Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Membuat ketidaknyamanan menjadi produktif

Bab ini akan menitikberatkan pembahasan pada hubungan antara gaya pembelajaran dan
model pengajaran. Kami menyajikan pandangan umum mengenai perbedaan-perbedaan
individual dan bagaimana mengajari siswa untuk bisa belajar secara produktif dari beragam
model.

Gaya pembelajaran sangatlah penting karena ia merupakan ungkapan pendidikan yang


berkait erat dengan keunikan masing-masing individu(siswa). Perbedaan-perbedaan individu ini
harus diapresiasikan karena ia adalah ekspresi keunikan kepribadian siswa. Secara individual,
konfigurasi diri kita juga berperan dalam menciptakan identitas kepribadian kita. Ya, semuanya
menunjukkan begitu kaya budaya yang kita miliki dalam diri ini.

Kami berusa memberikan pendidikan umum pada siswa –siswi kami. Pendidikan ini
diharapkan bisa mengokohkan identitas individu mereka dan mendorong agar identitas tersebut
bisa dipertahankan ditengah kebudayaan dan sengala perangkatnya. Guru harus menggunakan
repertoar pengajaran yang berperan besar dalam karakteristik siswa untuk membantu mereka
mengontrol pertumbuhan mereka sendiri dengan lebih detail.

Dengan memanfaatkan model pengajaran, kita bisa memulai langkah dengan menjauhi dua
kesalahan. Pertama , anggapan bahwa satu model pengajaran adalah model yang sudah cocok
dan pas serta paten untuk digunakan, sehingga model tersebut harus diterapkan demi mendapat
hasil terbaik. Kedua ,anggapan bahwa masing-masing pembelajaran memiliki gaya yang pas
dalam pembelajaran yang tidak mungkin diubah atau diperbaiki. Dua kesalahan tersebut sama-
sama akan menggiring kita pada sebuah dilemma yang sangat parah. Sebab, ketika model
pengajaran yang kaku di salahgunakan oleh pembelajar yang juga kaku, maka hal ini hanya Akan
menyebabkan tabrakan destruktif yang tidak dapat dihindarkan. Untungnya, metode pengajaran
memiliki daya fleksibilitas yang cukup tinggi , dan karena itu , juga cukup adaptatif.

Ingatlah kembali model-model pengajaran yang telah kita diskusikan. Pada awalnya,
kelompok model pengajaran personel bermula dari keunikan-keunikan pembelajaran, dan
masing-masing model pengajaran personal mencoba membantu siswa untuk mengembangkan
pertumbuhan dirinya. Model sosial ditentukan oleh sinergitas yang muncul dari interaksi pikiran
dan kepribadian yang berbeda. Model investigasi kelompok secara umum berupaya
STRATEGI PEMBELAJARAN Page 1
meningkatkan energy belajar tentang anggapan yang berbeda mengenai masalah akademik
maupun masalah sosial. Sedangkan model perilaku berupaya membangun sebuah rangkaian
instruksional untuk meningkatkan kemampuan menyusaikan tahan dan kerumitan tugas yang
pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi siswa. Model memproses informasi menyediakan
metode-metode dalam menyusaikan instruksi yang ada dengan perkembangan dan gaya kognitif.

Kemudian-mungkin yang terpenting dalam diskusi ini-kami tidak hanya mengajarkan


informasi ,konsep,skill,nilai,dan materi lain, namun kami juga mengajarkan bagaimana siswa
bisa siswa menggunakan strategi tiap-tiap model yang telah dibahas untuk mengajari diri mereka
sendiri. Dalam bab sebelumnya , kami menggunakan masing-masing model sebagai metode
untuk mengajarkan cara-cara berfikir pada siswa. Dari perspektif tersebut, masing-masing model
bisa dianggap sebagai model pengajaran, yakni semacam metode untuk membantu siswa
mengembangkan gaya-gaya pendekatan masalah yang mereka hadapi pada saat ini maupun
dimasa depan.

Namun, saat kita beberkan gaya dan materi pengajaran yang kebetulan merupakan hal baru
bagi siswa, secara otomatis kita hanya akan menghasilkan ketidaknyamanan . kita harus
menghadapi situasi yang demikian dengan mengajarkan pada siswa cara-car mengatur
ketidaknyamanan tersebut secara produktif. Dilema yang harus kita pecahkan adalah bahwa
pertumbuhan yang sebenarnya seringkali mengharuskan kita untuk menyuguhkan keadaan yang
tidak menyenangkan bagi pembelajar, lalu kita harus membantu mereka menghadapi keadaan-
keadaan yang tidak biasa tersebut.

STRATEGI PEMBELAJARAN Page 2


BAB II

GAYA-GAYA PEMBELAJARAN
DAN MODEL-MODEL PENGAJARAN

A. DEFINISI
Gaya adalah cara atau kelakuan. Gaya bermaksud stail atau cara. Maka gaya pembelajaran
seseorang merujuk kepada stail atau cara pembelajarannya. Di bawah konteks psikologi
pendidikan, gaya pembelajaran ialah cara seseorang pelajar memberi tumpuan dan tindakan
untuk memproses maklumat untuk membentuk konsep dan prinsip.
Peterson (1971) mentakrifkan gaya pembelajaran sebagai pendekatan yang digemari oleh
seseorang pelajar. Dunn dan Dunn (1978), dalam buku Teaching Students Through Their
Indivudial Learning Styles: A Practical Approach, merujuk gaya pembelajaran sebagai cara
seseorang individu menumpukan perhatiannya untuk memahami dan mengingati sesuatu
maklumat atau kemahiran baru.
Di dalam buku mereka Learning Style Inventory Development and Research (1982), Dunn
dan Dunn menghuraikan gaya pembelajaran sebagai cara bagaimana unsur-unsur dari pada lima
rangsangan , iaitu persekitaran, emosi, sosial, fisiologi dan psikologi, dapat mempengaruhi
keupayaan seseorang individu untuk memahami, berinteraksi dan bertindak balas kepada
persekitaran pembelajarannya.
Gregorc (1979) mentakrifkaan gaya pembelajaran sebagai tingkah laku yang
dimanifestasikan oleh seseorang individu apabila menggunakan mindanya berinteraksi dengan
persekitaran, kemudian mengumpul dan memproses maklumat daripadanya.
Garger (1985) menyatakan setiap orang dilahirkan dengan gaya pembelajaran yang
tersendiri. Warisan baka dan persekitaran memainkan peranan yang penting dalam pembentukan
gaya pembelajaran seseorang.
Slavin (1994) mengaitkan personaliti dengan gaya pembelajaran dan menyatakan:
“Sebagaimana pelajar-pelajar mempunyai personaliti yang berbeza-beza, sama-sama juga
mereka mempunyai pelbagai cara belajar.”
Kesimpulannya gaya pembelajaran merupakan stail atau cara belajar seseorang individu
yang bertindak dengan persekitarannya supaya memproses, mentafsir dan memperoleh
maklumat, ilmu pengetahuan atau kemahiran yang diingini.

STRATEGI PEMBELAJARAN Page 3


Gaya pembelajaran adalah hasil gabungan faktor-faktor individu sendiri seperti jantina,
umur dan personaliti, di samping pengaruh-pengaruh warisan baka dan persekitaran, iaitu
pengaruh daripada cara pengasuhan ibu bapa, budaya komuniti dan sekolah.

Gaya pembelajaran terdiri daripada empat lapis iaitu model sahsiah, model pemprosesan
maklumat, model interaksi sosial dan model medium pembelajaran yang disukai.Kaedah
pengajaran ialah satu siri tindakan guru yang sistematik untuk mencapai objektif pengajaran
dalam jangka pendek. Sesuatu kaedah pengajaran yang diaplikasikan oleh guru dalam pengajaran
adalah berkaitan dengan pendekatan dan teori tertentu.

Di dalam masyarakat moden, proses pengajaran dan pembelajaran diuruskan dengan cara
yang lebih sistematik terutamanya dalam kaedah pengajaran dan pembelajaran. Tanpa proses
pengajaran yang sistematik, pengajaran dan pembelajaran berkesan tidak mungkin dapat
dilaksanakan. Menurut Khalid (1993), pembelajaran berkesan bermakna satu usaha yang teratur,
bersistem, bertertib serta optimum yang menyatupadukan dan memanfaatkan kesemua komponen
pembelajaran untuk kejayaan yang paling maksimum. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Gaya Pembelajaran

Dunn dan Dunn (1982) telah menghuraikan faktor-faktor yang mempengaruhi gaya
pembelajaran seseorang. Di antara lima faktor ini ialah persekitaran, emosi, sosial, fisiologi dan
psikologi. Unsur-unsur daripada lima rangsangan ini merupakan faktor-faktor penting yang
memainkan peranan dalam pembentukan pelbagai jenis gaya pembelajaran pelajar.

1. Rangsangan Persekitaran
Rangsangan persekitaran merangkumi empat unsur yang utama, iaitu cahaya, bunyi, suhu,
dan reka bentuk tempat belajar.
a. Cahaya
Kadar terangnya cahaya merupakan faktor penting yang mempengaruhi gaya pembelajaran
setiap individu. Misalnya, ada yang suka belajar dengan lampu terang benderang: ada yang suka
belajar dengan cahaya yang sederhana terang sahaja. Secara amnya, tidak ramai orang suka
belajar di bawah cahaya yang malap atau terlalu terang.
b. Bunyi

STRATEGI PEMBELAJARAN Page 4


Jenis bunyi pula menghasilkan gaya pembelajaran yang beraneka jenis. Misalnya, terdapat
pelajar yang suka belajar dengan bunyi muzik atau di tempat yang ada siaran radio atau
televisyen. Sebaliknya, terdapat pelajar yang hanya boleh menumpukan perhatian terhadap
pembelajarannya dalam keadaan yang senyap sunyi dan tenteram.
c. Suhu
Biasanya, suhu yang sejuk dan nyaman dapat mempertingkatkan keberkesanan
pembelajaran. Ramai pelajar tidak suka belajar  di bawah cuaca panas tanpa atau berhawa dingin.
d. Reka bentuk tempat belajar
Reka bentuk tempat belajar, misalnya susunan meja-kerusi dalam bilik darjah yang selesa
juga boleh mempertingkatkan keberkesanan pembelajaran. Keselesaan tempat duduk dapat
mengurangkan keletihan pelajar dalam sepanjang masa persekolahan. Maka, ramai pelajar suka
belajar di tempat duduk yang sesuai dengan gaya duduk tersendiri.

2. Rangsangan Emosi
                Emosi berkaitan rapat dengan perasaan jiwa seseorang. Unsur-unsur emosi
merangkumi motivasi, keazaman, sikap tanggungjawab dan struktur.
a. Motivasi
Motivasi biasanya dibahagikan kepada motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Pelajar
yang mempunyai motivasi intrinsik yang kuat biasanya suka belajar dengan inisiatif sendiri.
Manakala, pelajar yang bergantung motivasi ekstrinsik hanya boleh belajar mengikut arahan
yang berstruktur daripada guru.

b. Keazaman dan Tanggungjawab


Sikap keazaman dan tanggungjawab pula dapat mempengaruhi gaya pembelajaran. Pelajar
yang mempunyai sikap keazaman dan tanggungjawab akan mengambil inisiatif sendiri dan dapat
belajar dalam tempoh masa yang panjang. Manakala, pelajar yang urang berazam dan kurang
bertanggungjawab hanya dapat belajar dalam tempoh masa yang singkat, dan memerlukan masa
rehat sebelum meneruskan proses pembelajarannya. 

3. Rangsangan Sosial
a. Belajar Sendiri

STRATEGI PEMBELAJARAN Page 5


Terdapat pelajar yang suka bersendiri, jadi gaya pembelajarannya juga perseorangan iaitu
dia suka belajar diri sendiri dan tidak berharap orang lain berdamping dan ganggunya semasa
belajar.
b. Belajar dengan Pasangan Karib
Pelajar yang mempunyai pasangan karib yang sentiasa belajar bersama dengannya boleh
memperolehi lebih banyak kemajuan melalui interaksi dua hala.

c. Belajar Berkumpulan
Belajar bersama-sama dengan rakan sebaya, kumpulan atau pasukan adalah merujuk
kepada pembelajaran secara berkumpulan. Gaya pembelajaran ini merangkumi ciri
perbincangan, sumbangsaran dan kerjasama yang melibatkan diri dalam permainan, pertandingan
atau menjalankan sesuatu projek.

d. Belajar dengan Orang Dewasa


Orang dewasa juga boleh mempengaruhi gaya pembelajaran seseorang pelajar, khasnya
orang dewasa yang disanjungi. Pelajar yang suka belajar dengan orang dewasa yang disanjung
akan bersempat mengemukakan soalan-soalan tentang masalah yang dihadapi semasa belajar.
Bimbingan orang dewasa, misalnya ibu bapa bukan sahaja dapat membantunya menyelesaikan
masalah masalah pembelajaran yang dihadapinya tetapi juga dapat meningkatkan semangat serta
keyakinannya terhadap pembelajaran. 

4. Rangsangan Fisiologi
a. Persepsi
Pelajar biasanya memperoleh maklumat atau pengalaman melalui persepsi visual, auditori
ataupun  kinestetik-tactile. Pelajar yang mempunyai persepsi visual yang tajam, dia akan suka
belajar dengan alat bantu mengajar seperti carta, gambar, graf, gambar rajah, slaid, video,
televisyen, komputer dan sebagainya. Bagi persepsi auditori yang baik pula, pelajar itu suka
belajar dalam keadaaan yang ada suara latar belakang seperti siaran muzik dari radio atau kaset.
Pelajar yang mempunyai kinestetik-tactile yang kuat dan cekap, dia suka belajar dengan cara
menyentuh dan merasa. Gaya pembelajarannya diperlihatkan aktif dan tidak boleh duduk diam
dalam tempat belajar bagi tempoh masa yang agak lama.

b. Pemakanan

STRATEGI PEMBELAJARAN Page 6


Dari segi pemakanan pula, terdapat pelajar yang suka makan ataupun minum semasa
belajar. Jika tidak dapat makan dan minum, pembelajarannya akan menjadi kurang seronok dan
tidak berkesan.
c. Waktu Belajar
Pemilihan waktu belajar juga mempengaruhi gaya pembelajaran pelajar itu. Kebiasaan,
waktu pagi atau malam menjadi kesukaan pelajar kerana suasananya lebih segar, kondusif,
nyaman dan tenteram saripada waktu petang. Ada juga yang suka beajar pada lewat malam
kerana suasana yang senyap sunyi.
d. Mobiliti
Tentang unsur mobiliti, terdapat pelajar yang suka bersiri atau berjalan sans-sini semasa
belajar. Terdapat juga, pelajar yang suka menukar tempat duduk kerap kali semasa belajar.

5. Rangsangan Psikologi
Rangsangan psikologi merangkumi unsur-unsur analitik atau global, gerak hati, refleksi
dan pemprosesan otak kiri atau otak kanan.
a. Analitik atau Global
Pelajar yang mempunyai gaya pembelajaran analitik ialah pelajar yang suka belajar sesuatu
dengan secara teliti. Mereka suka menganalisa fakta dan isi pelajaran secara terperinci. Gaya
pembelajaran global pula merujuk kepada pelajar yangsuka belajar sesuatu dengan keseluruhan
dengan mengamati aspek-aspek atau perkara secara menyeluruh atau holistik.

b. Gerak Hati
Bagi unsur gerak hati pula, pelajar belajar bergantung kepada angin atau moodnya. Angin
yang baik mendorong pelajar belajar dengan bersungguh-sungguh. Jika sebaliknya yang berlaku,
dia akan berangan-angan dan tidak memberi tumpuan.

c. Reflektif
Gaya pembelajaran bersifat reflektif merujuk kepada pelajar yang suka belajar dengan cara
berfikir. Pelajar ini lebih suka menggunakan kemahiran berfikir untuk membuat kajian,
membentuk hipotesis, menganalisis, mentafsir dan membuat kesimpulan.

d. Pemprosesan Otak Kanan dan Otak Kiri

STRATEGI PEMBELAJARAN Page 7


Mengikut Roger Sperry (1981), otak kiri manusia mempunyai kemahiran berfikir dalam
bidang logik, analitis, urutan, bahasa, fakta, matematik dan ingatan, otak kanan manusia pula
mempunyai kemahiran berfikir dalam bidang kreatif, sintesis, warna, reka bentuk, perasaan,
irama, muzik dan imaginasi. Justeru itu, gaya pembelajaran yang menggunakan pemprosesan
otak kiri bercenderung kepada pembelajaran bahasa, [penulisan, logik, sains dan matematik.
Bagi gaya pembelajaran pemprosesan otak kanan pula, kecenderungan dengan pembelajaran
muzik, pendidikan seni, mereka bentuk dan aktiviti-aktiviti yang bercorak kreatif. Jenis-jenis
Gaya Pembelajaran

Jenis Gaya Pembelajaran Mengikut Murnford dan Honey (1986)


a)    Aktivis
 Gaya pembelajaran aktivis adalah orang yang melibatkan diri secara aktif an agresif dalam
aktiviti pembelajarannya. Golongan pelajar ini biasanya mempunyai ciri-ciri berikut:
 Mempunyai sikap tidak sabar dan tergesa-gesa
 Mempunyai perasaan ingin tahu yang tinggi terhadap perkara-perkara baru di alam sekitar
 Bergerak pantas dan cepat membalas
 Gemar mencari pengalaman baru dengan cuba jaya diri sendiri.
 Penuh semangat, fleksibel dan berfikiran terbuka.
 Mempunyai motivasi intrinsik yang kuat dan sentiasa mengambil inisiatif untuk menyelesaikan
masalah sendiri.
 Mempunyai kemahiran berfikir secara kritis dan kreatif.
Pelajar yang tergolong dalam kumpulan ini biasanya melibatkan diri dalam latihan amali,
permainan, sukan dan aktivti kokurikulum. Oleh itu, strategi pengajaran dan pembelajaran yang
sesuai digunakan ailah kaedah inkuiri penemuan, kaedah projek, penyelesaian masalah, kerja
praktik, perbincangan, sumbangsaran, buzz, simulasi dan main peranan.
b)    Reflektif
Gaya pembelajaran reflektif ialah orang yang suka memerhati, memikir dan membuat
refleksi kendiri terhadap apa yang dipersepsikan dalam alam sekitar. Mereka mempunyai idea
sendiri, memerhati, menyoal siasat mentafsir, menilai serta membuat refleksi kendiri dengan
kemahiran berfikir. Ciri-ciri gaya pembelajaran reflektif ialah:

 Suka memikir perkara-perkara dalam alam sekitar diri sendiri.


 Mempunyai kemahiran berfikir secara kirits dan kreatif.

STRATEGI PEMBELAJARAN Page 8


 Suka mentafsir dan menilai sesuatu perkara, prinsip, keputusan atau projek serta membuat
refleksi kendiri.
 Suka mencari hakikat yang sebenar.
 Sikap berhati-hati, berwaspada dan sentiasa memikirkan pelbagai pilihan dengan teliti.
 Seseorang pendengar yang baik tetapi lambat bertindak balas.
 Belajar dan membuat kerja secara sistematik.
 Tidak terburu-buru membuat keputusan atau kesimpulan.
Pelajar yang tergolong dalam kumpulan reflektif biasanya suka belajar mata pelajaran
seperti Sejarah, bahasa dan suka melibatkan diri dalam aktiviti projek dan kajian luar. Olh itu,
strategi pengajaran dan pembelajaran yang sesuai digunakan untuk kumpulan pelajar ini ialah
kaedah penyelesaian masalah, inkuiri-penemuan, projek dan perbincangan.
c)    Teoris
Gaya pembelajaran teoris ialah orang yang gemar menggunakan prinsip dan teori untuk
membuat kesimpulan sesuatu perkara. Di antara ciri-ciri golongan pelajar ini ialah
 Memiliki fikiran rasional dan logikal.
 Mempunyai sikap berdisiplin serta bersifat objektif.
 Kurang kreatif dan menitikberatkan penggunaan pemprosesan otak kiri.
 Suka membentuk hipotesis, menguji hipotesis dan membuat kesimpulan berdasarkan bukti.
 Suka mengesan sebab dan akibat sesuatu perkara yang berlaku.
 Berminat mengkaji fenomena-fenomena yang berlaku dalam alam sekitar.

Golongan pelajar bersifat teoris ini biasanya suka belajar matematik, sains, logik, geografi
dan sejarah. Oleh itu, strategi pengajaran dan pembelajaran yang sesuai digunakan untuk
mengajar mereka ialah kaedah induksi dan deduksi, bertukar pendapat melalui perbincangan dan
mengumpul data untuk membuat analisis, tafsiran dan membuat rumusan melalui kaedah
penyelidikan.
d)    Pragmatis
Gaya pembelajaran pragmatis ialah pelajar yang bersifat praktikal dan mementingkan
hakikat yang sebenardaripada teori, hukum atau prinsip yang sedia ada. Mereka mengutamakan
aplikasi teori, hukum dan prinsip sedia ada dalam situasi sebenar. Ciri-ciri gaya pembelajaran
pragmatis ialah:
 Bersifat praktikal dan berpijak di bumi nyata.

STRATEGI PEMBELAJARAN Page 9


 Mementingkan bukti dan hakikat yang sebenar sebagai objektif pembelajaran.
 Percaya perkara yang dapat dilihat daripada mendengar.
 Mengutamakan kegunaan dan penggunaan sesuatu perkara.
 Lebih bersifat ekspresif daripada kreatif.
 Suka membuat perbandingan.
Golongan pelajar di bawah gaya pembelajaran pragmatis menggunakan bahan-bahan
konkrit untuk menjalankan aktviti pembelajaran. Oleh itu gaya pembelajaran yang sesuai
digunakan untuk golongan pelajar ini ialah kaedah kerja praktik, strategi pemusatan bahan
termasuk bahan elektronik, carta dan gambar rajah serta kaedah deduksi yang melibatkan
aplikasinya.

1. Teori Gaya Pembelajaran


a. Model Sahsiah
Model sahsiah menerangkan bagaimana pelajar berinteraksi di bilik kuliah. Model ini
menilai
pengaruh sahsiah dalam pendekatan untuk mendapatkan maklumat dan menggunakan
maklumat tersebut.
1. Model Myers
- Briggs Type Indicator (MBTI) Model ini dikenali ramai untuk mengukur sahsiah, yang
dipelopori Isabel Myersdan Katherine Briggs. Sempena dengan nama mereka inventori ini
dinamakan Myers-Briggs Type Indicator (Myers 1978) berdasarkan teori jenis psikologi Carl
Jung, yangnmenghuraikan empat pasangan kategori sahsiah untuk memerihal pelajar, iaitu
extraversion-introversion, sensing-intuition, thinking-feeling, dan judging-perceiving(Hatcher
1999). Setiap jenis sahsiah ini mempunyai orientasi berlainan dalam mempengaruhi kebolehan
dalam pembelajaran dan cara menjalankan tugas pembelajaran.

2. Model Herman Witkin Field Independence-Dependence


Inventori Herman Witkin (Field Independence-Dependence) merupakan indikator gaya
kognitif yang paling terkenal ketika itu. Dalam teori di sebalik indicator ini, pelajar yang bersifat
bergantung kepada orang lain, lebih memerlukan bimbingan guru dan juga sokongan rakan
sebaya. Manakalapelajar yang berdikari, lebih cenderung memiliki sifat analitikal dan kurang
menghiraukan tekanan rakan sebaya atau pun arahan semasa pengajaran. Untuk merumuskan
model ini, Witkin (CTL Learning Styles Site 1999) mengenal pasti bahawa kebolehan pelajar

STRATEGI PEMBELAJARAN Page 10


untuk menghalusi perkara-perkara secara terperinci dari pada konteks pengetahuan, merupakan
indikator penting tentang bagaimana pelajar itu mendekati dan mentafsir kehidupan harian.
b. Model Pemprosesan Informasi
Model pemprosesan maklumat ialah pendekatan intelek yang diberi keutamaan oleh
individu untuk percambahan maklumat. Kategori model gaya pembelajaran ini menghuraikan
proses bagaimana maklumat diperoleh, disusun, disimpan dan digunakan.
1. Model Kolb “Learning Style Inventory”
Model ini menekankan kepada bagaimana individu menanggap atau mengamati dalam
proses pembelajaran. Ia juga menekankan kepada bagaimana maklumat itu diproses. LSI terdiri
daripada tret kognitif, yang dikelaskan sebagai gaya pembelajaran kerana diterbitkan daripada
teori pembelajaran
.
2. Model Gaya Pembelajaran
Felder Model Index of Learning Style Questionnaire Felder dan Solomon (1970) mengenal
pasti empat dimensi gaya pembelajaran yang diterbitkan daripada Index of Learning Style
Questionnaire. Empat dimensi itu ialah input (visual atau verbal), pemprosesan (aktif atau
reflektif), pengamatan (kepekaan atau intuisi) dan kefahaman (sequential atauglobal).
c) Model Interaksi Sosial
Model interaksi sosial menjelaskan bagaimana pelajar bertingkah laku dalam bilik kuliah.
Diantara model-modelnya adalah Grasha dan Reichmann (1974), Perry danBelenky dan Magolda
(O’Connor 1999). Perry menunjukkan bagaimana pelajar kolej/universiti maju melalui
kematangan intelek yang berlainan. Belenky pula mengkaji wanita yang memilih pendekatan
gaya pembe lajaran dari aspek sosial. Magolda menghuraikan strategi epistemologi yang
digunakan pelajar adalah berbeza, berdasarkan gabungan model Perry dan Belenky (CTL
Learning Styles Site 1999). Inventori Grasha dan Reichmann bertujuan untuk memberi tumpuan
kepada cara pelajar berinteraksi dengan pensyarah dan rakan dalam suasana pembelajaran.
d) Model Medium Pembelajaran Yang Disukai
Model ini menumpukan kepada medium pembelajaran yang dipilih pelajar. Model ini
digunakan untuk mengenal pasti gaya pembelajaran yang dominan.
1. Model VAK
Gaya VAK mengandungi tiga aspek, iaitu gaya pembelajaran visual, auditori dan
kinestetik.
 Gaya Pembelajaran Visual

STRATEGI PEMBELAJARAN Page 11


Dalam gaya pembelajaran ini, murid belajar lebih baik dengan melihat sesuatu teks
berbentuk perkataan dalam buku, dipapan hitam atau paparan komputer. Mereka lebih
mengingati dan memahami arahan dan penerangan menerusi pembacaan ayat atau teks
berkenaan.
 Gaya Pembelajaran Auditori
Dalam gaya pembelajaran ini, murid “auditori” belajar dengan mendengarperkataan yang
disebut dan juga arahan lisan. Mereka boleh mengingati penerangan melalui bacaan kuat atau
menggerakkan bibir ketika membaca terutama apabila mempelajari sesuatu yang baru. Murid
dapat mengukuhkan ingatan dengan mendengar semula rakaman pita audio, mengajar murid lain
dan berbincang dengan guru (Murdoch Teacher Center, 1984).

 Gaya Pembelajaran Kinestetik


Dalam gaya pembelajaran ini, murid “kinestetik” belajar dengan baik melaluipengalaman
dan mengambil bahagian secara fizikal dalam aktiviti bilik darjah. Mereka dapat mengingati
sesuatu dengan baik apabila mencuba terus aktiviti melalui hands-on.
(Murdoch Teacher Center, 1984).

2. Model Dunn dan Dunn


Terdapat dua inventori yang menggunakan model ini, iaitu Inventori Gaya Pembelajaran
Dunn dan Dunn (1978) dan Productivity Environmental Preference Survey (Dunn, Dunn &Price
1982). Inventori Gaya Pembelajaran Dunn dan Dunn (1978) digunakan untuk mengaplikasikan
gaya pembelajaran dalam proses kaunseling, kerana ia adalah model pelbagai dimensi yang boleh
dipercayai dan mempunyai kesahan dan juga asas penyelidikan yang kukuh.Inventori
Productivity Environmental Preference Survey (Dunn, Dunn & Price 1982) digunakan untuk
orang dewasa, yang terdiri daripada 100 item, bertujuan untuk mengenal pasti kesukaan orang
dewasa individu tentang suasana kerja dan persekitaran pembelajaran. Gaya pembelajaran jenis
ini direka khusus untuk kegunaan kaunseling.

3. Canfield Learning Style Inventory


Inventori gaya pembelajaran Canfield (CLSI) merupakan satu inventori yangdikupas dari
pada hasil kerja Joseph Hill, yang menumpukan kepada dimensi sikap dan afektif dan bukannya
kognitif (Claxton & Murrell 1987). CLSI menilai pembelajaran yang lebih digemari. Inventori
ini mengandungi 30 item yang menentukan gaya pembelajaran yang l

STRATEGI PEMBELAJARAN Page 12


ebih digemari dan jawapan setiap item berdasarkan empat pemilihan. Empat kategori yang
diuji ialah syarat (conditions), kandungan (content), mod (mode) dan jangkaan (expectancy).
Markat bagi setiap kategori boleh ditafsirkan berdasarkan kriteria; rakan sebaya, organisasi,
menentukan matlamat (goal setting), saingan (competition), pengajar (instructor), terperinci
(detail), bebas (independence), autoriti, numerik, kualitatif, tidak bergerak (inanimate), people,
listening, reading, pengalaman langsung dan jangkaan.

2. Teori Kaedah Pengajaran


Child (1983) menekankan bahawa sistem pendidikan harus disediakan untuk memenuhi
keperluan individu. Model pengajaran ini menekankan bahawa pengajar mempunyai peranan
yang berbeda, iaitu pengajar sebagai pengurus perubahan. Pengajar dalam model ini, perlu
mengubah kaiedah pengajaran supaya sesuai dengan setiap pelajar. Masalah yang timbul untuk
menjayakan kaedah ini ialah saiz kelas yang besar dan kekurangan kemudahan untuk pengajaran
secara individu. Ini meliputi kemudahan komputer mikro dan buku teks serta penglibatan ibu
bapa dalam pembelajaran anak-anak mereka.
Selain itu penekanan pembelajaran diberikan kepada kemahiran mengambil cara dan teknik
menjawab soalan peperiksaan. Menurut Selmes (1987), cara ini sering menggambarkan
bagaimana pelajar mempelajari sesuatu mata pelajaran.

          Implikasi Gaya Pembelajaran Dalam Proses Pengajaran dan Pembelajaran

Implikasi gaya pembelajaran adalah satu kesan akibat daripada cara pengajaran guru di
dalam proses pembelajaran. Umumnya, proses pengajaran perlulah seimbang dengan gaya semua
pelajar kerana hampir keseluruhan individu pelajar itu mempunyai gaya pembelajaran yang
berbeza di antara satu dengan yang lain. Berikut merupakan implikasi gaya pembelajaran kepada
P&P dari aspek:
 Kurikulum
 Guru meletakkan dan menekankan intuisi, perasaan, sensing dan imaginasi utk
mendorong murid menganalisis, memberikan alasan dan menyelesaikan mslh
secara tersusun.
 Bimbingan

STRATEGI PEMBELAJARAN Page 13


 Guru sepatutnya mereka satu bentuk bimbingan utk menghubungkan bentuk gaya
pembeljaran dgn mengambil unsur pengalaman, refleksi, conceptualization dan
ujikaji
 Guru blh mendedahkan murid dgn pelbagai unsur pglmn di dalam bilik darjah spt
unsur bunyi, muzik, visual, pergerakan, perbualan dan percakapan.

 Penilaian
 guru sepatutnya melaksanakan pelbagai bentuk teknik penilaian yg memberikan
fokus pada perkembangan thdp kapasiti otak secara keseluruhan yg ada kaitan dgn
gaya pembelajaran

Terdapat beberapa implikasi gaya pembelajaran di dalam proses pembelajaran. “sekiranya


seseorang pelajar tidak boleh belajar dengan berkesan, maka seseorang guru perlulah prihatin dan
berusaha untuk memajukan diri pelajar dalam memenuhi kehendak pembelajaran mereka.
Menurut Rita dan Kenneth Dunn dalam Ee Ah Meng (1997), “if the children cannot learn the
way we teach them, then we must teach them the way they learn”. 

B. Ketidaknyamanan Dan Pembelajaran

Saya (bruce joyce) akan memulai bahasan ini dengan catatan pribadi yang menjelaskan
mengapa ketidaknyamanan kemudian menjadi suatu hal yang penting dalam diskusi gaya
pembelajaran dan lingkungan pendidikan ini . di university of Chicago, 30 tahun yang lalu , saya
menyudahi sebuah percakapan dengan Herbert thelen semoari meminjam hard cop buku
education and human quest (1960)-nya. Dalam beberapa hari , saya membaca buku tersebut
hingga larut malam. Beberapa hari kemudia , kami kembali bertemu dengan thelen dan
berbincang-bincang dengannya. Diantara gagasan ampuh yang dikembangkan oleh thelen, ada
satu hal yang membuat saya penasaran dan- mungkin –tidak nyaman yakni ; pembelajaran yang
bermakna seringkali disertai atau didorong oleh ketidaknyamanan . terkadang , thelen menulis
dengan cukup jelas,”pembelajar tidak akan bangkituntuk belajar kecuali jika mereka tidak tahu
bagaimana cara merespons” (thelen, 1960, p.61). terkadang pula ia meletakkan gagasannya ini
dalam dinamika proses penelitian sebagai pendekatan model yang disebutnya investigasi
kelompok. Investigasi kelompok dimulai dengan sebuah keadaan yang mendorong siswa untuk
bereaksi dan menemukan pertentangan dasar antara perilaku ,gagasan,dan daya persepsi. Thelen

STRATEGI PEMBELAJARAN Page 14


menentang pengaruh dari “norma kenyamanan dan akomodasi” yang seringkali terjadi
dikebanyakan kelas dan yang meringankan arrgumentasi dan kesulitan, inilah potret tugas-tugas
yang tidak mengenakkan namun menandai instruksi efektif yang ia sampaikan.

Pada awalnya, saya cukup bingung. Gagasan thelen tampak bersebrangan dengan apa yang
sudah lama saya pelajari tentang keberadaan pembelajar yang memiliki emosi sangat rentang
sehinggan harus dilindungi dengan lingkungan yang kondusif. Hal ini diharapkan bisa membuat
mereka merasa cukup nyaman untuk menjalani kehidupannya. Bagaimana mungkin kita
membuat siswa merasakan kenyamanan dan ketidaknyamanan dalam satu waktu? Saya
mengajikan pertanyaan tersebut pada thelen , dan dia hanya menjawab dengan senyum kecil lalu
berkata, “inilah teka teki yang harus anda pikirakan.”

Ahli psikologi, dengan orientasi yang berbeda juga sering berurusan dengan konsep
ketidaknyamanan ini dalam waktu-waktu tertentu, sekalipun tidak selalu menggunakan istilah
yang demikian. Ahli psikologi personalistik adalah salah satu contoh. Para penafsir gagasan carl
rogers sering memusatkan usahanya untuk menyediakan tempat yang aman bagi pembelajar agar
bisa mengeplorasi diri mereka serta lingkungannya sendiri. Bagaimanapun, rogers (1961)juga
menekankan bahwa kecenderungan alamiah kita sebagai pembelajar adalah memenjarakan diri
kita pada beberapa ranah yang membuat kita merasa nyaman. Tugas penting dari seorang guru
atau konselor adalah membantu pembelajar mencapai ranah-ranah ini terkesan diselimuti oleh
rasa takut. Untuk bisa berkembang , pembelajar harus mengalami ketidaknyamanan dan diberi
tugas untuk menghancurkan rasa takut yang menderanya. Tugas pendidik tidak hanya
menyajikan lingkungan yang dapat mengikat pembelajar, namun juga membantu mereka bisa
menjadi pencari yang aktif setelah melewati perkembangan baru.

Aktualisasi diri, sebagaimana dikatakan maslow (1962), adalah proses yang tidak hanya
memungkinkan orang untuk berspekulasi dan mengambil resiko, namun juga memberikan
ketidaknyamanan yang tidak terelakkan ketika berusaha memiliki skill yang baru dikenal dan
coba didalami. Gagasan maslow ini bisa diterapkan, baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Pada masa studi selama 4tahun , guru mendapat paparan mengenai aktivitas-aktivitas
pengembangan staff yang bermacam-macam.

Hal ini muncul sebab konsep diri seorang guru merupakan prediktor yang penting
mengenai kemampuan siswa dalam menggunakan skill dan pengetahuan baru di dalam situasi-
situasi kelas (McKibbin dan Joyce, 1980), dan kita pun telah tahu bahwa bagian utama dalam
kesuksesan pengembangan staf adalah dengan membantu orang menghadapi keadaan yang tidak

STRATEGI PEMBELAJARAN Page 15


menyenangkan secara produktif. Hal ini dimaksudkan agar orang tersebut bisa bekerja dengan
cara mereka sendiri untuk mencapai level kompetisi yang baru.

Perang ketidaknyamanan dalam kemampuan untuk mengaturnya secara produktif mucul


secara samar-samar saat kita tengah memikirkan teori-teori mengenai tahap perkembangan (Lih.
Erikson 1950; Harvet, dan Schroeder, 1961; Piaget, 1952). Sebagian besar teori mengenai tahap
perkembangan tidak hanya menitikberatkan pada pertumbuhan alamiah di setiap tahapnya,
namun juga pada upaya penahanan serta penamungan yang dibutuhkan untuk mencapai tahap
perkembangan yang lebih tinggi. Ingatlah apa yang dikatakan Piaget. Para penafsir gagasan
Piaget seringkali terkesan oleh konsep mengenai kewajaran pertumbuhan yang banyak tergambar
dari sikap dan pendiriannya-semacam pendirian bahwa mengasimilasikan informasi baru akan
memperkuat penampungan yang pada akhirnya akan menuntun pada tahap perkembangan yang
lebih tinggi. Namun, tidak semua orang dapat melewati tahap Piaget ini dengan baik meskipun
penahanan mungkin saja terjadi.

Dalam teori sistem konseptual, Hunt (1971) menitikberatkan pada hubungan antara
lingkungan dengan perkembangan. Dia menggambarkan level-level perkembangan dan
karakterisktik lingkungan yang memudahkan siswa menggunakan dan melewati setiap tahapan
dengan efektif sembari menyiapkan segala hal untuk tahapan berikutnya.

Jika lingkungan sangat sesuai dengan tahapan perkembangan pembelajaran, mereka


mungkin akan tertahan dalam tahap tersebut. Bahasa yang digunakan Hunt dan rekan-rekannya
adalah provokatif. Jika lingkungan siswa sangat nyaman atau maju, siswa akan puas pada tahap
berfikir konkret, dimana kemampuan untuk memadukan informasi baru dengan bentuk sistem
konseptual baru benar-benar terbatas. Untuk mendorong agar siswa menyimpang dari
seperangkat konsep yang sudah digunakan dan mempermudah mereka memandang dunia dalam
kacamata hitam dan putih, lingkungan terkadang memang harus diformat untuk tidak
memuaskan dalam beberapa hal. Walaupun Hunt melakukan pendekatan perkembangan dari
perspektif yang sangat berbeda dengan Thelen, Hunt (1971) mengungkapkan secara eksplisit
bahwa ketidaknyamanan adalah pertanda sebuah pertumbuhan. Untuk meransang perkembangan,
kita bisa dengan sengaja men-tidakcocok-kan siswa dengan lingkungan sehingga mereka tidak
bisa mudah mempertahankan pola-pola yang sudah lama, dan mulai menuju kompleksitas yang
lebih besar (namun tidak selalu begitu, karena kita juga berusaha memberikan sebuah
ketidakcocokan secara optimal, di mana sistem konseptual pembelajaran memang ditantang,
namun tidak sampai membuat siswa kewalahan).

STRATEGI PEMBELAJARAN Page 16


Penelitian mengenai latihan guru berulang kali telah mengekspor “faktor
ketidaknyamanan” saat guru memperoleh repertoar baru. Antara tahun 1968 dan 1983,
serangkaian penelitian mengkaji kemampuan guru dalam memperoleh skill baru yang dibutuhkan
untuk mempermudah mereka menggunakan repertoar-repertoar strategi pengajaran yang telah
diperluas (Joyce, Peck, dan Brown, 1981; Joyce dan Showers, 2002). Guru bisa memperoleh
keterampilan baru dengan mempelajari berbagai teori mengenai model pengajaran dan
keterampilan, memeragakan model tersebut beberapa kali (15 hingga 20), dan mempraktikkan
model-model tersebut dalam beberapa kesempatan dengan memberikan umpan balik secara
seksama. Namun, saat guru berupaya menggunakan pendekatan baru terhadap siswa, siswa
mungkin mengalami ketidaknyaman yang cuku mengganggu. Hanya sekian persen guru yang
telah mempelajari strategi pembelajaran yang baru dalam repertoarnya berhasil mengatasi
ketidaknyamanan ini dengan menyediakan bantuan-bantuan khusus. Sebagian guru tidak pernah
mencoba strategi yang tidak biasa digunakan kecuali jika mereka mendapat dukungan. Bahkan,
hanya mencoba beberapa kali, sebagian besar guru berpendapat dan merasa bahwa penggunaan
strategi baru sangatlah tidak mengenakkan. Alasannya adalah bahwa ketidaknyamanan muncul
terkadang disebabkan guru harus beradaptasi dengan hal-hal yang sama sekali baru, dan harus
memiliki skill yang baik untuk memengaruhi siswa agar bisa menggunakan strategi ini.

Akibatnya banyak guru yang menjadi segan untuk menggunakan strategi baru walaupun
setelah adanya latihan yang memudahkan mereka menciptakan strategi baru dengan cara yang
relatif mudah. Namun, setelah sejumlah percobaan strategi baru tersebut dilaksanakan, guru
menjadi lebih merasa nyaman dengan strategi tersebut, kemudian mulai mengembangkan
kekuatan dalam menggunakan strategi tersebut. Itulah mengapa harus ada kelompok antar teman
sebaya. Pengelompokkan ini dimaksudkan untuk mempermudah siswa bekerja dan belajar
meskipun pada masa-masa ketidaknyamanan.

Selain itu, hal terpenting dari tugas seseorang guru adalah belajar menggunakan strategi
pengajaran baru untuk membantu siswa mendapatkan skill yang dibutuhkan dan menghubungkan
skill tersebut dengan pendekatan baru dalam mengajar. Hunt dan rekannya memulai rangkaian
pebelajaran dengan menyelidiki proses-proses di mana pembelajaran merespons strategi-strategi
yang tidak biasa (Hunt dkk., 1981). Para peneliti ini mengidentifikasi siswa dari level konseptual
yang berbeda-beda dan menjabarkan pada mereka strategi-strategi pembelajaran baru yang sesuai
atau yang tidak sesuai dengan tahap perkembangannya. Hampir semua siswa bisa merespon
strategi pengajaran yang sangat beraneka ragam, namun ada perbedaan yang sangat mencolok

STRATEGI PEMBELAJARAN Page 17


dari sisi respons-respons yang mereka ungkapkan. Siswa yang memiliki kebutuhan tinggi pada
struktur (yang memiliki level konseptual yang rendah) tidak akan merasa nyaman dengan strategi
pengajaran yang menyajikan tingkatan-tingkatan struktur yang rendah, sedangkan siswa yang
suka pada pengajaran bebas justru merasa tidak nyaman dengan strategi pengajaran yang
memberikan struktur lebih tinggi.

Apalagi, siswa akan meniru perilaku guru dalam gaya perilaku yang mereka pilih dan
mereka tampakkan. Mereka membutuhkan tingkatan struktur yang lebih tinggi “ditanyakan”
mengenai struktur tersebut, dan guru meresponnya dengan meniru strategi-strategi tersebut untuk
beradaptasi dengan kepribadian siswa. Anehnya, semakin banyak model pengajaran yang tidak
sesusai dengan gaya belajar yang alamiah, semakin banyak ia memberikan tantangan bagi siswa
untuk mengambil langkah alternatif dalam melewati masa ketidaknyamanan dan
mengembangkan skill yang memungkinkan munculnya hubungan produktif dengan lingkungan
pembelajaran.

Misalya, siswa yang suka berteman biasanya akan biasanya akan merasa sangat nyaman
dengan model sosial dan bisa mengambil manfaat dari model tersebut secara cepat. Namun,
siswa yang kurang suka berteman sangat membutuhkan model pengajaran yang membuat mereka
nyaman. Oleh karena itulah, tantangannya bukanlah memilih model yang paling mengenakkan,
namun memudahkan siswa mengembangkan skill untuk berhubungan dengan beragam model.

C. Marginalitas Dalam Diri Pembelajaran

Beberapa buku yang membahas mengenai pembelajaran dan lingkungan pendidikan


menitikberatkan pembahasannya pada penyeimbangan eksplisit, pengaturan lingkungan menuju
lingkungan yang benar-benar nyaman bagi siswa. Konsep pengaturan tingkatan kenyaman ini
muncul dengan diskusi-diskusi mengenai gaya pembelajaran (dominasi belahan bumi, metode
perasaan, tingkatan-tingkatan kognitif, dan sebagainya). Untuk memperhitungkan kemungkinan-
kemungkinan ketidaknyamanan yang produktif, marilah kita diskusikan pembelajaran yang
“terpinggirkan”, yakni mereka yang merasa tidak nyaman dengan lingkungan mereka sendiri.
Baru-baru ini, para pemerhati pendidikan menaruh perhatian dan minta untuk meneliti apa yang
mereka istilakan dengan pembelajaran yang “terpinggrikan” tersebut dan mencoba mendapatkan
cara untuk menciptakan lingkungan sekolah yang lebih produktif bagi mereka yang merasa
sekolah adalah lingkungan yang membuat mereka terpinggirkan.

STRATEGI PEMBELAJARAN Page 18


Keterpinggiran atau marginalitas adalah keadaan yang terjadi saat seorang siswa sulit
berinteraksi dengan lingkungan pendidikannya dan juga sulit mengambil manfaat dari
lingkungan tersebut. Ia mungkin akan merasa terpinggirkan saat berhubungan dengan beberapa
orang atau lingkungan-lingkungan tertentu, namun tidak dengan orang atau lingkungan lain.
Secara teoretis, kemungkinan jangkauan marginalitas ini dimulai dari tidak sama sekali hingga
keseluruhan. Para pendidik menciptakan lingkungan, namun mereka jelas tidak bisa
melaksanakan pembelajaran, yakni mengapa mengapa kondisi pembelajaran sangat beragam saat
kita mencoba mencari produktivitas pendidikan bagi siswa tersebut akan akan sangat tertekan.
Namun, jika keterpinggirannya cukup akut dan gawat, maka pengaruh akan sangat serius; lebih
buruk, siswa akan frustasi dan sangat dimungkinkan mereka akan berpikir bahwa mereka
memang tidak bia bertindak produktif dalam lingkungan tersebut. Jika ia kemudian
menggeneralisasi pengalaman frustasinya pada semua hal yang diterimanya, maka pembelajaran
yang disampaikan padanya tentu hanya akan menjadi hal yang sia-sia

1. Asumsi-Asumsi mengenal pembelajar


Bagaimana pendapat kita tentang siswa?kami melihat mereka dari perspektif yang
berbeda,setiap perspektif memberikan sebuah asumsi tentang bagaimana sebenarnya mereka.

 Enkulturasi
Asumsi pertama dalam hal ini adalah bahwa siswa telah meng-enkulturasi suatu tingkatan
tertentu, telah lama melihat bentuk perilaku tertentu, artefak, dan kognisi yang membentuk
kebudayaan Amerika. Siswa mungkin (atau juga tidak mungkin) telah memiliki kosakata yang
lebih sedikit dibanding kebanyakan orang memiliki kosakata, telah menyerap kaidah-kaidah
linguistic dari bahasa kita, telah berpartisipasi dalam proses pembentukan kebudayaan, dan telah
meneliti kebiasaan orang dewasa dalam tingkah laku yang tampak dalam masyarakat. Dengan
kata lain, siswa kita secara cultural tidaklah berbeda dengan kebanyakan kita, walaupun dalam
batas-batas kebudayaan, siswa bias saja merasa tidak puas dengan kebudayaan yang telah ada
dan berakar dilingkungannya. Hal ini mungkin tampak jelas, namun beberapa pendapat mengenai
siswa yang terpinggirkan mengonotasikan dan menunjukkan bahwa orang yang memiliki
keterpinggiran dari lingkungan pembelajaran sebenarnya merupakan anggota atau bagian dari
kebudayaan yang memang memiliki perbedaan mainstream sehingga mereka memang perlu
diperlakukan berbeda dan khusus sebagai orang asing dan pendatang. Menusia dilahirkan
dengan kemampuan untuk mempelajari sebuah kebudayaan. Hanya ada sedikit orang yang

STRATEGI PEMBELAJARAN Page 19


mengembangkan model kebudayaan yang tidak sesuai dengan wujud kebudayaan yang telah
dimiliki sebelumnya pada masyarakat dan lingkungan baru mereka.

 Kapasitas Intelektual sebagai Faktor Temporal


Kedua, pendapat mengenai perbedaan-perbedaan intelektual siswa yang diungkapkan oleh
Carroll (1971) dan Bloom (1971) memiliki validitas yang dapat dipertanggung jawabkan.
Khususnya, pendapat ini menunjukkan bahwa perbedaan dalam kemampuan intelektual yang
baru saja kita bicarakan tadi berarti menunjukkan adanya perbedaan temporal mengenai
penguasaan sasaran (materi) pembelajaran tentu. Asumsi kedua ini berkaitan erat dengan asumsi
pertama, karena pendapat yang kembali dikatakan Carroll dan Bloom, adalah bahwa siswa yang
kurang pandai secara kultural akan berbeda menghadapi materi yang dipelajari dengan siswa
yang sudah pandai. Mereka mungkin akan membutuhkan waktu yang lebih banyak, bahkan
rangkali waktu yang sangat banyak, untuk mendapat nilai kognitif tertentu yang merupakan hal
paten dalam suatu kebudayaan tertentu pula. Dengan kata lain, merupakan bagian dari kita.
Sebagaian dari kita terkadang lebih lambat dan menbutuhkan lebih banyak waktu untuk
memperoleh unsur-unsur kebudayaan dalam situasi pendidikan tertentu. Untuk itu, kita harus
memiliki pandangan yang optimis bahwa siswa yang “terpinggirkan” bias melewati semua proses
pembelajaran meskipun mereka akan membutuhkan lebih banyak waktu dan keadaan yang juga
mendukung.

 Stigmatisasi

Asumsi ketiga adalah adanya stigma sosial berkaitan dengan ketidakmampuan siswa untuk
berhubungan dengan lingkungan pendidkan secara produktif. Siswa yang tidak cocok dengan
lingkungannya akan mendapat stigma sosial dari orang lain, lebih buruknya lagi, hal ini akan
menginternalisasi norma-norma kebudayaan yang mereka miliki sebelumnya ; karena gagal
untuk bisa sesuai dengan norma tersebut, siswa justru menstigmatisasi dari meraka sendiri.
Pendidikan, sebagai manifestasi norma dalam institusi formal, merupakan kumpulan aktivitas
publik yang cukup besar dan berpotensi membentuk karakteristik kebiasaan siswa. Jika
pendidikan justru membuat siswa semakin terpinggirka, maka pengaruhnya akan fatal. Siswa
akan mendapat hukuman dua kali, menderita frustrasi dan mendapat stigma dari orang lain (atau
dari dirinya sendiri).

 Fleksibilitas

STRATEGI PEMBELAJARAN Page 20


Asumsi terakhir mengenai siswa adalah fleksibilitasnya. Mereka tidak permah paten dan
statis. Mereka senantiasa tumbuh dan berkembang serta memilikih kemampuan beradaptasi yang
cukup tinggi. Hampir semua siswa memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan
pembelajaran yang berbeda, dengan lingkungan yang membuat mereka sangat tidak merasa
nyaman, dan mereka pun akan mendapat bantuan untuk berhubungan dengan lingkungan apa pun
secara produktif.

2. Asumsi-Asumsi mengenai Lingkungan Pembelajaran

Lingkungan-Lingkungan sebagai keberagaman Budaya Mempelajari lingkungan, memandangnya


dari perspektif kultural, merupakan keberagaman dalam tema kebudayaan dasar kita. Yakni,
bahwa semua pendekatan dalam pengajaran yang telah mendominasi literature kita selama dua
puluh lima tahun belakangan ini berasal dari masyarakat dunia barat. Mereka memiliki
mainstream kebudayaan yang cukup baik. Di sisi lain, semua model pengajaran
merepresentasikan beragam macam hal yang ada dalam kebudayaan, namun model pengajaran
tidak begitu berbeda dengan masalah kebudayaan. Bagaimanapun, model-model pengajaran
berasal dari sarjana dan guru yang tidak hanya memiliki genus dan spesies yang sama namun
memiliki wujud normatif yang sama. Oleh karena itulah, baik model pengajaran dan siswa
sendiri sama-sama memilki akar kebudayaan yang sama.

 Individu dan Lingkungan

Setiap lingkungan pembelajaran menghasilkan ruang lingkup respons-respons dari siswa, yang
diungkapkan dengan istilah ‘efisiensi’ dan ‘kenyamanan’ yang memudahkan mereka untuk
berinteraksi dengan lingkungan. Secara bebas bisa dikatakan, bahwa gaya pembelajaran dan
lingkungan yang dirancang untuk menciptkan pembelajaran akan saling berinteraksi dan
berhubungan dengan cara yang berbeda. Lingkungan yang bukan merupakan tempat
pembelajaran yang telah dikondisikan akan memberikan pengaruh yang sama persis pada semua
siswa.

 Lingkungan Dapat Disesuaikan

Lingkungan pembelajaran dapat disesuaikan, setidaknya jika merancang lingkungan tersebut


dengan fleksibilitas. Suatu model pengajaran yang sesuai tidak membuat siswa jemu dan bosan.
Jika dirancang dengan baik, lingkungan pembelajaran akan menjadi tempat yang lembut dan
menyenangkan dan bukannya menjadi tempat yang keras dan menulitkan. Lingkungan ini akan
mendarah daging pada siswa dan akan mudah sesuai dengan karakter yang dimilki siswa. Jika

STRATEGI PEMBELAJARAN Page 21


dipelakukan dengan baik, siswa bisa menyesuaikan metafora yang lembut dank eras dengan
metafora yang lebih baik dan bisa menciptakan cirri khas lingkungan pembelajaran.

 Lingkungan –Lingkungan Alternatif dan Hasil Pendidikan

Pada akhirnya, ada banyak pendekatan pengajaran (Pengembangan lingkungan


pembelajaran) yang memberikan pengaruh yang berbeda pada siswa. Pendekatan pengajaran
tertentu akan meningkatkan bahwa jenis-jenis hasil pembelajaran tertentu akan mengakhiri, dan
mungkin juga, menurunkan kemungkinan-kemungkinan lain yang akan muncul. Misalnya,
ketidaksamaan antara model bermain peran dan model latihan penelitian. Model Shaftel, yakni
role playing (bermain peran) (Shaftel dan Shaftel, 1967) dirancang untuk memudahkan upaya
penyesuaian nilai yang ada dalam diri siswa untuk kemudian dijadikan ujian oleh siswa tersebut.
Sedangkan model Suchman (1962) yang berupa model latihan penelitian dirancang untuk
meningkatkan kemampuan siswa membuat kesimpulan timbal balik. Ya, dengan demikian,
segala sesuatu bisa dikatakan sama. Jika model Shaftel digunakan untuk merancang lingkungan
pembelajaran, model tersebut akan meningkatkan kemungkinan nilai sosial yang dimiliki siswa
dan akan mereka aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sedangkan model Suchman akan
meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat alasan secara kausalitas. Kita tidak tengah
menghadapi dunia ortogonal. Ujian mengenai nilai-nilai bisa meningkatkan kemampuan siswa
dalam membuat alasan kausalitas jika ujian tersebut dilakukan drngan jelas (sebab itulah, ujian
ini memang harus dilakukan dengan jelas). Begitu juga, tidak ada aturan yang memerintahkan
bahwa model Suchman tidak bisa digunakan dalam meningkatkan kemampuan membuat alasan
kausalitas mengenai nilai. Dalam beberapa hal, adalah hal yang masuk akal jika model Shaftel
akan menjadi lebih efektif dalam pengajaran membuat alasan timbal balik disbanding model
Suchman. Atau, model Suchman akan lebih efektif jika dugunakan sebagai pendekatan dalam
nalai sosial. Selama jangka waktu yamg cukup lama, masing-maing model memang memainkan
peran sesuai dengan tujuan orang yang merancangnya. Namun, sangatlah bijak jika pengamat
pendidikan memiliki beberapa pilihan model dari beberapa kategori sasaran pembelajaran dalam
mereka.

D. INTELEGENSI PERTUMBUHAN

Sifat kita sebagai pembelajar memiliki kontradiksi yang cukup menarik: sebab
pertumbuhan yang penting membutuhkan perubahan. Kita harus melepaskan cara-cara yang

STRATEGI PEMBELAJARAN Page 22


nyaman dalam berpikir dan mau tidak mau terlibat dalam mempelajari gagasan, skill, dan konsep
yang tidak familiar. Kebutuhan untuk terus tumbuh telah tertanam dalam diri kita sebagai
manusia. Berjalannya waktu memaksa kita untuk terus menapaki tahap-tahap perkembangan dan
perubahan hidup. Namun seringkali, kita memiliki kecenderungan untuk tetap menjadi seperti
orang lain yang dianggap memiliki segala kenyamanan dalam hidup. Nostalgia, sebenarnya,
adalah sebuah kerinduan, namun tidak untuk tumbuh dan berubah. Anehnya, jawaban yang
dikemukakan dalam persoalan ini seringkali adalah menciptakan ketidakseimbangan. Cara
menciptakan lingkungan yang mendorong kita untuk tumbuh adalah tidak membuang apa yang
kita miliki, namun berupaya memberdayakan seproduktif mungkin. Apa yang dikatakan Thelen
memang benar: siswa harus membenturkan masalah dan pendapat yang beragam untuk bisa
melampaui tahapan yang telah dilaluinya dan terus membuat perkembangan yang akan tetap
bertahan dalam level lain.

Saat kita masih bayi, proses perubahan terjadi pada diri kita.Lingkungan tidak
bermaksud mengajarkan bahasa pada kita, namun kita tanpa sadar menjalaninya, dan dengan hal
tersebut, kita melakukan suatu perubahan. Kita tidak ingin berjalan, namun berjalan menuntun
kita mengunjungi tempat yang sebelumnya belum pernah kita kunjungi. Tidak lama setelah itu,
kita mempelajari kebudayaan dan mulai puas karena kita bisa berdiam dengan tenang. Tujuan
pendidikan adalah untuk meningkatkan kondisi yang akan memudahkan kita untuk mengakui
ketidakseimbangan dalam perubahan sebagai prasyarat pertumbuhan, sehingga kita bisa
melampaui apa yang ada di balik diri kita sendiri untuk memiliki pemahaman yang lebih
memadai dalam menerima kebijaksanaan yang terletak dalam diri kita sendiri. Yakni bahwa
ketidaknyamanan adalah hal yang memang harus kita hadapi jika kita tidak mau tertahan dan
tetap dalam keadaan kita saat ini (tidak berkembang).

STRATEGI PEMBELAJARAN Page 23


BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Gaya pembelajaran merupakan stail atau cara belajar seseorang individu yang bertindak
dengan persekitarannya supaya memproses, mentafsir dan memperoleh maklumat, ilmu
pengetahuan atau kemahiran yang diingini.
Gaya pembelajaran sangatlah penting karena ia merupakan ungkapan pendidikan yang
berkait erat dengan keunikan masing-masing individu(siswa). Perbedaan-perbedaan individu ini
harus diapresiasikan karena ia adalah ekspresi keunikan kepribadian siswa. Secara individual,
konfigurasi diri kita juga berperan dalam menciptakan identitas kepribadian kita. Ya, semuanya
menunjukkan begitu kaya budaya yang kita miliki dalam diri ini.

Dengan memanfaatkan model pengajaran, kita bisa memulai langkah dengan menjauhi dua
kesalahan. Pertama , anggapan bahwa satu model pengajaran adalah model yang sudah cocok
dan pas serta paten untuk digunakan, sehingga model tersebut harus diterapkan demi mendapat
hasil terbaik. Kedua ,anggapan bahwa masing-masing pembelajaran memiliki gaya yang pas
dalam pembelajaran yang tidak mungkin diubah atau diperbaiki.

Ingatlah kembali model-model pengajaran yang telah kita diskusikan. Pada awalnya,
kelompok model pengajaran personel bermula dari keunikan-keunikan pembelajaran, dan
masing-masing model pengajaran personal mencoba membantu siswa untuk mengembangkan
pertumbuhan dirinya.

STRATEGI PEMBELAJARAN Page 24


DAFTAR PUSTAKA

Joyce, B. .Weil, M & calhoun Chapter 19


Child, Dennis. (1983). Applications of Psychology for The Teacher. London: Cassell
Educational.
Felder, R.M. & Solomon, B.A. (1970). Index of Learning Styles. (atas talian)
http://www2.ncsu.edu/unity/lockers/users/f/felder/public/ILSdir/styles
html
Grasha, A.F & Reichmann, S.W. (1974). A Rational Approach toDeveloping and Assessing the
Construct Validity of a Student Learning Style Scale Instrument. Journal of Psychology
87:213-223.

Hatcher, J. (1999). On-line and off-line survey instrument: Motivation, Cognitive Styles and
Learning Styles.

Khalid Mohd. Nor ( 1993 ). Kaedah Pembelajaran Berkesan . Kuala Lumpur : Cahaya Pantai (M)
Sdn. Bhd.

Murdoch Teacher Center (1984). Pengurusan Masa dan Gaya Pembelajaran. Wichita: Kansas.
http://myschoolnet.ppk.kpm.my/bhn_pnp/modul/bcb9.pdf

Myers, I. (1978). Myers-Briggs Type Indicator. Palo Alto, CA: Consulting Pyschologists Press.

Selmes, I.P (1987). Improving Study Skills. London : Holder and Stoughton.

STRATEGI PEMBELAJARAN Page 25

Anda mungkin juga menyukai