Anda di halaman 1dari 14

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan tanda dan gejala demam, nyeri otot, nyeri
sendi disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia Dewi, (2013).
Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue tipe DEN 1, DEN 2, dan DEN 4. Virus tersebut
termasuk dalam group B Arthopod borne virus (arboviruses) Chen dkk (2009)
dalam Shelly (2015).
Jadi kesimpulan menurut penulis adalah Dengue Hemmorhagic Fever
(DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue tipe DEN 1,
DEN 2, dan DEN 4 dengan tanda dan gejala demam, nyeri otot, nyeri sendi disertai
lekopenia, limfadenopati, trombositopenia yang ditularkan melalui air luir gigitan
nyamuk saat menghisap darah manusia.

2. Tanda dan Gejala


Menurut Sudarto 1996 tanda dan gejala Dengue Hemmorhagic Fever (DHF)
adalah:
a. Demam tinggi, 1-7 hari pertama.
b. Eritema di daerah wajah, leher dan wajah.
c. Perdarahan di kulit, epistaksis, hematemesis, ptekie, ekimosis, dan perdarahan
gusi.
d. Nyeri perut.
e. Nyeri hebat pada otot dan tulang.
f. Sakit kepala, mual, muntah dan anoreksia.
g. Hepatomegali, splenomegali.

Tanda dini infeksi dengue yaitu :

a. Demam tinggi.
b. Trombositopenia.
c. Hematokrit meningkat.
Tanda-tanda atau fase syok adalah :

a. Biasanya terjadi pada hari ke 4-5.


b. Suhu menurun.
c. Nadi cepat.
d. Hipotensi.
e. Leukopeni < 5.000/mm3.

3. Klasifikasi
Menurut Suriadi (2010) dalam Dwi (2013) derajat penyakit DHF diklasifikasikan
menjadi 4 golongan, yaitu :
a. Derajat I : demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji
tourniquet positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II : sama dengan derajat I, ditambah gejala perdarahan spontan.
c. Derajat III : ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah
dan cepat (> 120 x/mnt) tekanan nadi sempit (< 120 mmHg).
d. Derajat IV : nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur.

4. Patofisiologi
Patofisiologi DHF menurut Sunarto (1991) adalah:
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti,
maka terjadi viremia yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh/demam, sakit
kepala, mual/muntah, nyeri uluhati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, nyeri otot,
sendi, lemah, kelainan yang mungkin terjadi pada sistem retikulo endotelial (RES)
seperti pembesaran kelenjar getah bening, limpa dan hati. Pelepasan zat
anafilatoksin, serotonin, histamin dapat meningkatkan permeabilitas dinding
kapiler. Sehingga mengalami ekstravasasi cairan dari intravaskuler ke
ekstravaskuler dan mengakibatkan kebocoran plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi, hipovolemik, efusi pleura, asites kemudian terjadi penurunan
volume plasma diikuti dengan shock/renjatan bila tidak diatasi. Trombositopenia
terjadi karena adanya depresi sumsum tulang dan zat anti trombosit secara
berlebihan, kadar trombosit menurun pada tahap awal dan mencapai puncaknya
pada saat renjatan. Perdarahan kulit terutama disebabkan oleh faktor permeabilitas
dinding kapiler dan trombositopenia, perdarahan hebat dapat terjadi akibat faktor
yang lebih kompleks seperti dinding pembuluh darah yang rapuh dan mudah
pecah, gangguan koagulasi, trombositopenia, terutama pada keadaan renjatan yang
lama dengan komplikasi asidosis metabolik. Pada pasien yang mengalami shock
berat berakibat kurangnya volume plasma mengalami tanda dan gejala : tekanan
darah menurun, nadi lemah, kulit dingin, lembab, sianosis sekitar mulut, bila tidak
segera diatasi akan terjadi anoksia jaringan dan kematian.

5. Fase demam berdarah


Fase demam berdarah atau Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) berdasarkan
Widagdo (2012) dalam Dwi (2013) adalah:
a. Fase Demam
Siklus demam berdarah yang pertama ditandai dengan gejala demam.
Demam yang ditimbukan oleh penyakit demam berdarah dengue ini memiliki
gambaran berupa demam yang mendadak tinggi, tanpa sebab yang jelas,
berlangsung terus-menerus selama 2 sampai 7 hari. Namun demam ini dapat
turun pada hari ke-3 sampai hari ke-5 dan kemudian naik lagi.
Pada fase ini akan mengalami demam tinggi selama 3 hari dan disertai
dengan nyeri kepala hebat, nyeri di belakang bola mata, nyeri otot dan juga
nyeri sendi. Selain itu pada beberapa kasus dapat disertai dengan perdarahan
ringan sampai berat, seperti ruam di kulit, mimisan maupun gusi berdarah,
juga keluhan pencernaan seperti mual dan muntah.
Kondisi tersebut meliputi dehidrasi atau kekurangan cairan yang
ditimbulkan oleh peningkatan metabolisme tubuh dan karena proses radang
yang terjadi. Hal ini sangat rentan terjadi terutama pada anak-anak karena
tubuh mereka yang lebih banyak terdiri dari air. Selain itu, pada anak-anak
juga dapat terjadi penyakit kejang yang disebabkan oleh demam yang terlalu
tinggi.

b. Fase Kritis
Pada fase ini, seorang pasien yang mengalami demam berdarah
Dengue tampak seperti mengalami perbaikan. Hal ini ditunjukkan oleh demam
yang turun sampai normal, disertai keringat dan berkurangnya gejala-gejala
lain seperti yang disebutkan di atas. Akan tetapi pada fase demam berdarah
yang berlangsung pada hari ke-4 hingga hari ke-5 ini akan merasakan
tubuhnya semakin lemas.
Pada fase ini, dalam tubuh kita terjadi proses yang sangat berbahaya
yakni turunnya jumlah sel untuk pembekuan darah (trombosit) disertai dengan
cedera lapisan pembuluh darah yang hebat. Cedera pembuluh darah inilah
yang pada akhirnya akan menyebabkan kebocoran pembuluh darah sehingga
cairan didalam pembuluh darah akan merembes ke jaringan sekitarnya.
Pada fase kritis ini bisa terjadi berbagai bahaya karena kebocoran
pembuluh darah yang hebat dimana bisa membuat organ lain seperti paru-paru
terganggu. Selain itu pada fase ini juga bisa terjadi perdarahan di berbagai
organ dalam, termasuk di otak yang sangat mengancam nyawa. Pada fase
demam berdarah kedua ini, kondisi pasien akan perlahan-lahan memburuk
ditandai dengan kesadaran dan tekanan darah yang menurun, pola nafas yang
tidak teratur, nadi yang melemah dan dingin pada ujung kaki ataupun tangan.
Keadaan ini dikenal dengan istilah syok, dimana syok ini disebabkan karena
hilangnya volume cairan dari dalam pembuluh darah.

c. Fase Pemulihan
Fase penyembuhan terjadi pada hari ke-6 hingga hari ke-7. Keadaan
pasien pada fase ini akan kembali stabil. Pada beberapa orang yang mengalami
penyakit demam berdarah dengan disertai komplikasi berupa syok, setelah
mendapatkan perawatan yang baik akan melewati fase ini. Pada fase ini, tubuh
kita akan menunjukan perbaikan berupa perbaikan tekanan darah, pola nafas,
denyut nadi dan juga penurunan suhu kembali normal. Pada fase pemulihan
biasanya pasien sudah mulai aktif kembali dan nafsu makan perlahan-lahan
mulai meningkat.
Jika digambarkan, ketiga fase demam berdarah tersebut menjadi seperti ini:

Keterangan gambar fase demam berdarah:


Palatelets: Trombosit atau keping darah, bisa diperiksa dengan pemeriksaan darah.
Hematocrit: Persentase sel darah merah terhadap volume darah total.
Viraemia: Banyaknya jumlah virus dalam aliran darah.
IgG/IgM: Antibodi tubuh yang melawan virus dengue, bisa diperiksa dengan
pemeriksaan darah.

6. Komplikasi
Menurut Widagdo (2012) dalam Dwi (2013) komplikasi DBD adalah sebagai
berikut:
a. Gagal ginjal.
b. Efusi pleura.
c. Hepatomegali.
d. Gagal jantung.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik menurut Sudarto (1996) adalah:
a. Laboratorium
Darah Rutin
1) Haemoglobin (Hb) 
2) Hematokrit (Ht) 
3) Trombosit  : < 100.000/mm3.
4) Leukosit 
5) IgG Dengue : positif
6) IgM Dengue : positif
7) SGOT/SGPT : positif
8) Elektrolit
b. USG (Ultrasonografi)
1) Hepatomegali : untuk mengetahui adanya pembesaran di hepar.
2) Splenomegali : untuk mengetahui adanya pembesaran di limfa.
c. Thoraks : untuk mengetahui komplikasi ke paru-paru seperti pleura efusion
akibat plasma yang besar dan masuk ke paru-paru.

8. Therapy dan Penatalaksanaan Medik


Therapy yang diberikan dan Penatalaksanaan medik menurut Sudarto (1996)
adalah:
a. Bed rest
b. Diit lunak, TKTP : tinggi kalori tinggi protein
c. Pemberian minum : sampai 3 liter/hari untuk mencegah hypovolemic syok.
d. Monitor hasil laboratorium terhadap trombosit dan hematokrit.
e. Pemberian transfusi bila terjadi perdarahan hebat.
f. Pemberian infus RL /NaCl 0,9%/Dex 5%, sesuai dengan instruksi medik.
g. Pemberian obat antipiretik, analgetik, antibiotik dan antikoagulan.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
Konsep Asuhan Keperawatan menurut Doengoes (2000) adalah:
1. Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
1) Lingkungan tempat tinggal (rumah, selokan bersih/kotor, air got mengalir
atau tersumbat).
2) Tempat penampungan air dibersihkan/tidak, berlumut, jentik-jentik
nyamuk.
3) Banyak nyamuk di lingkungan rumah.
4) Sampah berupa kaleng, botol bekas.
5) Riwayat panas tinggi sebelum dirawat.
6) Keluarga atau orang di lingkungan, yang saat ini terkena demam berdarah.
b. Pola nutrisi metabolik
1) Mual, muntah, anoreksia
2) Sakit waktu menelan
3) Nyeri epigastrik
4) Demam mendadak 2-7 hari.
c. Pola eliminasi
1) Produksi urine < 30 ml/jam
2) Melena
3) Auskultasi peristaltik : hiperperistaltik
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Malaise
2) Suhu 38-40oC selama 2-7 hari
3) Nyeri pada otot dan persendian
4) Klien bedrest
5) Epistaksis
e. Pola tidur dan istirahat
1) Sulit tidur karena nyeri abdomen
2) Tidur terganggu.
f. Pola persepsi kognitif
1) Rasa pegal di seluruh badan, nyeri otot
2) Wajah tampak kemerahan, bintik merah di kulit lengan dan kaki.
3) Pembesaran hati dan nyeri tekan pada uluhati.
4) Gejala perdarahan (ptekie, ekimosis, hematemesis, melena dan epistaksis).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
b. Penurunan cardiac output berhubungan dengan berkurangnya volume cairan
vascular.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi yang kurang.
d. Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
e. Resiko tinggi terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding pembuluh darah.
f. Gangguan aktivitas sehari-hari : perawatan diri (mandi, BAB, BAK)
berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
g. Resiko tinggi kurang volume cairan tubuh dalam intravaskuler berhubungan
dengan berpindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

3. Perencanaan Keperawatan
a. DP. 1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
Hasil Yang Diharapkan :
Suhu tubuh dalam batas normal yaitu : 36-37 oC.
Intervensi :
1) Kaji saat timbulnya demam.
Rasional : Mengidentifikasi pola demam klien.
2) Observasi TTV : TD, N, RR tiap 2-3 jam.
Rasional : TTV merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum klien.
3) Beri kompres di daerah axilla dan lipatan paha.
Rasional : Cara konveksi dalam menurunkan demam.
4) Anjurkan klien banyak minum.
Rasional : Peningkatan suhu mengakibatkan penguapan tubuh sehingga
perlu diimbagi dengan asupan cairan yang banyak.
5) Anjurkan untuk memakai pakaian tipis dan menyerap keringat.
Rasional : Penguapan tubuh dapat menurunkan demam.
6) Beri penjelasan tentang penyebab demam pada klien dan keluarga.
Rasional : Untuk mengurangi kecemasan klien.
7) Laksanakan therapy cairan parenteral dan obat-obatan sesuai dengan
program medik.
Rasional : Untuk mencegah terjadinya syok.

b. DP. 2. Penurunan cardiac output berhubungan dengan berkurangnya volume


cairan vascular.
Hasil Yang Diharapkan :
Cardiac output normal, syok dan perdarahan tidak terjadi.
Jumlah urine > 30 cc.
Intervensi :
1) Beri cairan peroral 2-3 liter.
Rasional : Mencegah terjadinya dehidrasi dan mengganti cairan yang
keluar.
2) Observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam.
Rasional : Untuk mengetahui adanya perubahan secara dini.
3) Awasi tanda-tanda syok.
Rasional : Nadi cepat, hipotensi, leukopeni adalah indikasi awal adanya
syok.
4) Monitor intake dan output cairan.
Rasional : Untuk mengetahui balance cairan tubuh.
5) Beri therapy cairan sesuai dengan program medik.
Rasional : Memenuhi kebutuhan cairan.

c. DP. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


intake nutrisi yang kurang.
Hasil Yang Diharapkan :
Klien mampu menghabiskan porsi makanan yang disediakan.
Intervensi :
1) Kaji kebiasaan makan klien di rumah.
Rasional : Menetapkan dan mengetahui pola makan klien.
2) Sajikan makanan dalam keadaan hangat.
Rasional : Mencegah mual dan meningkatkan selera makan.
3) Beri makanan dalam porsi kecil dan sering.
Rasional : Meningkatkan asupan dan menghindari mual dan muntah.
4) Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui kecukupan/kebutuhan nutrisi.
5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian nutrisi parenteral.
Rasional : Nutrisi ini sangat bermanfaat terutama jika intake peroral
sangat kurang.

d. DP. 4. Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan


trombositopenia.
Hasil Yang Diharapkan :
Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan.
Jumlah trombosit > 150.000/m3.
Intervensi :
1) Kaji adanya keluhan klien.
Rasional : Memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
2) Monitor adanya tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda
tanda klinis seperti epistaksis, ptekie.
Rasional : Deteksi dini tanda-tanda perdarahan.
3) Beri penjelasan pada klien dan keluarga tentang pengaruh trombosit yang
rendah pada klien.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan keluarga dan mengantisipasi
perdarahan.
4) Anjurkan klien untuk banyak istirahat.
Rasional : Mencegah terjadinya perlukaan fisik karena klien lemah.
5) Beritahu cara mencegah terjadinya perdarahan seperti menggunakan sikat
gigi yang lembut, dan menjaga kebersihan mulut.
Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan.
6) Anjurkan keluarga untuk melapor bila ada tanda-tanda perdarahan.
Rasional : Keterlibatan keluarga dengan segera melapor bila terjadi
perdarahan nyata akan membantu klien mendapatkan penanganan sedini
mungkin.
e. DP. 5. Resiko tinggi terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah.
Hasil Yang Diharapkan :
Syok hipovolemik tidak terjadi
Keadaan umum dan TTV dalam batas normal.
Intervensi :
1) Observasi keadaan umum klien.
Rasional : Mengetahui jika terjadi tanda-tanda pre syok/syok sehingga
dapat segera ditangani.
2) Observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam.
Rasional : Penurunan TD dan nadi merupakan tanda terjadinya syok
hipovolemik.
3) Monitor intake output tiap shift dan monitor produksi urine.
Rasional : Mengetahui keseimbangan cairan tubuh, produksi urine yang
lebih pekat dan sedikit menunjukkan klien kekurangan cairan dan
mengalami syok.
4) Monitor kadar Hb, Ht, trombosit sesuai program medik.
Rasional : Mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami
klien.
5) Anjurkan klien/keluarga untuk segera melapor jika ada tanda-tanda
hipovolemik syok seperti warna kebiruan di sekitar mulut, hidung dan
ujung jari-jari, kulit dingin.
Rasional : Keterlibatan keluarga untuk melaporkan bila terjadi
hipovolemik syok sangat membantu untuk segera melakukan tindakan
yang tepat.
6) Baringkan klien dengan posisi datar bila terjadi tanda-tanda hipovolemik.
Rasional : Mencegah kondisi yang lebih parah.
7) Beri therapy O2 sesuai dengan kebutuhan.
Rasional : Membantu oksigenisasi jaringan
f. DP. 6. Gangguan aktivitas sehari-hari : perawatan diri (mandi, BAB. BAK)
berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
Hasil Yang Diharapkan :
Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi.
Klien mampu mandiri bila bebas dari demam.
Intervensi :
1) Kaji hal-hal yang mampu/tidak mampu untuk dilakukan klien.
Rasional : Mengetahui tingkat ketergantungan klien dalam memenuhi
kebutuhannya.
2) Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari sesuai dengan
tingkat keterbatasan klien.
Rasional : Bantuan sangat diperlukan dalam kondisi lemah.
3) Letakkan barang-barang di tempat yang mudah dijangkau.
Rasional : Membantu klien memenuhi kebutuhan sendiri.
4) Bantu klien untuk mandiri sesuai dengan perkembangan kemajuan
fisiknya.
Rasional : Melatih kemandirian, maka klien tidak mengalami
ketergantungan.

g. DP. 7. Resti kurang volume cairan tubuh dalam intravaskuler berhubungan


dengan berpindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Hasil Yang Diharapkan :
Klien tidak mengalami kekurangan volume cairan vaskuler yang ditandai
dengan:
Tanda-tanda vital: TD, N, P, stabil dalam batas normal.
Produksi urine > 30 cc/jam.
Mukosa mulut lembab.
Turgor kulit elastis
Intervensi :
1) Observasi TTV: TD, N, P.
Rasional : Mengetahui secara dini keadaan umum pasien.
2) Observasi adanya tanda-tanda syok: TD, N, P.
Rasional : Membantu menentukan intervensi selanjutnya.
3) Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter/hari.
Rasional : Menambah volume cairan dalam tubuh.
4) Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi.
Rasional : Mengetahui penyebab defisit volume cairan.
5) Beri penyuluhan pada pasien dan keluarga tentang pentingnya cairan bagi
tubuh.
Rasional : Membantu kerjasama antara perawat dan pasien.
6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan parenteral RL 6
jam/kolf 20-21 tetes/menit.
Rasional : Cairan masuk ke dalam pembuluh darah.

C. Discharge Planning
1. Menjelaskan tentang vektor penyebab dan cara berkembang biaknya nyamuk
Aedes Aegypti.Menjelaskan tentang tanda dan gejala awal DHF.
2. Demam tinggi 2-7 hari, mual, muntah, pegal-pegal pada seluruh badan.
3. Menjelaskan pentingnya tindakan pertama bagi penderita DHF, yaitu:
a. Beri penderita banyak minum
b. Kompres hangat saat panas tinggi
c. Segera bawa ke dokter atau puskesmas terdekat
4. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang dilakukan selama penderita
dirawat di RS.
5. Menjelaskan tentang pentingnya mobilitas ringan di tempat tidur selama
penderita tirah baring.
6. Menjelaskan tentang tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh keluarga
yang menderita DHF.
7. Melaksanakan gerakan 3M :
a. Menguras : membersihkan tempat-tempat penampungan air secara teratur
tiap minggu.
b. Menutup : memberi tutup tempat-tempat penampungan air.
c. Mengubur : mengubur barang-barang bekas.
DAFTAR PUSTAKA

Marilynn, Doengoes (2000). Rencana Asuhan Keperawatan , Jakarta, EGC.

Sudarto DT, MH, Ph.D (1996). Penyakit-penyakit Infeksi di Indonesia , Cetakan IV


Jakarta, Widya Medika.

Shelly ZS, (2015). Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Obat pada Pasien DHF (Dengue
Hemorrhagic Fever) di Tinjau dari Penggunaan Antibiotik Di RUKITAL (Rumah
Sakit Angkatan Laut) Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat.

Dwi RS, (2017). Asuhan Keperawatan Anak Dengan DHF (Dengue Hemorrhagic Fever)
Di RSU Dr Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto.

Dwi KD, (2013). Asuhan Keperawatan pada Anak T Dengan DHF (Dengue Hemorrhagic
Fever) Grade II di Bangsal Melati 2C di RSUD Moewardi Surakarta.

Sunarto, Sutaryo, (1991). Patogenesis Demam Berdarah Dengue.Yogyakarta, Fakultas


Kedokteran UGM.

Anda mungkin juga menyukai