Anda di halaman 1dari 10

1

STUDI KASUS

“KORBAN BROKEN HOME”


Studi kasus ini disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Bimbingan
Konseling
Dosen Pengampu: Siti Nurhayati, M.Pd., CHCom

Disusun Oleh :

Nama : Puspa Anggraini


NIM : 1886206259
No Absen : 15
Kelas : 3E PGSD

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN INDIVIDU

Disusun oleh :

Nama : Puspa Anggraini


NIM : 1886206259
Prodi : PGSD

Telah Disahkan dan disetujui :


Hari : Kamis
Tanggal : 19 Desember 2019

Mengetahui,

Tangerang,15 Desember 2019


Dosen Bimbingan Konseling Mahaklien

Siti Nurhayati, M.Pd. Puspa Anggraini


NBM. NIM: 1886206259

2
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan


KaruniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun
pedoman.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mengalami
kesulitan. Baik itu yang datang dari diri penulis maupun dari luar. Namun
berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan.
Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
kritik dan saran terhadap kesempurnaan makalah ini.

Tangerang, 15 Desember 2019

Penulis

3
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan......................................................................... 2
Kata Pengantar................................................................................. 3
Daftar Isi. .......................................................................................... 4
Latar Belakang................................................................................... 5
Studi Kasus........................................................................................ 6
Daftar Pustaka.................................................................................... 9
PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................. 10
B. Saran....................................................................................... 10

4
LATAR BELAKANG

Istilah broken home biasanya digunakan untuk


menggambarkan keluarga yang berantakan dan biasanya anak-anak
yang broken homebiasanya dikaitkan karena kelalaian orang tua dalam
mengurus anaknya atau keluarganya . Namun, broken home bisa juga
diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan
layaknya keluarga yang rukun, damai dan sejahtera karena sering terjadi
keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan
berakhir dengan perceraian.
Kondisi inilah yang bisa dibilang menjadi pemicu dan membuat
anak menjadi murung, sedih yang berkepanjangan serta malu karena
orang tuanya telah bercerai dan yang paling parah bisa membuat mereka
melakukan hal-hal negatif seperti mulai mencoba rokok, narkoba dan
minuman keras. Hal ini yang akhirnya bisa membuat anak kehilangan
pegangan serta panutan dalam masa transisi menuju kedewasaan. 
Broken home sangat berpengaruh besar pada mental seorang
anak. Hal inilah yang mengakibatkan seorang anak jadi tidak ingin
beprestasi. Hal ini juga merusak jiwa anak secara perlahan-lahan dan
membuat mereka menjadi susah untuk diatur, tidak disiplin dan brutal.
Mereka juga bisa dibilang menjadi pemicu dari suatu kerusuhan karena
mereka ingin mencari simpati dari teman-temannya bahkan dari para
guru. Untuk menyikapi hal ini perlu diberikan perhatian dan pengerahan
yang khusus agar mereka mau sadar dan mau berprestasi.

5
STUDI KASUS

“Korban Broken Home”

Di SD dekat rumah saya, ada salah satu siswa bernama FH yang


sekarang merupakan siswa kelas 6 SD. FH merupakan anak yang cukup
pintar dan rajin, sehingga sering masuk peringkat 5 besar di kelasnya.
Tidak hanya pintar dan rajin, FH juga anak yang aktif dan ceria.
Suatu hari ketika telah memasuki semester awal di kelas 6, FH
berubah. Ia menjadi pasif, sering melamun, dan terlihat selalu murung
seperti tidak semangat sekolah. Semakin hari prestasi FH semakin
menurun, FH sering tidak masuk sekolah tanpa alasan yang jelas.
Wali kelas pun memanggil FH, di ruang guru wali kelas FH
mengajak ngobrol dan menanyakan kenapa akhir-akhir ini FH selalu
murung dan sering tidak masuk sekolah tanpa alasan yang jelas. Awalnya
FH hanya diam, ia tidak mau menceritakan masalah yang sedang
dialaminya. Namun, wali kelas FH terus membujuk agar ia mau
menceritakannya kepada wali kelasnya tersebut. Setelah dibujuk akhirnya
FH mau bercerita.
Setelah FH bercerita, baru diketahui bahwa ternyata orangtua FH
belum lama ini baru saja berpisah, jadi FH merupakan korban broken
home. Ia ikut dengan ibunya, ia tinggal bersama ibu dan adiknya. Tetapi
ibu FH terlilit banyak hutang di rentenir, setiap hari ada saja rentenir yang
datang ke rumahnya untuk menagih hutang. Ibu FH merupakan karyawan
di salah satu pabrik di dekat rumahnya, tetapi uang hasil gaji ibunya
tersebut tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup ibunya, FH, dan adiknya
oleh karena itu ibunya terpaksa meminjam uang ke rentenir karena
ayahnya tidak memberi nafkah untuk ia dan adiknya. Saking banyaknya
hutang, rentenir mengancam bahwa apabila ibunya tidak bisa membayar
hutangnya maka rumahnya akan disita oleh rentenir itu. FH merasa
minder dengan teman-temannya karena ibunya terlilit banyak hutang dan
sering ditagih oleh rentenir, oleh karena itu FH sering tidak tidak masuk
sekolah. Sekalinya masuk sekolah, ia sering melamun di kelas sehingga

6
tidak fokus pada pembelajaran dan menyebabkan prestasi FH menurun.
Dan ternyata penyebab FH sering melamun yaitu karna ia bingung, apa ia
harus ikut tinggal dengan ayahnya atau tetap tinggal dengan ibunya.
Setelah wali kelas menemui FH, kemudian keesokan harinya wali
kelas memanggil ibunya FH untuk datang ke sekolah. Namun karena ibu
FH sibuk bekerja sehingga tidak bisa memenuhi panggilan dari wali kelas
FH itu. Oleh karena itu akhirnya wali kelas mendatangi rumah FH dan
bertemu dengan ibunya.
Di rumahnya wali kelas FH menceritakan kepada ibunya, tentang
apa yang sudah diceritakan oleh FH beberapa waktu lalu. Dan wali kelas
nya memberi tahu kepada ibunya tentang keadaan FH selama di sekolah
akhir-akhir ini, dan ibu FH membenarkannya. Bahwa memang FH belum
bisa menerima keadaan bahwa orang tua nya berpisah, oleh karena itu
semenjak perpisahan orang tua nya FH menjadi pemurung. Ditambah lagi
setelah tau bahwa ibunya terlilit hutang dan rumahnya terancam akan
disita, FH bilang kepada ibunya bahwa ia malu kepada teman-temannya
dan FH menjadi malas sekolah.
Setelah berbicara dengan ibunya, kemudian wali kelas FH pun
menenangkan FH dan memberikan motivasi dan semangat agar FH tidak
minder lagi dan mebujuk agar FH kembali rajin masuk sekolah dan
menjadi anak yang ceria kembali. Kemudian wali kelas juga memberikan
saran ke ibunya agar ibunya membicarakan mengenai hal ini dengan
ayahnya FH, daan agar ayahnya mau membantu membiayai kebutuhan
FH dan adiknya. Sehingga ibunya tidak sampai harus berhutang kepada
rentenir lagi.
- Tindakan guru: guru peduli terhadap siswanya yang mempunyai
masalah, pertama guru mengadakan pertemuan dengan siswa
yang bermasalah kemudian guru mengadakan pertemuan dengan
ibu dan siswa tersebut yang bersangkutan.

- Menurut saya: peran guru disini sudah sangat baik. Guru peka
terhadap siswanya yang mempunyai masalah. Guru mengadakan

7
pertemuan dengan orang tua siswa yang bersangkutan, dan guru
juga memberikan solusi untuk permasalahan yang dialami oleh
siswanya tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai seorang
guru harus peduli dengan keadaan siswanya.

FH merupakan anak yang pandai, aktif, ceria, dan sopan ketika di


sekolah. Sehingga banyak guru yang senang dengannya. Sehingga
sangat disayangkan jika karena masalah ini membuat prestasi FH
menurun dan perilaku FH di sekolah berubah menjadi pemurung.
Karakter Emosi
FH merupakan anak yang baik, pintar dan aktif di sekolahnya. FH selalu
menyembunyikan masalah yang sedang dihadapinya dari orang-orang di
lingkungan sekolahnya termasuk wali kelasnya.

Karakter Ekonomi
Pada saat ibu dan ayahnya belum berpisah, hidup keluarga FH bisa
dibilang cukup terpenuhi segala kebutuhannya. Tetapi pada saat ibu dan
ayahnya berpisah, keluarga FH mengalami kekurangan sehingga ibu FH
terpaksa harus berhutang kepada rentenir.

Karakter Orangtua
Ayah FH selalu bersikap cuek terhadap ia dan adiknya, ayahnya selalu
sibuk bekerja sehingga hubungan denga anak-anaknya menjadi kurang
dekat. Sedangkan ibunya perhatian terhadap anaknya. Tetapi setelah
berpisah, ibunya menjadi sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan FH
dan adiknya, sehingga jarang ada waktu untuk anak-anaknya,

Karakter Religi
Karakter religi keluarga FH bisa dibilang masih kurang religi. Apalagi
orang tua nya berpisah dan sama-sama sibuk bekerja jadi untuk urusan
agama nya masih kurang.

8
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan studi kasus yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa broken home sangat berpengaruhbesar pada mental seorang

anak. Selain itu, broken home juga dapat menyebabkan seorang anak

malas untuk berprestasi. Dan hal itu jug adapat merusak jiwa anak

secara perlahan.

B. Saran

Dalam proses belajar mengajar sebaiknya setiap wali kelas lebih

peka terhadap para siswanya. Jika ada siswanya yang bersikap tidak

biasanya sebaiknya langsung diselidiki apa yang terjadi pada siswa

tersebut.

9
DAFTAR PUSTAKA
Nuraeni, Yeni. 2019. Layanan Bimbingan Konseling di
Sekolah Dasar. Tangerang:UMT Press

10

Anda mungkin juga menyukai