Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Sahabat Rasullah


Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah “SEJARAH PERADABAN ISLAM”
Dosen Pengampu: Ahmad Muhammad Khair M.PD.I

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:
Nama: Mutia Fajri Siregar
Nim: O501203147
Kelas: EKI 2D

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat diselesaikan.
Shalawat serta salam semoga tercurah limpah atas nabi kita Muhammad SAW, yang atas
kehadirannya yang telah membawakan cahaya islami.
Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
dengan judul “Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Sahabat Rasullah”. Terima kasih
disampaikan kepada bapak Ahmad Muhammad Khair M.PD.I. selaku dosen mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya
tugas ini.
Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat khususnya bagi kami selaku
penyusun dan umumnya bagi kita semua. Menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kami dapat menjadi lebih baik.

Penyusun

i|Tiga Kerajaan Besar


DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Khulafaur Rasyidin
................................................................
2.2 Kedudukan dan Tugas Khulafaur Rasyidin
.................................................................
2.3 Masa Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin
.................................................................

2.4 Sejarah Perkembangan Islam


.........................
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan ......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................

ii | T i g a K e r a j a a n B e s a r
iii | T i g a K e r a j a a n B e s a r
BAB I
PENDAHULUAN

Perkembangan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat adalah
merupakan Agama Islam pada zaman keemasan, hal itu bisa terlihat bagaimana kemurnian
Islam itu sendiri dengan adanya pelaku dan faktor utamanya yaitu Rasulullah SAW.
Kemudian pada zaman selanjutnya yaitu zaman para sahabat, terkhusus pada zaman Khalifah
empat atau yang lebih terkenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin, Islam berkembang
dengan pesat dimana hampir 2/3 bumi yang kita huni ini hampir dipegang dan dikendalikan
oleh Islam. Hal itu tentunya tidak terlepas dari para pejuang yang sangat gigih dalam
mempertahankan dan juga dalam menyebarkan islam sebagai agama Tauhid yang diridhoi.
Perkembangan islam pada zaman inilah merupakan titik tolak perubahan peradaban kearah
yang lebih maju.

1|Masa 3 Kerajaan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Khulafaur Rasyidin


Kata khulafaur rasyidin terdiri dari dua kata, yaitu khulafa’kata khulafa’ dan
arrasyidin. Kata khulafa’ adalah jama’ dari kata kholifah, yang artinya pengganti atau orang
yang ditunjuk sebagai pengganti, pemimpin atau penguasa. Kata arrasyidin adalah bentuk
jama’ dari kata arrasyid, artinya orang yang mendapat petunjuk.
Jadi, menurut istilah khulafaur rasyidin adalah orang-orang yang ditunjuk sebagai pengganti,
pemimpin atau penguasa, yang selalu mendapatkan petunjuk dari Allah SWT.
Menurut istilah, khulafaurrasyidin adalah orang-orang yang ditunjuk menggantikan
kedududkan rasulullah sebagai pemimpin umat dan kepala negara, setelah Rasulullah wafat.

B. Kedudukan dan Tugas Khulafaur Rasyidin


Semasa rasulullah masih hidup, beliau tidak pernah berwasiat kepada siapapun tentang
siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin, setelah beliau wafat. Hal ini
menunjukkan bahwa beliau sudah menyerahkan masalah kepemimpinan dan kepala negara
kepada semua umat islam.
Karena itulah, setelah beliau wafat bahkan belum sampai jenazah beliau dimakamkan,
kaum anshar dan muhajirin sudah memperebutkan kekuasaan dan berkumpul di balai kota
bani sa’idah, madinah untuk memusyawarahkan siapa yang akan menjadi pemimpin sebagai
pengganti nabi. Kaum anshar dan muhajirin merasa sama-sama berhak menjadi pemimpin dan
akhirnya dengan semangat dan ukhuwah islamiah yang tinngi, Abu Bakar terpilih menjadi
pemimpin umat islam.
Sebagai pengganti rasulullah, para khalifah mempunyai kedudukan yang sangat
penting dalam sejarah umat islam, yaitu :
1. Sebagai pemimpin umat islam
2. Sebagai penerus perjuangan rasulullah
3. Sebagai kepala negara, dan kepala pemerintah

Setelah nabi wafat, banyak umat islam terutama orang-orang yang masih lemah
imannya keluar dari agama islam dan juga banyak orang yang tidak mau membayar zakat,
bahkan juga ada orang yang mengaku menjadi nabi.
Dengan beberapa faktor tersebut, dapat disimpulkan bahwa tugas khulafaur rasyidin yang
terpenting adalah sebagai berikut :
1. Melanjutkan dakwah dan risalah nabi dalam membina umat islam sesuai dengan
alqur’an dan sunnah rasulullah.
2. Memerangi orang yang sengaja mau merusak islam.
3. Memerintah sebagai kepala negara dan kepala pemerintah.
4. Mengembangkan dan memperluas wilayah islam.

Adapun nama-nama khulafaur rasyidin adalah sebagai berikut :


1. Abu Bakar as-Siddiq (632-634 M / 11-13 H)
2. Umar bin Khattab (634-644 M / 13-23 H)
3. Usman bin Affan (644-656 M / 23-35 H)
4. Ali bin Abi Thalib (656-661 M / 35-40 H)

2|Masa 3 Kerajaan
C. Masa Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin
1. Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu bakar adalah orang pertama yang masuk islam dari kalangan tua. Meskipun pada
waktu masuk islam beliau tidak muda lagi tapi semangat beliau tidak setua dengan usianya,
beliau mempunyai semangat besar dalam mendakwahkan dan mengembangkan agama yang
dibawa oleh Rosulullah. Dan banyak para sahabat yang masuk islam atas jasa beliau,
diantaranya Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf. Dan karena
kebaiakannya beliau juga membeli budak-budak yang disiksa oleh tuannya karena memeluk
agama islam, diantara budak-budak yang dimerdekakannya adalah: “Bilal bin Rabah, Amir
bin Fuhairah, Zanirah, dan lain-lain”.
Setelah Rosulullah saw. Wafat banyak sekali pertentangan dalam menentukan siapa yang
pantas dan berhak menjadi khalifah, salah satu diantaranya adalah kaum anshar yang
menginginkan bahwa yang berhak menjadi khalifah adalah kaum yang berasal dari anshar.
Akan tetapi permintaan itu ditolak, dan sebagian besar kaum muslimin pada waktu itu
menginginkan Abu Bakar. Maka dipilihlah beliau sebagai khalifah.
Setelah Abu Bakar Ash-Siddiq sebagai khalifah yang pertama, banyak sekali kesulitan-
kesulitan yang beliau hadapi, dengan masa pemerintahan yang singkat yakni kurang lebih 2
tahun 3 bulan, beliau berhasil menghadi persoalan yang terjadi pada waktu itu, diantaranya
adalah “melakukan pemberantasan kepada orang-orang murtad, orang-orang yang tidak mau
membanyar zakat, dan yang mengaku sebagai nabi.” Selain itu kerja keras yang beliau
lakukan pada masa pemerintahannya adalah menerima gagasan untuk menghimpun Al-Qur’an
dalam satu mushaf. Yang mana Umar bin Khattab adalah orang pertama yang
mengusulkannya. Hal ini dilakukan untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an karena pada waktu
itu para sahabat yang hafal Al-Qur’an banyak yang gugur dimedan perang. Inilah untuk
pertama kalinya Al-Qur’an dihimpun.
Perluasan wilayah pada masa Abu Bakar ash-Siddiq ditujukan ke Persia dan Syiria (yang
dikuasai oleh Romawi timur dibawah pimpinan Kaisar Heraklius).
Di wilayah Persia, Abu Bakar mengangkat Khalid bin Walid dan Mutsanna bin Haritsah
sebagai panglima. dan mereka menuai kesuksesan dalam menakhlukkan wilayah ini, setelah
itu khalifah Abu bakar memerintahkan kepada kedua panglima tadi untuk membantu dan
bergabung dengan pasukan islam yang ada diSyiria. Usaha perluasan wilayah di Syiria, Abu
Bakar menugaskan 4 panglima perang, diantaranya:
a. “Yazid bin Abu Sofyan, ditempatkan di Damaskus
b. Abu Ubaidah bin Jarrah, ditempatkan di Homs dan sebagai penglima besar
c. Amr bin Ash, ditugaskan di Palestina
d. Surahbil bin Hasanah, ditugaskan di Yordania”.

Sebenarnya pengembangan islam di Syiria sudah dimulai ketika Nabi akan wafat dibawah
pimpinan Usamah bin Zaid, namun berhenti ketika mendengar berita bahwa Nabi Muhammad
saw. Wafat. Dan perluasan wilayah ini dilanjutkan kembali pada masa pemerintahan Abu
Bakar, usaha ini di pimpin oleh 4 panglima yang telah penulis sebutkan sebelumnya dan
diperkuat lagi dengan pasukan Khalid bin Walid dan Mutsanna nin Haritsah. Ditengah
berkecamuknya perang melawan Romawi ini terdengar kabar bahwa Abu Bakar Ash-Siddiq
wafat pada tahun 13H/ 634M. dan kekhalifahan dipegang oleh Umar bin Khattab.

2. Umar bin Khattab (643-644 M / 13-23 H)


Dalam peradaban islam umar sangatlah berarti penting, jasa-jasanya untuk
perkembangan islam dan kepentingan umat sangat kuat. Dapat diibaratkan, Umar bin Khattab
bagaikan mutiara yang cemerlang dalam sejarah perkembangan islam. Para ahli sejarah
sepakat bahwa umar bin khattab adalah seorang negarawan, seorang jendral yang ahli dalam

3|Masa 3 Kerajaan
strategi perang, pemimpin umat dan negara yang jujur, adil, disiplin, dan sangat sedrehana.
Banyak sekali perjuangan dan jasa-jasa Umar bin Khattab, di antara jasa dan hasil perjuangan
Umar bin Khattab adalah sebagai berikut :
a) Perluasan wilayah
Pada masa pemerintahan Umar usaha pengembangan wilayah terus dilanjutkan.
Khalifah Umar bin khattab melanjutkan perluasan dan pengembangan islam ke persia yang
telah dimulai sejak khalifah Abu Bakar.
Beliau juga mengembangkan kekuasaan islam ke mesir, yang pada saat itu penduduk
mesir sedang mendapatkan penganiayaan dari bangsa romawi dan sangat membutuhkan
bantuan dari orang-orang islam.
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi
negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia.
b) Bidang Pemerintahan
Khalifah Umar bi Khattab sangat memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan
kelancaran pemerintahan. Pembangunan fasilitas kepemerintahan di masa khalifah Umar
sangat maju pesat. Di antara sarana-sarana pemerintahan yang dibangun adalah :
1) Mendirikan baitul mal
2) Mencetak mata uang negara
3) Membentuk pasukan penjaga tapal batas
4) membentuk peraturan gaji pegawai pemerintah
5) membuat sarana komunikasi dan informasi

3. Ustman bin Affan


Ibnu Abdil Barr mengatakan, “Utsman sebagai khalifah pada sabtu, 1 Muharram 24 H
setelah tiga hari dari pemakaman Umar bin Al-Khathab.
Khalifah sebelumnya, Umar bin Al-Khathab telah menyiapkan sebuah komite yang terdiri
dari enam dari sepuluh orang sahabat Rasulullah untuk memilih khalifah diantara mereka.
Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, thalhah bin
Ubaidillah, Abdurahman bin Auf, dan Sa’ad bin Abi waqqash. Di antara mereka yang di pilih
sebagai khalifah islam yang ketiga adalah Utsman bin Affan.
Enam tahun pertama masa pemerintahan Utsman bin Affan berjalan dengan damai, namun
enam tahun masa pemerintahan sesudahnya, terjadi pemberontakan. Sayangnya utsman tidak
bisa menindak tegas para pemberontak ini. Beliau selalu berusaha untuk membangun
komunikasi yang berlandaskan kasih sayang dan berlandaskan hati. Tatkala para pemberontak
memaksa untuk melepaskan kursi kekhalifahan, beliau menolak dengan mengutip perkataan
Rasulullah. “suatu saat nanti mungkin Allah akan memakaikan baju padamu, wahai utsman.
Dan jika orang – orang menghendakimu untuk melepaskannya, jangan lepaskan hanya karena
orang – orang itu.”
Setelah terjadi pengepungan yang lama, akhirnya pemberontak berhasil memasuki rumah
utsman dan membunuhnya. Utsman bi Affan syahid pada hari jumat, 17 Dzulhijjah 35 H,
setelah memerintah selama 12 tahun, sejak tahun 23 H.
Selama masa kekhalifahan utsman bin affan, kejayaan islam terbentang dari Armenia,
kaukasia, khurasan, kirman, sijistan, Cyprus, sampai mencapai afrika utara. Kontribusi
utsman yang paling besar dalam sejarah islam adalah kompilasi dari teks asli Al-Qur’an yang
lengkap. Banyak salinan Al qur’an berdasarkan teks asli juga dibuat dan di distribusikan
keseluruh dunia islam. Dalam mengerjakan proyek besar ini, beliau dibantu dan banyak
mendapatkan masukan dari Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin Al-Ash dan
Abdurahman bin Al-Harits. Utsman berhasil membangun administrasi kekhalifahan yang
terpusat dan memantapkan penerbitan Al-Qur’an yang resmi.

4|Masa 3 Kerajaan
Utsman bin Affan bin Abul Ash lahir dari keluarga yang kaya dan berpengaruh dari suku
bangsa quraish silsilah bai umayyah. Usia beliau lebih muda lima tahun dari Rasulullah. Ia
mendapatkan pendidikan yang baik, belajar membaca dan menulis pada usia dini. Di masa
mudanya, ia telah menjadi seorang pedagang yang kaya dan dermawan.
Utsman berasal dari starta social dan ekonomi tinggi yang pertama – tama memeluk islam.
Ia memiliki kepribadian yang baik, bahkan sebelum memeluk islam, utsman terkenal dengan
kejujuran dan integritasnya. Rasulullah berkata, “orang yang paling penuh kasih sayang dari
umatku kepada umatku adalah abu bakar, yang paling gagah berani membela agama Allah
adalah umar, dan yang paling jujur kerendahatiannya adalah utsman.
4. Ali bin Abi Thalib (35 – 40 H/656 – 661 M)
Dia adalah khalifah keempat dari khulafaur Rasyidin. Ayahnya abu thalib bin Abdil
Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf. Ibunya Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdi
Manaf. Jadi, baik dari ayah maupun ibunya, ali adalah keturunan Bani Hasyim.
Setelah terbunuhya Utsman, kaum muslimin memilih Ali untuk menjadi pemimpin mereka.
Pada masa Ali timbul beberapa gerakan yang menentang pemerintahan. Karena itu, selama
memerintah beliau banyak mencurahkan perhatiannya pada pembangunan dan penerbitan
keadaan dalam negeri, kholifah Ali mempunyai watak pemberani, pandai memanah dan
memainkan pedang, ahli hukum agama. Beliau selalu ikut dalam suatu perang besar
Rasulullah kecuali perang Tabuk. Dalam pemerintahannya, beliau melakukan penggantian
para gubernur yang di angkat oleh Usman. Tindakan ini menimbulkan beberapa akibat,
diantaranya munculnya tiga golongan( golongan Ali, golongan Muawiyahh, dan golongan
Aisyah, Zubair dan Thalhah). Meletusnya perang Jamal, perselisihan Ali dan Muawiyah dan
terjadi perang Shiffin. Akibat dari perang Shiffin muncullah Khowarij dan Syi’ah. Khowarij
adalah kelompok yang keluar dari golongan Ali karena tidak setuju dengan kebijakan Ali
memberhentikan perang Shiffin disaat pihaknya merasa hampir menang, di samping tidak
setuju diadakannya pertempuran perdamaian dengan pihak Muawiyah di Daumatul Jandal.
Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Majelis Taklim Daumatul Jandal. Sedangkan Syi’ah
adalah golongan yang tetap loyal terhadap Ali.
Beberapa orang Khowarij yang beranggapan bahwa pangkal kekacauan di kalangan umat
Islam ada tiga orang Imam yaitu: Ali, Muawiyah dan Amru bin As. Karena itu mereka harus
di bunuh. Asda tiga orang Khowarij yang bertugas membunuh mereka yaitu Abd.Rahman bin
Muljani bertugas membunuh Ali dan ia berhasil, Barak bin Abdullah bertugas membunuh
Muawiyah dan tikamannya hanya mengenai pinggul dan ia tidak meninggal, bahkan Barak
sendiri di bunuh sedangkan Amir bin Bakri bertugas membunuh Amr bin Ash dan tidak
berhasil karena tidak hadir mengimami sholat, sehingga yang terbunuh adalah wakilnya.
Selama masa Khulafaurrasyidin, dalam bidang kebudayaan mengalami kemajuan, misalnya
munculnya seni sastra dan bangunan yang meliputi:
a. Seni bangunan sipil( seperti pembuatan gedung)
b. Seni bangunan agama( seperti pembangunan masjid)
c. Seni bangunan militer( seperti pembangunan benteng pertahanan)
Departemen yang di bentuk antara lain:
a. Al- Nidham Al- Siyasi( menangani masalah politik)
b. An- Nidham Al- Idari( menangani administrasi negara)
c. Al- Nidham Al- Mali( menangani keuangan dan ekonomi negara)
d. An- Nidam Al- Harbi( menangani angkatan perang dan perlengkapannya)
e. An- Nidham Al- Qadha’( menangani masalah kehakiman)

5|Masa 3 Kerajaan
D. Sejarah Perkembangan Islam
Pada Masa Umayyah dan Pada Masa Abbasiyah
Sejarah perjuangan umat Islam dalam pentas peradaban dunia berlangsung sangat lama
sekitar 13 abad, yaitu sejak masa kepemimpinan Rasulullah Saw di Madienah (622-632M);
Masa Daulat Khulafaur Rasyidin (632-661M); Masa Daulat Umayyah (661-750M) dan Masa
Daulat Abbasiyah (750-1258 M) sampai tumbangnya Kekhilafahan Turki Utsmani pada
tanggal 28 Rajab tahun 1342 H atau bertepatan dengan tanggal 3 Maret 1924 M, dimana
masa-masa kejayaan dan puncak keemasannya banyak melahirkan banyak ilmuwan muslim
berkaliber internasional yang telah menorehkan karya-karya luar biasa dan bermanfaat bagi
umat manusia yang terjadi selama kurang lebih 700 tahun, dimulai dari abad 6 M sampai
dengan abad 12 M. Pada masa tersebut, kendali peradaban dunia berada pada tangan umat
Islam.

Sejarah Kekhalifahan Ummayah

Pada masa Khulafaur Rasyidin, Khalifah adalah sosok pemimpin yang alim dalam ilmu
agama, sederhana dalam hidup, dan tanggung jawab kepada rakyatnya. Dia menjadi imam di
Masjid, sekaligus komandan di medan perang. Dia hidup sederhana dan jauh dari sikap
mewah. Bahkan, sebagai kepala Negara tidak ada pengawal yang menjaga di sekitarnya.
Karena baginya, hidup mati adalah urusan Allah. Adapun untuk mengetahui denyut nadi
keadaaan rakyatnya, hampir setiap malam seorang Khalifah mengunjungi kehidupan
rakyatnya. Keinginan dan kebutuhan rakyat harus disaksikan dan dirasakan sendiri dengan
cara seperti itu. Khalifah sadar bahwa tanggung jawab sebagai pemimpin umat sangatlah
berat.
Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, sikap hidup seperti itu tidak akan ditemukan. Sejak
Muawiyah memegang kekuasaan, gaya hidup seorang Khalifah sudah berubah drastis.
Muawiyah hidup di dalam benteng dengan pengawalan ketat dan bermewah-mewah sebagai
raja. Tradisi “Harem” dan perbudakan ditumbuhkan kembali. Pesta-pesta diadakan di istana,
lengkap dengan hiburan-hiburan yang jauh dari nilai-nilai Islam. Hal seperti ini diwariskan
kepada Khalifah-Khalifah sesudahnya kecuali pada Khalifah Umar bin Abdul Aziz (Umar II).
Hal lain yang berubah pada masa Bani Umayyahadalah fungsi dan kedudukan Baitul Mal.
Ketika era Khulafaur Rasyidin. Baitul Mal adalah harta Negara yang harus dipergunakan
untuk kesejahteraan rakyat. Namun pada masa Bani Umayyah, fungsi dan kedudukan Baitul
Mal telah bergeser, sebab Khalifah memiliki wewenang yang besar untuk menggunakan harta
Baitul Mal sesuai keinginannya. Kewenangannya, khalifah menggunakan harta tersebut untuk
kepentingan pribadi maupun keluarganya. Kecuali Khalifah Umar II, semua Khalifah
memperlakukan Baitul Mal seperti itu. Khalifah Umar II berusaha mengembalikan fungsi dan
kedudukan Baitul Mal sebagaimana yang dicontohkan oleh para Khulafaur Rasyidin.

Bani Umayyah juga meninggalkan tradisi musyawarah dan keterbukaan yang dirintis oleh
pendahulunya. Pada masa Khulafaur Rasyidin, Khalifah didampingi oleh sebuah Dewan
penasehat yang ikut berperan dalam setiap kebijakan-kebijakan penting Negara. Lebih dari
itu, seorang rakyat biasa pun dapat menyampaikan pendapatnya tentang kebijakan Khalifah
secara terbuka. Tradisi positif itu tidak dilanjutkan oleh Muawiyah dan para penerusnya.
Walapun lagi-lagi, Umar II berusaha menghidupkan kembali tradisi tersebut, namun penguasa
setelahnya segera mengembalikan pada cara-cara kerajaan yang menempatkan sang raja di
atas segala-galanya. Satu hal yang memprihatinkan pada masa pemerintahan Bani Umayyah
adalah diabaikannya nilai-nilai ajaran Islam oleh para pejabat Negara dan keluarganya.
Mereka lebih suka hidup mewah, mengembangkan budaya KKN (Korupsi, Kolusi,
Nepotisme), serta tidak segan-segan menggunakan kekerasan untuk tujuan politiknya. Dan

6|Masa 3 Kerajaan
tampaknya hal seperti itu direstui oleh sang Khalifah. Bahkan, para Khalifah Bani Umayyah
justru menikmati kondisi seperti itu.

Namun demikian, ada pula kemajuan positif yang terjadi pada masa Bani Umayyah. Di
antaranya adalah bertambah luasnya daerah kekuasaan pemerintahan Islam yang membentang
dari Afganistan sampai Andalusia. Suksesnya politik ekspansi ini menempatkan Islam
menjadi kekuatan Internasional yang paling disegani di Timur dan di Barat. Imbas positifnya,
dakwah Islam cepat tersebar ke berbagai penjuru dunia. Islam dapat tersebar dengan cepat dan
meluas. Bahasa Arab menjadi bahasa dunia, Masjid-masjid dibangun di setiap kota besar serta
kegiatan pendalaman agama dan pengembangan ilmu pengetahuan Islam semarak di mana-
mana. Saat itu, Daulah Bani Umayyah adalah sebuah Negara adikuasa di dunia. Sebagai
Negara besar, Daulah Bani Umayyah memiliki militer yang sangat kuat. Tidak seperti para
pejabat istana, kaum militer ini umumnya terdiri atas orang-orang yang sederhana dan taat
beribadah. Mereka berjuang bukan demi Khalifah, melainkan demi tersiarnya Islam diseluruh
penjuru bumi. Bagi mereka, mati di medan perang adalah persembahan terbaik kepada Tuhan.
Gugur di medan laga adalah syahid di jalan Allah. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemenangan
pasukan Islam di berbagai wilayah disebabkan oleh semangat seperti ini. Karena itu, Bani
Umayyah sangat terkenal dalam suksesnya politik ekspansi. Salah satu kesuksesannya adalah
mampu menembus hingga wilayah Spanyol.

Kemajuan Islam di masa Daulah Umayyah meliputi berbagai bidang, yaitu politik,
ekonomi, sosial, ilmu pengetahuan, seni dan budaya. Di antaranya yang paling spektakuler
adalah bertambahnya pemeluk Agama Islam secara cepat dan meluas. Semakin banyaknya
jumlah kaum Muslimin ini terkait erat dengan makin luasnya wilayah pemerintahan Islam
pada waktu itu. Pemerintah memang tidak memaksakan penduduk setempat untuk masuk
Islam, melainkan mereka sendiri yang dengan rela hati tertarik masuk Islam. Akibat dari
makin banyaknya orang masuk agama Islam tersebut maka pemerintah dengan gencar
membuat program pembangunan Masjid di berbagai tempat sebagai pusat kegiatan kaum
Muslimin. Pada masa Khalifah Abdul Malik, masjid-masjid didirikan di berbagai kota besar.
Selain itu, beliau juga memperbaiki kembali tiga Masjid utama umat Islam, yaitu Masjidil
Haram (Mekkah), Masjidil Aqsa (Yerusalem) dan Masjid Nabawi (Madinah). Al-Walid,
Khalifah setelah Abdul Malik yang ahli Arsitektur, mengembangkan Masjid sebagai sebuah
bangunan yang indah. Menara Masjid yang sekarang ada dimana-mana itu pada mulanya
merupakan gagasan Al-Walid ini. Perhatian pada Masjid ini juga dilakukan oleh Khalifah-
Khalifah Bani Umayyah setelahnya.

Perkembangan lain yang menggembirakan adalah makin meluasnya pendidikan Agama


Islam. Sebagai ajaran baru, Islam sungguh menarik minat penduduk untuk mempelajarinya.
Masjid dan tempat tinggal ulama merupakan tempat yang utama untuk belajar agama. Bagi
orang dewasa, biasanya mereka belajar tafsir Al-Quran, hadist, dan sejarah Nabi Muhammad
SAW. Selain itu, filsafat juga memiliki penggemar yang tidak sedikit. Adapun untuk anak-
anak, diajarkan baca tulis Arab dan hafalan Al-Quran dan Hadist. Pada masa itu masyarakat
sangat antusias dalam usahanya untuk memahami Islam secara sempurna. Jika pelajaran Al-
Quran, hadist, dan sejarah dipelajari karena memang ilmu yang pokok untuk memahami
ajaran Islam, maka filsafat dipelajari sebagai alat berdebat dengan orang-orang Yahudi dan
Nasrani yang waktu itu suka berdebat menggunakan ilmu filsafat. Sedangkan ilmu-ilmu lain
seperti ilmu alam, matematika, dan ilmu social belum berkembang. Ilmu-ilmu yang terakhir
ini muncul dan berkembang denga baik pada masa dinasti Bani Abbasiyah maupun Bani
Umayyah Spanyol.

7|Masa 3 Kerajaan
Bidang seni dan budaya pada masa itu juga mengalami perkembangan yang maju. Karena
ajaran Islam lahir untuk menghapuskan perbuatan syirik yang menyembah berhala, maka seni
patung dan seni lukis binatang maupun lukis manusia tidak berkembang. Akan tetapi, seni
kaligrafi, seni sastra, seni suara, seni bangunan, dan seni ukir berkembang cukup baik. Di
masa ini sudah banyak bangunan bergaya kombinasi, seperti kombinasi Romawi-Arab
maupun Persia-Arab. Apalagi, bangsa Romawi dan Persia sudah memiliki tradisi berkesenian
yang tinggi. Khususnya dalam bidang seni lukis, seni patung maupun seni arsitektur
bangunan. Contoh dari perkembangan seni bangunan ini, antara lain adalah berdirinya Masjid
Damaskus yang dindingnya penuh dengan ukiran halus dan dihiasi dengan aneka warna-warni
batu-batuan yang sangat indah. Perlu diketahui bahwa untuk membangun Masjid ini, Khalifah
Walid mendatangkan 12.000 orang ahli bangunan dari Romawi. Tetapi di antara kemajuan-
kemajuan yang terjadi pada masa Daulah Bani Umayyah tersebut, prestasi yang paling
penting dan berpengaruh hingga zaman sekarang adalah luasnya wilayah Islam. Dengan
wilayah yang sedemikian luas itu ajaran Islam menjadi cepat dikenal oleh bangsa-bangsa lain,
tidak saja bangsa Arab.
Sedangakan kemunduran dari Bani Umayyah sendiri adalah diakibatkan oleh beberapa
sebab yang membawanya kepada kehancuran, maka sebagai berikut:
a. System pergantian khalifah yang telah beralih dari bai’at menjadi
berdasarkan keturunan.
b. Tidak dapat dipisahkannya masalah-masalah dan koflik-konflik akibat
berselisih dengan kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib.
c. Pertentangan dari suku Arabia utara (bani Qays) dan Arabia selatan (bani
Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing.
d. Lemahnya pemerintahan Daulah Bani Umayyah juga disebabkan oleh
sikap hidup mewah dilingkungan Istana,

Sejarah Kekhalifahan Abbasiyah


Bani Abbasiyah dirujuk dari keturunan paman Nabi Muhammad SAW, yaitu Abbas Bin
Abdul Muthalib, secara kronologis namanya didapatkan dari nenek moyangnya yaitu al-
abbas, Ali Bin Abi Thalib, dan Nabi Muhammad SAW, sehingga ada garis keturunan dari
bani Abbas dan Nabi.
Ada tiga tempat yang dijadikan pusat kegiatan kelompok Bani Abbas untuk dapat
menegakkan kekuasaannya, tiga tempat itu adalah: Humaimah, Kufah, dan Khurasan.
Humaimah adalah kota kecil tempat dimana keluarga bani hasyim bermukim baik dari para
pendukung Ali, dan pendukung keluarga Bani Abbas. Kufah adalah kota yang para
penduduknya menganut aliran syi’ah para pendukung dari Ali Bin Abi Thalib yang
bermusuhan secara terang-terangan dengan Bani Umayyah. Demikian dengan Khurasan yang
mendukung Bani Hasyim. Setelah Ibrahim Al-imam meninggal Abu Al-abbas berpindah ke
Kufah diiringi oleh para pembesar Kuffah yang lainnya. Sementara itu pimpinan Bani
Umayyah yang terakhir Marwan Ibnu Muhammad dapat ditaklukkan, sehingga melarikan diri
ke mesir bersama pasukannya Dan terbunuh di desa Busir pada 750 M. .
Abu Abbas Al-saffah meninggal tahun 754 M, Pemerintahannya singkat hanya dalam
kurun waktu empat tahun, setelah itu ia digantikan oleh saudaranya Abu Jafar Al-Mansur,
dialah yang dianggap sebagai pendiri Bani Abbasiah. Pada masa pemerintahannya ibu kota
Abbasiyah dipindah dari Kuffah ke Baghdad.
Masa Kedaulatan Abbasiyah berlangsung selama 508 tahun, sebuah rentang sejarah yang
cukup lama dalam sebuah peradaban. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik,
para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode:
(1) Periode Pertama (132 H/750 M-232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama;
(2) Periode Kedua (232 H/847 M-334 H/945 M), disebut pereode pengaruh Turki pertama;

8|Masa 3 Kerajaan
(3) Periode Ketiga (334 H/945 M-447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam
pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua;
(4) Periode Keempat (447 H/1055 M-590 H/l194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk
dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki
kedua;
(5) Periode Kelima (590 H/1194 M-656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh
dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad.
Tidak seperti pada periode Umayyah, Periode pertama Daulat Abbasiyah lebih
memprioritaskan pada penekanan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada
perluasan wilayah. Fakta sejarah mencatat bahwa masa Kedaulatan Abbasiyah merupakan
pencapaian cemerlang di dunia Islam pada bidang sains, teknologi dan filsafat. Pada saat itu
dua pertiga bagian dunia dikuasai oleh Kekhilafahan Islam.

Masa sepuluh Khalifah pertama dari Daulat Abbasiyah merupakan masa kejayaan
(keemasan) peradaban Islam, dimana Baghdad mengalami kemajuan ilmu pengetahuan yang
pesat. Secara politis, para khalifah betul-betul merupakan tokoh yang kuat dan merupakan
pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai
tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat
dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani
Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus
berkembang.
Pada masa sepuluh Khalifah pertama itu, puncak pencapaian kemajuan peradaban
Islam terjadi pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid (786-809 M). Harun Al-Rasyid
adalah figur khalifah shaleh ahli ibadah; senang bershadaqah; sangat mencintai ilmu sekaligus
mencintai para ‘ulama; senang dikritik serta sangat merindukan nasihat terutama dari para
‘ulama. Pada masa pemerintahannya dilakukan sebuah gerakan penerjemahan berbagai buku
Yunani dengan menggaji para penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lainnya
yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, yang salah satu karya besarnya adalah
pembangunan Baitul Hikmah, sebagai pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan
tinggi dengan perpustakaan yang besar. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah
universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca,
menulis dan berdiskusi.
Harun Al-Rasyid juga menggunakan kekayaan yang banyak untuk dimanfaatkan bagi
keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi didirikan. Pada
masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-
pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu
pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada
masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat yang tak tertandingi.
Terjadinya perkembangan lembaga pendidikan pada masa Harun Al Rasyid mencerminkan
terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh
perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak
zaman Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan.
Pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama juga lahir para imam mazhab hukum
yang empat hidup Imam Abu Hanifah (700-767 M); Imam Malik (713-795 M); Imam Syafi'i
(767-820 M) dan Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M).
Pencapaian kemajuan dunia Islam pada bidang ilmu pengetahuan tersebut tidak terlepas dari
adanya sikap terbuka dari pemerintahan Islam pada saat itu terhadap berbagai budaya dari
bangsa-bangsa sebelumnya seperti Yunani, Persia, India dan yang lainnya. Gerakan
penterjemahan yang dilakukan sejak Khalifah Al-Mansur (745-775 M) hingga Harun Al-
Rasyid berimplikasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang

9|Masa 3 Kerajaan
astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, farmasi, biologi, fisika dan sejarah.
Menurut Demitri Gutas proses penterjemahan di zaman Abbasiyah didorong oleh motif sosial,
politik dan intelektual. Ini berarti bahwa para pihak baik dari unsur masyarakat, elit penguasa,
pengusaha dan cendekiawan terlibat dalam proses ini, sehingga dampaknya secara kultural
sangat besar.
Gerakan penerjemahan pada zaman itu kemudian diikuti oleh suatu periode kreativitas
besar, karena generasi baru para ilmuwan dan ahli pikir muslim yang terpelajar itu kemudian
membangun dengan ilmu pengetahuan yang diperolehnya untuk mengkontribusikannya dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Pada saat itu umat Islam telah berhasil melakukan sebuah akselerasi, jauh
meninggalkan peradaban yang ada pada saat itu. Hidupnya tradisi keilmuan, tradisi intelektual
melalui gerakan penerjamahan yang kemudian dilanjutkan dengan gerakan penyelidikan yang
didukung oleh kuatnya elaborasi dan spirit pencarian, pengembangan ilmu pengetahuan yang
berkembang secara pesat tersebut, mengakibatkan terjadinya lompatan kemajuan di berbagai
bidang keilmuan yang telah melahirkan berbagai karya ilmiah yang luar biasa.
Pada masa-masa permulaan perkembangan kekuasaan, Islam telah memberikan kontribusi
kepada dunia berupa tiga jenis alat penting yaitu paper (kertas), compass (kompas) and
gunpowder (mesiu). Penemuan alat cetak (movable types) di Tiongkok pada penghujung abad
ke-8 M dan penemuan alat cetak serupa di Barat pada pertengahan abad 15 oleh Johann
Gutenberg, menurut buku Historians’ History of the World, akan tidak ada arti dan gunanya
jika Bangsa Arab tidak menemukan lebih dahulu cara-cara bagi pembuatan kertas.
Pencapaian prestasi yang gemilang sebagai implikasi dari gerakan terjemahan yang dilakukan
pada zaman Daulat Abbasiah sangat jelas terlihat pada lahirnya para ilmuwan muslim yang
mashur dan berkaliber internasional. Mereka telah meletakkan dasar pada berbagai bidang
ilmu pengetahuan.
Beberapa ilmuwan muslim lainnya pada masa Daulat Abbasiyah yang karyanya diakui
dunia diantaranya:
• Al-Razi (guru Ibnu Sina), berkarya dibidang kimia dan kedokteran, menghasilkan
224 judul buku, 140 buku tentang pengobatan, diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin.
Bukunya yang paling masyhur adalah Al-Hawi Fi ‘Ilm At Tadawi (30 jilid, berisi tentang
jenis-jenis penyakit dan upaya penyembuhannya). Buku-bukunya menjadi bahan rujukan serta
panduan dokter di seluruh Eropa hingga abad 17. Al-Razi adalah tokoh pertama yang
membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun
buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibnu Sina;
• Al-Battani (Al-Batenius), seorang astronom. Hasil perhitungannya tentang bumi
mengelilingi pusat tata surya dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, 24 detik, mendekati
akurat. Buku yang paling terkenal adalah Kitab Al Zij dalam bahasa latin: De Scienta
Stellerum u De Numeris Stellerumet Motibus, dimana terjemahan tertua dari karyanya masih
ada di Vatikan;
• Al Ya’qubi, seorang ahli geografi, sejarawan dan pengembara. Buku tertua dalam
sejarah ilmu geografi berjudul Al Buldan (891), yang diterbitkan kembali oleh Belanda
dengan judul Ibn Waddih qui dicitur al-Ya’qubi historiae;
• Al Buzjani (Abul Wafa). Ia mengembangkan beberapa teori penting di bidang
matematika (geometri dan trigonometri).
Sejarah telah membuktikan bahwa kontribusi Islam pada kemajuan ilmu pengetahuan di dunia
modern menjadi fakta sejarah yang tak terbantahkan. Bahkan bermula dari dunia Islamlah
ilmu pengetahuan mengalami transmisi (penyebaran, penularan), diseminasi dan proliferasi
(pengembangan) ke dunia Barat yang sebelumnya diliputi oleh masa ‘the Dark Ages’
mendorong munculnya zaman renaissance atau enlightenment (pencerahan) di Eropa.

10 | M a s a 3 K e r a j a a n
Kemunduran Dinasti Abbasiyah
Masa kemunduran bani Abbasiyah sebenarnya sudah dimulai sejak periode kedua.
Namun karena khalifah yang berkuasa sangat kuat, benih kehancuran dinasti ini masih belum
sempat berkembang. Dalam sejarah kekuasaan bani Abbasiyah terlihat bahwa apabila khalifah
yang berkuasa kuat, para menteri cenderung berperan sebagai kepala pegawai sipil yang
hanya mendapatkan bayaran, tetapi jika khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda
pemerintahan sepenuhnya. Di samping kelemahan khalifah yang menjadi penyebab
kemunduran, ada beberapa faktor lain yang menjadi sebab kemunduran khilafah bani
Abbasiyah, antara lain:
1. Persaingan Antar Bangsa
2. Kemerosotan Ekonomi
3. Konflik Keagamaan
4. Ancaman dari Luar

11 | M a s a 3 K e r a j a a n
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Alkhurafa’ur rasyidin adalah pemimpin yang mendapat petunjuk sesudah nabi wafat untuk
menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala
pemerintahan. Nama khulafaur rasyidin ini hanya untuk empat sahabat yang menjadi khalifah
secara berturut-turut setelah nabi. Mereka adalah orang-orang yang sangat setia kepada nabi.
Pada masa ini, mereka betul-betul menurut teladan nabi, mereka dipilih melalui proses
musyawarah, yang dalam istilah sekarang disebut demokratis. Pemerintahan itu sangat berjasa
dengan perkembangan Islam,. Karena pada masa ini banyak mengadakan ekspansi-ekspansi
ke daerah yang non muslim
- Bani Umayyah
Bani Umayah merupakan salah satu dinasti Islam yang cukup masyhur seperti yang penguasa-
penguasa muslim yang lain Namun demikian, Bani Umayah tetaplah bagian penting dan
menarik dalam sejarah umat Islam yang harus terus dijadikan sebagai pengalaman sangat
berharga, karena tidak semua yang dilakukan Bani Umayah itu jelek, tetapi juga memiliki sisi
penting yang harus ditiru oleh umat Islam. Kekuasaan Bani Umayah yang hampir seabad
lamanya dalam memimpin umat Islam, tetaplah sebuah prestasi yang harus diapreasi secara
kritis.
- Bani Abbasiyah
Masa kekuasaan bani Abbasiyah yang terbagi dalam lima periode terbilang cukup lama.
Dengan menerapkan sistem kekuasaan absolutisme, mereka telah menguasai dunia Islam
lebih dari 500 tahun. Pada saat itu pula masa kejayaan Islam direngkuh. Kemajuan yang
dicapai dalam bidang fisik, ilmu pengetahuan, poltik, ekonomi, dan banyaknya ilmuwan Islam
saat itu adalah bukti konkrit bahwa Islam mencapai puncak kejayaannya.

12 | M a s a 3 K e r a j a a n
DAFTAR PUSTAKA

Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Pustaka Setia: Bandung


Mubarok, Jaih. 2008. Sejarah Peradaban Islam. CV. PUSTAKA ISLAMIKA: Bandung
Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam. PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta
Suntiah, Ratu. Sejarah Peradaban Islam. CV. INSAN MANDIRI:
Amir, Samsul Munir. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Amzah: Jakarta
Sodikin, Ali dkk. 2003. Sejarah Peraban Islam. Jurusan SPI Fak. Adab IAIN Sunan Kalijaga
& LESFI: Yogyakarta
Syukur, Fatah. 2009. Sejarah Peradaban Islam. PT. Pustaka Rizki Putra: Semarang
Syalabi, Ahmad. 1988. Sejarah dan Kebudayan Islam: Imperium Turki Usmani. Kalam Muli:
Jakarta
http://artikel-blogserba.blogspot.com/2011/01/peradaban-islam-masa-tiga-kerajaan.html.
(diakses tanggal 04 Februari 2015 pukul 08.00)

13 | M a s a 3 K e r a j a a n

Anda mungkin juga menyukai