Anda di halaman 1dari 57

PENGATURAN DI BIDANG

PENANGGULANGAN PENCEMARAN

Oleh

DIREKTORAT KESATUAN PENJAGAAN LAUT DAN PANTAI


DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
CASE
2
STUDY I
(Nov 2010 DI KOTA BARU)
3
CASE STUDY II (JULI 2013 TERNATE)
Penggelaran oil boom

Penyemprotan dispersant

UPAYA PENANGGULANGAN TUMPAHAN


MINYAK
LANJUTAN
CASE STUDY III (JAN
2015 TUBRUKAN DI
SELAT SINGAPURA)

8
LANJUTAN

9
STUDY CASE IV
(Agus 2009 di Perairan Laut Timor)

10
STUDY CASE IV
(TUBRUKAN DI PERAIRAN BATU
BARHANTI

11
DASAR HUKUM
12

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;


2. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan;
3. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan
Lingkungan Maritim;
4. Peraturan Presiden No. 109 Tahun 2006 tentang Penanggulangan
Keadaan Darurat Akibat Tumpahan Minyak di Laut;
5. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 58 Tahun 2013 tentang
Penanggulangan Pencemaran di Perairan dan Pelabuhan;
6. Keputusan Menteri Perhubungan No.KP 355 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Pusat Komando dan Pengendali Nasional Operasi
Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut
(PUSKODALNAS);
UU No. 17 TAHUN 2008
13

Angkutan di Kepelabuhanan
perairan

PELAYARAN

Keselamatan dan Perlindungan


keamanan lingkungan
maritim
PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN MARITIM
14

• Pencegahan pencemaran (penyediaan peralatan,


Pengoperasian bahan dan pola penanggulangan);
Kapal • Penanggulangan pencemaran (tanggung jawab
penanggulangan dan pelaporan);

• Pencegahan pencemaran (peralatan, bahan,


Kegiatan prosedur dan fasilitas penampungan limbah);
Kepelabuhanan • Penanggulangan pencemaran (tanggung jawab
penanggulangan dan pelaporan)

Pembuangan • Pada lokasi tertentu dan persyaratan tertentu;


limbah di perairan • Pelaporan;

• Persyaratan perlindungan lingkungan maritim.


Penutuhan Kapal • Lokasi yang telah ditentukan
PENCEMARAN
DI PERAIRAN DAN PELABUHAN

1. Bersumber dari:

 kapal;

 unit kegiatan lain; dan

 kegiatan kepelabuhanan.

2. Dapat berupa:

 minyak; dan

 bahan lain.
PENGERTIAN (1/3)
16

Pasal 1 Perpres No. 109/2006

 Penanggulangan keadaan darurat tumpahan minyak di laut adalah tindakan


secara cepat, tepat, dan terkoordinasi untuk mencegah dan mengatasi
penyebaran tumpahan minyak di laut serta menanggulangi dampak
lingkungan akibat tumpahan minyak di laut untuk meminimalisasi kerugian
masyarakat dan kerusakan lingkungan laut.

 Tumpahan minyak di laut adalah lepasnya minyak baik langsung atau tidak
langsung ke lingkungan laut yang berasal dari kegiatan pelayaran, kegiatan
pengusahaan minyak dan gas bumi, atau kegiatan lain.
PENGERTIAN (2/3)
17

 Koordinator Misi adalah pejabat yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan


operasi penanggulangan keadaan darurat tumpahan minyak di laut.

 Pusat Komando dan Pengendali Nasional Operasi Penanggulangan Keadaan Darurat


Tumpahan Minyak di Laut (PUSKODALNAS) adalah pusat komando dan
pengendalian operasi dalam penanggulangan tumpahan minyak di laut dan
penanggulangan dampak lingkungan akibat tumpahan minyak di laut.

 Prosedur Tetap Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut


(PROTAP) adalah pengaturan mengenai struktur, tanggung jawab, tugas, fungsi dan
tata kerja organisasi operasional, sistem pelaporan dan komunikasi, serta prosedur
dan pedoman teknis operasi penanggulangan keadaan darurat tumpahan minyak di
laut.
PENGERTIAN (3/3)
18

 Tier 1 adalah kategorisasi penanggulangan keadaan darurat tumpahan minyak yang


terjadi di dalam atau di luar DLKP dan DLKR Pelabuhan, atau unit pengusahaan minyak
dan gas bumi atau unit kegiatan lain, yang mampu ditangani oleh sarana, prasarana dan
personil yang tersedia pada pelabuhan atau unit pengusahaan minyak dan gas bumi atau
unit kegiatan lain.
 Tier 2 adalah kategorisasi penanggulangan keadaan darurat tumpahan minyak yang
terjadi di dalam atau di luar DLKP dan DLKR Pelabuhan, atau unit pengusahaan minyak
dan gas bumi atau unit kegiatan lain, yang tidak mampu ditangani oleh sarana,
prasarana dan personil yang tersedia pada pelabuhan atau unit pengusahaan minyak dan
gas bumi atau unit kegiatan lain berdasarkan tingkatan Tier 1.
 Tier 3 adalah kategorisasi penanggulangan keadaan darurat tumpahan minyak yang
terjadi di dalam atau di luar DLKP dan DLKR Pelabuhan atau unit pengusahaan minyak
dan gas bumi atau unit kegiatan lain, yang tidak mampu ditangani oleh sarana,
prasarana dan personil yang tersedia di suatu wilayah berdasarkan tingkatan Tier 2, atau
menyebar melintasi batas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
KEWAJIBAN PENANGGULANGAN (1/3)
19

Nakhoda/Penanggungajawab unit
Awak Kapal kegiatan lain di perairan

bertanggungjawab
Wajib

1. Gulang Cemar yang bersumber dari


Gulang Cemar dari kapal dan/atau kegiatannya;
pengoperasian kapal 2. Melaporkan kepada Syahbandar

SYAHBANDAR memimpin penanggulangan pencemaran di pelabuhan


KEWAJIBAN PENANGGULANGAN (2/3)
20

Pengelola
Terminal Khusus

Otoritas
Pelabuhan/Unit Badan Usaha
Penyelenggara Pelabuhan
Pelabuhan
Gulang cemar
akibat
pengoperasian
pelabuhan

SYAHBANDAR memimpin penanggulangan pencemaran di pelabuhan


KEWAJIBAN PENANGGULANGAN (3/3)
21

Pasal 2 Perpres No. 109/2006

1. Nakhoda/Pimpinan/Pemilik/
operator kapal - bersumber dari
Wajib kapalnya
2. Adpel/KakanpeL
menanggulangi - di dalam DLKR atau
3. Penanggung jawab unit keadaan darurat DLKP
pengusahaan minyak lepas pantai
akibat - bersumber usaha
3. Pimpinan unit pengusahaan tumpahan dan/atau kegiatannya
Migas
minyak
4. Pimpinan atau penanggung jawab
kegiatan lain
PENANGGULANGAN PENCEMARAN (1/2)

Penanggulangan pencemaran dilakukan dengan cara:


a. Melaporkan terjadinya pencemaran kepada
Syahbandar terdekat dan atau unsur pemerintah lain
yang terdekat; dan
b. Melakukan penanggulangan dengan menggunakan
peralatan dan bahan yang dimiliki oleh kapal, unit
kegiatan lain di perairan, pelabuhan termasuk
terminal khusus, unsur lainnya sesuai dengan
prosedur penanggulangan pencemaran yang disahkan
oleh Menteri.
PENANGGULANGAN PENCEMARAN (2/2)

Pasal 26 PP No. 21/2010

Pelaporan terjadinya pencemaran


dilakukan dengan menggunakan alat
komunikasi yang memuat infomasi paling
sedikit terdiri atas:
a. Tanggal dan waktu kejadian;
b. Jenis pencemaran;
c. Sumber dan penyebab pencemaran;
d. Posisi pencemaran;dan
e. Kondisi cuaca.
DIAGRAM ALIR PELAPORAN
Pasal 8 Perpres No. 109/2006
Setiap orang yang mengetahui terjadinya
tumpahan minyak di laut

melaporkan melaporkan melaporkan

KANTOR PEMERINTAH DITJEN MIGAS


PELABUHAN DAERAH/UNSUR
PEMERINTAH DI DAERAH Melaporkan
Meneruskan TERDEKAT
laporan
meneruskan
Meneruskan laporan
laporan
SYAHBANDAR

Penerusan laporan

KEPALA PUSKODALNAS
KONSEPSI PENANGGULANGAN
TUMPAHAN
25

Tim Nasional Negara lain

MENHUB
PUSKODALNAS

Ka. PUSKODALNAS/
DIRJEN HUBLA

(Koordinator Misi Tier 3)

Tim Daerah

Syahbandar Koordinator

(Koordinator Misi Tier 2)

Tim Lokal

Syahbandar

(Koordinator Misi Tier 1)

OSC
STRUKTUR ORGANISASI
TIM NASIONAL
26

Pasal 3 Perpres No. 109/2006


Dalam rangka keterpaduan penyelenggaraan penanggulangan keadaan darurat
tumpahan minyak di laut tingkatan tier 3, dibentuk Tim Nasional yang terdiri atas:
Ketua : Menteri Perhubungan
Wakil Ketua : Menteri Lingkungan Hidup
Anggota : 1. Menteri ESDM;
2. Menteri Dalam Negeri;
3. Menteri Luar Negeri;
4. Menteri Kelautan dan Perikanan;
5. Menteri Kesehatan;
6. Menteri Kehutanan;
7. Menteri Keuangan;
8. Menteri Hukum dan HAM;
9. Panglima TNI;
10. KAPOLRI;
11. Kepala BPMIGAS
12. Kepala BPHMIGAS;
13. Gubernur, Bupati/Walikota yang sebagian wilayahnya
mencakup laut.
TUGAS TIM NASIONAL
27

Pasal 3 ayat (6) Perpres No. 109/2006

a. Melaksanakan koordinasi penyelenggaraan penanggulangan


keadaan darurat tumpahan minyak di laut tingkatan tier 3;

b. Memberikan dukungan advokasi kepada setiap orang yang


mengalami kerugian akibat tumpahan minyak di laut
FUNGSI TIM NASIONAL
28

Pasal 3 ayat (7) Perpres No. 109/2006


Menetapkan pedoman pengembangan sistem kesiagaan dan penyelenggaraan
penanggulangan keadaan darurat tumpahan minyak di laut yang meliputi:
a. Menetapkan Protap tier 3;
b. Menjamin ketersedian sarana, prasarana, dan personil terlatih untuk
mendukung operasi penanggulangan;
c. Menetapkan persyaratan minimal kesiagaan sarana, prasarana, dan personil
di pelabuhan, terminal atau platform untuk penanggulangan;
d. Menetapkan persyaratan minimal kesiagaan sarana, prasarana dan personil di
daerah untuk penanggulangan dampak lingkungan.
STRUKTUR ORGANISASI
PUSKODALNAS (TIER 3)
29

Permenhub No. KP 355 Tahun 2008


Untuk membantu terlaksananya penyelengaraan penanggulangan keadaan darurat tumpahan
minyak di laut tingkatan tier 3, Tim Nasional membentuk dan membina PUSKODALNAS, yang
terdiri atas:
Kepala : Dirjen Hubla-Kemenhub
Wakil Kepala I : Deputi Bid. Pengendalian Konservasi SDA & Kerusakan Lingkungan-KLH
Wakil Kepala II : Dirjen Migas-Kemen. ESDM
Sekretaris : Kepala Biro Hukum-Kemenhub
Anggota : 1. Dirjen Pemerintahan Umum-Kemendagri;
2. Dirjen Hukum dan Perjanjian Internasional-Kemenlu;
3. Kasubdit Mitigasi Bencana dan Pencemaran Lingkungan-KKP;
4. Direktur Bina Pelayanan Medik Dasar-Kemen. Kesehatan;
5. Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam-Kemenhut;
6. Dirjen Anggaran-Kemen. Keuangan;
7. Dirjen Bea dan Cukai-Kemen. Keuangan ;
8. Dirjen Imigrasi-Kemen. Hukum dan HAM;
9. Direktur Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan-Kemen. Hukum dan HAM;
10.Waaster Panglima TNI;
11.Direktur Kepolisian Perairan-POLRI;
12.Deputi Operasi BPMIGAS;
13.BPHMIGAS
PUSKODALNAS

Alamat Gd. Karsa Lt. 4 Jl. Medan Merdeka


Barat No. 8 Jakarta

Telp. +62-21-3456614

Fax. +62-21-3451364

Email nocop_indonesia@dephub.go.id
pmpba_kplp@yahoo.co.id
TIM DAERAH
31

Pasal 5 Perpres No. 109/2006


Dalam rangka keterpaduan penyelenggaraan penanggulangan keadaan darurat tumpahan
minyak di laut tingkatan tier 2, Bupati/Walikota wajib membentuk Tim Daerah dan
menetapkan Protap tier 2.
Susunan keanggotaan Tim Daerah paling sedikit terdiri atas perwakilan dari Instansi yang
tugas dan tanggung jawabnya dibidang :
1. Perhubungan;
2. Lingkungan Hidup;
3. Energi dan Sumber Daya Mineral;
4. Kelautan dan Perikanan;
5. Kesehatan;
6. Kehutanan;
7. TNI
8. Kepolisian.
Adpel Koordinator bertindak sebagai Koordinator Misi tier 2
TIM LOKAL
32

Pasal 6 Perpres No. 109/2006


Dalam rangka keterpaduan penyelenggaraan penanggulangan
keadaan darurat tumpahan minyak di laut tingkatan tier 1, Adpel atau
Kakanpel atau pimpinan unit pengusahaan migas atau penanggung
jawab kegiatan lain wajib membentuk Tim Lokal dan menetapkan
Protap Tier 1.
Dalam pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat tumpahan
minyak tier 1, Tim Lokal wajib berkoordinasi dengan Adpel terdekat.
Adpel bertindak sebagai Koordinator Misi tier 1
KERJASAMA INTERNATIONAL
33

Dalam hal sumber daya nasional tidak

memadai dalam penanggulangan keadaan

darurat tumpahan minyak di laut tingkatan tier

3, Ketua Tim Nasional dapat meminta

bantuan internasional.
BIAYA PENANGGULANGAN
34

Pasal 11 Perpres No. 109/2006

Setiap pemilik atau operator kapal, pimpinan tertinggi pengusahaan minyak dan
gas bumi atau penanggung jawab tertinggi kegiatan pengusahaan minyak lepas
pantai atau pimpinan atau penanggung jawab kegiatan lain, yang karena
kegiatannya mengakibatkan terjadinya tumpahan minyak di laut, bertanggung
jawab mutlak atas biaya:

a. Penanggulangan tumpahan minyak di laut;

b. Penanggulangan dampak lingkungan akibat tumpahan minyak di laut;

c. Kerugian masyarakat akibat tumpahan minyak di laut;

d. Kerusakan lingkungan akibat tumpahan minyak di laut.


PERSYARATAN GULANG CEMAR
35

Note:
Pasal 4 Unit Kegiatan
Pemenuhan persyaratan penanggulangan
pencemaran untuk kapal sesuai dengan
Lain
peraturan perundang-undangan;

Kapal Kepelabuhanan

MEMENUHI PERSYARATAN
PENANGGULANGAN
PENCEMARAN

1. Prosedur penanggulangan;
2. Personil;
3. Peralatan dan bahan; dan
4. Latihan
PROSEDUR PENANGGULANGAN
36

Prosedur
penanggulangan Prosedur Prosedur
pencemaran tier 1 penanggulangan penanggulangan
(wajib dimiliki pelabuhan pencemaran tier 2 pencemaran tier 3
dan unit kegiatan lain)

Materi muatan:

1. Struktur, tanggung jawab, tugas, fungsi, dan tata kerja


operasional;
2. Sistem pelaporan dan komunikasi; dan
3. Pedoman teknis operasi.
STRUKTUR, TATA KERJA DAN
FUNGSI ORGANISASI OPERASIONAL
Paling sedikit terdiri atas:
• mengkoordinir operasi penanggulangan pencemaran di perairan dan/atau pelabuhan.
koordinator misi
• Koordinator Misi Tier 1 dan 2 bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal, dan
(Mission Koordinator Misi Tier 3 bertanggung jawab kepada Menteri
Coordinator)

• memimpin pelaksanaan operasi penanggulangan pencemaran di perairan dan/atau


komando
pelabuhan;
lapangan (On
Scene • bertanggung jawab kepada koordinator misi
Commander-
OSC)

• melaksanakan operasi penanggulangan pencemaran di perairan dan/atau pelabuhan


• bertanggung jawab kepada komando lapangan.
Operator
Note:
Koordinator Misi Tier 1 adalah Syahbandar;
Koordinator Misi Tier 2 adalah Syahbandar Koordinator;
Koordinator Misi Tier 3 adalah Kepala PUSKODALNAS (DIRJEN HUBLA).
ORGANISASI OPERASIONAL PTM TIER 1

MC SYAHBANDAR

1. Penanggungjawab
terminal migas;
IC 2. memiliki sertifikat
kompetensi tingkat 3;

1. Personil terminal migas;


OSC 2. memiliki sertifikat
kompetensi tingkat 2;

1. Personil terminal migas;


Tim PTM Tim PTM Tim PTM 2. memiliki sertifikat
kompetensi tingkat 1;
ORGANISASI OPERASIONAL
TIER 2 DAN 3
39

MC

OSC

DEPUTY OSC DEPUTY OSC


PTM PDL

Unit
Unit Unit Unit Pencarian
Unit Pulbaket Pembersihan
Pengamatan Pengamanan & Pertolongan Biota
Unit
Unit PMK Unit PTM Pembersihan
Pantai
TUGAS KOORDINATOR MISI

a. mengaktifkan prosedur penanggulangan pencemaran;


b. menunjuk dan mengukuhkan komando lapangan;
c. merencanakan dan menetapkan strategi operasi penanggulangan
pencemaran;
c. mengkoordinasikan dukungan sumber daya personil, peralatan,
dan lainnya;
d. menyatakan pemberhentian operasi penanggulangan
pencemaran; dan
e. melaksanakan urusan administrasi dan dokumentasi operasi
penanggulangan pencemaran.
TUGAS KOMANDO LAPANGAN

a. memimpin dan memegang komando dalam operasi penanggulangan pencemaran


dan penanggulangan dampak pencemaran serta operasi lainnya;

b. melaksanakan strategi penanggulangan pencemaran;

c. meminta dukungan sumber daya yang diperlukan kepada koordinator misi;

d. mengarahkan dukungan sumber daya dari unit kegiatan lain dan pelabuhan;

e. mengumpulkan informasi data pencemaran dan kondisi lingkungan di wilayah


pencemaran; dan

f. melaporkan pelaksanaan operasi penanggulangan pencemaran kepada


koordinator misi.
TUGAS OPERATOR

a. mencari data pencemaran dan kondisi lingkungan di wilayah


pencemaran;
b. menyiapkan dan mengoperasikan peralatan penanggulangan
pencemaran;
c. menghentikan sumber tumpahan bahan pencemar;
d. mengambil sampel bahan pencemar;
e. melokalisir, mengambil, dan menampung tumpahan bahan pencemar;
f. mendispersi tumpahan bahan pencemar; dan
g. melaporkan pelaksanaan operasi penanggulangan pencemaran kepada
komando lapangan.
PEDOMAN TEKNIS OPERASI
PENANGGULANGAN PENCEMARAN
a. penilaian dan pemantauan pencemaran;

b. penetapan strategi operasi penanggulangan pencemaran;

c. penghentian sumber tumpahan bahan pencemar;

d. pengambilan sampel bahan pencemar;

e. pelokalisiran tumpahan bahan pencemar;

f. pengambilan tumpahan bahan pencemar;

g. penampungan tumpahan bahan pencemar;

h. pendispersi bahan pencemar;

i. pembuangan bahan pencemar; dan

j. evaluasi dan penyiapan dokumen operasi penanggulangan pencemaran.


OPERASI PENANGULANGAN TUMPAHAN
MINYAK
44

PENUTUPAN SUMBER
TUMPAHAN TUMPAHAN
MINYAK

PELOKALISIRAN
TUMPAHAN
PENGAMBILAN
SAMPEL

PENGUMPULAN
TUMPAHAN MINYAK

PEMBUANGAN PEMBERSIHAN
AKHIR PANTAI
MEKANISME PENANGGULANGAN

1. Mechanical Recovery :
a. Melokalisir dengan oil boom;
b. Pengumpulan tumpahan minyak dengan sorbent
dan/atau skimmer di tempat penampungan
sementara (temporary storage);
2. Chemical dengan menggunakan dispersant; atau
3. Biological dengan metode bioremidasi.
PERSONIL PENANGGULANGAN
46

Tingkat 3
(manajer atau
Tingkat 2 administrator)
(penyelia atau
Tingkat 1 komando
(operator atau lapangan)
pelaksana)

• Jumlah personil dengan tingkat kompetensi :


a. 6 orang operator atau pelaksana;
b. 1 orang penyelia atau komando lapangan; dan
c. 1 orang manajer atau administrator.
• Kompetensi personil dibuktikan dengan sertifikat keterampilan.
• Kewajiban untuk memiliki personil dapat disediakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang
penanggulangan pencemaran yang dibuktikan dengan surat perjanjian.
• Personil harus tersedia di lokasi pelabuhan atau unit kegiatan lain.
PENYELENGGARA
47
PELATIHAN PERSONIL
1. Dasar penerbitan persetujuan:
Keputusan Dirjen Hubla Nomor UM 008/74/1/DJPL-13;
2. Jangka waktu persetujuan 5 tahun dan dapat diperpanjang setelah dilakukan
evaluasi dan verifikasi;
3. Kewenangan penyelenggara pelatihan
- menyelenggarakan pelatihan (sesuai dengan silabus)
- penerbitan sertifikat keterampilan personil melalui persetujuan Dirjen
Perhubungan Laut;

Note:
a. Materi pengaturan penanggulangan pencemaran disampaikan oleh Direktur
KPLP (sesuai surat Dir. KPLP No. KL.309/2/17/DN-14 tanggal 22 Juli 2014
tentang Panduan Teknis Penyelenggaraan Pelatihan Personil Gulangcemar);
b. Sertifikat harus mendapat persetujuan dari Direktur KPLP (sesuai ketentuan
butir 4 dalam surat persetujuan);
PELATIHAN TINGKAT 1

Materi pelatihan meliputi:


1. Pengaturan di bidang penanggulangan pencemaran;
2. jenis, sifat, dan karakteristik serta prediksi pergerakan tumpahan minyak dan/atau
bahan lain;
3. strategi penanggulangan;
4. keselamatan dan kesehatan kerja;
5. operasional peralatan penanggulangan;
6. teknik penanggulangan (mekanik, kimia dan secara biologi);
7. pengangkutan, penyimpanan, dan pembuangan akhir hasil penanggulangan;
8. pembersihan pantai;
9. perawatan dan pemeliharaan peralatan;
10. teknik pengambilan sampel bahan pencemar, air, dan biota;
11. latihan kering (table top exercise) termasuk latihan komunikasi; dan
12. latihan penggelaran peralatan (equipment deployment exercise);
PELATIHAN TINGKAT 2

Materi pelatihan meliputi:


1. Pengaturan di bidang penanggulangan pencemaran
2. jenis, sifat & karakteristik serta dampak tumpahan;
3. prediksi pergerakan tumpahan minyak dan/atau bahan lain;
4. kajian tumpahan minyak dan/atau bahan lain;
5. pelokalisiran, perlindungan, dan pengambilan kembali tumpahan;
6. penggunaan dispersant , pembersihan pantai dan keselamatan di lokasi musibah;
7. pengangkutan, penyimpanan, dan pembuangan hasil penanggulangan;
8. perencanaan operasional;
9. pengumpulan bukti dan dokumentasi;
10. manajemen komando dan pengendalian;
11. tanggung jawab dan kompensasi;
12. komunikasi dan informasi;
13. latihan manajemen musibah;
14. penghentian operasi penanggulangan dan evaluasi; dan
14. pemberitaan kepada media dan masyarakat.
PELATIHAN TINGKAT 3
Materi pelatihan meliputi:
1. peran dan tanggung jawab administrator atau manajer;
2. penyebab dan dampak dari pencemaran minyak dan/atau bahan lain;
3. kebijakan dan strategi penanggulangan;
4. rencana tanggap darurat;
5. struktur, tanggung jawab, tugas, fungsi dan tata kerja organisasi operasional;
6. peraturan nasional dan konvensi internasional serta kerjasama internasional;
7. manajeman krisis;
8. pemberitaan kepada media dan masyarakat;
9. aspek administrasi dan finansial dari penanggulangan pencemaran;
10. tanggung jawab dan kompensasi; dan
11. kebijakan penghentian operasi penanggulangan.
PERALATAN DAN BAHAN

1. Kewajiban untuk memiliki Oil boom


peralatan dan bahan dapat
disediakan oleh perusahaan
yang bergerak di bidang
penanggulangan pencemaran
2. Penyediaan peralatan dan Skimmer
bahan dibuktikan dengan surat
perjanjian dan harus tersedia
di lokasi pelabuhan dan unit
kegiatan lain. Temporary Peralatan
storage dan bahan

Sorbent

Didukung sarana
Dispersant mobilisasi
JUMLAH PERALATAN
DAN BAHAN (1/2)

OIL BOOM SKIMMER

Paling sedikit 1 1/2 kali panjang Kapasitas dan jenis sesuai


kapal terbesar yang berlabuh di
pelabuhan dan/atau unit kegiatan
dengan potensi pencemaran
lain; atau minyak dan/atau bahan lain
berdasarkan hasil penilaian.
Utk bongkar muat lebih dari satu
kapal dalam waktu bersamaan,
panjang minimum oil boom sesuai
hasil penilaian
JUMLAH PERALATAN
DAN BAHAN (2/2)

TEMPORARY
SORBENT DISPERSANT STORAGE

paling sedikit sejumlah


Paling sedikit menyerap Paling sedikit mampu maksimum potensi
10% dari jumlah mengurai 10% dari pencemaran minyak
maksimum potensi jumlah maksimum dan/atau bahan lain
pencemaran minyak potensi pencemaran yang dapat dihisap
dan/atau bahan lain yang minyak dan/atau bahan dalam waktu 10 jam per
dapat terjadi dan/atau lain berdasarkan hasil hari dan/atau
berdasarkan hasil penilaian. berdasarkan hasil
penilaian
penilaian
LATIHAN

Komunikasi Gabungan
• Pelaksanaan latihan dapat dan dan terpadu
dilakukan pada waktu yang pelaporan 1X dalam 1 tahun
bersamaan.
4 X dalam 1 tahun
• Pengawasan latihan dilakukan
oleh Direktur Jenderal atau
pejabat yang ditunjuk. Table top Penggelaran
exercise peralatan
2X dalam 1
tahun
PENGESAHAN PEMENUHAN
PERSYARATAN
55

PEMENUHAN
PENILAIAN HASIL PENILAIAN
PERSYARATAN

PREESENTASI PENGESAHAN

1. Hasil kajian potensi pencemaran; 1. Prosedur;


1. Potensi pencemaran;
2. Peta kepekaan lingkungan; 2. Daftar peralatan dan
2. Kepekaan lingkungan;
3. Perkiraan pergerakan tumpahan; bahan serta bukti
3. Kondisi arus dan angin;
4. Metode dan teknik penguasaan;
4. Perkiraan pergerakan
penanggulangan; 3. Daftar personil;
tumpahan
5. Perhitungan ketersediaan peralatan 4. Jadwal latihan
dan bahan;
Dapat dilakukan 6. Perhitungan ketersediaan personil;
secara mandiri atau 7. Laporan akhir hasil penilaian
badan hukum Pengesahan

DIRJEN HUBLA
KESIAGAAN DITJEN HUBLA
 Pengaturan dan Kebijakan
 Kelembagaan
 Syahbandar/OP/Kanpel/KSOP/Upp (296 Lokasi)

 Pangkalan Penjagaan Laut dan Pantai (5 Lokasi)

 Distrik Navigasi (25 Lokasi)

 Sarana Prasarana
 Marine Disaster Prevention Ship (7 Unit)

 Peralatan Peralatan Penanggulangan Tumpahan Minyak

 Kapal Patroli (205 Unit)

 Peningkatan Kemampuan Tim Penanggulangan Tumpahan Minyak


 Menyelenggarakan Marpolex
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai