Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KESEHATAN MASYARAKAT

OLEH KELOMPOK 1 :
1 INDRI MAHARANI ( 201015401008)
2 INTAN PUSPITA SARI ( 201015401009)
3 KARMILA ( 201015401010)
4 SITI RAHMA WATI ( 201015401028)
5 USWATUN KHASANA ( 201015401023)

Sekolah tinggi ilmu kesehatan keluarga bunda jambi


Prodi DIII kebidanan
Th. 2020-2021

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
karunia-Nya , sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah “Kesehatan Masyarakat”
untuk menjadi sumber nilai dalam mata kuliah KM (Kesehatan Masyarakat)
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis menghaturkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membimbing serta yang telah memberikan bantuan baik moril maupun
materil.
Dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu
penulis meminta maaf kepada penilai maupun pembaca. Saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan guna perbaikan dikemudian hari. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Jambi,9 mei 2021

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..................................................................................................... 
DAFTAR ISI................................................................................................................. 
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah.......................................................................................... 
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 
BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pencemaran lingkungan...................................................................................................
1. Udarah........................................................................................................................
2. Tanah..........................................................................................................................
3. Air.............................................................................................................................
B. Survailens dalam praktik kebidanan..........................................
C. Pengamtan epidemiologi dirumah sakit (hospital
survailence)......................................................................................................................
D. Infeksi nosokominal.........................................................................................................
E. Kegiatan pokok pengamatan epidemiologi( pengumpulan dan pengelolaan
data).................................................................................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................................. 
B. Saran........................................................................................................................... 
DAFTAR PUSTAKA..................................

BAB I
PENDAHULUAN
     A. Latar belakang masalah
Semenjak umat manusia menghuni planet bumi ini, sebenarnya mereka sudah
seringkali menghadapi masalah-masalah kesehatan serta bahaya kematian yang disebabkan
oleh faktor-faktor lingkungan hidup yang ada di sekeliling mereka seperti benda mati,
mahkluk hidup, adat istiadat, kebiasaan dan lain-lain. Namun oleh karena keterbatasan ilmu
pengetahuan mereka pada saat itu, maka setiap kejadian yang luar biasa dalam kehidupan
mereka selalu diasosiasikan dengan hal-hal yang bersifat mistik, seperti wabah penyakit
sampar yang berjangkit di suatu tempat dianggap sebagai kutukan dan kemarahan dewata.
Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat penting yang di hadapi oleh
masyarakat kita saat ini . Semakin maju teknologi di bidang kedokteran ,semakin banyak pula
macam penyakit yang mendera masyarakat. Hal ini tentu sajadi pengaruhi oleh faktor tingkah
laku manusia itu sendiri. Tapi apakah benar hanya faktor tingkah laku saja yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
     B. Rumusan masalah
Pada Makalah Ini Akan Di Bahas Mengenai:
• Apa Itu Pencemaran Lingkungan?
• Apa Itu Survailens Dalam Praktik Kebidanan?
• Bagaimana Pengamtan Epidemilogi Dirumah Sakit?
 Apa Itu Infeksi Nosokominal?
• Apa Saja Kegiatan Pokok Pengamataan Epidemiologi

C. Tujuan
 Untuk Mengetahui Apa Itu Pencemaran Lingkungan
 Untuk Mengetahui Apa Itu Survailens Dalam Praktik Kebidanan
 Untuk Mengetahui Bagaimana Pengamtan Epidemilogi Dirumah Sakit
 Untuk Mengetahui Apa Itu Infeksi Nosokominal
 Untuk Mengetahui Apa Saja Kegiatan Pokok Pengamataan Epidemiologi

BAB II
PEMBAHSAN MATERI
1. PENGERTIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
Pencemaran lingkungan didefinisikan sebagai perubahan faktor abiotik akibat kegiatan yang
melebihi ambang batas toleransi ekosistem biotik. Misalnya saja penggunaan kendaraan
bermotor ataupun alat pengolah bahan baku yang terkadang tidak sesuai dengan standarisasi
lingkungan. Ada dua jenis bahan dalam pencemaran:

 Degradable, yaitu polutan yang dapat diuraikan kembali atau dapat diturunkan sifat
bahayanya ke tingkat yang dapat diterima oleh proses alam. Contohnya adalah kotoran
manusia atau hewan dan limbah tumbuhan.
 Non-Degradable, yaitu polutan yang tidak dapa diuraikan oleh kemampuan proses
alam itu sendiri. Contohnya merkuri, timah hitam, arsenik, dan lain-lain.
Pencemaran lingkungan disebabkan oleh beragam faktor. Namun, faktor terbesarnya adalah
manusia. Sadar atau tidak, kita telah berkontribusi dalam proses pencemaran lingkungan.
Mulai dari pertambahan jumlah penduduk yang tak terkendali, banyaknya sumber-sumber zat
pencemaran sehingga alam tak mampu menetralisir.

Selain itu banyak juga aktivitas sehari-hari yang tanpa disadari menjadi factor rusaknya
lingkungan, diantaranya Penggunaan kantong plastik secara massif, Pembuangan sampah dan
limbah deterjen ke sungai, Penggunaan AC berlebih, Pembuangan limbah elektronik yang tak
sesuai aturan, Pembakaran hutan, Penggunaan kendaraan pribadi sehingga menimbulkan
lebih banyak polusi, Pembuangan limbah pabrik atau kotoran ke sungai, Penebangan hutan
yang mengakibatkan hutan tak mampu menyerap karbon-dioksida lebih banyak, dan lain-lain.
Berikut ini beberapa jenis pencemaran lingkungan berserta dampaknya.

PENCEMARAN LINGKUNGAN : PENCEMARAN UDARA


Pencemar udara dapat berupa gas dan partikel. Contohnya sebagai berikut: Gas HzS. Gas ini
bersifat racun, terdapat di kawasan gunung berapi, bisa juga dihasilkan dari pembakaran
minyak bumi dan batu bara. Gas CO dan COz. Karbon monoksida (CO) tidak berwarna dan
tidak berbau, bersifat racun, merupakan hash pembakaran yang tidak sempurna dari bahan
buangan mobil dan mesin letup. Gas COZ dalam udara murni berjumlah 0,03%. Bila
melebihi toleransi dapat mengganggu pernapasan, sumber pencemaran udara lainnya yaitu:

 Oksida karbon: karbon monoksida (CO) dan (CO2). Gas CO2 adalah gas yang
dihasilkan dari proses pernapasan makhluk hidup, pembusukan bahan organik dan
pelabukan dari batuan. Bila gas ini di atmosfer jumlahnya meningkat, maka akan
menyebabkan peningkatan suhu pada bumi.
 Oksida belerang: SO dan (SO3). Gas sulfur dioksida ini berasal dari pabrik yang
menggunakan belerang dan hasil dari pembakaran fosil. Gas ini jika bereaksi dengan air
akan membentuk senyawa asam. Bila senyawa ini turun bersamaan dengan hujan, maka
akan terjadilah hujan asam.
 Oksigen nitrogen: NO, (NO2), N2O. Gas nitrogen ini sangat dibutuhkan oleh
makhluk hidup sebagai bahan untuk membangun protein. Jika gas ini bereaksi dengan air
maka akan membentuk sebuah senyawa asam.
 Komponen organik volatile: metan (CH4), benzene (C6h6), Klorofluoro karbon
(CFC), dan kelompok bromin. CFC sering kali digunakan untuk bahan pendingin pada
AC dan kulkas. Selain itu, CFC juga digunakan untuk alat penyemprot rambut dan juga
alat penyemprot nyamuk. CFC sangat berbahaya sekali karena bisa merusak lapisan ozon
pada atmosfer. Akibatnya perlindungan bumi dari radiasi sinar ultraviolet akan berkurang.
 Suspensi partikel: debu tanah, dioksin, logam, asam sulfat, dan lain-lain
 Substansi radioaktif: radon-222, iodin-131. strontium-90, plutonium-239, dan lain-
lain
 Suara: kendaraan bermotor, mesin industri, pesawat, dan lain-lain
Dampak dari pencemaran udara sendiri adalah Hujan asam, Perubahan cuaca yang ekstrim
Penipisan ozon, Peningkatan kasus kerusakan mata hingga Kanker kulit.

PENCEMARAN LINGKUNGAN : PENCEMARAN AIR


Polusi air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar sebagai berikut: Pembuangan
limbah industri, sisa insektisida, dan pembuangan sampah domestik, misalnya, sisa detergen
mencemari air. Buangan industri seperti Pb, Hg, Zn, dan CO, dapat terakumulasi dan bersifat
racun. Bila terjadi pencemaran di air, maka terjadi akumulasi zat pencemar pada tubuh
organisme air. Akumulasi pencemar ini semakin meningkat pada organisme pemangsa yang
lebih besar. Sumber lainnya yaitu:

 Bahan Anorganik: Timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), merkuri (Hg), kromium
(Cr), nikel (Ni), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan kobalt (Co)
 Bahan Kimia: Pewarna tekstil, pestisida, dan lain – lain
 Bahan Organik: Berbentuk limbah yang dapat diuraikan oleh mikroba yang akan
memicu meningkatkan populasi mikroorganisme di dalam air
 Cairan Berminyak
Dampaknya: Media penyebaran penyakit, Peningkatan alga dan eceng gondok, Menurunkan
kadar oksigen dalam air hingga mengganggu organisme di perairan, Mengganggu pernapasan
karena bau yang menyengat

PENCEMARAN LINGKUNGAN : PENCEMARAN TANAH


Pencemaran tanah Pencemaran tanah disebabkan oleh beberapa jenis pencemaran berikut ini :
Sampah-sampah plastik yang sukar hancur, botol, karet sintesis, pecahan kaca, dan kaleng.
Detergen yang bersifat non bio degradable (secara alami sulit diuraikan). Zat kimia dari
buangan pertanian, misalnya insektisida. Sumber lainnya:

 Bahan logam: mangan (Mn), besi (Fe), aluminium (Al), timbal (Pb), merkuri (Hg),
seng (Zn). asenik (As), dan lain – lain
 Bahan kimia organik: pestisida (insektisida, herbisida, dan fungisida), deterjen, dan
sabun
 Bahan pupuk anorganik: urea, TSP, ammonium sulfat, dan KCL
 Zat radioaktif
Dampak: Pertanian, seperti peningkatan salinitas tanah dan penurunan kesuburan tanah
Bencana alam, seperti tanah longsor dan erosi hingga Penyumbatan saluran air

PENCEMARAN LINGKUNGAN : PENCEMARAN SUARA


Polusi suara disebabkan oleh suara bising kendaraan bermotor, kapal terbang, deru mesin
pabrik, radio/tape recorder yang berbunyi keras sehingga mengganggu pendengaran. Pernah
ada kasus warga yang merasa terganggu dengan suara mesin boiler milik pabrik kelapa sawit.
Setiap hari mereka tidak bisa tidur nyenyak, terutama anak-anak karena bising dari mesin itu.
Menurut WHO, tingkat pencemaran didasarkan pada kadar zat pencemar dan waktu
(lamanya) kontak. Sumber pencemaran suara diantaranya:

 Percakapan pelan (20 – 30 dB)


 Radio (50 – 6- dB)
 Mesin pemotong rumput (60 – 80 dB)
 Lalu lintas (60 – 90 dB)
 Truk (90 – 100 dB)
 Kendaraan bermotor (105 dB)
 Pesawat terbang (90 – 120 dB)
 Musik / beat music: 120 dB
 Mesin jet: 140 dB
 Roket (140 – 179 dB)
Tingkat pencemaran sendiri dibedakan menjadi 3, yaitu:

 Pencemaran yang mulai mengakibatkan iritasi (gangguan) ringan pada panca indra
dan tubuh serta telah menimbulkan kerusakan pada ekosistem lain. Misalnya gas buangan
kendaraan bermotor yang menyebabkan mata pedih.
 Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi pada faal tubuh dan menyebabkan
sakit yang kronis. Misalnya pencemaran Hg (air raksa) di Minamata Jepang yang
menyebabkan kanker dan lahirnya bayi cacat.
 Pencemaran yang kadar zat-zat pencemarnya demikian besarnya sehingga
menimbulkan gangguan dan sakit atau kematian dalam lingkungan. Misalnya pencemaran
nuklir.
CONTOH KASUS PENCEMARAN LINGKUNGAN YANG PARAH
Kasus pencemaran merkuri yang paling besar terjadi Teluk Minamata, Jepang. Sebuah
perusahaan yang memproduksi asam asetat membuang limbang cairnya ke Teluk Minamata,
salah satunya adalah methyl mercury konsentrasi tinggi. Tragedi yang dikenal dengan
Penyakit Minamata (Minamata Disease) terjadi antara tahun 1932-1968. Teluk Minamata
merupakan daerah yang kaya sumber daya ikan dan kerang. Selama bertahun-tahun, tidak ada
yang menyadari bahwa ikan, kerang, dan sumber daya laut lainnya dalam teluk tersebut telah
terkontaminasi merkuri.

Methyl mercury ini masuk ke dalam tubuh organisme laut baik secara langsung dari air
maupun mengikuti rantai makanan. Kemudian mencapai konsentrasi yang tinggi pada daging
kerang-kerangan, krustacea dan ikan yang merupakan konsumsi sehari-hari bagi masyarakat
Minamata. Akibat adanya proses bioakumulasi dan biomagnifikasi, konsentrasi merkuri
dalam rambut beberapa pasien di rumah sakit Minamata mencapai lebih 500 ppm.

Pada saat itu, setidaknya 50.000 orang yang terkena dampak dan lebih dari 2.000 kasus
penyakit Minamata disertifikasi.  Masyarakat Minamata yang mengonsumsi makanan laut
yang tercemar tersebut diidentifikasi terserang penyakit syaraf, lumpuh, kehilangan indera
perasa, bicara ngawur, dan bahkan banyak yang meninggal dunia.

Di Indonesia, kasus pencemaran merkuri yang cukup serius juga pernah terekspos di Teluk
Buyat, Sulawesi Utara pada 2004. Perusahaan tambang emas PT Newmont Minahasa Raya
yang beroperasi di area Teluk Buyat diduga telah membuang limbah tailing-nya ke ke dasar
Teluk Minahasa sehingga menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat yang
serius.  Sejumlah ikan mati mendadak dan menghilangnya beberapa beberapa jenis ikan.

2. “ Surveilans dalam praktek kebidanan “

DEFINISI
Menurut WHO surveilans merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit
yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Berdasarkan definisi diatas dapat
diketahui bahwa surveilans adalah suatu kegiatan pengamatan penyakit yang dilakukan
secara terus menerus dan sistematis terhadap kejadian dan distribusi penyakit serta faktor-
faktor yang mempengaruhi nya pada masyarakat sehingga dapat dilakukan penanggulangan
untuk dapat mengambil tindakan efektif.
menurut Timmreck (2005)  pengertian surveilans kesehatan masyarakat merupakan
proses pengumpulan data kesehatan yang mencakup tidak saja pengumpulan informasi secara
sistematik, tetapi juga melibatkan analisis, interpretasi, penyebaran, dan penggunaan
informasi kesehatan. Hasil surveilans dan pengumpulan serta analisis data digunakan untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang status kesehatan populasi guna
merencanakan, menerapkan, mendeskripsikan, dan mengevaluasi program kesehatan
masyarakat untuk mengendalikan dan mencegah kejadian yang merugikan kesehatan. Dengan
demikian, agar data dapat berguna, data harus akurat, tepat waktu, dan tersedia dalam bentuk
yang dapat digunakan.
menurut DCP2 (2008) surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan,
analisis, dan analisis data secara terus-menerus dan sistematis yang kemudian
didiseminasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam
pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya.
Tujuan Surveilans menurut Depkes RI (2004) adalah untuk pencegahan dan
pengendalian penyakit dalam masyarakat, sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan
terjadinya kejadian luar biasa (KLB), memperoleh informasi yang diperlukan bagi
perencanaan dalam hal pencegahan, penanggulangan maupun pemberantasannya pada
berbagai tingkat administrasi.

     
Dalam batasan epidemiologi ini mencakup 3 elemen,yakni :
a.       Mencakup semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit baik penyakit infeksi maupun non infeksi,
seperti ; kanker,penyakit kekurangan gizi (malnutrision), kecelakaan lalu lintas maupun
kecelakaan kerja,sakit jiwa, dan sebagainya.
b.      Populasi
Kedokteran klinik berorientasi pada gambaran penyakit individu, maka epidemiologi
memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau
kelompok.

c.       Pendekatan ekologis
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada kesehatan lingkungan baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

Langkah-langkah kegiatan survailan epidemiologi :


            Apabila kita ingin mendapatkan hal yang optimal maka kegiatan survailan
epidemiologi sehingga dapat dilakukan sistematis sebagai berikut :
1.      Tetapkan tujuan   
Sebelum melakukan suatu kegiatan, menetapkan tujuan yang hendak dicapai menjadi langkah
pertama ; tetapkan luasnya wilayah dan lamanya waktu kegiatan.
2.      Tentukan data yang hendak dikumpulkan
Data yang hendak dikumpulkan sebaiknya hanya data yang berhubungan dengan tujuan yang
hendak diperoleh dari kegiatan survailan epidemiologi.
3.      Tetapkan metode yang hendak digunakan
Langkah berikutnya ialah menentukan bagaimana sistem pengumpulannya dari sumber data
yang akan diambil serta frekuensi pengumpulannya.
4.      Membuat/menetapkan, mempersiapkan instrumen untuk pengumpulan dan
pengolahan data.
5.      Pengumpulan data
Mengumpulkan data yang diperlukan untuk mengolah data tersebut,pengolahan data dapat
dilakukan secara manual maupun menggunakan komputer tergantung kompleksitas data yang
ditentukan.
6.      Analisa data
Data yang diolah dan dianalisis untuk memperoleh kesimpulan kesimpulan sebagai inti
pemecahan masalah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan

7.      Membuat rancana penanggulangan


Ditentukan dari rencana penanggulangan sehingga permasalahan tersebut berupa peristiwa
kesakitan kematian maupun peristiwa kesehatan lainnya.

8.      Membuat laporan
Langkah terakhir yang harus dilakukan dalam kegiatan survailans epidemiologi yaitu
membuat laporan lengkap serta menyampaikan atau menyebarluaskan untuk pihak yang
erkepentingan

Kegunaan survailans epidemiologi


1.      Untuk mengidentifikasi, menginfestigasi, serta menanggulangi KLB atau wabah untuk
mencegah terulangnya peristiwa yang sama.
2.      Untuk mengindentifikasi kelompok yang resiko tinggi.
3.      Untuk menetapkan prioritas penanggulangan penyakit.
4.      Untuk mengevaluasi keberhasilan program.
5.      Untuk memonitor kecenderungan (trends) penyakit, kematian, atau pristiwa kesehatan
lainnya.

Kelemahan survailans epidemiologi


1.      Memerlukan aktivitas petugas yang intensif.
2.      Pengumpulan, pengolahan, dan analisa data yang menyita waktu.
3.      Terbatas pada indikator-indikator tertentu.
4.      Untuk mengetahui kecenderungan suatu pristiwa diperlukan waktu beberapa tahun.
5.      Sulit dipakai untuk menilai dampak jika populasi yang dipantau kecil atau jika tidak ada
populasi pembanding.
6.      Laporan data survailans sering kali tidak lengkap dan baik jenis data, jumlah data, sumber
data, maupun frekunsinya.

Jenis survailans :
1.      Survailans aktif
Pengamatan kasus dilakukan secara langsung kelapangan. Dibutuhkan dana dan tenga khusus
sehingga hasil yang diperoleh lengkap dan jauh lebih baik.
2.      Survailans pasif
Pengamatan kasus dilakukan secara tidak langsung. Yaitu melalui laporan sehingga hasil
yang diperoleh kurang legkap.

Kegiatan unit survailans


a.       Melaksanakan kegiatan survailans:
-pengumpulan data
-pengolahan dan penyajian
-analisis dan interpretasi
-penyeberluasan informasi dan rekomendasi
b.      Penanggulangan KLB
-SKD KLB
-penyelidikan dan penanggulangan KLB
-Pengembangan system dan survailans termasuk pengembangan jaringan informasi
-koordinasi kegiatan survailans lintas program dan lintas sektoral.

Alasan dilaksanakan survailans :


a) Beban penyakit (burden of disease) tinggi, sehingga merupakan masalah penting kesehatan
masyarakat.
b) Terdapat tindakan kesehatan masyarakat yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut.
c) Data relevan mudah diperoleh
d) Hasil yang diperoleh sepadan dengan upaya yang dilakukan (pertimbangan efisien).
Contohnya dalam kebidanan yaitu Pada kesempatan ini kami akan menjelaskan tentang cara
mudah dan tepat dalam menghitung usia kehamilan bagi Anda yang lagi terlambat datang
bulan, disini kami akan memberikan cara yang pas dan juga mudah untuk Anda pahami
mengenai cara menghitungnya. Langkah pertama adalah Anda diharapkan bias mengetahui
hari dimana Anda pertama kali haid terakhir atau untuk lebih mudah kita sebut saja (HPHT =
Hari Pertama Haid Terakhir).

SURVAILANS DALAM PRAKTIK KEBIDANAN


            Survailans dalam praktik kebidanan mencakup tentang pencegahan penyakit pada pra
nikah, ibu hami,ibu bersalin,ibu nifas,bayi baru lahir, balita dan pra sekolah, keluarga
mencakup juga perbaikan gizi dan masyarakat (community) pada remaja, calon ibu dan pada
masalah kesehatan yang lain.
Adapun yang mencakup dalam 7 langkah varney      :
1.      Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara
keseluruhan
2.      Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah
3.      Mengantisipasi diagnosa atau masalah potensial
4.      menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaburasi dengan tenaga
kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien
5.      Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan
keputusan yang dibuat pada langkah – langkah sebelumnya
6.      Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman
7.      Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali
manajemen proses untuk aspek – aspek asuhan yang tidak efektif
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam Kepmenkes RI No.1116 tahun 2003 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan menyebutkan bahwa
surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis, interpretasi data secara
sistematik dan terus menerus serta melakukan penyebaran informasi kepada unit yang
membutuhkan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan
(Mahfudhoh, 2015). Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, kematian akibat Penyakit Tidak
Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar
akan terjadi di negara-negara menengah dan miskin. Lebih dari dua pertiga 70% dari populasi
global akan meninggal akibat penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, stroke
dan diabetes. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian
per tahun karena penyakit tidak menular, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada saat ini. Di
sisi lain, kematian akibat penyakit 411 menular seperti malaria, TBC atau penyakit infeksi
lainnya akan menurun, dari 18 juta jiwa saat ini menjadi 16,5 juta jiwa pada tahun 2030.
Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator
angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat sehingga
banyak programprogram kesehatan yang dilakukan pemerintah terutama pada penduduk,
seperti program Safe Motherhood Initiative, program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
program Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE), dan program Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular (Depkes RI, 2010). Penyakit menular masih
merupakan masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya
masalah penyakit tidak menular. Penyakit menular tidak mengenal batas-batas daerah
administratif, sehingga pemberantasan penyakit menular memerlukan kerjasama antar daerah,
misalnya antar propinsi, kabupaten/kota bahkan antar negara. Beberapa penyakit menular
yang menjadi masalah utama di Indonesia adalah diare, malaria, demam berdarah dengue,
influensa, tifus abdominalis, penyakit saluran pencernaan dan penyakit lainnya. Beberapa
penyakit tidak menular yang menunjukkan kecenderungan peningkatan adalah penyakit
jantung koroner, hipertensi naik dari 25,8% jadi 34,1%, kanker 1,4% jadi 1,8%, diabetes
mellitus naik dari 6,9% jadi 8,5%, kecelakaan dan sebagainya (Kemenkes, 2003). Di Jawa
Barat Selama tahun 2016 telah terjadi KLB sebanyak 634 kali dan 630 (99,37%) kasus KLB
dapat ditanggulangan kurang dari 24 jam, tersebar di 24 Kabupaten/Kota. Untuk melakukan
upaya pemberantasan penyakit menular, penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
penyakit dan keracunan, serta penanggulangan penyakit tidak menular diperlukan suatu
sistem surveilans penyakit yang mampu memberikan dukungan upaya program dalam daerah
kerja Kabupaten/Kota, Propinsi dan Nasional, dukungan kerjasama antar program dan sektor
serta kerjasama antara Kabupaten/Kota, Propinsi, Nasional dan internasional. Pada Tahun
2015 di Kabupaten Bogor telah terjadi 14 kali KLB, yang terdiri dari 4 KLB yang menyerang
14 desa tersebar di 13 kecamatan. Seluruh kejadian KLB ditangani dalam waktu < 24 jam,
dengan demikian cakupan desa / kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan
epidemiologi < 24 jam 100%, sesuai dengan target SPM 2015 sebesar 100%. (Kab Bogor,
2016). Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus
terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi
terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar
dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses
pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada
penyelenggara program kesehatan (Imari, 2011). Surveilans epidemiologi dalam
penyelenggaraannya memiliki banyak indikator kerja, sehingga membutuhkan banyak
kegiatan perekaman, pengumpulan, pengolahan, dan analisis data yang diperoleh dari
berbagai unit sumber data. Banyaknya kegiatan perekaman, pengumpulan, pengolahan data
Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus
terhadap penyakit atau masalahmasalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi
terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar
dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses
pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada
penyelenggara program kesehatan. akan memberikan beban kerja dan 412 menganggu upaya
meningkatkan kinerja surveilans. Kelengkapan laporan, merupakan metode pengukuran
kinerja yang paling sederhana, dan jika dirumuskan dengan tepat, dapat memberi dukungan
pengukuran kinerja surveilans yang tepat, dan dapat memberi manfaat untuk mengidentifikasi
adanya permasalah kinerja surveilans lebih fokus dan tepat waktu. Rumusan kelengkapan
laporan yang baik adalah kelengkapan laporan unit sumber data awal (unit pelayanan), tetapi
pada penyelenggaraan sistem surveilans nasional dan provinsi lebih sering berdasarkan pada
kelengkapan laporan unit pengumpul data (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Dinas
Kesehatan Provinsi). Studi pendahuluan awal yang telah dilakukan terdapat permasalahan
sistem informasi rumah sakit umum daerah leuwiliang kabupaten bogor yaitu kelengkapan
laporan surveilans yang ditargetkan pada tahun 2018 sebanyak 12 laporan surveilans, namun
yang terealisasi hanya 25% laporan surveilans, sehingga adanya ketidaklengkapan dalam
tahun 2018 sebanyak 75% laporan surveilans. Ketidaklengkapan tersebut disebabkan belum
adanya petugas khusus untuk mengelola data surveilans, Belum optimalnya sistem pelaporan
KDRS, Belum tersedianya aplikasi untuk mempermudah pencarian laporan surveilans, SOP
tetang laporan surveilans belum berjalan dengan baik. Kurangnya edukasi epidemiologi
dalam penyelenggaran surveilans epidemiologi.
3. Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di lingkungan rumah sakit.
Seseorang dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika infeksinya didapat ketika
berada atau menjalani perawatan di rumah sakit.
Infeksi nosokomial bisa terjadi pada pasien, perawat, dokter, serta pekerja atau pengunjung
rumah sakit. Beberapa contoh penyakit yang dapat terjadi akibat infeksi nosokomial adalah
infeksi aliran darah, pneumonia, infeksi saluran kemih (ISK), dan infeksi luka operasi (ILO).

Penyebab Infeksi Nosokomial


Infeksi nosokomial paling sering disebabkan oleh bakteri. Infeksi bakteri ini lebih berbahaya
karena umumnya disebabkan oleh bakteri yang sudah kebal (resisten) terhadap antibiotik.
Infeksi nosokomial akibat bakteri ini bisa terjadi pada pasien yang sedang mendapatkan
perawatan di rumah sakit atau pasien dengan sistem imun atau daya tahan tubuh yang lemah.
Selain bakteri, infeksi nosokomial juga dapat disebabkan oleh virus, jamur, dan parasit.
Penularan infeksi nosokomial dapat terjadi lewat udara, air, atau kontak langsung dengan
pasien yang ada di rumah sakit.
Faktor risiko infeksi nosokomial
Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang yang berada di lingkungan
rumah sakit untuk terkena infeksi nosokomial, antara lain:

 Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya akibat HIV/AIDS atau


menggunakan obat imunosupresan
 Menderita koma, cedera berat, luka bakar, atau syok
 Memiliki akses atau sering kontak dengan pasien yang sedang menderita penyakit
menular, tanpa menggunakan alat pelindung diri yang sesuai standar operasional
(SOP)
 Mendapatkan perawatan lebih dari 3 hari atau dalam jangka panjang di ICU
 Berusia di atas 70 tahun atau masih bayi
 Memiliki riwayat mengonsumsi antibiotik dalam jangka panjang
 Menggunakan alat bantu pernapasan, seperti ventilator
 Menggunakan infus, kateter urine, dan tabung endotrakeal (ETT)
 Menjalani operasi, seperti operasi jantung, operasi tulang, operasi penanaman
peralatan medis (misalnya alat pacu jantung atau implan), atau operasi transplantasi
organ

Selain faktor-faktor di atas, lingkungan rumah sakit yang padat, kegiatan memindahkan
pasien dari satu unit ke unit yang lain, dan penempatan pasien sistem imun yang lemah
dengan pasien yang menderita penyakit menular di ruangan yang sama, juga dapat
meningkatkan risiko terjadinya infeksi nosokomial.

Gejala Infeksi Nosokomial


Gejala yang diderita oleh penderita infeksi nosokomial dapat bervariasi, tergantung penyakit
infeksi yang terjadi. Gejala yang dapat muncul antara lain:

 Demam
 Ruam di kulit
 Sesak napas
 Denyut nadi yang cepat
 Tubuh terasa lemas
 Sakit kepala
 Mual atau muntah

Selain gejala umum yang disebutkan di atas, gejala juga bisa timbul sesuai jenis infeksi
nasokomial yang terjadi, seperti:

 Infeksi aliran darah, dengan gejala berupa demam, menggigil, tekanan darah
menurun, atau kemerahan dan nyeri pada tempat pemasangan infus bila infeksi terjadi
melalui pemasangan infus
 Pneumonia, dengan gejala berupa demam, sesak napas, dan batuk berdahak
 Infeksi luka operasi, dengan gejala berupa demam, kemerahan, nyeri, dan keluarnya
nanah pada luka
 Infeksi saluran kemih, dengan gejala berupa demam, sakit saat buang air kecil, sulit
buang air kecil, sakit perut bagian bawah atau punggung, dan terdapat darah pada
urine

Kapan harus ke dokter


Anda perlu memeriksakan diri atau berkonsultasi ke dokter jika merasakan gejala infeksi
nosokomial seperti yang disebutkan di atas, terutama bila gejala tersebut muncul setelah
Anda mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Gejala infeksi nosokomial dapat muncul pada beberapa rentang waktu berikut ini:

 Sejak awal masuk rumah sakit hingga 48 jam setelahnya


 Sejak keluar dari rumah sakit hingga 3 hari setelahnya
 Sejak selesai operasi hingga 90 hari setelahnya

Diagnosis Infeksi Nosokomial


Dokter akan menanyakan keluhan dan gejala yang dialami oleh pasien, kemudian  melakukan
pemeriksaan fisik untuk mengetahui kondisi pasien dan ada tidak tanda infeksi lokal pada
kulit.
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang berikut:

 Tes darah, untuk mendeteksi tanda infeksi dari kadar sel-sel darah
 Tes urine, untuk mengetahui ada tidaknya infeksi pada saluran kemih, termasuk untuk
melihat jenis bakteri yang menginfeksi
 Tes dahak, untuk mengetahui jenis bakteri yang menginfeksi saluran pernapasan
 Kultur darah, dahak, atau cairan luka operasi, untuk memastikan keberadaan dan jenis
dari bakteri, jamur, atau parasit yang menyebabkan infeksi
 Pemindaian CT scan, MRI, USG, atau Rontgen, untuk mendeteksi ada tidaknya
kerusakan dan tanda infeksi pada organ-organ tertentu

Pengobatan Infeksi Nosokomial


Jika dicurigai penyebab infeksi adalah bakteri, dokter akan memberikan antibiotik secara
empiris. Terapi antibiotik secara empiris adalah pemberian antibiotik di awal, sebelum jenis
bakteri penyebab infeksi diketahui dengan pasti.
Harapannya, antibiotik tersebut dapat mengontrol atau membunuh bakteri penyebab infeksi
sambil menunggu hasil kultur keluar. Setelah hasil kultur keluar, pemberian antibiotik dan
obat lain akan disesuaikan dengan jenis bakteri atau kuman yang menyebabkan infeksi
nosokomial.
Jika infeksi nosokomial disebabkan oleh infeksi luka operasi atau ulkus dekubitus, akan
dilakukan operasi debridement. Prosedur ini berguna untuk mengangkat jaringan yang
terinfeksi dan rusak agar infeksi tidak menyebar.
Terapi suportif, seperti pemberian cairan, oksigen, atau obat untuk mengatasi gejala, akan
diberikan sesuai kondisi dan kebutuhan pasien. Terapi suportif dilakukan untuk memastikan
agar kondisi pasien tetap stabil.
Bila memungkinkan, seluruh alat yang meningkatkan risiko terjadinya infeksi akan dicabut
atau diganti.

Komplikasi Infeksi Nosokomial


Infeksi nosokomial yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan berbagai komplikasi
berupa:

 Endokarditis
 Osteomielitis
 Peritonitis
 Meningitis
 Sepsis
 Abses paru
 Gagal organ
 Gangren
 Kerusakan permanen pada ginjal

Pencegahan Infeksi Nosokomial


Langkah-langkah pencegahan infeksi nosokomial menjadi tanggung jawab seluruh orang
yang berada di rumah sakit, termasuk petugas kesehatan, seperti dokter dan perawat, pasien,
dan orang yang berkunjung. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah
penyebaran infeksi ini adalah:
1. Cuci tangan
Penting bagi semua orang yang berada di rumah sakit untuk mencuci tangan dengan cara
yang benar sesuai rekomendasi WHO. Ada 5 waktu wajib untuk cuci tangan saat berada di
rumah sakit, yaitu:

 Sebelum memegang pasien


 Sebelum melakukan prosedur dan tindakan kepada pasien
 Setelah terpapar dengan cairan tubuh (misalnya darah, urin, atau feses)
 Setelah menyentuh pasien
 Setelah menyentuh barang-barang di sekitar pasien

2. Jaga kebersihan lingkungan rumah sakit


Lingkungan rumah sakit perlu dibersihkan dengan cairan pembersih atau disinfektan. Lantai
rumah sakit perlu dibersihkan sebanyak 2–3 kali per hari, sementara dindingnya perlu
dibersihkan setiap 2 minggu.
3. Gunakan alat sesuai dengan prosedur
Tindakan medis dan penggunaan alat atau selang yang menempel pada tubuh, seperti infus,
alat bantu napas, atau kateter urine, harus digunakan dan dipasang sesuai SOP (standar
operasional prosedur) yang berlaku di tiap-tiap rumah sakit dan sarana kesehatan.
4. Tempatkan pasien berisiko di ruang isolasi
Penempatan pasien harus sesuai dengan kondisi dan penyakit yang diderita. Contohnya,
pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah atau pasien yang berpotensi untuk menularkan
penyakit ke pasien lain akan ditempatkan di ruang isolasi.
5. Gunakan APD (alat pelindung diri) sesuai SOP
Staf dan setiap orang yang terlibat dalam pelayanan di rumah sakit perlu menggunakan alat
pelindung diri sesuai SOP, seperti sarung tangan dan masker, saat melayani pasien.
4. Komponen dan Kegiatan Pokok Surveilans Epidemiologi
Komponen Surveilans yaitu : 

1. Pengumpulan/pencatatan kejadian (data) yang dapat dipercaya. 


2. Pengelola data untuk dapat memberikan keterangan yang berarti. 
3. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan. 
4. Perencanaan penanggulangan khusus dan program pelaksanaannya. 
5. Evaluasi/penilaian hasil kegiatan. 

Kegiatan Pokok Pelaksanaan Surveilans :

a. Pengumpulan data Pencatatan insidensi terhadap population at risk. 


Pencatatan insidensi berdasarkan laporan rumah sakit, puskesmas, dan sarana pelayanan
kesehatan lain, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan masyarakat, dan petugas
kesehatan lain; Survei khusus; dan pencatatan jumlah populasi berisiko terhadap penyakit
yang sedang diamati. Tehnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara dan
pemeriksaan. Tujuan pengumpulan data adalah menentukan kelompok high risk; Menentukan
jenis dan karakteristik (penyebabnya); Menentukan reservoir; Transmisi; Pencatatan kejadian
penyakit; dan KLB. 

b. Pengelolaan data 
Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row data) yang masih perlu
disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis. Data yang terkumpul dapat diolah dalam
bentuk tabel, bentuk grafik maupun bentuk peta atau bentuk lainnya. Kompilasi data tersebut
harus dapat memberikan keterangan yang berarti. 

c. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan 


Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan dilakukan interpretasi
untuk memberikan arti dan memberikan kejelasan tentang situasi yang ada dalam
masyarakat. 
d. Penyebarluasan data dan keterangan termasuk umpan balik 
Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan yang cukup jelas dan
sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dapat disebarluaskan kepada semua
pihak yang berkepentingan, agar informasi ini dapat dimanfaatkan sebagai mana mestinya. 

e. Evaluasi 
Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk
perencanaan, penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya, untuk kegiatan tindak
lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan program dan
pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil kegiatan.
BAB III

DAFTAR ISI

http://mnoersyamsi.blogspot.com/2012/01/makalah-ilmu-kesehatan-masyarakat.html

http://epiders.blogspot.com/2011/12/komponen-dan-kegiatan-pokok-surveilans.html

file:///C:/Users/Jefri%20Noah/Downloads/2529-5778-1-SM.pdf

https://www.alodokter.com/infeksi-nosokomial

http://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/PROMOTOR/article/view/2529/1567

http://felyfebriana.blogspot.com/2017/01/survailans-dalam-praktik-kebidanan_18.html

https://www.gramedia.com/literasi/pencemaran-lingkungan/

Anda mungkin juga menyukai