Anda di halaman 1dari 5

BUDAYA MAKAN BERSAMA DI TEMPAT KERJA

Tri Andri Pujiyanti


Staf Perawat Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
Email : triandri310@gmail.com

Dunia dikejutkan dengan mewabahnya pneumonia baru yang bermula dari


Wuhan, Provinsi Hubei yang kemudian menyebar dengan cepat ke lebih dari 190
negara dan teritori. Wabah ini diberi nama coronavirus disease 2019 (COVID-19)
yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-
CoV-2)(Susilo et al., 2020). Perkembangan penyebaran COVID-19 terjadi begitu
cepat. Kasus pertama dan kedua COVID-19 diumumkan Pemerintah Pusat pada
tanggal 2 Maret 2020, dan kasus ketiga dan keempat diumumkan pada tanggal 6
Maret 2020. Sementara, Keputusan Presiden (Keppres) No.7/2020 tentang
pembentukan Rapid-Response Team yang dipimpin oleh Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) baru dikeluarkan pada tanggal 13 Maret 20204,
saat jumlah pasien positif COVID-19 di Indonesia tercatat telah berjumlah 69
orang(Vermonte & Wicaksono, 2020).
Berdasarkan data Gugus Tugas COVID-19 Republik Indonesia, per tanggal
26 Januari 2021, jumlah pasien total positif COVID-19 dari 224 negara di dunia
mencapai 98.925.221 orang, dan yang telah meninggal ada 2.127.294 orang. Di
Indonesia, total pasien terkonfirmasi positif COVID-19 sebesar 1.012.350 orang,
dengan pasien sembuh sebesar 820.356 orang dan pasien meninggal sebesar 28.468
orang. Provinsi Jawa Tengah menempati posisi ketiga di Indonesia dalam jumlah
pasien terkonfirmasi positif COVID-19, yaitu sebesar 11.714+1.168 orang,
terkonfirmasi sembuh 102.032+1.155 orang, yang meninggal ada 7.659+112 orang.
Sedangkan Kota Surakarta menduduki posisi kedua puluh di Provinsi Jawa Tengah
dalam jumlah pasien positif COVID-19, yaitu sebesar 2.888 orang(Gugus Tugas
COVID-19, 2021). Secara spesifik, di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta terdapat
kasus terkonfirmasi positif yang masih dirawat 18 orang, isolasi mandiri 4 orang,
sembuh 77 orang dan meninggal 4 orang. Dari data tersebut ada 63 orang adalah
staff Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
Berdasarkan data tersebut, maka semua pihak terkait, baik pemerintah
ataupun masyarakat, semakin terdesak untuk segera mengambil tindakan dalam
melakukan deteksi dini infeksi serta mencegah penyebaran COVID-19. Guna
melawan adanya peningkatan kasus COVID-19, maka berbagai tindakan preventif
mutlak harus dilaksanakan, baik oleh pemerintah ataupun masyarakat. Upaya
preventif sejauh ini merupakan praktik terbaik untuk mengurangi dampak pandemi
COVID-19, mengingat belum adanya pengobatan yang dinilai efektif dalam
melawan virus SARS-CoV-2. Upaya preventif terbaik yang dilakukan adalah
dengan menghindari paparan virus dengan didasarkan pada PHBS (Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat)(Emy, Nugraha, Wisnawa, Agustina, & Diantari, 2020). Untuk
mencapai tujuan ini, langkah-langkah utama yang hendak dilaksanakan masyarakat
seperti penggunaan masker; menutup mulut dan hidung saat bersin ataupun batuk;
mencuci tangan secara teratur dengan sabun atau desinfeksi dengan pembersih
tangan yang mengandung setidaknya 60% alkohol; menghindari kontak dengan
orang yang terinfeksi; menjaga jarak dari orang-orang; dan menahan diri dari
menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang tidak dicuci(Harahap,
2020).
Rumah sakit melalui komite K3RS (Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit ) berupaya untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya pencegahan kecelakan
kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit dengan meningkatkan kesiapsiagaan
menghadapi kondisi darurat atau bencana sesuai dengan standar K3RS(Kementrian
Kesehatan RI, 2016). Upaya lain yang dilakukan adalah deteksi dini status
kesehatan pegawai melalui pengisian google form Self Assessment Mandiri RSJD
Surakarta yang harus diisi oleh setiap pegawai rumah sakit setiap akhir pekan. Hasil
assessment akan ditindaklanjuti oleh komite K3RS berupa klarifikasi dan
konfirmasi status kesehatan yang dilanjutkan dengan pemeriksaan kesehatan di
posko COVID-19 RSJD Surakarta. Komite K3RS bersama PPI dan tim Satgas
Covid rumah sakit juga melakukan sosialisasi dan edukasi PHBS melalui studio
mini rumah sakit yang diputar dua kali setiap hari ( Pagi dan Siang), yang dapat
didengar oleh seluruh pegawai RS, pasien maupun pengunjung. Mereka juga
melakukan analisa penyebab mengapa pegawai RS terpapar COVID-19 melalui
investigasi saat melakukan tracing dan tracking. Hasil tracing adalah beberapa dari
mereka yang terkonfirm karena adanya kontak erat saat makan bersama.
Makan bersama di tempat kerja menjadi budaya di RSJD Surakarta. Makan
bersama merupakan sebuah cara yang efektif untuk bersosialisasi dan mengenal
lebih dalam tentang orang lain. Makan bersama juga memiliki manfaat lain yaitu
dapat meningkatkan produktivitas kerja. Dilansir dari EurakAlert, sebuah penelitian
di Cornell University menemukan bahwa performa dan produktivitas sebuah
kelompok menjadi meningkat ketika mereka makan secara bersama-sama. Kevin
Kniffin selaku peneliti menyebutkan bahwa makan bersama dapat menyebabkan
kedekatan pada sebuah kelompok. Dengan makan bersama maka sebuah kelompok
atau sesama pegawai akan dapat bertukar pendapat serta membicarakan berbagai
hal baik yang berhubungan dengan pekerjaan maupun tidak. Momentum makan
bersama ini penting dimanfaatkan untuk membangun komunikasi yang harmonis
antara pegawai.
Akan tetapi, makan bersama selama masa pandemi ternyata menjadi sumber
penyebaran dan penularan COVID-19. Selama makan bersama, mereka akan
melepaskan masker. Selama makan bersama, mereka melupakan jarak, mereka
makan sambil berbicara, berdiskusi dan bersenda gurau. Mereka lupa bahwa
sumber transmisi utama adalah dari manusia ke manusia. Transmisi SARS-CoV-2
dari pasien simptomatik terjadi melalui droplet yang keluar saat berbicara, tertawa,
batuk atau bersin. Selain itu, telah diteliti bahwa SARS-CoV-2 dapat menyebar
melalui aerosol yang dihasilkan oleh nebulizer selama setidaknya 3 jam.
Semua pegawai RS dan masyarakat sudah mengetahui dan melaksanakan
3M yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan sebagai kebiasaan
baru. Sedangkan makan bersama perlu adanya pembenahan sebagai kebiasaan baru
juga. Makan bersama di tempat kerja perlu diatur tata caranya, yaitu; tetap mencuci
tangan memakai sabun sebelum dan sesudah makan, makan bergantian/bergiliran,
lebih baik makan terpisah sekat/dinding ruangan. Jika terpaksa makan bersama
karena jam makan terbatas maka saat makan harus tetap menjaga jarak, tidak
berhadapan langsung, mengurangi berbicara, berdiskusi dan bercengkerama.
Komite K3RS, PPI, Satgas Covid bekerja sama mendukung Pihak
manajemen RS juga melaksanakan dukungan Psikososial yang disebut “Sonjo
Konco” atau berkunjung ke teman melalui zoom meeting yang dilakukan setiap 2
minggu sekali. Kegiatan ini memberikan dukungan Psikososial kepada teman-
teman kerja yang terpapar, memberi tips mengatasi kecemasan, mengurangi gejala,
dan cara meningkatkan imunitas fisik maupun jiwa, memberikan informasi dan
edukasi tentang upaya pencegahan, dan yang terakhir ditutup dengan do’a bersama.
Kegiatan ini dilakukan dengan harapan memperoleh manfaat yang sama dengan
saat makan bersama yaitu tetap menjaga kedekatan, menciptakan suasana kerja
yang kondusif, meningkatkan produktivitas, mempererat tali persaudaraan, dan
saling menjaga saudara seperjuangan agar tetap sehat terhindar dari COVID-19.
Sonjo konco selaras dengan selogan Jogo Tonggo yang dicanangkan oleh
Gubernur Jawa Tengah. Pegawai harus jogo konco, jogo bolo (menjaga teman,
menjaga rekan kerja) agar selalu sehat, terhindar dari paparan COVID-19.
Pengetahuan dan tindakan yang nyata dari pegawai terkait kebiasan baru termasuk
makan bersama akan senantiasa mampu menurunkan jumlah kasus COVID-19,
sehingga masa pandemi COVID-19 dapat berakhir dengan cepat.
DAFTAR PUSTAKA

Emy, N. P. E. D., Nugraha, I. M. A. D. P., Wisnawa, G. A., Agustina, N. P. D., &


Diantari, N. P. A. (2020). Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Covid-
19 dan Perilaku Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Keperawatan
Jiwa, Vol. 8 No.(3), 485–490.

Harahap, D. A. (2020). Upaya memutuskan rantai penularan covid-19.


Kementrian Kesehatan RI. (2016). Permenkes RI No. 66 Tahun 2016 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi Dan
Perizinan Rumah Sakit, 9(2), 118–131.

Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M., Sinto, R.,
… Cipto, R. (2020). Coronavirus Disease 2019 : Tinjauan Literatur Terkini
Coronavirus Disease 2019 : Review of Current Literatures. Jurnal Penyakit
Dalam Indonesia, 7(1), 45–67.

Vermonte, P., & Wicaksono, T. Y. (2020). Karakteristik dan Persebaran COVID-


19 di Indonesia : Temuan Awal. CSIS Commentaries DMRU-043-ID, (April),
1–12.
Gugus Tugas Covid-19. (2021). Data Sebaran. Diakses pada 26 Januari 2021, dari
https://covid19.go.id/

Kulonprogokab.go.id (2021). Banyak Manfaat, Makan Bersama Keluarga. Diakses


pada 25 Januari 2021, dari
https://pemberdayaan.kulonprogokab.go.id/detil/176/banyak-manfaat-makan-
bersama-keluarga

Merdeka.com. (2015, 8 Desember). Makan Bersama Ternyata Dapat Meningkatkan


Produktivitas Kerja. Diakses pada 25 Januari 2021, dari
https://www.merdeka.com/gaya/makan-bersama-ternyata-dapat-
meningkatkan-produktivitas-kerja

Anda mungkin juga menyukai