Anda di halaman 1dari 17

“Aspek Dakwah Dalam Islam”

DI
S
U
S
U
N
OLEH : WIDYA MIRANTIFA RIEGA
NIM : 1012020033

Meilina Devita sari


Nim:1012020035

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ZAWIYAH


COTKALA LANGSA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam
karena atas izin dan kehendaknya makalah sederhana ini dapat kami rampungkan
tepat pada waktunya Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah pengantar bisnis yang berjudul “Aspek Dakwah
Dalam Islam”.
Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang
dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang
berkenandengan penulisan makalah ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya kami
berterimakasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan limpahan ilmu
berguna serta bimbingan kepada kami.
Harap kami, makalah ini dapat menjadi referensi bagi kami dalam
mengarungi masa depan. Kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi
orang lain yang membacanya.

Langkat, November 2020

i
Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar isi.......................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................. 2
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2

BAB II : TINJAUAN TEORI ....................................................................... 3


A. Ilmu Dakwah Islam............................................................................... 3
B. Prinsip-Prinsip Dakwah Islam.............................................................. 3
C. Sumber Ajaran Islam............................................................................ 5
D. Metode Metode Dakwah....................................................................... 11

BAB III : PENUTUP ..................................................................................... 12


A. Kesimpulan .................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Secara etimologi (ilmu asal usul kata) , islam berasal dari bahasa arab,
terambil dari kosa kata salima yang  berarti selamat sentosa. kata ini kemudian
dibentuk menjadi kata aslama yang berarti memeliharakan dalam keaadan
selamat, sentosa, dan berarti pula berserah diri, patuh, tunduk dan taat. Islam
berarti damai dan kasih sayang. Maksudnya,agama islam mengajarkan
perdamaian dan kasih sayang bagi umat manusia tanpa memandang warna
kulit,agama, dan status sosial. Pengertian islam dari segi bahasa terkait erat
dengan misi ajaran islam, yakni membawa kedamaian dan kesejahteraan bagi
kehidupan umat manusia. Hal ini sejalan dengan firman allah SWT:
Dan tiada kami mengutus kamu(muhammad), melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi seluruh alam (QS.Al Anbiyah (21):10
Islam mulai turun wahyu pertama pada tahun 622M  yang diturunkan oleh
nabi terakhir yaitu muhammad SAW di gua hira. Selama perkembangan islam
sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat dari keilmuaan, pendidikan
dan pakar pakar tentang islam. Di era sekarang hampir di setiap negara pasti ada
pemeluk islam baik itu mayoritas ataupun minoritas disuatu bangsa. Sepertinya
contohnya indonesia  yang dulu nya adalah kerajaan kerajaan yang raja raja nya
beragama hindu budha bisa menjadi negara dengan muslim terbesar didunia . hal
itu disebabkan oleh para ulama-ulama kita para dai-dai kita yang berjuang
menegakan agama allah sehingga saat ini kita bisa merasakan nikmatnya islam.
Terlepas dari itu para ulama mangajarkan kita islam dengan berdakwah dari suatu
tempat ke tempat lain.
            Berdakwah merupakan cara dari ulama untuk menyebarkan agama islam
ke seluruh penjuru dunia. Berdakwah menurut kamus besar bahasa indonesia
adalah penyiaran, propaganda, penyiaraan agama dan pengembangan di kalangan
masyarakat,seruan untuk memeluk dan mengajak orang dalam kebaikan.
Berdakwah adalah tugas mulia dalam pandangaan Allah subhanahu wata’ala,
sehingga dengan dakwah tersebut Allah menyematkan predikat khoiru
ummah( sebaik baik umat)

1
‘’Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada allah.’’
(QS. Ali imron 110)1
Pada dewasa ini cara berdakwah sudah mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Mulai dipakainya alat bantu menyampaikan pesan melalu tekonologi seperti
media massa dan media elektronik. Berdakwa tak lagi harus bertatap muka
ataupun berkomunikasi langsung dengan jammah nya di majelis ilmu tapi
sekarang sudah bisa komunikasi satu arah yang sangat membantu bagi orang
orang yang memiliki waktu yang sempit. Dengan teknologi para ulama masa kini
bisa menyampaikan dakwahnya ke semua orang dan ke semua tempat tanpa
terkendala jarak . hal ini harus dimanfaatkan sebagai peningkatan kualitas iman
setiap muslim.

B. Rumusan masalah
1. Sumber-sumber apa yang menjadi bahan referensi atau rujukan para ulama
untuk menyampaikan dakwahnya agar tidak terjadi kesalahaan?
2. Metode -metode apa yang bisa digunakan dalam berdakwah?

1
Abuddin nata, studi islam komprehensif, (jakarta: rajawali pers, 2014) hlm 11

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. ILMU DAKWAH ISLAM


Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam
bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan secara sadar
dan berencana dalam usaha memengaruhi orang lain, baik secara individual
maupun secara kelompok agar supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian,
kesadaran,sikap,penghayatan, serta pengamalan terhadap ajaran agama
sebagaimassage(pesan).
Dalam perkembangannya dakwah tumbuh dan berkembang menjadi suatu
ilmu, yaitu ilmu yang membahas tentang berbagai aspek yang berkaitan dengan
dakwah yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam.

B. PRINSIP-PRINSIP DAKWAH ISLAM


Keberhasilan dakwah islam yang demikian itu, karena berpegang teguh
kepada prinsip prinsip sebagai berikut :
1. Prinsip sukarela tanpa paksaan
Dalam menyampaikan dakwah kita tidak boleh melakukan pemaksaa,
penekanan, ancaman, dan lainya, melainkan mempersilahkan orang lain untuk
menganut ajaran agama tersebut dengan kemaunnya sendiri, dan dengan sukarela
atau pilihan nya sendiri.
Tidak ada paksaan untuk memasuki agama islam, sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar
kepada thaghut, dan beriman kepada allah, maka sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan allah
maha mendengar lagi maha penyayang. (QS. Al Baqarah (2):256)

2. Prinsip bijaksana, lemah lembut, dan beradab


Pada dasarnya, manusia selain sebagai makhluk yang dapat dipengaruhi,
juga makhluk yang lebih suka diperlakukan dengan cara yang bijaksana, lemah

3
lembut, dan beradab. Dakwah lebih cocok dilakukan dengan cara yang lembut
,rendah hati, dan dialogis. Allah SWT berfirman2 :
Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyahwarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakalah kepada
allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya .
(QS.Ali-Imran (3):159)

3. Prinsip sesuai dengan tingkatan masyarakat


Fakta menunjukkan, bahwa kondisi masyarakat, baik dari segi sosial,
ekonomi, pendidikan, dan lainnya. Keadaan ini pada gilirannya memerlukan
metode, pendekatan, dan strategi yang berbeda-beda. Ketidaksesuaian metode,
pendekatan, dan strategi dalam berdakwah, akan mengecewakan sasaran dakwah
yang pada gilirannya tujuan dakwah tidak akan tercapai sebagaimana yang
diharapkan. Berkaitan dengan ini, Allah SWT berfirman:
Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah, dan pelajaran yang
baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya tuhanmu
dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
dialah yang lebih mengetahui tentang siapa orang-orang yang mendapat
petunjuk. (QS.AN-Nahl(16):125)

4. Prinsip memberikan memudahkan


Secara psikologis, seseorang lebih tertarik kepada sesuatu yang dapat
dilakukan dengan mudah, dan tanpa beban. Sebuah buku yang sulit dipahami
biasanya menyebabkan orang enggan untuk membacanya. Prinsip memberikan
kemudahan ini sejalan dengan firman Allah SWT:
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu.(QS.Al-Baqarah(2):185)

5. Prinsip menggembirakan
2
Abuddin nata, studi islam komprehensif, (jakarta: rajawali pers, 2014) hlm 227

4
Menggembirakan pada sasaran dakwah seharusnya dilakukan secara
elegant, tidak keluar dari batas-batas kesopanan, dan bersifat akademis. Tentang
prinsip menggembirakan ini Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya kami telah mengutusmu(Muhammad) dengan kebenaran:
sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan
diminta (pertanggungan jawab), tentang penghuni-penghuni neraka.(QS.Al-
Baqarah(2):119)

6. Prinsip saling menghargai dan toleransi


Dalam melakukan dakwah sering kali terjadi gesekan dengan penganut
agama lain yang dapat menimbulkan keadaan yang sensitif, yakni memicu
terjadinya konflik antara agama, etnis, dan golongan. Agar keadaan ini tidak
terjadi, maka dalam melakukan kegiatan dakwah harus disertai dengan sikap
saling menghargai dan toleransi. Allah SWT berfirman:
Katakanlah:”Hai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu
sembah. Dan kamu bukan penyembah tuhan yang aku sembah; dan aku tidak
pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah; dan kamu tidak pernah
(pula) menjadi penyembah tuhan yang kau sembah. Untukmu agamamu dan
untukkulah agamaku` (QS.Al-Kafirun(109):1-6)

C. SUMBER AJARAN ISLAM


1. Pengertian sumber ajaran islam
            Sumber dapat di artikan sebagai tempat yang darinya dapat di peroleh
bahan bahan yang di perlukan untuk membuat sesuatu. Islam sebagai bangunan
atau konstruksi yang di dalamnya terdapat nilai nilai, ajaran, petunjuk hidup, dan
sebagainya membutuhkan sumber yang dapat di ambil bahan bahan yang di
perlukan guna mengkonstruksi ajaran islam tersebut. Dengan mengacu pada ayat
al quran yang berbunyi:
  Hai hai orang orang beriman,taatilah allah dan taatilah rasul(Nya) dan uli amri
diantara kamu. Kemudia jika kamu berlainan pendapat tentang suatu (urusan)
maka kembalikan lah ia kepada allah(Al Quran) dan rasul(sunnah)Nya, jika
kamu benar benar beriman kepada Allah dan hari kemudian yang demikian lebih
utama ( bagimu) dan lebih baik kesudahaannya, QS. An nisa(4):59)

5
Dan hadis rasulullah SAW sebagai berikut :
‘’Aku tinggalkan dua perkara untuk kamu sekalian, yang dijamin tidak akan sesat
selama berpegang kepadanya, yaitu kitab allah(Al Quran) dan sunnah rasul (Al
Hadis)’’
(HR. Muslim)

2. Macam macam sumber ajaran islam


a. Al Quran
Pengertian kebahasaan ini telah menggambarkan bahwa Al Quran
berkaitan dengan kegiatan pembelajaran, pendidikan, dan pengajaran yang antara
satu ayat dan ayat lain merupakan satu kesatuan yang saling menjelaskan dan
menafsirkan. Pendapat seperti in didukung oleh Al zajjaj dan al lihyani. Al Quran
juga diyakini tetap terpeliharan seluruh isinya sepanjang jaman. Pemeliharaan ini
di jamin oleh allah SWT dengan cara: pertama, bahwa susunan ayat dan surat
surat nya walaupun demikian banyak hingga mencapai lebih dari 6000 ayat tetapi
dapat dihapal, bukan hanya dapat melihat , melainkan juga oleh tuna netra bahkan
anak dibawah umur.
Kedua, bahwa kalimat atau lafadz bersifat mukjizat, yakni tidak mungkin dapat
dipalsukan, juga dapat ditandingi oleh manusia. Allah SWT memberikan
kesempatan kepada manusia yang ingin mencoba untuk membuat seperti Al
Quran, sebagai mana dinyatakan dalam firman Nya :
Katakanlah : sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa al quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa
dengan dia, sekalipun sebagaian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang
lain.(QS. Al isra’(17):88)
Sejarah mencatat tentang adanya orang yang berani mencoba menghadapi
tantangan al quran tersebut. Yaitu peristiwa yang terjadi pada ibnu muqawwa,
sebagai mana yang diungkapkan oleh seorang orentasi, wallacestone, dalam
bukunya mohammad: his life doctrin. Dari segi istilah para ahli memberikan
definisi Al Quran adalah kalamullah yang diturunkan kepada Muhammad saw dan
membacanya adalah ibadah. Menurut manna Al Qaththan, al quran adalah
kalamullah yang perkataan nya berasal dari Allah tanpa ada perkataan manusia,

6
jin dan malaikat. Dengan rumusan yang diturunkan kepada Muhammad SAW
berarti tidak termasuk segala sesuatu yang diturunkan kepada para nabi
sebelumnya Muhammad SAW, seperti zabur,taurat dan injil.3

b. Al Hadis (sunnah)
            Menurut bahasa, Al sunah berarti jalan hidup yang dilalui atau yang di
jalani, atau sesustu yang sudah di biasakan,baik jalan hidup atau suatu yangsudah
dibiasakan itu baik hal hal yang bersifat baik atau burauk.Sunah menurut para
ahli al usuliyyin,adalah suatu yang diambil dari ucapan, perbuatan, dan
persetujuanya. Dalam pada itu, sunah menurut para ahli fiqih adalah salah satu
dari hukum syara’ yang lima yaitu perbuatan yang apabila dikerjakan mendapat
pahala, sedangkan apabila ditinggalkan tidak disiksa. Ajaran islam sebagaimana
terdapat dalam Al Quran akan menemui kesulitan baik dalam memahami atau
melaksanakannya jika tidak didampingi oleh sunnah.Sunnahdalam pengertian
para ahli hadits ialah sesuatu yang didapatkan dari nabi SAW yang terdiri dari
ucapan, perbuatan, persetujuan, sifat fisik atau budi perkerti, atau biografi, baik
pada masa kenabian atau sesudah kenabian.
Sejarah perkembangan al sunnah :
I. Periode periwayatan dengan lisan
Periwayatan hadits dengan lisan terjadi di zaman rasulullah dan para
sahabatnya. Dimasa rasulullah masih hidup, hadits belum mendapat pelayanan
dan perhatian sepenuhnya seperti Al Quran. Para sahabat, terutama yang
mempunyai kecakapan dalam menulis selalu mencurahkan tenaga dan waktunya
untuk mengabdikan ayat-ayat Al-Quran di atas benda-benda yang dapat ditulis.
Suatu riwayat menyebutkan bahwa beliau di samping melarang, juga
memerintahkan kepada beberapa orang sahab tertentu untuk menulis hadits.

II. Periode penulisan dan pembukaan al hadits secara resmi

3
Nata abuddin.Al Quran dan hadits(dirasah islamiah 1),(jakarta:rajawali pers,1992)hlm 54

7
Setelah agama islam tersiar luas dan dianut oleh penduduk yang bertempat
tinggal di luar jazirah arab, para sahabat mulai terpencar di beberapa wilaya, dan
tidak sedikit yang meninggal dunia, maka para ulam merasa perlu membukukan
hadits dalam bentuk tulisan atau buku. Hal ini  mendorong khalifah umar bin
abdul aziz, seorang khalifah bani umayyah yang berkuasa pada tahun 99-101
hijrah untuk menulis dan membukukan hadits. Pada awal pembukuan dan
pengumpulan hadits-hadits itu baik yang sahih, hasan , maupun dlaif bahkan
fatwa sahabat dikumpulkan dan dibukukan. Tokoh terkenal dan berjasa
mengumpulkan hadits pada zaman umar bin abdul aziz adalah al zuhri. Kitab-
kitab yang masyhur mengenai hadits yang terdapat pada periode penulisan dan
pembukuan hadits ini adalah :
 Al muwaththa disusun oleh imam malik tahun 144 H
 Musnad al- syafi’iy,Mukhtaliful-hadits disusun oleh imam syafi’iy

III. Periode penyaringan hadits dari fatwa-fatwa


Pada permulaan abad ketiga hijrah, para ahli hadits memulai usahanya
memisahkan hadits dari fatwa-fatwa sahabat dan tabiin. Mereka berusaha
membukukan hadits Rasullulah saja, tanpa campuran dengan yang lain. Untuk
tujuan yang muliah ini, mereka menyusun kitab-kitab musnad yang bersih dari
fatwa-fatwa. Mereka mebuat kaidah-kaidah dan syarat-syarat untuk menentukan
suatu hadits: apakah hadits itu bisa diterima atau tidak. Dalam hubungan ini, para
perawi hadits tidak luput menjadi sasaran penelitian mereka, untuk menyelidiki
kejujurannya, kehafalannya, dan lain sebagainya. Sebagai hasil dari kerja keras
para ulama di periode ini, munculah kitab-kitab hadits yang terhindar dari hadits
dlaif dan seterusnya.
a) shahih al-bukhary atau al jami’ush shaih. Kitab ini disusun oleh
muhammad bin ismail al-bukhary(194-256H). Menurut suatu penelitian,
kitab ini memuat 8.122 hadits, yang terdiri dari 6.397 hadits asli, dan
selebihnya hadits yang terulang ulang.
b) shahih muslim atau jamiush shahih. Kitab ini disusun oleh imam muslim
bin hajjaj bin muslim al-qusyairy (204-261H). Berisi sebanyak 7.273
hadits, termasuk yang diulang-ulang.

8
IV. Periode penghafalan dan pengisnadan hadits
Para ulama yang hidup di abad ke empat ini berlomba-lomba menghafal
hadits yang telah dibukukan itu sebanyak-banyaknya hingga sebagian mereka
sanggup menghafal beratus ribu hadits. Sejak zaman ini timbulah bermacam-
macam gelar keahlian dalam ilmu hadits, seperti al-hakim, al-hafifdz dan lain lain.
Selai itu, perlu juga diketahuhi bahwa abad keempat ini merupakan abad pemisah
antara ulama mutakaddimin yang dalam menyusun kitab hadits mereka berusaha
sendiri menemui para sahabat atau atabiin penghafal hadits dan kemudia
menelitinya. Diantara kitab-kitab yang masyhur karya ulama abad keempat ini
adalah,mu’jam al-kabir,mu’jam al-ausatht, dan mu’jam al-shaghir’ketiga-tiganya
karya imam sulaiman bin ahmad al-thabarany.

V. Periode pengklasifikasian dan pensistematisasian susunan kitab-kitab


hadits
Periode pengklasifikasian dan pensistematisan hadits ini mulai terjadi pada
abad ke 5 dan seterusnya. Para ulama ahli hadits pada abad ini berupaya
mengklasifikasi hadits dengan menghimpun hadits-hadits yang sejenis
kanduganya atau sejenis.

3. Al Rayu (hasil ijitihad pemikiran)


            Al Quran dan Al Sunnah sebagaiman disebutkan sebelumnya merupakan
sumber utam(primer) ajaran islam. Adaupun pemikiran merupakan sumber kedua
(sekunder) yang dapat digunakan ketika dalil yang dibutuhkan untuk menetapkan
suatu hukum tidak terdapat didalama Al quran dan Al sunnah tersebut.
Dikalangan para ulama ushul fiqih, pemikirian (al ra’’yu) ini dapat mengambil
bentuk ijma’ ulama (kesepakatan para ulama), qiyas (analogi), Al mashlaht Al
mursalah(kemashalahatan ulama),’urf(tradisi yang sudah berlangsung),
istisan(sesesuatu yang dianggap baik), qaul Al sahabat (ucapan para
sahabat), syar’un man qablan( agama sebelum islam), dan sadd al
zari’ah (menolak keburukan). Fatwa keagamaan sebagai hasil pemikiran para ahli
agama(islam) tentu memberikan warna dan corak yang elegant tentang ajaran-
ajaran Al Quran dan Al Hadis, sehingga ummat islam akan mengetahuhi seluk

9
beluk agama islam yang istimewa.4 Al ro’yu atau ijitihad(yang dituangkan melalui
fatwa keagamaan) posisinya sebagai dalil hukum islam, dimana antara lain
operasionalisasinya untuk mengkaji,meneliti dan menggali dalil-dalil yang tersirat
dibalik suatu lafadz (yang tentunya memerlukan suatu pengkajian dan pengalian
secara dalam). Pada surat annisa ayat 176 allah swt berfirman sebagai berikut :
‘’Mereka memintamu fatwa (muhammad saw), tentang kalalah( seorang yang
meninggal dunia, namun si mayit tidak mempunyai ahli waris ayah dan anak
kandung)’’
Sumber rasul,telah memberikan penjelasan yang secara kongkret tentang
hukum-hukum yang bersifat asasi( bukan hanya diputuskan berdarsarkan hasil
dari pertanyaan seseorang, namun betul-betul digali-digali dari sumber yang asli).
Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalaha pahaman dan juga sekaligus untuk
menshahihkan/membenarkan kepahaman ataupun untuk menjelaskan kepada
orang-orang yang tidak mengetahuhi(jahil), dan untuk
menetapkan/mengkongritkan bagi orang-orang yang mau menuntut ilmu. Ijtihad
merupakan hasil usaha maksimal yang dilakukan oleh para ahli agama dengan
jalan penelitian dan pengkajian secara mendalam untuk menghasilkan keputusan
yang syar’iyah yang pasti.
Pada dasarnya fatwa keagamaan tidak dapat berdiri sendiri, tanpa didasari
oleh ijtihad dalam menggali ajaran-ajaran islam yang sesungguhnya. Menurut
madzhab hanafi, fatwa abi abbas taqiyuddin ibnu taimiyah sangat termasyur pada
masa itu. Dia memberikan penjelasan/menyelesaikan segala persoalan terutama
masalah keagamaan di masyarakat pada itu. Secara haqiqi fatwa dalam bukunya
adalah pada dasarnya tidak terkait kepada suatu apapun(fatwa tidak mengenal
sistem paket/sponsor) kecuali hanya mendasarkan diri pada dalil dalil nash
syari’ah (Al quran dan Al hadis).

D. METODE METODE DAKWAH


            Metode ialah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanana
suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode dakwah adalah

4
rohadi abd.fatah.analisa fatwa keagamaan dalam fiqh islam,(jakarta:bumi aksara,1991)
hlm 3

10
cara yang digunakan dai untuk menyampaikan materi dakwah (islam). Metode
dakwah sangat penting perannya dalam menyampaian dakwah metode yang tidak
benar ,meskipun materi yang disampaikan baik, maka pesan baik tersebut bisa
ditolak. 5
Metode hikmah dalam kegiatan dakwah muncul berbagai bentuk seperti mengenal
strata mad’u, kapan harus bicara dan kapan diam , mencari titik temu, toleran,
tanpa kehilangan sibghah,memilih kata yang tepat, cara berpisah, uswatun al
hasanah dan lisan al hal, atau komunikasi yang benar dan menyentuh jiwa.
Metode hikmah dalam kegiatan dakwah muncul berbagai bentuk seperti mengenal
strata mad’u, kapan harus bicara dan kapan diam , mencari titik temu, toleran,
tanpa kehilangan sibghah,memilih kata yang tepat, cara berpisah, uswatun al
hasanah dan lisan al hal, atau komunikasi yang benar dan menyentuh jiwa..
Mungkin dalam komunikasi metode al maw,izah al hasana mirip dengan publik
speaking atau pidato.
Dakwah bil mujadalah, yaitu dakwah dengan cara debat. Kata mujadalah dari kata
jadala pada dasarnya berarti membantah atau berbantah bantahaan. Kata
mujadalah dimaknai oleh musafir al raji dengan bantahan yang tidak membawa
kepada pertikaian dan kebencian, tetapi membawa kebenaran, artinya bahwa
dakwah dalam bentuk ini dalah dakwah dengan cara debat terbuka, argumentatif
dan jawaban dapat memuaskan masyarakat luas.

5
Azyumardi azra, pengembangan metode dakwah , (jakarta: rajawali pers, 2014) hlm 8

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa islam adalah agama yang diturunkan oleh allah melalui nabi
muhammad saw. Islam disebarkan atau disampaikan dengan cara para nabi atau
para ulama berdakwah ke suatu tempat ke tempat lain. Berdakwah yang
disampaikan haruslah tidak bersifat memaksa. Berdakwah harus disampaikan
dengan lembut dan tidak menindas kaum lain. Berdakwah harus dilakukan dengan
cara tidak menyinggung suatu kelompok atau kaum tertentu. Dalam
menyampaikan dakwah seorang pendakwah tidak hanya mampu berbicara saja
tapi harus bisa memberikan contoh.

B. Saran
Makalah yang berjudul aspek aspek dakwah dalam islam ini masih
membutuhkan banyak referensi dari buku maupun sumber lainya sehingga
makalah ini bisa menjadi bahan pembelajaran yang memiliki keilmuaan yang
sesuai standar pendidikan.
           

12
Daftar pustaka
Nata,abuddin.2010.Studi Keislaman Komperensif.jakarta:rajawali pers.
Azra,azyumardi.2011.pengembangan metode dakwah.jakarta:rajawali pers
Fatah Abd rohadi.1991.Analisa Fatwa Keagamaan Dalam Fiqh Islam.jakarta:Pt
paragonatama
Nata,abuddin.1992.al quran dan hadits(dirasah islamiah 1).jakarta:rajawali pers

13

Anda mungkin juga menyukai