Jtptiain GDL s1 2006 Niningshol 958 BAB1 - 310 3 - 3
Jtptiain GDL s1 2006 Niningshol 958 BAB1 - 310 3 - 3
PENDAHULUAN
Al-Quran yang bersifat universal dan transenden di satu sisi dan disisi
lain dihadapkan pada sejarah peradaban manusia yang berkembang dinamis,
sehingga diperlukan tingkat kreatifitas dan orisinalitas cara pemahaman dan
penafsiran al-Quran.
Kajian tentang al-Quran akhir-akhir ini menemukan momentum
pengkajian dan bahkan mengindikasikan pengkajian Qur’an sebagai sebuah
tren dan lokomotif wacana pengembangan ilmu keislaman. Bagi kebanyakan
umat Islam al-Quran hanya sebatas teks bacaan sehari-hari setidaknya pada
saat shalat tapi juga diyakini sebagai firman Tuhan. konsekuensinya umat
Islam lalu menempatkan al-Quran sebatas hanya pada wilayah teologis,
dengan menggambarkan al-Quran sebagai suatu yang sakral, mutlak,
transeden, tanpa ada hubungan apapun dengan realitas sejarah.2
1
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran ; Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan
Umat, (Bandung : Mizan, 2003), Cet. XIII, 2003, hlm. 3
2
Dalam posisi semacam ini menurut Muhammad Arkoun, al-Quran menjadi sesuatu
yang tak terpikirkan, Lihat Jurnal Justisia, “Kritik Qur’an ; Strukturalisme, Analisa Historis dan
Kritik Idiologis” , edisi 23, th, XI, 2003, hlm. 2
1
2
Al-Quran telah menunjukkan daya tarik yang luar biasa dalam segala
seginya termasuk kisah-kisah yang ada didalamnya. Kisah-kisah al-Quran
dikatakan menarik karena didalamnya terdapat ayat-ayat mengenai kisah umat
manusia yang bukan hanya menarik bagi orang dewasa, melainkan juga anak-
anak.4
3
M. Quraish Shihab, op.cit. hlm. 9
4
Nunu Achdiat, Seni Berkisah: Memandu Anak Memahami al-Quran, (Bandung :
Remaja Rosdakarya, 1998), hlm. 78
5
Lawrence E. Saphiro, Mengajarkan Emotional Intelligence pada Anak, (alih bahasa ;
Alex Tri Kantjono), (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1997), hlm. 93
6
Abdul Hamid al-Hasyimi, Mendidik Ala Rasulullah, (alih bahasa : Ibn Ibrahim),
(Jakarta : Pustaka Azzam, 2001), hlm. 260
7
A. Hanafi, Segi-segi Kesusasteraan pada Kisah-kisah al-Quran, (Jakarta : Pustaka al-
Husna, 1984), Cet. I, hlm. 20
3
Kisah perjalanan Nabi Musa dalam rangka berguru kepada Nabi Khidir
untuk menuntut ilmu, memiliki proses yang sangat unik dipandang dari dunia
pendidikan. Keunikan tersebut dapat dilihat dari metode yang digunakan oleh
sang guru dalam menyampaikan materi. Disamping itu pendekatan yang
dilakukan dalam memberikan ilmunya yang lebih berpandangan pada filsafat
futurologis.10
8
Abdurrahman an-Nahlawi, Ushulut Tarbiyah wa Asalibuna, terj. Hery Noer Ali,
(Bandung : Diponegoro, 1989), Cet. I, hlm. 17
9
A. Hanafi, op.cit., hlm. 22
10
Filsafat Futurologis menjadikan kurikulum pendidikan sebagai alat yang efektif dalam
menyiapkan bentuk pendidikan yang aplikatif dan apresiatif terhadap perkembangan kebudayaan,
ilmu dan pengetahuan, sehingga pola pendidikan akan lebih mengarah pada usaha preventif
(menjawab persoalan dan dinamika yang telah dan sedang terjadi) sebagaimana yang terjadi saat
ini. Akibatnya, pendidikan senantiasa berada pada posisi tertinggal terhadap akselerasi zaman
yang jauh lebih dinamis. Institusi pendidikan seakan tak mampu memprediksi dinamika yang
4
Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir itu antara lain terekam dalam al-
Quran surat al-Kahfi ayat 60 – 82. Dalam kaitan ini, Nabi Musa AS dengan
proses pendidikan yang dialaminya mempunyai berbagai macam bentuk yang
unik dan terkadang sulit diteladani. Ilmu yang didapatkan beliau melalui
metode yang tergolong sulit untuk seorang utusan yang diberi mukjizat
keilmuan. Karena menurut Sardiman, kalau sudah terjadi suatu poses saling
berinteraksi, antara yang mengajar dan yang belajar sebenarnya berada pada
kondisi yang unik, sebab secara sengaja atau tidak masing-masing pihak
berada dalam suasana belajar.13
akan terjadi, bahkan terpengaruh dengan akselerasi zaman yang demikian mengglobal karena
terkesan pasif. Lihat Pemikiran, Samsul Nizal, Filsafat Pendidikan Islam ; Pendekatan Historis,
Teoritis dan Praktis, (Jakarta : Ciputat Press, 2002), hlm. 60-61
11
Ibnu Katsir Dimisqiy, Tafsir al-Quran al-Adhim, Juz 3, (Beiru Libanon : Dar al-fikr,
1997), Cet. III, hlm. 98
12
Musthafa al-Maraghiy, Tafsir al-Maraghi, Juz XI, (Semarang : Toha Putra, 1988), Cet.
I, hlm. 335
13
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
1996), Cet. VI, 1996, hlm. 21
5
B. Penegasan Istilah
Sebelum penulis menguraikan isi skripsi, maka akan diawali dahulu
dengan memberi penjelasan pengertian berbagai istilah yang ada dari judul
skripsi. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahpamahan interpretasi isi
keseluruhan skripsi.
Adapun penegasan istilahnya seperti tercantum sebagai berikut :
1. Nilai-nilai
Dalam encyclopedia of religion and Ethics, nilai dijelaskan sebagai
berikut : "That values are something supperoded upon the other qualities
of object by the mind, in order to express their relation to its purpose and
acts, and do not in here in objects"14
(Bahwa nilai adalah sesuatu yang ditambahkan pada kualitas suatu obyek
oleh pikiran, dalam rangka untuk mengekspresikan hubungannya dengan
tujuan dan tindakan, tetapi tidak merupakan bagian dari obyek tersebut).
Sedangkan menurut Chabib Thoha, nilai adalah esensi yang
melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia.15
14
James Hastings, Encyclopedia of Religion and Ethic, Vol. XII, (New York : Charles
Scribner's Sons, tt) hlm. 584
15
M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1996), hlm. 62
6
nilai yang berarti sesuatu atau sifat-sifat penting yang berguna bagi
manusia dalam menjalani hidupnya.16
atau kandungan dalam kisah tentang Nabi Musa – Nabi Khidir yang
terdapat dalam surat al-Kahfi ayat 60-82.
16
Daryanto, S.S., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Apollo, 1998), hlm. 156
17
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hlm. 281
7
2. Pendidikan
Dalam istilah bahasa Inggris, pendidikan berasal dari kata
“ education” 18 artinya penggalian ilmu pengetahuan, ide, pendapat,
yang berarti periwayatan berita, peristiwa yang dikisahkan dan berita yang
berurutan.23
18
Hadi Podo dan Joseph, J; Sulivan, Pandai Berbahasa Inggris : Kamus Ungkapan
Indonesia- Inggris, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1999), hlm. 351
19
G. Kartasaputra dan Hartini, Kamus Sosiologi dan Kependudukan, op.cit., hlm. 121
20
Depdikbud, op.cit., hlm. 204
21
R. Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1982),
cet. III, hlm. 257
22
Manna al-Qathan, Mabahits fi Ulumul Qur’an, Muassasah ar-Risalah, (Beirut : 1996),
hlm. 305
23
Muhammad Abdurrahman, Mu’jizatun wa ‘Ajaibu Min al-Quranil Karim, (Beirut :
Darul Fikr), hlm. 159
8
Nabi Musa yang dimaksud dalam kisah ini adalah Musa bin Imran,
Nabi bagi bani Israil yang mempunyai mu’jizat yang nyata dan syari’at
yang terang.25
C. Pokok Permasalahan
Dari latar belakang masalah di atas ada beberapa permasalahan yang
akan dikaji dalam skripsi ini, permasalahan-permasalahan tersebut adalah :
1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan dalam pandangan pendidikan Islam?
2. Bagaimana nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam surat al-Kahfi
ayat 60 – 82?
E. Telaah Pustaka
Kajian yang dibahas dalam skripsi ini dilakukan pada nilai-nilai
pendidikan yang terkandung dalam Q.S. al-Kahfi ayat 60-82. Dari sini
dibutuhkan kajian kepustakaan di mana sepengetahuan penulis belum ada
24
Syaikh Muhammad al-Ghazali, Kasyfa Nata’amala Ma’al Qur’an, terj. Masykur
Hakim, (Bandung : Mizan, 1996), hlm. 68
25
Ahmad Musthafa al-Maraghiy, Juz. 13
9
26
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 36
27
Muh. Nur Ikhwan, Menjelajah Dunia al-Quran, (Semarang: Toha Putra, tt), hlm. 247
10
1. Sumber Data
a. Sumber data primer
Sumber data primer yang penulis gunakan adalah al-Qur'an terutama
ayat-ayat tentang nilai-nilai pendidikan dan tafsirnya. Sehingga
sejumlah kitab tafsir dipergunakan dalam kajian ini adalah bahan data
primer yang digunakan di dalamnya.
b. Sumber data sekunder
Sedangkan sumber data sekunder yang penulis gunakan adalah kitab-
kitab tafsir dan buku-buku yang berbicara tentang topik yang
berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan judul dan pokok
bahasan kajian ini.
2. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini
penulis menggunakan metode telaah kepustakaan. Yaitu meneliti buku
yang ada kaitannya dengan pembahasan skripsi ini. Adapun metode ini
sering disebut library research, yaitu suatu riset kepustakaan.
3. Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data yang telah diperoleh berupa data
kepustakaan dan buku-buku yang berhubungan dengan tema yang dibahas
peneliti menggunakan metode tahlili (analitik).
Metode tahlili adalah suatu metode penafsiran yang berusaha
menjelaskan al-Quran dengan menguraikan berbagai seginya dan
menjelaskan apa yang dimaksudkan oleh al-Quran.27
27
Muh. Nur Ikhwan, Menjelajah Dunia al-Quran, (Semarang: Toha Putra, tt), hlm. 247
12
ayat dan relevansinya dengan surat sebelum dan sesudahnya yang merujuk
pada asbab al-nuzul.28
G. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini dikemukakan; latar belakang masalah, penegasan
istilah, pokok permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan
skripsi, telaah pustaka, metode penulisan skripsi, dan sistematika
pembahasan.
BAB II : KAJIAN TEORITIK TENTANG SISTEM NILAI DALAM
PENDIDIKAN ISLAM
Bab ini mengemukakan tentang; pendidikan Islam baik
pengertian maupun tujuan dan materi pendidikan.
Membicarakan tentang sistem nilai yang meliputi pengertian
nilai dan transformasi nilai.
BAB III : PANDANGAN MUFASSIR TENTANG NILAI-NILAI
PENDIDIKAN DALAM SURAT AL-KAHFI : 60 - 82
Bab ini terdiri dari ; lafadz dan terjemahnya asbab al-nuzul,
munasabah. Tafsir surat al-Kahfi : 60 – 82, isi kandungan ayat
60 – 82.
BAB IV : ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM
NABI MUSA – NABI KHIDIR.
Bab ini berisi; analisis terhadap proses pendidikan yang
terkandung pada surat al-Kahfi ayat 60 – 82.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi; kesimpulan, saran-saran dan kata penutup
28
Ibid., hlm. 248