Anda di halaman 1dari 15

TUGAS ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

INFORMED CONSENT DAN PRAKTIK KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

1. VIOLIN IRENE NINEF NIM. 2202011740018


2. TRI ANDRI PUJIYANTI NIM. 2202011740031
3. YULI DWI HARTANTO NIM. 2202011740033
4. DEWI LISTYORINI NIM. 2202011740034
5. PASKALIS MALAFU USFINIT NIM. 2202011740037
6. MARIA HARIYATI OKTAVIANI NIM. 2202011740039

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang informed
consent praktik keperawatan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Semarang, 21 Agustus 2017

Penyusun

i|Page
DAFTAR ISI

JUDUL

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Bab 1 Pendahuluan 1

1. Latar Belakang 1

2. Tujuan 2

3. Permasalahan 2

Bab II Tinjauan Teori 3

1. Pengertian IC 3

2. Dasar Hukum IC 3

3. Bentuk-Bentuk IC 4

4. Tujuan IC 5

5. Peran Perawat dalam Pemberian IC 5

6. Penerima IC 6

7. Informasi yang Diberikan pada IC 7

8. Pihak yang terkait dalam IC 7

Bab III Pembahasan 9

Bab IV Penutup 11

1. Kesimpulan 11

2. Saran 11

Daftar Pustaka 12

ii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin oleh Negara. Terdapat
beberapa hak pasien yang harus dihormati dalam pemberian pelayanan
kesehatan, diantaranya adalah hak untuk menentukan nasib sendiri dan atas
hak informasi.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.290/MENKES/PER/III/2008 yang berkaitan dengan aspek hukum adalah
Informed consent. Informed consent adalah persetujuan tindakan kedokteran
yang diberikan pada pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan
penjelasannya secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut. Informasi yang diberikan haruslah
merupakan informasi yang jelas, terinci dan lengkap.
Tenaga kesehatan yang tidak menunaikan hak pasien untuk memberikan
informed consent yang jelas, bisa dikategorikan melanggar case law
(merupakan sifat hukum medik) dan dapat menimbulkan gugatan dugaan mal
praktek. Belakangan ini masalah malpraktek medik (medical malpractice)
yang cenderung merugikan pasien semakin mendapatkan perhatian dari
masyarakat dan sorotan media massa. Lembaga Bantuan Hukum (LBH)
Kesehatan Pusat di Jakarta mencatat sekitar 150 kasus malpraktik telah terjadi
di Indonesia. Meskipun data tentang malpraktek yang diakibatkan oleh
informed consent yang kurang jelas belum bisa dikalkulasikan, tetapi kasus-
kasus malpraktek baru mulai bermunculan. Dalam makalah ini akan
membahas tentang implementasi informed consent dalam praktik
keperawatan.

1|Page
B. TUJUAN
1. Mampu mengerti dan memahami pengertian dari informed consent
2. Mampu mengerti dan memahami dasar hukum informed consent
3. Mampu mengerti dan memahami informed consent dalam praktik
keperawatan

C. PERMASALAHAN
Pemberian informed consent masih diberikan oleh perawat kepada pasien
atau keluarga pasien, salah satu peran perawat adalah sebagai konselor,
sedangkan informed consent belum sepenuhnya sesuai dengan kewenangan
perawat. Penjelasan tentang informed consent menjelang operasi umumnya
masih kurang dilakukan para dokter di Indonesia. Penyebabnya bisa
dikarenakan oleh berbagai alasan yang salah satunya dikarenakan terlalu
banyak pasien yang dilayani sehingga waktu untuk berkonsultasi sedikit.

2|Page
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Informed Consent teridiri dari dua kata yaitu “informed” yang berarti
informasi atau keterangan dan “consent” yang berarti persetujuan atau
memberi izin. jadi pengertian Informed Consent adalah suatu persetujuan
yang diberikan setelah mendapat informasi. Dengan demikian Informed
Consent dapat di definisikan sebagai pernyataan pasien atau yang sah
mewakilinya yang isinya berupa persetujuan atas rencana tindakan
kedokteran yang diajukan oleh dokter setelah menerima informasi
yang cukup untuk dapat membuat persetujuan atau penolakan. Persetujuan
tindakan yang akan dilakukan oleh Dokter harus dilakukan tanpa adanya
unsur pemaksaan.
Istilah Bahasa Indonesia Informed Consent diterjemahkan sebagai
persetujuan tindakan medik yang terdiri dari dua suku kata Bahasa Inggris
yaitu Inform yang bermakna Informasi dan consent berarti persetujuan.
Sehingga secara umum Informed Consent dapat diartikan sebagai persetujuan
yang diberikan oleh seorang pasien kepada dokter atas suatu tindakan medik
yang akan dilakukan, setelah mendapatkan informasi yang jelas akan
tindakan tersebut.
Informed Consent menurut Permenkes No.585 / Menkes / Per / IX/
1989, Persetujuan Tindakan Medik adalah Persetujuan yang diberikan
oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan
medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.

B. DASAR HUKUM
Dasar hukum dari Informed Consent adalah :
1. UU nomor 23 thn 1992 pasal 53 ayat 2 menyatakan bahwa hak pasien
adalah hak mendapat informasi, hak memberikan persetujuan, hak atas
rahasia kedokteran dan hak atas pendapat orang ke dua.

3|Page
2. UU. nomor 29 thn 2004 tentang Praktik Kedokteran
a. Memberikan pelayana medis sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasi serta kebutuhan pasien
b. Merujuk pasien kedokter yang mempunyai keahlian dan kemampuan
yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan sesuatu pemeriksaan
atau pengobatan
c. Merahasiakan segala sesuatu tentang pasien, bahkan setelah pasien
meninggal
d. Melakukan pertolongan darurat atas dasar prikemanusiaan kecuali ada
orang lain yang bertugas dan mampu melakukan pertolongan
e. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran
3. PP. nomor 32 thn 1996 tentang Tenaga Kesehatan
4. PERMENKES No. 290/MENKES/PER/III/ 2008 tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran

C. BENTUK
Ada dua bentuk informed consent (R. Indradi, 2007)
a) Implied constructive Consent (Keadaan Biasa)
Tindakan yang biasa dilakukan , telah diketahui, telah dimengerti oleh
masyarakat umum, sehingga tidak perlu lagi di buat tertulis misalnya
pengambilan darah untuk laboratorium, suntikan, atau hecting luka
terbuka.
b) Implied Emergency Consent (Keadaan Gawat Darurat)

Secara umum bentuk persetujuan yang diberikan pengguna jasa tindakan


medis (pasien) kepada pihak pelaksana jasa tindakan medis (dokter) untuk
melakukan tindakan medis dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu :
1) Persetujuan Tertulis
Biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang mengandung resiko besar,
sebagaimana ditegaskan dalam PerMenKes No. 585/Men.Kes/Per/IX/1989

4|Page
Pasal 3 ayat (1) dan SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88 butir 3, yaitu intinya
setiap tindakan medis yang mengandung resiko cukup besar,
mengharuskan adanya persetujuan tertulis, setelah sebelumnya pihak
pasien memperoleh informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan
medis serta resiko yang berkaitan dengannya (telah terjadi informed
consent)
2) Persetujuan Lisan
Biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang bersifat non-invasif dan
tidak mengandung resiko tinggi, yang diberikan oleh pihak pasien
3) Persetujuan dengan isyarat
Dilakukan pasien melalui isyarat, misalnya pasien yang akan disuntik atau
diperiksa tekanan darahnya, langsung menyodorkan lengannya sebagai
tanda menyetujui tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya.

D. TUJUAN INFORMED CONSENT


1. Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang
sebenarnya tidak diperlukan dan secara medik tidak ada dasar
pembenarannya yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya.
2. Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan
dan bersifat negatif, karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko,
dan pada setiap tindakan medik ada melekat suatu resiko ( Permenkes No.
290/Menkes/Per/III/2008 Pasal 3).

E. PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN INFORMED CONSENT


1. Peran sebagai Advocate
Hasil penelitian menunjukkan seorang partisipan berpendapat bahwa
perannya sebagai advocate adalah melindungi pasien terhadap tindakan
malpraktik dokter. Partisipan lain berpendapat bahwa peran perawat
sebagai advocate adalah sebagai pembela dan pelindung terhadap hak-hak
pasien. Peran advokasi dilakukan perawat dalam membantu pasien dan
keluarga dalam menginterpretasi berbagai informasi dari pemberi layanan
atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas

5|Page
tindakan keperawatan yang diberikan terhadap pasien juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak oleh
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak
untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi
akibat kelalaian (M. Dwidiyanti, 2007).
2. Peran sebagai Counsellor
Partisipan berpendapat bahwa perannya sebagai counsellor adalah
mengatasi tekanan psikologis dengan mencari penyebab kecemasannya,
memberikan keyakinan dalam mengurangi kecemasan pasien. Konseling
adalah proses membantu pasien untuk menyadari dan mengatasi tekanan
psikologis atau masalah sosial, untuk membangun hubungan interpersonal
yang baik, dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang dimana
didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual (Mubarak dan
Nur Chayatin, 2009). Hal ini sejalan dengan apa yang dilakukan partisipan
melalui perannya sebagai counsellor sebagaimana yang terungkap diatas.
Partisipan lainnya berpendapat bahwa peran perawat sebagai advocate
adalah menggali respon pasien dan mengklarifikasi informasi yang pasien
belum mengerti serta memberikan motivasi dalam mengambil keputusan.
3. Peran sebagai consultant
Hasil penelitian menunjukkan partisipan memperhatikan hak pasien dalam
menentukan alternatif baginya dalam memilih tindakan yang tepat dan
terbaik serta memposisikan dirinya sebagai tempat berkonsultasi untuk
memecahkan suatu permasalahan. Perawat berperan sebagai tempat
konsultasi bagi pasien terhadap masalah yang dialami atau mendiskusikan
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan (Mubarak dan Nur
Chayatin, 2009).

F. PENERIMA INFORMED CONSENT


Hak untuk memberikan informed consent adalah sebagai berikut :
a. Untuk pasien dewasa dan sehat akal adalah pasien yang bersangkutan.
b. Untuk pasien anak-anak adalah keluarga terdekat atau walinya

6|Page
c. Untuk pasien tidak sehat akal (walau ia sudah dewasa) adalah keluarga
atau wali, atau kuratornya.
d. Untuk pasien yang sudah menikah adalah pasien yang bersangkutan,
kecuali untuk tindakan medis tertentu harus disertai persetujuan
pasangannya, yaitu untuk tindakan yang mempunyai pengaruh bukan saja
terhadap pasien, namun juga terhadap pasangannya sebagai satu kesatuan
yang utuh, dan akibatnya irreversible, Sebagai contoh adalah operasi
tubectomi atau vasectomi, dalam hal operasi tersebut, maka bukan saja si
istri atau si suami saja yang tidak akan mempunyai keturunan, tetapi
adalah keduanya sebagai suatu pasangan. Pengecualian ini tidak berlaku
untuk tindakan yang sifatnya terapetik karena penyakit pasien. Sebagai
contoh adalah operasi mengangkat rahim karena kanker rahim, maka
pasien tidak perlu minta persetujuan suaminya untuk memberikan
informed consent.

G. INFORMASI YANG DIBERIKAN PADA PASIEN DAN KELUARGA


Menurut UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, Pasal 7 ayat
(3) bahwa penjelasan sekurang-kurangnya mencakup :
a) Diagnosis dan tata cara tindakan medis
b) Tujuan tindakan medis yang dilakukan
c) Alternatif tindakan lain dan risikonya
d) Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
e) Prognosis (perkiraan hasil) dari tindakan yang dilakukan
f) Pembiayaan

H. PIHAK-PIHAK YANG TERKAIT DALAM PEMBERIAN INFORMED


CONSENT
1. Dokter
Dokter mempunyai kewajiban baik diminta maupun tidak diminta untuk
memberikan informasi dan penjelasan yang cukup kepada pasien atau
pihak lain yang berwewenang sebelum melakukan tindakan medis.

7|Page
2. Pasien
Pasien mempunyai hak untuk mendapat informasi dan penjelasan dari
dokter yang akan melakukan tindakan medis. Setelah mendapat informasi
dan penjelasan yang lengkap, pasien mempunyai hak untuk menyetujui
atau menolak tindakan medis yang disarankan oleh dokter tanpa paksaan
dan tekanan dari pihak manapun.
3. Keluarga/pihak yang berwewenang
Dalam keadaan pasien tidak mampu secara hukum, maka peran keluarga
atau pihak lain yang berwewenang adalah sebagai pengganti pasien untuk
memperoleh informasi dan penjelasan serta memberikan / menolak
persetujuan atas tindakan yang disarankan oleh dokter.
4. Rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan lainnya
Peran rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan lain adalah
menyediakan formulir persetujuan tindakan medis dan menyimpan serta
memelihara dokumen persetujuan tindakan medis yang sudah
ditandatangani para pihak yang berwewenang sesuai dengan ketentuan
undang-undang yang berlaku.
5. Perawat atau tenaga kesehatan lain
Peran perawat atau tenaga kesehatan lainnya adalah memastikan bahwa
persetujuan tindakan sudah tersedia dan ditandatangani oleh para pihak
yang berwewenang sebelum tindakan medis dilakukan. Apabila ternyata
persetujuan tindakan medis belum ada maka kewajiban perawat atau
tenaga kesehatan lainnya untuk member informasi kedokter yang
bersangkutan agar segera memproses persetujuan tindakan medis.
Terkadang perawat atau tenaga kesehatan lainnya bias juga berperan
sebagai saksi.
6. Saksi
Adalah orang yang menyaksikan bahwa suatu peristiwa telah benar-benar
terjadi. Dalam hal ini adalah sebagai saksi bahwa pasien telah menyetujui
atau menolak tindakan medis yang disarankan oleh dokter

8|Page
BAB III
PEMBAHASAN

Pemberian informed consent masih diberikan oleh perawat kepada pasien


atau keluarga pasien, sedangkan untuk informed consent belum sepenuhnya
menjadi kewenangan perawat. Penjelasan terkait pemberian informed consent
menjelang operasi umumnya masih kurang dilakukan para dokter di Indonesia.
Penyebabnya bisa dikarenakan oleh berbagai alasan yang salah satunya
dikarenakan terlalu banyak pasien yang dilayani sehingga waktu untuk
berkonsultasi sedikit (S. Jacobalis, 2003).
Perawat masih melaksanakan tugas-tugas yang bukan kewenangannya,
seperti memberikan informasi mengenai suatu tindakan medik (operasi),
memintakan tanda tangan di lembar informed consent padahal pasien belum
mengerti informasi yang disampaikan dokter terkait tindakan medik yang akan
diterima pasien dan membiarkan pasien menjalani tindakan medik (operasi)
meskipun dokter belum menanda tangani lembar informed consent.
Berdasarkan PERMENKES No. 290/MENKES/PER/III/ 2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran, menjelaskan bahwa pemberian informed
consent diberikan oleh dokter kepada pasien atau keluarga pasien yang berkaitan
dengan tindakan kedokteran.
Sedangkan banyak yang kita temui diberbagai rumah sakit di Indonesia,
pemberian informed consent masih diberikan oleh perawat kepada pasien atau
keluarga pasien, sedangkan peran perawat adalah sebagai konselor. Sedangkan
terkait dengan informed Consent memiliki aspek yuridis hukum jika dilanggar
atau tidak dilaksanakan. Perawat merupakan tenaga kesehatan yang selalu di
depan dan menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan. Pada dewasa ini perawat
sering dijadikan perpanjangan tangan profesi dokter dan segala pendelegasian
semua diberikan kepada perawat untuk melaksanakan tugas dan fungsi yang
bukan merupakan kerjaan perawat. Dalam tatanan pelayanan kesehatan begitu
banyak profesi kesehatan lain, namun perawat selalu menjadi pilihan empuk
karena dianggap paling tahu dan memahami tugas itu, ataukah terkait paradigma

9|Page
kuno bahwa perawat merupakan pembantu dokter? Jelas tidak perawat
merupakan profesi yang mulia didasarkan pada ilmu dan asuhan keperawatan
bukan pembantu dokter yang selalu siap diberikan tugas dan tanggung jawab
seperti terkait pemberian informed consent yang bukan merupakan tugas dan
wewenang perawat.

10 | P a g e
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Informed Consent teridiri dari dua kata yaitu “informed” yang berarti
informasi atau keterangan dan “consent” yang berarti persetujuan atau
memberi izin. Jadi pengertian Informed Consent adalah suatu persetujuan
yang diberikan setelah mendapat informasi. Dengan demikian Informed
Consent dapat di definisikan sebagai pernyataan pasien atau yang sah
mewakilinya yang isinya berupa persetujuan atas rencana tindakan
kedokteran yang diajukan oleh dokter setelah menerima informasi
yang cukup untuk dapat membuat persetujuan atau penolakan. Persetujuan
tindakan yang akan dilakukan oleh Dokter harus dilakukan tanpa adanya
unsur pemaksaan. Pemberian informed consent masih diberikan oleh perawat
kepada pasien atau keluarga pasien, sedangkan untuk informed consent
belum sepenuhnya menjadi kewenangan perawat. Penjelasan terkait
pemberian informed consent menjelang operasi umumnya masih kurang
dilakukan para dokter di Indonesia. Penyebabnya bisa dikarenakan oleh
berbagai alasan yang salah satunya dikarenakan terlalu banyak pasien yang
dilayani sehingga waktu untuk berkonsultasi sedikit.

B. SARAN
1. Perawat
Agar perawat dapat memahami dan melaksanakan tugas sesuai peran dan
fungsi perawat
2. Pembaca
Semoga makalah ini menjadi informasi dan referensi untuk menambah
wawasan terkait dengan topic pemberian informed consent.

11 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

R. Indradi. 2007. Informed consent : hak-hak pasien dalam menyatakan


persetujuan rencana tindakan medis.
M. Dwidiyanti. 2007. Caring kunci perawat/ners mengamalkan ilmu. Semarang :
Penerbit Hasani.
Mubarak dan Nur Chayatin. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta :.
Salemba Medika.

12 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai