Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Kedokteran Syiah Kuala ISSN: 1412-1026

Volume 18, Number 2, Agustus 2018 E-ISSN: 25500112


Pages: 104-109 DOI: https://doi.org/10.24815/jks.v18i2.18001

HEMOLYTIC DISEASE OF THE NEWBORN

Vivi Keumala Mutiawati

Bagian Ilmu Patologi Klinik


Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala
RS dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh

Abstrak. Pemahaman penyakit hemolitik pada bayi baru lahir telah berubah selama beberapa dekade terakhir. Penyakit hemolitik
akibat inkompatibilitas ABO dan aloantibodi lainnya kini muncul sebagai penyebab utama. Banyak negara telah mengidentifikasi
aloantibodi selain anti D sebagai penyebab penyakit hemolitik dengan gejala klinis sedang sampai dengan berat. Prevalensi dan
frekuensi populasi antibodi anti-A dan anti B dari golongan darah ABO berguna dalam memprediksi perkiraan anak yang lahir
oleh wanita golongan darah O yang menikahi suami golongan darah bukan O yang berisiko menjadi ABO HDN. Kelainan ABO
HDN disebabkan oleh antibodi IgG pada ibu disebabkan kemampuan IgG untuk melewati sawar darah plasenta. Eritrosit yang
peka oleh antibodi dihancurkan oleh makrofag pada limpa janin dengan gejala klinis hiperbilirubinemia. Kelainan ABO HDN
memberikan gambaran klinis yang lebih ringan pada populasi, dan ditandai dengan derajat hemolisis yang ringan. Diagnosis
biasanya dilakukan dengan pemeriksaan bayi baru lahir yang telah mengalami ikterus pada hari pertama kehidupan.

Keywords: Penyakit hemolitik bayi baru lahir, aloantibodi golongan darah, ikterus

Abstract. The spectrum of hemolytic disease of the newborn has changed over the last decades. Hemolytic disease due to ABO
incompatibility and other alloantibodies has now emerged as major causes. Many countries have identified alloantibodies other
than anti D as a cause of moderate-severe hemolytic disease. The prevalence of immune anti A and anti B antibodies and the
population and gene frequencies of the various ABO blood groups are useful in predicting an estimate of children born by blood
group O women married to non-group O husband who are at risk of developing ABO HDN. ABO HDN is caused by IgG maternal
antibodies which have the ability to cross the placental barrier. The red cells which are sensitized by the antibodies are destroyed
by macrophages in fetal spleen with consequent hyperbilirubinemai. ABO HDN is described as a condition having a very low
incidence in the population and characterized by a a mild degree of hemolysis. Diagnosis is usually made by investigation of a
newborn baby who has developed jaundice during the first day of life.

Keywords: Hemolytic disease of the newborn, blood groups alloantibodies, joundice

Pendahuluan setiap tahunnya di Inggris Raya. Anti D


Kasus pertama hemolytic disease of the bertanggung jawab atas 94% kasus HDN Rh,
newborn/HDN dilaporkan oleh seorang bidan sedangkan kasus lain disebabkan karena anti C
berkebangsaan perancis ketika menolong dan anti E,2 dan juga pernah dilaporkan
persalinan bayi kembar pada tahun 1609. Adanya disebabkan oleh anti S.3 Insiden HDN Rh turun
kelahiran bayi dengan anemia, kuning/ikterik dan secara drastis sejak diperkenalkannya penggunaan
ditemukannya sel eritroblast pada beberapa kasus profilaksis imunoglobulin G/IgG anti D pada
hydrops fetalis yang kemudian dikenal dengan tahun 1967.3 Kejadian inkompatibilitas golongan
erythroblastosis fetalis dilaporkan oleh Diamond darah Rh yaitu antigen Rh (anti-D atau anti-c)
dkk pada tahun 1932. Penemuan tentang kejadian terjadi pada 10% wanita hamil dengan ras kulit
HDN terus berkembang dengan ditemukannya hitam dan kulit putih, dan jarang dilaporkan
sistem golongan darah rhesus/Rh oleh Landsteiner terjadi pada wanita Asia.1
dan Weiner pada tahun 1940.1 Hemolytic disease
of the newborn Rh anti D menyebabkan kematian Penyebab HDN lainnya adalah antibodi imun
neonatus pada sekitar 800 kelahiran mati dan sistem golongan darah ABO yaitu anti A yang
menjadi salah satu penyebab kematian neonatus dihasilkan oleh ibu golongan darah O terhadap
104
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 18 (2): 104-109, Agustus 2018
janin golongan darah A dengan gejala klinis HDN mengkode protein Rh, dan setiap gen mempunyai
yang bisanya ringan. Penyakit HDN ABO lebih 10 buah ekson. Komplek gen ini ditemukan pada
ringan dari HDN Rh dapat difahami karena orang kulit putih dengan 8 buah variasi gen yaitu
sebagian antigen A dan B belum sepenuhnya CDe, cde, CDE, cDe, Cde, cdE, CDE dan CdE.
berkembang ketika bayi baru lahir, dan karena Ekspresi gen Rh hanya ditemukan pada sel darah
netralisasi sebagian antibodi IgG ibu oleh antigen merah/eritrosit, dan ditemukan sangat meningkat
A dan B pada sel lain yang terjadi di dalam ketika terjadi maturasi eritrosit. Antigen sel Rh
plasma dan cairan jaringan. Ibu dengan golongan tidak diekspresikan pada progenitor eritrosit.1
darah A dan B biasanya hanya mempunyai
antibodi ABO IgM. Ibu yang tidak memiliki Gen RhD pada Rh positif adalah bentuk
golongan darah ABO yang sesuai/ABO homozigot (CDe/CDe) dan heterozigot sebesar
incompatible/inkompatibilitas ABO terjadi pada 45% dan 55%. Fenotipe Rh negatif tidak
sekitar 20% kelahiran hidup.2 Sistem golongan mempunyai protein D pada permukaan eritrosit.
darah yang paling sering menyebabkan HDN Keadaan ini disebabkan karena adanya mutasi
adalah pada antibodi sistem Rh dan ABO, dan dengan bentuk delesi gen RhD pada kedua
jarang terjadi pada antibodi sistem Kell, dan lebih kromosom. Mutasi delesi menyebabkan
jarang lagi terjadi pada antibodi sistem Duffy, perubahan struktur dengan akibat eritrosit tidak
MNS dan s, serta belum pernah dilaporkan terjadi mampu mengekspresikan fenotipe RhD. Kelainan
pada antibodi sistem Lewis dan P.1 mutasi gen RhD (RHD pseudogen dan gen hybrid
RHD Ce-D) ditemukan 70% pada ras negro
Kehamilan pada ibu ras kulit putih dengan Afrika dan 25% pada Afrika-Amerika.1 Struktur
golongan darah O kemudian melahirkan janin gen Rh dengan lokus genetikanya dapat dilihat
dengan golongan darah A dan B, kemudian pada Gambar 1.1 berikut ini.
sebagian ibu tidak membentuk IgG anti-A atau
anti-B. Kelahiran bayi dari ibu pada keadaan
tersebut sangat sedikit yang menderita penyakit
hemolitik berat, sehingga membutuhkan
pengobatan transfusi tukar. Transfusi tukar hanya
perlu dilakukan pada satu dari sekitar 3000
kelahiran bayi. Penyakit HDN ABO dapat
ditemukan pada kehamilan pertama, dan kelainan
ini dapat mempengaruhi kehamilan berikutnya
dan dapat pula tidak mempengaruhi kehamilan
yang berikutnya.2
Gambar 1.1 Struktur Gen Rh pada Kromosom 1.
Genetik (Dikutip dari:
Penyebab HDN tersering dan terberat adalah Chaudhary R9)
antibodi Rh, dan diikuti oleh antibodi lain seperti Patogenesis
pada sistem golongan darah Kell (K dan k), Duffy Seorang ibu yang mempunyai golongan darah Rh
(Fya), Kidd (Jka dan Jkb), dan MNSs (M, N, S negatif terpapar oleh eritrosit yang mengandung
dan s). Komplek gen Rh terdiri dari 3 lokus Rh positif akan menyebabkan terjadinya reaksi
genetik dengan 2 alel utama, yang mengkode 5 dengan gejala perdarahan fetomaternal yang
antigen mayor yang disebut dengan alel C, c, E, e seringkali asimtomatik selama masa kehamilan.
dan D. Antigen sistem golongan darah Rh dibawa Insiden perdarahan fetomaternal selama masa
oleh paling tidak 2 gen yang homolog yang terdiri kehamilan terjadi pada sekitar 75% kasus. Umur
dari protein distinct-membrane. Dua gen terpisah kehamilan yang semakin tua diikuti dengan
yaitu RhCE dan RhD ditemukan pada short arm/ semakin tingginya insiden perdarahan
lengan pendek kromosom 1 yaitu lengan yang fetomaternal pernah dilaporkan sebesar 7%, 16%

105
Vivi.- Hemolytic Disease Of The Newborn
dan 20% pada kehamilan trimester pertama, kedua
dan ketiga. Perdarahan fetomaternal diperberat
dengan adanya komplikasi penyakit lain seperti
abrupsio plasenta, aborsi spontan atau terapetik,
toxemia, persalinan dengan seksio sesaria dan
kehamilan ektopik.1

Sel memori mengenali adanya antigen asing yang


masuk ke dalam tubuh ibu hamil setelah terjadi
paparan yang pertama. Sistem imun maternal Gambar 1.2 Pembentukan antibody Rh pada
mulai membentuk antibodi yaitu isotipe Ig M kehamilan dengan HDN.
yang tidak mampu melewati sawar darah plasenta. (Dikutip dari: encyclopedia
Sistem imun kemudian membentuk isotipe britannica10)
antibodi IgG yang mampu melewati sawar darah
plasenta. Imunoglobulin G/Ig G mempunyai tiga Imunisasi Rh setelah persalinan anak pertama oleh
subkelas yaitu IgG1, IgG2, dan IgG3, dengan ibu dengan Rh negatif dapat terjadi pada janin
IgG1 sebagai subkelas yang paling dominan yaitu dengan Rh positif dengan golongan darah ABO
sepertiga dari semua subkelas IgG. Imunoglobulin yang kompatibel hanya mungkin terjadi pada
G3/IgG3 sangat sesuai mampu berikatan sangat sekitar 2% kasus. Golongan darah dengan eritrosit
baik dengan sel retikuloendotelial sehingga pada ABO yang tidak kompatibel antara janin
menyebabkan hemolisis. Paparan berulang dengan dangan ibunya dengan cepat menghancurkan
dosis paparan yang cukup rendah terhadap antigen eritrosit pada sirkulasi maternal.2 Anti D melewati
asing (0.03 ml eritrosit Rh positif) sangat cepat plasenta masuk ke dalam sirkulasi janin selama
meningkatkan kadar IgG dalam sirkulasi maternal kehamilan berikutnya (setelah fase sensitisasi)
menyebabkan timbulnya HDN. Proses ini terjadi dengan janin Rh D-positif kemudian melapisi
karena antibodi IgG melewati sirkulasi darah ibu eritrosit janin dengan antibodi menyebabkan
melalui plasenta menuju ke sirkulasi darah destruksi eritrosit oleh sistem retikuloendotelial
fetus/janin. Antibodi IgG tersebut bereaksi dengan tubuh janin. Keadaan ini menyebabkan munculnya
eritrosit janin kemudian dihancurkan oleh sistem gejala klinis anemia dan ikterus yang disebabkan
retikuloendotelial janin.1-2 Tipe golongan darah A oleh proses hemolisis eritrosit. Seorang ayah janin
dan B mempunyai anti-A dan Anti-B dengan mempunyai sifat heterozigot untuk antigen D
dominasi antibodi IgM, dan tipe golongan darah O (D/d), kemungkinan akan menjadi D positif pada
mempunyai anti-A dan anti-B dengan dominasi 50% fetus/janin.2 Proses pembentukan antibody
antibodi IgG. Kelainan HDN disebabkan kasus Rh pada HDN dapat dilihat pada Gambar 1.2 di
inkompatibilitas ABO yaitu masuknya antibodi atas.
IgG ibu masuk ke dalam sirkulasi darah janin
melalui plasenta sehingga terjadi hemolisis. Gejala Klinis
Angka kejadian HDN yang disebabkan Gejala klinis yang muncul bervariasi tergantung
inkompatibilitas ABO terjadi pada 50% kasus dari berat ringannya penyakit pada bayi. Gejala
kelahiran anak pertama dan berikutnya hanya klinis yang muncul pada penyakit ringan adalah
menyebabkan anemia dengan tingkat hemolisis anemia ringan dengan/tanpa ikterus. Anemia pada
ringan, pada beberapa kasus pernah dilaporkan bayi baru lahir dapat disebabkan oleh berbagai
terjadi anemia dengan hemolisis yang berat. penyebab diantaranya 1) Perdarahan; karena
kelainan obstetrik, transfusi fetomaternal, transfusi
fetoplasental, twin-twin transfusion, perdarahan
internal, perdarahan iatrogenik, 2) Peningkatan
destruksi eritrosit; karena kelainan intrinsik seperti
kelainan enzim eritrosit (defisiensi G6PD,
kelainan membran eritrosit (sferositosis herediter,
106
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 18 (2): 104-109, Agustus 2018
hemoglobinopati/thalasemia α, kelainan ekstrinsik mekanisme pematangan bilirubin oleh enzim
seperti hemolisis imun (inkompatibilitas Rh, glukoronil transferase.4-5
inkompatibilitas ABO, dan inkompatibilitas darah
minor lain seperti Kell, Duffy, hemangioma), Gejala klinis penyakit sangat berat terlihat pada
kelainan ekstrinsik lain seperti infeksi, defisiensi bayi baru lahir dengan anemia dan ikterus berat
vitamin E dan pengaruh obat-obatan, 3) ditandai adanya pucat, takikardia, edema dan
Penurunan eritrosit; karena prematuritas, hepatosplenomegali. Kadar bilirubin tidak
hipoplasia/anemia aplastik, supresi sumsum terkonjugasi/unconjugated yang cukup tinggi
tulang, dan difiensi yang menyebabkan kelainan yaitu >250 µmol/L sudah dapat menyebabkan
nutrisi/nutrisional.5 terjadinya kernikterus. Kernikterus terjadi karena
deposisi pigmen empedu pada ganglia basalis
Anemia pada HDN lebih cenderung disebabkan disertai dengan kerusakan pada sistem saraf
oleh peningkatan penghancuran/destruksi eritrosit pusat/SSP. Kernikterus merusak ganglia basalis
dengan penyebab ekstrinsik yaitu anemia karena pada otak yang menimbulkan gejala klinik
hemolisis imun. Kadar hemoglobin/Hb yang spastisitas generalisata, arched back serta
sangat rendah akan tetap bertahan sampai sekitar kematian disebabkan kegagalan pernafasan.
30 hari paska kelahiran bayi. Semua bayi dengan Gejala pada SSP dapat disertai dengan defisiensi
antibodi pada eritrosit dan uji antiglobulin direk mental, ketulian dan epilepsi. Kelainan
positif harus tetap dilakukan pemantauan selama 1 disebabkan kernikterus seringkali meninggalkan
bulan paska kelahiran bayi. Bayi baru lahir tanpa gejala sisa berupa keterbelakangan mental pada
adanya gejala anemia dan ikterus tetapi ditemukan bayi yang selamat setelah mendapat pengobatan.4
kadar Hb yang sangat rendah sampai mendekati Gejala klinis akut terjadi setelah bayi lahir
kadar 6 g/dL pada pemeriksaan laboratorium disebabkan bersihan maternal bilirubin janin
harus dilakukan pemantauan terhadap berkurang dan konjugasi bilirubin oleh hati
kemungkinan disebabkan oleh HDN.2,4 neonatus belum maksimal. Gejala penyakit yang
sangat berat terlihat segera setelah kelahiran bayi
Gejala klinis penyakit yang lebih berat seringkali adalah gagal jantung dan edema, diikuti kematian
tanpa gejala anemia dan ikterus sesaat setelah intrauterin akibat hidrops fetalis.2,4
kelahiran bayi. Neonatal hyperbilirubinemia
dengan gejala ikterus merupakan keadaan yang Diagnosis dan Laboratorium
lazim ditemukan selama minggu pertama Pemeriksaan golongan darah dilakukan untuk
kehidupan bayi, peningkatan kadar bilirubin dapat membedakan golongan darah antara ibu dan
indirek terjadi pada minggu pertama kehidupan bayi dengan HDN menyebabkan terjadinya proses
bayi yang merupakan proses fisiologis. lisis eritrosit/hemolisis dengan gejala klinis
Peningkatan bilirubin indirek baru akan anemia disertai peningkatan kadar bilirubin
menyebabkan gejala klinis ikterus pada kadar 14 indirek pada kasus Inkompatibilitas ABO.
mg/dL pada bayi preterm dan 17 mg/dL pada bayi Inkompatibilitas ABO adalah salah satu faktor
aterm. Gejala ikterus akan mulai terlihat pada penyebab tersering hiperbilirubinemia pada bayi
beberapa jam sampai hari ke 5 paska kelahiran baru lahir. Diagnosis adanya hemolisis akibat
bayi, tidak lama setelah dimulainya proses inkompatibilitas ABO dapat ditegakkan pada
destruksi eritrosit. Kasus HDN yang berat keadaan hemolisis yang disertai 1) ikterus dengan
didapatkan hasil laboratorium meningkat setelah onset cepat/early onset, 2) ibu golongan darah O
48-72 jam kelahiran bayi, dengan kadar bilirubin yang melahirkan bayi dengan golongan darah A,
plasma mulai dan meningkat dan dapat mencapai B, dan AB, 3) ditemukan 1 atau lebih kriteria
350-700 µmol/L. Peningkatan kadar bilirubin hemolitik (tanpa ada penyebab hemolitik lain)
disebabkan oleh dua mekanisme yaitu banyaknya yaitu penurunan kadar Hb dan hematokrit/Ht,
jumlah eritrosit yang hancur/hemolisis dan peningkatan kadar bilirubin indirek >0,5-1
mg/dL/jam, ditemukan sferosit dan retikulosit
107
Vivi.- Hemolytic Disease Of The Newborn
pada apus darah tepi (sferositosis dan Fototerapi dengan cara memajankan bayi pada
retikulositosis >7%), dan hasil uji Coombs lemah cahaya dengan panjang gelombang tertentu
atau negatif.5 dilakukan untuk mendapatkan efek fotodegradasi
Anemia yang terjadi bervariasi pada sampel darah bilirubin sehingga menurunkan kemungkinan
tali pusat dengan kadar hemoglobin/Hb <16 g/dL terjadinya kernikterus, dan sisa fotodegradasi
dan hitung retikulosit yang tinggi pada bayi Rh D- bilirubin dapat diekskresikan melalui urin.2
positif. Uji antiglobulin direk positif dan kadar Fototerapi sudah harus dilakukan pada bayi
serum bilirubin meningkat. Kasus dengan gejala dengan HDN dengan kadar bilirubin 10 mg/dL
klinis yang lebih berat dan sangat berat banyak dalam 12 jam, sedangkan kadar bilirubin 12
ditemukan eritroblast dalam sediaan apus darah mg/dL dan 14 mg/dL fototerapi diberikan selama
(eritroblastosis fetalis/hydrops fetalis). Seorang 18 jam dan 24 jam. Fototerapi dilakukan untuk
ibu dengan Rh D-negatif mempunyai kadar anti-D merubah bilirubin indirek menjadi isomer yang
plasma yang tinggi. Hasil uji antiglobulin indirek kurang lipofilik sehingga tidak terlalu bersifat
dari sampel darah bayi dapat memberikan hasil toksik. Fototerapi dapat mengatasi tingkat
positif pada penyakit berat, dan hasil positif lemah hemolisis sedang pada bayi dengan kadar bilirubin
dan negatif pada penyakit yang tidak terlalu total 5,7-10,5 mg/dL.2,8
berat.2
Manajemen pengobatan dengan transfusi tukar
Pemeriksaan laboratorium yang juga penting atas indikasi dilakukan segera setelah lahir yang
untuk dilakukan adalah indeks eritrosit untuk berguna untuk mengganti eritrosit bayi dan
mengetahui gambaran anemia, serta retikulosit menurunkan peningkatan kadar bilirubin.
dan morfologi darah tepi untuk menemukan Hemoglobin <14 g/dL disertai uji antiglobulin
kepastian gambaran retikulositosis dan direk positif, bilirubin serum tali pusat >60
sferositosis. Hasil morfologi darah tepi µmol/L atau bilirubin serum bayi lahir normal
memberikan gambaran autoaglutinasi, polikromasi >300 µmol/L, atau bilirubin meningkat sangat
dengan sferositosis dan normoblast. Pemeriksaan cepat disertai uji antiglobulin/Coombs positif
laboratorium lain yang juga dapat membantu harus difikirkan untuk melakukan transfusi tukar.
menegakkan diagnosis kelainan hemolitik adalah Bayi lahir prematur dengan kadar bilirubin serum
masa perdarahan, masa bekuan, prothrombin yang lebih rendah yaitu >200 µmol/L harus
time/PT, activated partial thrombin time/aPTT. difikirkan untuk dilakukan transfusi tukar karena
Hasil uji skrining hemostasis yang normal lebih rentan untuk terjadi kernikterus. Transfusi
menyingkirkan kemungkinan adanya hemolitik tukar pada tahap berikutnya diperlukan untuk
karena penyebab lain seperti perdarahan dan membuang bilirubin indirek. Darah yang
kemungkinan prematuritas.6 digunakan untuk transfusi tukar harus berumur <7
hari, Rh D-negatif dan uji pencocokan
Manajemen Terapi silang/crossmatch antara bayi dan ibu adalah ABO
Kebutuhan transfusi pada bayi baru lahir dengan kompatibel. Setiap kali transfusi tukar dibutuhkan
kasus perdarahan umumnya tergantung pada tanda darah sebanyak 500 mL.2
dan gejala klinis karena kebutuhan suplai oksigen.
Tanda klinis yang menjadi parameter indikasi Kesimpulan
transfusi diantaranya adalah denyut jantung, Kasus HDN masih menajdi masalah kesehatan
asidosis dan apnea. Target kadar Hb dan Ht yang dan menyebabkan kematian pada bayi baru lahir.
harus meningkat sebagai indikasi transfusi PRC Kasus HDN ABO lebih mengkhawatirkan dan
tetap mengacu pada manfaat transfusi itu sendiri lebih sering ditemukan daripada HDN Rh di era
(yang seringkali tidak jelas). Kasus HDN yang sekarang ini. Gejala klinis HDN ABO lebih ringan
terjadi pada bayi baru lahir dengan anemia akut dibandingkan HDN Rh sehingga sering terjadi
mungkin membutuhkan transfusi PRC, karena ada misdiagnosis. Pemeriksaan laboratorium sangat
kemungkinan bayi mengalami asfiksia.7 diperlukan untuk menegakkan diagnosis HDN
terutama pada kasus dengan gejala anemia dan
108
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 18 (2): 104-109, Agustus 2018
ikterus yang ringan ataupun tanpa gejala.
Manajemen terapi dengan fototerapi lebih
disarankan dan disukai daripada transfusi PRC
dan transfusi tukar karena mempunyai efek
samping yang lebih rendah. Skrining golongan
darah ABO dan Rh sangat perlu dilakukan pada
semua bayi baru lahir terutama pada ibu Rh
negatif dan ayah Rh positif yang melahirkan bayi
Rh positif, dan ibu golongan darah O yang
melahirkan bayi dengan golongan darah A, B atau
AB.

Daftar Pustaka
1. Aslam M, Wagle S, Deshpande PG. Hemolytic
Disease of the Newborn. Medscape.
emedicine.medscape.com. update: Dec
28,2017.
2. Hoffbrand AV, Moss PAH, Pettit JE. Essetial
Haematology. 5th ed. Blackwell Publishing.
Victoria. 2006.
3. Yousuf R, Aziz SA, Yusof N, Leong CF.
Hemolytic Disease of the Fetus and
Newborn caused by Anti-D and Anti-S
Alloantibodies: a Case Report. BioMed
Central. Journal of Medical Case Reports.
2012, 6:71. Diunduh tanggal: 5 Mare 2018.
Tersedia dari:
http:www.jmedicalcasereports.com/content/6/
1/71.
4. Hughes-Jones HC, Wickramasinghe SH,
Hatton C. Lecture Note on Haemotology, 7th
ed. Blackwell Publishing. Victoria. 2004.
5. Harmening DM, Forneris G, Tubby BJ. The
ABO Blood Group System. In: Modern Blood
Banking and Transfusion Practices. 6th ed. FA
Davis Company. Philadelphia. 2012.
6. Woodgate P, Jardine LA. Neonatal Joundice:
Phototherapy. BMJ Clin Evid. 2015:22.
7. Ohis R. Red Blood Cell Transfusion in the
Newborn. Diunduh tanggal 5 Februari 2018.
Tersedia dalam: https://www.uptodate.com.
8. Moran P, Robson SC, Reid MM. Anti-E in
Pregnancy. BJOG. 2000, 107(11):208-211.
9. Chaudhary R, The Elusive D Antigen.
Diunduh tanggal: 5 Februari 2018. Tersedia
dari : http://slideplayer.com/slide/7708542/
10. Sampaolo M. Erythroblastosis Fetalis:
Pathology. Encyclopedia Britannica. 2018.
Diunduh tanggal: 5 Februari 2018. Tersedia
dari:
https://www.britannica.com/science/erythrobla
stosis-fetalis
109

Anda mungkin juga menyukai