Anda di halaman 1dari 4

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Filsafat
Secara etimologi, kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu Philo yang berarti
cinta, dan kata sophos yang berarti ilmu atau hikmah.1 Dengan demikian filsafat berarti
cinta ilmu atau cinta terhadap hikmah. Sedangkan menurut al-Toumy al-Syaibany kata
filsafat berasal dari kata falsafah (bahasa Arab) yang diambil dari bahasa Yunani,
Pholosophia: philos bermakna cinta, suka, dan sophia berarti pengetahuan, hikmah. Jadi
philosophia berarti cinta kepada pengetahuan, cinta kebijaksanaan atau cinta pada
kebenaran. Orang yang cinta pada pengetahuan atau kebenaran disebut philosopher
atau dalam bahasa Arab disebut failasuf.2
Sementara itu, Sutan Zanti Arbi mengatakan bahwa kata filsafat dalam bahasa-
bahasa Barat semula berasal dari kata benda Yunani Kuno ”philosophia” yang secara
harfiah berarti kecintaan akan kearifan. Menurut Sutan ini bukan suatu interpretasi yang
buruk atau terlalu jauh dari arti yang dipahami sekarang. Jika kata kearifan dipahami
secara benar dan jika diyakini bahwa mereka yang secara kontinyu mencari kearifan
itu yang pantas dinamakan pencinta-pencinta kearifan.3
Masih menurut Sutan kearifan itu lebih baik dari pada pengetahuan. Kearifan itu
mengharuskan adanya pengetahuan, akan tetapi berlangsung melewati pengetahuan itu
belaka guna mendapatkan hubungan-hubungan dan menemukan implikasi-implikasi.
Dalam kearifan terdapat ketajaman dan kedalaman. Biasanya perenungan merupakan
aspek yang esensial dalam filsafat, akan tetapi perenungan itu dilakukan secara ketat
dan disiplin, bukan perenungan yang hanya merupakan impian atau khayalan secara
dangkal dan sambil lalu.4
Dari beberapa kutipan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa filsafat dari segi
etimogi berarti cinta kepada pengetahuan, kebijaksanaan atau kearifan. Dengan
1
Louis Kattsoff, Pengantar Filsafat (terjemah Soejono Soemargono dari Elements of Philosophy),
(Yokyakarta: Bayu Indra Grafika, 1989), cet. Ke-6, h. 11.
2
Omar al-Toumy al-Syaibany, Falsafah al-Tarbiyah al-Islamiyah,(Ttp: al-Syirkah al-‘Amah li an-
Nasyr wa al-Tauzi’ wa al-‘A’lam, 1975), h. 11.
3
Sutan Zandi Arbi, Pengantar kepada Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidkan
Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga pendidikan Tenaga Kependidikan, 1988), h. 2
4
Ibid.
demikian filsafat merupakan suatu aktivitas atau kegiatan yang menempatkan
pengetahuan, kebenaran dan kearifan sebagai sasaran yang yang dituju.
Selain pengertian dari segi kebahasaan sebagaimana disebutkan di atas, berikut
penulis akan paparkan beberapa pengertian filsafat menurut istilah atau dari segi praktis
yang dirumuskan oleh para ahli:
1. Menurut Plato filsafat tidak lain daripada pengetahuan tentang segala yang ada.
Senada dengan Plato al-Farabi mengatakan bahwa filsafat ialah mengetahui semua
yang wujud karena ia wujud. Sedangkan menurut Aristoteles filsafat ialah
menyelidiki sebab dan asas segala benda. 5
2. Comte (w. 1857) dan Spencer (1903 M) berpendapat bahwa filsafat sebagai
penggabungan dan penggolongan dari berbagai macam ilmu dalam suatu pandangan
menuju ke arah yang bersifat material semata. Selain itu Herbert (w. 1841 M)
menyebutkan bahwa filsafat sebagai suatu pekerjaan yang timbul dari pemikiran. Ia
membagi filsafat kepada logika, metafisika dan estetika (yang termasuk di dalamnya
etika).6
3. Sedangkan Sidi Gazalba merumuskan bahwa filsafat adalah berpikir secara
mendalam, sistematik, radikal, dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti
atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada.7
4. Imam Barnadib memandang filsafat sebagai yang menyeluruh dan sistematis.
Dikatakan meyeluruh karena filsafat bukan hanya sekedar pengetahuan, melainkan
suatu pandangan yang dapat memembus sampai di balik pengetahuan itu sendiri.
Dikatakan sitematis karena filsafat menggunakan berpikir secara sadar, teliti dan
teratur, sesuai dengan hukum-hukum yang ada. 8
Dari beberapa defenisi di atas menunjukkan bahwa pemikiran falsafi berbeda
dengan pemikiran biasa. Pemikiran yang bersifat filsafat setidaknya memiliki ciri-ciri
yang jelas. Anatara lain berpikir filsafat tertuju kepada upaya untuk mengadakan
penemuan. Berpikir filsafat bersifat radikal, berupaya mengarah perhatian pada akhir
dari segala sesuatu dengan menggunakan kemampuan yang optimal dari akal dan budi
manusia. Permasalah yang menjadi kajian dalam filsafat yaitu menyangkut nilai yang
5
Prasetya, Filsafat Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 10.
6
A. Hanafi, Ikhtisar Sejarah Filsafat Barat, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1981), h. 11
7
Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, (Jakarta: Bulan Bintang, tt.), h. 2
8
Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, (Yokyakarta: Ikip-Fkip Gama Press, 1986), h. 8
akan menentukan mana yang paling baik untuk dijadikan way of life atau pandangan
hidup manusia. Dengan demikian berpikir falsafiu menuju pada sasaran yang lebih luas,
fokos, dan komprehensif. Berpikir yang demikian akan mengarah kepada masalah yang
khusus dan tinjauan yang mendalam (hakikat sesuatu).
Uraian di atas menunjukkan ciri dan karakteristik berpikir secara filosofis, yaitu
upaya yang dilakukan secara sungguh-sungguh dengan menggunakan akal sebagai media
utama dalam menemukakan hakikat segala sesuatu termasuk tentang hakikat
pendidikan. Sebelum sampai pada pembahasan mengenai pendidikan Islam yang
menjadi fokos dalam bagian ini ada baiknya dijelaskan terlebih dahulu tentang
pendidikan.
B. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
Untuk mengetahui ruang lingkup filsafat pendidikan Islam ada baiknya
dikemukakan terlebih dahulu defenisi filsafat pendidikan Islam menurut para ahli.
Menurut Muzayyin Arifin filsafat pendidikan Islam adalah konsep berpikir tentang
kependidikan yang bersumberkan atau berlandaskan ajaran-ajaran agama Islam tentang
hakikat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing
menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam.9
Menurut Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany filsafat pendidikan Islam
adalah pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah filsafat dalam bidang pendidikan
yang didasarkan pada ajaran Islam.10
Uraian di atas menyiratkan bahwa filsafat pendidikan Islam merupakan suatu
kajian secara filosofis berkaitan dengan berbagai masalah dalam bidang pendidikan
yang didasarkan pada Alquran dan Hadis sebagai sumber primer dan pendapat para ahli,
terutama ahli pendidikan Islam sebagai sumber skunder. Dengan kata lain bahwa filsafat
pendidikan Islam merupakan suatu kegiatan berpikir filosofis yaitu berpikir mendalam,
sistematis dan radikal serta universal tentang persoalan-persoalan pendidikan, seperti
masalah manusia, (anak didik dan pendidik), tujuan, kurikulum, metode, lembaga, dan
evaluasi yang berlandaskan kepada Alquran dan Hadis sebagai acuan utamanya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup filsafat pendidikan
Islam adalah pemikiran yang besifat filosofis yaitu pemikiran yang mendalam,
9
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, cet. Ke-4, 1984), h. xi.
10
Al-Syaibany, h. 30 & 38.
mendasar, sistematis, komprehensif, logis dan universal mengenai masalah-masalah
pendidikan yang berdasarkan pada ajaran Islam (Alquran dan Hadis serta pendapat para
filosof muslim). Masalah-masalah pendidikan tersebut mencakup dari perumusan tujuan
pendidikan, kurikulum, metode, lembaga, guru, murid, evaluasi dan masalah-masalah
yang berhubungan dengan pendidikan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai