Nim : 0301193231
Kelas : Pai 6 Semester 4
C.Golongan al-Asy’ariyyah.
Golongan al-Asy’ariyyah didirikan oleh ‘Abu Hasan Ali bin Isma’il al-Asy’ari. Dia dilahirkan
dibasrah dan meninggal dibaghdad. Aliran al-Asy’ariyyah dianggap sebagai golonngan yang
merintis jalan tengah diantara agama dan akal. Pada sisi lain juga mencoba memadukan
diantara Mu’tazilah yang terlampau memberikan kebebasan kepada akal dengan Jabariyah
yang larut dalam dunia kepasrahan yang tidak bertepi.
d) Al-Maturidiyyah
Golongan ini didirikan oleh Abu Mansur Muhammad bin Muhammad al-Maturidi. Dalam
permasalahan Al-Qadha dan Al- Qadr, al-Maturidi terlebih dahulu menjelaskan makna
keduanya secara terperinci, Baginya al-Qadha memiliki beberapa makna:
i. Al-Qadha bermakna bermakna al-Hukm (menghukum) wa al-Qath’u
(memutuskan). Inti semua itu adalah al-khalaqa (menciptakan)
ii. Al-Qadha bermakna al-i’lan (berita) dan al-akhbar (informasi) iii. Al-Qadha
bermakna al-‘Amr (perintah) iv. Al-Qadha bermkna al-Farq (selesai/sempurna)
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa al- Qadha pada dasarnya
adalah hukum, ketetapan dan informasi Tuhan tentang segala sesuatu yang
bersifat azali.
a. Dengan bekerja keras, seseorang bisa memaksimalkan potensi yang ada pada diri baik itu
minat dan bakat, pengetahuan atau pun keterampilan.
b. Kerja keras akan membentuk pribadi seseorang menjadi lebih bertanggung jawab.
c. Bekerja keras akan mengangkat martabat seseorang dan menjauhkannya dari kehinaan
(seperti meminta-minta).
d. Bekerja keras menjadi jalan untuk memperbaiki kualitas hidup juga kesejahteraan.
e. Bagi siswa, dengan bekerja keras akan mampu meraih cita-cita yang diinginkan.
f. Bekerja keras juga akan mendapatkan kemuliaan di sisi Allah SWT sebab kerja keras adalah
perilaku terpuji yang diganjar dengan pahala.
b. Dihormati sesama manusia sebab mereka yang bertanggung jawab adalah pribadi yang jujur
dan amanah.
c. Tidak dikejar rasa bersalah karena gagal melaksanakan apa yang menjadi tanggung
jawabnya.
d. Secara tidak langsung, perilaku bertanggung jawab juga membentuk pribadi seseorang
menjadi lebih disiplin.
1. Pengertian Munakahat
Munakahat berarti pernikahan atau perkawinan. Kata dasar dari pernikahan adalah nikah.
Kata nikah mempunyai persamaan dengan kata kawin. Menurut bahasa indonesia, kata
nikah berarti berkumpul atau bersatu. Dalam istilah syariat, nikah itu berarti melakukan
suatu akad atau perjanjian untuk mengikat diri antara seorang laki-laki dan seseorang
perempuan serta menghalalkan hubungan kelamin antara keduanya dengan dasar suka rela
dan persetujuan bersama, demi terwujudnya keluarga ( rumah tangga) bahagia, yang
diridhoi allah SWT.
2. Hukum Nikah
Menurut sebagian besar ulama,hukum nikah pada dasarnya adalah mubah,artinya boleh
dikerjakan dan boleh ditinggalkan. Jika dikerjakan tidak mendapat pahala dan jika
ditinggalkan tidak berdosa.
Meskipun dmikian, ditinjau dari segi kondisi orang yang akan melakukan pernikahan,
hukum nikah dapat berubah menjadi sunah, wajib, makruh, atau haram, penjelasannya
adalah sebagai berikut:
a.Sunah
b.wajib
C.makruh.
3. Tujuan Pernikahan
Secara umum, tujuan pernikahan menurut islam adalah untuk memenuhi hajat manusia
(pria terhadap wanita atau sebaliknya) dalam rangka mewujudkan rumah tangga yang
bahagia, sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama islam. Apabila tujuan pernikahan yang
bersifat umum itu diiuraikan secara terperinci,
5.Rukun Nikah
Rukun nikah berarti ketentuan-ketentuan dalam pernikahan yang harus dipenuhi agar
pernikahan itu sah. Rukun nikah tersebut ada lima macam akni sebagai berikut:
1) Ada calon suami ,dengan syarat: laki-laki yang sudah berusia dewasa(19 tahun),
beragama islam, tidak terpaksa, atau dipaksa, tidak sedang dalam ihram dalam haji,
dan bukan calon istrinya.
2) Ada calon istri, dengan syarat: wanita yang sudah cukup umur(16 tahun); bukan
perempuan musyrik, tidak dalam ikatan perkawinan dengan orang lain, bukan
mahram bagi calon suami dan tidak dalam keadaan ihram haji atau umrahl.
3) Ada wali nikah, yaitu orang yang menikahkan mempelai laki –laki dengan mempelai
wanita atau mengizinkan pernikahannya.
1) Wali nasab yaitu wali yang mempunyai pertalian darah dengan mempelai wanita
yang akan dinikahkan.
2) Wali hakim yaitu kepala negara yang beragama islam. Di indonesia, wewenang
presiden dilimpahkan kepada pembantunya yaitu menti agama. Kemudian menteri
agama mengangkat pembantunya untuk bertindak sebagai wali hakim yaitu kepala
kantor kepala urusan agama islam yang ada di setiap kecamatan. Wali hakim
bertindak sebagai wali nikah, jika nasab tidak ada atau tidak bisa memenuhi
tugasnya.
Syarat- syarat yang harus dipenuhi oleh seorang wali nikah adalah sebagai berikut:
a. Beragama islam orang yang tidak beragama islam tidak sah menjadi wali
nikah. B. Laki-laki.
d. Bersifat adil.
4) Ada dua saksi. Dua orang saksi ini syaratnya harus beragama islam, laki-laki balig(
dewasa) dan berakal sehat, dapat mendengar , dapat melihat, dapat berbicara, adil,
dan tidak sedang )dalam ihram haji atau umroh.
5) Ada akad nikah yakni ucapan ijab kabul. Ijab adalah ucapan wali ( dari pihak
mempelai wanita), sebagai penyerahan kepada mempelai laki-laki. Qabul adalah
ucapan mempelai laki-laki sebagai tanda penerimaan. Suami wajib memberi mas
kawin ( mahar) kepada istrinya, karena merupakan syarat nikah, tetapi
mengucapkanya dalam
2)Kewajiban istri
• Taat kepada suami dalam batas –batas yang sesuai dengan ajaran agama islam. Adapun
suruhan suami yang bertentangan dengan ajaran agama islam tidak wajib ditaati.
• Memelihara diri sendiri serta kehormatan dan harta benda suami, baik dihadapan atau
dibelakangnya.
• Membantu suami dalam memimpin kesejahteraan dan kebahagiaan rumah tangga.
• Menerima dan menghormati pemberian suami walaupun sedikit, serta mencukupkan nafkah
yang diberikan suami, sesuai dengan kekuatandan kemampuannya, hemat,cermat,dan
bijaksana.