Anda di halaman 1dari 40

DIKTAT 1

MATA KULIAH
STUDI KELAYAKAN BISNIS

PERHITUNGAN BUNGA DAN NILAI UANG


SERTA METODE PENYUSUTAN

PENYUSUN

I Wayan Sukanata,SPt., MSi.


Drs. I Wayan Budiartha, MSi.
Ir.I Gusti Ngurah Kayana,MSi.
Ir. Suciani, MSi.
Ir.Ketut Warsa Parimartha,MP.
Dr. Budi Rahayu T.Putri,SPt.,MM.

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016

1
KATA PENGANTAR

Berkat asung kerta wara nugraha Ida Shang Hyang Widhi Wasa,Tuhan Yang
Maha Esa, diktat mata kuliah Studi Kelayakan Bisnis (Sub Pokok Bahasan:
Perhitungan Bunga, Nilai Uang dan Metode Penyusutan Investasi)
diselesaikan tepat pada waktunya. Mata kuliah Studi Kelayakan Bisnis
semester V (ganjil) merupakan mata kuliah wajib di Program Studi Peternakan
Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Diktat ini dibuat sebagai media
pembelajaran bagi mahasiswa semester V Fakultas Peternakan UNUD, dalam
menunjang proses belajar mengajar.
Tujuan pelaksanaan mata kuliah Studi Kelayakan Bisnis, mahasiswa
diharapkan mampu membuat suatu rencana usaha peternakan dan merupakan
bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan apakah layak atau tidak
rencana usaha tersebut untuk dilaksanakan.
Pada kesempatan ini tim penyusun mengucapkan terimakasih kepada:
• Bapak Prof. Dr. Ir. I Nyoman Suparta,MS.,MM.
• Rekan-rekan dosen di Lab. Agribisnis Peternakan atas kerjasamanya.
• Bapak Dekan Fakultas Peternakan atas fasilitas yang telah diberikan.
Semoga diktat ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa maupun dosen pengampu
mata kuliah dalam upaya memperlancar proses belajar mengajar. Kami
menyadari bahwa diktat yang kami susun ini tidak luput dari berbagai
kekurangan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dalam rangka
penyempurnaan diktat ini.

Denpasar, Juni 2016

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR …………………………………………………… 2
DAFTAR ISI ……………………………………………………..…. ... 3
I. PERHITUNGAN BUNGA DAN NILAI UANG ………………....… 4
1.1 Bunga Biasa (Simple Interest) ..................................... …... 5
1.2 Bunga Majemuk (Compound Interest) .......................... ...... 6
1.3 Anuitas (Annuity) ....................................................... ….. 9
1.3.1 Anuitas Biasa (Simple Annuity) ........................ ….. 10
1.3.1.1 Ordinary Annuity ................................. ….. 10
1.3.1.2 Annuity Due ........................................ ….. 17
1.3.1.3 Deferred Annuity ………………….. ......... ….. 22
1.3.2 Anuitas Kompleks (Complex Annuity) .................... 26
1.3.2.1 Complex Ordinary Annuity ................... ...… 27
1.3.2.2 Complex Annuity Due ........................... ….. 29
1.3.2.3 Complex Deferred Annuity ................... ….. 29
II. METODE PENYUSUTAN INVESTASI ........................... …... 31
2.1 Metode Rata-Rata ...................................................... ….. 32
2.1.1 Metode Garis Lurus (Straight Line Method) ....... …… 33
2.1.2 Metode Jam Kerja Mesin (Service Hours Method) ….. 34
2.1.3 M.etode Jumlah Produk (Product Units Method) …… 36
2.2 Metode Bunga Majemuk (Compound Interest Method) . …… 37
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. ....... 40

3
BAB I
PERHITUNGAN BUNGA DAN NILAI UANG

Di dalam menyusun sebuah studi kelayakan bisnis, banyak hal


yang khubungan dengan perhitungan bunga dan nilai uang. Perhitungan
bunga menyangkut bunga pinjaman dan sumber dana yang berasal dari
luar usaha, seperti dari bank, perorangan, maupun lembaga keuangan
lainnya. Demikian pula dengan perhitungan nilai uang, baik dalam bentuk
present value mau.pun dalam bentuk future value, pada umumnya tingkat
bunga digunakan sebagai indikator.
Perhitungan-perhitungan kriteria investasi biasanya meliputi
periode waktu yang cukup lama sehingga memungkinkan nilai uang sudah
berubah. Di dalam merealisasikan sebuah rencana usaha, biaya investasi
biasanya dikeluarkan di awal umur proyek, sedangkan penerimaan
(benefit) baru akan di terima beberapa tahun kemudian. Nominal uang
yang sama pada saat ini maupun 5 tahun kemudian, nilainya akan berbeda.
Nilainya saat ini tentu akan jauh lebih besar dibandingkan nilainya 5 tahun
kemudian. Hal ini sangat logis dengan perhitungan uang yang ada saat ini
bisa diinvestasikan sehingga menghasilkan nominal yang lebih besar pada
masa yang akan datang. Disamping itu, mungkin kita masih ingat, jika
tahun 1990-an harga 1 kg beras sekitar Rp. 2.000,-, dan sekarang harganya
mencapai Rp. 8.000,- per kg dengan spesifikasi yang sama. Pada
umumnya seseorang akan lebih suka menerima nominal uang yang sama
saat ini dibanding pada masa yang akan datang. Keadaan yang disebut
dengan time preference ini berlaku pada seseorang maupun masyarakat
secara keseluruhan. Oleh karena itulah seseorang akan bersedia
mengorbankan uangnya pada saat ini bila ada tingkat bunga yang
diperhitungkan sebagai kompensasinya (time value of money). Konsep
inilah melahirkan istilah present value (nilai sekarang) dan future value
(nilai yang akan datang).
Dalam merealisasikan sebuah rencana usaha, modal uang sangat
penting untuk membiayai berbagai kebutuhan yang diperlukan sehubungan

4
dengan rencana usaha tersebut. Karena keterbatasan modal uang yang
dimiliki oleh pengusaha, pada umumnya mereka meminjam uang dari
pemberi pinjaman. Sebagai konpensasinya, si peminjam akan membayar
bunga kepada pemberi pinjaman, dan bunga itu akan diperhitungkan
sebagai biaya oleh si peminjam. Dengan demikian Bunga merupakan biaya
modal. Besar kecilnya jumlah bunga yang merupakan beban terhadap
peminjam (debitor) sangat tergantung pada waktu, jumlah pinjaman, dan
tingkat bunga yang berlaku. Dalam perhitungan mathematics of finance
dikenal 3 bentuk sistem perhitungan bunga, antara lain:
1. Bunga biasa (Simple interest).
2. Bunga majemuk (Compound interest)
3. Anuitas (Annuity).

1.1 Bunga Biasa (Simple interest)


Besar kecilnya juinlah bunga yang diterima kreditor tergantung
pada besar kecilnya principal (modal), interest rate (tingkat bunga), dan
jangka waktu. Berdasarkan perhitungan bunga biasa, besarnya bunga dapat
rumuskan sebagai berikut:

B=P.i.n S=P+B

dimana:
B = bunga
P = principal (modal)
i = interest rate (tingkat bunga)
n = jangka waktu
S = Penerimaan

Contoh 1.
Misal seorang petemak mendapat pinjaman dan bank sebesar Rp 5 juta
dengan tingkat bunga biasa sebesar 18%/th, berapa besarnya bunga yang
5
harus dibayar selama 3 th?. Berapa jumlah pengembalian peternak (jumlah
penerimaan bank) jika dalam 3 tahun hams sudah lunas
Jawab:
Bunga selama 3 tahun = 5 juta x 18% x 3
= Rp. 2,7 juta
Jumlah pengembalian peternak (penerimaan bank) adalah
= 5 juta + 2,7 juta
= Rp 7,7 juta

Tabel 7. Perhitungan buanga biasa


Pengembalian
Th Bunga Saldo Akhir
Pokok
0 5.000.000,00
1 - 900.000,00 5.000.000,00
2 - 900.000,00 5.000.000,00
3 5.000.000,00 900.000,00 -
Jml 5.000.000,00 2.700.000,00

1.2 Bunga Majemuk (Compound Interest)


Bunga majemuk biasanya dilakukan dalam waktu yang relatif
panjang dan dalam perhitungan bunga biasanya dilakukan lebih dari satu
periode. Dengan demikian, bunga majemuk adalah bunga yang akan
menjadi modal apabila tidak diambil pada waktunya (bunga berbunga).
Perhitungan bunga majemuk dilakukan secara reguler dengan interval
tertentu, seperti setiap bulan, setiap kuartal, setiap 6 bulan atau setiap
tahun. tingkat bunga setiap interval adalah tingkat bunga setahun dibagi
dengan interval yang digunakan. Apabila tingkat bunga setahun sebesar
18% dan interval bunga majemuk selama 1 tahun, maka tingkat bunga
setiap interval adalah sebesar 18%/1 = 18%, dan bila intewal bunga setiap
bulan maka besarnya tingkat bunga setiap interval 18%/ 12 = 1,5%.

6
Contoh 2
Seseorang meminjamkan uang sebesar Rp 100.000,- dengan tingkat bunga
12% per tahun dan dimajemukkan setiap 6 bulan selama 2 tahun. jumlah
pengembalian setelah 2 tahun dihitung sebagai benkut:

Pokok awal 100.000

Bunga 6 bln pertama 6% x 100,000 6.000 +

Jumlah pokok setelah 6 bulan pertama 106.000


Bunga 6 bln kedua 6360 +

Jumlah pokok setelah 6 bulan kedua 112.360


Bunga 6 bln ketiga 6741,6 +

Jumlah pokok setelah 6 bulan ketiga 119.102


Bunga 6 bln keempat 7146,1 +

Jumlah pokok setelah 2 tahun 126.247,7

Dengan model perhitungan bunga ini, bunga yang dibayar setiap 6 bulan
semakin besar, karena pokok juga semakin besar. Bunga yang diperoleh
pada akhir bulan ke 6 akan ikut menjadi pokok pada perhitungan bunga
pada 6 bulan berikutnya, dan seterusnya. Secara matematis perhitungan
bunga dengan sistem bunga majemuk dapat digambarkan seperti tabel di
bawah ini:
A B C
Periode Jumlah Uang Bunga (a x i) Jml Uang akhir th
Pemajemukan awal tahun (a + b)
1 P P.i P + P.i = P (1 + i)
2 P (1+i) P (1+i).i P (1 + i) + P (1 + i) . i = P (1+i)2
3 P (1+i)2 P (1+i)2.i P (1 + i)2 + P (1 + i)2 . i = P (1+i)3
.
.
.
n P (1+i)n-1 P (1+i)n-1.i = P (1+i)n

Sejalan dengan perhitungan di atas, maka perhitungan bunga majemuk


dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:
S = P(1+i) n
7
P = S(1+i) -n atau P = S/(1+i)n

  S 1/n 
i =    −1 x 100%
 P  
 
logS−logP
n =
log(1+i)
dimana:
S = Jumlah penerimaan
P = present value
n = Periode waktu
i = tingkat bunga per periode waktu
Dengan demikian, principal sebesar P dengan periode pemajemukan
sebanyak n kali dengan tingkat bunga sebesar i per periode pemajemukan
akan menjadi P(1+i) n . Nilai (1+i)n disebut dengan compounding factor,
yaitu suatu bilangan yang digunakan untuk menilai nilai using pada masa
yang akan datang (future value). Nilai (l+i) -n disebut dengan discount
factor, yaitu suatu bilangan untuk menilai nilai uang dalam bentuk
present value (nilai sekarang). Besar kecilnya jumlah uang di masa yang
akan datang maupun jumlah uang pada saat ini tergantung pada besar
kecilnya tingkat bunga dan jangka waktu yang digunakan.

Contoh 3
Seorang investor meminjam uang sebesar Rp 100.000.000,- selama 10
tahun dengan tingkat bunga 14% per tahun dan dimajemukkan setiap 6
bulan (2 kali setahun). Jumlah pengembalian setelah 10 tahun dapat
diselesaikan sebagai berikut:

Jawab:
Diketahui:
i = 14%/2=7%
n = 2 x 10 = 20
P = 100.000.000,-
8
S = P (1+i) n
= 100.000.000,- (1 + 0,07) 20
= Rp. 386.968.446,25-
Perlu diperhatikan bahwa tingkat bunga yang sama akan memberikan hasil
yang berbeda, apabila frekuensi bunga majemuk yang dilakukan dalam
satu tahun juga berbeda, seperti contoh berikut:
Contoh 4
Apabila Bank A menerima tingkat bunga deposito sebesar 18% per tahun
dan dimajemukkan setiap bulan. Bank B juga menerima tingkat bunga
deposito sebesar 18% per tahun dan dimajemukkan setiap 6 bulan.
Perbedaan mi dapat dilihat melalui perhitungan bunga efektif dan masing-
masing bank dengan cara sebagai berikut:
Effective rate yang didasarkan pada bank A:
F = (l+j/m) m
= (l+0,18/l2)12 -1
= 19,56%
Effective rate yang didasarkan pada bank B:
F = (1+j/m) m
= (I+ 0,18/2) 2 - 1
= 18,81%
dimana:
F = Effective rate
m = frekuensi bunga majemuk dalam satu tahun
j = bunga majemuk per tahun
Hasil perhitungan menunjukkan tingkat bunga efektif yang diberikan
bank A lebih besar dari tingkat bunga efektif yang diberikan oleh Bank B
sebesar 0,75%.

1.3 Anuitas (Annuity)


Annuitas adalah Suatu rangkaian pembayaran dengan jumlah yang
sama besar pada setiap interval pembayaran. Besar kecilnya jumlah
pembayaran pada setiap interval tergantung pada jumlah pinjaman, jangka

9
waktu, dan tingkat bunga. Tingkat bunga pada setiap interval tergantung
pada interval bunga majemuk yang dilakukan, bisa terjadi pada setiap
bulan, setiap kuartal, setiap 6 bulan, maupun setiap tahun. Dilihat dari
bentuknya, annuity ini dapat dibagi atas dua bagian, yaitu:
a. Simple Annuity
b. Complex Annuity

1.3.1 Anuitas Biasa (Simple Annuity)


Simple annuity adalah sebuah anuitas yang mempunyai interval
yang sama antara waktu pembayaran dengan waktu dibungamajemukan.
Dilihat dari tanggal pembayarannya, anuitas ini dapat dibagi atas 3 jenis,
yaitu :
a. Ordinary annuity
b. Annuity due
c. Deferred Annuity

1.3.1.1 Ordinary Annuity


Ordinary annuity adalah sebuah anuitas yang diperhitungkan pada
setiap akhir interval seperti akhir bulan, akhir kuartal (3 bulan), akhir
setiap 6 bulan (semester), maupun pada setiap akhir tahun. Untuk
menghitung present value, future value maupun jumlah anuitas dapat
dilakukan dengan formula sebagai berikut :
Perhitungan present value (nilai saat ini)

An = R 
{ }
 1 − (1 + i) − n 

 i 
Perhitungan furture value (nilai yang akan datang)

Sn = R 
{ }
 (1 + i) − n − 1 

 i 
Perhitungan anuitas:
 i   i 
R = An  atau R =Sn 
 {1 - (1 + i) }  {1 - (1 + i) − 1}
-n  n 

dimana :
10
An = Present Value
SN = Future Value
R = Anuitas (Angsuran)
i = Tingkat bunga setiap interval
n = Jumlah interval pembayaran

Perhitungan Present Value


Present value merupakan nilai sekarang dari sebuah anuitas dan
identik dengan nilai awal dari penanaman modal. Apabila jumlah
penerimaan sebesar Rp. 100.000,- dan bunga sebesar Rp 20.000,- maka
present value = Rp 100.000 – Rp, 20.000 = Rp 80.000,-. Contoh dalam
perhitungan ordinary annuity adalah seperti berikut :

Cantoh 5
Sebuah perusahaan mencicil pinjaman sebesar Rp 50.000,- pada setiap
akhir bulan selama 6 bulan dengan suku bunga diperhitungkan sebesar
18% per tahun.
Berapakah besarnya present value?
Jawab :
Diketahui :
R = 50.000,-
i = 18%/12 = 0,015
n = 6

An = R 
{ }
 1 − (1 + i) − n 

 i 

= 50.000 
{ }
 1 − (1 + 0,015 ) − 6 

 0,015 
= Rp. 284.859,36
Soal ini pun dapat diselesaikan dengan menggunakan discount factor
seperti Tabel berikut :

11
Akhir
Discount Discount
Bulan Angsuran An
Factor Factor
Ke-
1 50.000 (1 + 0,015) -1 0,985221675 49.261,08
2 50.000 (1 + 0,015) -2 0,970661749 48.533,09
3 50.000 (1 + 0,015) -3 0,956316994 47.815,85
4 50.000 (1 + 0,015) -4 0,94218423 47.109,21
5 50.000 (1 + 0,015) -5 0,928260325 46.413,02
6 50.000 (1 + 0,015) -6 0,914542193 45.727,11
Jumlah Present Value (Rp) 284.859,36

Dengan demikian jumlah pinjaman adalah sebesar present valuenya yaitu


sebesar Rp. 284.859,36 sehingga pada akhir bulan ke 6 pinjaman tersebut
sudah lunas. Adapun jadwal pelunasan pinjamannya dapat dilihat pada
Tabel berikut :
Akhir Komulatif Sisa
Angsuran Bunga Pengembaian
Bln Pengembalian Kredit
(Rp.) (Rp.) Pokok (Rp.)
ke- (Rp.) (Rp.)
0 284.859,36
1 50.000 4.272,89 45.727,11 45.727,11 239.132,25
2 50.000 3.586,98 46.413,02 92.140,13 192.719,23
3 50.000 2.890,79 47.109,21 139.249,34 145.610,02
4 50.000 2.184,15 47.815,85 187.065,19 97.794,17
5 50.000 1.466,91 48.533,09 235.598,27 49.261,08
6 50.000 738,92 49.261,08 284.859,36 (0,00)
Jml 300.000 15.140,64 284.859,36

Perhitungan Angsuran
Contoh perhitungan angsuran dari ordinafy annuity dapat dilihat pada
Contoh 7.
Seorang peternak merencanakan membangun kandang ayam petelur yang
memerlukan biaya sekitar 120 juta, dimana dana tersebut dipinjam dari

12
bank dengan tingkat bunga 15% per tahun dan dimajemukan pada setiap
bulan. Berapa besarnya cicilan yang harus dibayar oleh peternak tersebut
setiap akhir bulan jika selama 3 tahun pinjaman tersebut harus sudah lunas
Jawab:
diketahui:
An = 120.000.000,-
i = 15%/12=0,0125
n = 3 x 12 = 36
 0,0125 
R = 120.000.000 
 {1 − (1 + 0,0125 }
− 36 

= Rp. 4.159.839,42

Perhitungan penerimaan, (future value)


Contoh perhitungan penerimaan, (future value) dan ordinary
annuity dapat dilihat pada Contoh 8. Jumlah penerimaan dari serangkaian
pembayaran bukanlah berarti kumulatif dan jumlah pembayaran pada
setiap interval, tetapi diperhitungkan bunga secara bunga majemuk
(compound interest) dari sejumlah uang yang dicicil.
Jumlah pembayaran pada interval pertama, diperhitungkan bunga
pada akhir interval kedua, sehingga jumlah penerimaan pada akhir interval
kedua adalah sebesar 2 kali setoran ditambah dengan bunga pada setoran
pertama. Berdasarkan pada Contoh 7 di,atas, bila jumlah cicilan pada
setiap akhir bulan sebesar Rp. 4.159.839,42,- dengan tingkat bunga 15%
per tahun dan dimajemukkan pada setiap bulan selama 3 tahun. Jumlah
penerimaan kreditur (bank) yang memberikan pinjaman dapat dihitung
sebagai berikut :

Sn = R 
{ }
 (1 + i) n − 1 
i 
 

= 4.159.839,42 
{ }
 (1 + 0,0128 ) n − 1 

 0,0125 
= Rp. 187.673.258,-

13
Berdasarkan pada hasil perhitungan di atas, jumlah pembayaran pada akhir
interval sebesar Rp 187.673.258,- tetapi bila dilihat dari pengeluaran
nasabah hanya sebesar:
36 x Rp.4.159.839,42,- = Rp. 149.754.219,14
Ini berarti, besarnya bunga yang merupakan beban selama 3 tahun
Rp. 149.754.2l9,14.- Rp. 12.000.000 = Rp. 29.754.219,14, Di pihak lain
bunga efektif yang diterima investor diperhitungkan sebesar:
Rp. 187.673.2523 - Rp. 120.000.000 = Rp. 67.673.258
Berdasarkan pada uraian ini, bunga yang akan dibayar oleh peternak hanya
sebesar Rp. 29.754.219,14 dan bunga yang diterima oleh investor sebesar
Rp. 67.673.258 dengan adanya perhitungan ini kedua belah pihak merasa
diuntungkan.

Perhitungan Tingkat Bunga


Untuk menghitung besarnya tingkat bunga, apabila present value
yang diketahui dapat diselesaikan dengan menggunakan Lampiran 1 dan
apabila jumlah penerimaan yang diketahui dipergunakan Lampiran 2.
Apabila present value yang diketahui:
{ }
 1 - (1 + i) n  An
  = R
 i 
Apabila jumlah penerimaan (future value) yang diketahui:
{
 (1 + i) n − 1  } Sn
  =
 i  R

Contoh 8
Apabila diketahui jumlah present value sebesar Rp 969.482,- dengan
anuitas Rp. l50.000,- pada setiap akhir kuartal selama 2 tahun. Untuk
menentukan besarnya tingkat bunga pada setiap kuartal maupun setiap
tahun dapat diselesaikan sebagai berikut:
diketahui:
An = Rp. 969.482
n = 2x4=8
R = Rp. 150.000
14
i = ...... ?
{ }
 1 - (1 + i) n  An
  = R
 i 

{ }
 1 - (1 + i) -8  969.482
  = 150.000 = 6 , 4632133
 i 
Nilai discount factor untuk {1-(1+i)/i} dapat dilihat dalam Lampiran 1
pada n=8 dimana nilainya 6,46212760. Dengan demikian pada kolom
tersebut i = 5% dan tingkat bunga setahun (nominal rate) 4 x 5=20%
(dimajemukkan 4 x setahun).
Apabila nilai i tidak tersedia dalam lampiran, nilai i dapat dihitung dengan
menggunakan sistem intelpolasi seperti contoh berikut :

Contoh 9
Seorang pengusaha menyetor uang pada bank sebesar Rp. 445.000,- dan
diambil kembali secara cicilan setiap akhir 6 bulan sebesar Rp. 50.000,-=
dalam waktu 5 tahun. Berapakah besamya interest rate dan nominal rate?
Diketahui:
An = 445.000
R = 50.000
n = 10
{ }
 1 - (1 + i) -n  An
  = R
 i 

{
 1 - (1 + i) -10  } 445.000
  = 50.000 = 8,9000000
 i 

Apabila dilihat dalam Lampiran 1 unluk nilai i = 8,9 pada n = 10 nilainya


tidak tersedia, yang mendekati nllai tersebut adalah 8,98258501 pada i =
2% dan 8,75206393 pada i = 2,5%. Dengan demikin nilai i berada diantara
2% dan 2,5%.
Untuk mengetahui nilai i secara pasti dapat dilakukan dengan cara
interpolasi yang dihitung sebagai berikut :

15
Tingkat bunga (i) Discount factor Persamaan
2% 8,982585 A
X 8,9 B
2,50% 8,752064 C

b-c x - 2,5% 8,9 − 8,752064 0,147936


= = =
a - c 2%- 2,5% 8,982585− 8,752064 0,230521

0,147936
x – 2,5% = (-0,5%)
0,230521
0,147936
x - 2,5% = (-0,5%) + 2,5%
0,230521
x = 0,021791
Dengan demikian interest rate-nya adalah sebesar 2,l8% (per 6 bulan), dan
nominal rate-nya adalah 2,18% X 2 = 4,36% (per tahun)

Menentukan Jangka Waktu


Untuk menentukan jangka waktu dari sebuah anuitas, sama halnya
dengan cara menentukan tingkat bunga.

Contoh I0
Seorang peternak menerima uang dari bank sebesar
Rp. 1.653.298,- dari setoran sebesar Rp. 50.000,- pada akhir setiap kuartal
dengan tingkat bunga 20% setahun. Berapa lama peternak tersebut telah
melakukan setoran untuk mendapatkan sejumlah uang tersebut?

Diketahui:
Sn = Rp. 1.653.298
R = Rp. 50.000,-
I = 20%/4 =5%
N = ?

16
Penyelesaian:
{ }
 (1 + i) n − 1  Sn
  = R
 i 

{ }
 (1 + 0,05 ) n − 1  1.653.298
  = 50.000 = 33,06596
 0,05 
Dalam Lampiran 2 pada i = 5% nilainya 33,06596 terdapat pada n=20.
Dengan demikian lamanya petemak tersebut telah melakukan penyetoran
adalah 20 kuartal atau 20: 4 = 5 tahun. Apabila pada tingkat bunga sebesar
5% tidak tersedia nilai 33,065960, carilah nilai i yang mendekati nilai
hitung, sehingga n berada antara kedua nilai. Untuk mendapatkan nilai n
secara pasti pergunakan metode interpolasi.

1.3.1.2 Annuity Due


Annuity due adalah sebuah anuitas yang pembayarannya dilakukan
pada setiap awal interval. Awal interval penama merupakan perhitungan
bunga yang pertama dan awal interval kedua merupakan perhitungan
bunga yang kedua dan seterusnya.
Formula yang digunakan dalam perhitungan annuity due tidak
berbeda dengan formula yang ada dalam ordinary annuity. Dalam annuity
due hanya ditambahkan satu compounding factor (1+i), baik untuk present
value maupun future value. Pertambahan satu compounding factor pada
annuity due adalah sebagai akibat pembayaran yang dilakukan pada awal
setiap interval, maka nilai yang dihitung dengan menggunakan annuity due
selalu lebih besar bila dibanding dengan ordinary annuity.

Perhitungan Present Value


Untuk menghitung present value dansebuah annuity due dapat
dilakukan dengan menggunakan formula sebagai benkut:
{ }
 1 - (1 + i) n 
An (ad) = R   (1 + i)
 i 
Atau

17
An (ad) = R 
{ }
 1 - (1 + i) -(n -1) 
+ 1
 i 
Contoh 11:
Sebuah perusahaan peternakan ayam petelur ingin memperoleh uang
secara kontinu sebesar Rp 1.500.000,- dari bank pada setiap awal kuartal
selama satu tahun. Berapa jumlah dana yang harus disetor pada bank
apabila tingkat bunga diperhitungkan sebesar 18% per tahun?
Diketahui : R = Rp. 1.500.000,-
i = 18%/4 = 4,5%
n = 4

An (ad) = R 
{
 1 - (1 + i) -n }  (1 + i )

 i 

{ }
 1 - (1 + 0,045 ) - 4 
= 1.500.000   (1 + 0,045 )
 0,045 
= Rp. 5.623.447,-

Jumlah Pembayaran (future amount)


Formula yang digunakan untuk menghitung jumlah pembayaran
dalam annuity due dilakukan sebagai berikut :
{
 (1 + i) n − 1  }
Sn (ad) = R   (1 + i) atau
 i 

{
 (1 + i) (n +1) − 1  }
Sn (ad) = R   −R
 i 
Contoh 12:
Sebuah perusahaan peralatan peternakan memberikan fasilitas pembelian
nipple otomatis secara kredit kepada seorang peternak ayam petelur.
Tingkat bunga diperhitungkan sebesar 12% per tahun dan cicilan
dilakukan setiap awal bulan sebesar Rp 70.000,- selama 3 tahun.
Berapakah besarnya jumlah pembayaran (future amount)?.

18
Diketahui : R = Rp. 70.000,-
i = 12%/12 = 1%
n = 12 x 3 = 36
{ }
 (1 + i) n − 1 
Sn (ad) = R   (1 + i )
 i 

= 70.000  {(1 + 0,01) − 1 }  (1 + 0,01)


 36

 0,01 
= Rp. 3.045.535,-
Berdasarkan pada hasil perhitungan di atas, jumlah pembayaran
setelah 3 tahun adalah sejumlah Rp 3.0-45.535,- lebih besar bila dihitung
dengan menggunakan metode ordinary annuity sebesar Rp 30.153,-
Perbedaan ini disebabkan oleh perhitungan bunga yang dilakukan pada
setiap awal interval. Perlu juga diketahui, jumlah yang dibayar secara
nyata oleh peternak hanya sebesar: 36 bulan x Rp. 70.000,- =
Rp. 2.520.000,-
Berdasarkan pada hasil perhitungan ini, peternak merasa tidak
berkeberatan dalam membeli nipple dengan cara cicilan dan sebaliknya
pihak kreditor merasa tidak dirugikan karena bunga dihitung secara
compound interest dari hasil cicilan peternak. Jumlah bunga yang diterima
perusahaan adalah sebesar Rp. 916.934, dan sebaliknya bunga yang akan
dibayar oleh peternak hanya sebesar Rp 391 .400,-.

Hubungan antara Present Value dengan Future Amount


Hubungan antara present value dengan future value dari sebuah
annuity due sama halnya dengan hubungan yang terdapat dalam
perhitungan bunga majemuk. Present value merupakan modal dasar dan
future value merupakan penjabaran dari bunga majemuk. Dalam
perhitungan bunga majemuk, jumlah penerimaan dihitung dengan formula
S = P(1+i)n dan present value dihitung dengan formula P = S(1+i) -n .
Sejalan dengan formula bunga majemuk annuity due Sn (ad) merupakan
future value dan An (ad) merupakan present value. Dengan demikian
formula yang digunakan dalam hubungan ini adalah sebagai beiikut :
An(ad) = Sn(ad) (l+i) -n

19
Sn(ad) = An(ad) (1+i)n
Apabila diketahui nilai present value dari annuity due, jumlah
penerimaan pada interval dapat diketahui tanpa menghitung besarnya
anuitas pada setiap interval dan hubungan ini tidak dapat diterapkan pada
ordinary annuity maupun bentuk annuity lainnya seperti deferred annuity.

Anuitas, Jangka Waktu, dan Tingkat Bunga


Penentuan anuitas dalam sebuah annuity due dapat dihitung
apabila nilai present value atau future value (jumlah penerimaan) dari
transaksi pinjaman diketahui, disamping tingkat bunga dan lamanya
pinjaman. Apabila diketahui nilai present value, untuk menghitung
besarnya anuitas dapat digunakan formula berikut ini :
 i 
R = An  (1 + i) −1
 {
1 - (1 + i) }
-n 

dan apabila jumlah penerimaan yang diketahui gunakan formula berikut
ini :
 i  −1
R = Sn   (1 + i)
 {(1 + i) − 1} 
n

Annuity adalah cicilan yang harus dikembalikan oleh debitor, baik


setiap bulan, maupun setiap tahun tergantung pada perjanjian antara
debitor dengan pihak kreditor. Besarnya anuitas pada setiap interval,
mempunyai jumlah yang sama pada setiap pembayaran dan dalam jumlah
tersebut telah diperhitungkan bunga sebagai biaya modal.
Untuk menentukan jangka waktu dan sebuah annuity due, sama
halnya dengan menentukan pada ordinary annuity. Apabila An (ad)
diketahui, lamanya jangka waktu dari suatu pinjaman dapat diselesaikan
dengan menggunakan formula berikut :
{ }
 1 - (1 + i) -(n -1) 
An (ad) = R 
i  +R
 
Dan apabila Sn (ad) diketahui, lamanya jangka waktu dari suatu
pinjaman dapat diselesaikan dengan menggunakan formula berikut :

20
{ }
 1 - (1 + i) (n +1) − 1 
Sn (ad) = R 
i  −R
 
Contoh 13 :
Seorang peternak telah melalcukan penyetoran pinjaman secara cicilan
pada bank sebesar Rp.500.000,- pada setiap awal bulan. Tingkat bunga
pinjaman diperhitungkan sebesar 18% per tahun. Berapa bulan harus
diadakan penyetoran untuk menutupi pinjaman sebesar 10 juta rupiah?
Diketahui : R = Rp. 500.000,-
i = 18%/12 = l,5%
An = Rp. 10.000.000,-
n = ?

= R {
}
 1 - (1 + i) -(n -1) 
An (ad)
i  +R
 

{
 1 - 0 (1 + 0,015 ) -(n -1)  }
 0,015  + 5 00 .000
10.000.000 = 500.000  

{ }
 1 - (1 + 0,015 ) -(n -1) 
  = 19
 0,015 
Untuk mengetahui lamanya penyetoran, lihat Lampiran 1 pada
i=1,5%, dimana untuk nilal 19 tidak tersedia. Nilai yang mendekati 19
pada i=1,5% pada n=22 dengan nilai 18,62082 dan pada n = 23 nilainya
19,33086. Dengan demikian untuk mengembalikan kredit sebesar Rp 10
juta membutuhkan waktu selama 22 bulan lebih atau dapat ditulis sebagai
berikut : 22 bulan < n < 23 bulan.
Untuk mengetahui pengembalian secara pasti dapat digunakan
metode interpolasi seperti yang telah diuraikan sebelumnya dan dengan
jalan yang sama dalam menentukan tingkat bunga.
Apabila present value yang diketalaui, dapat digunakan Lampiran
1 dalam penyelesaian masalah dan apabila future value yang diketahui,
pergunakan Lampiran 2 untuk penyelesaiannya.

21
Pergunakan jumlah n untuk mencari nilai hitung dan apabila nilai
tabel telah sesuai dengan nilai hitung lihat pada kolom tersebut tingkat
bunga yang dicari.
Apabila nilai hitung tidak tersedia dalam Lampiran 1 atau Lampiran 2
dengan menggunakan n tertentu, pergunakan metode interpolasi dalam
menentukan besarnya tingkat bunga yang sebenamya. Perlu diketahui
bahwa nilai i yang dicari merupakan tingkat bunga pada interval tersebut
dan apabila ingin diketahui besarnya tingkat bunga setahun (nominal rate)
harus dikalikan dengan interval yang digunakan.
Apabila interval bunga majemuk diperhitungkan setiap bulan, ini
berarti tingkat bunga setahun adalah sebesar l2 kali dari i cari; apabila
interval yang digunakan dalam kuartal, tingkat bunga setahun adalah
sebesar 4 kali 1 cari; dan apabila interval bunga majemuk dalam tahun, ini
berarti nominal rate sama dengan tingkat bunga interval.

1.3.1.3. Deferred Annuity


Deffered annuity adalah suatu anuitas yang pembayarannya
dilakukan pada akhir setiap interval. Perbedaan antara ordinary annuity
dengan deferred annuity terletak dalam hal penanaman modal, dimana
dalam perhitungan deffered annuity ada masa tenggang waktu (grace
period) yang tidak diperhitungkan bunga.

Contoh 14:
Sebuah perusahaan peternakan mendapat pinjaman dari sebuah bank
sebesar l miliar rupiah pada tanggal l Januari 2010. Berdasarkan
kesepakatan kedua belah pihak, bunganya mulai diperhitungkan pada akhir
tahun 2012. Dengan demikian, sejak tanggal 1 Januari 2010 s.d. l Januari
tahun 20l2 adalah merupakan tenggang waktu yang tidak diperhitungkan
bunga, persoalan demikian dalam mathematic of finance disebut dengan
deferred annuity. Untuk menentukan nilai present value dan future value
(jumlah penerimaan) dihitung dengan menggunakan formula sebagai
berikut :
22
An (da) = R
{
 1 - (1 + i) n  }
(1 + i ) −1
 i 
 

Sn (da) = R
{
 1 - (1 + i) n − 1  }
 
 i 
Dimana : t merupakan tenggang waktu yang tidak diperhitungkan bunga.
Contoh 15:
Seorang petani membuka usaha dalam bidang peternakan dan untuk
membiayai usaha tersebut ia meminjam uang pada bank dengan tingkat
bunga 12% per tahun dan dimajemukkan setiap kuartal. Pinjaman tersebut
harus dikembalikan secara cicilan mulai pada akhir kuartal ketiga sebesar
Rp. 400.000,- selama 5 kali angsuran. Berapa besar jumlah pinjaman?
Diketahui:
R = Rp. 400.000,-
i = 12%/4=3%
n = 5
t = 2

R  {1 - (1 + i) }  (1 + i)
 -n
−t
An (da) = 
 i 

{
 1 - (1 + 0,03) -5  −2 }
400 .000 
0,03  (1 + 0,03)
=  

= Rp. 1.726.720,-
Jumlah present value dari deferred annuity, sebenarnya sama dengan
jumlah present value dari ordinary annuity yang dikalikan dengan nilai
discount factor dari masa tenggang waktu (An (da) = An x discount
factor t).

R  {1 - (1 + i) }
 -n
An = 
 i 

400.000  {1 - (1 + 0,03) }
 -5
A5 = 
0,03
 

= 1.831.880
An(da)= An x discount factor t
23
= 1.831.880 x (1 + 0,03) -2
= Rp. 1.726.720,-
Untuk memahami deferred annuity secara jelas, dapat dilihat pada Tabel
jadwal pelunasan kredit berikut ini.
Jadwal Pelunasan Kredit.
Komulatif
Akhir Angsuran Bunga Pengembalian Sisa Kredit
Pengembalian
Kuartal (Rp.) (Rp.) Pokok (Rp.) (Rp.)
(Rp.)
0 1.726.725,30
1 - 51.801,76 - - 1.778.527,06
2 - 53,355,81 - - 1.831.882,87
3 400.000,00 54.956,49 345.043,51 345.043,51 1.486.839,36
4 400.000,00 44.605,18 355.394,82 700.438,33 1.131.444,54
5 400.000,00 33.943,34 366.056,66 1.066.495,00 765.387,88
6 400.000,00 22.961,64 377.038,36 1.443.533,36 388.349,51
7 400.000,00 11.650,49 388.349,51 1.831.882,87 (0,00)

Nilai present value dari deffered annuity juga sama dengan jumlah present
value secar akeseluruhan (berdasarkan perhitungan ordinary annuity)
dikurangi dengan nilai presnet value dari tenggang waktu (berdasarkan
perhitungan ordinary annuity) :
An (da) = A7 – A2

R  {1 - (1 + i ) }  − R  {1- (1 + i ) } 
 -n -t
An (da) =   
 i   i 

400.000  {1 - (1 + 0,03 ) }  − 400 .000  {1 - (1 + 0,03) } 


 -7 -2
=   
 0,03   0,03 

= 2.492.110 – 765.390

= Rp. 1.726.720,-

Seperti terlihat dalam perhitungan di atas, nilai A 7 adalah sebesar Rp.


2.492.110,- dan nilai A 2 sebesar Rp. 765.390,- jumlah present value dari
deffered annuity adalah sebesar Rp. 1.726.720,-
24
Untuk menghitung Besaran dari deferred annuity ikuti contoh 16
berikut:

Contoh 16:
Seorang investor merencanakan membangun peternakan sapi perah.
Berdasarkan pada hasil penelitian sementara, perusahaan ini membutuhkan
dana investasi sebesar 200 juta rupiah. Dari jumlah investasi tersebut
direncanakan 25% dari jumlah investasi disediakan dari dana sendiri dan
sisanya sebesar 150 juta rupiah diusahakan melalui kredit dari lembaga
perbankan dengan tingkat bunga sebesar 15% per tahun. Pembangunan
kandang dan fasilitas lainnya membutuhkan waktu selama 2 tahun dan
berdasarkan pada keadaan ini, investor menginginkan pengembalian
pinjaman mulai pada akhir tahun ketiga. Berdasarkan pada persoalan di
atas, berapa besar jumlah cicilan yang hams dibayar oleh investor ke pada
bank setiap tahun selama 4 tahun?
Diketahui:
An(da) = Rp. 150.000.000
i = 15%
n = 4
t = 2
R = ?
 i 
R = An (da)  (1 + i ) t
 {1 - (1 + i ) } 
-n 

 0,15 
= 150.000.000  (1 + 0,15) 2
 {1 - (1 + 0,15 ) } 
-4 

= Rp. 69.483.889,-
Secara lebih jelas, ilustrasi dari perhitungan ini dapat dilihat pada jadwal
pelunasan kredit dari pinjaman di atas seperti pada tabel berikut ini :

25
Jadwal pelunasan kredit
Komulatif
Pengembalian
Akhir Angsuran Bunga Pengembalian Sisa Kredit
Pokok
Tahun (Rp.) (Rp.) Pokok (Rp.)
(Rp.)
(Rp.)
0 150.000.000
1 - 22.500.000 - - 172.500.000
2 - 25.875.000 - - 198.375.000
3 69.483.889 29.756.250 39.727.639,12 39.727.639,12 158.647.361
4 69.483.889 23.797.104 45.686.784,99 85.414.424,11 112.960.576
5 69.483.889 16.944.086 52.539802,74 137.954.226,85 60.420.773
6 69.483.889 9.063.116 60.420.773,15 198.375.000,00 (0)

Jumlah cicilan yang dilakukan pada setiap akhir tahun adalah sebesar
Rp. 69.483.889,- selama 4 tahun dan cicilan mulai dilakukan pada akhir
tahun ketiga (grace period 2 tahun). Dilihat dari jumlah penerimaan dari
sebuah deferred annuity sama halnya dengan jumlah penerimaan dengan
menggunakan perhitungan ordinarry annuity. Demikian pula dalam
perhitungan tingkat bunga dan jangka waktu pinjaman sama dengan
annuity sebelumnya.

1.3.2. Anuitas Kompleks (Complex Annuiry)


Anuitas kompleks merupakan sebuah rentetan pembayaran dari
sebuah pinjaman dengan jumlah yang sama pada setiap interval. Perbedaan
antara anuitas kompleks dengan anuitas biasa (simple annuity) terletak
pada sistem perhitungan bunga majemuk pada setiap interval pembayaran.
Di dalam anuitas biasa, perhitungan bunga majemuk dengan interval
pembayaran mempunyai interval yang sama, sedangkan dalam anuitas
kompleks antara interval pembayaran dengan interval bunga majemuk
mempunyai interval yang berbeda.
Apabila interval pembayaran dilakukan pada setiap bulan,
mungkin dibungamajemukan pada setiap kuartal, atau sebaliknya apabila

26
interval pembayaran dilakukan pada setiap kuartal, perhitungan bunga
majemuk dilakukan pada setiap bulan.
Dilihat dari tanggal pembayaranya, complex annuity dapat dibagi
atas tiga jenis, antara lain:
1) Complex Ordinary Annuity
2) Complex Due Annuity
3) Complex Deferred Annuity

1.3.2.1. Complex Ordinary Annuity


Pembayaran anuitas dalam perhitungan complex ordinary annuity
dilakukan pada akhir setiap interval, dimana besar kecilnya anuitas
tergantung pada besar kecilnya pinjaman (principal), tingkat bunga,
jangka waktu, dan frekuensi bunga majemuk dalam satu tahun. Untuk
menentukan present value, junlah penerimaan dan anuitas dari serentetan
transaksi, sedikit berbeda dengan cara yang telah dikemukakan dalam
simple annuity, namun demikian pada prinsipnya perhitungan ini tidak
jauh berbeda.

Menentukan Present Value


Formula yang digunakan dalam perhitungan present value dari complex
ordinary annuity adalah sebagai berikut :

Anc (Oa) = R 
{ }
 1 - (1 + i ) -nc   i 
 i { c
} 
  (1 + i ) − 1 
Di mana, c = perbandingan antara frekuensi bunga majemuk dalam satu
tahun dengan frekuensi pembayaran dalam satu tahun. Sebagal ilustrasi,
untuk mendapatkan besaran nilai n, c, dan nc dalam formula di atas, dapat
diikuti dalam Tabel berikut :

27
Periode
Interval Jangka Jumlah Jumlah Jumlah
Bunga
Pembayaran Waktu N c nc
Majemuk
1 kuartal 1 bulan 3 tahun 12 12/4 36
1 tahun 1 kuartal 3 tahun 3 4/1 12
1 bulan 1 kuartal 3 tahun 36 4/12 12
6 bulan 1 kuartal 3 tahun 6 4/2 12
1 kuartal 1 tahun 3 tahun 12 ¼ 3
1 bulan 1 tahun 3 tahun 36 1/12 3
1 tahun 1 bulan 3 tahun 3 2/1 6

Contoh 17:
Seorang petani merencanakan meminjam uang pada bank untuk membiayai
rencana perluasan usaha dalam subsektor perikanan. Berdasarkan pada
perkiraan dan perhitungan benefit, ia mampu mengembalikan pinjaman
sebesar Rp 76,015,- pada setiap akhir kualtal selama 2 tahun dengan
tingkat bunga pinjaman sebesar 18% per tahun dan dimajemukkan pada
setiap bulan. Berdasarkan pada kemampuan petani tersebut, berapa besar
jumlah kredit yang bisa ia pinjam?
Diketahui:
R = Rp. 76.015,-
c = 12/4 =3
n = 2x4=8
n = 24
i = 18%/12=1,5%
{ + -nc }   
Anc (Qa) = R  1 - (1 i )   i
  {(1 + i ) − 1} 
c 
 i

76,015  {1 - (1 + 0,015 ) } 
 -24
0,015 
=
 0,015  {
  (1 + 0,015 ) 3 − 1 
 }
= Rp. 500.000,-

Jumlah Penerimaan (Future Value)

28
Jumlah penerimaan (Snc) dalam complex ordinary annuity dapat dihitung,
apabila present value atau anuitas dan sebuah pinjaman diketahui.
Formula yang digunakan adalah sebagai berikut :

Snc (Oa) = R 
{ }
 (1 + i ) nc − 1   i 
 i   { c 
  (1 + i ) − 1  }

1.3.2.2. Complex Annuity Due


Complex annuity due adalah pembayaran yang dilakukan pada
setiap awal interval. Perbedaan antara simple annuity due dengan complex
annuity due juga terletak pada interval bunga, di mana dalam complex
annuity due frekuensi bunga majemuk tidak sama dengan frekuensi
pembayaran di dalam satu tahun.
Formula yang digunakan untuk perhitungan present value dari
annuity ini adalah sebagai berikut:

Anc (ad) = R  {1 − (1 + i )
 -nc
}  i 
  (1 + i ) c − 1  (1 + i )
c

 i  { }

Sedangkan future valuenya dapat dihitung dengan formula berikut :

= R  {(1 + i ) − 1}  
 nc
 i 
 (1 + i )
c
Snc (ad)
 i  {(1 + i ) c
− 1} 
Untuk menghitung tingkat bunga, jangka waktu, dan anuitasnya sama
dengan cara menghitung pada complex ordinary annuity.

1.3.2.3 Complex Deferred Annuity


Sistem pembayaran anuitas yang dilakukan dalam complex
deferred annuity juga dilakukan pada setiap akhir interval, seperti akhir
bulan, akhir kuartal, akhir setiap 6 bulan, maupun akhir tahun. Perbedaan
antara anuitas ini dengan complex annuitas sebelumnya terletak pada
tenggang waktu yang tidak diperhitungkan bunga.

Contoh 18:

29
Seorang mahasiswa meminjam uang pada bank sebesar Rp. 800.000,-
dalam rangka menutupi biaya kuliahnya. Ia berjanji akan mengembalikan
pinjaman tersebut secara cicilan selama 5 tahun dan pengembalian
pinjaman dilakukan setelah 3 tahun dari meminjam. Bunga diperhitungkan
sebesar 12% per tahun dan dimajemukkan setiap 6 bulan sekali. Berapakah
besarnya pembayaran yang hams dikembalikan pada setiap akhir tahun?

Diketahui:
A nc = Rp.800.000,-, n = 5 , c = 2/1 = 2 (dibungamajemukan dua kali dalam
setahun dan pembayaran setiap tahun), nc = 2 x 5 = 10, t = 2 (dilakukan
pembayaran pertama 3 tahun dari meminjam, ini berarti l tahun terakhir
telah diperhitungkan bunga karena dalam complex deffered annuity
pembayaran dilaknkan pada akhir interval. i=l2%/2=6% (karena
dimajemukkan dua kali setahun). Formula dalam complex deffered annuity
untuk A nc dan S nc adalah sebagai berikut:
{ }
 1 − (1 + i ) -nc   i 
 (1 + i )
ct
Anc (da) = R 
 i

{ }
  (1 + i ) − 1 
c

30
BAB II
METODE PENYUSUTAN INVESTASI

Untuk menjaga kontinuitas kegiatan usaha dari bisnis yang


direncanakan perlu dihitung besarnya biaya penyusutan pada setiap tahun.
Sebuah perusahaan yang sehat pada umumnya mempunyai cadangan
penyusutan/depresiasi untuk menjaga kontinuitas dari kegiatan usaha di
samping menjaga kualitas produk dan memudahkan dalam mengikuti
pembahan aset dengan adanya perubahan teknologi. Tidak jarang terjadi
pada akhir-akhir ini, dengan pesatnya perubahan teknologi, penggunaan
aset lama kendatipun secara teknis masih relatif baik tetapi secara
ekonomis sudah dianggap tidak layak lagi karena para pesaing telah
menggunakan aset baru dengan teknologi yang lebih bam, yang dapat
memproduksi dengan harga pokok produksi lebih rendah dengan kualitas
produksi yang lebih tinggi.
Dana penyusutan adalah biaya yang dibebankan pada konsumen
melalui perhitungan harga pokok produksi. Dengan demikian, layaknya
dari sebuah studi kelayakan bisnis, sebenamya telah diperhitungkan dana
penyusutan sebagai dana pengganti dan aset yang tidak ekonomis lagi. Di
pihak lain, biaya penyusutan juga dianggap sebagai laba dalam
perhitungan mgi laba, karena dana yang disisihkan sebenarnya merupakan
penerimaan perusahaan yang dapat digunakan pada berbagai kepentingan.
Kecenderungan untuk mempertahankan aset lama dalam kegiatan
produksi, ada kalanya kurang menguntungkan karena biaya perawatan dan
pemeliharaan bertambah lama bertambah besar, disamping kualitas produk
dan kontinuitas usaha yang kurang terjamin.
Jenis investasi yang perlu disusut terdiri dari mesin,
bangunan/gedung, dan peralatan lainnya yang memerlukan penggantian
pada suatu masa sebagai akibat dari pemakaian. Besar kecilnya biaya
penyusutan yang dilakukan pada setiap aset tergantung pada harga aset,
umur ekonomis serta metode yang digunakan dalam penyusutan. Metode
penyusutan pada umumnya dapat dikelompokan atas 4 bagian, yaitu :
31
1. Metode rata-rata
2. Metode bunga majemuk
3. Metode penurunan
4. Metod penyususutan gabungan

Pemilihan salah satu dari metode di atas, sangat tergantung pada


penyusun studi kelayakan bisnis dan jenis aset, samping keinginan dari
pimpinan proyek. Namun demikian, berdasarkan kebiasaan dari proyek
yang dikembangkan apabila kegiatan usaha/proyek dalam skala yang
relatif kecil dengan umur ekonomis yang relatif singkat kecenderungan
menggunakan metode rata-rata lebih realistis dibanding dengan
menggunakan metode bunga majemuk. Demikian pula halnya dengan
proyek-proyek yang berskala besar seperti pabrik elemen, pabrik pupuk
pabrik besi, dan proyek yang berskala besar lainnya, menggunakan metode
bunga majemuk lebih baik daripada menggunakan metode lainnya.

2.1. Metode Rata-rata


Metode ratarata adalah salah satu cara yang dilakukan dalam
penyusutan aset dengan cara rata-rata. Metode ini dikelompokkan atas 3
bagian, yaitu metode garis lurus, metode jam kerja mesin, dan metode
yang didasarkan pada jumlah produksi.

Contoh 1:
Pimpinan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang peternakan
membeli sebuah mobil truk pengangkut dengan harga 80 juta rupiah.
Berdasarkan pada pengalaman sebagai pimpinan perusahaan, truk ini dapat
beroperasi secara ekonomis selama 5 tahun dan pada akhir tahun kelima,
masih dapat dijual dengan harga 25 juta rupiah (scrap value). Berapakah
jumlah penyusutan yang hams dilakukan pada setiap akhir tahun selama 5
tahun dan susunlah jadwal penyusutannya?

32
2.1.1 Metode Garis Lurus (Straight Line method)
Berdasarkan metode ini jumlah penyusutan per tahun dapat
dihitung sebagai berikut :
B−S
P=
n

Dimana:
P = Jumlah penynsutan per periode waktu
B = Harga beli aset (original cost)
S = Nilai sisa (scrap value)
n = Umur ekonomis aset (periode waktu)
80 .000 .000 − 25 .000 .000
P =
5
= Rp. 11.000.000
Penyusutan per tahun sebesar Rp 11 juta dan jumlah dana penyusutan pada
akhir tahun kelima sebesar Rp 80 juta, termasuk nilai sisa aset (scrap
value) sebesar Rp. 25 juta. Berdasarkan pada cadangan dana ini pimpinan
perusahaan pada akhir tahun kelima telah dapat mengganti truk lama
dengan yang baru dengan menggunakan dana penyusutan/depresiasi
sebagai dana pengganti.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, dana depresiasi
merupakan biaya yang dibebankan pada konsumen melalui harga pokok
produksi. Demikian pula dalam usaha peternakan ayam petelur, dana
depresiasi dibebankan melalui harga telur yang dijual pada konsumen.
Jumlah dana depresiasi dalam satu tahun sebesar Rp.11 juta atau setiap
bulan sebesar Rp. 916.667,- dan bila dihitung per hari adalah sebesar
Rp. 30.556,-

33
Jadwal Penyusutan dengan Metode Garis Lurus
Penyusutan Jumlah
Akhir Nilai Buku
Per tahun Penyusutan
Tahun (Rp.)
(Rp.) (Rp.)
0 - - 80.000.000
1 11.000.000 11.000.000 69.000.000
2 11.000.000 22.000.000 58.000.000
3 11.000.000 33.000.000 47.000.000
4 11.000.000 44.000.000 36.000.000
5 11.000.000 55.000.000 25.000.000

2.1.2. Metode Jam Kerja Mesin (Service Hours Method)


Depresiasi yang dihiumg berdasarkan jumlah jam kerja mesin,
didasarkan pada jumlah jam kerja yang digunakan dalam tahun
bersangkutan.
Contoh 2 :
Harga beli sebuah mesin tetas Rp 20.000.000,- dan diperkirakan scrap
value-nya (nilai sisanya) sebesar Rp 2.000.000,-. Mesin ini secara teknis
dapat bekerja secara efektif selama 18.000,- jam dengan usia ekonomis
selama 5 tahun. Hitunglah jumlah penyusutan tahunan berdasarkan pada
jam kerja mesin dan susunlah jadwal penyusutannya?
Jumlah Penyusutan Per Jam (J) adalah
B−S
J=
j
Dimana :
J = penyusutan per jam
B = harga beli asset (original cost)
S = nilai sisa (scrap value)
j = Total jam kerja mesin
Dengan demikian besamya penyusutan dalam tahun ke-n adalah
Pn = J x tn
Pn = besarnya penyusutan dalam tahun ke-n
34
tn = jam kelja pada tahun ke-n
dengan demikian
20 .000 .000 − 2.000 .000
J =
18 .000
= Rp. 1.000
Jumlah penyusutan tahunan (P) tergantung pada jumlah jam kerja mesin
yang digunakan pada setiap tahun. Besar kecilnya jumlah jam kerja dalam
satu tahun tergantung pada rencana produksi yang direncanakan pada
setiap tahun. Di dalam membuat rencana produksi tahunan ada
kecenderungan terbadap produk yang dihasilkan, apabila produk yang
dihasilkan belum dikenal konsumen, rencana produksi pada tahun pertama
relatif lebih kecil dari tahun-tahun berikutnya. Demikian pula sebaliknya,
apabila produk yang dihasilkan telah dikenal oleh konsumen dan
mempunyai pasaran yang luas, bisa jadi rencana produksi pada tahun
pertama lebih besar dari tahun-tahun berikutnya karena mesin masih
dalam keadaan baru disamping tingkat kerusakan masih relatif kecil.
Berikut merupakan contoh perencanaan produksi terhadap produk yang
belum dikenal.

Tahun I 10% = 1.800 jam


Tahun II 15% = 2.700 jam
Tahun III 20% = 3.600 jam
Tahun IV 25% = 4.500 jam
Tahun V 30% = 5.400 jam
Jumlah 100% = 18.000 jam
Dengan demikian penyusutan per tahun adalah sebagai berikut:
Tahun I 1.800 x Rp.1000 = Rp. 1.800.000
Tahun II 2.700 x Rp.1000 = Rp. 2.700.000
Tahun III 3.600 x Rp.1000 = Rp. 3.600.000
Tahun IV 4.500 x Rp.1000 = Rp. 4.500.000
TahunV 5.400 x Rp.1000 = Rp. 5.400.000
Jadwal Penyusutan dengan Metode Jam Kerja Mesin

35
Penyusutan Jumlah
Akhir Nilai Buku
Per tahun Penyusutan
Tahun (Rp.)
(Rp.) (Rp.)
0 - - 20.000.000,-
1 1.800.000,- 1.800.000,- 18.200.000,-
2 2.700.000,- 4.500.000,- 15.500.000,-
3 3.600.000,- 8.100.000,- 11.900.000,-
4 4.500.000,- 12.600.000,- 7.400.000,-
5 5.400.000,- 18.000.000,- 2.000.000,-

2.1.3 Metode Jumlah Produk (Product Units Method)


Penyusutan yang dihitung berdasarkan jumlah produk yang
dihasilkan sama dengan penyusutan yang menggunakanl metode jam kerja
mesin. Besar kecilnya jumlah penyusutan pada setiap tahun tergantung
pada jumlah produk yang diproduksi pada setiap tahun. Jumlah produksi
pada setiap tahun tergantung pada permintaan pasar serta jenis barang
yang dihasilkan. Apabila mesin A dapat memproduksi sebanyak 100.000
unit selama umur ekonomis mesin 5 tahun, dengan
B = 10 juta dan S = 2 juta, jumlah penyusutan per unit produk dihitung
sebagai berikut :

Pn = B − S
U
Dimana:
Pu = penyusutan per unit produk (Rp/unit)
B = harga beli asset (original cost)
S = nilai sisa (scrap value)
U = Total unit produk selama umur ekonomis
Pn = besarnya penyusutan pada tahun ke-n
Un = unit produk yg dihasilkan pada tahun ke-n
10 .000 .000 − 2 .000 .000
Pn =
100.000
= Rp. 80

36
Besar kecilnya jumlah penyusutan pada setiap tahun tergantung pada
jumlah produk yang diproduksi dalam tahun bersangkutan. Untuk
menentukan jumlah produksi juga tidak terlepas dari permintaan pasar,
dikenal atau tidak dikenalnya produk yang dihasilkan, jenis barang yang
diproduksi, dan adanya market space serta market share yang dikuasai.

Contoh rencana produksi dan jadwal penyusutan


Rencana
Penyusutan
Tahun Produksi
(Rp.)
(unit)
I 25.000 25.00 x 80 2.000.000,-
II 25.000 25.00 x 80 2.000.000,-
III 20.000 20.00 x 80 1.600.000,-
IV 15.000 15.00 x 80 1.200.000,-
V 15.000 15.00 x 80 1.200.000,-
Jumlah 100.000 8.000.000

2.2 Metode Bunga Majemuk (Compound Interest Method)


Penyusutan yang dilakukan dengan menggunakan metode bunga
majemuk didasarkan pada tingkat bunga yang berlaku dalam masyarakat
atau sering disebut dengan opportunity cost of capital (OCC) sebagai
biaya modal. Apabila tingkat bunga yang berlaku dalam masyarakat
sebesar 18% per tahun maka perhitungan penyusutan tahunan didasarkan
pada tingkat bunga yang berlaku. Metode penyusutan berdasarkan bunga
majemuk dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan metode anuitas
dan metode penyisihan dana yang sering disebut dengan singking fund
method.
Metode anuitas sebenarnya identik dengan perhitungan annuity
yang didasarkan pada nilai asset atau original cost sebagai present value.
Untuk mengatasi kenaikan harga, baik sebagai akibat kenaikan inflasi
maupun sebagai perubahan teknologi disediakan dana cadangan sebesar
18% dari nilai asset pada setiap tahun. Sebaliknya dengan menggunakan

37
metode penyisihan dana, sebenarnya sama dengan melakukan deposito di
bank pada setiap tahun, dan pada akhir umur ekonomis asset dana ini
digunakan sebagai dana untuk membeli asset baru.

2.2.1 Metode Anuitas


Contoh 3: Harga beli sebuah mesin 50 juta rupiah dengan scrap
value diperkirakan sebesar 10 juta mpiah dan umur ekonomis aset selama
5 tahun. Tingkat bunga efektif diperhitungkan sebesar 18% per tahun.
Berapa besar penyusutan tahunan yang harus dilakukan dengan
menggunakan metode anuitas dan susunlah jadwal penyusutannya?
Diketahui:
B = Rp. 50.000.000,-
S = Rp. 10.000.000,-
n = 5
i = 18% JP A

Untuk menentukan nilai asset yang disusut perlu dihitung present value
dari scrap value dengan menggunakan formula berikut:
Present value dari scrap value :

P = S (1+i) -n
= 10.000.000 (1 + 0,18) -5
= Rp. 45.628.908,-

An = R 
{ }
 1 − (1 + i) − n 

 i 

Penyusutan per tahun (R) dihitung sebagai berikut :


 i 
R = An 
 {1 − (1 + i) }
−n 

38
 0,18 
= 45.628.908, 
{
 1 − (1 + 0,1 8) −5 
 }
= Rp. 14.591.114,-
Jadwal penyusutan dengan menggunakan metode anuitas dapat dilihat
pada Tabel di bawah ini :

Jadwal Penyusutan dengan menggunakan metode Anuitas


(2) (4) (5) (6)
(1) (3)
Penyusutan/t Penyusutan Jumlah Nilai Sisa
Akhir Bunga
ahun Bersih Penyusutan Aset
Tahun (15%) x (6)
(Rp.) (2) - (3) (4) + (5) (6) – (4)
0 0 0 0 0 50.000.000
1 14.591.114 9.000.000 5.591.114 5.591.114 44.408.886
2 14.591.114 7.993.599 6.597.515 12.188.626 37.811.371
3 14.591.114 6.806.047 7.785.067 19.973.696 30.026.304
4 14.591.114 5.404.735 9.186.379 29.160.075 20.839.925
5 14.591.114 3.751.187 10.839.927 40.000.000 10.000.000
72.955.570 32.955.568 40.000.000

39
DAFTAR PUSTAKA

Clive Gray dan Lien K. Sabur. 1985. Pengantar Evaluasi Proyek.


diterjemahkan oleh Payaman Simanjuntak dan P.F.L. Maspaitella.
PT. Gramedia. Jakarta.
Suad Husnan dan Suwarsono Muhammad. Studi Kelayakan Proyek. 2000.
Edisi keempat. UPP AMP YKPN.
J. Price Gittinger. 1991. Analisa ekonomi Proyek-proyek pertanian. Edisi
kedua. UI-Press-Johns Hopkins.
E.J. Mishan and Euston Quah. 2007. Cost-Benefit Analysis. 5 th edition.
Routledge.
H.M. Yacob Ibrahim. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Revisi. Rineka
Cipta.
Jumingan. 2014. Studi Kelayakan Bisnis. Teori dan Pembuatan Proporsal
Kelayakan. Bumi Aksara. Jakarta.

40

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen6 halaman
    Bab Iii
    Karya yanti Harefa
    Belum ada peringkat
  • 17 Agustus
    17 Agustus
    Dokumen3 halaman
    17 Agustus
    Karya yanti Harefa
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen6 halaman
    Bab Iii
    Karya yanti Harefa
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen12 halaman
    Bab Ii
    Karya yanti Harefa
    Belum ada peringkat
  • 17 Agustus
    17 Agustus
    Dokumen3 halaman
    17 Agustus
    Karya yanti Harefa
    Belum ada peringkat
  • Intan
    Intan
    Dokumen11 halaman
    Intan
    Karya yanti Harefa
    Belum ada peringkat
  • ALLAH KRISTEN
    ALLAH KRISTEN
    Dokumen21 halaman
    ALLAH KRISTEN
    Karya yanti Harefa
    Belum ada peringkat
  • OPTIMASI SDM
    OPTIMASI SDM
    Dokumen11 halaman
    OPTIMASI SDM
    Ikhsan Lubis
    Belum ada peringkat
  • Book 1
    Book 1
    Dokumen1 halaman
    Book 1
    Karya yanti Harefa
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Koperasi
    Manajemen Koperasi
    Dokumen11 halaman
    Manajemen Koperasi
    Karya yanti Harefa
    Belum ada peringkat
  • Makalah Etika Dalam Pemasaran Dan Konsumen
    Makalah Etika Dalam Pemasaran Dan Konsumen
    Dokumen14 halaman
    Makalah Etika Dalam Pemasaran Dan Konsumen
    Karya yanti Harefa
    Belum ada peringkat
  • D PowerPoint
    D PowerPoint
    Dokumen2 halaman
    D PowerPoint
    Karya yanti Harefa
    Belum ada peringkat
  • Jawaban Pertanyaan Kelompok 2
    Jawaban Pertanyaan Kelompok 2
    Dokumen2 halaman
    Jawaban Pertanyaan Kelompok 2
    Karya yanti Harefa
    Belum ada peringkat
  • Ribka
    Ribka
    Dokumen9 halaman
    Ribka
    Karya yanti Harefa
    Belum ada peringkat
  • Intan 333
    Intan 333
    Dokumen3 halaman
    Intan 333
    Karya yanti Harefa
    Belum ada peringkat
  • 17 Agustus
    17 Agustus
    Dokumen3 halaman
    17 Agustus
    Karya yanti Harefa
    Belum ada peringkat
  • Jawaban Soal No 2 Dan 3
    Jawaban Soal No 2 Dan 3
    Dokumen3 halaman
    Jawaban Soal No 2 Dan 3
    Karya yanti Harefa
    Belum ada peringkat
  • D PowerPoint
    D PowerPoint
    Dokumen2 halaman
    D PowerPoint
    Karya yanti Harefa
    Belum ada peringkat
  • A Juknis UAS
    A Juknis UAS
    Dokumen1 halaman
    A Juknis UAS
    Karya yanti Harefa
    Belum ada peringkat
  • Jawaban Soal No 2 Dan 3
    Jawaban Soal No 2 Dan 3
    Dokumen3 halaman
    Jawaban Soal No 2 Dan 3
    Karya yanti Harefa
    Belum ada peringkat
  • 17 Agustus
    17 Agustus
    Dokumen3 halaman
    17 Agustus
    Karya yanti Harefa
    Belum ada peringkat
  • B Microsoft Word
    B Microsoft Word
    Dokumen1 halaman
    B Microsoft Word
    Karya yanti Harefa
    Belum ada peringkat
  • Jawaban Soal No 2 Dan 3
    Jawaban Soal No 2 Dan 3
    Dokumen3 halaman
    Jawaban Soal No 2 Dan 3
    Karya yanti Harefa
    Belum ada peringkat
  • A Juknis UAS
    A Juknis UAS
    Dokumen1 halaman
    A Juknis UAS
    Karya yanti Harefa
    Belum ada peringkat
  • D PowerPoint
    D PowerPoint
    Dokumen2 halaman
    D PowerPoint
    Karya yanti Harefa
    Belum ada peringkat
  • C Microsoft Excel
    C Microsoft Excel
    Dokumen1 halaman
    C Microsoft Excel
    Karya yanti Harefa
    Belum ada peringkat
  • B Microsoft Word
    B Microsoft Word
    Dokumen1 halaman
    B Microsoft Word
    Karya yanti Harefa
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Konsep
    Pengertian Konsep
    Dokumen13 halaman
    Pengertian Konsep
    Karya yanti Harefa
    Belum ada peringkat
  • Intan
    Intan
    Dokumen40 halaman
    Intan
    Karya yanti Harefa
    Belum ada peringkat