. Email: francis_domin2012@yahoo.com

Hypertension is a medical term for high blood pressure disease and it is one of the many public health problems
suffered throughout Indonesia. Lifestyle such as food factors, physical activity, stress and smoking are also
factors that support the occurrence of hypertension. This study aims to describe the lifestyle of people with
hypertension. This type of research is quantitative using descriptive design with cross sectional approach. This
study was used to describe the lifestyle of hypertensive patients at the Health Center of South Atambua. The
sample in this study amounted to 55 hypertensive patients at the Health Center of South Atambua in Belu
District. Data collection uses questionnaires that assess smoking habits, eating habits, physical and stressful
activities. The results showed that as many as 38 people (69.1%) did not have smoking habits, respondents who
had salty food eating habits were as many as 34 people (61.8%), fatty meals as many as 36 people (65.5%),
instant food 31 people (56.4%). Respondents according to the level of physical activity showed that some
respondents routinely exercised as many as 37 people (67.3%), stressful conditions can be seen that from 55
respondents as many as 22 people (40%) did not experience stress.

Keywords: Lifestyle, Hypertension Patients and Society

51
PENDAHULUAN dengan jumlah 763 yang terdiri dari 310 (41%)
Hipertensi adalah istilah medis laki-laki, 453 (59,37%) perempuan.
untuk penyakit tekanan darah tinggi dan Faktor perubahan gaya hidup
merupakan salah satu masalah kesehatan diduga telah menyebabkan peningkatan
masyarakat yang banyak di derita di seluruh besar kasus – kasus penyakit tidak
Indonesia. Hipertensi merupakan keadaan menular di Indonesia, termasuk dalam hal
dimana tekanan darah dalam pembuluh darah ini adalah hipertensi. Gaya hidup seperti
meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat faktor makanan, aktifitas fisik, stress dan
terjadi karena jantung bekerja lebih keras merokok juga menjadi factor yang
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan mendukung terjadinya hipertensi.
oksigen dan nutrisi tubuh (Herawati, 2016). Berdasarkan laporan hasil Riskesdas
Hipertensi juga dapat diartikan sebagai salah menggambarkan hampir disemua provinsi
satu penyakit kardiovaskular dimana penderita di Indonesia, konsumsi sayuran dan buah
memiliki tekanan darah diatas normal yang – buahan terggolong rendah.Serta secara
ditandai dengan nilai sistol lebih dari 140 nasional konsumsi makanan asin,
mmHg dan diastol lebih dari 90 mmHg kebiasaan merokok, serta aktifitas fisik
(Handayani, dkk 2015). yang kurang, istirahat dan tingkat stressor
World Health Organization (WHO) masih cukup tinggi prevalensinya (Nisa,
dan The International Society of Hipertension 2018).Hipertensi yang disertai penyakit
menyatakan saat ini terdapat 600 juta penyerta adalah salah satu penyebab
penderita hipertensi di seluruh dunia.WHO kematian nomor satu di dunia.Komplikasi
juga mengatakan tahun 2002 di Jenewa pembuluh darah yang disebabkan
prevelensi penyakit hipertensi 15-35% dari hipertensi dapat menyebabkan penyakit
populasi penduduk dewasa di dunia. Pada jantung koroner, infark (kerusakan
tahun 2005 di Amerika penderita hipertensi jaringan), jantung, stroke, dan gagal ginjal
sekitar 21,7%. Pada tahun 2008 penderita (Calhoun et al, 2008 dalam Riza,
hipertensi mengalami peningkatan sekitar satu 2017).Diketahui juga hubungan antara
miliar orang di seluruh dunia dan diperkirakan hipertensi dengan diabetes melitus sangat
tahun 2025 akan mengalami peningkatan kuat karena beberapa kriteria yang sering
sekitar 1,6 miliar. Data WHO bulan September ada pada pasien hipertensi yaitu
2011 juga menyatakan hipertensi peningkatan tekanan darah, obesitas dan
menyebabkan 8 juta kematian per tahun di peningkatan glukosa darah (Sasen dan
seluruh dunia (Kartikasari, 2012). Hasil dari Carter, 2008).
Riskesdas 2013 prevelensi hipertensi di Pengobatan hipertensi terdiri
Indonesia yang di dapat melalui pengukuran dari terapi farmakologis dan non farmakologis.
pada umur ≥ 18 tahun sebesar 2,8 %, tertinggi Terapi farmakologis dilakukan dengan
di Bangka Belitung (30,09 %), diikuti pemberian obat anti hipertensi sedangkan
Kalimantan Selatan (29,6 %), dan Jawa Barat terapi non farmakologis diantaranya adalah
(29,4 %). Untuk prevelensi provinsi Sulawesi gaya hidup sehat seperti berhenti merokok,
Utara berada di posisi ke 7 dari 33 provinsi menurunkan berat badan berlebih, latihan
yang ada di Indonesia yaitu sebesar 27,1 % fisik, menurunkan asupan garam,
(Sinubu, dkk, 2015). Hasil Riskesdas tahun meningkatkan asupan sayur dan buah dan
2013 prevalensi hipertensi hasil wawancara di mengurangi asupan lemak. Salah satu metode
seluruh Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah pengobatan pengurangan nyeri kepala dengan
7,2 persen dan berada di bawah angka nasional terapi non farmakologi yaitu dengan metode
yang mencapai 9,4 persen. Tiga kabupaten/ relaksasi otot progresif.Teknik relaksasi otot
kota dengan prevalensi tertinggi hipertensi progresif adalah memusatkan perhatian pada
hasil pengukuran adalah Kupang (5,5 %), suatu aktivitas otot, dengan
Timor Tengah Selatan (4,4 %), Timor Tengah mengidentifikasikan otot yang tegang
Utara (5,5 %), dan Belu (2,5 %) (Profil kemudian menurunkan ketegangan dengan
Manajeman Kesehatan, 2014). Data Dinas melakukan teknik relaksasi untuk
Kesehatan Kabupaten Belu pada tahun 2018 mendapatkan perasaan relaks (Purwanto, 2013
periode Januari sampai Desember angka dalam Saputri 2016). Selanjutnya Berek, et al
kejadian penderita hipertensi di Puskesmas (2015) dalam penelitiannya menemukan
Atambua Selatan Tergolong cukup tinggi bahwa mengatur pernapasan yang dalam dan

52
lambat kurang dari 10 kali per menit selama interval dapat disimpulkan bahwa 95%
15 menit dapat dapat menurunkan tekanan diyakini bahwa rata-rata umur responden
darah sistolik sebesar 28,59 mmHg dan adalah diantara 50,79 sampai dengan 57,58
tekanan darah diastolic sebesar 16, 92 mmHg. tahun
Mengatur nafas dalam dan lambat serta diet
rendah garam 12 gr/hari juga dapat Tabel 2
menurunkan tekanan darah secara efektif. Distribusi Frekuensi Responden
Proses pengaturan nafas dalam dan lambat Berdasarkan Jenis Kelamin
serta pengaturan diet dapat dijadikan sebagai Jenis kelamin Frekuensi Persentase %
dasar terapi non farmakologi dan sebagai pola Laki- laki 28 50,9
hidup yang efektif untuk menurunkan tekanan Perempuan 27 49,1
darah pada penderita hipertensi (Berek, 2018).
Jumlah 55 100
Sumber: Data Primer, 2019
METODOLOGI
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
yang pendekatan cross sectioan untuk Berdasarkan tabel di atas hasil
mengetahui gambaran pola hidup pasien penelitian distribusi responden
hipertensi di Puskesmas Atambua Selatan. berdasarkan jenis kelamin didapat
Dengan menggunakan metode accidental responden terbanyak pada jenis kelamin
sampling, diperoleh responden sebanyak 55 laki-laki yaitu 28 orang (50,9%)
orang, dengan kriteria inklusi bersedia menjadi sedangkan perempuan sebanyak 27 orang
responden; dan penderita hipertensi di (49,1%).
Puskesmas Atambua Selatan. Pengumpulan
data dengan menggunakan data sekunder yaitu
Tabel 3
data yang diperoleh dari rekapitulasi penderita
hipertensi di Puskesmas Atambua Selatan,
Distribusi Frekuensi Responden
data primer dari kuesioner yang dibagikan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
pada responden dengan menggunakan teknik Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase %
accidental sampling. Accidental sampling SD 10 18,2
adalah sampel diambil pada kasus atau SLTP 21 38,2
responden yang kebetulan ada atau tersedia. SLTA 17 30,9
Pengolahan data dilakukan secara manual Perguruan Tinggi 7 12,7
dengan mengisi kuesioner yang sudah Jumlah 55 100
dsediakan, selanjutnya menggunakan bantuan Sumber: Data Primer, 2019
computer.
Distribusi tingkat pendidikan responden yang
HASIL PENELITIAN paling banyak yaitu pada kelompok SLTP
sebanyak 21 orang (38,2%) diikuti oleh
a. Karakteristik responden. kelompok SLTA sebanyak 17 orang (30,9%)
kemudian kelompok SD sebanyak 10 orang
Tabel 1 (18,2%) dan tingkat pendidikan yang terendah
Distribusi Responden Berdasarkan Umur (N: yaitu Pendidikan tinggi sebanyak 7 orang
55 orang) (12,7%)
Varibel Mean Standar Minimum 95%
Median Deviasi Maxmun CI Tabel 4
Umur 54,18 12,554 27 50,79 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
54,00 80 57,58 Tingkat Pekerjaan
Sumber: Data Primer, 2019 Pekerjaan Frekuensi Persentase %
Pensiun 8 14,5
Hasil analisis didapatkan rata-rata umur Swasta 13 23,6
responden adalah 54,18 tahun (95% CI : Tidak Bekerja 27 49,1
50,79; 57,58), dengan standar deviasi 12,554 Wiraswasta 7 12,7
tahun. Umur termuda27 tahun dan umur Jumlah 55 100
tertua adalah 80 tahun. Dari hasil estimasi Sumber: Data Primer, 2019

53
Berdasarkan tabel di atas distribusi frekuensi standardeviasi 1,227. Tekanan darah sistolik
responden berdasarkan pekerjaan didapat terendah 132 mmHg dan tekanan darah
responden terbanyak yaitu tidak bekerja sistolik tertinggi 180 mmHg. Dari hasil
sebanyak 27 orang(49,1%) kemudian diikuti estimasi interval dapat disimpulkan bahwa
oleh responden swasta sebanyak 13 orang 95% diyakini bahwa rata-rata tekanan darah
(23,6%) dan yang pensiun sebanyak 8 orang sistolik pada responden adalah diantara 152,55
(14,5%) dan responden yang memiliki sampai dengan 159,16 mmHg. Sedangkan
pekerjaan terendah yaitu wiraswasta sebanyak tekanan darah diastolik pada responden
7 orang (12,7%). hipertensi dalam penelitian ini adalah 92,85
mmHg (95% CI : 90,64 ; 94,89), dengan
Tabel 5 standar deviasi 7,853. Tekanan darah diastolik
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan terendah 73 mmHg dan tekanan darah
Penyakit Komplikasi diastolik tertinggi 117 mmHg.
Komplikasi Frekuensi Persentase % Dari hasil estimasi interval dapat
Gagal Ginjal 1 1,8 disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-
Stroke 1 1,8 rata tekanan darah diastolik pada responden
Tidak ada 53 96,4 adalah diantara 90,64 sampai dengan 94,89
Jumlah 55 100 mmHg.
Sumber: Data Primer, 2019
Tabel 7
Berdasarkan tabel di atas distribusi frekuensi Distribusi Frekuensi Responden
responden berdasarkan penyakit komplikasi Berdasarkan Kebiasaan Merokok
yaitu sebagian besar responden tidak memiliki Variabel Frekuensi Presentase
penyakit komplikasi yaitu sebanyak 53 orang No %
(94,4%) sedangkan yang mengalami 1 Kebiasaan
komplikasi gagal ginjal yaitu 1 orang (1,8%) merokok :
dan stroke 1 orang (1,8%). Ya 17 30,9
Tidak 38 69,1
Tabel 4.6
Diistribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Nadi dan Tekanan Darah 2 Perokok
Variabel Mean Standar Minimum 95% dirumah :
Median Deviasi Maximun CI Ya 35 63,6
Nadi 84,58 7,410 66 82,58
84,00 102 86,59
Tidak 20 36,4
Tekanan
Darah: 92,78 1,227 132 152,55
Sistolik 155,00 180 159,16 3 Papaan asap
Tekanan rokok
Darah: 92,85 7,853 73 90,64
Diastoli 90,00 117 94,89 dikantor:
k Ya 26 47,3
Sumber: Data Primer, 2019 Tidak 29 52,7

Hasil analisis didapatkan rata-rata nadi


responden dalam penelitian ini adalah 84,58 Total 55 100
kali permenit (95%CI : 82,58 ; 86,59), dengan Sumber : Data primer, 2019
standar deviasi 7, 410. Nadi terendah 66 kali
permenit dan nadi tertinggi 102 kali permenit. Berdasarkan tabel di atas distribusi frekuensi
Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan responden kebiasaan merokok dapat diketahui
bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata nadi bahwa sebagian besar tidak memiliki
responden adalah diantara 82,58 sampai kebiasaan merokok yaitu sebanyak 38 orang
dengan 86,59 kali permenit. (69,1%), sedangkan 17 orang (30,9%)
Rata-rata tekanan darah sistolik memiliki kebiasaan merokok. Anggota
responden dalam penelitian ini adalah 92,78
keluarga reponden yang memiliki kebiasaan
mmHg (95% CI : 152,55 ; 159,16), dengan merokok dirumah sebanyak 35 orang (63,6%)

54
sedangkan 20 orang (36,4%) anggota Tabel 9
keluarganya tidak merokok dan responden Distribusi Frekuensi Responden
sebagian besar tidak terpapar asap rokok Berdasarkan Tingkat Aktivitas Fisik
sebanyak 29 orang (52,7%) sedangkan 26 Variabel Frekuensi Presentase
orang (47,3%) sering terpapar asap rokok di
No %
tempat kerja.
1 Kebiasaan
olahraga:
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Responden Ya 18 32,7
Berdasarkan Kebiasaan Makan Tidak 37 67,3
Variabel Frekuensi
2
Presentase
Waktu
No % olahraga
1 Makan asin : (menit):
Ya 34 61,8 Ya 39 70,9
Tidak 21 38,2 Tidak 16 29,1
3 Waktu
2 Makan lemak: olahraga
Ya 36 65,5 (seminggu):
Tidak 19 34,5 Ya 38 69,1
Tidak 17 30,9
4 Tingkat
3 Makan instan:
aktivitas
Ya 31 56,4
Tidak 24 43,6 berat:
Total 55 100 Ya 23 60,0
Tidak 22 40,0
5 Tingkat
Sumber : Data Primer, 2019 aktivitas
ringan:
Berdasarkan tabel 4.5 distribusi Ya 41 74,5
frekuensi responden yang memiliki kebiasaan Tidak 14 25,5
makan makanan asin yaitu sebanyak 34 orang 6 Kebiasaan
(61,8%) sedangkan 21 orang (38,2) tidak duduk:
memiliki kebiasaan makan asin, dan Ya 29 52,7
responden yang memiliki kebiasaan
Tidak 26 47,,3
mengkonsumsi makanan berlemak lebih dari 3
kali dalam seminggu sebanyak 36 orang 7 Kebiasaan
(65,5%) dan 19 orang (34,5%) tidak, bersepeda
sedangkan responden yang memiliki kebiasaan motor:
makan makanan instan sebanyak 1-2 kali Ya 25 45,5
dalam seminggu atau lebih yaitu 31 orang Tidak 30 54,5
(56,4%) dan yang tidak sebanyak 24 orang
(43,6%). Total 55 100
Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel di atas distribusi


frekuensi responden sesuai tingkat aktivitas
fisik menunjukkan bahwa sebagian responden
rutin melakukan olahraga sebanyak 37 orang
(67,3%) sedangkan 18 orang (32,7%) tidak
rutin melakukan olahraga, dan sebagian besar
responden berjumlah 39 orang (70,9%)
melakukan olahraga menggunakan waktu
kurang dari 30 menit sedangkan 16 orang

55
melakukan olahraga menggunakan waktu sedangkan 20 orang (36,4%) anggota
lebih dari 30 menit. 38 orang (69,1) keluarganya tidak merokok dan responden
melakukan olahraga kurang dari 3 kali sebagian besar tidak terpapar asap rokok
perminggu, dan 17 orang lainnya melakukan sebanyak 29 orang (52,7%) sedangkan 26
olahraga lebih dari 3 kali perminggu. orang (47,3%) sering terpapar asap rokok di
Responden berdasarkan tingkat aktivitas berat tempat kerja. Hal ini sejalan dengan penelitian
sebanyak 33 orang (60,0%) sedangkan yang dilakukan oleh Pusparani (2016), dimana
22(40,0%) orang lainnya tidak melakukan responden terbanyak ialah perokok aktif.
aktivitas berat. 41 orang (74,5%) melakukan Risiko merokok terbesar tergantung pada
aktivitas ringan dan 14 responden lain tidak jumlah rokok yangdihisap perhari. Seseorang
melakukan aktifitas ringan. Responden yang lebih dari satu bungkus rokok sehari menjadi 2
memiliki kebiasaan duduk sebanyak 29 orang kalilebih rentan hipertensi dari pada mereka
(52,7%) dan yang tidak memiliki kebisaaan yang tidak merokok. Zat-zatkimia beracun,
duduk 26 orang (47,3 %) dan responden yang seperti nikotin dan karbon monoksida yang
memiliki kebiasaan berjalan menggunakan diisap melalui rokok, yang masuk kedalam
sepeda motor sebanyak 25 orang (45,5%) aliran darah dapat merusak lapisan
sedangkan 30 orang (54,5%) lainnya tidak. endotelpembuluh darah arteri dan
mengakibatkan proses aterosklerosis dan
Tabel 10 hipertensi (Marliani, 2007). Hasil penelitian
Distribusi Frekuensi Responden ini juga sejalan dengan hasil penelitian Hanafi,
Berdasarkan Faktor Resiko Hipertensi : dimana responden terbanyak ialah perokok
Stress pasif.
Menurut pendapat peneliti seseorang yang
Variabel Total Presentase merokok lebih dari satu bungkus rokok sehari
Tidak stress 22 40 menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi daripada
Stress ringan 19 34,5 mereka yang tidak merokok dan yang sering
Stress sedang 8 14,5 terpapar asap rokok akan mudah mengalami
Stress berat 6 10,9 hipertensi, karena zat-zat kimia yang
Stress berat sekali 0 0 terkandung didalam rokok dapat menyebabkan
Total 55 100 kerusakan organ dalam tubuh yang mampu
Sumber: Data Primer, 2019 menyebabkan hipertensi.

Berdasarkan tabel diatas dapat b. Tingkat Aktivitas Fisik


diketahui bahwa dari 55 responden yang Berdasarkan hasil penelitian
responden sesuai tingkat aktivitas fisik
tidak mengalami stress sebanyak 22 orang
menunjukkan bahwa sebagian responden rutin
(40%), stresss ringan 19 orang (34,5%), melakukan olahraga sebanyak 37 orang
yang mengalami stress sedang sebanyak 8 (67,3%) sedangkan 18 orang (32,7%) tidak
orang (14,5%), stress berat 6 orang rutin melakukan olahraga, dan sebagian besar
(10,9%) dan tidak ada yang mengalami responden berjumlah 39 orang (70,9%)
stress berat. melakukan olahraga menggunakan waktu
kurang dari 30 menit sedangkan 16 orang
melakukan olahraga menggunakan waktu
PEMBAHASAN lebih dari 30 menit. 38 orang (69,1)
melakukan olahraga kurang dari 3 kali
a. Responden Berdasarkan Kebiasaan
perminggu, dan 17 orang lainnya melakukan
Merokok
olahraga lebih dari 3 kali perminggu.
Berdasarkan tabel di atas distribusi
Responden berdasarkan tingkat aktivitas berat
frekuensi responden kebiasaan merokok dapat
sebanyak 33 orang (60,0%) sedangkan
diketahui bahwa sebagian besar tidak memiliki
22(40,0%) orang lainnya tidak melakukan
kebiasaan merokok yaitu sebanyak 38 orang
aktivitas berat. 41 orang (74,5%) melakukan
(69,1%), sedangkan 17 orang (30,9%)
aktivitas ringan dan 14 responden lain tidak
memiliki kebiasaan merokok. Anggota
melakukan aktifitas ringan. Responden yang
keluarga reponden yang memiliki kebiasaan
memiliki kebiasaan duduk sebanyak 29 orang
merokok dirumah sebanyak 35 orang (63,6%)
(52,7%) dan yang tidak memiliki kebisaaan

56
duduk 26 orang (47,3 %) dan responden yang merupakan salah satu faktor yang dapat
memiliki kebiasaan berjalan menggunakan menyebabkan hipertensi.
sepeda motor sebanyak 25orang (45,5%)
sedangkan 30 orang (54,5%) lainnya tidak.Hal d. Faktor Resiko Hipertensi: Stress
ini sejalan dengan hasil penelitian yang Berdasarkan hasil penelitiankeadaan
dilakukan oleh Pusparani (2016) yang stress dapat diketahui bahwa sebanyak 22
menyatakan bahwa ada hubungan antara orang (40%), stresss ringan 19 orang
aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi. (34,5%), yang mengalami stress sedang
Menurut Depkes (2006), seseorang yang sebanyak 8 orang (14,5%), stress berat 6 orang
dikatakan olahragaapabila melakukan olahraga (10,9%) dan tidak ada yang mengalami stress
selama >30 menit dan 3-4 kali/minggu. berat.
Indeksaktivitas fisik responden pada waktu Hormon epinerfin dan kortisol yang
melakukan pekerjaan, olahraga danpada waktu dilepaskan saat stres menyebabakan
luang. peningkatan tekanan darah dengan
Menurut pendapat peneliti jika rutin menyempitkan pembuluh darah dan
melakukan olahraga dan aktivitas fisik dapat meningkatkan denyut jantung. Besarnya
mengurangi resiko terjadinya peningkatan tekanan darah tergantung pada
hipertensi,melatih otot jantung karena jika kita beratnya stress, koping yang adekuat dapat
sering melakukan aktivitas dan olahraga dapat berpengaruh baik terhadap penurunan tekanan
menurunkan faktor resiko hipertensi. darah (Sheps, 2005 dalam Pusparani,
2016).Hal ini sejalan dengan penelitian yang
c. Kebiasaan Makan dilakukan oleh Pusparani, yang menyatakan
Berdasarkan hasil penelitian frekuensi bahwa stress mempunyai hubungan bermakna
responden yang memiliki kebiasaan makan dengan kejadian hipertensi.
makanan asin yaitu sebanyak 34 orang
(61,8%) sedangkan 21 orang (38,2) tidak Menurut pendapat peneliti stress sangat
memiliki kebiasaan makan asin, dan berpengaruh terhadap hipertensi, karena pada
responden yang memiliki kebiasaan saat kita mengalami stress akan menyebabkan
mengkonsumsi makanan berlemak lebih dari 3 peningkatan tekanan darah dan denyut
kali dalam seminggu sebanyak 36 orang jantung.
(65,5%) dan 19 orang (34,5%) tidak,
sedangkan responden yang memiliki kebiasaan
makan makanan instan sebanyak 1-2 kali KESIMPULAN
dalam seminggu atau lebih yaitu 31 orang Berdasarkan hasil penelitian dengan
(56,4%) dan yang tidak sebanyak 24 orang judul Gambaran Gaya Hidup Penderita
(43,6%). Hipertensi di Puskesmas Atambua Selatan ,
Hasil penelitian ini sesuai dengan peneliti mengambil kesimpulan.
penelitian yang dilakukan oleh Hanafi (2016) Karakteristik responden penelitian yaitu rata-
yang menilai kebiasaan mengkonsumsi rata usia responden 54,18 tahun, rata-rata jenis
makanan asin, makanan berlemak dn makanan kelamin responden terbanyak adalah laki-laki
instan. Hasil penelitiannya itu menunjukan yaitu 50,9, tingkat pendidikan responden
bahwa sebagian besar responden memiliki paling banyak SLTP sebanyak 38,2%,
kebiasaan makan yang tidak baik. pekerjaan responden terbanyak yaitu tidak
Sebagaimana penelitian yang ditemukan oleh bekerja sebanyak 49,1% dan 96,4% tidak
(Berek, 2018) hasil penelitian menunjukan memiliki penyakit komplikasi.
penurunan tekanan darah sistolik sebesar Sebagian besar responden tidak memiliki
28,59 mmHg dan tekanan darah diastolik kebiasaan merokok yaitu sebanyak 38 orang
16,92 mmHg dengan mengatur konsumsi (69,1%), dan paparan asap rokok dari anggota
garam 2,4 gram/hari. keluarga responden sangat besar yaitu 35
Menurut peneiliti kebiasaan orang (63,6%) sedangkan paparan asap rokok
mengkonsumsi makan makanan asin, makanan di tempat kerja/kantor rendah yaitu 26 orang
berlemak dan makanan instan sangat (47,3%).
berpengaruh pada penyakit hipertensi, karena Sebagian besar responden memiliki kebiasaan
makanan asin dan makanan berlemak makan yang tidak baik yaitu makan makanan
asin yaitu sebanyak 34 orang (61,8%),

57
kebiasaan mengkonsumsi makanan berlemak
lebih dari 3 kali dalam seminggu sebanyak 36 Berek, P. A. L. (2018). PENGARUH SLOW
orang (65,5%), sedangkan responden yang DEEP BREATHING DAN
memiliki kebiasaan makan makanan instan PENGATURAN NATRIUM
sebanyak 1-2 kali dalam seminggu atau lebih TERHADAP PENURUNAN
yaitu 31 orang (56,4%). TEKANAN DARAH PASIEN
Lebih dari separuh responden memiliki tingkat HIPERTENSI PRIMER. Prosiding
aktivitas fisik yang tidak baik yaitu sebagian Sintesa LP2M UNDHIRA BALI, 2
responden rutin melakukan olahraga sebanyak November(November), 499–508.
37 orang (67,3%), dan sebagian besar Retrieved from
responden berjumlah 39 orang (70,9%) https://jurnal.undhirabali.ac.id/index.php/
melakukan olahraga menggunakan waktu sintesa/article/view/521
kurang dari 30 menit, 38 orang (69,1)
melakukan olahraga kurang dari 3 kali Berek, P. A. L., Nurachmah, E., & Gayatri, D.
perminggu. Responden berdasarkan tingkat (2015). Effectiveness Of Slow Deep
aktivitas berat sebanyak 33 orang (60,0%), 41 Breathing On Decreasing Blood Pressure
orang (74,5%) melakukan aktivitas, responden In Primary Hypertension : A
yang memiliki kebiasaan duduk sebanyak 29 Randomized Contrrolled Trial Of
orang (52,7%) dan responden yang memiliki Patients In Atambua , East Nusa
kebiasaan berjalan menggunakan sepeda Tenggara. International Journal of
motor sebanyak 25orang (45,5%). Science and Technology, 1(2), 1–14.
Sebagian besar responden dalam keaadaan Retrieved from
baik dan tidak mengalami stress. http://grdspublishing.org/MATTER/matt
er.html
SARAN
1. Bagi Peneliti Fatmawati, Junald, Ibrahim. 2017. “Hipertensi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pada Usia Dewasa”. Fakultas
wawasan baru bagi penelititentang Gambaran Kesehatan Mayarakat.
Gaya Hidup Penderita Hipertensi.
Handayani, Rusli, Ibrahim. 2015. “Analisis
2. Bagi Masyarakat Karakteristik dan Kejadian Drug
Diharapkan dapat memberikan masukam bagi Related Problems pada pasien
masyarakat untuk memperbaiki gaya hidup Hipertensi”. Universitas
yang lebih sehat untuk mengontrol tekanan Mulawarman, Samarinda
darah. Kalimantan Timur.
3. 3. Bagi Institusi Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah Ibrahim, 2017. “Hubungan Life Style Dengan
dan meningkatkan pengetahuan pembaca Kejadian Hipertensi". Fakultas
tentang Gambaran Gaya Hidup Penderita Kesehatan Masyarakat universitas
Hipertensi. Hau Ole.

DAFTAR PUSTAKA Kamaludin, 2010. “Pengalaman Pasien


Hipertensi yang Menjalani Terapi
Alfyan, Susanto, Khadizah. 2017. “Kualitas Alternatif komplementer”. Fakultas
Hidup Pasien Dengan Hipertensi” . ilmu Keperawatan Program Magister
Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin. Keperawatan Kekhususan
Keperawatan Medikal Bedah Depok.
Anugrahini, C. 2016, “Panduan Penyusunan
Karya Tulis Ilmiah” Studi Kasus Martins, 2018 “Asuhan Keperawatan
DIII Keperawatan. Hipertensi”. Universita Timor.

Artiyaningrum, 2015. “Faktor-faktor Yang Nisa, 2018. “Gambaran Gaya Hidup Penderita
Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi di Puskesmas Bonang 1
Hipertensi”. Universitas Negeri Demak” Universitas Muhamadiyah
Malang. Semarang.

58
Nursalam. 2008. “Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan : Pedoman Skripsi,
Tesis, Olah Instrumen Penelitian
Keperawatan”. Jakarta. Salemba
Medika.

Pusparani, 2016 “Gambaran Gaya Hidup


Penderita Hipertensi”. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Rahma, 2017 ”Gambaran Gaya Hidup


Penderita Hipertensi” Departemen
Ilmu Keperawatan Universitas
Diponegoro.

Sinaga, 2012. “Gambaran Tingkat


Pengetahuan Penderita Hipertensi”.
Fakultas Keperawatan Depok.

Sinubu, Rondonuwu, Onibala. 2015.


“Hubungan Beban Kerja Dengan
Kejadian Hipertensi” Universitas
Sam Ratulangi Manado.

59
60

Anda mungkin juga menyukai