TINJAUAN PUSTAKA
a. Demam tinggi.
b. Trombositopenia.
c. Hematokrit meningkat.
Tanda-tanda atau fase syok adalah :
3. Klasifikasi
Menurut Suriadi (2010) dalam Dwi (2013) derajat penyakit DHF diklasifikasikan
menjadi 4 golongan, yaitu :
a. Derajat I : demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji
tourniquet positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II : sama dengan derajat I, ditambah gejala perdarahan spontan.
c. Derajat III : ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah
dan cepat (> 120 x/mnt) tekanan nadi sempit (< 120 mmHg).
d. Derajat IV : nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur.
4. Patofisiologi
Patofisiologi DHF menurut Sunarto (1991) adalah:
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti,
maka terjadi viremia yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh/demam, sakit
kepala, mual/muntah, nyeri uluhati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, nyeri otot,
sendi, lemah, kelainan yang mungkin terjadi pada sistem retikulo endotelial (RES)
seperti pembesaran kelenjar getah bening, limpa dan hati. Pelepasan zat
anafilatoksin, serotonin, histamin dapat meningkatkan permeabilitas dinding
kapiler. Sehingga mengalami ekstravasasi cairan dari intravaskuler ke
ekstravaskuler dan mengakibatkan kebocoran plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi, hipovolemik, efusi pleura, asites kemudian terjadi penurunan
volume plasma diikuti dengan shock/renjatan bila tidak diatasi. Trombositopenia
terjadi karena adanya depresi sumsum tulang dan zat anti trombosit secara
berlebihan, kadar trombosit menurun pada tahap awal dan mencapai puncaknya
pada saat renjatan. Perdarahan kulit terutama disebabkan oleh faktor permeabilitas
dinding kapiler dan trombositopenia, perdarahan hebat dapat terjadi akibat faktor
yang lebih kompleks seperti dinding pembuluh darah yang rapuh dan mudah
pecah, gangguan koagulasi, trombositopenia, terutama pada keadaan renjatan yang
lama dengan komplikasi asidosis metabolik. Pada pasien yang mengalami shock
berat berakibat kurangnya volume plasma mengalami tanda dan gejala : tekanan
darah menurun, nadi lemah, kulit dingin, lembab, sianosis sekitar mulut, bila tidak
segera diatasi akan terjadi anoksia jaringan dan kematian.
b. Fase Kritis
Pada fase ini, seorang pasien yang mengalami demam berdarah
Dengue tampak seperti mengalami perbaikan. Hal ini ditunjukkan oleh demam
yang turun sampai normal, disertai keringat dan berkurangnya gejala-gejala
lain seperti yang disebutkan di atas. Akan tetapi pada fase demam berdarah
yang berlangsung pada hari ke-4 hingga hari ke-5 ini akan merasakan
tubuhnya semakin lemas.
Pada fase ini, dalam tubuh kita terjadi proses yang sangat berbahaya
yakni turunnya jumlah sel untuk pembekuan darah (trombosit) disertai dengan
cedera lapisan pembuluh darah yang hebat. Cedera pembuluh darah inilah
yang pada akhirnya akan menyebabkan kebocoran pembuluh darah sehingga
cairan didalam pembuluh darah akan merembes ke jaringan sekitarnya.
Pada fase kritis ini bisa terjadi berbagai bahaya karena kebocoran
pembuluh darah yang hebat dimana bisa membuat organ lain seperti paru-paru
terganggu. Selain itu pada fase ini juga bisa terjadi perdarahan di berbagai
organ dalam, termasuk di otak yang sangat mengancam nyawa. Pada fase
demam berdarah kedua ini, kondisi pasien akan perlahan-lahan memburuk
ditandai dengan kesadaran dan tekanan darah yang menurun, pola nafas yang
tidak teratur, nadi yang melemah dan dingin pada ujung kaki ataupun tangan.
Keadaan ini dikenal dengan istilah syok, dimana syok ini disebabkan karena
hilangnya volume cairan dari dalam pembuluh darah.
c. Fase Pemulihan
Fase penyembuhan terjadi pada hari ke-6 hingga hari ke-7. Keadaan
pasien pada fase ini akan kembali stabil. Pada beberapa orang yang mengalami
penyakit demam berdarah dengan disertai komplikasi berupa syok, setelah
mendapatkan perawatan yang baik akan melewati fase ini. Pada fase ini, tubuh
kita akan menunjukan perbaikan berupa perbaikan tekanan darah, pola nafas,
denyut nadi dan juga penurunan suhu kembali normal. Pada fase pemulihan
biasanya pasien sudah mulai aktif kembali dan nafsu makan perlahan-lahan
mulai meningkat.
Jika digambarkan, ketiga fase demam berdarah tersebut menjadi seperti ini:
6. Komplikasi
Menurut Widagdo (2012) dalam Dwi (2013) komplikasi DBD adalah sebagai
berikut:
a. Gagal ginjal.
b. Efusi pleura.
c. Hepatomegali.
d. Gagal jantung.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik menurut Sudarto (1996) adalah:
a. Laboratorium
Darah Rutin
1) Haemoglobin (Hb)
2) Hematokrit (Ht)
3) Trombosit : < 100.000/mm3.
4) Leukosit
5) IgG Dengue : positif
6) IgM Dengue : positif
7) SGOT/SGPT : positif
8) Elektrolit
b. USG (Ultrasonografi)
1) Hepatomegali : untuk mengetahui adanya pembesaran di hepar.
2) Splenomegali : untuk mengetahui adanya pembesaran di limfa.
c. Thoraks : untuk mengetahui komplikasi ke paru-paru seperti pleura efusion
akibat plasma yang besar dan masuk ke paru-paru.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
b. Penurunan cardiac output berhubungan dengan berkurangnya volume cairan
vascular.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi yang kurang.
d. Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
e. Resiko tinggi terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding pembuluh darah.
f. Gangguan aktivitas sehari-hari : perawatan diri (mandi, BAB, BAK)
berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
g. Resiko tinggi kurang volume cairan tubuh dalam intravaskuler berhubungan
dengan berpindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
3. Perencanaan Keperawatan
a. DP. 1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
Hasil Yang Diharapkan :
Suhu tubuh dalam batas normal yaitu : 36-37 oC.
Intervensi :
1) Kaji saat timbulnya demam.
Rasional : Mengidentifikasi pola demam klien.
2) Observasi TTV : TD, N, RR tiap 2-3 jam.
Rasional : TTV merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum klien.
3) Beri kompres di daerah axilla dan lipatan paha.
Rasional : Cara konveksi dalam menurunkan demam.
4) Anjurkan klien banyak minum.
Rasional : Peningkatan suhu mengakibatkan penguapan tubuh sehingga
perlu diimbagi dengan asupan cairan yang banyak.
5) Anjurkan untuk memakai pakaian tipis dan menyerap keringat.
Rasional : Penguapan tubuh dapat menurunkan demam.
6) Beri penjelasan tentang penyebab demam pada klien dan keluarga.
Rasional : Untuk mengurangi kecemasan klien.
7) Laksanakan therapy cairan parenteral dan obat-obatan sesuai dengan
program medik.
Rasional : Untuk mencegah terjadinya syok.
C. Discharge Planning
1. Menjelaskan tentang vektor penyebab dan cara berkembang biaknya nyamuk
Aedes Aegypti.Menjelaskan tentang tanda dan gejala awal DHF.
2. Demam tinggi 2-7 hari, mual, muntah, pegal-pegal pada seluruh badan.
3. Menjelaskan pentingnya tindakan pertama bagi penderita DHF, yaitu:
a. Beri penderita banyak minum
b. Kompres hangat saat panas tinggi
c. Segera bawa ke dokter atau puskesmas terdekat
4. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang dilakukan selama penderita
dirawat di RS.
5. Menjelaskan tentang pentingnya mobilitas ringan di tempat tidur selama
penderita tirah baring.
6. Menjelaskan tentang tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh keluarga
yang menderita DHF.
7. Melaksanakan gerakan 3M :
a. Menguras : membersihkan tempat-tempat penampungan air secara teratur
tiap minggu.
b. Menutup : memberi tutup tempat-tempat penampungan air.
c. Mengubur : mengubur barang-barang bekas.
DAFTAR PUSTAKA
Shelly ZS, (2015). Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Obat pada Pasien DHF (Dengue
Hemorrhagic Fever) di Tinjau dari Penggunaan Antibiotik Di RUKITAL (Rumah
Sakit Angkatan Laut) Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat.
Dwi RS, (2017). Asuhan Keperawatan Anak Dengan DHF (Dengue Hemorrhagic Fever)
Di RSU Dr Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto.
Dwi KD, (2013). Asuhan Keperawatan pada Anak T Dengan DHF (Dengue Hemorrhagic
Fever) Grade II di Bangsal Melati 2C di RSUD Moewardi Surakarta.