Kelompok A7
SAMPUL DEPAN........................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3
2.1 Faktor yang dipertimbangkan untuk pencabutan gigi pada anak..........3
2.2 Indikasi pencabutan gigi sulung..................................................................4
2.3 Kontraindikasi pencabutan gigi sulung......................................................5
2.4 Indikasi Pencabutan Molar Pertama Permanen..............................................6
2.5 Anestesi...........................................................................................................6
2.5.1 Anestesi Umum.......................................................................................6
2.5.2 Anestesi Lokal.........................................................................................9
2.6 Teknik Injeksi...............................................................................................17
2.6.1 Teknik Infiltrasi.....................................................................................17
2.7 Penggunaan Alat...........................................................................................25
2.7.1 Elevator..................................................................................................25
2.7.2 Forsep....................................................................................................27
2.8 Teknik Pencabutan Gigi Sulung...................................................................30
2.8.1 Gigi Sulung Anterior.............................................................................31
2.8.2 Gigi Sulung Molar.................................................................................34
2.9 Komplikasi Post Ekstraksi............................................................................35
2.9.1 Manifestasi Infeksi................................................................................36
2.9.2 Manajemen Infeksi................................................................................37
BAB III DAFTAR PUSTAKA....................................................................................40
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi anak yang paling
sering dilakukan adalah ekstraksi atau pencabutan gigi. Pencabutan gigi merupakan
tindakan bedah minor pada bidang kedokteran gigi yang melibatkan jaringan keras
dan jaringan lunak pada rongga mulut. Pembedahan yang dilakukan pada pasien anak
anak dan remaja dengan pencabutan pada gigi orang dewasa (Koch et al., 2017).
Umumnya, gigi nekrotik, gigi sulung ankilosis tanpa adanya benih gigi permanen,
gigi dengan karies yang parah, terutama dengan resorpsi akar lanjut, dan gigi seri
sulung yang terkena cedera traumatis parah harus diekstraksi. Kondisi gigi impaksi,
misalnya mesiodens, juga menjadi indikasi pembedahan, jika mengganggu erupsi gigi
kondisi patologis di daerah tersebut (Koch et al., 2017). Menurut penelitian Bansal
et al (2017), dari total 483 gigi yang diekstraksi pada anak usia 5-12 tahun, alasan
yang paling umum ditemukan yaitu karies gigi pada 64,3%, trauma pada gigi 17,8%,
keperluan ortodontik 9,42 %, mobilitas gigi pada 4,3% dan faktor lain sebesar
pencabutan gigi pada anak, penting untuk dillakukan evaluasi klinis dan radiografik
Dokter gigi juga perlu melakukan behavioral guidance bagi anak pada periode
perioperatif dan operatif sehingga anak bisa lebih kooperatif ketika dilakukan
TINJAUAN PUSTAKA
kooperatif selama perawatan. Hal ini bergantung pada usia pasien, kesehatan
Selain itu, lapang pandang yang memadai juga diperlukan untuk prosedur
yang cukup, dan suction yang baik agar bidang pembedahan bebas dari debris
dan saliva yang berlebih. Dibutuhkan pembukaan mulut yang tepat sehingga
terdapat lapang pandang yang cukup untuk akses bedah. pembukaan mulut
pasien dan mempertahankan mulut pasien untuk tetap terbuka dapat digunakan
bite block. Penggunaan bite block dapat digunakan juga pada pasien yang kurang
menggunakan tangan non dominan atau oleh asisten (McDonald, Avery and
Dean, 2021).
pembedahan yang bebas dari debris sehingga dibutuhkan penggunaan high speed
surgical suction. Operator yang melakukan suction harus menempatkan ibu
jarinya di atas lubang pada pegangan ketika suction ditempatkan pada tulang dan
diinginkan daya hisap yang maksimal dari suction. Namun ketika daya hisap
yang diinginkan lebih sedikit (misalnya, saat menyedot jaringan lunak) maka
operator harus membiarkan lubang diatas pegangan agar tetap terbuka sehingga
daya hisap akan menurun. Praktisi juga harus memiliki suction Yankauer atau
tonsil yang bekerja dengan menghilangkan sejumlah besar debris dengan ujung
Terdapat banyak sebab mengapa gigi sulung maupun gigi permanen harus
dilakukan pencabutan. Dari sekian banyak kasus, hal yang mempengaruhi gigi
harus dicabut seperti adanya penyakit atau gigi tersebut dapat menyebabkan sakit
2018):
e. Trauma pada gigi atau rahang dapat menyebabkan dislokasi gigi dari
soketnya (avulsi).
n. Gigi yang terdapat lesi pulpa misalnya pulpitis, pink spot atau pulpa polip.
kesehatan lokal atau sistemik dari pasien. Jika terdapat suatu kondisi yang dapat
gingival stomatitis.
2. Pericoronitis.
3. Pencabutan pada gigi yang sebelumnya dilakukan terapi radiasi pada area
4. Kondisi sistemik
d. Ketidakcukupan adrenal.
e. Kelemahan tubuh secara umum yang diakibatkan apapun.
f. Infark miokardial.
gigi yang terkena tumor atau kista, gigi yang terkena lesi pulpa (pulpitis, pink
spot, atau polip pulpa) dan gigi di area iradiasi terapeutik langsung. Pencabutan
gigi molar pertama atau kedua yang mengalami karies parah diindikasikan untuk
mencegah impaksi gigi molar ketiga (Marwah, 2014). Gigi permanen yang
2.5 Anestesi
seri (MIH) dan operasi gigi, dengan karies gigi sebagai penyebab paling
sering. Kelompok usia utama yang dirujuk untuk perawatan di bawah
atau emosional atau pasien yang memiliki kecacatan fisik, mental, atau
lokalnya tidak efektif karena infeksi akut, variasi anatomi, atau alergi.
4. Pasien yang mengalami trauma orofasial atau gigi yang rumit dan/atau
inhalasi yang umum digunakan yaitu dinitrogen oksida dan cairan volatil
2014).
delirium, dan defek kognitif pada pasien yang telah diberi anastesi umum
Anestesi lokal adalah obat yang diaplikasi secara topikal atau lokal injeksi
perifer. Selain impuls sensorik, impulse motorik juga dapat terganggu yang
Anastesi lokal merupakan metode yang cukup efisien dan aman untuk
lokal dipengaruhi oleh teknik, sikap, dan kepercayaan diri operator dalam
kerusakan.
2014):
2. Vasokonstriktor
diperlambat.
- Agen anestesi lokal tetap berada di dalam dan di sekitar saraf untuk
efisiensi obat.
5. Fungisida: Timol.
selama injeksi.
durasi lama diindikasikan untuk prosedur bedah yang lama pula. Anastesi
yang biasa digunakan dalam hal ini yaitu bupivakain dengan adrenalin
anestesi tersedia dalam bentuk gel, cair, salep, dan sprey. Anestesi topical
Dean, 2021).
Etil aminobenzoat (benzokaine) paling cocok untuk anestesi topikal
karena memiliki onset yang cepat dan durasi anestesi yang lebih lama
2021).
2.5.2.4 Kontraindikasi
4. Kondisi medis seperti penyakit liver yang parah atau suplai darah ke
napas.
traumatic ulcer.
menit.
obat.
pendengaran.
jantung dan tekanan darah, serta pada fase kedua toksisitas analgesik
bibir atas pada sisi wajah yang diinjeksi. Hal ini membuat anak
merasa mati rasa di atas mulut yang serupa dengan yang di bawah
supraperiosteal, atau ketika durasi yang lebih lama atau area anestesi
pulpa saat upaya anestesi lokal lainnya gagal. Teknik ini memiliki
anestesi lokal di tulang alveolar yang memiliki sifat berpori. Hal ini
kecil untuk membuat akses di tulang agar dapat ditembus oleh jarum.
menembus plat kortikal dengan lebih mudah. Teknik ini lebih mudah
mendapatkan anestesi primer untuk satu atau dua gigi. Teknik ini
melihat jarum suntik dan untuk melihat pemberian anestesi. Hal ini
akan lebih disukai dalam kedokteran gigi anak, tetapi lebih mahal
mudah.
2.7.1 Elevator
berperan sebagai titik tumpu atau titik fulkrum. Area tulang yang terkompresi
harus dihilangkan dengan file atau rongeur untuk mengurangi rasa sakit dan
infeksi pasca operasi. Elevator juga dapat berfungsi sebagai wedge dan prinsip
ini digunakan untuk menghilangkan ujung akar kecil dengan cara perpindahan
a. Molt elevator
pemisahan perlekatan jaringan lunak dari gigi. Ujung runcing yang tajam
b. Straight elevator
melakukan luksasi pada gigi. Elevator lurus ini memiliki permukaan pisau
memegang gigi dengan lebih baik (McDonald, Avery and Dean, 2021).
forsep dan tipe forsep harus dipilih dengan tepat. Pemilihan jenis forsep harus
a. Beak atau ujung pada forsep harus beradaptasi dengan permukaan akar
gigi.
b. Ujung forsep ketika diposisikan dan mengikat gigi harus sejajar dengan
c. Ukuran ujung forsep harus cukup kecil untuk tidak mengenai gigi yang
ditempatkan di bawah jaringan lunak yang terpisah dan terpantul dan gigi
terpegang kuat (McDonald, Avery and Dean, 2021). Oleh itu, ujung forsep
A. Jenis Forsep
1. Rahang atas
a. Insisif sentral rahang atas disarankan straight wide beaked forceps karena
(Marwah, 2014).
b. Insisif lateral rahang atas dengan fine bladed forceps karena akar insisif
lateral memiliki akar ramping yang rata pada permukaan mesial dan distal
(Marwah, 2014).
c. Premolar 1 rahang atas dengan upper universal forceps atau bayonet
forceps untuk menemukan lokasi gigi dan gigi harus dicabut ke arah yang
d. Molar 1 rahang atas dengan upper universal atau bayonet forceps karena
2014).
2. Rahang bawah
b. Caninus dengan heavier bladed forceps karena gigi panjang, besar dan
3. Pencabutan akar
Ujung akar dari gigi sulung biasanya terjadi patah selama prosedur.
Dokter gigi harus berusaha membuang ujung akar gigi tersebut. Penggunaan
elevator yang tepat akan melonggarkan akar gigi dengan ideal karena dapat
a. Bayonet atau universal forceps untuk akar gigi rahang atas. Penggunaan
pencabutan akar.
b. Akar gigi mandibula rahang bawah dengan straight elevator atau cryer
elevator.
2.8 Teknik Pencabutan Gigi Sulung
untuk prosedur bedah. Untuk pencabutan gigi rahang atas, pasien diposisikan di
kursi gigi sedemikian rupa sehingga bidang oklusal rahang atas berada pada
sudut antara 60 dan 90 derajat ke lantai. Untuk pencabutan gigi rahang bawah,
sehingga mulut pasien berada pada atau sedikit di bawah tingkat siku dokter gigi.
Siku dokter gigi dari lengan dominan mereka harus berhadapan dengan tubuh
mereka. Saat melakukan pembedahan pada dental chair, pasien biasanya dalam
Gambar 19. Posisi dokter gigi pada saat pencabutan gigi anterior rahang
atas (Marwah, 2014).
Gambar 20. Posisi dokter gigi pada saat pencabutan gigi anterior rahang
bawah (Marwah, 2014).
sebelum aplikasi forsep bahwa bilah cukup halus untuk melewati membran
bergerak ke bukal dan diputar ke depan. Akar gigi sulung yang diekstraksi
fraktur rata dan mengkilat dengan tepi tajam, akar resorpsi memiliki margin
tidak teratur (Marwah, 2014). Secara umum, gigi sulung anterior harus di
luksasi ke aspek labial selama prosedur ekstraksi karena posisi lingual dari
dengan straight wide beak forcep dan dapat diputar dengan aman
Gigi insisif lateral memiliki akar ramping yang sering rata pada
c. Gigi Kaninus
sering terjadi fraktur parsial atau total dari dinding labial alveolus.
a. Gigi Insisif
b. Gigi Kaninus
Risiko fraktur akar selama prosedur ekstraksi gigi molar sulung lebih
tinggi daripada gigi permanen karena akar gigi molar sulung yang lebih
gigi secara hati-hati dengan elevator lurus sebelum forsep dipasang. Forceps
bentuk dan ukuran anatomis gigi. Penting untuk memiliki pegangan yang
kuat pada rahang untuk mengontrol pergerakan forsep menjadi lebih mudah
dan untuk mengaplikasikan kerja dari forsep secara stabil di sekitar mahkota
dan leher gigi pada gingival pocket. Molar sulung diekstraksi dengan cara
gigi dicabut.
gigi menjadi dua bagian dengan diamond atau fissure bur untuk menghindari
copot atau avulsi pengganti permanen. Jika ujung akar kecil patah,
pengobatan terbaik adalah membiarkannya jika tidak terjadi infeksi dan tidak
elevator tajam atau alat pembesar akar yang disekrup ke saluran akar
Gambar 23. Pencabutan gigi sulung: (a, b) molar di rahang atas dan (c,d)
rahang bawah – lepaskan gigi secara hati-hati dengan elevator, letakkan
tang di sekitar gigi dan berikan tekanan apikal dan gerakan bukal-lingual
sebelum gigi dicabut (Goran & Al. 2017).
Infeksi dapat berkembang dengan cepat dan baik pada pasien anak
a. Fraktur gigi.
d. Fraktur tuberositas.
l. Trauma TMJ.
sesuai dengan etiologi infeksi karena infeksi dapat presisten dan bertambah
untuk mengatasi infeksi kepala dan leher pada saat melakukan bedah minor
atau pernah dialami. Catatan riwayat penyakit pasien terdiri dari: (1)
2. Pemeriksaan Klinis
atau tidak adanya distres; (2) ada atau tidaknya pembengkakan dan
3. Rencana Intervensi
harus dilakukan rawat jalan atau rawat inap; (2) pemilihan antibiotik; (3)
infeksi). Selain itu, pada pasien anak yang merasa ketakutan dan kurang
sel darah putih, dehidrasi, dan disfagia (McDonald, Avery and Dean,
2021).
4. Medikamen
mg/kgBB tiap 6 jam sekali per hari). Meskipun begitu, dalam beberapa
demam.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Avery, D. R., & McDonald, R. E. (2021). McDonald and avery dentistry for the child
and adolescent-E-book; 11th edition. Elsevier Health Sciences.
Burić, N.N., Stojanović, S.M. and Burić, K.N. (2020). The clinical significance of
intrapulpal anesthesia for painless dental procedure. Acta stomatologica
Naissi, 36(82), pp.2117-2123.
Gazal, G., Fareed, W. M., & Zafar, M. S. (2016). Role of intraseptal anesthesia for
pain-free dental treatment. Saudi journal of anaesthesia, 10(1),pp.81.
Koch, G., Poulsen, S., Espelid, I., & Haubek, D. (2017). Pediatric dentistry: a
clinical approach. John Wiley & Sons.
Lassemi, E., Kalantar Motamedi, M.H. and Alemi, Z. (2013). Anesthetic Efficacy
Assessment of Two Mental Nerve Block Techniques for Tooth Extraction.
Anaplastology S6, 3, pp.2161-1173.