Garuda 1281257
Garuda 1281257
(37-50)
Abstrak:
Pembahasan utama pada makalah ini adalah keberadaan Baitul
Mal sebagai pelopor utama dalam bidang keuangan yang sesuai
dengan shariat Islam. Baitul Mal tidak hanya sebagai lembaga yang
mengatur pemasukan uang negara, namun juga memiliki tugas
yang begitu penting dalam pendistribusian uang hasil negara yang
tersimpan di Baitul Mal, agar harta-harta tersebut dapat diterima
oleh orang-orang yang berhak menerimanya. Dengan makalah ini,
penulis menjelaskan secara singkat mengenai sumber pendapatan
dan manajemen Baitul Mal yang dimulai sejak zaman Rasulullah
SAW hingga pada masa pemerintahan Khulafau al-Rashidin.
Keberadaan Baitul Mal ini bertujuan untuk mencapai salah satu
tujuan dari negara, untuk menegakkan sistem kenegaraan yang
berkenaan dengan pelaksanaan kewajiban muslim, seperti salat,
zakat dan sebagainya.
37
Asy-Syari’ah, Volume 5, Nomor 2, Juni 2019
PENDAHULUAN
Islam dalam perjalanan sejarahnya banyak mengukir prestasi yang
gemilang. Pada masa kejayaannya Islam menjadi mercusuar peradaban
dunia, baik dalam aspek sosial, ekonomi, budaya, politik maupun ilmiah.
Dan hebatnya, semua aspek tersebut mendunia karena berbalut shariat
yang bersumber dari al-Qur’an, al-Sunnah, dan fatwa para ‘alim ulama’.
Bahkan banyak konsep pengelolaan negara ala kaum muslimin tersebut
yang kemudian menjadi inspirasi banyak ilmuwan dan negarawan dari
generasi-generasi sesudahnya.
Negeri-negeri Islam pada zaman pemerintahan Khulafau al-
Rashidin, Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyyah dan Dinasti Utsmani
dikenal sebagai negeri yang makmur. Kesenjangan antara si kaya dan
si miskin tidak terlihat mencolok, karena pemerataan ekonomi yang
cukup baik. Dan salah satu pilar terpenting yang menopang pilar
ekonomi tersebut, tanpa menafikan adanya kebocoran yang merupakan
kesalahan manusiawi adalah system pengelolaan keuangannya yang
dikelola berdasarkan shari’at yang bermuara di lembaga Baitul Mal.
Dalam hal ini, penulis ingin membahas tentang sejarah
perkembangan baitul Mal pada masa Rasulullah SAW dan Khulafau
al-Rashidin, yang mana baitul Mal memiliki peran sangat penting dalam
mewujudkan peradaban manusia yang Islami khususnya dalam bidang
ekonomi berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
PEMBAHASAN
38
Moh. Ahyar Maarif, Baitul Mal pada Masa Rasulullah Saw ... (37-50)
39
Asy-Syari’ah, Volume 5, Nomor 2, Juni 2019
40
Moh. Ahyar Maarif, Baitul Mal pada Masa Rasulullah Saw ... (37-50)
Al-Hafidz Jalaluddin Al-Suyuthi, Tarikh Khulafa’, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), 74.
7
Philip K. Hitti, History Of The Arabs, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta,
8
2006), 219.
41
Asy-Syari’ah, Volume 5, Nomor 2, Juni 2019
9
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, (Yogyakarta: UII
Press, 2004), 60.
10
Busthanul Arifin, dkk, Ensiklopedi Hukum Islam, 186.
11
Busthanul Arifin, dkk, Ensiklopedi Hukum Islam, 186.
12
Busthanul Arifin, dkk, Ensiklopedi Hukum Islam, 186.
42
Moh. Ahyar Maarif, Baitul Mal pada Masa Rasulullah Saw ... (37-50)
43
Asy-Syari’ah, Volume 5, Nomor 2, Juni 2019
menggariskan bahwa salah satu hak yang penting bagi setiap orang
ialah bahwa orang yang tidak memiliki apa-apa harus dipenuhi
keperluan hidupnya. Diantaranya fakir miskin dan orang yang
meminta-minta, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an
surat adz-Dzariat ayat 19, yang berbunyi:
Artinya: Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin
yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.
44
Moh. Ahyar Maarif, Baitul Mal pada Masa Rasulullah Saw ... (37-50)
20
Busthanul Arifin, dkk, Ensiklopedi Hukum Islam, 188.
21
Yahaya dan Ahmas Jelani Halimi, Sejarah Islam, (Shah Alam: Fajar Bakti SDN.
BHD, 1995), 173-174.
22
Hasan Muarif Ambary, dkk, Ensiklopedi Islam, (Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1999), 223.
45
Asy-Syari’ah, Volume 5, Nomor 2, Juni 2019
harta seorang budak yang lari dan harta yang ditemukan dari
perampok yang tertangkap. 2) harta dari orang murtad. 3) tanah
atau perkebunan yang pemiliknya telah meninggal dan tidak ada
orang yang akan mewarisinya.23
46
Moh. Ahyar Maarif, Baitul Mal pada Masa Rasulullah Saw ... (37-50)
25
M. Shiddiq Al Jawi, “Baitul Maal Tinjauan Historis dan Konsep Ideal” dalam
http://msi-uii.net/baca.asp?katagori=rubrik&menu=ekonomi&baca=artikel&
id=75, (04 Februari 2011).
26
Hasan, dkk, Ensiklopedi Islam, 224.
47
Asy-Syari’ah, Volume 5, Nomor 2, Juni 2019
KESIMPULAN
1. Baitul Mal sesungguhnya bukanlah lembaga privat atau swasta
yang hanya menangani sebagian aspek kegiatan ekonomi umat,
melainkan sebuah lembaga yang mengurusi segala pemasukan dan
pengeluaran dari negara Islam (Khilafah).
2. Tujuan pendirian Baitul Mal adalah untuk membantu pemerintah
dalam menegakkan keadilan, menghancurkan kesewenang-
wenangan dan menegakkan sistem yang berkenaan dengan
pelaksanaan kewajiban. Selain itu, untuk mengorganisir pendapatan
dan pengeluaran keuangan negara serta pendistribusiannya kepada
orang-orang yang berhak menerimanya.
3. Gagasan konsep Baitul Mal yang ideal haruslah merujuk kepada
ketentuan syariah, seperti dalam hal sumber pendapatannya. Sumber
pendapatan Baitul Maal diantaranya adalah zakat, fai’, jizyah, kharaj,
usyur, ghanimah, harta warisan orang yang tidak memiliki ahli waris,
barang tambang, harta shuf’ah, waqaf, harta yang ditinggal lari oleh
pemiliknya, dan harta orang murtad.
4. Manajemen Baitul Mal pada masa Rasulullah Saw hanya berupa
suatu lembaga yang menampung dan membagikan harta-harta
kaum muslimin, dan belum memiliki tempat khusus. Baitul Mal
dikelola secara intensif pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab,
dengan dibangunnya Diwan-Diwan yang digunakan untuk tempat
menyimpan harta-harta kaum muslimin. Umar juga memberikan
27
Mumbasithoh, “Ekonomi Islam”, dalam http://mumbasitoh.4t.com/ custom4_2.
html.
28
Busthanul Arifin, dkk, Ensiklopedi Hukum Islam, 189.
48
Moh. Ahyar Maarif, Baitul Mal pada Masa Rasulullah Saw ... (37-50)
gaji terhadap para pegawai Baitul Maal, pejabat negara dan pasukan
perang Muslimin.
5. Dampak positif dari keberdaan Baitul Mal yang masih dapat
dirasakan hingga saat ini adalah keberadaan Bank Shari>’ah sebagai
lembaga penyeimbang keuangan masyarakat diantara bank-bank
konvensional lainnya. Selain itu, Baitul Mal saat ini berkembang
menjadi Baitul Mal wa al-Tamwil.
49
Asy-Syari’ah, Volume 5, Nomor 2, Juni 2019
DAFTAR PUSTAKA
Ambary, Hasan Muarif, dkk, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru
Van Hoeve, cet VI, 1999.
Dahlan, Abdul Aziz dkk, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT Ichtiar
Baru Van Hoeve, cet V, 2001.
Firdaus Al-Hisyam, Kamus Lengkap 3 Bahasa Arab Indonesia Inggris,
Surabaya: Gitamedia Press, 2006.
Hitti, Philip K., History of The Arabs, Terjemahan oleh R. Cecep Lukman
Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, Jakarta: Serambi, cet. II, 2010.
http://faridmaruf.wordpress.com/2007/01/12/baitul-mal-tinjauan-
historis-dan-konsep-idealnya/
http://msi-uii.net/baca.asp?katagori=rubrik&menu=ekonomi&baca=
artikel&id=75
http://mumbasitoh.4t.com/custom4_2.html
http://telagaalkautsar.multiply.com/contacts
Mawardi (al), Imam, Al-Ahkam Al-Sult}aniyyah terj. Fadli Bahri,
Jakarta: Darul Falah, 2007.
Ridwan, Muhammad, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT),
Yogyakarta: UII Press, 2004.
Suyuthi (al), Al-Hafidz Jalaluddin, Tarikh Khulafa’, Beirut: Dar al-Fikr,
t.th.
Yahaya, Sejarah Islam, Shah Alam: Fajar Bakti SDN BHD, 1995.
Zallum, Abdul Qadim, Al-Amwal Fi Daulati al-Khilafah, Beirut: Dar al-
‘Ilmi li al-Malayin, 1983.
50