Anda di halaman 1dari 10

PERENCANAAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH

KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA

AuliyaFitria1, Hj.Kartini2, Winardi1


1
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura, Pontianak
2
Program StudiTeknikSipil, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura, Pontianak
Email :Auliavitria@gmail.com

ABSTRAK
Kecamatan Sungai Kakap merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Kubu
Raya.Metode perencanaan sistem jaringan distribusi air bersih yang digunakan adalah dengan
melakukan survei topografi menggunakan alat ukur GPS, analisa kuantitas air dengan
memperdiksi laju kebutuhan air domestik dan non domestik penduduk Kecamatan Sungai Kakap,
serta menganalisa jaringan pipa distribusi air bersih dengan menggunakan program EPANET 2.
Desain teknis perencanaan ini yaitu panjang jalur pipa distribusi (jarak Reservoir ke daerah
pelayanan). Berdasarkan hasil perhitungan, letak Reservoir direncanakan pada ketinggian ±9.00
mdpl dan berjarak ±50 m dari letak intake. Jenis reservoir yang digunakan yaitu ground reservoir
dengan kapasitas reservoir sebesar 216,23 lt/det yaitu kebutuhan jam puncak air bersih dari
enam desa untuk 20 tahun dan dimensi reservoir sebesar (35,6x35x2,5) m. Jenis pipa yang
digunakan pada perencanaan ini adalah pipa HDPE dengan pipa primer  500 mm untuk
mengaliri kebutuhan air empat desa yaitu Desa Sungai Kakap, Desa Sungai Itik, Desa Jeruju Besar
dan Desa Sungai Kupah. Pipa sekunder  350 mm mengaliri kebutuhan air dua desa yaitu Desa
Pal IX dan Desa Sungai Rengas, Pipa sekunder  300 mm untuk mengaliri kebutuhan air tiga desa
yaitu Desa Sungai Itik, Desa Jeruju Besar dan Desa Sungai Kupah. Pressure pada tiap pipa (≥ 10
meter) dan velocity pada tiap pipa (0,3-3 m/s).Sistem pengaliran yaitu secara sistem
pemompaan.

Kata kunci: air bersih, jaringan pipa distribusi air bersih, EPANET 2.

ABSTRACT
Kecamatan Sungai Kakapis one of Kecamatan in Kabupaten Kubu Raya. Planning
method of water distribution network system is used to perform topographic surveys using GPS
measuring devices, water quantity analysis to predict the rate of demand of domestic and non-
domestic water in Kecamatan Sungai Kakap, as well as analyzing the water distribution pipe
network using program EPANET 2. Design The technical planning of the pipeline length
distribution (Reservoir distance to the service area). Based on calculations, the location of the
planned reservoir at an altitude of ± 9,00 mdpl and is ± 50 m from the location of the intake.
Reservoir type used is ground reservoir with a reservoir capacity of 216,23 liters / sec, peak hours
which needs clean water to 20 years to six villages and the dimensions of the reservoir
(35,6x35x2,5) m. Type of pipe used in this plan is the primary HDPE pipe with a pipe of 500 mm,
water needs to flow through the four villages is the Sungai Kakap,SungaiItik Village, Jeruju Besar
Village and Sungai Kupah Village. Secondarypipe 350 mm drain the water needs of two villages,
Pal IX and Sungai Rengas Village, Ø 300 mm secondary pipe to drain the water needs of three
villages, Sungai Itik Village,Jeruju Besar Village andSungai Kupah Village. Pressure on each pipe (≥
10 meters) and velocity in each pipe (0,3 to 3 m / s) .System drainage is the pumping systems.

Keywords: Clean water, clean water distribution pipe network, EPANET 2.

1
1. Pendahuluan
Sumber air baku yang terdapat di Kecamatan sungai Kakap saat ini belum dapat
dimanfaatkan secara optimal, karena penempatan sistem penyediaan air bersih
yang kurang tepat di wilayah tersebut, yang berakibat langsung pada kurang
terpenuhinya kebutuhan air bersih untuk masyarakat pada sebagian besar wilayah
Kecamatan Sungai Kakap. Belum sebandingnya antara demand dengan suplai akan
ketersediaan air bersih tersebut akan berdampak luas terhadap percepatan
pembangunan ekonomi maupun pembangunan sosial di Kecamatan Sungai Kakap.
Di sisi lain, potensi sumber daya air yang dimiliki belum dikembangkan secara
optimal menjadi air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat padahal
undang-undang Sumber Daya Air (SDA) Nomor 7 tahun 2004, mewajibkan
pemerintah memenuhi kebutuhan air bersih bagi seluruh rakyat.
Pada perencanaan ini akan dilakukan analisis jaringan pipa primer dan pipa
sekunder distribusi air bersih dengan menggunakan program Epanet 2.0, umur
perencanaan 20 tahun dengan sumber air baku yaitu Sungai Jawi. Sumber air baku
tersebut merupakan sungai yang berada pada areal strategis yang terbentang di
sepanjang jalur dan melewati beberapa Desa di Kecamatan Sungai Kakap.
Berdasarkan hasil studi potensi sumber air baku di Kecamatan Sungai Kakap pada
penelitian Pangestu 2012, debit terukur didapat sebesar 316,74 liter/detik,
diperkirakan dengan debit sebesar ini, sumber air baku tersebut dapat
dimanfaatkan untuk kebutuhan enam desa yang berada pada wilayah Kecamatan
Sungai Kakap.

2. Gambaran Umum Lokasi Studi


Kecamatan Sungai Kakap merupakan satu dari sembilan kecamatan yang ada di
Kabupaten Kubu Raya dengan luas wilayah 453,17km 2.Secara geografis Kecamatan
Sungai Kakap terletak 108”35” – 109”58” Bujur Timur dan 1”441” Lintang Utara –
1”01” Lintang Selatan.
Kecamatan Sungai Kakapmemiliki iklim tropis dengan suhu rata-rata 26,7 0C.
Sedangkancurah hujan rata-rata bulanan terendah 134 mm pada bulan Agustus,
curah hujan tertinggi rata-rata bulanan 270 mm pada bulan Oktober dengan
kelembaban udara yang berkisar antara 83-89 %.
Akses menuju Kecamatan Sungai Kakap dapat ditempuh melalui akses
darat.Dapat ditempuh dengan roda dua maupun roda empat dari Kota Pontianak
kurang lebih 2 jam.Kondisi jalan sebagian besar sudah diperkeras dengan aspal dan
kerikil.
Sebagian besar penduduk di Kecamatan Sungai Kakap menggunakan berbagai
jenis potensi sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan akanair bersih. air tanah
dangkal atau sumur gali masih banyak digunakan oleh sebagian penduduk,
terutama daerah yang jauh dari pelayanan PDAM. Air hujan dimanfaatkan
penduduk Kecamatan Sungai Kakap untuk keperluan sehari-hari terutama untuk air
minum. Air hujan ditampung di rumah-rumah dengan menggunakan drum atau
tempayan, tetapi kontinuitas air hujan tidak dapat dipertahankan terutama pada
musim kemarau.Air yang mengalir disungai-sungai merupakan sumber air yang
paling banyak digunakan sebagai air baku yaitu mencapai 86%.

3. Tinjauan Teori
a. Definisi Air Bersih

2
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan
menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu dengan berbagai syarat
tertentu.Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas
air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis. (Permenkes
No.416/Menkes/PER/IX/1990).Air bersih diperoleh dari berbagai sumber air baku,
antara lain adalah air permukaan, air hujan, air tanah dan mata air. Untuk
menentukan sumber air bersih mana yang digunakan perlu diperhatikan kualitas,
kuantitas dan kontinuitas sumber air baku tersebut.
b. Persyaratan Dalam Penyediaan Air Bersih
 Persyaratan Kualitas, menggambarkan mutu dari air baku air bersih.
Persyaratan kualitas air bersih meliputi persyaratan fisik,kimiawi,
bakteriologis dan radioaktifitis.
 Persyaratan Kuantitas (Debit), ditinjau dari banyaknya air baku yang
tersedia. Artinya, air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sesuai dengan jumlah penduduk yang akan
dilayani.Kuantitas air yang dimaksudkan disini adalah banyaknya jumlah
air yang dibutuhkan untuk domestik maupun non domestik yang
ketersediaannya harus terpenuhi setiap saat.Besarnya kebutuhan air
untuk keperluan domestik dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.(NSPM
Kimpraswil,2002)

Tabel 1. Kriteria Perencanaan Air Bersih Domestik


KATEGORI KOTA BERDASARKAN JUMLAH PENDUDUK (JIWA)
500.000 s/d 100.000 s/d 20.000 s/d
No. URAIAN > 1.000.000 < 20.000
1,000,000 500,000 100,000
METRO BESAR SEDANG KECIL DESA
Konsumsi unit sambungan rumah
1 190 170 150 100 80
(SR) I/o/h

Konsumsi unit Hidran Umum


2 30 30 30 30 30
(HU) I/o/h

3 Konsumsi unit Non Domestik (%) 20-30 20-30 20-30 20-30 20-30

4 Kehilangan air (%) 20-30 20-30 20-30 20-30 20


5 Faktor maximum day 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
6 Faktor Peak – Hour 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
7 Jumlah jiwa per SR 5 5 6 6 10
8 Jumlah jiwa per HU 100 100 100 100-200 200
9 Sisa tekan dijaringan distribusi (mka) 10 10 10 10 10
10 Jam Operasi 24 24 24 24 24

11 Volume reservoir (%) (maks day demand) 20 20 20 20 20

50 : 50 s/d 50 : 50 s/d 80:20:00 70:30:00


12 SR : HU 70:30:00
70:30:00 80:20:00      
13 Cakupan Pelayanan (%) 90 90 90 90 70

Standar kebutuhan air non domestik sendiri adalah kebutuhan air


bersih di luar keperluan rumah tangga. Besarnya kebutuhan air untuk
keperluan non domestik dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini.(NSPM
Kimpraswil,2002).

3
Tabel 2. Pemakaian Air Rata-rata Untuk Kebutuhan Non Domestik
Pemakaian air
No Jenis Kebutuhan rata-rata Keterangan
per hari (liter)
1 Kantor 100-200 per karyawan atau 1-2 m3/unit/hari

setiap tempat tidur pasien


2 Rumah Sakit 250-1000
pasien luar : 8 liter
pegawai : 8 liter

3 Gedung Bioskop 10 per pengunjung

4 SD,SLTP 40-50 per murid, guru : 100 liter


  SLTA dan Lebih tinggi 80 per murid, guru : 100 liter
5 Laboratorium 100-200 per karyawan
6 Toserba 3 pengunjung, karyawan ; 100 liter
buruh pria : 80
7 Industri Pabrik buruh wanita : per orang per shift
100
8 Stasiun dan Terminal 3 setiap penumpang
9 Restoran 30 penghuni : 160 liter
10 Hotel 250-300 untuk setiap tamu
11 Perkumpulan Sosial 30 setiap tamu
Jumlah jemaah setiap hari atau 0,5-2
12 Tempat Ibadah 10
m3/unit/hari

 Persyaratan Kontinuitas, untuk penyediaan air bersih sangat erat


hubungannya dengan kuantitas air yang tersedia, yaitu air baku yang
ada di alam. Arti kontinuitas disini adalah bahwa air baku untuk air
bersih tersebut dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit
yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim
hujan.
 Persyaratan Tekanan Air, berdasarkan pedoman Perencanaan Teknis
dan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Tahun 2007,
tekanan dalam pipa distribusi sebaiknya tidak melebihi 10-80 m,
sedangkan kecepatan dalam pipa berkisar antara 0,3 – 3 m/s. Tekanan
yang kurang mengakibatkan aliran air sampai ke konsumen tidak
mengalir, sedangkan tekanan air yang berlebih dapat menimbulkan
terjadinya pukulan air yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan
pada alat-alat perpipaan.
c. Sistem Distribusi Air Bersih.
Sistem distribusi adalah sistem yang langsung berhubungan dengan
konsumen,mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi
syarat keseluruh daerah pelayanan. Sistem ini meliputi unsur sistem perpipaan
dan perlengkapannya, hidran kebakaran, tekanan tersedia, sistem pemompaan
(bila diperlukan),dan reservoir distribusi (Enri Damanhuri,1989).

4. Metodologi Perencanaan.
Jenis data yang dikumpulkan pada perencanaan ini adalah data primer dan

4
data sekunder. Data primer didapat dari proses tracking jalur pipa (data panjang
pipa rencana serta elevasi).
Data sekunder berupa data statistik kependudukan,gambaran umum lokasi,
keadaan sosial, peta lokasi serta batas daerah pelayanan yang terdapat pada
Kecamatan Sungai Kakap,didapat dari Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan
Barat.
Pengukuran topografi ini menggunakan alat ukur GPS (Global Positioning
System), dilakukan setiap jarak ±50 meter dengan meletakkan GPS pada
permukaan tanah untuk mengukur elevasi pada lokasi studi.
Analisa kebutuhan air penduduk dilakukan dengan berbagai tahap yaitu dengan
menghitung proyeksi jumlah penduduk hingga umur rencana perencanaan.
Menentukanbesarnya jumlah kebutuhan domestik dengan cara:Kebutuhan air
domestik = jumlah penduduk x pemakaian air setiap orang per hari berdasarkan
literatur yang digunakan.Menentukan besarnya jumlah kebutuhan non domestik
dengan cara:Kebutuhan air non domestik = jumlah unit xjumlah pemakaian
air.Untuk menentukan besarnya jumlah kebutuhan air daerah pelayanan dengan
cara:Kebutuhanair=(kebutuhan air domestik)+(kebutuhan air non domestik).
Analisa jaringan pipa distribusi menggunakan Progam Epanet 2.0 adalah dengan
menginput data yang sudah didapatkan dari hasil tracking serta dari analisa
perhitungan kebutuhan air penduduk sehingga akan didapat simulasi
pengoperasian jaringan air bersih di Kecamatan Sungai Kakap.

5. Hasil dan Analisa Perencanaan


a. Analisa Survei Topografi
Pengukuran elevasi menggunakan GPS dilakukan dengan meletakkan GPS diatas
tanah kemudian membaca nilai elevasi pada layar GPS.Pengukuran ini dilakukan
pada setiap jarak tempuh ±50 meter, dengan rute perjalanan dari reservoir hingga
sepanjang jalur perencanaan pipa distribusi. Berdasarkan survei topografi Desa
Sungai Kakap dan Desa Pal IX, didapat hasil 380 titik dengan jalur track sepanjang
±15 km, dengan elevasi paling tinggi yaitu 7 meter dan elevasi paling rendah yaitu
-2 meter.
b. Analisa Kebutuhan Air Penduduk Enam Desa Kecamatan Sungai Kakap
Dalam perencanaan ini, perhitungan kebutuhan air dihitung untuk masing-
masing enam desa yang meliputi kebutuhan air domestik dan non domestik. Hal
yang harus dilakukan untuk mengetahui kebutuhan air suatu wilayah, ialah
menghitung jumlah penduduk hingga akhir tahun perencanaan, maka Proyeksi hasil
perhitungan jumlah penduduk pada enam Desa di Kecamatan Sungai Kakap dapat
dilihat pada tabel 3 berikut (Hasil Analisis,2013).
Tabel 3.Proyeksi Hasil Perhitungan Jumlah Penduduk Kakap 6 Desa
Penduduk
Uraian Tahun
2010 2015 2020 2025 2031
Desa Sui. Kakap 11.032 12.228 13.554 15.023 16.652
Desa Pal IX 20.260 22.457 24.891 27.590 30.581
Desa Sui. Itik 5.698 6.316 7.000 7.759 8.601
Desa Jeruju Besar 5.819 6.450 7.149 7.924 8.783
Desa Sui. Kupah 3.069 3.402 3.771 4.179 4.632
Desa Sui. Rengas 19.210 21.293 23.601 26.160 28.996

5
TOTAL 65.088 72.145 79.966 88.636 98.246
Dalam merencanakan suatu jaringan pipa untuk penditribusian air bersih, hal yang
penting selanjutnya yang harus dilakukan adalah menentukan besarnya kebutuhan air
pada masing-masing wilayah.Besarnya kebutuhan air untuk enam desa pada akhir tahun
perencanaan yaitu pada tahun 2031 dapat dilihat pada tabel 4 berikut (Hasil Analisis,
2013).
Tabel 4.Proyeksi Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Penduduk 6 Desa di Kecamatan
Sungai Kakap Pada Tahun 2031
Penduduk Total Supply Air Dalam Jaringan Pipa
Tahun Total Total Non Kebutuhan Kebutuhan Kehilangan
Uraian
(Jiwa) Domestik Domestik Harian Harian Maks 20 %
2031 (l/det) (l/det) (l/det) (l/det) (l/det)
Desa Sui. Kakap 16.652 10,321 54,838 65,16 78,19 13,03
Desa Pal IX 30.581 18,954 1,438 20,39 24,47 4,08
Desa Sui. Itik 8.601 5,331 0,831 6,16 7,39 1,23
Desa Jeruju Besar 8.783 5,449 2,102 7,55 9,05 1,51
Desa Sui. Kupah 4.632 2,871 0,462 3,33 4,00 0,67
Desa Sui. Rengas 28.996 17,972 3,01 20,98 25,18 4,20
TOTAL 98.246 61 62,681 123,57 148,28 24,72

c. Analisa Kapasitas Aliran Dalam Jaringan Pipa


Berdasarkan kapasitasnya, Intake yang ada di Kecamatan Sui.Kakap dapat
melayani untuk enam desa. Namun, dalam perencanaan ini, daerah pelayanan akan
dibatasi menjadi dua desa sajayaitu Desa Sungai Kakap dan Desa Pal IX dimana
setiap daerah pelayanan akan dilaluipipa yang digunakan untukmengalirkan air ke
masing-masing pelanggan dengan diameter yang disesuaikan.Dalam tabel 5 berikut,
menunjukan hasil perhitungan untuk besarnya aliran pada tiap pipa untuk tiap
enam Desa. (Hasil Analisis, 2013).
Tabel 5 Kapasitas Aliran Dalam Jaringan Pipa
Total Supply Air
Jumlah yang dilayani
Penduduk Dalam Jaringan Pipa
Total
Uraian Tahun
Total Non Kebutuhan Jam
(Jiwa)
Domestik Domestik Puncak
2031 (l/det) (l/det) (l/det) (mᶟ/det)
Desa Sui. Kakap 16.652 10,321 54,838 114,03 0,11
Desa Pal IX 30.581 18,954 1,438 35,69 0,035
Desa Sui. Itik 8.601 5,331 0,831 10,78 0,010
Desa Jeruju Besar 8.783 5,449 2,102 13,2 0,033
Desa Sui. Kupah 4.632 2,871 0,462 5,83 0,013
Desa Sui. Rengas 28.996 17,972 3,01 36,72 0,036
216,2
TOTAL 98.246 61 63
5 0,2163

Dari tabel 5 diatas dapat dilihat besarnya kapasitas aliran dalam jaringan pipa
untuk enam desa pada Kecamatan Sungai Kakap yaitu dilihat dari kebutuhan jam
puncak enam desa tersebut, yaitu pada tahun 2031 memiliki kebutuhan jam puncak
sebesar 216,25 lt/det atau 0,2163 m 3/sehingga dari hasil kebutuhan jam puncak
enam desa tersebut akan diketahui besarnya diameter pipa yang akan

6
digunakanpada sistem jaringan distribusi air bersih sesuai tingkat kebutuhan pada
masing-masing wilayah.

d. Analisa Pipa Jaringan Distribusi Air Bersih Menggunakan Epanet 2.0


Pada skripsi ini, dalam merencanakan jaringan pipa distribusi digunakan sebuah
software yaitu Program Epanet versi 2, dimana Program Epanet 2.0 dapat
membantu mengetahui laju aliran, kecepatan, head losses dan faktor gesekan pada
pipa dalam jaringan distribusi air bersih.Tampilan analisis sistem jaringan distribusi
air bersih untuk Desa Sungai Kakap dan Desa Pal IX Kecamatan Sungai Kakap
Kabupaten Kubu Raya menggunakan program epanet dapat dilihat pada Gambar 1
berikut (Sumber : Hasil analisis,2013)

(a) (b)

(c)
Gambar 1. Skema jalur pipa pada pengoperasian Epanet 2.0
Pada Gambar 1. hasil running epanet diatas, menunjukan bahwa ada 2 cabang yang
akan dilalui oleh air bersih tersebut, dimana pada gambar (a) menunjukan letak
reservoir yang berada tidak jauh dari letak intake serta terdapat pompa, dan
menunjukan cabang pertama perencanaan pipa distribusi yang akan melayani
wilayah Desa Pal IX dan Desa Sungai Rengas dan pada gambar (b) terlihat
perencanaan pada cabang kedua yang akan melayani wilayah Desa Sungai Kakap,
Desa Sungai Itik,Desa Jeruju Besar dan Desa Sungai Kupah, sedangkan pada gambar
(c) terdapat perencanaan pipa distribusi yang akan melayani daerah wilayah Desa
Sungai Kakap. Dari hasil running program Epanet 2.0 didapatkan desain teknis
seperti berikut:
 Debit pengaliran pada tiap jalur pipa didapat berdasarkan hasil perhitungan
kebutuhan jam puncak masyarakat Desa Sungai Kakap dan Desa Pal IX yaitu
sebesar 216,25 lt/detik.
 Panjang pipa distribusi yang direncanakan dari reservoir hingga titik pelayanan
terjauh adalah pada titik terjauh pipa distribusi yang mengaliri Desa Sungai
kakap yaitu 10.500 m, pada pipa distribusi yang mengaliri Desa Pal IX yaitu
3.800 m, dan pipa distribusi yang mengaliri Desa Sungai Itik yaitu 1.600 m

7
 Pipa distribusi rencana terdiri dari pipa primerdengan 500 mm yang
ditunjukan pada epanet yaitu dari node 2 yaitu pipe 76 hingga node 150 yaitu
pipe 221 dan dilanjutkan dari node 179yaitu pipe 222 hingga node 218 yaitu
pipe 260 dan node 226 yaitu pipe 261panjang wilayah 10.500 m dan pipa yang
digunakan sebanyak 186 pipa.
 Pipa distribusi rencana terdiri dari pipa sekunder dengan 350mm yang
ditunjukan pada epanet dari node 298 pipe 1 hingganode 371 yaitu pipe 74
dengan panjang wilayah 3.800 m dan pipa yang digunakan sebanyak 74 pipa.
 Pipa distribusi rencana terdiri dari pipa sekunder dengan 300mm pada epanet
dari node 151 yaitu pipe 292hingga node 178 yaitu pipe 319 dengan panjang
wilayah 1.600 m dan pipa yang digunakan sebanyak 28 pipa.
 Velocity (kecepatan pengaliran) yang dihasilkan berbeda-beda pada tiap pipa,
yaitu pada pipe 76 hingga pipe 221 mendapat hasil velocity sebesar 0,82 m/s
dan hasil velocity pada pipe 222 hingga pipe 261 mendapat hasil sebesar 0,72
m/s.
 Hasil Pressure yang didapat tidak melebihi dari ketentuan yang seharusnya
yaitu berkisar dari 30 – 80 m, dan hasil Pressure rata-rata yang didapat sebesar
14,26 m.

e. Analisa perhitungan hasil program epanet dengan perhitungan manual.


Untuk menguji keakuratan analisis dari program epanet akan dilakukan
perhitungan manual sebagai kalibrasi dari program epanet. Perbandingan
perhitungannya dilakukan terhadap hasil kehilangan tinggi tekan suatu jaringan
pipa dengan menggunakan persamaan Hazen-Williams karena pada umumnya
jaringan perpipaan di Indonesia menggunakan persamaan tersebut, baik jaringan
transmisi maupun distribusi.
Rumus persamaan Hazzen – William sebagai berikut.
10.65 x L x Q 1.85
Hf  ............................... (1)
C 1.85 x D 4.87
Dimana: Hf = kehilangan tekanan (m)
L = panjang pipa (m)
Q= debit aliran (m3/det)
C= koefisien kekasaran pipa
D= diameter pipa (m)
Adapun sebagai contoh perhitungan seperti berikut.
A Q B

Diketahui:
Nama pipa : P8 (Pipa Sekunder Cabang 1)
L = 52 m
D = 350 mm
CH-W = 140
Q = 54,81 lt/detik
Hf1 = 0.05 (hasil analisa EPANET)

Penyelesaian:

8
1, 85
 Q 
Hf     L
 0,2785  C  D
2 , 63

1,85
 0.05481 
Hf     52
 0, 2785  140  0,35 2, 63 
Hf 2 = 0,05
Hf1≈ Hf2 = 0,05 (OK)
Dari hasil running node diketahui sisa tekan atau head tiap node pipa tidak
berbeda jauh dengan hasil perhitungan yang telah dilakukan, dimana sisa tekan
pada hasil running epanet pada pipa primer adalah 0,06 dan pada perhitungan
menggunakan rumus persamaan Hazzen – William didapat hasil 0,05. Begitu juga
dengan sisa tekan pada titik pipa lain tidak berbeda jauh antara hasil perhitungan
manual dengan hasil perhitungan epanet.

Sedangkan dari hasil running pada links merupakan hasil (output) dari
perhitungan menggunakan program epanet dengan menginput data panjang pipa,
diameter pipa dan faktor kekasaran Hazzen – William, maka diperoleh besarnya
debit yang mengalir dalam pipa, unit headloss, faktor friksi atau gesekan dari
aksesoris serta tekanan air dari masing-masing titik/node/junction yang dapat
digunakan sebagai analisa dalam menentukan operasi instalasi, pompa dan
reservoir.

f. Reservoir
Dalam perencanaan terdapat reservoir yang terletak di Desa Pal IX dan terletak
tidak jauh dari lokasi intake.Reservoir pada perencanaan ini terletak pada
ketinggian +9.00 mdpl. Jenis reservoir pada perencanaan ini adalah Ground
Reservoir .Perencanaan kapasitas reservoir didasarkan pada kebutuhan jam puncak
dengan perhitungan jumlah dari surplus maksimum, yaitu 1/6-1/3 dari kebutuhan
puncak harian sebagai pertimbangan untuk menyimpan cadangan air pada
reservoir.
Volume reservoir = 1/6 x 18688l,32 m3/hari
= 3114,72 m3 ≈ 3115 m3

Jadi kapasitas reservoir dapat dibangun dengan ukuran ,yaitu:

(35,6x35x2,5) m

Gambar 2 Ilustrasi bangunan reservoir

Pada perencanaan ini reservoir akan dibuat terletak diatas tanah dan tidak
menggunakan kaki atau peninggi. Reservoir ini berbentuk persegi empat, dengan
panjang 35,6 meter, lebar 35 meter dan tinggi 2,5 meter untuk menampung dan
menyimpan cadangan air dimana struktur bangunannya dibuat dari campuran
beton bertulang dengan tebal dindingnya 20 cm.

g. Analisa Pompa
Pompa digunakan untuk memompakan air bersih dari unit Reservoir menuju
masing-masing wilayah pelayanan. Pompa direncanakan akan beroperasi pada

9
kapasitas konstan (fluktuasi kapasitas dapat diabaikan). Pada perencanaan ini,
pompa yang digunakan adalah pompa dipasaran dengan total head sebesar 20 m
,kapasitas maksimal 115 lt/menit, daya dorong 50 m sudah cukup memompakan air
hingga titik terjauh.

6. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Sistem perencanaan jaringan distribusi air bersih untuk pemenuhan kebutuhan air
bersih direncanakan akan mengaliri 2 desa, yaitu Desa Pal IX dan Desa Sungai Kakap.
Berdasarkan hasil survey dan perhitungan maka didapatlah desain teknis jaringan distribusi
yang direncanakan dimana sistem pengaliran yaitu secara sistem pemompaan dengan jarak
peletakan reservoir ±50 m dari letak intake dengan ketinggian reservoir yaitu berada pada
ketinggian ±9.00 mdpl. Jenis reservoir yang digunakan adalah ground reservoir dengan

kapasitas reservoir sebesar 2155 m3dengan ukuran sebesar (35,6 x 35 x 2,5) m.

Jenis pipa yang digunakan pada perencanaan ini adalah pipa HDPE dengan ukuran pipa
primer ф500 mm sedangkan ukuran pipa sekunder yang digunakan adalah pipa ф350 mm
dan ф300 mm.Pompa yang digunakan adalah pompa air jet pump dengan kapasitas
total head sebesar 20 m, kapasitas maksimal 115 lt/menit, daya dorong 50 m.Aspek
kontinuitas aliran terpenuhi, dengan tekanan air yang telah memenuhi syarat
hampir di semua lokasi pelayanan (≥ 10 meter) dan kecepatan pada pipa juga
memenuhi syarat disemua lokasi perencanaan pelayanan (0,3 – 3 m/s).
Saran
Agar pendistribusian air, lancar dan terpenuhi sesuai perencanaan, maka perlu
dilakukan sosialisasi kepada masyarakat setempat tentang pentingnya air bersih agar tidak
terjadi tindakan yang dapat merugikan baik bagi pihak terkait maupun pada masyarakat
sendiri dan perencanaan ini dapat dilanjutkan dengan merencanakan unit distribusi dan unit
pelayanan untuk empat desa lainnya yang terhitung dalam kapasitas intake.

Daftar Pustaka.
Badan Pusat Statistik. 2010. Kabupaten Kubu Raya Dalam Angka.Pontianak :BPS
Kota Pontianak
Badan Pusat Statistik. 2010. Kecamatan Sungai Kakap Dalam Angka.Pontianak :
BPS Kota Pontianak
Damanhuri, Enri, 1989, Pendekatan Sistem Dalam Pengendalian dan
Pengoperasian Sistem Jaringan Distribusi Air Minum, Bandung, Jurusan
Teknik Lingkungan FTSP-ITB.
NSPM Kimpraswil .2002. Pedoman Petunjuk Teknis Manual.Vol. 6 (II dan III).
Pangestu, Dini. 2012. Pemilihan Lokasi dan Perencanaan Sistem Intake Air Baku di
Sungai Jawi Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya.Pontianak :
Fakultas Teknik Untan
Pedoman Penyusunan Perencanaan Teknis Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum Tahun 2007.
Republik Indonesia. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990
Tentang Syarat- Syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
Republik Indonesia. 2004. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
2004 Tentang Sumber Daya Air.

10

Anda mungkin juga menyukai