Laporan Praktikum Kation Anion
Laporan Praktikum Kation Anion
PERAWATAN DASAR
2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………
A. LATAR BELAKANG
B. MAKSUD DAN PERCOBAAN TUJUAN……………………………………………….
C. PERINSIP PERCOBAAN………………………………………………………………..
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………………..
A. TEORI UMUM……………………………………………………………………………
B. URAIAN BAHAN……………………………………………………………………….
C. DAFTAR URAIAN KATION DAN ANION
D. Apa itu Ketidakseimbangan Elektrolit: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Cara Mengobati.
BAB III
METODE KERJA……………………………………………………………………………
A. Alat dan Bahan…………………………………………………………………………………..
B. Cara Kerja……………………………………………………………………………………….
1. Kation……………………………………………………………………………..
2. Anion………………………………………………………………………………
BAB IV
HASIL PENGAMATAN……………………………………………………………………
A Tabel Pengamatan………………………………………………………………………………
B. Reaksi……………………………………………………………………………………………..
BAB V
PEMBAHASAN…………………………………………………………………………….
BAB VI
PENUTUP…………………………………………………………………………………..
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………….
B. Saran……………………………………………………………………………………………
Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan hidayah-Nyapenulis
dapat menyelesaikan makalah tentang “ANION DAN KATION”ini dengan baik dantepat
pada waktunya.Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat baik pada orang
lain maupunpada penulis sendiri. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapatbanyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkanadanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan penulis buat
dikemudian hari.Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan memohon maaf jika
terdapat kata-kata yang kurang berkenan di dalam makalah ini.Manado, Agustus
2019Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam reaksi pengendapan banyak diterapkan analisis kuantitatif. Pada analisis tersebut,
kation mula-mula dipisahkan berdasarkan perbedaan kelarutan senyawa. Kation yang larut
terbentuk endapan serupa dengan kelarutan yang cukup berlainan dapat dipisahkan dengan
pengendapan selektif yang dilakukan dengan pemilihan seksama dari konsentrasi anion yang
diperlukan.
Analisis kuantitatif adalah suatu proses untuk mengetahui ada tidaknya unusr kation atau
anion dalam suatu larutan. Contoh kation yaitu ion Al 3+, H+, K+, sedangkan contoh anion yaitu
SO4-2, NH4-, Cl-.
Identifikasi kation dan anion dilakukan agar kita dapat mengetahui jenis-jenis kation dan
anion yang menyusun suatu serta mengamati apakah terjadi endapan atau tidak.
C. Prinsip Percobaan
1. Penentuan sifat dan karakteristik dari satu sampel
2. Penentuan golongan kation dari sampel
3. Penentuan spesifik kation dari sampel
4. Penentuan golongan kation dari sampel
5. Penentuan spesifik anion dari sampel
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Dalam kimia analisis kuantitatif dikenal suatu cara untuk menentukan ion (kation/anion)
tertentu dengan menggunakan pereaksi selektif dan spesifik. Pereaksi selektif adalah
pereaksi yang memberikan reaksi tertentu untuk satu jenis kation/anion tertentu. Dengan
menggunakan pereaksi-pereaksi ini maka akan terlihat adanya perubahan-perubahan kimia
yang terjadi, misalnya terbentuk endapan, terjadinya perubahan warna, bau dan timbulnya
gas (G. Svehla : 1985).
Reaksi identifikasi yang lebih sederhana dikenal sebagai reaksi spesifik untuk golongan
tertentu. Reaksi golongan untuk anion golongan III adalah AgNO3 yang hasilnya adalah
endapan coklat merah bata (Ismail Besari : 1982).
Anion kompleks halida seperti anion kompleks berbasa banyak seperti oksalat misalnya
(CO(C2O4)3)3- dan anion oksa dari oksigen (Ismail Besari : 1982).
Klorat, Bromat dan iodat merupakan ion yang bipiramidal yang terutama dijumpai pada
garam lokal alkali. Anion okso logam transisi jarang digunakan, yang paling dikenal adalah
kalium permanganat (KMnO4) dan kromat (CrO4) atau dikenal sebagai pengoksida (Ismail
Besari : 1982).
Kimia analisis dapat dibagi dalam 2 bidang, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
Analisis kualitatif membahas tentang identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur atau
senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel. Sedangkan analisis kuantitatif berurusan
dengan penetapan banyaknya satu zat tertentu yang ada dalam sampel (A.L. Underwood :
1993).
Anion berinti banyak dijumpai pada anion okso yang berinti 2, 3 atau 4 atom oksigen yang
terikat pada atom inti dan menghasilkan atom deskret. Namun demikian, mungkin hanya
terdiri dari 2 atom oksigen dan menghasilkan ion dengan jembatan oksigen seperti ion
bikarbonat yang terbentuk dari CrO4 yang diasamkan (Ismail Besari : 1982).
Metode untuk mendeteksi anion tidaklah sistematik seperti pada metode untuk mendeteksi
kation. Sampai saat ini belum pernah dikemukakan suatu skema yang benar-benar
memuaskan, yang memungkinkan pemisahan anion-anion yang umum ke dalam golongan
utama, dan dari masing-masing golongan menjadi anggota golongan tersebut yang berdiri
sendiri. Pemisahan anion-anion ke dalam golongan utama tergantung pada kelarutan garam
pelarutnya. Garam kalsium, garam barium, dan garam zink ini hanya boleh dianggap
berguna untuk memberi indikasi dari keterbatasan-keterbatasan metode ini. Skema
identifikasi anion bukanlah skema yang kaku, karena satu anion termasuk dalam lebih dari
satu sub golongan (G. Svehla : 1985).
Untuk memudahkan menganalisa anion, diusahakan dulu dalam bentuk senyawa yang
mudah larut dalam air. Umumnya garam-garam natrium mudah larut dalam garam karbonat
dari logam-logam berat sukar larut dalam air, sehingga apabila zat yang akan dianalisa
berupa zat yang sukar larut atau memberi endapan dengan Na 2CO3, maka dibuat dahulu
berupa ekstrak soda, kemudian dipisahkan dari endapan yang mengganggu tersebut (Anonim
: 2011).
Analisa kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi
kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan. Reaksi
kering ialah sejumlah uji ynag berguna dapat dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa
melarutkan contoh. Petunjuk untuk operasi semacam ialah pemanasan, uji pipa tiup, uji
nyala, uji spektroskopi dan uji manik. Reaksi basah ialah uji yang dibuat dengan zat-zat
dalam larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung dengan terbentuknya endapan, dengan
pembebasan gas dan dengan perubahan warna. Mayoritas reaksi analisis kualitatif dilakukan
dengan cara basah (G. Svehla : 1985).
Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur
atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada pokoknya tujuan
analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur Analisis
kuantitatif berurusan dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel
atau contoh (Underwood,1986).
Metode dalam melakukan analisis kualitatif ini dilakukan secara konvensional, yaitu
memakai cara visual yang berdasarkan kelarutan. Pengujian kelarutan dilakukan pertama-
tama dengan mengelompokkan ion-ion yang mempunyai kemiripan sifat. Pengelompokan
dilakukan dalam bentuk pengendapan di mana penambahan pereaksi tertentu mampu
mengendapkan sekelompok ion-ion. Cara ini menghasilkan 6 kelompok yang namanya
disesuaikan dengan pereaksi pengendap yang digunakan untuk mengendapkan kelompok ion
tersebut. Kelompok ion-ion tersebut adalah: golongan klorida (I), golongan sulfide (II),
golongan hidroksida (III), golongan sulfide (IV), golongan karbonat (V), dan golongan sisa
(VI) (Anonim,2010).
Dalam metode analisis kualitatif ini, kita menggunakan beberapa pereaksi diantaranya
pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui
jenis anion / kation (Wiro, 2009).
Dalam analisa kualitatif cara memisahkan ion logam tertentu harus mengikuti prosedur kerja
yang khas. Zat yang diselidiki harus disiapkan atau diubah dalam bentuk suatu larutan.
Untuk zat padat kita harus memilih zat pelarut yang cocok. Ion-ion logam pada golongan-
golongan diendapakan satu persatu, endapan dipisahkan dari larutannya dengan cara disaring
atau diputar dengan sentrifuge, endapan dicuci untuk membebaskan dari larutan pokok atau
dari filtrat dan tiap-tiap logam yang mungkin ada harus dipisahkan. Kation-kation
diklasifikasikan dalam 5 golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa
reagensia (Cokrosarjiwanto,1977).
Banyak reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting dalam analisa kualitatif.
Endapan tersebut dapat berbentuk kristal atau koloid dan dengan warna yang berbeda-beda.
Pemisahan endapan dapat dilakukan dengan penyaringan atau pun sentrifus. Endapan
tersebut jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu
endapan adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhya. Kelarutan bergantung
pada berbagai kondisi eperti tekanan, suhu, konsentrasi bahan lain dan jenis pelarut.
Perubahan kelarutan dengan perubahan tekanan tidak mempunyai arti penting dalam analisa
kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan dalam wadah terbuka pada tekanan atmosfer.
Kenaikan suhu umumnya dapat memperbesar kelarutan endapan kecuali pada pada beberapa
endapan, seperti kalsium sulfat, berlaku sebaliknya. Perbedaan kelarutan karena uhu ini
dapat digunaan sebagai dasar pemisahan kation. Misalnya, pemisahan kation Ag, Hg(I), dan
Pb dapat dilakukan dengan mengendapkan ketiganya sebagai garam klorida kemudian
memisahkan Pb dari Ag dan Hg(I) dengan memberikan air panas. Kenaikan suhu akan
memperbesar kelarutan Pb sehingga endapan tersebut larut sedngkan kedua kation lainnya
tidak. Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi bahan lain yang ada dalam
campuran larutan itu. Bahan lain tersebut dikenal dengan ion sekutu dan ion asing.
Umumnya kelarutan endapan berkurang dengan adanya ion sekutu yang berlebih dan dalam
prakteknya ini dilakukan dengan memberikan konsentrasi pereaksi yang berlebih. Tetapi
penambahan pereaksi berlebih ini pada beberapa senyawa memberikan efek yang sebaliknya
yaitu melarutkan endapan. Hal ini terjadi karena adanya pembentukan kompleks yang dapat
larut denga ion sekutu tersebut (Masterton,1990).
B. Uraian Bahan
1. Aquades (Dirjen POM, 1979: 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling, air murni
Berat molekul : 18,02
Rumus molekul : H2O
Pemerian : Cairan jenuh, tidak berwarna , tidak berasa dan
tidak berbau
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Ketidakseimbangan elektrolit adalah kondisi ketika seseorang memiliki terlalu sedikit atau
terlalu banyak mineral tertentu (seperti potassium, kalsium, magnesium, dan sodium) di
dalam tubuhnya. Hal itu bisa terjadi karena berbagai alasan. Beberapa alasan yang paling
sering ditemui ialah berkeringat terlalu banyak, kurang minum air putih, dan pola makan
yang buruk. Bisa juga disebabkan oleh penyakit tertentu atau terjadi sebagai efek samping
dari beberapa terapi medis.
Beberapa pasien menunjukkan gejala yang ringan atau tidak ada sama sekali. Hal ini lebih
mungkin terjadi jika tidak ada penyakit yang mendasarinya. Kasus semacam itu, sering
ditemukan tidak sengaja saat seseorang menjalani pemeriksaan kesehatan rutin. Cukup
membuat perubahan pada diet pasien sudah dapat mengobati kasus semacam itu. Penderita
sering disarankan untuk mengonsumsi lebih banyak makanan yang mengandung mineral
yang kurang atau mengkonsumsi suplemen. Hal ini cukup sering mampu menghilangkan
gejala penyakit ini.
Namun, kelainan ini bisa menjadi parah jika disebabkan oleh kondisi medis yang serius
(seperti kerusakan ginjal) dan luka yang traumatis di mana seseorang kehilangan terlalu
banyak cairan darah dan cairan tubuh. Kasus seperti itu harus diperlakukan secara berbeda
dan mungkin memerlukan pembedahan atau terapi medis jangka panjang.
Elektrolit dapat membantu tubuh dengan cara mengirimkan impuls listrik yangmana
diperlukan sel untuk berkomunikasi satu sama lain. Sel kemudian bekerja dan
menginisiasikan banyak proses penting di tubuh. Termasuk diantaranya mengatur detak
jantung dan membiarkan otot berkontraksi sehingga seseorang bisa bergerak.
Bila kadar mineral tertentu naik atau turun, seseorang biasanya tidak segera mengalami
gejala apapun. Ini karena ginjal masih bisa mencoba melakukan penyesuaian untuk
mengembalikan keseimbangan kimia dalam tubuh. Misalnya, jika terlalu banyak cairan,
mereka akan membuat lebih banyak air kencing sehingga cairan tidak akan terbentuk. Di sisi
lain, jika tubuh kehilangan cairan lebih cepat dari biasanya, ginjal akan menghemat air
sebanyak mungkin dengan cara lebih sedikit memproduksi sedikit urin.
Biasanya, seseorang akan kehilangan mineral setiap harinya. Sejumlah kecil hilang setiap
kali seseorang pergi ke kamar mandi atau berkeringat terlalu banyak. Namun, hal ini tidak
akan menimbulkan masalah karena mineral yang hilang bisa dengan mudah diganti, caranya
dengan meminum cairan dan makan makanan yang mengandung mineral tersebut.
Masalahnya timbul saat tubuh tidak bisa mengganti mineral yang hialng lebih cepat dari
pada saat tubuh kehilangan mineral. Contohnya adalah ketika seseorang kehilangan banyak
darah akibat luka traumatis. Hal ini juga bisa terjadi jika organ tubuh tidak bekerja dengan
benar karena penyakit tertentu, seperti jenis kanker dan penyakit ginjal kronis
Penyalahgunaan alkohol
Pola makan buruk yang rendah nutrisi dan mineral
Penyakit yang menyebabkan diare, muntah, dan demam
Ketidakmampuan menyerap nutrisi dari makanan karena masalah pencernaan
Meminum obat tertentu untuk pengobatan penyakit tertentu
Gejala dari penyakit ini tergantung pada tingkat keparahan gangguan. Misalnya, kadar
natrium yang sedikit lebih rendah bisa menyebabkan sakit kepala dan mual. Namun, jika
tingkat sodium mencapai tingkat kritis, pasien mungkin menderita kejang, koma, dan bahkan
kematian.
Kasus yang ringan jarang memerlukan prosedur medis yang rumit dan terapi jangka panjang.
Seringkali, hal di bawah ini sudah cukup untuk mengembalikan keseimbangan mineral:
Rujukan:
2. Bahan yang digunakan
a. Aquades
b. AgNO3
c. CaCl2
d. HCl
e. HNO3
f. NH4NO3
g. KNO
h. BaSO4
i. BaSO4
j. CuSO4
k. KMnO4
l. KCl
B. Cara Kerja
1. Kation
a. Golongan I, Ag+
1) AgNO3 (Perak Nitrat), Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan HCl
2) AgNO3, Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan NaOH
3) AgNO3, Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan NH3
4) AgNO3, Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan K2Cr2O7
5) AgNO3, Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan K
b. Golongan II, Cu2+
1) CuSO4 (Kupri Sulfat), Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan NaOH
2) Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan NH3
3) CuSO4, Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan KI
c. Golongan III, Fe3+
1) FeCl3 (Besi (III) Klorida), Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan NaOH
2) FeCl3, Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan K3(Fe(CN)6)
d. Golongan IV, Ca2+
1) CaCl2 (Kalsium Klorida), Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan K3(Fe(CN)6))
2) CaCl2 , Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan K2Cr2O7
e. Golongan V
1) MgCl2 (Magnesium Klorida), Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan NaOH
2. Anion
a. NaCl (Natrium Klorida), Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan AgNO3
b. b KI (Kalium Iodida), Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan AgNO3
c. KI, Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan CuSO4
d. [K3(Fe(CN)6)] (Kalium ferrisianida), Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan
AgNO3
e. [K3(Fe(CN)6)], Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan CuSO4
f. Na2S2O3 (Natrium Tiosulfat), masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan H2SO4
g. Na2S2O3, Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan AgNO3
h. Na2S2O3, Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan CuSO4
i. Na2S2O3, Masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan S2
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Pengamatan
1. Tabel hasil pengamatan identifikasi kation
No Prosedur Hasi Pengamatan
1. Golongan I, Ag+
AgNO3+HCl→AgCl+HNO3 Endapan putih
AgNO3+NaOH→AgOH+NaNO3 Endapan cokelat
AgNO3+NH3→Ag(NH3)+NO3 Endapan putih
2AgNO3+K2Cr2O7→Ag2Cr2O7+2KNO3 Endapan merah cokelat
AgNO3+KI→ AgI+KNO2 Endapan kuning
2. Golongan II, Cu2+
CuSO4+2NaOH→Cu(OH)2+Na2SO4 Endapan biru
CuSO4+NH3→ Cu(NH3)+SO4 Endapan hijau
CuSO4+2KI→CuI2+K2SO4 Endapan putih
3.
Golongan III, Fe3+
FeCl3+3NaOH→Fe(OH)3+3NaCl Endapan cokelat
FeCl3+K3Fe(CN)6→[Fe(Fe(CN)6)]+3KCl Endapan hijau
4.
Golongan IV, Ca2+
CaCl2+(K3(Fe(CN)6)→Ca3(Fe(CN)6)2 Warna kuning
CaCl2+K2Cr2O7→CaCr2O7+2KCl Warna kuning
5.
Golongan V, Mg2+
MgCl2+NaOH→Mg(OH)2+NaCl Warna bening
2. Pengamatan identifikasi anion
No. Prosedur Hasil Pengamatan
Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-zat.
Urusannya adalah unsur atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh.
Pada pokoknya tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah
unsur Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada
dalam sampel atau contoh (Underwood,1986).
Analisa kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur
kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara
yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan.
Dalam metode analisis kualitatif kita menggunakan beberapa pereaksi diantaranya pereaksi
golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion /
kation suatu larutan.Regensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling
umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida, dan amonium karbonat.
Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-
reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Sedangkan metode yang digunakan
dalam anion tidak sesistematik kation. Namun skema yang digunakan bukanlah skema yang
kaku, karena anion termasuk dalam lebih dari satu golongan.
Didalam kation ada beberapa golongan yang memiliki ciri khas tertentu diantaranya:
1. Golongan I: Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion
golongan ini adalah Pb, Ag, Hg.
2. Golongan II: Kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion golongan ini adalah Hg, Bi,
Cu, cd, As, Sb, Sn.
3. Golongan III : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun kation ini membentuk
endapan dengan ammonium sulfida dalam suasana netral / amoniakal. Kation golongan ini
Co, Fe, Al, Cr, Co, Mn, Zn.
4. Golongan IV : Kation golongan ini bereaksi dengan golongan I, II, III. Kation ini membentuk
endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida, dalam suasana
netral atau sedikit asam. Ion golongan ini adalah Ba, Ca, Sr.
5. Golongan V : Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan regensia-regensia
golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir. Kation golongan ini
meliputi : Mg, K, NH4+.
Metode untuk mendeteksi anion memang tidak sesistematik seperti yang digunakan
untuk kation. Namun skema klasifikasi pada anion bukanlah skema yang kaku karena
beberapa anion termaksud dalam lebih dari satu golongan.
Sedangkan untuk anion dikelompokkan kedalam beberapa kelas diantaranya:
a. Anion sederhana seperti O2,F- atau CN-.
b. Anion oksodiskret seperti NO3- atau SO42-.
c. Anion polimer okso seperti silikat, borad, atau fospat terkondensasi.
d. Anion kompleks halide, seperti TaF6 dan kompleks anion yang mengandung anion berbasa
banyak seperti oksalad
Reaksi-reaksi dalam anion ini akan dipelajari secara sistematis untuk memudahkan
reaksi dari asam-asam organik tertentu dikelompokkan bersama-sama, ini meliputi asetat,
format, oksalad, sitrat, salisilad, benzoad, dan saksinat.
Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi kering dan reaksi basah.
Reaksi kering dapat digunakan pada zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan.
Kebanyakan reaksi kering yang di uraikan digunakan untuk analisis semimikro dengan
hanya modifikasi kecil.
Metode untuk mendeteksi anion memang tidak sesistematik seperti yang digunakan
untuk kation. Namun skema klasifikasi pada anion bukanlah skema yang kaku karena
beberapa anion termaksud dalam lebih dari satu golongan.
Menemukan adanya kation dan anion dalam suatu analit, baik yang terdiri dari zat
tunggal atau zat majemuk lebih dari satu kation dan anion, memerlukan sistematika tertentu.
Apabila analit berupa larutan dapat langsung dianalisis, tetapi apabila berupa zat padat atau
campuran padat dan cair, perlu dicari pelarut yang sesuai. Analisis kation dalam tiap – tiap
golongan dilakukan sesuai langkah – langkah tertentu, sehingga masing – masing kation
akhirnya dapat identifikasi. Uji kelarutan berbagai macam garam dalam air, dapat
diperkirakan jenis anion yang mungkin terdapat dalam sampel.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Adapun reaksi-reaksi yang terjadi terhadap kation dan anion yaitu:
a) Golongan I: Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer.
b) Golongan II: Kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer.
c) Golongan III: Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun kation ini membentuk
endapan dengan ammonium sulfida dalam suasana netral / amoniakal.
d) Golongan IV: Kation golongan ini bereaksi dengan golongan I, II, III. Kation ini membentuk
endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida, dalam suasana
netral atau sedikit asam.
e) Golongan V: Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan regensia-regensia
golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir.
2. Analisa anion secara kualitatif merupakan analisa yang dilakukan untuk mengetahui adanya
anion serta jenis anion apa saja yang terdapat dalam suatu sampel. Cara identifikasi anion
tidak begitu sistematik seperti pada identifikasi kation. Salah satu cara penggolongan anion
adalah pemisahan anion berdasarka kelarutan garam-garam perak, garam-garam kalsium,
barium dan seng.
B. Saran
1. Untuk Laboratorium
Agar alat-alat yang ada akan digunakan bisa terjaga mutu dan kualitasnya agar dapat
dilakukan oleh para praktikan.
2. Untuk Asisten
Janganlah bosan dalam mengawasi jalannya praktikum yang dilakukan praktikan
dalam laboratorium diharapkan agar dapat lebih baik untuk mengurangi faktor kesalahan
pada praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Anion adalah atom netral yang telah mendapatkan elektron lagi ke kulit valensi. Anion non-
logam dan yang paling reaktif adalah anion yang hilang satu elektron dari memiliki kulit
valensi lengkap. Mereka memperoleh elektron untuk menstabilkan diri. Hal ini
meningkatkan jumlah elektron terhadap jumlah proton, memberikan ion muatan negatif dan
selama elektrolisis mereka tertarik ke katoda. Istilah ‘anion’ berasal dari kata Yunani ‘ano’
yang berarti “naik” untuk mewakili jumlah yang lebih tinggi dari elektron dibandingkan
dengan proton.