Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PADA PASIEN TRAUMA ABDOMEN

Disusun Oleh

Kelompok 6

I KETUT WIRNATA NIM 202001157

MISMARINA NIM 202001150

NOFLIN NIM 202001183

PROGRAM STUDI NERS


STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
TA. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat Nya penyusun masih diberi
kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN TRAUMA
ABDOMEN” ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah kegawat
daruratan diprogram studi ilmu keperawatan. Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah
sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun
harapkan demi . Kesempurnaan makalah ini dimasa akan datang. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dan semoga
makalah ini dapat di jadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan
masyarakat dan pembaca.
Ucapan trimakasi kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini :
1. Ibu Afrina Januarista selaku dosen pembimbing dalam pemberian materi pengkajian
pada asuhan pasien gawat darurat.
2. Pihak Pimpinan dan manajemen RS Bhayangkara Palu yang telah memberikan ijin
melakukan tindakan pengkajian gawat darurat.

Palu, April 2021

Kelompok 6
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut pada
bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal. Bagian atas
abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis berbatasan
dengan cavitas thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah
dengan cavitas pelvis atau rongga panggul.
Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan membran serosa
yang dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis. Membran ini juha membungkus
organ yang ada di abdomen dan menjadi peritoneum visceralis.Pada vertebrata, di dalam
abdomen terdapat berbagai sistem organ, seperti sebagian besar organ sistem pencernaan,
sistem perkemihan. Berikut adalah organ yang dapat ditemukan di abdomen:
komponen dari saluran cerna: lambung (gaster), usus halus, usus besar (kolon), caecum,
umbai cacing atau appendix; Organ pelengkap dai saluran cerna seper
ti: hati (hepar), kantung empedu, dan pankreas; Organ saluran kemih seperti: ginjal,
ureter, dan kantung kemih (vesica urinaria); Organ lain seperti limpa (lien).
Istilah trauma abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik
akibat kegawatan dirongga abdomenyang biasanya timbul mendadak dengan nyeri
sebagian keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang
seringberu tindakan beda, misalnya pada obstruksi, perforasi atau perdarahan, infeksi,
obstruksi atau strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan
kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.
Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena adanya jejas
yang tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada abdomen dapat disebabkan oleh
trauma tumpul atau trauma tajam. Pada trauma tumpul dengan velisitas rendah (misalnya
akibat tinju) biasanya menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul
velositas tinggi sering menimbulkan kerusakan organ multipel.Aktivitas dalam kehidupan
sehari-hari memungkin seseorang untuk terkena injury yang bisa saja merusak keutuhan
integritas kulit, selama ini kita mungkin hanya mengenal luka robek atau luka sayatan
saja namun ternyata di luar itu masih banyak lagi luka/trauma yang dapat terjadi pada
daerah abdomen.
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya lebih
tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Walaupun tehnik diagnostik
baru sudah banyak dipakai, misalnya Computed Tomografi, namun trauma tumpul
abdomen masih merupakan tantangan bagi ahli klinik. Diagnosa dini diperlukan untuk
pengelolaan secara optimal.Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-
trauma, gejala dan tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga
memerlukan tingkat kewaspadaan yang tinggi untuk dapat menetapkan diagnosis.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum:
Mengetahui lebih lanjut tentang perawatan luka yang dimungkinkan karena
trauma, luka insisi bedah, kerusakan integritas jaringan.

2. Tujuan Khusus:
a. Mengetahui Pengertian Trauma Abdomen.
b. Mengetahui Etiologi Trauma Abdomen.
c. Mengetahui Patofisiologi Trauma Abdomen.
d. Mengetahui Manifestasi Klinis Trauma Abdomen.
e. Mengetahui Penatalaksanaan Trauma Abdomen.
f. Mengetahui Komplikasi Trauma Abdomen.
g. Mengetahui Asuhan Keperawatan Trauma Abdomen.
1) Mengetahui tindakan keperawatan pada pasien dengan trauma abdomen
2) Mengetahui masalah yang mungkin timbul pada pasien dengan trauma abdomen
3) Memenuhi tugas pembuatan makalah pada mata kuliah dalam program S1
Keperawatan
C. METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
penjabaran masalah-masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan dari literatur
yang ada, baik di perpustakaan maupun di internet.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan
tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja, (Smeltzer, 2001).
trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau
tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat
kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi, (FKUI, 1995).

B. ETIOLOGI
Berdasarkan mekanisme trauma, dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh :
a.Luka akibat terkena tembakan
b.Luka akibat tikaman benda tajam
c.Luka akibat tusukan
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh :
a.Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b.Hancur (tertabrak mobil)
c.Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
d.Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah ragaØ

C. PATOFISIOLOGI
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan lalu
lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya
trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor–faktor fisik dari kekuatan tersebut
dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan
obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena
terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi
jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaanyang menghentikan tubuh juga
penting. Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh.
Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya.
Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada
benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut..
Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat
melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam
beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut
dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme:
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari
luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar dapat
mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau
struktur tulang dinding thoraks.
3. Terjadi gaya akselerasi- deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya robek
pada organ dan pedikel vaskuler

Patoflow:
Trauma
(kecelakaan)

Penetrasi & Non-Penetras

Terjadi perforasi lapisan abdomen
(kontusio, laserasi, jejas, hematom)

Menekan saraf peritonitis

Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen→Nyeri

Motilitas usus

Disfungsi usus→Resiko infeksi

Refluks usus output cairan berlebih

Gangguan cairan Nutrisi kurang dari
dan eloktrolit kebutuhan tubuh

Kelemahan fisik

Gangguan mobilitas fisik
(Sumber : Mansjoer, 2001)
D MANIFESTASI KLINIS
1. Trauma tembus (traumaperut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) :
a. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
b. Respon stres simpatis
c. Perdarahan dan pembekuan darah
d. Kontaminasi bakteri
e. Kematian sel
2.Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).
a. Kehilangan darah.
b. Memar/jejas pada dinding perut.
c. Kerusakan organ-organ.
d. Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut.
e. Iritasi cairan usus

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Foto thoraks

Untuk melihat adanya trauma pada thorak

2. Pemeriksaan darah rutin


Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-linedata bila terjadi perdarahan terus menerus.
Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi
20.000 /mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak
kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan
kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase
menunjukkan
kemungkinan trauma pada hepar.
3. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retro perineal dekat
duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine yang
jernih
belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
5. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada
ginjal.
6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut.
Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL inihanya alat diagnostik. Bila ada
keraguan, kerjakan laparatomi
a. Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut :
1) Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
2) Trauma pada bagian bawah dari dada
3) Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
4) Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol, cedera otak)
5) Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang belakang)
6) Patah tulang pelvis
b. Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut :
1) Hamil
2) Pernah operasi abdominal
3) Operator tidak berpengalaman
4) Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan
7. Ultrasonografi dan CT Scan.

Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan disangsikan
adanya trauma pada hepar dan retro peritoneum

Pemeriksaan khusus
1. Abdomonal Paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan adanya
perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari100.000 eritrosit /mm dalam larutan
NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan 100–200 ml larutan
NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi
2. Pemeriksaan Laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber
penyebabnya.
3. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskop

F. PENATALAKSANAAN
1. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa,
harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian. Paramedik mungkin
harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya,
maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada
indikasi. Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas
a. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas menggunakan teknik „head
tilt chin lift‟ atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu,periksa adakah
benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas, muntahan, makanan,
darah atau benda asing lainnya.
b. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara
„lihat –dengar –rasakan‟ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada
napas atau tidak. Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban kecepatan,
ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).
c. Sirculation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak
adekuat, maka bantuan napas dapatdilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi,
lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas
dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas)
Penanganan awal trauma non-penetrasi (trauma tumpul) :
a. Stop makanan dan minuman
b. Imobilisasi
c. Kirim kerumah sakit.
Penetrasi (trauma tajam)
a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya) tidak boleh
dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
b. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan kain kassa
pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah
luka.
c. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak dianjurkan
dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam
tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.
d. Imobilisasi pasien.
e. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
f. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.
g. Kirim ke rumah sakit
2. Hospital
a. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli bedah
yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk menentukan
dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka
keluar yang berdekatan.
b. Skrinning pemeriksaan rontgenFoto rontgen torak tegak berguna untuk
menyingkirkan kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan
adanya udara intra peritonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk
menentukan jalan peluru atau adanya udara retro peritoneum.
c. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning Ini di lakukan untuk mengetauhi
jenis cedera ginjal yang ada
d. Uretrografi.
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra
c. Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing,
contohnya pada :
1) Fraktur pelvis
2) Traumanon –penetrasi
3). Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit :
a. Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan
laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus seperti
pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa, amylase.

b. Pemeriksaan Rontgen

pemeriksaan rontgen servikal lateral, toraks anterio posterior dan pelvis adalah
pemeriksaan yang harus dilakukan pada penderita dengan multin trauma ,
mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal diretro peritoneum
atau udara bebas dibawah diafragma , yang keduanya memerlukan laparatomi
segera.

c. Study kontras urologi dan gastrointestinal


Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah deudenum, kolon ascendens atau
decenden dan dubur .
G. KOMPLIKASI
1. Segera : Hemoragi, syok dan cedera
2. Lambat : infeksi
3. Trombosis Vena
4. Emboli pulmonal
5. Stress ulserasi
6. Pnemunia
7. Tekanan ulserasi
8. Atelektasis
9. Sepsis
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Dasar pemeriksaan fisik „head to toe‟ harus dilakukan dengan singkat tetapi
menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki.
Pengkajian data dasar menurut Brunner & Suddart (2001), adalah :
a.Aktifitas / istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala,nyeri, mulas
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan cedera
(trauma).
b. Sirkulasi
Data Obyektif : Kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas (hipoventilasi,
hiperventilasi, dll).
c. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku / kepribadian (tenang atau dramatis)
Data Obyektif : Cemas, bingung, depresi.
d. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih / usus atau mengalami
gangguan fungsi.
e. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen
f. Neurosensori
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara,vertigo
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan
statusmental, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
g. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang
berbeda, biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
h. Pernafasan
Data Subyektif : Prubahan pola nafas.
i. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru / trauma karena kecelakaan.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif, gangguan rentang gera

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan
b. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen.
c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk.
f. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer,
perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan
kulit. infeksitidak terjadi / terkontro

3. RERENCANAAN KEPERAWATAN

a. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan.


Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan.
Kriteria hasil: Kebutuhan cairan terpenuhi
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda vital
Rasional: untuk mengidentifikasi defisit volume cairan
2) Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
Rasional: mengidentifikasi keadaan perdarahan
3) Kaji tetesan infus
Rasional: awasi tetesan untuk mengidentifikasi kebutuhan cairan.
4) Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
Rasional: cara parenteral membantu memenuhi kebutuhan nuitrisi tubuh.
5) Kolaborasi Tranfusi darah
Rasional: menggantikan darah yang keluar.
b. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen.
Tujuan : Nyeri teratasi
Intervensi :
1) Kaji karakteristik nyeri
Rasional:mengetahui tingkat nyeri klien.
2) Beri posisi semi fowler.
Rasional: mengurngi kontraksi abdomen
3) Anjurkan tehnik manajemen nyeri seperti distraksi
Rasional: membantu mengurangi rasa nyeri dengan mengalihkan perhatian
4) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
Rasional: analgetik membantu mengurangi rasa nyeri.
5) Managemant lingkungan yang nyaman
Rasional: lingkungan yang nyaman dapat memberikan rasa nyaman klien
c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan
Tujuan : Ansietas teratasi
Intervensi :
1) Perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan ketrampilan yang berhasil pada
waktu laluRasional: koping yang baik akan mengurangi ansietas klien.
2) Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan rasa takut dan
berikan penanganan
Rasional: mengetahui ansietas, rasa takut klien bisa mengidentifikasi masalah dan
untuk memberikan penjelasan kepada klien.
3) Jelaskan prosedur dan tindakan dan beripenguatan penjelasan mengenai penyakit
Rasional: apabila klien tahu tentang prosedur dan tindakan yang akan dilakukan,
klienmengerti dan diharapkan ansietas berkurang
4) Pertahankan lingkungan yang tenang dantanpa stress
Rasional: lingkungan yang nyaman dapat membuat klien nyaman dalam menghadapi
situasi
5) Dorong dan dukungan orang terdekat
Rasional: memotifasi kliend.
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : Dapat bergerak bebasIntervensi :
1) Kaji kemampuan pasien untuk bergerak
Rasional: mengidentifikasi kemampuan klien dalam mobilisasi
2) Dekatkan peralatan yang dibutuhkan pasien
Rasional: meminimalisir pergerakan kien
3) Berikan latihan gerak aktif pasif
Rasional: melatih otot-otot klien
4) Bantu kebutuhan pasien
Rasional: membantu dalam mengatasi kebutuhan dasarklien
5) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi.
Rasional: terapi fisioterapi dapat memulihkan kondisi kliene.
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk.
Tujuan: Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
Kriteria Hasil :
1) tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
2) luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi:
1)Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.
Rasional : mengetahui tingkat kerusakan kulit klien
2)Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka
Rasional : mengkaji resiko terjadinya infeksi
3)Pantau peningkatan suhu tubuh.
Rasional : mengontrol tanda-tanda infeksi
4)Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan
steril, gunakan plester kertas.
Rasional : membantuproses penyembuhan luka dan menjaha agar luka kering dan
bersih
5)Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement.
Rasional : memperbaiki keutuhan integritas kulit secara cepat
6)Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.
Rasional : menjaga luka agar tidak terpapar mikroorganisme
7)Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
Rasional : membunuh mikroba penyebab infeks
f. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan
sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.
Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.
Kriteria hasil :
1) Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
2) Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : mengetahui keadaan umum klien
2) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
Rasional : menjaga agar luka bersih dan kering
3) Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti infus, kateter, drainase luka
Rasional : mencegah terjadi infeksi lebih lanjut
4) Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan
leukosit.
Rasional : memberikan data penunjang tentang resiko infeksi
5) Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Rasional : membunuh mikroorganisme penyebab infeksi

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN TRAUMA TUMPUL


ABDOMEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA PALU

A. Pengkajian
1.Identitas Klien
a. Nama : Tn. M
b.Umur : 50 tahun
c.Jenis Kelamin : laki-laki
d.No. RM : 09-07-21
e.Pendidikan : SMA
f.Pekerjaan : Karyawan swasta
g.Agama : Islam
h.Alamat : Jl. Garuda
Tanggal masuk : 21 Maret 2021
Jam Masuk:pukul 20.00 WIB
Tanggal & Jam Pengkajian : 21 maret 20201 jam 21.00 WIB
2. Type rujukan : Datang sendiri, tidak memakai ambulance. Diantar anak klien.
3. Jenis kasus : Kecelakaan. Tidak perlu visum.
4. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. E
Umur : 25 tahun
Alamat : Jl. Garuda
Hubungan dengan klien : anak
5. Diagnosa Medis : Ruptur limfa e.c trauma tembus abdomen
6. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan sakit pada perut sebelah kiri.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien masuk Rumah Sakit ± 1,5 jam yang lalu (± pukul 20.00 WIB). Kronologis
klien: ketika sedang mengendarai sepeda motor, klien mengalami kecelakaan.
Sepeda motor klien ditabrak mobil angkot yang ada di belakangnya saat pulang
kerja dan melaju di Jalan Gajah Mada. Klien terjatuh membentur aspal, tertancap
paku ±10 cm dan sempat pingsan. Klien langsung dibawa ke Rumah Sakit dengan
dijemput anaknya. Klien merasa perut sebelah kiri sakit, mual.
c. Riwayat Keluarga, Keluarga dan klien mengatakan anggota keluarga tidak ada
yang menderita penyakit serupa.
7. Pemeriksaan Fisik:
a.Umum: TD: 140/80 mmHg N: 82 x/ menit S: 37o CRR: 24 x/ menit Keadaan
umum: baik, kesadaran: Compos mentis.Perdarahan: minimal di abdomen kiri atas.
b.Kepala Bentuk simetris, rambut dan kulit kepala tampak cukup bersih. Kepala
dapat digerakkan kesegala arah, pupil isokor, sklera tidak ikhterik, konjungtiva
anemis. Hidung simetris tidak ada secret.
c. Leher Tidak ada kaku kuduk.
d. Paru
1) Inspeksi : bentuk simetris, gerakan antara kanan dan kiri sama
2) Palpasi : fremitus vokal kanan dan kiri sama.

BAB IV
PENUTUPA.
A. KESIMPULAN
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan
tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja.Prioritas keperawatan
tertuju pada menghentikan perdarahan, menghilangkan/ menguranginyeri,
menghilangkan cemas pasien, mencegah komplikasi dan memberikan informasi
tentang penyakit dan kebutuhan pasien. Prinsip–prinsip pengkajian pada
traumaabdomen harus berdasarkan A (Airway), B (Breathing), C (Circulation).Pada
kasus di atas Tn. M mengalami Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi ke
dalam rongga peritonium) akibat luka akibat tusukan. Masalah keperawatan yang
timbul pada klien antara lain: defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan perdarahan intra abdomen; nyeri berhubungan adanya trauma abdomen atau
luka tembus abdomen; resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi
bakteri dan luka tembus abdomen.B.SARANDalam pembuatan makalah ini juga
penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah masi terdapat banyak
kesalahan, kekurangan serta kejanggalan baik dalam penulisan maupun dalam
pengonsepan materi. Utnuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada semua pmbaca
mahasiswa khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan makalah yang
akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
American College of Surgeon Committee of Trauma. 2004. Advanced Trauma Life
Support Seventh Edition. Indonesia: IkabiBrooker, Christine. 2001. Kamus Saku
Keperawatan, Edisi 31. Jakarta: EGCCarpenito, Lynda Jual. 1998. Buku Saku: Diagnosa
Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi 6. Jakarta: EGCCatherino, Jeffrey M.
2003. Emergency Medicine Handbook. USA: Lipipincott WilliamsDorland. 2002. Kamus
Saku Kedokteran. Jakarta: EGCENA (Emergency Nurse Association). 2000. Emergency
Nursing Core Curiculum, 5th. USA

Anda mungkin juga menyukai