Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bentang alam di Indonesia terdiri dari berbagai kenampakan alam yang

bervariatif, termasuk diantaranya danau, gunung, dataran tinggi dan sungai.

Indonesia memiliki banyak sungai yang mengalir diantara wilayah daratan

Indonesia. Ada ratusan sungai yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Sungai

adalah saluran terbuka yang terbentuk secara alamiah di atas permukaan

bumi,tidak hanya menampung air tetapi juga mengalirkannya dari bagian hulu ke

bagian hilir. Selain itu sungai juga merupakan salah satu bagian dari siklus

hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari hujan, embun, mata air,

limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara tertentu juga berasal dari lelehan es

atau salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan (bahan

pencemaran).

Sulawasi Selatan tepatnya di Kabupaten Takalar terdapat Sungai Pappa.

Sungai ini membelah Kota Takalar menjadi dua bagian yaitu seberang hilir dan

seberang hulu. Sungai Pappa berfungsi sebagai daerah lintasan yang dilalui para

nelayan menuju kelaut. Di Sungai Pappa ini terdapat jembatan yang menjadi

sarana melintas untuk menuju Kota Takalar.

Menurut Susilawati A.M. dari hasil penelitiannya, banjir bandang yang terjadi

pada tanggal 20 Desember 2017, akibat meluapnya Sungai Pappa menyebabkan

jatuhnya banyak korban dan perubahan kondisi sungai yang berubah. Banjir ini
terjadi karena adanya banjir kiriman dari desa lain memperparah kondisi itu

sehingga sungai cepat meluap di tambah dengan curah hujan yang tinggi. Selain

itu, banjir ini membawa material sedimen yang terendapkan di sepanjang aliran

sungai terutama di daerah bagian hilir terdapat endapan fluvial (proses

sedimentasi yang di akibatkan oleh air) yang menghasilkan lapisan sedimen yang

berbeda dengan sekitarnya. Endapan banjir ini merupakan salah satu endapan

sedimen kuarter. Jenis material Sungai Pappa pada lapisan pertama pasir sangat

kasar, bentuk butir menyudut-membulat tanggung (2,5-1 mm). Lapisan kedua

diperoleh jenis material pasir sedang, bentuk butir menyudut tanggung dan

membulat tanggung (ukuran butir 1-0,5 mm). Lapisan ketiga diperoleh jenis

material pasir kasar, bentuk butir menyudut tanggung hingga menbulat tanggung

(ukuran butir 2,4-0,8 mm). Lapisan keempat diperoleh jenis material pasir sedang,

bentuk butir menyudut tanggung dan membulat tanggung (ukuran butir 2-0,6

mm). Lapisan kelima diperoleh jenis material pasir kasar, bentuk butir menyudut

dan membulat tanggung ( ukuran butir 2,5-1,8 mm).

Sungai Pappa memiliki alur sungai yang lurus, belokan (meander) dan

bercabang (breided). Pada belokan Sungai Pappa telah terjadi permasalahan yaitu

penggerusan sungai baik pada dasar sungai maupun dinding sungai, hal ini dapat

mengakibatkan keruntuhan pada dinding sungai di sekitar belokan.. Gerusan di

belokan sungai akan terjadi di daerah belokan awal, pengendapan bagian tengah

hingga akhir belokan sungai. Gerusan dan pengendapan terjadi melalui proses

agradasi (pengendapan sedimen) dan proses degradasi (penurunan dasar palung

sungai) yang dipengaruhi oleh kecepatan aliran.


Sehubungan dengan masalah tersebut diadakan suatu penelitian terhadap

distribusi kecepatan aliran sungai pada Sungai Pappa yang dipengaruhi keadaan

fisik aliran sungai berupa lebar, kedalaman dan kecepatan aliran. (Jurnal

Fathona, F.J. 2014)

Sehubungan dengan masalah tersebut maka kami mengangkat judul “Analisis

Distribusi Kecepatan Aliran Sungai Pappa Kabupaten Takalar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dibuat rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh distribusi kecepatan terhadap karakteristik aliran Sungai

Pappa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan yang

akan di capai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh distribusi kecepatan terhadap karakteristik aliran

Sungai Pappa.

D. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan

informasi para peneliti dalam mengembangkan penelitian yang berhubungan

dengan hal tersebut.

2. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian-penelitian

selanjutnya yang berkaitan dengan permasalahan tersebut.


E. Batasan Masalah

Dalam memberikan penjelasan dari permasalahan guna memudahkan dalam

menganalisa, maka terdapat batasan masalah yang diberikan pada penulisan tugas

akhir mengenaikecepatan aliran sungai terdiri dari :

1. Penelitian ini dilaksanakan di Sungai Pappa.

2. Penelitian ini tidak menghitung Erosi

3. Penelitian ini tidak menghitung curah hujan.

4. Tidak menghitung proses terjadinya pasang surut.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penyusunan skripsi serta untuk memudahkan pembaca

memahami uraian dan makna secara sistematis, maka skripsi disusun berpedoman

pada pola sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN : Dalam bab ini diuraikan mengenai hal-hal yang

berhubungan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah,

manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II DAFTAR PUSTAKA : Dalam bab ini dijelaskan mengenai kerangka

acuan yang berisi tentang teori singkat yang digunakan dalam menyelesaikan dan

membahas permasalahan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN : Dalam bab ini dijelaskan langkah-langkah

sistematis penelitian dan menguraikan tentang lokasi dan waktu penelitian, jenis

penelitian dan sumber data, alat dan bahan untuk mengukur kecepatan aliran dan

prosedur penelitian lapangan.


BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN : Dalam hal ini berisi hasil analisis

data, kecepatan aliran, debit, distribusi aliran dan pembahasan.

BAB V PENUTUP : Dalam bab ini berisi kesimpulan serta saran hasil penelitian

ini.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sungai

Suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang

berasal dari hujan disebut alur sungai. Perpaduan antara alur sungai dan aliran air

di dalamnya disebut sebagai sungai. Proses terbentuknya sungai itu sendiri berasal

dari mata air yang berasal dari gunung atau pegunungan yang mengalir di atas

permukaan bumi. Dalam proses selanjutnya aliran air ini akan bertambah seiring

dengan terjadinya hujan, karena limpasan air hujan yang tidak dapat diserap bumi

akan ikut mengalir ke dalam sungai, mengakibatkan terjadinya banjir. Dari

pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sungai adalah saluran

drainase yang terbentuk secara alamiah akibat dari pergerakan air diatas

permukaan bumi yang tidak dapat diserap oleh bumi. Di sekitar sungai juga

terdapat bangunan-bangunan pelengkap yang tidak dapat dipisahkan dari sungai,

karena berfungsi memperlancar kinerja sungai itu sendiri. Dengan kata lain daerah

aliran sungai meliputi aliran air dan alur sungai termasuk bantaran, tanggul, dan

areal yang dinyatakan sebagai daerah sungai.(Chay Asdak, 1995. Hidrologi dan

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai)

B. Saluran Terbuka

Ditinjau dari mekanika aliran, saluran terbuka merupakan salah satu dari dua

macam aliran yang mepunyai perbedaan prinsip yaitu aliran saluran tertutup dan

aliran saluran terbuka. Pada aliran saluran tertutup tidak terdapat permukaan bebas
sehingga tidak terdapat pengaruh langsung dari tekanan atmosfer, pengaruh yang

ada hanyalah tekanan hidrolik yang tekanannya dapat lebih besar atau lebih kecil

dari pada tekanan atmosfer. Sedangkan pada aliran saluran terbuka, terdapat

permukaan bebas yang berhubungan dengan atmosfer di mana permukaan bebas

tersebut merupakan suatu batas antara dua fluida yang berbeda kerapatannya yaitu

cairan dan udara, dan ada permukaan ini terdapat tekanan atmosfer. Dari kondisi

tersebut dapat di simpulkan bahwa mekanika aliran saluran terbuka lebih sulit

disbanding mekanika aliran saluran tertutup.

Saluran terbuka di bedakan menurut asalnya menjadi dua macam aliran alam

(natural channels) dan saluran buatan (artificials channels).

1. Saluran Alam

Saluran alam mengidentifikasi bahwa semua aluran terbentuk melalui proses

alamiah dan tidak mengalami perubahan yang berarti oleh manusia. Saluran-

saluran yang termasuk dalam jenis ini adalah saluran-saluran kecil, sungai besar

maupun kecil dan muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

Sifat-sifat geometric saluran alam pada umumnya tidak beraturan sehingga

seringkali harus di lakukan pengamatan atau pengukuran yang nyata kondisi dan

situasi pada saluran-saluran alam tersebut dapat diketahui. Untuk geometri

penampang saluran alam, selain kurva-kurva yang menyatakan hubungan unsur-

unsur ini dengan kedalaman aliran yang di siapkan untuk perhitungan hidrolis.

2. Saluran Buatan
Saluran buatan adalah semua saluran yang di buat oleh manusia, meliputi

irigasi, saluran pembangkit listrik, saluran pekayaran, saluran drainase dan lain-

lain, termasuk saluran-saluran di laboratorium untuk keperluan penelitian.

Saluran jenis ini biasanya direncanakan berdasarkan bentuk geometris yang

umum. Bentuk yang paling umum utuk saluran yang berdinding tanah yang tidak

dilapisi adalah bentuk trapezium, sebab stbilitas kemiringan dindingnya dapat di

sesuaikan.

Unsur-unsur geometri saluran adalah sifat-sifat suatu saluran yang dapat di

uraikan seluruhnya berdasarkan geometri penampang dan kedalaman aliran.

Unsur-unsur ini sangat penting dan banyak sekali dipakai dalam perhitungan

aliran.

C. Geometri Sungai

Geometri sungsi adalah alur, palung dan lembah sungai yang diukur secara

vertical dan horizontal atau denah, dimana parameter yang dibutuhkan berupa

panjang, lebar, kemiringan, dan ketinggian (elevasi). Pembentukan sungai

merupakan suatu proses yang rumit, melibatkan banyak variabel. Secara garis

besar merupakan gabungan antara aliran air dengan transportasi sedimen. Sungai

sendiri merupakan saluran terbuka dengan ukuran geometrik berubah seiring

waktu, tergantung debit, material dasar tebing serta jumlah dan jenis dari sedimen

yang diangkut oleh air. Di dalam perencanaan saluran dikenal adanya variabel

bebas (dependent variable). Variabel bebas merupakan masukan yang terdiri dari

debit air, debit sedimen dan diameter partikel dasar. Lalu variable tak bebas
merupakan hasil perhitungan yang terdiri dari lebar, kedalaman, kemiringan talud

dan kemiringan dasar saluran.

D. Morfologi Sungai

Sifat-sifat suatu sungai dipengaruhi oleh luas, dan bentuk daerah pengaliran

serta kemiringannya. Topografi suatu daerah sangat berpengaruh terhadap

morfologi sungai yang ada, daerah dengan bentuk pegunungan pendek

mempunyai daerah pengaliran yang tidak luas dan kemiringan dasarnya besar.

Sebaliknya daerah dengan kemiringan dasarnya kecil biasanya mempunyai daerah

pengaliran yang luas. Hal-hal yang berkaitan erat dengan morfologi sungai antara

lain bentuk aliran, dimensi aliran, bentuk badan aliran, kemiringan saluran, daya

tampung, dansifat alirannya. Adapun pengaruh dari morfologi sungai ini berkaitan

dengan keadaan pola aliran sungai. Kenampakan pola aliran dapat menunjukkan

suatu bentuk permukaan bumi, misalnya daerah gunung api atau muka bumi yang

terbentuk akibat patahan. Suatu pola aliran sungai tidak selalu merupakan dalam

satu DAS.

E. Aliran Sebagai Saluran Terbuka

Aliran saluran terbuka dapat diklasifikasikan menjadi berbagai jenis dan


diuraikan dengan berbagai cara. Berikut adalah beberapa jenis aliran padasaluran
terbuka:
1. Aliran Laminer, Transisi dan Turbulen
Gambar 1. Aliran Laminar, Transisi, Turbulen
(sumber:indrasakti22.wordpress.
Berdasarkan Com)
sifat aliran, Aliran viskos dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu

aliran laminer dan turbulen. Dalam aliran laminer partikel-partikel zat cair

bergerak teratur mengikuti lintasan yang saling sejajar. Aliran ini terjadi apabila

kecepatan kecil atau kekentalan besar. Pengaruh kekentalan sangat besar sehingga

dapat meredam gangguan yang dapat menyebabkan aliran menjadi turbulen.

Dengan berkurangnya kekentalan dan bertambahnya kecepatan aliran maka pada

suatu batas tertentu akan menyebabkan terjadinya perubahan aliran dari laminar

ke turbulen. Aliran turbulen gerak partikel-partikel zat cair tidak teratur. Aliran ini

terjadi apabila kecepatan besar dan kekentalan zat cair kecil.

Pada tahun 1884 Osborne Reynolds melakukan percobaan untuk

menunjukkan sifat-sifat aliran laminar dan turbulen. Berdasarkan pada percobaan

aliran di dalam pipa, Reynolds menetapkan bahwa untuk bilangan Reynolds di

bawah 500, aliran pada kondisi tersebut adalah laminar. Aliran akan turbulen

apabila bilangan Reynolds lebih besar 1000. Pada umumnya tipe aliran melalui

saluran terbuka adalah turbulen, karena kecepatan aliran dan kekasaran dinding

relatif besar.

Angka Reynolds mempunyai bentuk berikut ini :


Vh
Re =
µ

Dimana :

Re : Bilangan Reynolds

V : Kecepatan Aliran (m/s)

h : Panjang Karakteristik (m)

υ : Viskositas kinematik (m2/s)

Adapun menurut J.K.Robert aliran fluida khususnya air diklasifikasikan

berdasarkan perbandingan antara gaya-gaya inersia (inertial forces) dengan gaya-

gaya akibat kekentalan (viscous forces) menjadi tiga bagian, yaitu aliran laminar,

aliran transisi dan aliran turbulen. Jadi untuk saluran terbuka alami (sungai) untuk

masing-masing jenis aliran diklasifikasikan sebagai berikut, menurut J.K.Robert:

Laminer : Re < 500

Transisi : 500 < Re < 12500

Turbulen : Re > 12500

Umumnya pada saluran terbuka mempunyai Re > 12500 sehingga aliran

termasuk dalam kategori aliran turbulen (Kodoatie.J.R,2002)

2. Aliran Subkritis, Kritis dan Super Kritis


Gambar 2. Aliran subkritis, kritis, dan super kritis
(sumber:indrasakti22.wordpress.Com)

Aliran melalui saluran terbuka juga dapat dibedakan menjadi aliran sub kritis

(mengalir) dan super kritis (meluncur). Diantara kedua tipe tersebut aliran adalah

kritis. Aliran disebut sub kritis apabila suatu gangguan (misalnya batu

dilemparkan kedalam aliran sehingga menimbulkan gelombang) yang terjadi di

suatu titik pada aliran dapat menjalar kearah hulu. Aliran sub kritis dipengaruhi

oleh kondisi hilir, dengan kata lain keadaan di hilir akan mempengaruhi aliran

disebelah hulu. Apabila kecepatan aliran cukup besar sehingga gangguan yang

terjadi tidak menjalar kehulu maka aliran adalah super kritis. Dalam hal ini

kondisi di hulu akan dipengaruhi aliran disebelah hilir. Penentuan tipe aliran dapat

di dasarkan pada nilai angka Froude ( Fr ) :

Sub kritis : Fr < 1

Kritis : Fr = 1

Super kritis : Fr > 1

Jika F < 1 aliran bersifat subkritis, dalam keadaan ini peranan gaya tarik bumi

lebih menonjol,dan bila F > 1, aliran bersifat superkritis, gaya inersia yang sangat

menonjol, sehingga aliran mempunyai kecepatan tinggi dan cepat.

(Bambang,2013).

Bilangan Froude

V
fr=
√ gh
Dimana :

Fr : Bilangan Froude
V : Kecepatan Aliran (m/s)

g : Percepatan Gravitasi (m/s2)

h : Panjang Karakteristik/Kedalaman (m)

3. Aliran Tetap dan Tidak Tetap

Gambar 3. Aliran tetap dan tidak tetap


(sumber:klasifikasi aliran fluida.blogspot. Com)

Aliran tetap terjadi apabila kedalaman, debit dan kecepatan rata-rata pada

setiap penampang tidak berubah menurut waktu. Aliran tidak tetap terjadi apabila

kedalaman, debit dan kecepatan rata-rata pada setiap penampang berubah menurut

waktu.

4. Aliran seragam dan tidak seragam

Aliran disebut seragam apabila berbagai variabel aliran seperti kedalaman,

tampang basah, kecepatan dan debit di sepanjang saluran adalah konstan.

Demikian juga sebaliknya aliran tidak seragam itu terjadi apabila variabel aliran

tersebut tidak konstan


F. Distribusi Kecepatan Aliran Pada Penampang Saluran

Kecepatan aliran tidak sama sepanjang tubuh kanal sungai hal ini tergantung

dari bentuk, kekasaran kanal sungai dan pola sungai. Kecepatan terbesar terletak

pada bagian tengah kanal dan bagian atas dari bagian terdalam kanal yang jauh

dari seretan friksional pada bagian dinding dan dasar kanal.

Pada sungai berbelok, zona kecepatan maksimum berada pada bagian luar

belokan dan zona kecepatan minimum berada pada bagian dalam belokan. Pola ini

sebagai penyebab penting terjadinya erosi secara lateral pada kanal sungai dan

migrasi pola sungai. Dengan adanya suatu permukaan bebas dan gesekan di

sepanjang dinding saluran, maka kecepatan dalam saluran tidak terbagi merata

dalam penampang saluran. Kecepatan maksimum dalam saluran biasanya terjadi

di bawah permukaan bebas sedalam 0,05 sampai 0,25 kali kedalamannya, makin

dekat ketepi bearti makin dalam dan mencapai maksimum.

Distribusi kecepatan pada penampang saluran juga tergantung pada faktor-

faktor lain, seperti bentuk penampang, kekasaran saluran dan adanya tekukan-

tekukan. Pada arus yang deras dan dangkal atau saluran yang sangat licin

kecepatan maksimum sering terjadi di permukaan bebas.Kekasaran saluran dapat

menyebabkan pertambahan kelengkungan kurva distribusi kecepatan vertikal.

Pada tikungan, kecepatan meningkat pada bagian cembung, menimbulkan gaya

sentrifugal pada aliran. Gerak melingkar pada saluran yang melengkung

merupakan gejala yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan.


1) Aliran dipertemuan sungai menyebabkan terjadinya bidang geser ( shear

plane) dan daerah pemisahan.

2) Karakteristik aliran yang terjadi di pertemuan sungai beraliran turbuln dan

subkritis.

3) Distribusi kecepatan dipertemuan sungai sudut 30o, menunjukkan terjadinya

kecepatan maksimum di daerah bidang geser (shear plane) dan kecepatan

aliran minimum didaerah pemisahan.(Fathona, F.J. 2014).

G. Pengukuran Menggunakan Current Meter

Prinsip kerja jenis curent meter ini adalah propeler berputar dikarenakan

partikel air yang melewatinya.Jumlah putaran propeler per waktu pengukuran

dapat memberikan kecepatan arus yang sedang diukur apabila dikalikan dengan

rumus kalibrasi propeler tersebut.

Jenis alat ini yang menggunakan sumbu propeler sejajar dengan arah arus

disebut Ott propeler curent meter dan yang sumbunya tegak lurus terhadap arah

arus disebut Price cup current meter.Peralatan dengan sumbu vertikal ini tidak

peka terhadap arah aliran.

Cara pemakaian:

Ott current-meter dapat digunakan baik dengan digantung pada kabel/tali

maupun pada tiang. Cara yang pertama dapat dilaksanakan pada pengukuran di

sungai maupun di muara sungai, sedangkan cara kedua dapat dipakai pada

pengukuran di kanal yang kecil atau digantung di jembatan.


(a) (b)
(J
Gambar 4. (a) Cup current meter dan (b) Propeler current meter
(sumber:https://perhubungan2.wordpress.com/2012/01/16/pengukuran-
kecepatan-aliran-sungai/)

Metode pengukuran kecepatan aliran di sungai:

a. Metode satu titik

Metode ini digunakan untuk sungai yang dangkal dengan mengukur pada

kedalaman 0,6 h. Kecepatan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

V = V0,6

Gambar 5. Metode 1 titik


(Sumber:https://perhubungan2.wordpress.Com/ 2012/01/16/
Pengukuran-kecepatan-aliran-sungai/)
Metode dua titik

a titik

Gambar 6. Metode 2 titik


(Sumber:https://perhubungan2.wordpress.Com/ 2012/01/
16/ Pengukuran-kecepatan-aliran-sungai/)
Pengukuran dilakukan pada kedalaman 0,2 h dan 0,8 h. Kecepatan rata-rata

dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

c. Metode tiga titik

d. Metode lima titik

H. Analisa Pengukuran Data

Spline kubik adalah metode aproksimasi dengan melakukan interpolasi pada

titik-titik x yang terletak antara dua titik x j dan xj+1 dengan mengasumsikan

fungsinya berbentuk polinomial pangkat tiga. Setiawan (2007) menggunakan

metode interpolasi spline kubik dalam menghitung debit sungai berdasarkan pada

pengukuran kecepatan arus sungai dan luas penampang basah yang dicerminkan

oleh jeluk dan lebar air. Pengukuran lebar, jeluk dan kecepatan arus sungai pada

interval tertentu dalam bentuk sketsa disajikan pada Gambar 16.


Gambar 7. Sketsa pengukuran penampang basah dan kecepatan arus sungai
(Sumber : I. Setiawan, Budi. Perbaikan Metode Pengukuran Debit
Sungai Menggunakan Cubic Spline Interpolation.)

Persamaan-persamaan yang digunakan Setiawan (2007) dalam perhitungan

disajikan dibawah ini. Debit sungai (Q) merupakan perjumlahan debit air dari

setiap sel (qi) yang merupakan perkalian antara luas penampang basah sel (ai) dan

kecepatan air (vi) dalam sel tersebut, atau dapat dituliskan dalam bentuk

persamaan sebagai berikut:


m
Q=∑ qi
i=1

m
¿ ∑ a i . v i … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .. ..(1)
ai

Interpolasi spline kubic digunakan untuk mencari fungsi kontinyu yang

menghubungkan antara lebar dan dalam sungai. Fungsi ini berbentuk:

d i ( x ) A=α i + β i ( x−x i) + γ i ( x−x i )2 +δ i ( x−x i )3 untuk x i ≤ x

≤ xi +1 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … ..(2)

Dimana, α, β, γ dan δ masing-masing adalah koefisien yang dihitung sebagai

berikut:

α i=f ( x i ) ; untuki=0 ,1 , … … … … . , m… … … … … … … … … … … … ( 3 )
α i+1 −α i 1
β i= ( )
− ( x −x ) ( γ −γ ) ;
x i+1 −x1 3 i+1 i i+1 i

untuk =0 , 1 ,… , m−1 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …. (4)

γ i=z i−μi γ i+1 ; untuki=0 , 1 , … ., mdan γ m

¿ 0 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .(5)

1 γ i+1−γ i
δ i= (
3 x i+1 −x1 )
; untuki

¿ 0 , 1 ,… , m−1 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …..(6)

1
z i= ❑ −( xi −x i−1 ) z i−1 }; untuki=1,2 , … , m−1dan z 0=z m
li { i

¿ 0 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .(7)

1
μi= ( x i+1 −xi ) ; untuki=1, 2 … , m−1 dan μ i=0 … … … … … ..(8)
li

l i=2 ( x i+1−x i−1 ) ( xi −xi −1 ) μi−1 ; untuki=1,2 … , m−1 dan, l i

¿ 1 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (9)

3 {α i+1 ( x i−x i−1 )−α i ( x i+1−x i−1 ) +α i−1 ( x i+1−x i ) }


❑i= … … … ( 10 )
( x i−x i−1 ) ( x i+1−x i )
untuki=0 ,1 , … .. … , m−1

Luas penampang sel dihitung dengan mengintegrasikan Persamaan 2 di

antara batasnya:
x i+ 1

a i=∫ hi ( x ) dx … … … … … … … . … … … … … … … … … … … … … … ..(11)
xi
Perimeter penampang sel dapat dihitung dengan melakukan integral garis

pada Pers.2 di antara batasnya


x i+ 1

pi=∫ √ 1+d 'i ( x )2 dx … … … … … … .… … … … … … … … … … … …(12)


xi

Integrasi Pe rsamaan 11. dan Pers amaan 12. lebih efektik bila dilakukan

secara numerik, misalnya disini digunakan metode Adaptive Quadrature. Metode

ini merupakan perbaikan dari metode Composite Sympson. dimana ukuran sel-sel

bisa berubah selama proses perhitungan agar kesalahan yang terjadi berada pada

kisaran yang ditoleransi.

Selanjutnya, kecepatan rata-rata sungai (V), dapat dihitung dengan membagi

debit sungai (Q) dengan luas penampang basah sungai (A).

Q
V= , … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .(13)
A

Formula Manning digunakan untuk menghitung kemiringan hidrolika (S) dan

kekasaran dasar (n) sungai secara simultan bila terdapat lebih dari satu data

pengukuran. Formula Manning mengacu persamaan sebagai berikut

1
V = R 2/ 3 S1 /2 , … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .(14 )
n

Dimana, R adalah radius hidrolika yang merupakan luas penampang basah

dibagi perimeter basah sungai (P).

A
R= … … ..… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .(15)
P

Bila hanya terdapat satu data pengukuran, nilai n dapat diambil dari tabel

angka kekasaran permukaan dasar sungai, dan S langsung diperoleh dai

Persamaan 14.
Kurva debit (rating curve) menyajikan hubungan antara tinggi muka air dari

dasar sungai, H, dengan debit sungai, Q. Data H-Q dapat dihitung menggunakan

Pers.14 dengan nilai n dan S konstan untuk berbagai R berdasarkan pada H, yang

merupakan kebalikan dari dalam sungai, D. Untuk menghitung A dan P pada

Pers.15 memerlukan interval batas, yaitu jarak terdekat dan terjauh permukaan air

sungai, atau Xmn dan Xmx. Interval batas ini dapat dihitung menggunakan fungsi

balik (inverse function) Persamaan 2 secara numerik dengan metode Newton-

Raphson.

a. Metode pengukuran

1) Debit

Debit (discharge) atau besarnya aliran sungai (stream flow) adalah volume

aliran yang mengalir melalui suatu penampang melintang sungai persatuan waktu.

Pada dasarnya pengukuran debit adalah pengukuran luas penampang basah,

kecepatan aliran dan tinggi muka air. Rumus umum yang biasa digunakan adalah :

Q=AxV

dengan

Q = debit (m3/det)

A = luas penampang basah (m2)

V = kecepatan aliran rata-rata pada luas bagian penampang basah (m/det).


Pengukuran debit dapat dilaksanakan secara langsung (direct) atau tidak

langsung (indirect). Pengukuran debit dikatakan secara langsung apabila

kecepatan alirannya secara langsung dengan alat ukur kecepatan aliran, antara lain

diukur dengan :

1. Alat ukur arus (current meter)

2. Pelampung (float), dan

3. Zat warna (dilution)

Pengukuran debit dikatakan secara tidak langsung apabila kecepatan

alirannya tidak diukur langsung, akan tetapi dihitung, antara lain berdasarkan

rumus :

1. Manning

2. Chezy, dan

3. Darcy Weisbach.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi yang diambil untuk melakukan penelitian ini terletak di sungai Pappa

yang termasuk Daerah Aliran Sungai (DAS) Bontocinde, secara administrasi

berada di Pattene Kecamatan Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar

provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis terletak di 119o28’25” bujur timur dan

5o24’27 lintang selatan, sebelah utara dari kota Makassar yang berjarak ±36 Km

dan ±12 Km dari ibu kota Kabupaten Takalar, Penelitian ini dilakukan dengan

estimasi waktu yang di rencanakan ±3 bulan, dilaksanakan pada bulan September

2020 sampai November 2020 dimulai dari kegiatan persiapan sampai pelaksanaan

penelitian dan analisis data.


Gambar 7. Peta lokasi penelitian

B. Jenis Penelitian dan Sumber Data

Jenis penelitian ini yang digunakan adalah Case Study and Field Researc

(penelitian kasus dan penelitian lapangan) dimana peneliti memusatkan perhatian

kepada suatu kasus secara intensif dan terperinci mengenai latar belakang keadaan

sekarang yang dipermasalahkan. Dengan tujuan untuk mempelajari secara intensif

tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan sesuatu.

Pada penelitian ini akan menggunakan dua sumber data yakni :

1. Data Primer data yang didapat langsung dari lapangan dengan cara peninjauan

langsung ke lokasi penelitian. Data – data primer diperoleh berupa pengukuran

kecepatan aliran, kedalaman sungai dan observasi langsung di Sungai Pappa.


2. Data Sekunder yakni data yang diperoleh dari literatur dan hasil pengambilan

data-data dari sumber-sumber lain. Data – data sekunder berupa peta topografi

sungai dari google earth,

C. Alat Yang Digunakan

1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini :

a. Current Meter

b. Perahu

c. Kamera

d. Laptop atau Komputer

2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

a. meter

b. Tali

D. Prosedur Penelitian

1. Pengukuran Kecepatan Aliran

Kecepatan aliran suatu sungai pada suatu penampang saluran tidak sama,

kecepatan aliran sungai ditentukan oleh bentuk aliran, geometri saluran dan

faktor-faktor lainnya. Kecepatan aliran sungai di peroleh dari rata-rata kecepatan

aliran penampang sungai tersebut. Idealnya, kecepatan aliran rata-rata di ukur

dengan menggunakan alat Current meter. (Ahmad Nurhadi, Akhmad Marsuki,

Luki Wicaksono, dan Yacob.R.A. 2015).

Adapun langkah-langkah yang di lakukan dalam penelitian adalah sebagai

berikut :
a. Mempersiapkan peralatan

b. Pilih lokasi pengukuran pada bagian Sungai Pappa

c. Pemasangan patok pada setiap titik yang telah di tentukan.

d. Kalibrasi semua peralatan yang akan di gunakan khususnya alat ukur

kecepatan.

e. Melakukan pengukuran lebar sungai. Pengukuran tersebut di lakukan pada tiga

penampang sungai yaitu lurusan, belokan dan setelah belokan.

f. Pengukuran di lakukan dengan menggunakan mobilisasi perahu. Kemudian

mengukur kedalaman sungai dengan menggunakan tali dan meteran. Setelah

itu mengukur kecepatan aliran dengan menggunakan alat Current Meter.

Pengukuran pertama di lakukan di bagian lurusan sungai, di mana pengukuran

tersebut di bagi menjadi lima titik. Dan setiap titik kami mengambil data

kecepatan aliran pada bagian dasar, tengah dan permukaan air sungai.

Begitupun pada bagian pengukuran belokan dan setelah belokan sungai.


2. Bagan Alur Penelitian

mulai

Studi Literatur

Survey Lapangan

Persiapan alat dan bahan

Pengambilan Data

Data primer : Data sekunder :

1. Kedalaman sungai 1. Peta Sungai


2. Kecepatan aliran Pappa
3. Lebar Sungai
Pengolahan data-data yang diperoleh Ya
langsung dari lapangan serta data-
data sekunder yang di dapatkan.

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 8. Bagan Alur (Flow Chart) Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahid, 2009. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Debit Sungai


Mamasa, jurnal SMARTek, Vol.7, 3, Agustus 2009: 204-218.
Ahmad Nurhadi, Akhmad Marsuki, Luki Wicaksono, dan Yacob.R.A. 2015. Studi
Debit Aliran Pada Sungai Antasan Kelurahan Sungai Andai Banjarmasin
Utara, jurnal POROS TEKNIK, Vol.7 No.1 juni 2015:1-53.
Amir. 2014. Studi Alternatif Pengendalian Banjir Kota Takalar, Vol. 12 Nomor 1,
Januari 2014
Badan Pusat Statistika, 2012. Buku Putih Sanitasi. Kabupaten Takalar.
Bambang triatmodjo,2008. Morfologi Sungai, penerbit Gajah Mada University.
Yogyakarta.
Burhan Barid, Muhammad Yacob. 2007. Perubahan Kecepatan Aliran Sungai
Akibat Perubahan Pelurusan Sungai, jurnal Ilmiah Semesta Teknika,
Vol.10,No.1, 2007:14-20.
Chay Asdak, 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, penerbit
Gajah Mada University. Jogyakarta.
Fathona, F.J. 2014. Analisis Distribusi Kecepatan Aliran Sungai Musi (Ruas
jembatan Ampera sampa dengan Pulau Kemaro), jurnal Teknik Sipil dan
Lingkungan. Vol.2.No.3,2014.
Fatmawati, 2016. Analisis Sedimentasi Aliran Sungai Batang Sinamar Bagian
Tengah di Kenagarian Koto Tuo Kecamatan Harau Kabupaten 50 Kota,
jurnal Geografi, Vol.8 No.2-2016.
Indra.S.P. 2015. Studi Pengukuran Kecepatan Aliran pada Sungai Pasang Surut,
jurnal INFO TEKNIK. Vol.16 No.1 juli 2015(33-46).
Sarjito, Subroto, Arif Kurniawan. 2016. Studi Distribusi Aliran Melalui
Pengecilan Saluran Secara Mendadak Dengan Belokan Pada Penampang
Segi Empat, jurnal Ilmiah Teknik Mesin. Vol. 17 No.1 januari 2016:8-22.
Suwarno, 1991. Hidrometri pengukuran sungai, penerbit Nova. Bandung.
Trianti Anasiru. 2005. Analisis Perubahan Kecepatan Aliran pada Muara Sungai
Palu, jurnal SMARTek, Vol.3,No:.mei 2005:101-112.

Anda mungkin juga menyukai